• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum sosio Ekonomi Pantai S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum sosio Ekonomi Pantai S"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI SUMBERDAYA PERAIRAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Praktikum

Eksplorasi Sumberdaya Perairan Mengenai Sosial Ekonomi Sendang Biru

Oleh: Kelompok IV

Vivi Fitriani NIM. 201310260311026 Kartika Armadani P. NIM. 201310260311046 Haidar Nahdi H. NIM. 201310260311067 Rohmat Syaivudin M. S. NIM. 201310260311069 Milzam Kazaruni R. NIM. 201310260311076

LABORATORIUM PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

EKSPLORASI SUMBERDAYA PERAIRAN

Disusun oleh: Kelompok IV

Vivi Fitriani NIM. 201310260311026 Kartika Armadani P. NIM. 201310260311046 Haidar Nahdi H. NIM. 201310260311067 Rohmat Syaivudin M. S. NIM. 201310260311069 Milzam Kazaruni R. NIM. 201310260311076

Telah di periksa dan disahkan oleh Instruktur dan Asisten Laboratorium Perikanan Pada Tanggal: ...

Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Praktikum

Mengetahui, Instruktur

Riza Rahman Hakim S.Pi., M.Sc. NIP.105.0501.0424 Asisten I

(Aji Cahyo Nugroho) NIM : 201210260311032

Asisten II

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala berkah rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum eksplorasi sumbardaya perairan. Laporan ini digunakan untuk melengkapi tugas penulis di mata kuliah eksplorasi sumberdaya perairan sebagai mahasiswa jurusan perikanan di Fakultas Pertanian Peternakan Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2015.

Laporan ini penulis buat berdasarkan praktikum eksplorasi sumperdaya perairan yang telah dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Laporan yang penulis susun ini sudah penulis asistensikan dan sudah di ACC oleh asisten yang bersangkutan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk penyusunan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, baik penulisannya maupun penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan lebih sempurna. Penulis berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 2 Juni 2015

(4)

Daftar Isi

4.1.3 Alat Tangkap Long Line...9

4.1.4 Alat Tangkap Payang...10

4.1.5 Alat Tangkap Purse Seine...10

4.2 Pembahasan...11

(5)

4.2.3 Alat Tangkap...12

PENUTUP...14

5.1 Kesimpulan...14

5.2 Saran...14

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar 75% dari luas wilayah Indonesia adalah berupa lautan. Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah laut. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah laut memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah pemersatu antara pulau Indonesia yang memiliki sifat dan ciri yang unik. Selain itu laut menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat pesisir terutama nelayan. Sesuai dengan salah satu amanat konstitusi, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi di mana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan.

Oleh karena oleh karena pemanfaatan sumberdaya laut dan ikan penting bagi kelangsungan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat pesisir khususnya, maka mahasiswa perikanan wajib mengerti mengenai cara sumberdaya laut khususnya ikan itu diperoleh dan dimanfaatkan. Untuk itulah praktikum eksplorasi sumberdaya perairan mengenai sosial ekonomi Sendang Biru ini dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa saja jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru?

2) Bagaimana saluran pemasaran hasil penangkapan yang ada di Sendang Biru?

3) Apa saja kebijakan KUD(Koperasi Unit Desa) yang diberikan kepada nelayan?

(7)

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru. 2) Untuk mengetahui saluran pemasaran hasil periklanan yang ada di

Sendang Biru.

3) Untuk mengetahui kebijakan KUD yang diberikan kepada nelayan. 4) Untuk mengetahui hubungan perikanan dengan eksplorasi sumberdaya

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Penangkap Ikan

2.1.1 Purse Seine

Menurut Andrew (1960) purse seine atau pukat cincin adalah jenis alat tangkap yang “seine” yaitu alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang hidup umumnya membentuk kawanan atau bergerombol dalam suatu kelompok besar.

Purse seine dapat digolongkan dalam jaring lingkar karena dalam pengoperasiannya jaring akan membentuk pagar dinding melingkar yang mengelilingi kawanan ikan yang akan ditangkap. Setelah jaring mengurung (mengelilingi) kawanan ikan, maka pada tahap akhir penyelesaian penangkapan bagian bawahnya tertutup seolah membentuk suatu kantong besar.

Menurut klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), purse seine termasuk kelompok jaring lingkar (surrounding net). Jaring lingkar menurut FAO terdiri dari jaring (lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa tali kerut. Purse seine yang disingkat PS dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar bertali kerut dengan kode 01.01.00, sedangkan Lampara yang disingkat LA dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar tanpa tali kerut dengan kode 01.2.0.

(9)

2.1.2 Payang

Ayodhya (1981) menyatakan bahwa alat tangkap jaring payang terdiri dari tali, kaki, badan dan kantong. Prinsip kerja dari jaring payang adalah menangkap ikan disekitar rumpon dengan menggunakan jaring yang memiliki kantong. Untuk mengoperasikan jaring payang, digunakan sebuah perahu dengan ukuran 12,0 m x 2,4 m x 1,0 m. Sebagai tenaga penggerak digunakan mesin panther dengan kekuatan 4 silinder (1 PK).

Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) alat tangkap payang terbuat dari bahan serat sintetis jenis nylon multi filamen. Panjang jaring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter.

Menurut Hakim (2008), prinsip pengoperasian payang dengan melingkarkan sayap-sayap jaring pada gerombolan ikan (misalnya di sekitar rumpon) yang sudah dipasang sebelumnya, kemudian jaring ditarik ke arah perahu. Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau tanpa menggunakan alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan.

Menurut Subani dan Barus (1989) menangkap ikan dengan pukat kantong dilakukan pada malam hari dan siang hari. Siang hari dilakukan pada saat matahari akan terbenam dan malam hari dilakukan pada matahari mulai terbit terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan bulan terang). Penangkapan ikan pada siang hari biasanya menggunakan alat bantu rumpon atau payaos.

2.1.3 Long Line

(10)

rawai termasuk dalam golongan penangkapan ikan dengan tali line fishing karena bahan utama untuk rawai ini terdiri dari tali-temali.

Alat penangkapan ikan ini disebut rawai karena bentuk alat sewaktu dioperasikan adalah rawe-rawe (rawe = bahasa Jawa) yang berarti sesuatu yang ujungnya bergerak bebas. Rawai disebut juga dengan longline yang secara harfiah dapat diartikan dengan tali panjang. Alat ini konstruksinya berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali cabang (Sadhori, 1985).

Menurut Mulyono (1986), Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang di pasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai. Pada tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line). Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam jenis “Bottom Set Longline“. Cara penangkapannya pancing ini dilepas atau dilabuhkan sampai posisinya dapat mendasar.

2.2 Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan salah satu sarana dalam kegiatan perikanan dan merupakan faktor penggerak dalam meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan (Wiyono, 2005). Tujuannya adalah untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya (Pramithasari, Anggoro dan Susilowati, 2006).

(11)

2.3 Koperasi Unit Desa

Sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian, bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasar prinsip koperasi, sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”

Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan, koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara lain meningkatkan kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal, dan mengembangkan usaha.

Dalam prakteknya, usaha koperasi disesuaikan dengan kondisi organisasi dan kepentingan anggotanya. Berdasar kondisi dan kepentingan inilah muncul jenis-jenis koperasi.

(12)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapang eksplorasi sumberdaya perairan mengenai sosial ekonomi TPI Sendang Biru dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 09.30 WIB - selesai bertempat di tempat pelelangan ikan pelabuhan Sendang Biru Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1) Perekam suara 2) Alat tulis

(13)

1) Kuisioner 2) 3.3 Cara Kerja

1) Menyiapkan Alat dan bahan

2) Menentukan orang yang akan diwawancara

(14)

3) BAB IV

4) HASIL DAN PEMBAHASAN

5) 4.1 Hasil Praktikum

6) 4.1.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

7) TPI sebagai pusat tempat transaksi kegiatan penjual dan pembeli sebagai alur pendistribusian hasil tangkapan yang ada di sendang biru di mulai dari: nelayan-tempat pelelangan ikan-pengepul-pengusaha pengolahan-ekspor (Amerika dan Eropa). Sementara untuk pemasarannya sendiri biasanya dipasarkan ke Jakarta, Bali, dan Surabaya. Sementara jenis ikan yang biasa dijual yaitu jenis tuna, cakalang, baby tuna, dan ikan pelagis. Peraturan di sendang biru, maksimal pembelian mencapai 40 ton. Harga ikan yang termahal yaitu tuna dengan kualitas tinggi mencapai Rp 50.000,-/kg, dan ikan yang termurah ialah Lemuru kecil seharga Rp. 1.500,-/kg.

8) Pada usaha pelelangan ikan, modal awal pengepul mencapai Rp 1.000.000.000,- hingga 2.000.000.000,-. Sistem Pembayaran dilakukan selambat-lambatnya 5 hari setelah pembelian. Pembayaran dilakukan di kasir, yang kemudian melalui kasir tersebut akan dibagikan kepada nelayan. Tenaga kerja yang dimiliki mencapai 25 orang, sementara gaji pekerja dibayar di akhir trip. Alat angkut ikan yang digunakan di Sendang Biru berupa sebatang bambu berdiameter besar yang dipikul oleh 2 orang pengangkut/manol. Para pengangkut dibayar Rp 5.000/2 orang setiap sekali angkut. Mayoritas Pembeli datang pada tempat pelelangan ikan. 9) Pendapatan mencapai Rp10.000.000,-/bulan, sementara kendala yang

dihadapi oleh pedagang berasal dari kesepakatan harga yang tidak sesuai antara nelayan dan pengepul, selain itu kendala yang dihadapi ialah pemasaran yang kurang dan tingkah laku nelayan yang tidak sopan

(15)

fluktuasi harga adalah harga pasar, permintaan, bulan dan musim. Untuk harga tertinggi terdapat pada waktu gelombang tinggi sementara harga terendah terjadi pada saat bulan purnama.

11) Syarat menjadi pedagang yang ada di Sendang Biru adalah melalui uji kelayakan dan tanggung jawab, serta SIUP. Surat Perizinan Usaha (SIU) dapat diurus di kantor pajak, lama pengurusan mencapai 10 hari.

12) 4.1.2 KUD (Koperasi Unit Desa)

13) KUD di Sendang Biru mempunyai peran dalam membantu anggota /nelayan, sebagai wadah untuk menanam modal atau meminjam modal. Sedangkan anggota KUD terdiri dari masyarakat dan nelayan yang telah terdaftar sebagai anggota koperasi unit desa. Saat ini anggota KUD mencapai 116 orang yang aktif, dan ribuan orang tidak aktif. Modal dari KUD ialah dari anggota koperasi unit desa yang tersimpan dalam simpanan pokok wajib. Bagi anggota koperasi yang ingin meminjam modal dikenakan bunga 2,5 % bukan anggota 3 %. Oknum yang sering berperan dalam KUD biasanya pelelang ikan atau juragan yang memiliki modal besar. Penghasilan KUD selama 1 tahun kurang lebih 1 M.

14) Akan tetapi, selam 2 tahun terakhir ini program simpan pinjam ini sudah tidak dilaksanakan karena beberapa faktor. KUD Sendang Biru bekerja sama dengan Dinas Perikan Kabupaten Malang. Bantuan pemerintah dalam menjalankan roda KUD sangat bayak seperti; pasar pusat oleh-oleh,bengkel kapal,subsidi BBM dll.

15) 4.1.3 Alat Tangkap Long Line

(16)

17) Waktu penangkapan ikan masih tergolong tradisional karena masih mengandalkan tanda-tanda alam, untuk durasi per hauling mencapai 1-2 jam. Sementara waktu proses penangkapan setiap bulannya tidak tentu karena mengandalkan musim, hasil tangkapan yang didapat dari alat tangkap ini ialah tongkol.

18) Sekali melaut pendapatan nelayan mencapai 8-12 rak, hasil penangkapan dijual kepada punggawa dan sebagai pembeli datang sendiri. Sementara pemasaran pemasaran tidak memberikan kendala yang berarti.

19) 4.1.4 Alat Tangkap Payang

20) Asal modal usah dan pinjaman modal berasal dari juragan darat dengan besar kredit pinjaman Rp 2.000.000,./ jumlah alat tangkap yang dimiliki: 2 v(payang dan Slerek) dengan ukuran alat tangkap 7/6 kotak slerek Harga satuan Rp 1.900,-per pis. Satuan kepemilikan alat tangkap juragan darat. 21) Lama penangkapan/melaut selama sehari dan slerek satu malam durasi per

hauling 2 jam 10 menit (menebar 10 menit dan tarik kurang lebih 2 jam) di daerah laut bebas dan daerah kabupaten Malang. Dalam satu tahun penangkapan biasa dilakukan pada bulan 7-11 (Juli-November) penangkapan dalam satu bulan tidak pasti (tergantung musim dan cuaca) 22) Hasil tangkap dengan menggunakan alat ini beragam. Rata - rata hasil

tangkapan berupa ikan tongkol locok, ikan cucut, ikan Peng-peng, ikan tuna dan ikan cakalang mencapai 1 ton dan kondisinya masih segar. Tangkapan ini dijual di TPI Pembelinya datang sendiri dari berbagai daerah.

23) 4.1.5 Alat Tangkap Purse Seine

24) Daerah penangkapan purse seine biasanya tergantung cuaca dan daerah penangkapan biasanya 20 km dari bibir pantar, setiap trip selalu berbeda tempatnya tetapi masih pada ruang lingkup pantai Malang Selatan. Penentuan daerah penangkapan mengandalkan insting yaitu dengan melihat burung, jika burung banyak maka ikannya banyak.

(17)

permodalan hanya untuk turun ke kelompok tidak langsung ke nelayan, dan yang bertanggung jawab atad modal ialah yang punya perahu.

26) Ada beberapa kendala dalam pengoperasian alat ini tangkap pure seine yaitu jarring yang sobek., mesin rusak, perahu bocor dan ABK kapal sakit, selain itu kurangnya persiapan sebelum keberangkatan akan mempengaruhi proses penangkapan ikan dan hasil penangkapan

27) Perizinan pada kapal ini ada, untuk pengurusan perizinan dilakukan dengan mengurus dokumen ke Dinas Perikanan, Perizinan ini bertujuan untuk retribusi ABK. Sementara untuk pendapatan ABK dalam 1 kali trip mencapai 2 juta dan pembagian hasil setiap 5 trip,dan paling banyak untuk si pemilik kapal. Sementara untuk antisipasi naiknya harga BBM tidak ada hal yang bias dilakukan oleh nelayan atau pemilik kapal.

28) 4.2 Pembahasan

29) 4.2.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan Saluran Pemasaran

30) TPI sebagai pusat transaksi antara penjual dan pembeli di mana yang berperan sebagai produsen adalah nelayan dan pembeli berupa pengepul. Menurut Effendi (1977) nelayan dikelompokkan dalam produsen karena nelayan merupakan pihak yang menghasilkan barang untuk keperluan konsumsi dan pedagang pengepul merupakan pedagang yang berhubungan langsung dengan nelayan. TPI Sendang Biru telah menjalankan fungsi pokoknya sebagai tempat pelelangan ikan, di mana yang menentukan harga dari pihak pengelola TPI, penentuan harga sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran oleh konsumen.

(18)

32) 4.2.1 KUD (Koperasi Unit Desa)

33) Menurut Effendi (1977) Pada dasarnya Koperasi Unit Desa dibentuk berdasarkan kebutuhan kepada anggota seperti usaha simpan pinjam atau kredit. Sementara KUD yang ada di Sendang Biru telah memvakumkan pelayanan simpan pinjam dan digantikan dengan subsidi BBM. akan tetapi subsidi BBM ini dianggap tidak efektif karena hanya turun pada kelompok nelayan, bukan kepada nelayannya Peran KUD di sini hanya sebagai wadah pengelola bantuan yang diberikan oleh pemerintahan pusat. Menurut instruksi presiden Republik Indonesia No4 Tahun 1984 pasal 1 ayat 92) di sebutkan bahwa pengembangan KUD dapat menjadi pusat layanan kegiatan perekonomian di daerah pedesaan yang merupakan daerah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program lintas sektoral. Dari undang undang tersebut, pemerintahan pusat telah memberikan bantuan kepada masyarakat khususnya nelayan, bantuan yang diberikan oleh pemerintahan berupa subsidi BBM untuk nelayan, bengkel kapal, pasar oleh-oleh dan lain-lain.

34) 4.2.3 Alat Tangkap

(19)

36) Dari jenis alat penangkapan dan dengan metode penangkapan yang berbeda pula akan berdampak pada hasil penangkapan dan biaya pengoperasiannya, rata-rata biaya pengoperasiannya di pinjam kepada pemilik modal seperti pengepul atau biasa di sebut bos besar. Hasil penangkapan sangat tergantung pada musim, fluktuasi penangkapan yang paling tinggi antara bulan Juli-November, sementara apabila tidak melaut para nelayan maupun pengepul mempunyai pekerjaan menjadi tukang batu, bercocok tanam, memperbaiki kapal yang rusak.

37) Menurut Anonim, (2013) Rata-rata nelayan Indonesia menentukan daerah penangkapan masih dengan menggunakan cara yang alami atau dengan menggunakan insting seperti, banyaknya burung yang bergerombolan di atas laut, serta air laut yang berwarna gelap di tengah perairan. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh nelayan di sendang biru, di mana untuk menentukan daerah penangkapan sangat bergantung pada alam.

38) Kendala-kendala yang dihadapi oleh nelayan antara lain sulitnya mengembalikan modal yang di pinjam, serta robeknya jaring saat melaut, mesin yang rusak dan ABK yang sakit, Kendala-kendala ini sangat memberikan dampak terhadap hasil penangkapan ikan. Menurut Iruda (2006) Permasalahan yang ada di nelayan biasanya modal Yang dipinjam tidak dapat dikembalikan, faktor utamanya ialah musim sehingga menyebabkan hasil penangkapan sedikit bahkan tidak ada, faktor lain seperti jaring yang rusak ataupun mesin yang rusak.

39) Seluruh kapal yang diwawancarai masing-masing mempunya Surat Izin, Perizinan di urus Dinas Perikanan Kabupaten Malang. Surat izin ini sangat membantu para nelayan untuk beroperasi di tengah laut, karena dengan adanya surat izin ini menandakan bahwa kapal yang beroperasi telah Legal.

40)

(20)

42) BAB V 43) PENUTUP

44) 5.1 Kesimpulan

1) Jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru ialah alat tangkap pure sine, alat tangkap payang dan alat tangkap Long line.

2) Saluran Pemasaran Ikan yang ada di Sendang Biru dimulai dari nelayan – tempat pelelangan ikan – pengepul – perusahaan pengolahan – ekspor (Amerika dan Eropa).

3) Kebijakan KUD antar lain memberikan bantuan solar kepada nelayan, turun langsung memberikan pembinaan kepada nelayan, mengolah hasil perikanan, serta mendistribusikannya ke pasar oleh-oleh.

4) Hubungan mempelajari eksplorasi sumberdaya perairan ialah kita dapat menambah ilmu pengetahuan dengan mengetahui jenis alat tangkap daerah penangkapan, kendala-kendala dan hubungannya dengan perekonomian masyarakat setempat.

45) 5.2 Saran

1) Diharapkan kepada asisten untuk lebih mengarahkan praktikan saat wawancara karena belum banyak yang bisa melakukan wawancara secara baik dan benar..

(21)

46) Daftar Pustaka

47) Anonim. 2012. Alat Tangkap Long Line. Temu karya ilmiah perikanan perairan umum, pengkajian potensi dan prospek pengembangan alat tangkap perikanan Indonesia.

48) Anonim. 1998. Klasifikasi alat tangkap Ong Ine. http://dkp.go.id

49) Anonim. 1985. Teknologi Eksplorasi Laut. Seluruh perairan Indonesia

50) Arisandi, D. M. 2011. Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di TPI PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang - Jawa Timur. http://defrianmarza.blogspot.com/2011/05/manajemen-operasional-pelelangan-ikan.html diakses 2 Juni 2015

51) Ayodhyoa, AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

52) Djariah. 2001. Jenis-jenis alat tangkap. prosiding seminar hasil penelitian. Balitkanwar, Bogor

53) Hakim, Tegar Rakhmansyah. 2011. Kontribusi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Karangsong Kabupaten Indramayu. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Skripsi. Universitas Padjadjaran (UNPAD). Jatinangor

54) Irauda. 2006. Wawancara: Praktek Praktikum Magang. http:// era.blogspot.com diakses Mei 2015

55) Kordi. 2005. Pesisir Indonesia. Program DIII Manajemen Bisnis Perikanan. IPB. Bogor.

56)Mallawa, A.,Sudirman.2004.Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta:Jakarta.

(22)

58) Naryo, Sadhori. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung.

59) Pramitasari, Sulistiyani Dyah., Sutrisno. Anggoro dan Indah. Susilowati. 2006. Analisis efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kelas 1,2 dan 3 diJawa Tengah dan pengembanganya untuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan.Jurnal pasir laut, 1(2): 21-21.

60) Waluyo Subani dan H.R Barus.1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

61) Wiyono, W. 2005. Peran dan strategi koperasi perikanan dalam

menghadapi tantangan pengembangan PP dan PPI di Indonesia. Makalah semiloka internasional tentang pelabuhan perikanan.

62)

Referensi

Dokumen terkait

Angka perilaku masyarakat baik untuk cuci tangan berdasarkan Environmental Survey Program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan

Mereka mengatakan, ini terbagi menjadi tiga macam; (1) kemungkinan mensyaratkan manfaat untuk dirinya pada barang yang dijualnya, (2) kemungkinan mensyaratkan kepada si

Formed Police Unit adalah Satuan Polisi yang dilibatkan pada satu operasi pemeliharaan perdamaian PBB, yang dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan

untuk memperbaiki atau mengganti Jasa Lainnya dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan tersebut. Jika Penyedia tidak memperbaiki atau mengganti Jasa

Arus - Alat perlindungan atau geganti perlindungan boleh dipilih atau ditatah supaya apabila berlaku arus lebih pemutus litar yang paling hampir dengan tempat berlakunya

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel total produksi jagung pipilan kering, total produksi beras jagung, harga

Metode yang digunakan dalam penelitian ini pada saat penebaran Artemia sp adalah metode sensus sedangkan perhitungan jumlah Artemia sp dengan menggunakan metode volumetric, dimana

Konstruksi alat tangkap purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga memiliki komponen yang sama dengan komponen purse seine pada umumnya yaitu