RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU
(Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan
Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)
Paparan Menteri Keuangan
Pers Conference
TOPIK
1.
Perkembangan Ekonomi Global Terkini
2.
Asumsi Dasar Ekonomi Makro, APBN
2010
3.
Postur APBN 2010 dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal 2010
Ringkasan APBN 2010
Kebijakan Pendapatan Negara, APBN 2010
Kebiajakan Belanja Negara, APBN 2010
Kebijakan Pembiayaan Anggaran, APBN 2010
Perkembangan Ekonomi Global Terkini
Hasil pertemuan G-20 di Pittsburgh-USA
tanggal 24-25 September 2009:
Memberikan konfirmasi adanya tanda-tanda
awal pemulihan ekonomi dunia.
Fase pemulihan masih sangat dini dan tidak
pasti, sehingga perlu dijaga bersama.
Koordinasi kebijakan ekonomi, regulasi
RESPON INDONESIA
Indonesia akan memanfaatkan momentum dan situasi global yang
diharapkan membaik pada tahun 2010 dengan merancang kebijakan
fiskal yang sesuai dengan tujuan nasional yaitu menjaga momentum
pemulihan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Meskipun kondisi 2010 diperkirakan akan lebih stabil, namun tidak
berarti risiko terhadap perekonomian Indonesia dan APBN 2010
menurun.
Indonesia sepakat untuk menyusun model pertumbuhan ekonomi
dunia yang seimbang, berkelanjutan, dan kuat.
Hal ini sangat sesuai dengan kebijakan Pemerintah selama lima tahun
terakhir yang akan diteruskan oleh Pemerintahan lima tahun
mendatang yaitu mencapai pertumbuhan yang disertai pemerataan
(
growth with equity
) melalui
triple track strategies (pro- growth,
FAKTOR RESIKO PEREKONOMIAN INDONESIA
DAN APBN 2010
Beberapa faktor eksternal dan global yang harus diwaspadai dan dikelola
dampaknya terhadap perekonomian nasional:
Melonjaknya ekspansi fiskal dan moneter yang dilakukan oleh hampir
seluruh negara di dunia dalam rangka memerangi krisis keuangan dan ekonomi global, yang diperkirakan akan menyebabkan:
meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan ancaman
inflasi dunia pada jangka menengah (2010) yang harus diwaspadai.
terjadinya crowding out (kompetisi) sumber pembiayaan defisit dalam bentuk
penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal dan perbaikan sektor perbankan.
Ketidakpastian harga minyak dunia, yang berdasarkan pengalaman sangat
mempengaruhi baik sisi penerimaan negara maupun belanja subsidi.
Faktor eksternal akan sangat mempengaruhi situasi asumsi makro yang
Postur APBN 2010 dan
Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2010
6
7
RAPBN APBN Selisih Thd RAPBN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 911,5 949,7 38,2
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910,1 948,1 38,1
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729,2 742,7 13,6 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180,9 205,4 24,5
II. HIBAH 1,4 1,5 0,1
B. BELANJA NEGARA 1.009,5 1.047,7 38,2
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699,7 725,2 25,6
A. BELANJA K/L 327,6 340,1 12,6 B. BELANJA NON K/L 372,1 385,1 13,0 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201,9 209,5 7,6 % Thd Belanja Negara 20,0 20,0 0,0 a.l Subsidi 144,4 157,8 13,5
a Subsidi Energi 99,4 106,5 7,1
- BBM, LPG & BBN 59,0 68,7 9,8
- Listrik 40,4 37,8 (2,6)
b Subsidi Non Energi 44,9 51,3 6,3
- Belanja Hibah 0,0 7,2 7,2
a.l - Hibah ke daerah 0,0 7,1 7,1
II. TRANSFER KE DAERAH 309,8 322,4 12,6
1. Dana Perimbangan 293,0 306,0 13,0 a. Dana Bagi Hasil 76,6 81,4 4,8 b. Dana Alokasi Umum 195,8 203,5 7,7 c. Dana Alokasi Khusus 20,6 21,1 0,5 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16,8 16,4 (0,4)
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98,0) (98,0) 0,0 % defisit thd PDB (1,6) (1,6) 0,0
E. PEMBIAYAAN (I + II) 98,0 98,0 (0,0)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,9 107,9 (0,0)
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9,9) (9,9) 0,0
APBN 2010
(dalam triliun rupiah)
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5 triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit
Anggaran
disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran
disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
APBN Selisih Thd RAPBN
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910,1 948,1 38,1
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729,2 742,7 13,6
Tax Ratio (% thd PDB) 12,1 12,4
a. Pajak Dalam Negeri 702,0 715,5 13,5
1) 340,3 351,0 10,6
- PPh Non-Migas 300,4 303,9 3,5
- PPh Migas 39,9 47,0 7,1
2) Pajak pertambahan nilai 267,0 269,5 2,5
3) Pajak bumi dan bangunan 26,5 26,5 0,0
4) BPHTB 7,4 7,4 0,0
5) Pajak lainnya 3,8 3,9 0,0
6) Cukai 57,0 57,3 0,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 27,1 27,2 0,1
1) Bea masuk 19,5 19,6 0,1
2) Bea Keluar 7,6 7,6 0,0
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180,9 205,4 24,5
a. Penerimaan SDA 111,5 132,0 20,6 1) SDA Migas 101,3 120,5 19,3
- Minyak bumi 75,6 89,2 13,6
- Gas Bumi 25,6 31,3 5,7
2) Non Migas 10,2 11,5 1,3
- Pertambangan umum 7,1 8,2 1,1
- Panas Bumi 0,2 0,2 0,0
- Kehutanan 2,7 2,9 0,1
- Perikanan 0,1 0,2 0,0
b. Bagian Laba BUMN 23,0 24,0 1,0 c. PNBP Lainnya 36,7 39,9 3,2 d. Pendapatan BLU 9,7 9,5 (0,2)
II. HIBAH 1,4 1,5 0,1
911,5 949,7 38,2
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
JUMLAH
Pajak Penghasilan
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 1,9% dari tahun RAPBN 2010 (Perpajakan non-migas naik 0,9%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,4% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak. • Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
10
180,9 215,1
320,6
PERPAJAKAN PNBP
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
RAPBN-P
742,7 625,0
218,0
Langkah-langkah pengamanan Penerimaan
Pajak 2010:
Ekstensifikasi
Pengenaan pajak atas Surplus BI Penambahan subjek pajak OP
Intensifikasi penggalian potensi melalui :
Program Mapping dan benchmarking dengan menggunakan analisis profile dan implementasi aplikasi approweb dan multimedia super oridor.
Pemantapan profil seluruh WP KPP Madya,WP KPP LTO dan khusus, serta 500 WP KPP Pratama Pembuatan profil High Rise Building
Pengawasan intensif dari PPh pasal 25 retailer (0,75%) Pengawasan intensif WP OP potensial
Optimalisasi penggalian pajak dari WP bendahara
Penggunaan aplikasi optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) terhadap transaksi dua kewajaran untuk PPN dan PPh.
Kegiatan pasca Sunset Policy:
Law enforcement : penagihan, pemeriksaan, dan penyidikan
Pembinaan (adanya komunikasi kepada setiap WP): Tax Education (terutama WP baru), maintenance, dan pelayanan
penggalian sektor tetntu yang diperkirakan booming : sektor pertambangan
sektor perkebunan
Intensifikasi Penggalian Potensi menggunakan Aplikasi
Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) terhadap
transaksi yang di luar kewajaran.
a. PPN
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai transaksi misalnya:
WP yang tidak melaporkan sebagian Pajak Keluarannya
WP memungut PPN, tetapi tidak membayar/tidak melaporkan SPT
WP Non PKP menerbitkan Faktur Pajak yang sudah dikreditkan orang lain WP menggunakan SSP palsu (ada lembar ke-3 tapi lembar ke-2 tidak ada) WP telah restitusi, tetapi Lebih Bayar tsb dikompensasi bulan berikutnya WP terindikasi menggunakan Faktur Pajak fiktif
b. PPh
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai WP yang misalnya melakukan:
Mengalihkan sebagian omset ke persediaan akhir
Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan
Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam SPT lebih besar dari sebenarnya Menyandingkan omset PPh dengan omset PPN (Equalisasi)
Menyandingkan Biaya gaji dengan PPh Pasal 21
Pembebanan biaya overhead (sewa, jasa, transportasi, promosi,
Kebijakan dan administrasi
Kepabeanan dan Cukai
Kebijakan dan administrasi cukai:
Kenaikan tarif cukai 5-10% sejalan IHT
Menaikkan tarif Cukai HT sejalan dengan roadmap IHT
Menaikan tarif Cukai MMEA dan EA dalam negeri
Penyederhanaan tarif cukai dan golongan produsen rokok
Perubahan ketentuan mengenai perizinan
Menerapkan KPPBC Madya cukai
Otomatisasi pelayan dan pembayaran di bidang cukai
Pembentukan unit layanan informasi dan kepatuhan internal
Peningkatan pengawasan pita cukai: peningkatan oprasi pasar,
Kebijakan dan administrasi
kepabeanan:
Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 2,0%, ASEAN-Korea 2,6%, ASEAN-China 3,8% dan Indonesia-Jepang 4,0%
Insentif mendukung kebijakan perdagangan dan industri
Penyesuaian tarif bea keluar berdasarkan perkembangan harga CPO internasional ambang batas HPE CPO USD 700/to
Implementasi NSW dan ASW (ASEAN Single Window) Tarif bea masuk rata-rata tertimbang turun
Pemberian berbagai fasilitas pembebasan dan keringanan BM
Kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produksi dalam negeri
Peningkatan manajemen tagihan/piutang yang ditujukan untuk mengukur tingkat kolektibilitas tagihan/piutang melalui penerbitan surat paksa, surat sita, dan pelaksanaan pelelangan
Reformasi kepabeanan: pembentukan KPPBC Madya Pabean dan pengembangan NSW Program intensifikasi:
Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang
Law enforcement:
Peningkatan pengawasan:
Mengembangkan manajemen risiko kepabeanan dan cukai
Membangun sistem dokumentasi penganggaran kepabeanan dan
cukai
Pemberantasan penyelundupan fisik dan pelanggaran administrasi
Pemberantasan penggunaan pita cukai palsu
Pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai
Peningkatan audit:
Pembuatan dokumentasi sistem informasi perencanaan audit
Penyusunan database profil dan obyek audit
Kebijakan Umum PNBP
Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak
mentah dan efisiensi cost recovery.
Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan
peraturan disektor pertambangan.
Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi
alternatif.
Mengggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap
mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup.
Mengoptimalkan dividen BUMN dengan tetap mempertimbangkan
peningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital Expenditure).
Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
APBN Selisih Thd RAPBN
BELANJA NEGARA 1.009,5 1.047,7 38,2 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699,7 725,2 25,6 A. BELANJA K/L 327,6 340,1 12,6
B. BELANJA NON K/L 372,1 385,1 13,0 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201,9 209,5 7,6
% Thd Belanja Negara 20,0 20,0
1. Belanja Pegawai 161,7 158,1 (3,6) 2. Belanja Barang 100,2 103,0 2,8 3. Belanja Modal 76,9 83,2 6,4 4. Pembayaran Bunga Utang 115,6 115,6 (0,0)
i. Utang Dalam Negeri 77,4 77,4 (0,0)
ii. Utang Luar Negeri 38,2 38,2
-5. Subsidi 144,4 157,8 13,5 a Subsidi Energi 99,4 106,5 7,1
- BBM, LPG & BBN 59,0 68,7 9,8 - Listrik 40,4 37,8 (2,6)
b Subsidi Non Energi 44,9 51,3 6,3
a.l. 1) Pangan 11,8 11,4 (0,5) 2) Pupuk 11,3 14,8 3,5
6. Belanja Hibah 0,034 7,2 7,2 a.l - Hibah ke daerah 0,000 7,1 7,1
7. Bantuan Sosial 69,1 69,6 0,5 8. Belanja Lain-Lain 31,8 30,7 (1,1)
a.l - Dana Cadangan Risiko fiskal 5,6 8,6 3,0 699,7 725,2 25,6
JUMLAH
BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010
(dalam triliun rupiah)
BELANJA PEGAWAI
Belanja pegawai disepakati Rp158,1 T, antara lain
untuk menampung:
Penyeimbang inflasi sebesar 5% dari gaji dan pensiun pokok
kepada PNS, TNI, Polri dan pensiunan.
Kenaikan uang makan PNS Pusat dan uang lauk pauk
TNI/Polri, masing-masing menjadi Rp20.000,0 dan
Rp40.000,0.
Remunerasi pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga
terkait dengan reformasi birokrasi, termasuk remunerasi
pejabat negara.
Jaminan pemeliharaan kesehatan Menteri dan pejabat
tertentu.
BELANJA BARANG
Belanja barang disepakati Rp103,0 T, antara lain menampung
anggaran kegiatan prioritas:
Anggaran sensus penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T.
Promosi pariwisata sebesar Rp0,25 T.
BELANJA MODAL
Belanja modal disepakati Rp83,2 T, antara lain untuk:
Alat utama sistem senjata (Alutsista) Departemen Pertahanan sebesar
Rp10,2 T;
Infrastruktur ketenagalistrikan sebesar Rp4,5 T.;
Infrastruktur transportasi sebesar Rp23,2 T (termasuk jalan, jembatan,
kereta api, pelabuhan dan Bandar udara);
Infrastruktur irigasi, bendungan, penanggulangan banjir sebesar Rp8,0 T,
dan
BELANJA HIBAH
Belanja hibah disepakati Rp7,2 T, yang
diperuntukkan:
Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) project sebesar Rp34,4
miliar, dan
Basic Education Capacity Trust Fund sebesar Rp57,6 miliar.
Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sebesar
BANTUAN SOSIAL
Bantuan sosial disepakati Rp69,6 T, antara lain dialokasikan untuk:
Dana cadangan penanggulangan bencana alam sebesar Rp3,0 T. Anggaran untuk Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar
Rp19,8 T, dengan mencakup 44,1 juta siswa.
Anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp1,3 T, dengan
penambahan RTSM di beberapa provinsi/kab/kota/kecamatan.
Anggaran untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas ) sebesar
Rp5,1 T, yang terdiri atas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebesar Rp1 T, dan Pelayanan Kesehatan di Kelas III Rumah sakit sebesar Rp4,1 T, dengan keduanya mencakup 76,4 juta Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
Anggaran untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM
BELANJA LAIN-LAIN
Belanja lain-lain dalam tahun 2010 adalah sebesar Rp30,7 T, antara
lain untuk:
Dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp8,6 T.
Melanjutkan Revitalisasi kakao sebesar Rp0,5 T.
Menampung dana cadangan beras pemerintah sebesar Rp1,0 T.
Menampung dana cadangan untuk sarana dan prasarana konversi
energi sebesar Rp4,8 T.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi kepada lembaga
internasional sebesar Rp0,7 T.
ANGGARAN PENDIDIKAN
Anggaran pendidikan dalam tahun 2010 sebesar Rp209,5 T, tetap dipertahankan sebesar
20% dari total belanja negara, yaitu sebesar Rp1.047,7 T.
Anggaran pendidikan terdiri atas anggaran pendidikan pada kementerian
negara/lembaga (K/L) dan anggaran pendidikan pada transfer ke daerah.
RAPBN APBN (1) (2)
1. Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga 77.403,7 83.170,0
a. Departemen Pendidikan Nasional 51.514,3 54.704,3 b. Departemen Agama 22.695,4 23.663,6 c. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya 3.194,0 4.802,1
2. Anggaran Pendidikan Transfer ke Daerah 122.799,7 126.367,6
i. DBH Pendidikan 521,5 617,0 ii. DAK Pendidikan 9.334,9 9.334,9 iii. DAU Pendidikan 93.904,9 95.923,1 iv.DAU Tambahan (TPP guru PNSD) 7.940,0 5.800,0 v. DAU Tunjangan Profesi Guru 8.854,9 10.994,9 vi. Dana Otsus Pendidikan 2.243,4 2.309,9 vii. Dana Penyesuaian Insentif DAU Kependidikan - 1.387,8
3. Penyesuaian anggaran pendidikan 20% (BA 999) 1.727,3 -4. Anggaran Pendidikan (1+2+3) 201.930,7 209.537,6 5. Total Belanja Negara 1.009.485,7 1.047.666,0 Rasio Anggaran Pendidikan 20,0% 20,0%
Uraian
Anggaran Pendidikan Tahun 2010
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM, LPG, dan BBN
Subsidi BBM, LPG dan BBN disepakati Rp68,7 T, naik Rp9,8 T dari
usulan RAPBN 2010 sebesar Rp58,975 T.
Pengendalian anggaran subsidi BBM tahun 2010 dilakukan melalui efisiensi terhadap biaya
distribusi dan margin usaha (Alpha), dan melakukan kebijakan penghematan konsumsi BBM bersubsidi.
Kebijakan penghematan BBM bersubsidi melalui :
Penerapan secara bertahap sistem pendistribusian BBM bersubsidi dengan pola
tertutup.
Melanjutkan program pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG tabung 3
(tiga) kilogram.
Peningkatan pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.
Dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam satu tahun
KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK
Subsidi listrik disepakati Rp37,8 T turun Rp2,6 T dari
usulan RAPBN 2010 Rp40,4 T.
Pengendalian subsidi listrik dalam tahun 2010
dilakukan melalui :
Pemberian margin kepada PT PLN (Persero) sebesar 5 persen.
Penerapan tarif daftar listrik (TDL) sesuai harga keekonomian
secara otomatis untuk pemakaian energi diatas 50 persen
konsumsi rata-rata nasional tahun 2009 bagi pelanggan rumah
tangga (R), bisnis (B), dan Publik (P) dengan daya mulai 6.600 VA
keatas.
Penerapatan kebijakan tarif yang bertujuan untuk mendorong
penghematan tenaga listrik (a.l. daya max plus) dan pelayanan
khusus.
Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan oleh pemerintah
KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK
Subsidi pupuk tahun 2010 sebesar Rp14,8 triliun, terdiri
atas :
Subsidi harga pupuk Rp11,3 triliun
Bantuan langsung pupuk (BLP) Rp1,6 triliun Unit Pengolahan Pupuk Organik Rp105,0 miliar Bantuan Ternak Sapi Rp250,0 miliar
Kurang bayar tahun sebelumnya Rp1,5 triliun
Pemerintah mengutamakan kecukupan pasokan gas yang
dibutuhkan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dalam rangka menjaga ketahanan pangan
Pemerintah menjamin harga gas untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dengan harga domestik
Pemerintah daerah diberi kewenangan mengawasi
KEBIJAKAN BELANJA NEGARA
Pasal 14 UU APBN 2010;
(1) “Dalam rangka efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program stimulus fiskal 2009,
kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk
provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan
tugas pembantuan/dekonsentrasi namun tidak
sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal
tahun 2009 sebagaimana telah ditetapkan, akan
menjadi faktor pengurang dalam penetapan alokasi
anggaran Tahun Anggaran 2010”
(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi provinsi dan kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah.
(3)Faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
Pengurangan dikenakan hanya terhadap K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota
yang tidak dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum sebesar sisa anggaran stimulus fiskal 2009 yang tidak diserap; dan
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada huruf a
satuan kerja pusat/vertikal K/L yang melaksanakan kegiatan stimulus fiskal melalui
pemotongan alokasi anggaran pada Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK)/DIPA satuan kerja pusat/vertikal K/L yang bersangkutan;
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan
tugas pembantuan/dekonsentrasi stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada SAPSK/DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
Provinsi/kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam
rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas dengan memperhitungkannya dari transfer ke daerah
Provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Setelah Tahun Anggaran 2009 berakhir, Kuasa Pengguna Anggaran Satuan
Kerja penerima dana stimulus fiskal Tahun Anggaran 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyampaikan Laporan Realisasi Kegiatan dan Anggaran Stimulus Fiskal 2009 kepada K/L yang
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kementerian
Negara/Lembaga (K/L) selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran program/kegiatan stimulus fiskal 2009 menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, realisasi anggaran dan alasan apabila alokasi
anggaran tidak terserap seluruhnya kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 29 Januari 2010.
(6) Menteri Keuangan menetapkan surat edaran pengurangan pagu kepada
Kementerian Negara/Lembaga (K/L)/provinsi/kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan program stimulus fiskal paling lambat tanggal 26 Februari 2010.
(7)Pengurangan pagu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaporkan
dalam APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 dan atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Fleksibilitas Anggaran (pasal 23)
Dalam hal diperlukan tambahan anggaran belanja maksimal
2% (dua persen) dari belanja negara untuk kebutuhan belanja
prioritas yang belum tersedia pagu anggarannya, Pemerintah
dapat mengajukan perubahan APBN.
Pembahasan dan penetapan perubahan APBN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Badan Anggaran
dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu dalam masa
sidang, setelah perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah
kepada DPR RI.
Perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
APBN Selisih Thd RAPBN
1. Dana Perimbangan 293,0 306,0 13,0
a. Dana Bagi Hasil 76,6 81,4 4,8
- Pajak Bumi dan Bangunan 25,2 25,2 0,0 - Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 7,4 7,4 0,0 - Pajak Penghasilan Perseorangan 13,2 13,2 0,0 - Cukai Tembakau 1,1 1,1 0,0 - Migas 22,2 26,0 3,8 - Pertambangan umum 5,7 6,6 0,9 - Panas Bumi 0,2 0,2 0,0 - Kehutanan 1,5 1,6 0,0 - Perikanan 0,1 0,1 0,0
b. Dana Alokasi Umum 195,8 203,5 7,7
- DAU Murni 187,0 192,5 5,5 - DAU Tambahan Untuk Tunjangan Profesi Guru 8,9 11,0 2,1
c. Dana Alokasi Khusus 20,6 21,1 0,5
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16,8 16,4 (0,4)
a. Dana Otonomi Khusus 8,9 9,1 0,2
- Dana Otonomi Khusus Papua 3,7 3,8 0,1 - Dana Otonomi Khusus NAD 3,7 3,8 0,1 - Tambahan Otsus Infrastruktur 1,4 1,4 0,0
b. Dana Penyesuaian 7,9 7,3 (0,6)
- Dana Insentif Daerah 0,0 1,4 1,4 - Tambahan Tunjangan Kependidikan untuk guru 7,9 5,8 (2,1) - Kurang Bayar DISP tahun 2008 0,0 0,0 0,0 - Kurang bayar DAK Tahun 2008 0,0 0,1 0,1
309,8 322,4 12,6
TRANSFER KE DAERAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
JUMLAH
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4 T) DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless Menampung tunjangan profesi guru
(realokasi dari bansos K/L) Rp10,995 T
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,13 T) :
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum,
Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU
nasional)
Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3T, menampung Tambahan Tunjangan Guru PNSD, Dana Insentif Daerah, Kurang Bayar DAK dan DISP TA 2008).
33
129,7
150,8
226,2
253,3
292,4 309,3
322,4 0 100 200 300 400
2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBNP
2010
APBN
Triliun Rp
Otsus dan
Anggaran Pendidikan melalui
Dana Transfer ke Daerah
1. DBH Pendidikan
617,05
2. DAU Pendidikan
95.923,07
3. DAK Pendidikan
9.334,88
4. Tambahan Tunjangan Guru PNSD
5.800,00
5. DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi
Guru
10.994,89
6. Dana Insentif Daerah
1.387,80
7. Dana Otonomi Khusus Pendidikan
2.309,88
Total
126.367,
48
(dalam miliar rupiah)
Dana Insentif Daerah TA 2010
Dana Insentif Daerah
(DID)
dialokasikan
untuk:
•
Daerah
yang
berprestasi
•Sebagai
Dana Penyeimbang
bagi
daerah
yang
mengalami
koreksi luas wilayah
yang
signifikan
dan
daerah yang
terkena dampak pemekaran,
agar dapat
menjaga
kesinambungan
dan
stabilitas fiskal
daerah.
Tolok Ukur Daerah yang Berprestasi
1. Kinerja Keuangan Daerah, a.l.:
a. Effort Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
b. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah c. Ketepatan waktu penyampaian Perda APBD
d. Daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah dibawah rata-rata nasional dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diatas rata-rata nasional.
2. Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan, a.l.:
a. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional
b. Pengurangan tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional c. Pengurangan tingkat pengangguran diatas rata-rata nasional d. Tingkat inflasi daerah dibawah rata-rata nasional
APBN Selisih Thd RAPBN
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98,0) (98,0) 0,0
% Defisit Terhadap PDB (1,6) (1,6)
E. PEMBIAYAAN (I + II) 98,0 98,0 (0,0)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,9 107,9 (0,0)
1. Perbankan dalam negeri 7,1 7,1 0,0
a.l - RDI 5,5 5,5 0,0 - Rekening Pembangunan Hutan 0,6 0,6 0,0
- SAL 1,0 1,0 0,0
2. Non-perbankan dalam negeri 100,8 100,8 (0,0) a. Penerimaan Privatisasi 0,0 0,0 0,0 b. Hasil Pengelolaan Aset 1,2 1,2 0,0 c. Surat Berharga Negara (neto) 104,4 104,4 (0,0) d. Pinjaman Dalam Negeri 1,0 1,0 0,0 e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN (3,9) (3,9) 0,0
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9,9) (9,9) 0,0 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 57,6 57,6 0,0
a. Pinjaman Program 24,4 24,4 0,0 b. Pinjaman Proyek Bruto 33,2 33,2 0,0 i. Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat 24,5 24,5 0,0 ii. Penerusan Pinjaman (SLA) 8,6 8,6 0,0
2. Penerusan SLA (8,6) (8,6) 0,0
3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (58,8) (58,8) 0,0
RAPBN
DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010
PEMBIAYAAN ANGGARAN
APBN2010
Pembiayaan defisit sebesar Rp98,0 triliun bersumber dari pembiayaan
non-utang sebesar Rp2,5 triliun dan pembiayaan non-utang sebesar Rp95,5 triliun.
Kebijakan Pembiayaan:
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang
tanpa menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto dan pinjaman program), apabila terdapat sumber pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Penarikan pinjaman siaga baik dari kreditor bilateral maupun multilateral apabila
kondisi pasar keuangan memburuk
Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, Pemerintah akan mengurangi proporsi
pinjaman luar negeri yang mengikat (tied loan)
Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan hak tagih/kredit
terhadap UMKM
Investasi Pemerintah oleh PIP tidak diberikan kepada BUMN yang sudah menjadi
perusahaan terbuka
Dalam pengelolaan dana bergulir, risiko pemberian dana bergulir diupayakan
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
39
(1,0)
(0,6)
(0,9)
(1,3)
(0,1)
(2,4)
(1,6)
(3,0) (2,5) (2,0) (1,5) (1,0) (0,5) 0,0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 APBN
32 33 35 39 47 57 61 67 77 89 85 29 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* Triliun Rp 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %
PDB Outstanding Utang Rasio Utang thd PDB
40
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
40
41
KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan perpajakan, akan terus dilanjutkan
langkah-langkah reformasi perpajakan dengan fokus perbaikan administrasi pemungutan pajak, meneruskan modernisasi perpajakan yang difokuskan pada sistem dan manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, antara
lain akan ditempuh langkah-langkah kebijakan untuk menaikkan tarif cukai,
meningkatkan efektivitas pemeriksaan dokumen dan barang, meningkatkan fungsi pengawasan dan audit, serta secara konsisten melanjutkan program reformasi
kepabeanan dan cukai.
Untuk mengoptimalkan penerimaan migas, akan dilakukan efisiensi cost recovery,
dan penyelesaian penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang cost recovery.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan sumber daya alam nonmigas akan
dilakukan antara lain penyesuaian tarif pungutan SDA kehutanan, dan revisi terhadap PP Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN untuk lebih mengoptimalkan penerimaan SDA pertambangan umum.
Untuk meningkatkan kinerja BUMN dan penerimaan negara yang berasal dari
dividen atas laba BUMN, akan dilakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah dari BUMN sektor perbankan dengan prioritas piutang UMKM.
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 11,8% dari tahun 2009 (Perpajakan non-migas naik 14,4%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,1% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak. • Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
43
180,9 215,1
320,6
PERPAJAKAN PNBP
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
RAPBN-P
742,7 625,0
218,0
KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2010
Di bidang Belanja Negara, Pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan reformasi perencanaan dan penganggaran yang memuat langkah-langkah bertahap dan terukur untuk meningkatkan kualitas belanja negara. Reformasi
perencanaan dan penganggaran tersebut akan dilakukan antara lain melalui restrukturisasi program dan kegiatan agar dapat lebih mencerminkan kinerja dan akuntabilitas masing-masing institusi, penerapan anggaran berbasis kinerja dengan pilot project pada enam kementerian negara/lembaga, penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), dan perubahan format Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) agar lebih berorientasi pada kebijakan strategis.
Di samping itu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program stimulus fiskal tahun 2009, Pemerintah
dan DPR sepakat untuk memberikan sanksi berupa pengurangan alokasi anggaran tahun 2010 bagi kementerian negara/lembaga dan pemerintah daerah yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana yang telah ditetapkan. Upaya ini sejalan dengan tujuan untuk membangun anggaran yang semakin berbasis pada kinerja.
Selanjutnya, dalam rangka “pemulihan perekonomian nasional dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat”, Pemerintah
sependapat dengan Dewan yang terhormat mengenai perlunya anggaran belanja negara lebih diutamakan untuk program-program prioritas sebagai berikut. Pertama, meneruskan/meningkatkan seluruh program kesejahteraan rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan berbagai subsidi lainnya). Kedua, melanjutkan pembangunan infrastruktur, pertanian dan energi, proyek padat karya, dan stimulus fiskal bila diperlukan. Ketiga, mendorong
revitalisasi industri, pemulihan dunia usaha termasuk melalui pemberian insentif perpajakan dan bea masuk. Keempat, meneruskan reformasi birokrasi. Kelima, meningkatkan anggaran operasional, pemeliharaan, dan pengadaan alutsista.
RKP, 5 Agenda dan 15 Prioritas
Pembangunan
45
APBN 2010 memadukan RKP 2010 dengan
Agenda dan Prioritas Pembangunan
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
2010
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai kelanjutan dari RPJMN ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
Bab IV dari
Lampiran UU No. 17/2007: RPJPN 2005-2025
TEMA PEMBANGUNAN
Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat
RAPBN
2010
• Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
• Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan Demokrasi dan Keamanan Nasional
• Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi
• Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim
Pertumbuhan Ekonomi 5,0% Jumlah Pengangguran 8,0% Jumlah Orang Miskin 12,0% -13,5%
RKP 2010
Prioritas RKP dan Alokasi APBN 2010
TEMA:
PEMULIHAN PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN PEMELIHARAAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
5 PRIORITAS PEMBANGUNAN & ANGGARAN :
1.
Pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan
kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial
Rp36,1 T
2.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
Rp51,4 T
3.
Pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta
pemantapan demokrasi dan keamanan nasional Rp18,1 T
4.
Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan
pertanian, infrastruktur, dan energi Rp61,3 T
5.
Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan
kapasitas penanganan perubahan iklim Rp3,5 T
5 Agenda Pembangunan
1.
Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat
2.
Pembangunan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa
3.
Penguatan demokrasi dan menghormati HAM
4.
Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi
5.
Pembangunan adil dan merata
Program 5 Agenda Pembangunan dalam
Alokasi Belanja APBN 2010
(Rp Miliar)49
1.
Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. 159.788,6
i. PNPM 12.920,9
ii. PKH 1.300,0
iii. BOS 19.825,3
iv.Beasiswa Pendidikan Siswa Miskin 2.702,8
v. Askeskin/Jamkesmas 5.125,6
vi. Subsidi BBM 68.726,7
vii.Subsidi Listrik 37.800,0
viii.Subsidi Pangan 11.387,3
2.
Pembangunan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 11.252,1 i.
Remunerasi K/L dalam rangka Reformasi Birokrasi 10.616,8
ii.Peningkatan kualitas pelayanan publik 500,8
iii.
Pengembangan sistem peningktan kinerja dan kesejahteraan PNS 134,5 3.
Penguatan demokrasi dan menghormati HAM. 3.523,6
i. Sensus Penduduk 3.300,0
ii. 86,7
iii.
Pelaksanaan keterbukaan informasi publik 137,0
4.
Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 212,1 i.
Pemantapan Peraturan Perundang-Undangan 33,2
ii.
Pemantapan pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas penanganan perkara korupsi 178,9 5.
Pembangunan adil dan merata. 93.997,4
i. Pembangunan Infrastruktur 93.997,4
15 Prioritas Program Kerja (1)
1.
Pertumbuhan ekonomi minimal 7% di tahun 2013
2.
Pengurangan kemiskinan menjadi 8-10%
3.
Pengurangan pengangguran menjadi 5-6%
4.
Peningkatan pendidikan dalam hal mutu, infrastruktur,
kesejahteraan pengajar, dan gratis untuk yang miskin
5.
Peningkatan layanan kesehatan masyarakat dan gratis
untuk yang miskin
6.
Meningkatkan ketahanan pangan dengan swasembada
beras, daging sapi, dan kedelai
7.
Mewujudkan ketahanan energi dengan pembangunan
daya listrik skala besar
8.
Peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur
dengan sejumlah mega-proyek
9.
Pembangunan perumahan rakyat dan rumah susun
sederhana
10.
Pemeliharaan lingkungan hidup
11.
Peningkatan keamanan dan pertahanan dengan
perhatian pada alutsista
12.
Reformasi birokrasi dengan pemberantasan KKN
13.
Pemerataan pembangunan dan desentralisasi keuangan
14.
Menjaga demokrasi dan penghormatan HAM
15.
Peningkatan peran-peran internasional
15 Prioritas Program Kerja (2)
Postur APBN 2010
52
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
53
(1,0)
(0,6)
(0,9)
(1,3)
(0,1)
(2,4)
(1,6)
(3,0) (2,5) (2,0) (1,5) (1,0) (0,5) 0,0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 APBN
32 33 35 39 47 57 61 67 77 89 85 29 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* Triliun Rp 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %
PDB Outstanding Utang Rasio Utang thd PDB
54
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
54
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5 triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit
Anggaran
disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran
disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
56
RAPBN APBN Selisih Thd RAPBN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 911.475,8 949.656,1 38.180,3
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910.054,3 948.149,3 38.095,1
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729.165,2 742.738,0 13.572,8 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180.889,0 205.411,3 24.522,3
II. HIBAH 1.421,5 1.506,8 85,3
B. BELANJA NEGARA 1.009.485,7 1.047.666,0 38.180,3
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699.688,1 725.243,0 25.554,9
A. BELANJA K/L 327.556,9 340.149,2 12.592,3 B. BELANJA NON K/L 372.131,2 385.093,8 12.962,6 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201.930,7 209.537,6 7.606,9 % Thd Belanja Negara 20,0 20,0 0,0 a.l Subsidi 144.355,1 157.820,3 13.465,2
a Subsidi Energi 99.409,3 106.526,7 7.117,4
- BBM, LPG & BBN 58.975,5 68.726,7 9.751,2
- Listrik 40.433,8 37.800,0 (2.633,8)
b Subsidi Non Energi 44.945,8 51.293,6 6.347,9
- Belanja Hibah 34,4 7.192,0 7.157,6
a.l - Hibah ke daerah 0,0 7.100,0 7.100,0
II. TRANSFER KE DAERAH 309.797,6 322.423,0 12.625,5
1. Dana Perimbangan 292.979,6 306.023,4 13.043,9 a. Dana Bagi Hasil 76.586,1 81.404,8 4.818,7 b. Dana Alokasi Umum 195.805,6 203.485,2 7.679,6 c. Dana Alokasi Khusus 20.587,9 21.133,4 545,5 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16.818,0 16.399,6 (418,4)
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98.009,9) (98.009,9) 0,0
% defisit thd PDB (1,6) (1,6) 0,0
E. PEMBIAYAAN (I + II) 98.009,9 98.009,9 (0,0)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107.891,4 107.891,4 (0,0)
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9.881,5) (9.881,5) 0,0
Exercise APBN 2010
(dalam miliar rupiah)
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI
Pemberian Gaji & Pensiun ke-13
Kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok sebesar 5%
Kenaikan uang makan/lauk pauk TNI/Polri dari
Rp35.000/hari
Rp40.000/hari
Kenaikan uang makan PNS pusat dari Rp15.000/hari
kerja
Rp20.000/hari kerja
Remunerasi pada beberapa K/L yang telah & sedang
melakukan reformasi birokrasi:
Tahun 2010 : Kejagung, Dephan, Depkumham, Kantor Menko
Perekonomian, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Polhukam, Kantor Meneg PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kepolisian Negara RI,
Lembaga Administrasi Negara, BKN, dan BPKP
Tahun 2011: K/L lainnya (reformasi birokrasi tuntas)
Penataan remunerasi dan jaminan kesehatan bagi pejabat
negara.
Penambahan pegawai baru pusat sebanyak 100 ribu orang
KEBIJAKAN BELANJA BARANG
59 Sensus Penduduk Tahun 2010 memakan Biaya Besar Desain Harus Baik
Output dapat digunakan sebagai Dasar Pembuatan Nomor Induk Kependudukan (NIK)
o
Menampung perkembangan
organisasi pemerintahan
o
Menjaga Operasi dan pemeliharaan
aset/BMN
o
Peningkatan efisiensi & efektivitas
biaya perjalanan dinas (untuk
mendukung tugas pokok & bersifat at
cost).
o
Menampung anggaran kegiatan
prioritas
:Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T (dasar untuk pembuatan Nomor Induk Kependudukan/NIK)
Promosi pariwisata sebesar Rp250 M
Belanja Barang (Rp Triliun) 29,2 47,2 54,5 56,0 85,5 103,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P
KEBIJAKAN BELANJA MODAL
Meningkatkan belanja untuk
pembangunan infrastruktur.
Memperhitungkan kesinambungan
pembiayaan, khususnya untuk proyek-proyek multiyears.
Menampung alokasi anggaran untuk:
Alutsista Dephan sebesar Rp11,3T Infrastruktur ketenaga listrikan
sekitar Rp12,4 T
Infrastruktur transportasi Rp28,6T
(termasukjalan, Jembatan, KA, Pelabuhan, dan Bandar Udara)
Infastruktur irigasi, bendungan,
penanggulangan banjir Rp7,9 T
Pembangunan air bersih Rp3,0 T
60 Belanja Modal (Rp Triliun) 32,9 55,0 64,3 72,8 73,4 83,2 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P
26.1 53.3 59.1 77.4 102.7 93.9 -20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Triliun Rp
PU Perhubungan K/L Lainnya DAK
Anggaran Infrastruktur dan Revitalisasi Industri
Program Revitalisasi Industri
• Mengacu pada target-target KPIN (Kebijakan Pembangunan Industri Nasional)
• Dukungan Pemerintah : fiskal (perpajakan, kepabeanan & anggaran) dan nonfiskal
(pembiayaan, pertanahan, produksi nasional, perdagangan, dan regulasi sektoral)
• Fokus : revitalisasi pabrik gula, semen, pupuk, dan industri strategis
61
Pertumbuhan PDB Industri Manifaktur (%)
4.6 4.6 4.7
3.7 2.3 3.7 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Kebijakan Belanja Hibah
Menampung hibah kepada pemerintah daerah yang
diperuntukkan untuk:
1.
Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) Project.
2.
Basic Education Capacity Trust Fund.
KEBIJAKAN BANTUAN SOSIAL
Memprioritaskan alokasi
anggaran untuk
kesinambungan
program/kegiatan prioritas
kesejahteraan rakyat (BOS,
PKH, PNPM, Askeskin/
Jamkesmas),
Mengalokasikan anggaran
untuk penanggulangan
bencana, dan
Mempertimbangkan
realokasi tunjangan
profesi Guru ke DAU
sebesar Rp8,85 T.
63 Bantuan Sosial (Rp Triliun) 24,9 40,7 49,8 57,7 77,9 69,6 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0
2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P
Redesign
Kebijakan Subsidi
Salah sasaran Terjadi distorsi
APBN menjadi vulnerable terhadap
guncangan (shock) dari luar
Subsidi harga
Subsidi harga
Targeted subsidy
(Subsidi yang tepat sasaran)Targeted subsidy
(Subsidi yang tepat sasaran) Accountable
Tepat sasaran dan efektif
Predictable
APBN yang stabil
64
2009 2010
Kebijakan Subsidi BBM dan Listrik Tahun 2010
Subsidi BBM
Dipertimbangkan penyesuaian harga jual eceran BBM dalam negeri
mendekati harga keekonomian dengan memperhitungkan daya beli masyarakat dan kemampuan keuangan negara.
Pengguna BBM bersubsidi dibatasi hanya pada sektor rumah tangga,
usaha kecil, usaha perikanan, nelayan, transportasi dan pelayanan umum.
Pendistribusian BBM bersubsidi dengan sistem tertutup dan lebih tepat
sasaran.
Subsidi Listrik
Pengendalian subsidi listrik secara bertahap melalui penyesuaian TDL
hingga mendekati Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.
Penurunan BPP tenaga listrik, melalui:
Melaksanakan tepat waktu untuk proyek 10.000 MW dan menurunkan
kontribusi pembangkit dengan menggunakan BBM.
Optimalisasi penggunaan gas, penggantian High Speed Diesel (HSD)
menjadi Marine Fuel Oil (MFO).
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (1)
Kebijakan Belanja Lain-Lai
Menampung dana cadangan resiko fiskal, dana
cadangan beras Pemerintah, dana cadangan untuk
sarana dan prasarana konversi energi.
Melanjutkan revitalisasi kakao.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi
kepada lembaga Internasional.
Operasional TVRI.
Peningkatan Efektivitas Subsidi Pertanian, menerapkan sistem “targeted subsidy” langsung kepada petani
BPS telah menyelesaikan Pendataan Usaha Tani (PUT) 2009 untuk petani padi, jagung , kedele, dan tebu
Diperoleh data : 17,83 juta usaha tani padi, jagung, kedele, tebu; terdiri dari
14,99 juta usaha tani padi
6,71 juta usaha tani jagung
1,16 juta usaha tani kedele
196 ribu usaha tani tebu
Subsidi pertanian (pupuk, benih, kredit) dapat disusun dan diarahkan langsung untuk diterima petani tanpa melalui subsidi terhadap produknya.
Direncanakan 2010 akan dilakukan pilot proyek di 10 propinsi terlebih dahulu.
Menurut nama dan alamat
AKURASI PENDATAAN RTS SUBSIDI PERTANIAN
Subsidi Bunga Kredit Program (2010) : Rp5,3 T
KPRsh, Rusunami, KKP-E, Risk sharing KKP-Energi, dan Imbal jasa penjaminan KUR
Kredit usaha sektor peternakan;
Kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP), dan
Resi gudang.
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (2)
Subsidi Pajak (2010): Rp16,9 T
Untuk mendorong sektor-sektor prioritas (misal investasi migas).
Subsidi pajak: PPh DTP, PPN DTP, dan Bea Masuk DTP.
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4T) DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless Menampung tambahan untuk tunjangan
profesi guru (realokasi dari bansos K/L) Rp11,0 T
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,3 T) :
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan
Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU nasional) Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3 T, a.l menampung dana tambahan tunjangan guru PNSD Rp5,8 T dan insentif Daerah Rp1,4 T.
70
129,7
150,8
226,2
253,3
292,4 309,3
322,4 0 100 200 300 400
2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P
2010
APBN
Triliun Rp
Otsus dan
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi
instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan
perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto
dan pinjaman program), apabila terdapat sumber
pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Sumber pembiayaan:
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp104,4T
Pinjaman luar negeri bruto Rp57,6 T
Pinjaman program (dari Bank Dunia, ADB, Jepang & Perancis) Pinjaman Proyek, khususnya untuk kegiatan multi-year
Penerusan Pinjaman (SLA)