• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Pertanian di pedesaan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Pertanian di pedesaan (1)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa terutama negara agraris. Pemanfaatan sumberdaya yang efisien pada tahap-tahap awal proses pembangunan menciptakan surplus ekonomi melalui ketersediaan tenaga kerja dan formasi kapital yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun sektor industri. Pertanian atau usahatani merupakan proses produksi dimana input alamiah berupa lahan dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, sinar matahari serta faktor klimatologis (suhu, kelembaban udara, curah hujan, topografi dan lain-lain) berinteraksi melalui proses tumbuh kembang tanaman dan ternak untuk menghasilkan output primer yaitu bahan pangan dan serat alam.

Indonesia merupakan negara agraris sehingga sektor pertanian sangat menunjang perekonomian bangsa. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya Indonesia sampai saat ini belum mampu memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemunduran pemanfaatan potensi tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan kurang majunya pertanian di Indonesia adalah petani yang belum banyak mengenal berbagai terobosan teknologi baru di bidang pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani.

(2)

pertanian dapat dipandang sekaligus sebagai cabang ilmu-ilmu pertanian dan ilmu ekonomi, maka ekonomi pertanian harus mencakup analisis ekonomi dari proses teknis produksi serta hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian.

Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada masing-masing corak pertanian dikenal dua kategori pertanian yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian subsisten ditandai oleh ketiadaan akses terhadap pasar, dengan kata lain produk pertanian yang dihasilkan hanya untuk memenuhi konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian komersial umumnya menjadi karakter perusahaan pertanian (farm) di mana pengelola usahatani telah berorientasi pasar. Artinya seluruh output pertanian yang dihasilkan seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.

(3)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik kehidupan rumah tangga petani Desa Senting di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimanakah karakteristik ekonomi mengenai pendapatan

rumah tangga petani di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimanakah besar konsumsi, tabungan serta investasi pada rumah tangga petani di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian

Tujuan pada praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah:

1. Mengenalkan kepada mahasiswa mengenai kehidupan rumah tangga petani di pedesaan serta diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di pedesaan.

2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah tangga petani baik dari usahatani maupun dari luar usahatani.

3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan serta investasi oleh rumah tangga petani.

D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian

Kegunaan dari praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah:

(4)

Kecamatan Andong, Kecamatan Simo, Kecamatan Sambi, dan Kecamatan Kerenggedhe.

2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan

Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar maupun lingkungan yang kecil dan bertempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Segala macam perkembangan yang mereka alami dan pertumbuhan jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib dalam pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 2005).

Dilihat dari segi sosial budaya, desa dicirikan oleh hubungan sosial antara penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan dan kurang tampak adanya pengkotaan, atau dengan kata lain bersifat homogen, serta bergotong royong. Di sisi lain, masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun, gotong royong, alon-alon waton kelakon, gremet-gremet asal selamet, peternalistik dan sebagainya, atau yang semakna dengan gemeinshaft atau community (Virizky, 2010)

Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam mengelola lingkungan pedesaan. Komponen-komponen yang dapat menjadi alat perhatian, bahwa komponen penting pedesaan adalah jenis pekerjaan, lingkungan alam, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, heterogenitas dan homogenitas penduduk, diferensiasi dan stratifikasi sosial, mobilitas sosial dan sistem interaksi sosial. Selain itu, kemandirian lokal masyarakat pedesaan juga merupakan komponen penting dari pedesaan (Asriyanto, 2009).

(6)

mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku (Prayudi, 2008).

Sifat masyarakat di wilayah pedesaan dan kondisi wilayahnya pada umumnya memiliki perbedaan dengan sifat masyarakat dan kondisi wilayah perkotaan. Perbedaan ini berimplikasi pula pada pola dan strategi yang akan diterapkan untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan kebijaksanaan pembangunan yang sesuai dan strategi yang tepat di pedesaan, berbagai karakteristik yang terkait dengan wilayah pedesaan perlu dipahami dengan baik. Dalam uraian berikut ini adakan dibahas karakteristik perekonomian pedesaan, kondisi sosial budaya masyarakat pedesaan dan kondisi wilayah dan sumberdaya pedesaan (Luthfifatah, 2008).

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui antara lain sederhana, mudah curiga, menjunjung tinggi unggah-ungguh, guyub, kekeluargaan lugas, tertutup dalam hal keuangan, perasaan minder terhadap orang kota, menghargai (ngajeni) orang lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka gotong-royong, demokratis dan religius (Prayudi,2008).

(7)

walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan lainnya. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian (Yuniastuti, 2004).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani

Produktivitas usahatani dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam usahatani, meliputi individu petani itu sendiri, tanah tempat usahatani, tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani, modal yang dibutuhkan dalam usahatani, tingkat teknologi yang digunakan dalam usahatani, kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah anggota keluarga (Soetriono, 2006)

Sebuah produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas dari lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi yang sama dengan jenis varietas yang digunakan maupun kualitas usahatani yang diterapkan juga sama, produktivitas usahataninya dapat berbeda atau bervariasi akibat perbedaan pada kualitas lahan. hal ini lah yang menyebabkan produktivitas usahatani pada tiap daerah dapat berbeda-beda (Maulana, 2004).

(8)

Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak dan perikanan. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok pendapatan ini secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dan lain-lain) dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga), dari kegiatan berburuh di antaranya adalah pertukangan, buruh industri dan buruh di luar pertanian lainnya (Sudana et al., 2003).

Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani, usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, dan konsumsi dan kehidupan sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan dan kepribadian petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan, struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono, 2004).

C. Pendapatan Petani Pedesaan

(9)

diterima oleh petani dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses tanam (biaya produksi), biaya produksi yang dimaksud berupa biaya pembelian bibit, biaya perawatan tanaman, pemberantasan hama (pestisida), pupuk dan tenaga kerja (Asri, 2012).

Pembangunan disektor pertanian selain bertujuan untuk meningkatkan produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian. Data yang akurat mengenai pendapatan rumah tangga pertanian beserta strukturnya sangat diperlukan untuk mngevaluasi hasil pembangunan pertanian yang telah ada dan akan dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani (Iswadi, 2013).

Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena hasil produksinya yang rendah pula. Penyebab dari rendahnya hasil produksi karena luas garapan yang sempit dengan tingkat produktivitas yang rendah, karena hanya diusahakan dengan teknologi sederhana memakai peralatan dan sarana produksi lain yang sangat terbatas (Mardikanto, 2004).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan sebagai “peredam” instabilitas pengeluaran, terutama di musim paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).

(10)

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka semakin tinggi tinggi tingkat pertumbuhan investasi pada sektor pertanian (stok kapital pertanian), investasi dalam penelitian dan pengembangan sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian, semakin tinggi pula pengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian itu sendiri (Sakka, 2004).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi (Sukirno, 2005).

(11)

III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel

1. Sampel Desa

Lokasi praktikum ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu memilih sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang disesuaikan dengan tujuan atau daerah penelitian, yaitu Desa Senting, Kecamatan Sambi yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali. Terdapat lima kecamatan yang dijadikan sampel dalam praktikum ekonomi pertanian tersebut, yaitu Kecamatan Nogosari, Andong, Simo, Sambi, dan Karanggedhe dengan jumlah desa sebanyak 78 desa.

2. Sampel Responden

Penentuan sampel responden menggunakan metode cluster sampling yaitu dengan mewawancarai sekelompok rumah tangga yang ada di wilayah terpilih. Kemudian hasil wawancara ditulis dalam lembar kuisioner yang telah disiapkan. Pada praktikum kali ini populasi yang diambil sebanyak 30 reponden yang terdapat di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Kemudian data yang telah terkumpul ditabulasi, selanjutnya dianalisis.

B. Data yang Dikumpulkan

1. Data Primer

(12)

pendapatan, kebutuhan konsumsi rumah tangga responden, tabungan serta investasi responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu instansi misalnya Kelurahan, dinas pertanian, kantor statistik, kecamatan, dan lain-lain. Pada praktikum ini data yang diperoleh diambil dari Balai desa Senting berupa data monografi Desa Senting.

C. Metode Analisis Data

Untuk analisis data pada praktikum Ekonomi Pertanian diperlukan pengetahuan statistik. Sedangkan statistik yang digunakan adalah statistik diskriptif yaitu distribusi frekuensi. Metode analisis yang digunakan adalah:

1. Analisis Tabulasi Silang

Analisis tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara variabel satu dengan yang lain.

2. Analisis Persentase

Analisis persentase yaitu data dibagi beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dalam hal cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase yang tertinggi begitu pula sebaliknya.

3. Angka Rata-rata

(13)

4. Analisis Usahatani

(14)
(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa 1. Karakteristik Wilayah

Desa Senting merupakan salah satu desa yang berada pada kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Senting adalah sebagai peternak dan petani. Di desa ini terdapat waduk yang diberi nama waduk Cengklik yang sedang dikembangkan menjadi objek wisata. Jarak Desa Senting dari Kecamatan sejauh 4 km, dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dalam waktu 10 menit. Sedangkan jarak desa dengan Kabupaten sejauh 15 km dapat ditempuh selama 30 menit, dan jarak desa dengan Ibukota Propinsi sejauh 125 km.

Desa Senting memiliki batasan – batasan wilayah, seperti sebelah utara yaitu Kelurahan Demangan. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Ngargorejo. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Canden dan Kelurahan Tempursari serta sebelah timur berbatasan dengan waduk dan kelurahan Sobokerto.

2. Penduduk

a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Jumlah penduduk merupakan jumlah keseluruhan orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah. Sedangkan, jumlah rumah tangga merupakan jumlah masing-masing orang yang telah mempunyai keluarga secara sah di suatu wilayah. Berikut disajikan data jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012

J umlah Penduduk

J umlah Rumah Tangga (KK) 3

(16)

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali sebanyak 35882 jiwa, sedangkan jumlah rumah tangga sebanyak 915 kepala keluarga. Jadi, mayoritas penduduk Desa Senting adalah bagian dari rumah tangga keluarga. Karena perbandingan antara jumlah penduduk keseluruhan dengan jumlah rumah tangga bisa diperkirakan hampir setiap KK memiliki lebih dari sama dengan tiga anggota keluarga.

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk menurut jenis kelamin sangat berguna dalam mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan (Sex Ratio). Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk Desa Senting menurut jenis kelamin.

Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012

Jenis

Kelamin Jumlah %

Laki-laki 1786 49,86%

Perempuan 1796 50,13%

Total 3582 100%

Sumber: Data Sekunder

(17)

mengetahui besarnya sex ratio maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

SR

=

Jumlah penduduk laki

laki

Jumlah penduduk perempuan

x

100

=1786

1796 x100 = 99,44% ≈ 100%

Sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dikali 100 %. Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah penduduk laki-laki 1786 dan jumlah penduduk perempuan 1796. Sex ratio pada tahun 2012 sebesar 99,44%. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat kurang lebih 100 penduduk pria (setara). Sex ratio dipengaruhi oleh perubahan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Semakin rendah jumlah laki-laki dibandingkan perempuan maka sex rationya semakin tinggi begitu pula sebaliknya.

Efek atau dampak dari perbedaan jumlah penduduk pria dan wanita antara lain adalah dengan adanya kesetaraan gender atau kebebasan yang sama antara pria dan wanita dalam memperoleh atau mencari pekerjaan. Selain itu dengan adanya perbedaan jumlah tersebut menjadikan posisi pria sangat penting terutama dalam hal pengolahan sawah dan kerja–kerja yang mengharuskan tenaga yang besar. Perbedaan jumlah antara jumlah pria dan wanita juga dapat mengakibatkan adanya kesulitan dalam mencari tenaga kerja pria untuk menggarap sawah, sehingga kadang wanita yang menggantikan. c. Jumlah Penduduk Menurut Umur

(18)

halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah lain. Tidak semua umur merupakan usia produktif, usia produktif adalah penduduk yang berusia 15-60 tahun. Sedangkan, penduduk yang merupakan usia non produktif adalah berusia sekitar lebih dari 60 tahun. Berikut tabel jumlah penduduk menurut umur di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012

Umur (Tahun) Jumlah (orang) %

Jumlah penduduk berdasarkan umur dengan rasio penggolongan usia produktif dan non produktif dapat dicari melalui rumus berikut:

ABT

=

Jumlah penduduk nonproduktif

Jumlah penduduk produktif

x

100

=493

3089 x100 = 15,959 %

Berdasarkan data yang kami dapat dari hasil pengamatan kami, penduduk dengan rentan usia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 1647 jiwa menjadi penduduk dengan kelompok terbanyak di Desa Senting. Artinya, penduduk di daerah ini paling banyak dihuni oleh usia-usia nonproduktif. Bahkan angka di atas belum menunjukkan usia nonproduktif pada usia anak-anak atau bayi.

(19)

tahun sebanyak 166 jiwa, usia 20-24 tahun sebanyak 174 jiwa, usia 25-29 sebanyak 296 jiwa, usia 30-34 tahun sebanyak 408 jiwa, dan usia 35-39 tahun sebanyak 398 jiwa. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa penduduk usia nonproduktif menempati posisi terbanyak di Desa Senting dibandingkan dengan penduduk usia produktif.

d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk menurut pendidikan penting diketahui untuk menentukan sumber daya manusia yang ada pada suatu wilayah. Semakin tinggi pendidikannya maka semakin tinggi pula sumber daya manusia yang ada pada suatu wilayah, dan sebaliknya. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan suatu wilayah. Berikut tabel jumlah penduduk menurut pendidikan di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali 2012

NO Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Berdasarkan tabel di atas, pendidikan tertinggi penduduk Desa Senting adalah tamat perguruan tinggi atau lulus sebagai sarjana, akan tetapi hanya sedikit atau sebagian kecil yang mengenyam pendidikan tersebut. Karena keterbatasan biaya yang dimiliki sehingga mayoritas penduduk desa ini hanya mengenyam pendidikan hingga SLTP/Sederajat dengan jumlah sebanyak 816 jiwa.

(20)

sekali tidak mengenyam pendidikan, hal tersebut berdampak pada ketidakmampuan dalam membaca atau buta huruf. Dengan kemampuan yang terbatas itu masyarakat di desa ini juga hanya bisa berkecimpung dalam usaha pertanian. Usaha pertaniannyapun juga masih subsisten belum bisa rasional.

Kemungkinan dari hasil pengamatan kami, pada saat dahulu pendidikan belum begitu diperhatikan. Sehingga, hanya dengan bisa membaca dan menulis mereka merasa cukup. Terbukti sebanyak 816 warga hanya menamatkan pendidikan di jenjang SLTP dan sebanyak 402 di jenjang SD. Namun ada juga penduduk yang tidak bersekolah atau sekolah tetapi tidak lulus, mereka mengganggap lebih baik ikut bekerja mencari uang untuk makan dari pada bersekolah lama dan menghabiskan uang. Penduduk tidak tamat SD sebesar 127 dan penduduk yang tamat SD yaitu 402 orang. Pada generasi selanjutnya pendidikan mulai di perhatikan terbukti bahwa tamatan jenjang yang lebih tinggi seperti SLTA dan Akademi/PT memegang andil dalam pendidikan. Perhitungan 315 warga yang tamat SLTA dan 42 warga yang tamat Akademi/PT.

e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(21)

Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012 pencaharianterbesar penduduk di Desa Senting bukanlah dari sektor pertanian, akan tetapi berasal dari sektor peternakan. Pada sektor peternakan terdapat 1387 jiwa yang menekuni profesi beternak, sedangkan pada mata pencaharian usaha tani terdapat 809 jiwa.

(22)

3. Kondisi Pertanian

a. Tata Guna Lahan Pertanian

Lahan di Desa digunakan untuk sawah, tegal, pemakaman dan masjid. Lahan tersebut digunakan masyarakat desa untuk kehidupan sehari-harinya seperti contoh untuk mencari nafkah.

Tabel 4.1.3.1 Pola Tata Guna Lahan Pertanian Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No Lahan Pola Tanam

1 Sawah Untuk mencari nafkah, bertanam, dll 2 Tegal Untuk mencari nafkah, bertanam, dll 3 Pemakaman Mengubur orang meninggal 4 Masjid Sarana peribadahan warga desa Sumber : Data Sekunder

Desa Senting menggunakan lahannya bukan hanya digunakan untuk membangun rumah, tetapi juga digunakan untuk mencari nafkah. Pembangunan masjid dan pemakaman sangat dibutuhkan warga desa tersebut.

b. Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Umum

Di Desa Senting merupakan lahan tadah hujan. Pola tanam di sana disesuaikan dengan keadaan cuaca dan kondisi geografisnya. Untuk menunjang agar hasil produksi pertanian mereka maksimal dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Produksi lahan pertaniannya juga harus sesuai dengan cuaca agar bisa bagus. Berikut tabel pola tanam lahan pertanian Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Tabel 4.1.3.2 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Senting, Kecamatan

Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012

No Lahan Pola Tanam %

1 Sawah Padi-Padi-Padi 50%

2 Sawah Padi-Padi-Palawija 50%

Sumber: Data Sekunder

(23)

memungkinkan untuk menaanam padi. Palawija di tanam pada musim tanam ke tiga karena pada musim tanam ke tiga tersebut cuaca dan kondisi lahannya kering. Mereka hanya bisa menanam palawija pada masa tanam ke tiga tersebut.

Tetapi pada musim tanam ke tiga juga ada beberapa petani yang bisa menanam padi. Mereka masih bisa menanam padi karena kondisi lahan mereka mencukupi untuk di tanami padi dan bisa menghasilakan produksi yang maksimal. Pola tanam yang diterapkan petani disini melihat kondisi dan cuaca untuk memilih apa yang akan di tanam. Memperhatikan itu maka nanti produksi pertanian mereka akan lebih baik karena sesuai dengan cuaca dan kondisi lahan mereka. c. Tanaman Keras

Tanaman keras merupakan tanaman yang bisa ditanam oleh petani selain tanama pokok tersebut. Di desa Senting terdapat beberapa tanaman keras yang dapat ditanam oleh para petaninya. Tanaman ini bisa ditanam di pekarangan ataupun tegal mereka. Tanaman keras ini diperlukan jika ada kebutuhan lain selain tanaman pokok tersebut. Berikut adalah tabel tanaman keras yang ada di Desa Senting.

Tabel 4.1.3.3 Tanaman Keras Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No Jenis tanaman Luas (ha)

1 Jagung 20

2 Ketela Pohon 40

3 Kacang Tanah 15

4 Kedelai 24

5 Sayuran 2

6 Buah-buahan 1

Sumber: Data Sekunder

(24)

oleh petani adalah jagung. Jagung juga merupakan sumber karbohidrat setelah padi dan ketela pohon. Urutan selanjutnya yaitu kedelai, kacang tanah, sayuran dan yang terakhir buah-buahan.

Disimpulkan bahwa rata-rata petani menanam tanaman keras adalah tanaman yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi mereka, jadi mereka menanam itu untuk mencukupi kebutuhan energi mereka setelah nasi yang biasa mereka makan. Karbohidrat sangatlah penting bagi petani karena itu adalah salah satu sumber energi mereka untuk bekerja di lahan pertanian. Buah dan sayur hanya sebagai pelengkap saja.

d. Peternakan

Penduduk di Desa Senting tidak menpunyai ternak yang besar. Masyarakat hanya mempunyai satu sapi atau kambing untuk hewan peliharaan. Hewan ini dipelihara untuk membantu para petani bila saat panen karena jeraminya bisa dikasihkan hewan tersebut. Peternakan dalam skala luas di Desa Senting ini tidak ada karena masyarakat lebih memilih dalam sektor pertanian daripada peternakan.

4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan a. Sarana Perekonomian

(25)

Tabel 4.1.4.1 Sarana Perekonomian Desa Senting, Kecamatan Sambi,

4 Pasar tanpa bangunan semi permanen

-5 Pasar desa 1 diantaranya adalah bank, koperasi, KUD. Sarana ini digunakan para petani untuk menunjang perekonomian mereka. Masyarakat menggunakan sarana inidapat mudah dalam melaksanakan perekonomiannya. Sarana ini menyediakan berbagai bantuan dan keperluan yang dibutuhkan oleh petani untuk menunjang hidupnya.

Sarana perekonomian ini begitu membantu para petani dalam produksi ekonominya. Masyarakat memanfaatkan sarana ini dengan baik agar mendapat hasil dan pendapatan serta untung yang banyak dan memuaskan. Adanya sarana perekonomian ini masyarakat desa bisa sedikit tidak terbebani oleh masalah ekonomi mereka.

b. Sarana Transportasi

(26)

Tabel 4.1.4.1 Prasarana dan Sarana Transportasi Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012

No Jenis Luas (km)

1 Jenis Jalan

a. Jalan Negara

-b. Jalan Propinsi

-c. Jalan Kabupaten / Kota 2

d. Jalan Desa 3

(27)

Alat transportasi ini juga tidak semua memiliki. Mungkin hanya sebagian saja. Paling tidak satu rumah ada satu kendaraan bermotor itu sudah cukup membantu dalam kehiupan mereka. Mempunyai satu saja sudah bisa membantu mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Begitulah sarana transportasi di Desa Senting.

c. Sarana Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan sekarang ini amatlah penting, karena pendidikan bisa mencerminkan bagaimana karakter orang tersebut. Pemerintah juga telah mengeluarkanaturan bahwa wajib belajar adalah 9 tahun. Di sini masyarakat wajib mempunyai pendidikan minimal SMP agar sumber daya manusia di Indonesia tidak rendah. Berikut sarana pendidikan di Desa Senting. Senting masih sangatlah terbatas. Di Desa ini hanya terdapat 2 TK dan 2 SD. Sarana pendidikan yang terbatas ini mengakibatkan masyarakat desa harus pergi ke luar desa untuk menyekolahkan anaknya. Keadaan inilah yang membuat para petani pendidikannya rendah. Mereka harus jauh jauh pergi ke luar desa untuk menyekolahkan anaknya.

Sarana pendidikan yng sangat terbatas ini akan memberikan dampak bagi pendidikan masyarakatnya juga. Kebanyakan masyarakat di desa malas untuk pergi jauh hanya dengan menyekolahkan anaknya. Akhirnya pendidikan mereka kebanyakan hanya sampai SD saja.

(28)

pengobatan apabila sakit. Berikut tabel sarana kesehatan di Desa Senting.

Tabel 4.1.4.3 Sarana Kesehatan Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Desa Senting adalah puskesmas, bidan, poliklinik, dan panti pijat. Sarana tersebut masing-masing hanya ada satu. Masyarakat sangat memanfaatkan sarana tersebut untuk berobat karena hanya ada itu sarana kesehatannya. Di Desa ini rumah sakit umum belum ada karena desa Senting termasuk kawasan wilayah desa yang kecil jadi pemerintah tidak mendirikan rumah sakit di Desa ini.

Masyarakat apabila ingin berobat di rumah sakit mereka harus pergi ke luar desa untuk berobat. Kebanyakan masyarakat desa ini belum punya kartu sehat. Mereka tidak mendapat kartu sehat dari pemerintah. Alternatif utama mereka hanya bisa berobat ke puskesmas setempat. Apabila punya penyakit yang parah mereka baru pergi ke rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih bagus.

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 2 3 4

Puskesmas Bidan Poliklinik Panti Pijat

(29)

d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan

Di Desa Senting terdapat sarana peribadatan dan sosial kemasyarakatan. Sarana ini membantu masyarakat desa untuk melakukan ibadah. Sarana ini digunakan masyarakat untuk memenuhi kewajiban mereka sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Berikut tabel jumlah penduduk menurut umur di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.1.4.4 Sarana Peribadatan dan sosial kemasyarakatan Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Desa Senting terdapat sebilan masjid dan delapan mushola, warga senting banyak yang menganut agama islam. Tidak ada agama lain disini, seperti Kristen, katolik, budha, dan hindu. Sarana tersebut masih digunakan masyarakat Desa Senting untuk beribadah dan memenuhi kewajibannya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali

1. Identitas Responden

a. Jumlah Anggota Keluarga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keluarga merupakan unit mandiri dan unit primer. Sebuah keluarga menghidupi keluarga tersebut dan keluarga juga merupakan pendidikan pertama atau primer bagi anggota keluarga tersebut. Sebuah keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Berikut tabel jumlah anggota keluarga di Desa Senting.

(30)

Keterangan Jumlah

Suami 30

Istri 27

Anak 53

Jumlah 110

Sumber: Data Primer

Seperti pada umumnya keluarga terdiri dari beberapa anggota didalamnya. Ada suami sebagai kepala keluarga. Ada istri sebagai ibu rumah tangga dan juga ada anak. Kepala keluarga berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan istri berkewajiban untuk mengurus anak dan mengatur rumah.

(31)

b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Di Desa Senting umur suami dan istri setiap KK berbeda beda. Pasti ada pautan antara umur suami dan istri. Berikut tabel umur suami dan umur istri di Desa Senting.

Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No. Interval Umur(tahun) Suami Istri

Jumlah % Jumlah %

1 < 20 0 0 0 0

2 21 – 30 0 0 0 0

3 31 – 40 4 13,33 5 18,52

4 41 – 50 9 30 10 37,04

5 51 – 60 6 20 4 14,81

6 > 60 11 36,67 8 29,63

Sumber : Data Primer

Data umur suami dan istri di Desa Senting, dapat diketahui bahwa mayoritas responden laki-laki atau suami adalah berusia lebih dari 60 tahun. Istri dari responden mayoritas berusia 41-50 tahun. Berdasar hal tersebut dapat disimpulkan bahwa responden laki-laki yang berusia produktif masih lebih banyak dari yang non produktif. Dari data tersebut, berarti mayoritas petani atau responden di Desa Senting masih berusia produktif.

(32)

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Dalam keluarga pendidikan antar suami dan istri juga berbeda. Pendidikan antara suami dan istri juga ada yang sama tetapi juga sebagian tidak semuanya sama. Berikut tabel pendidikan suami dan istri desa Senting.

Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No. Tingkat atau tidaknya suatu daerah. Jika pada suatu daerah tingkat pendidikannya tinggi, maka daerah tersebut akan menjadi maju atau kemajuan daerah tersebut cepat. Sedangkan jika tingkat pendidikan pada suatu daerah rendah, maka tingkat kemajuan daerah tersebut cenderung lambat.

Pada masyarakat desa umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan kesejahteraan desa tersebut rendah. Di Desa Senting mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SD. Sedikit yang tidak sekolah atau tidak tamat sekolah. Hanya ada 7 orang yang sampai pada tingkat SMP, yaitu 5 suami dan 2 istri. Namun jumlah responden yang sampai tingkat pendidikan SMA dan sederajat juga ada. Ada 8 orang yang tingkat pendidikannya SMA yaitu 4 suami dan 4 istri. Tingkat pendidikan yang masih rendah ini kemungkinan karena pendidikan pada saat dahulu belum begitu diperhatikan sehingga dengan hanya bisa membaca dan menulis mereka sudah merasa cukup.

(33)

Perbedaan yang mencolok antara masyarakat kota dengan masyarakat desa adalah jenis mata pencahariannya. Mata Pencaharian pada masyarakat desa umumnya adalah dalam sektor pertanian, sedangkan pada masyarakat kota biasanya pada sektor non pertanian. Jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang menghasilkan di Desa Senting yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa Senting,Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

5. Buruh Tani desa sendiri 1

6. Di luar usahatani menyakap. Biasanya petani pemilik lahan menggarap lahannya sendiri atau dengan tenaga kerja. Ada juga responden yang beternak sendiri disamping usahatani sawahnya. Kemudian ada juga yang menjadi buruh tani di desa sendiri.

Selain dalam usahatani, ada juga pekerjaan lain yang diambil oleh petani maupun anggota keluarganya. Ada yang bekerja sebagai buruh pbrik, buruh lain, maupun PNS. Pekerjaan diluar pertanian ini diambil untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut. Selain itu juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tani tersebut.

(34)

a. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan dan Luas Tanah serta Luas Bangunan Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Pada masyarakat desa yang umumnya bekerja di sektor pertanian, maka rata-rata dari mereka memiliki tanah sendiri. Baik itu tanah untuk bangunan rumah maupun tanah garapan usahatani. Tanah garapan usahatani contohnya adalah sawah, tegal dan pekarangan.

Tabel 4.2.2.1 Luas Sawah, Tegal, Pekarangan serta Luas Bangunan Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No. Aset Rumah Tangga Jumlah (m2) Luas Rata-rata (m2)

1. Sawah 48450 4323,3

2. Tegal 24500 940

3. Pekarangan 44374 991,4

4. Bangunan 9856 188,37

Jumlah 127180 6443,07

Sumber: Data Primer

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden lebih banyak yang memiliki sawah. Jumlah sawah yang dimiliki oleh responden ada 48450 m2dengan rata-rata 4323,3 m2. Sedikit responden yang memiliki tegal. Hanya ada 24500 m2 tegal yang dimiliki responden. Mayoritas tegal digunakan untuk menanam kayu tahunan.

(35)

b. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu hal primer atau pokok. Semakin padat penduduk di suatu desa maka, jumlah pemukiman atau rumah pun semakin banyak. Pada masyarakat desa umumnya masih menggunakan kayu sebagai bahan material untuk rumah mereka. Berikut data keadaan bangunan rumah responden di Desa Senting.

Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

(36)

Pada dinding yang digunakan, saat ini mayoritas responden sudah menggunakan dinding kayu pada rumahnya. Namun ada juga yang masih menggunakan bambu dan kayu untuk rumahnya. Pada atap, semua responden menggunakan atap genting pada rumahnya. Karena lebih kuat dan murah. Lantai pada rumah-rumah responden juga mayoritas sudah berupa ubin, baik itu keramik maupun peluran semen. Tapi ada juga yang masih berupa lantai tanah.

c. Pemilikan Elektronik, Kamar dan Mebelair di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

(37)

yang cukup mahal, sehingga hanya sebagian saja yang punya. Responden yang memiliki kulkas umumnya adalah yang kemampuan ekonominya cukup baik.

Setiap rumah pasti memiliki ruang tamu dan kamar-kamar. Hal ini karena agar lebih mudah saat menerima tamu. Biasanya kursi tamu yang dimiliki adalah 1 set. Tetapi ada juga yang memiliki lebih atau bahkan tidak menggunakan kursi tamu, hanya lesehan. Setiap rumah biasanya memiliki lebih dari 1 kamar tidur. Karena anggota keluarga yang lebih dari 1 orang. Pada setiap rumah pasti memiliki almari, almari ini digunakan untuk meletakkan pakaian maupun barang-barang lainnya agar lebih aman.

d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Zaman dahulu, pengguna bahan bakar kayu sangat banyak, seiring dengan perkembangan teknologi sekarang hampir setiap rumah menggunakan bahan bakal gas, bukan hanya gas, sekarang setiap rumah sudah menggunakan listrik untuk penerangan rumahnya.

Tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keterangan Penerangan Bahan Bakar

Jumlah % Jumlah %

Kayu - - 16 35

Gas - - 30 65

Minyak tanah 0 0 -

-Listrik 30 100 -

-Sumber: Data Primer

(38)

Bahan bakar gas digunakan karena lebih praktis dan mudah digunakan. Sedangkan kayu digunakan untuk memasak air ataupun bahan bakar cadangan disamping gas. Kayu digunakan karena jika untuk masak besar lebih cepat dan lebih murah. Karena biasanya kayu untuk bahan bakar tersebut didapat dari pekarangan maupun tegal milik sendiri sehingga tidak perlu beli.

e. Pemilikan Kamar Mandi dan WCdi Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Pada setiap rumah pasti memiliki kamar mandi maupun WC sendiri. Karena kamar mandi maupun WC merupakan bagian penting rumah untuk menunjang kegiatan anggota keluarga. Berikut adalah data kepemilikan kamar mandi dan WC responden Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keterangan Jumlah

Kamar mandi 33

WC 31

Sumber: Data Primer

Responden di Desa Senting, sudah semua rumah mempunyai kamar mandi dan WC sendiri. Bahkan ada rumah yang memiliki lebih dari 1 kamarmandi dan lebih dari 1 WC. Kamar mandi merupakan bagian rumah yang penting bagi suatu keluarga. Karena kamar mandi dan WC dapat digunakan untuk mandi, cuci kakus dan sebagainya. Bahkan jika jumlah anggota keluarga tersebut banyak, maka membutuhkan kamar mandi yang lebih dari satu agar efektif. Kamar mandi biasanya letaknya berada di dalam rumah, tapi ada juga yang masih terletak di luar rumah.

f. Pemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

(39)

bepergian. Sarana transportasi responden di Desa Senting ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi / Kendaraan Respondendi Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali

Disimpulkan data tersebut, diketahu bahwa mayoritas responden memiliki sepeda motor sebagai alat transportasi utamanya. Bahkan ada yang memiliki lebih dari 1 motor dalam satu keluarga tersebut. Kemudian ada juga penduduk yang memiliki sepeda untuk alat transportasinya. Biasanya sepeda digunakan oleh anaknya untuk pergi sekolah.

Ada juga yang memiliki mobil walau hanya satu. Harga mobil yang cukup mahal membuat jarang sekali responden yang memilikinya. Hanya yang kemampuan ekonominya sudah cukup yang mampu membeli mobil. Motor dipilih oleh responden karena harganya yang tidak terlalu mahal. Selain itu juga praktis.

g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Pada kepemilikan dan asal aset rumah tangga responden, ada yang sudah turun temurun atau warisan dari orang tuanya. Ada juga yang membeli sendiri. Pemilikan dan aset rumah tangga Desa Senting adalah hasil membeli sendiri, tidak ada pemilik pemerintah. Pemerintah tidak menyediakan untuk memenuhi aset rumah tangga tersebut.

3. Akses Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan di Desa Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2013

(40)

mendapatkan pengobatan. Berikut akses kesehatan dan Pendidikan di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.2.3.1 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga Responden di Desa Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Pada data yang diperoleh, mayoritas responden lebih memilih mantri atau bidan desa sebagai akses untuk pelayanan kesehatan mereka. Hal ini disebabkan jaraknya yang cukup dekat dan mudah. Selain itu biayanya juga tidak terlalu mahal. Mantri atau bidan desa juga bisa untuk dipanggil atau diundang ke rumah jika ada anggota keluarga yang sakit. Ada juga responden yang memilih puskesmas dan dokter sebagai akses pelayanan kesehatannya. Berikut data sarana pendidikan di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. mencerminkan bagaimana karakter orang tersebut. Pemerintah juga telah mengeluarkan aturan bahwa wajib belajar adalah 9 tahun. Di sini masyarakat wajib mempunyai pendidikan minimal SMP agar sumber daya manusia di Indonesia tidak rendah. Dari tabel di atas, diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di Desa Senting sudah cukup baik.

(41)

dan SD. Pada 4 SD tersebut terdiri dari 2 SD Negeri, 1 SD Inpres dan 1 Madrasah Ibtidaiyah. Tetapi tidak ada sekolah SMP maupun SMA di Desa Senting sehingga bagi anak-anak desa yang seolah pada tingkat SD dan SMA harus pergi keluar desa.

4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan

Keluarga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013.

Orang Indonesia sangat identik dengan makanan pokok nasi. Karena Indonesia sendiri merupakan negara agraris. Di Indonesia sendiri ada kalimat “kalau belum makan nasi, belum makan katanaya”. Berikut pola pangan pokok dan frekuensi makan keluarga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.2.4.1 Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Pola Pangan Pokok Frekuensi %

Nasi 3 kali sehari 100 %

Jumlah 3 kali sehari 100%

Sumber : Data Primer

Makan nasi adalah makanan keseharian di desa ini. Pola makanannya pun tiga kali dalam sehari. Karena kebanyakan di desa ini petani jadi sebagian dari hasilnya pun mereka makan sendiri, Sehingga untuk makan bukan jadi beban mereka, dengan lauk yang seadanya yang penting mereka makan nasi. Salah satu makanan pokok Desa Senting adalah nasi, karena nasi mengandung karbohidrat yang tinggi yang merupakan sumber energi manusia.

C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga

1. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri a. Penerimaan

(42)

sarana produksi dan juga tenaga kerja. Maka ada biaya yang harus dibayarkan.

Tabel 4.3.1.1 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keterangan MT I MT II MT III

Pemilik Penggarap

Dari data diatas, diketahui bahwa, penerimaan yang diperoleh oleh responden adalah dari hasil usahatani sawah dan tegal. Tidak ada responden yang memanfaatkan pekarangannya untuk usahatani. Hampir semua responden memperoleh penerimaan dari usahatani sawah. Hanya beberapa yang mendapat dari usahatani tegal.

(43)

kedelai tidak tetap tergantung musim. Mereka menggunakan sistem tadah hujan, jadi hasilnya tidak pasti.

b. Biaya

Biaya merupakan jumlah yang dikeluarkan untuk memperoleh sarana produksi dan tenaga kerja pada usahatani. Biaya merupakan jumlah yang benar-benar dikeluarkan. Berikut data biaya usahatani di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.3.1.2 Biaya dari Usahatani Sendiri di DesaSenting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keterangan MT I MT II MT III

Pemilik Penggarap

(44)

pemilik penggarap lebih banyak dari petani penyewa maupun penyakap. Sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak.

Pada tenaga kerja, biasanya ada juga yang menggunakan tenaga kerja dari keluarga. Sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk merupakan pendapatan utama keluarga tersebut. Pendapatan ini diperoleh setiap akhir masa tanam. Berikut data pendapatan dari usahatani Desa Senting.

Tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten BoyolaliTahun 2013

Keterangan MT I MT II MT III

(45)

pekarangannya untuk usahatani, sehingga tidak ada pendapatan yang diperoleh. Umumnya pendapatan dari sawah menjadi pendapatan utama, sedangkan dari tegal merupakan sampingan saja. Pendapatan diperoleh dari setiap masa tanam, kira-kira setiap 3 bulan sekali. Pendapatan merupakan selisih bersih dari penerimaan dan biaya. Pendapatan inilah yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga tani tersebut. 2. Pendapatan dari Usahatani Lain

a. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil kotor yang didapatkan. Selain usahatani sawah dan tegal juga responden memanfaatkan usahatani lain untuk memenuhi kebutuhannya. Berikut penerimaan usahatani lain responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Tabel 4.3.2.1 Penerimaan dari Usahatani Lain di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Status Petani Pekarangan Ternak Lain-lain

Pemilik Penggarap - 33.340.000 13.200.000

Penyakap - -

-Penyewa - 9.200.000

-Jumlah - 42.540.000 13.200.000

Rata-rata - 21.270.000 13.200.000

Sumber: Data Primer

Penerimaan dari usahatani lain berbeda dengan penerimaan dari usahatani sendiri. Pada usahatani lain, penerimaan tidak didapat setiap masa tanam, tetapi setiap responden menjual hasil usahatani tersebut. Pada usahatani lain biasanya petani beternak dan memanfaatkan danau untuk waduk sebagai rambak ikan. Biasanya responden menjual hasil ternaknya saat butuh biaya atau saat lebaran.

b. Biaya

(46)

Tabel 4.3.2.2 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Senting, Kecamatan usahatani lain, biasanya untuk membeli anakan ternak ataupun untuk membeli pakan ternak. Biaya yang dikeluarkan tidak setiap masa memanfaatkan usahatani lain seperti ternak. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pendapatan yang lebih untuk mencukupi kebutuhan keluarga tani tersebut. Berikut data pendapatan dari usahatani lain di Desa Senting, kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

(47)

adalah sapi, kambing dan ayam. Pada pendapatan lain-lain, merupakan hasil pendapatan dari rambak ikan. Karena Desa Senting memiliki danau waduk maka responden juga ada yang memanfaatkannya untuk ternak ikan. Pendapatan yang diperoleh dari ternak ikan adalah Rp. 8.400.000.

3. Pendapatan dari Luar Pertanian

Selain dari pertanian, responden juga memanfaatkan pendapatan dari luar pertanian. Hal ini dilakukan untuk dapat mencukupi kebutuhan pada rumah tangga tani tersebut. Berikut data pendapatan dari luar usahatani di Desa Senting.

Tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Data diatas menunjukkan pendapatan pemilik penggarap, penyakap, dan penyewa. Disimpulkan bahwa untuk pendapatan suami paling banyak pada penyewa, lalu pemilik penggarap dan paling sedikit penyakap. Dengan pendapatan penyakap yang paling kecil mereka sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Pendapatan anak pemilik penggarap sangat besar, bahkan menggalahkan ayahnya. Pendapatan anak hanyalah dari sawahnya sendiri yang mereka olah. Tidak ada pendapatan anak yang dari penyewa dan penggarap.

4. Total Pendapataan Rumah Tangga Responden

(48)

pendapatan total rumah tangga petani. Berikut adalah data pendapatan total rumah tangga petani yang berasal dari perpaduan antara usaha tani dan luar usaha tani petani.

Tabel 4.3.4.1 Total Pendapataan dari Usaha Tani Rumah Tangga Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2013

Tabel 4.3.4.1 menunjukkan bahwa total pendapatan rumah tangga petani pemilik penggarap dari usaha tani dan luar usaha tani di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2013 sebesar Rp. 599.149.750 dengan rata-rata Rp. 22.692.365,38. Rincian dari total pendapatan tersebut didapatkan dari usaha tani sebesar Rp. 472.867.700 sedangkan dari pendapatan luar pertanian sebesar Rp. 53.160.000

(49)

4778600. Sedangkan dari pendapatan luar pertanian sebesar Rp. 50000000. Data diatas menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha tani lebih kecil dari pada pendapatan dari luar usaha tani dalam rumah tangga petani penyewa di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

5. Konsumsi Rumah Tangga Responden

Setiap rumah tangga memiliki konsumsi untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Konsumsi tersebut dapat dibedakan menjadi 3, yaitu konsumsi bahan makanan, bukan makanan, dan kebutuhan akan kesehatan, hiburan, dan lain-lain. Berikut ini akan disajikan data tentang konsumsi rumah tangga petani.

Tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Keterangan Pemilik Penggarap

Penyakap Penyewa

Konsumsi Makanan 112.593.800 3.990.300 17.018.000 Konsumsi Bukan Makanan 111.263.500 4.734.000 27.864.000 Konsumsi Pakaian, Peruman, dll 104.750.000 7.772.000 12.484.000 Konsumsi Total 328.647.300 16.496.300 57.366.000

Sumber: Data Primer

(50)

Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk petani penyewa berupa bahan makanan sebesar Rp 17.018.000per tahun. Pengeluaran bukan makanan Rp 27.864.000 per tahun, sedangkan untuk kesehatan, hiburan dan lain-lain sebesar Rp 12.484.000per tahun. Jumlah untuk keseluruhan konsumsi sebesar Rp 57.366.000per tahununtuk konsumsi rumah tangga petani penyewa di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.

Konsumsi rumah tangga petani penyewa untuk bahan bukan makanan paling mendominasi dalam kebutuhan konsumsi. Urutan kedua yaitu konsumsi makanan dan kemudian terakhir kebutuhan dalam hal hiburan, kesehatan dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan konsumsi rumah tangga petani penyewa untuk bukan makanan lebih di utamakan. Sedangkan pengeluaran untuk hiburan sangat kecil dikarenakan rumah tangga petani penyewa jarang melakukan rekreasi. Hiburannya hanya dengan menonton televisi dan bersosialisasi dengan tetangga.

Data tentang konsumsi rumah tangga petani dengan status pemilik penggarap dan penyewa dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan. Perbedaan yang signifikan adalah pada jenis konsumsi terbesar petani pemilik penggarap adalah bahan makanan (kebutuhan primer). Sedangkan jenis konsumsi terbesar petani penyewa adalah untuk kebutuhan bukan bahan makanan (kebutuhan sekunder). Melihat perbedaan tersebut menunjukan bahwa orientasi konsumsi rumah tangga pemilik penggarap sudah tertuju pada kebutuhan. Berbeda dengan orientasi konsumsi petani pemilikpenggarap, petani penyewa sudah berorientasi atau lebih terfokus pada mencukupi kebutuhan sekunder.

6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi

(51)

kebutuhan konsumsi rumah tangga. Berikut tabel tentang bagaimana pendapatan,konsumsi, dan tabungan rumah tangga petani.

Tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah Tangga

Keterangan PenggarapPemilik Penyakap Penyewa

Pendapatan 638.578.800 37.272.300 97.786.000

Konsumsi 330.448.300 16.496.700 57.366.000

Tabungan 80.911.000 20.775.600

-Investasi 426.500.000 60.500.000 114.000.000

Jumlah 1.476.437.300 135.044.600 269.152.000

Sumber: Data Primer

Pendapatan rumah tangga petani pemilik penggarap di desa Senting tahun 2013 sebesar Rp. 638.578.800, konsumsinya sebesar Rp. 330.448.300dan rata-ratanya Rp. 20.414.364 untuk setiap rumah tangga responden. Selisih dari pendapatan dan konsumsi dapat dimasukkan kedalam tabungan. Nilai tabungan sebesar Rp. 80.911.000 setiap rumah tangga responden per tahun. Jumlah nilai yang masuk tabungan maka kebutuhan konsumsi sepanjang tahun rumah tangga petani pemilik penggarap dapat terpenuhi. Tabungan yang dimiliki oleh responden biasa digunakan apabila ada keperluan mendesak.Pendapatan rumah tangga petani penyewa di desa Senting tahun 2013 sebesar Rp. 97.786.000 sedangkan konsumsinya sebesar Rp. 57.366.000. Selisih dari pendapatan dan konsumsi dapat dimasukkan kedalam tabungan. Akan tetapi petani penyewa di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2013 tidak memiliki tabungan.

(52)

7. Strategi Bertahan Hidup Respoden

Keadaan pendapatan rumah tangga petani dianggap tidak mencukupi konsumsi dapat dikarenakan kerugian akibat gagal panen, anjloknya harga jual, dan faktor-faktor lainnya. Rumah tangga petani tentu memiliki strategi bagaimana untuk mengatasi kekurangan pendapatan itu sehingga dapat mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga petani tersebut agar tetap bertahan hidup. Adapun beberapa strategi bertahan hidup yang yang dilakukan oleh rumah tangga petani apabila mengalami kesulitan untuk memenuhi konsumsi dengan cukup. Berikut adalah strategi-strategi yang dilakukan petani untuk mengatasi hal tersebut.

Tabel 4.3.7.1 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2013

Strategi Bertahan Hidup Jumlah %

Aktif Bekerja di Luar Pertanian Bantuan Pemerintah

Bantuan Pihak Lain

Menyesuaikan Pengeluaran dengan Pendapatan Menunggu Kiriman Dari Keluarga di Rantau Hutang

(53)

Kesadaran akan keberlanjutan pendidikan untuk anak-anak petani pemilik penggarap di Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali termasuk tinggi. Hal ini ditunjukan tidak ada petani pemiliki penggarap yang rela mengorbankan kebutuhan pendidikan anaknya untuk mengurangi beban perekonomian keluarga. Petani tetap memperjuangkan agar anaknya dapat sekolah tinggi agar kelak dapat lebih baik dari orang tuanya yang hanya sebagai petani.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Desa Senting merupakan salah satu desa yang berada pada Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Senting adalah sebagai peternak dan petani. Di desa ini terdapat waduk yaitu waduk Cengklik yang sedang dikembangkan menjadi objek wisata. Jarak Desa Senting dari pusat pemerintahan sejauh 4 km.

2. Di Desa Senting ini terdapat pasar tradisional, lembaga keuangan seperti koperasi, layanan kesehatan seperti rumah sakit dan bidan desa, dan kantor kantor pelayanan masyarakat lainnya. Mata pencaharian di Desa Senting antara lain petani, pedagang, peternak, nelayan, pengrajin, buruh industri/bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS, Polri, dan pensiunan. 3. Pendapatan yang diperoleh responden berasal dari usaha tani dan luar

usaha tani. Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dan biaya yang benar-benar dikeluarkan.

B. Saran

1. Dimohon lain kali Co-ass Ekonomi pertanian ditambah, biar dapat memantau praktikan setiap waktu, bukan setiap hari.

2. Jadwal keberangkatan dan kepulangan diharap tepat waktu.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Asriyanto. 2009. Membangun Manusia Pedesaan. Jurnal Pertanian Pedesaan dan Lingkungan Hidup.

Asri, Ayu Citra. 2012. Studi Komparatif Pendapatan Petani Semangka dan Petani Padi (Studi Kasus Desa Pilang dan Desa Sidodadi Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen). Jurnal Bumi Indonesia. Volume 1, Nomor 3, Tahun 2012.

Fauzi, Noer. 2003. Petani dan Penguasa. Pustaka Pelajar offset. Yogyakarta. Hardono, G. S. 2003. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-faktor Ekonomi

Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Jurnal Agro Ekonomi, XXI (I) : 1-25

Iswadi, Suhari. 2013. Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013. diakses pada 24 November 2013.

Kusnaedi. 2005. Membangun Desa. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. Luthfifatah. 2008. Masyarakat Pedesaan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mardikanto dan Erna M. Lokollo. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Pertanian di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi, XXIII (3): 133-158.

Maulana. 2004. Produktivitas. UGM Press. Yogyakarta

Prayudi. 2008. Perbandingan Tingkat Kewaspadaan serta Faktor yang Mempengaruhi pada Sopir Truk Hauling Shift Siang dan Malam Kontraktor Tambang Batubara. (Skripsi). Universitas Indonesia. http://ebursa.depdiknas.go.id. Diakses 3 Desember 2013.

Sakka, Ambo. 2004. Pengaruh Investasi dalam Penelitian dan Pengembangan (R & D) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis No. 1, Jilid 9.

Soetriono et al. 2006. Daya Saing dalam Tinjauan Analisis. Bayu Media. Malang.

Sudana et al,. 2003. Sumber Pendapatan Petani.

http://pertanianIND.litbang.deptan.go.id.Diakses pada 5 Desember 2013.

Sudaryanto, Tahlim dan I Wayan Rusastra. 2006. Kebijakan Strategis Usaha Pertanian dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 25, No. 4.

Sukirno. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada Jakarta.

(55)

Virisky, Nurul. 2010. Masyarakat Desa. http://nurhul.wordpress.com diakses pada 24 November 2013.

Gambar

Tabel  4.1.2.3 Jumlah  Penduduk  Menurut  Umur  di  Desa  Senting,Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012
Tabel 4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Senting,Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali 2012
Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di DesaSenting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun2012
Tabel 4.1.3.2 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Senting, KecamatanSambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terimakasih atas partisipasi anda telah meluangkan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan pra survey ini, dengan tujuan sebagai data untuk penelitian saya mengenai “Pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah di Bank Syariah ( non performing financing / NPFs) adalah suatu kondisi terjadinya penyimpangan dalam pengembalian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai seberapa jauh mekanisme Good Corporate Governance (GCG)

Konsep Musik jazz yang diterapkan pada Sekolah Musik Jazz Bandung memberikan identitas interior yang membuat para pengguna nyaman, dengan suasana yang membuat para

Penerapan intervensi keperawatan pemberdayaan keluarga (family empowerment) untuk meningkatkan koping keluarga dengan diabetes militus tipe-2 masih sangat jarang dilakukan

Justeru itu, kajian yang akan dijalankan ini adalah bagi mengenalpasti tahap kesediaan guru-guru PKPG Kemahiran Hidup dari aspek minat, sikap serta penguasaan dalam

Total pendapatan rumah tangga petani teh merupakan jumlah pendapatan diperoleh petani baik dari usaha tani teh maupun dari usaha non tani teh. Total pendapatan rumah tangga

Lebih lanjut, meskipun peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani lebih kecil dibandingkan sektor pertanian primer, namun apabila