2016
Etika Bisnis di Dunia
Tugas
Individu
Mata
Kuliah
Pengantar Bisnis
P
berbagai aspek kehidupan. Nilai-nilai yang mencakup, menentukan baik
buruknya sebuah tindakan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika dan norma yang berkembang di masyarakat memiliki dasar yang
seragam dengan bentuk yang bermacam-macam. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak terlepas dari aturan berkehidupan masyarakat.
Begitu pun dengan kegiatan usaha/ berbisnis. Seorang pelaku usaha
dituntut untuk memperhatikan etika/ aturan moral/ tata cara kegiatan berbisnis
yang baik. Etika berbisnis yang baik secara pendek disimpulkan bahwa
kegiatan usaha tersebut tidak mengandung unsur merugikan pihak konsumen
atau pihak lain.
Etika berbisnis di berbagai negara tidak sama, ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti sejarah dan budaya setempat yang berkembang di
dalamnya. Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan dan
mengidentifikasi beberapa etika bisnis yang berlaku di beberapa negara selain
Indonesia sebagai bahan studi atau bandingan etika bisnis yang berkembang
di Indonesia sampai sekarang.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Etika Bisnis?
2. Apakah manfaat dari adanya Etika Bisnis?
3. Bagaimana perkembangan Etika Bisnis di Dunia?
1.3Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Memenuhi tugas individu mata kuliah Pengantar Bisnis.
2. Menjelaskan pengertian dan prinsip Etika Bisnis
3. Mengidentifikasi Etika Bisnis di berbagai negara di dunia.
a
g
e
2
1.4Metode Ilmiah
Metode yang digunakan dalam proses penulisan makalah ini adalah
metode pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan
alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
1.5Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun sebagaimana lazimnya makalah. Bab
pertama dimulai dengan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode serta sistematika
penulisan yang digunakan.
Dilanjutkan pada Bab kedua, penulis langsung memasuki bahasan diawali
dengan pengertian etika, pengertian bisnis, kemudian pengertian etika bisnis
berikut prinsi-prinsipnya. Bab pembahasan juga meliputi perkembangan
sejarah etika bisnis secara global, kemudian mulai mengidentifikasi beberapa
etika yang diterapkan oleh beberapa negara, penulis mengambil Amerika,
Jepang, China dan Arab sebagai contohnya. Setiap negara ini memiliki
keunikan dan cara tersendiri dalam aturan-aturan etika bisnisnya. Penulis juga
menyertakan beberapa contoh pelanggaran yang terjadi di akhir bab ini.
Bab terakhir diisi dengan kesimpulan yang berdasarkan bahasan yang
P
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika merupakan norma-norma,
nilai-nilai dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Definisi: Etika adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut
nilai-nilai/ukuran-ukuran yang baik.
Etika atau budi pekerti disebut juga norma moral. Norma moral/etik
adalah norma yang paling dasar yang merupakan kebiasaan atau cara
pandang/hidup suatu (lingkungan) masyarakat dengan melakukan perbuatan baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal yang buruk.
Etika/norma moral berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberikan
orientasi kepada manusia tentang bagaimana menjalani hidup melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Etika membantu manusia untuk bersikap secara tepat dalam
menjalani hidup dan membantu kita untuk melakukan suatu tindakan dalam
mengambil keputusan.
Etika dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan manusia, sehingga
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek/bidang kehidupan
manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni meta-etika (studi konsep
etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika).
Berdasarkan jenisnya etika dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Etika Filosofis
Etika Filosofis ialah etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau
a
Etika Teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak
dari presuposisi-presuposisi teologis (ketuhanan). Etika teologis tidak
hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing. Etika teologis merupakan bagian
dari etika secara umum, maka di dalamnya mengandung unsur-unsur
etika umum sehingga mudah dimengerti.
2.2Pengertian Bisnis
Bisnis menurut para ahli diantaranya:
1. Keseluruhan dari aktifitas yang diorganisir oleh orang yang tidak
berurusan di dalam bidang industri dan perniagaan yang menyediakan
barang dan jasa agar terpenuhinya suatu kebutuhan dalam perbaikan
kualitas hidup. (Musselman)
2. Keseluruhan yang lengkap pada berbagai bidang seperti industri dan
penjualan, industri dasar dan industri manufaktur dan jaringan, distribusi,
perbankan, transportasi, insuransi dan lain sebagainya; yang kemudian
melayani dan memasuki dunia bisnis secara menyeluruh. (Hooper)
3. Serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pembelian ataupun
penjualan barang dan jasa yang dilakukan berulang-ulang, menurutnya
penjualan barang atau jasa yang hanya terjadi satu kali saja bukanlah
pengertian bisnis. (Paterson and Plowman)
4. Suatu perusahaan yang berhubungan dengan distribusi dan produksi
barang-barang yang nantinya dijual ke pasaran ataupun memberikan
harga yang sesuai pada setiap jasanya. (Owen)
5. Segala perusahaan apapun yang membuat, mendistribusikan ataupun
P
a
g
e
5
masyarakat lainnya serta bersedia dan mampu dalam membeli atau
membayarnya. (Hunt and Urwick)
6. Suatu bentuk dari aktivitas yang utamanya bertujuan dalam memperoleh
keuntungan bagi yang mengusahakan atau yang berkepentingan di
dalamnya. (L. R. Dicksee)
Dari berbagai definisi yang diungkapkan para ahli, dapat disimpulkan
bahwa bisnis ialah serangkaian kegiatan usaha yang memiliki satu tujuan
sama yakni mendapatkan laba.
2.3Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis menurut H. Budi Untung adalah pengetahuan tentang tata
cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial.
2.4Prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis dalam prinsipnya yang dikemukakan oleh Sonny Keraf (1998)
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dapat disebut sebagai prinsip dasar yang menjadi ukuran
bertahan lama atau berhasil tidaknya suatu perusahaan. Kejujuran yang
dimaksud ialah jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak, jujur dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding, dan jujur dalam hubungan kerja intern suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional, objektif, serta dapat
a
g
e
6
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa agar menguntungkan
semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral
Sebuah tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar
perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik perusahaan,
pimpinan, dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2.5Perkembangan Etika Bisnis
De George membedakan perkembangan Etika Bisnis ke dalam lima
periode, yaitu:
1. Situasi Dahulu
Situasi dahulu dimulai dari bermulanya sejarah filsafat. Plato,
Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana
sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara,
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga. Pada masa ini masalah moral di
sekitar ekonomi dan bisnis disoroti dari sudut pandang teologi.
2. Masa Peralihan (1960an)
Memasuki awal 1960an terjadi perkembangan baru yang dapat
disebut sebagai persiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis. Ditandai
dengan pemberontakan terhadap kuasa di Amerika Serikat, revolusi
mahasiswa di Ibukota Prancis, penolakan establishment (kemapanan). Di
masa ini juga timbul anti konsumerisme yang memberikan perhatian
kepada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan
memasukan mata kuliah baru ke dalam kurikulum dengan nama Business
and Society and Corporate Social Responsibility, walaupun masih
menggunakan pendekatan keilmuan yang beragam minus ketika filosofis.
3. Etika Bisnis Lahir di AS (1970an)
Pemicu lahirnya Etika Bisnis di tahun 1970an ini adalah bahwa
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di
sekitar bisnis sehingga etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan
P
a
g
e
7
Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini
disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferensi
perdana tentang etika bisnis yang diselenggarakan di universitas Kansas
oleh filosofi Departemen bersama College of Business pada bulan
November 1974.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa (1980an)
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu berkembang sekitar
sepuluh tahun kemudian. Ditandai dengan semakin banyaknya perguruan
tinggi di Eropa Barat yang mencantumkan mata kuliah etika bisnis. Pada
tahun 1987 didirikan European Business Ethics Nwork (EBEN) yang
bertujuan menjadi forum pertemuan para pengusaha dan wakil-wakil
organisasi nasional dan internasional.
5. Etika Bisnis Menjadi Fenomena Global (1990an)
Etika Bisnis di tahun 1990an mulai bermunculan dari tiap-tiap
negara. Di Jepang, Institute of Moralogy pada universitas Reitaku di
Kashiwa-Shi aktif melakukan kajian etika bisnis. Di India etika bisnis
dipraktekan oleh Manajemen Center of Human Values. Pada July 1986
telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics
(ISBEE).
Di Indonesia sendiri pada beberapa perguruan tinggi terutama
pada program pasca sarjana telah diajarkan mata kuliah etiks bisnis.
Selain itu bermunculan organisasi-organisasi yang melakukan pengkajian
khusus tentang etika bisnis misalkan Lembaga Studi dan Pengembangan
Etika Usaha Indonesia. (LSPEU) di Jakarta.
2.6Etika Bisnis di Dunia
2.6.1 Etika Bisnis di Amerika
Amerika Serikat adalah suatu negara raksasa yang
kemerdekaannya melalui revolusi tahun 1776. Setelah melalu i
proses yang panjang maka tahun 1787 Sidang Majelis
Konstituante sampai pada suatu titik yaitu menerima dasar
a
g
e
8
(UUD) Amerika Serikat. Sistem pemerintahan yang berdasarkan
konstitusi ini bermaksud menegakan demokrasi dan kebebasan
negaranya.
Kepemimpinan Amerika yang bersifat demokratis dengan
menjunjung tinggi kedaulatan raktyat, jika dilihat dari sudut
pandang budaya demokrasi, khas kepemimpinan Amerika
meliputi:
1. Bekerja Sangat Struktural.
Orang Amerika bekerja sngat struktural. Pemimpinnya
menyukai hal yang terorganisasi dengan baik dan mempunyai
rencana yang baik. Pemimpin selalu membuat panduan
mengenai hal-hal apa saja yang dilakukan sebelum, saat, dan
sesudah melakukan sebuah pekerjaan/ proyek. Pemimpin juga
menyiapkan seluruh template yang diperlukan dari awal
hingga akhir proses. setiap karyawan harus mengikuti panduan
tersebut sehingga setiap karyawan akan melalui proses yang
sama. Hal ini dapat memudahkan setiap karyawan dalam
melakukan pekerjaannya serta dapat lebih terlihat kemajuan di
setiap tahapan proyek. Di sisi lain, akan lebih mudah bagi
karyawan melanjutkan proyek tersebut apabila yang
bersangkutan halangan hadir karena semua teratur sesuai
panduan yang ada serta terdokumentasi.
2. Team-work Oriented.
Pemimpin di Amerika sangat team-workoriented. Apabila
mereka memiliki proyek, mereka akan mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi dan tim yang mugkin terlibat
dalam proyek tersebut. Mereka akan duduk bersama dan
mendiskusikan bagaimana mereka akan mengeksekusi proyek
tersebut dan menentukan frame-time-nyapada saat proyek
tersebut berjalan mereka akan mengevaluasi kemajuan yang
P
menghabiskan banyak waktu untuk menganalisa sesuatu
melainkan cenderung untuk segera mempraktekannya dan
membuat berbagai rencana/ tindakan antisipasi apabila yang
terjadi tidak sesuai harapan/ rencana. Namun ini tidak berarti
orang Amerika tidak melakukan analisis dan persiapan dengan
baik.
2.6.2 Etika Bisnis di China
Berikut adalah etika bisnis orang China yang menjadi kunci
kesuksesan mereka.
1. Orang China rela bangun pagi dan terus bekerja smpai malam
hari untuk mencapai keberhasilannya. Mereka cenderung
pekerja keras dan tekun.
2. Apabila orang China mengatakan mereka akan berdagang,
biasanya mereka tidak berpikir panjang untuk segera
melakukannya.. pengalaman dan kemahiran tidak begitu
penting karena dapat sambil dipelajari.
3. Kegagalan pertama tidak menjadikan orang China patah
semangat, sebaliknya akan lebih gigih lagi berusaha. Setiap
kegagalannya dijadikan sebuah pelajaran dan menjadikannya
lebih bijak.
4. Apabila terlibat dalam sebuah kegiatan perdagangan, kita
harus menetapkan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
jangka panjang.
5. Budaya dagang China mengutamakan hal penting, siapa cepat
dia dapat. Sehingga diperlukan kesigapan dan dinamisasi serta
inovasi yang terus menerus sesuai tuntutan pasar.
6. Melarang menggunakan cara-cara kotor untuk menjatuhan
a
g
e
1
0
7. Pedagang dilarang mengganggu atau menjelek-jelekan
kegiatan perdagangan orang lain.
8. Pedagang tidak boleh terlalu kaku, melainkan dianjurkan
untuk memperbolehkan proses tawar menawar.
Orang China dididik untuk memiliki kewajiban menjunjung
tinggi nama keluarga dan nama bangsa, menerima disiplin kerja,
dan ketakutan dalam suasana tidak nyaman memasuki masa
depan. Mereka juga memiliki orientasi kelompok yang lintas
fungsional. Sikap orang China cenderung menumbuhkan jaringan
kerja yang saling menguntungkan atas dasar saling percaya
dengan menjunjung tinggi tata krama dan etika.
2.6.3 Etika Bisnis di Jepang
Masyarakat Jepang mrmiliki jiwa atau semangat makoto
(bersungguh-sungguh) dengan menjunjung tinggi kemurnian
bathin dan motivasi, serta menolak adanya tujuan semata-mata
berkarya untuk menonjolkan diri sendiri.
Satu etos kerja dengan landasan etika dengan menyerap beberapa
ungkapan yang diajarkan oleh biarawan Zen, Suzuki Shosan
(1579-1655)). Suzuki Shosan menganggap keserakahan sebagai
pengejaran kekayaan, merupakan racun rohani meskipun pada
saat yang sama pekerjaan merupakan praktek Budhisme.
Individu Jepang umumnya tidak pernah bersentuhan
dengan etika Protestan yang menurut Max Weber merupakan cikal
bakal etika kapitalisme. Tanpa memahami Injil Kristen
masyarakat Jepang telah mengembangkan sistem kapitalisme
sendiri dan kenyataan meskipun jiwa kapitalisme Jepang berbeda
P
Enam etika bisnis yang berlaku di Jepang diantaranya:
1. Tepat waktu.
2. Berpakaian rapi.
3. Senantiasa menggunakan tiga kata sakti, yaitu tolong, terimakasih,
dan maaf.
4. Menghormati orang lain terutama yang lebih tua.
5. Memperlakukan kartu nama dengan sopan.
6. Mengisi waktu kerja sesuai porsinya, bekerja ya bekerja, istirahat
ya istirahat.
2.6.4 Etika Bisnis di Arab Saudi
Arab Saudi sebagai negara Islam yang aturannya
didasakan kepada Al Quran dan As Sunnah serta pendapat para
ulama resmi yang diakui.
Pengusaha Indonesia misalnya yang ingin menjalin
hubungan bisnis dengan pengusaha Arab perlu memiliki persiapan
dan pengetahuan dasar tentnag kultur budayanya , karena
menentukan berhasil atau gagalnya suatu transaksi dan/ negosiasi.
Berikut di bawah ini ialah beberapa hal yang perlu diketahui
dalam menjalin hubungan bisnis di Arab Saudi.
1. Membuat Janji (Appointments)
Kesepakatan janji dengan pengusaha Arab sebaiknya
dilakukan di kesempatan pertama kedatangan. Adapun jadwal
dan perencanaan keberangkatan dianjurkan untuk
diberitahukan sebelumnya dengan pengusaha yang
bersangkutan.
2. Salam dan Jabat Tangan
Pengucapan salam yang umum di Arab ialah
“Assalamualaikum”, dilakukan sambil berdiri. Di pertemuan
kedua, ketiga, dan selanjutnya biasanya ditambah dengan
a
4. Bahasa Tubuh (Body Language)
Ketika terlibat sebuah percakapan, orang Arab cenderung
berdiri lebih dekat dengan lawan bicara dibanding orang Barat.
Bangsa Arab menggunakan sentuhan tubuh untuk
memberikan tekanan atau menegaskan bahwa mereka
mendapat perhatian dari lawan bicaranya. Maka penting
diingat untuk tidak menarik tubuh ke belakang, sikap seperti
ini diartikan penampikan atau penolakan terhadap apa yang
barusaja dibicarakan.
5. Pakaian dan Cara Berkomunikasi Dengan Pengusaha Wanita
Pengusaha wanita di Arab Saudi mendapatkan perlakuan
atau pemisahan sendiri. Beberapa tempat umum seperti hotel
atau restoran memiliki tempat khusus keluarga, tempat wanita
dilayani hanya oleh suaminya atau khusus untuk wanita.
Wanita diminta untuk berpakaian konservatif dengan rok
panjang, lengan baju mencapai telapak tangan atau lebih, dan
leher tertutup. Pada umumnya bagi seorang muslim laki-laki
tidak biasa menyalami atau terlibat dalam pembicaraan yang
menggunakan sentuhan tubuh dengan pengusaha wanita.
6. Pemberian Bingkisan
Pemberian bingkisan merupakan suatu kehormatan (hal
biasa) dalam masyarakat Arab dan sangat dihargai. Sebagai
catatan, jangan memberikan bingkisan berupa patung, baik
berbentuk setengah badan atau keseluruhan.
7. Undangan Makan
Bangsa Arab memiliki sifat seorang penjamu yang baik. Ia
P
ajakan makan merupakan suatu kehormatan dan bisa
mempererat hubungan selanjutnya.
8. Negosiasi
Sebuah negosiasi biasanya tidak akan mencapai hasil jika
belum dilakukan “face to face”. Ini karena bangsa Arab masih memandang bahwa bisnis merupakan suatu urusan pribadi.
9. Budaya IBM
Budaya IBM ialah tiga kata, “Insya Allah”, “Burkaa”,
”Ma’alis”. Insya Allah diucapkan untuk suatu janji, lalu jika nanti waktunya meleset dari kesepakatan, ia akan mengatakan “Burkaa”(besok), lalu “Ma’alis” (maaf).
Sedangkan ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan,
diantaranya:
1. Dalam suatu percakapan jangan menyinggung tentang jumlah
istri atau anak-anak, cukup saja menanyakan kabar keluarga
secara umum.
2. Pada waktu duduk, kedua kaki harus tetap melekat di lantai
keduanya, menumpangkan sebelah kaki misalnya, akan
dianggap sebagai kesan bahwa lantai atau karpetnya kotor; ini
merupakan penghinaan untuk masyarakat Arab.
3. Pengunjung atau pengusaha non muslim dilarang berkunjung
ke daerah Mekkah dan Madinah.
4. Ketika memanggil seseorang, jangan menggunakan jari.
Dalam budaya mereka cara seperti ini biasa dilakukan kepada
hewan.
5. Peserta/ pengusaha wanita yang sedang ikut pameran dilarang
melayani atau menjaga stan.
6. Gambar manusia atau hewan tidak digunakan sebagai model
a
g
e
1
4
2.7Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Berikut contoh-contoh kasus pelanggaran Etika Bisnis yang terjadi.
1. Kasus Pada Produk Johnson & Johnson
J&J adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam
pembuatan dan pemasaran obat-obatan dan alat kesehatan lainnya di
banyak negara di dunia.
Tylenol adalah obat rasa nyeri yang diproduksi oleh McNeil
Consumer Product Company yang kemudian menjadi bagian anak
perusahaan J&J. Tingkat penjualan Tylenol sangat mengagumkan dengan
pangsa pasar 35% di pasar obat analgetika peredam nyeri, atau setara
dengan 7% dari total penjualan grup J&J dan kira-kira 20% dari laba
perusahaan itu.
Pada hari 30 September 1982, laporan mulai diterima oleh kantor
pusat J&J bahwa adanya korban meninggal dunia di Chicago. Ditambah
tujuh orang dinyatakan meninggal misteris setelah mengonsumsu
Tylenol. Kemudian penyelidikan menunjukan Tylenol mengandung
racun sianida
Dalam kasus ini perusahaan dinilai melanggar kode etik bisnis
dengan tidak memperhatikan keselamatan dari konsumen.
2. Kasus Meledaknya Baterai Laptop Dell di Jepang.
Meledaknya baterai laptop Dell di Jepang terjadi bukan untuk
pertama kalinya. Pihak Dell menyatakan sedang menyelidiki
penyebabnya. Padahal sebenarnya Dell sudah mengetahui masalah panas
ini terlebih dahulu. Dengan begini pihak Dell telah melakukan
pelanggaran etika dalam berbisnis, ia tidak memperhatikan keselamatan
konsumen, bahkan terkesan menjadikan konsumen sebagai ajang
percobaan
3. Kasus Obat Anti Nyamuk Hit.
Pada hari Rabu, 7 Juni 2006, obat anti nyamuk HIT yang
diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan akan ditarik dari
peredarannya karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos dapat
P
a
g
e
1
5
menyalahi ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 8 tahun
a
g
e
1
6
BAB 3 KESIMPULAN
Etika adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut
nilai-nilai/ukuran-ukuran yang baik. Etika bisnis ialah aturan moral yang harus dipatuhi oleh semua para
pelaku bisnis dalam melakukan kegiatan usahanya.
Etika bisnis terdiri dari prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip keadilan,
prinsip saling menguntungkan, prinsip integritas moral. Etika bisnis dari satu negara akan
berbeda dengan negara lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor sejarah, kultur, dan
budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat negara tersebut.
Etika bisnis berasal dari bangsa Barat, meluas ke Eropa, kemudian
perkembangannya mulai menjadi fenomena global di tahun 1990an hingga sampai ke
Asia, khususnya Indonesia.
Seorang pelaku usaha penting memperhatikan etika dalam kegiatan berbisnisnya.
ini dapat mempengaruhi reputasi dan nama baik perusahaan, pun kelangsungan usahanya
di masa mendatang. Namun pada kenyataannya banyak perusahaan yang memiliki
perhatian rendah terhadap poin yang satu ini. Mereka cenderung berpikir untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan prinsip-prinsip etika bisnis yang ada.
P
a
g
e
1
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Bertens, K. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Lehmann, Paul L. 1963. Ethics In A Christian Context. New York: Harper & Row
Publishers.
3. Untung, Budi.2012.Hukum dan Etika Bisnis.Yogyakarta: CV Andi Offset.
4. ____.2009.Panduan & Tata Cara Berbisnis di Arab Saudi. Jeddah: Konsulat
Jendral RI.
5. ____.(2016).http://lailasoftskill.blogspot.co.id
6.
____.(2016).http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-manfaat-dan-tujuan-bisnis.html?m=1
7.
____.(2016).http://ichsan-ferdiansyah.blogspot.co.id/2010/09/amerika-serikat-adalah-suatu-negara.html?m=1
8. ____.(2016).http://nabilafoundation.org/