• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU (Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU (Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU

(Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan

Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)

Paparan Menteri Keuangan

Pers Conference

(2)

TOPIK

1.

Perkembangan Ekonomi Global Terkini

2.

Asumsi Dasar Ekonomi Makro, APBN

2010

3.

Postur APBN 2010 dan Pokok-Pokok

Kebijakan Fiskal 2010

Ringkasan APBN 2010

Kebijakan Pendapatan Negara, APBN 2010

Kebiajakan Belanja Negara, APBN 2010

Kebijakan Pembiayaan Anggaran, APBN 2010

(3)

Perkembangan Ekonomi Global Terkini

Hasil pertemuan G-20 di Pittsburgh-USA

tanggal 24-25 September 2009:

Memberikan konfirmasi adanya tanda-tanda

awal pemulihan ekonomi dunia.

Fase pemulihan masih sangat dini dan tidak

pasti, sehingga perlu dijaga bersama.

Koordinasi kebijakan ekonomi, regulasi

(4)

RESPON INDONESIA

Indonesia akan memanfaatkan momentum dan situasi global yang

diharapkan membaik pada tahun 2010 dengan merancang kebijakan

fiskal yang sesuai dengan tujuan nasional yaitu menjaga momentum

pemulihan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Meskipun kondisi 2010 diperkirakan akan lebih stabil, namun tidak

berarti risiko terhadap perekonomian Indonesia dan APBN 2010

menurun.

Indonesia sepakat untuk menyusun model pertumbuhan ekonomi

dunia yang seimbang, berkelanjutan, dan kuat.

Hal ini sangat sesuai dengan kebijakan Pemerintah selama lima tahun

terakhir yang akan diteruskan oleh Pemerintahan lima tahun

mendatang yaitu mencapai pertumbuhan yang disertai pemerataan

(

growth with equity

) melalui

triple track strategies (pro- growth,

(5)

FAKTOR RESIKO PEREKONOMIAN INDONESIA

DAN APBN 2010

Beberapa faktor eksternal dan global yang harus diwaspadai dan dikelola

dampaknya terhadap perekonomian nasional:

 Melonjaknya ekspansi fiskal dan moneter yang dilakukan oleh hampir

seluruh negara di dunia dalam rangka memerangi krisis keuangan dan ekonomi global, yang diperkirakan akan menyebabkan:

 meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan ancaman

inflasi dunia pada jangka menengah (2010) yang harus diwaspadai.

terjadinya crowding out (kompetisi) sumber pembiayaan defisit dalam bentuk

penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal dan perbaikan sektor perbankan.

 Ketidakpastian harga minyak dunia, yang berdasarkan pengalaman sangat

mempengaruhi baik sisi penerimaan negara maupun belanja subsidi.

Faktor eksternal akan sangat mempengaruhi situasi asumsi makro yang

(6)

Postur APBN 2010 dan

Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2010

6

(7)

7

RAPBN APBN Selisih Thd RAPBN

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 911,5 949,7 38,2

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910,1 948,1 38,1

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729,2 742,7 13,6 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180,9 205,4 24,5

II. HIBAH 1,4 1,5 0,1

B. BELANJA NEGARA 1.009,5 1.047,7 38,2

I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699,7 725,2 25,6

A. BELANJA K/L 327,6 340,1 12,6 B. BELANJA NON K/L 372,1 385,1 13,0 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201,9 209,5 7,6 % Thd Belanja Negara 20,0 20,0 0,0 a.l Subsidi 144,4 157,8 13,5

a Subsidi Energi 99,4 106,5 7,1

- BBM, LPG & BBN 59,0 68,7 9,8

- Listrik 40,4 37,8 (2,6)

b Subsidi Non Energi 44,9 51,3 6,3

- Belanja Hibah 0,0 7,2 7,2

a.l - Hibah ke daerah 0,0 7,1 7,1

II. TRANSFER KE DAERAH 309,8 322,4 12,6

1. Dana Perimbangan 293,0 306,0 13,0 a. Dana Bagi Hasil 76,6 81,4 4,8 b. Dana Alokasi Umum 195,8 203,5 7,7 c. Dana Alokasi Khusus 20,6 21,1 0,5 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16,8 16,4 (0,4)

D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98,0) (98,0) 0,0 % defisit thd PDB (1,6) (1,6) 0,0

E. PEMBIAYAAN (I + II) 98,0 98,0 (0,0)

I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,9 107,9 (0,0)

II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9,9) (9,9) 0,0

APBN 2010

(dalam triliun rupiah)

(8)

RINGKASAN APBN 2010

Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik

sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5 triliun.

Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar

Rp729,2 triliun.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN

2010 sebesar Rp729,2 triliun.

 Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar

Rp1.421,5 miliar.

Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari

usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.

Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN

2010 sebesar Rp699,7 triliun.

 Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010

sebesar Rp309,8 triliun.

Defisit

Anggaran

disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,

yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).

Pembiayaan anggaran

disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami

perubahan dari usulan RAPBN 2010.

(9)

APBN Selisih Thd RAPBN

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910,1 948,1 38,1

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729,2 742,7 13,6

Tax Ratio (% thd PDB) 12,1 12,4

a. Pajak Dalam Negeri 702,0 715,5 13,5

1) 340,3 351,0 10,6

- PPh Non-Migas 300,4 303,9 3,5

- PPh Migas 39,9 47,0 7,1

2) Pajak pertambahan nilai 267,0 269,5 2,5

3) Pajak bumi dan bangunan 26,5 26,5 0,0

4) BPHTB 7,4 7,4 0,0

5) Pajak lainnya 3,8 3,9 0,0

6) Cukai 57,0 57,3 0,3

b. Pajak Perdagangan Internasional 27,1 27,2 0,1

1) Bea masuk 19,5 19,6 0,1

2) Bea Keluar 7,6 7,6 0,0

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180,9 205,4 24,5

a. Penerimaan SDA 111,5 132,0 20,6 1) SDA Migas 101,3 120,5 19,3

- Minyak bumi 75,6 89,2 13,6

- Gas Bumi 25,6 31,3 5,7

2) Non Migas 10,2 11,5 1,3

- Pertambangan umum 7,1 8,2 1,1

- Panas Bumi 0,2 0,2 0,0

- Kehutanan 2,7 2,9 0,1

- Perikanan 0,1 0,2 0,0

b. Bagian Laba BUMN 23,0 24,0 1,0 c. PNBP Lainnya 36,7 39,9 3,2 d. Pendapatan BLU 9,7 9,5 (0,2)

II. HIBAH 1,4 1,5 0,1

911,5 949,7 38,2

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2010

(dalam triliun rupiah)

JUMLAH

Pajak Penghasilan

(10)

• Penerimaan perpajakan 2010 naik 1,9% dari tahun RAPBN 2010 (Perpajakan non-migas naik 0,9%).

• Tax ratio 2010 sekitar 12,4% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.

• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak. • Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara

• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan

10

180,9 215,1

320,6

PERPAJAKAN PNBP

PENDAPATAN NEGARA APBN 2010

RAPBN-P

742,7 625,0

218,0

(11)

Langkah-langkah pengamanan Penerimaan

Pajak 2010:

Ekstensifikasi

 Pengenaan pajak atas Surplus BI  Penambahan subjek pajak OP

Intensifikasi penggalian potensi melalui :

Program Mapping dan benchmarking dengan menggunakan analisis profile dan implementasi aplikasi approweb dan multimedia super oridor.

Pemantapan profil seluruh WP KPP Madya,WP KPP LTO dan khusus, serta 500 WP KPP Pratama  Pembuatan profil High Rise Building

Pengawasan intensif dari PPh pasal 25 retailer (0,75%)Pengawasan intensif WP OP potensial

Optimalisasi penggalian pajak dari WP bendahara

 Penggunaan aplikasi optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) terhadap transaksi dua kewajaran untuk PPN dan PPh.

Kegiatan pasca Sunset Policy:

 Law enforcement : penagihan, pemeriksaan, dan penyidikan

Pembinaan (adanya komunikasi kepada setiap WP): Tax Education (terutama WP baru), maintenance, dan pelayanan

penggalian sektor tetntu yang diperkirakan booming :sektor pertambangan

sektor perkebunan

(12)

Intensifikasi Penggalian Potensi menggunakan Aplikasi

Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) terhadap

transaksi yang di luar kewajaran.

a. PPN

Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai transaksi misalnya:

WP yang tidak melaporkan sebagian Pajak Keluarannya

WP memungut PPN, tetapi tidak membayar/tidak melaporkan SPT

 WP Non PKP menerbitkan Faktur Pajak yang sudah dikreditkan orang lain  WP menggunakan SSP palsu (ada lembar ke-3 tapi lembar ke-2 tidak ada)  WP telah restitusi, tetapi Lebih Bayar tsb dikompensasi bulan berikutnya  WP terindikasi menggunakan Faktur Pajak fiktif

b. PPh

Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai WP yang misalnya melakukan:

 Mengalihkan sebagian omset ke persediaan akhir

 Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan

 Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam SPT lebih besar dari sebenarnya  Menyandingkan omset PPh dengan omset PPN (Equalisasi)

Menyandingkan Biaya gaji dengan PPh Pasal 21

Pembebanan biaya overhead (sewa, jasa, transportasi, promosi,

(13)

Kebijakan dan administrasi

Kepabeanan dan Cukai

Kebijakan dan administrasi cukai:

Kenaikan tarif cukai 5-10% sejalan IHT

Menaikkan tarif Cukai HT sejalan dengan roadmap IHT

Menaikan tarif Cukai MMEA dan EA dalam negeri

Penyederhanaan tarif cukai dan golongan produsen rokok

Perubahan ketentuan mengenai perizinan

Menerapkan KPPBC Madya cukai

Otomatisasi pelayan dan pembayaran di bidang cukai

Pembentukan unit layanan informasi dan kepatuhan internal

Peningkatan pengawasan pita cukai: peningkatan oprasi pasar,

(14)

Kebijakan dan administrasi

kepabeanan:

Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 2,0%, ASEAN-Korea 2,6%, ASEAN-China 3,8% dan Indonesia-Jepang 4,0%

Insentif mendukung kebijakan perdagangan dan industri

Penyesuaian tarif bea keluar berdasarkan perkembangan harga CPO internasional ambang batas HPE CPO USD 700/to

Implementasi NSW dan ASW (ASEAN Single Window)Tarif bea masuk rata-rata tertimbang turun

Pemberian berbagai fasilitas pembebasan dan keringanan BM

Kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produksi dalam negeri

Peningkatan manajemen tagihan/piutang yang ditujukan untuk mengukur tingkat kolektibilitas tagihan/piutang melalui penerbitan surat paksa, surat sita, dan pelaksanaan pelelangan

Reformasi kepabeanan: pembentukan KPPBC Madya Pabean dan pengembangan NSWProgram intensifikasi:

 Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi  Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang

(15)

Law enforcement:

Peningkatan pengawasan:

Mengembangkan manajemen risiko kepabeanan dan cukai

Membangun sistem dokumentasi penganggaran kepabeanan dan

cukai

Pemberantasan penyelundupan fisik dan pelanggaran administrasi

Pemberantasan penggunaan pita cukai palsu

Pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai

Peningkatan audit:

Pembuatan dokumentasi sistem informasi perencanaan audit

Penyusunan database profil dan obyek audit

(16)

Kebijakan Umum PNBP

Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak

mentah dan efisiensi cost recovery.

Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan

peraturan disektor pertambangan.

Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi

alternatif.

Mengggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap

mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup.

Mengoptimalkan dividen BUMN dengan tetap mempertimbangkan

peningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital Expenditure).

Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah

(17)

APBN Selisih Thd RAPBN

BELANJA NEGARA 1.009,5 1.047,7 38,2 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699,7 725,2 25,6 A. BELANJA K/L 327,6 340,1 12,6

B. BELANJA NON K/L 372,1 385,1 13,0 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201,9 209,5 7,6

% Thd Belanja Negara 20,0 20,0

1. Belanja Pegawai 161,7 158,1 (3,6) 2. Belanja Barang 100,2 103,0 2,8 3. Belanja Modal 76,9 83,2 6,4 4. Pembayaran Bunga Utang 115,6 115,6 (0,0)

i. Utang Dalam Negeri 77,4 77,4 (0,0)

ii. Utang Luar Negeri 38,2 38,2

-5. Subsidi 144,4 157,8 13,5 a Subsidi Energi 99,4 106,5 7,1

- BBM, LPG & BBN 59,0 68,7 9,8 - Listrik 40,4 37,8 (2,6)

b Subsidi Non Energi 44,9 51,3 6,3

a.l. 1) Pangan 11,8 11,4 (0,5) 2) Pupuk 11,3 14,8 3,5

6. Belanja Hibah 0,034 7,2 7,2 a.l - Hibah ke daerah 0,000 7,1 7,1

7. Bantuan Sosial 69,1 69,6 0,5 8. Belanja Lain-Lain 31,8 30,7 (1,1)

a.l - Dana Cadangan Risiko fiskal 5,6 8,6 3,0 699,7 725,2 25,6

JUMLAH

BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010

(dalam triliun rupiah)

(18)

BELANJA PEGAWAI

Belanja pegawai disepakati Rp158,1 T, antara lain

untuk menampung:

Penyeimbang inflasi sebesar 5% dari gaji dan pensiun pokok

kepada PNS, TNI, Polri dan pensiunan.

Kenaikan uang makan PNS Pusat dan uang lauk pauk

TNI/Polri, masing-masing menjadi Rp20.000,0 dan

Rp40.000,0.

Remunerasi pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga

terkait dengan reformasi birokrasi, termasuk remunerasi

pejabat negara.

Jaminan pemeliharaan kesehatan Menteri dan pejabat

tertentu.

(19)

BELANJA BARANG

Belanja barang disepakati Rp103,0 T, antara lain menampung

anggaran kegiatan prioritas:

 Anggaran sensus penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T.

 Promosi pariwisata sebesar Rp0,25 T.

BELANJA MODAL

Belanja modal disepakati Rp83,2 T, antara lain untuk:

 Alat utama sistem senjata (Alutsista) Departemen Pertahanan sebesar

Rp10,2 T;

 Infrastruktur ketenagalistrikan sebesar Rp4,5 T.;

 Infrastruktur transportasi sebesar Rp23,2 T (termasuk jalan, jembatan,

kereta api, pelabuhan dan Bandar udara);

 Infrastruktur irigasi, bendungan, penanggulangan banjir sebesar Rp8,0 T,

dan

(20)

BELANJA HIBAH

Belanja hibah disepakati Rp7,2 T, yang

diperuntukkan:

Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) project sebesar Rp34,4

miliar, dan

Basic Education Capacity Trust Fund sebesar Rp57,6 miliar.

Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sebesar

(21)

BANTUAN SOSIAL

Bantuan sosial disepakati Rp69,6 T, antara lain dialokasikan untuk:

 Dana cadangan penanggulangan bencana alam sebesar Rp3,0 T.

 Anggaran untuk Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar

Rp19,8 T, dengan mencakup 44,1 juta siswa.

 Anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp1,3 T, dengan

penambahan RTSM di beberapa provinsi/kab/kota/kecamatan.

 Anggaran untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas ) sebesar

Rp5,1 T, yang terdiri atas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebesar Rp1 T, dan Pelayanan Kesehatan di Kelas III Rumah sakit sebesar Rp4,1 T, dengan keduanya mencakup 76,4 juta Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).

 Anggaran untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM

(22)

BELANJA LAIN-LAIN

Belanja lain-lain dalam tahun 2010 adalah sebesar Rp30,7 T, antara

lain untuk:

Dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp8,6 T.

Melanjutkan Revitalisasi kakao sebesar Rp0,5 T.

Menampung dana cadangan beras pemerintah sebesar Rp1,0 T.

Menampung dana cadangan untuk sarana dan prasarana konversi

energi sebesar Rp4,8 T.

Menampung penyertaan modal dan kontribusi kepada lembaga

internasional sebesar Rp0,7 T.

(23)

ANGGARAN PENDIDIKAN

Anggaran pendidikan dalam tahun 2010 sebesar Rp209,5 T, tetap dipertahankan sebesar

20% dari total belanja negara, yaitu sebesar Rp1.047,7 T.

Anggaran pendidikan terdiri atas anggaran pendidikan pada kementerian

negara/lembaga (K/L) dan anggaran pendidikan pada transfer ke daerah.

RAPBN APBN (1) (2)

1. Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga 77.403,7 83.170,0

a. Departemen Pendidikan Nasional 51.514,3 54.704,3 b. Departemen Agama 22.695,4 23.663,6 c. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya 3.194,0 4.802,1

2. Anggaran Pendidikan Transfer ke Daerah 122.799,7 126.367,6

i. DBH Pendidikan 521,5 617,0 ii. DAK Pendidikan 9.334,9 9.334,9 iii. DAU Pendidikan 93.904,9 95.923,1 iv.DAU Tambahan (TPP guru PNSD) 7.940,0 5.800,0 v. DAU Tunjangan Profesi Guru 8.854,9 10.994,9 vi. Dana Otsus Pendidikan 2.243,4 2.309,9 vii. Dana Penyesuaian Insentif DAU Kependidikan - 1.387,8

3. Penyesuaian anggaran pendidikan 20% (BA 999) 1.727,3 -4. Anggaran Pendidikan (1+2+3) 201.930,7 209.537,6 5. Total Belanja Negara 1.009.485,7 1.047.666,0 Rasio Anggaran Pendidikan 20,0% 20,0%

Uraian

Anggaran Pendidikan Tahun 2010

(24)

KEBIJAKAN SUBSIDI BBM, LPG, dan BBN

Subsidi BBM, LPG dan BBN disepakati Rp68,7 T, naik Rp9,8 T dari

usulan RAPBN 2010 sebesar Rp58,975 T.

Pengendalian anggaran subsidi BBM tahun 2010 dilakukan melalui efisiensi terhadap biaya

distribusi dan margin usaha (Alpha), dan melakukan kebijakan penghematan konsumsi BBM bersubsidi.

 Kebijakan penghematan BBM bersubsidi melalui :

 Penerapan secara bertahap sistem pendistribusian BBM bersubsidi dengan pola

tertutup.

 Melanjutkan program pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG tabung 3

(tiga) kilogram.

 Peningkatan pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.

 Dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam satu tahun

(25)

KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK

Subsidi listrik disepakati Rp37,8 T turun Rp2,6 T dari

usulan RAPBN 2010 Rp40,4 T.

Pengendalian subsidi listrik dalam tahun 2010

dilakukan melalui :

Pemberian margin kepada PT PLN (Persero) sebesar 5 persen.

Penerapan tarif daftar listrik (TDL) sesuai harga keekonomian

secara otomatis untuk pemakaian energi diatas 50 persen

konsumsi rata-rata nasional tahun 2009 bagi pelanggan rumah

tangga (R), bisnis (B), dan Publik (P) dengan daya mulai 6.600 VA

keatas.

Penerapatan kebijakan tarif yang bertujuan untuk mendorong

penghematan tenaga listrik (a.l. daya max plus) dan pelayanan

khusus.

Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan oleh pemerintah

(26)

KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK

Subsidi pupuk tahun 2010 sebesar Rp14,8 triliun, terdiri

atas :

 Subsidi harga pupuk Rp11,3 triliun

 Bantuan langsung pupuk (BLP) Rp1,6 triliun  Unit Pengolahan Pupuk Organik Rp105,0 miliar  Bantuan Ternak Sapi Rp250,0 miliar

 Kurang bayar tahun sebelumnya Rp1,5 triliun

Pemerintah mengutamakan kecukupan pasokan gas yang

dibutuhkan perusahaan produsen pupuk dalam negeri

dalam rangka menjaga ketahanan pangan

Pemerintah menjamin harga gas untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan produsen pupuk dalam negeri

dengan harga domestik

Pemerintah daerah diberi kewenangan mengawasi

(27)

KEBIJAKAN BELANJA NEGARA

Pasal 14 UU APBN 2010;

(1) “Dalam rangka efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan program stimulus fiskal 2009,

kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk

provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan

tugas pembantuan/dekonsentrasi namun tidak

sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal

tahun 2009 sebagaimana telah ditetapkan, akan

menjadi faktor pengurang dalam penetapan alokasi

anggaran Tahun Anggaran 2010”

(28)

(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi provinsi dan kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah.

(3)Faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:

 Pengurangan dikenakan hanya terhadap K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota

yang tidak dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

 Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum sebesar sisa anggaran stimulus fiskal 2009 yang tidak diserap; dan

 Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada huruf a

(29)

satuan kerja pusat/vertikal K/L yang melaksanakan kegiatan stimulus fiskal melalui

pemotongan alokasi anggaran pada Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK)/DIPA satuan kerja pusat/vertikal K/L yang bersangkutan;

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan

tugas pembantuan/dekonsentrasi stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada SAPSK/DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang

bersangkutan; dan

Provinsi/kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam

rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas dengan memperhitungkannya dari transfer ke daerah

Provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.

(4) Setelah Tahun Anggaran 2009 berakhir, Kuasa Pengguna Anggaran Satuan

Kerja penerima dana stimulus fiskal Tahun Anggaran 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyampaikan Laporan Realisasi Kegiatan dan Anggaran Stimulus Fiskal 2009 kepada K/L yang

(30)

(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kementerian

Negara/Lembaga (K/L) selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran program/kegiatan stimulus fiskal 2009 menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, realisasi anggaran dan alasan apabila alokasi

anggaran tidak terserap seluruhnya kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 29 Januari 2010.

(6) Menteri Keuangan menetapkan surat edaran pengurangan pagu kepada

Kementerian Negara/Lembaga (K/L)/provinsi/kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan program stimulus fiskal paling lambat tanggal 26 Februari 2010.

(7)Pengurangan pagu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaporkan

dalam APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 dan atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

(31)

Fleksibilitas Anggaran (pasal 23)

Dalam hal diperlukan tambahan anggaran belanja maksimal

2% (dua persen) dari belanja negara untuk kebutuhan belanja

prioritas yang belum tersedia pagu anggarannya, Pemerintah

dapat mengajukan perubahan APBN.

Pembahasan dan penetapan perubahan APBN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Badan Anggaran

dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu dalam masa

sidang, setelah perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah

kepada DPR RI.

Perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

(32)

APBN Selisih Thd RAPBN

1. Dana Perimbangan 293,0 306,0 13,0

a. Dana Bagi Hasil 76,6 81,4 4,8

- Pajak Bumi dan Bangunan 25,2 25,2 0,0 - Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 7,4 7,4 0,0 - Pajak Penghasilan Perseorangan 13,2 13,2 0,0 - Cukai Tembakau 1,1 1,1 0,0 - Migas 22,2 26,0 3,8 - Pertambangan umum 5,7 6,6 0,9 - Panas Bumi 0,2 0,2 0,0 - Kehutanan 1,5 1,6 0,0 - Perikanan 0,1 0,1 0,0

b. Dana Alokasi Umum 195,8 203,5 7,7

- DAU Murni 187,0 192,5 5,5 - DAU Tambahan Untuk Tunjangan Profesi Guru 8,9 11,0 2,1

c. Dana Alokasi Khusus 20,6 21,1 0,5

2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16,8 16,4 (0,4)

a. Dana Otonomi Khusus 8,9 9,1 0,2

- Dana Otonomi Khusus Papua 3,7 3,8 0,1 - Dana Otonomi Khusus NAD 3,7 3,8 0,1 - Tambahan Otsus Infrastruktur 1,4 1,4 0,0

b. Dana Penyesuaian 7,9 7,3 (0,6)

- Dana Insentif Daerah 0,0 1,4 1,4 - Tambahan Tunjangan Kependidikan untuk guru 7,9 5,8 (2,1) - Kurang Bayar DISP tahun 2008 0,0 0,0 0,0 - Kurang bayar DAK Tahun 2008 0,0 0,1 0,1

309,8 322,4 12,6

TRANSFER KE DAERAH, 2010

(dalam triliun rupiah)

JUMLAH

(33)

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010

DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4 T)DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :

 Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri

Neto

 Melanjutkan prinsip non hold harmless  Menampung tunjangan profesi guru

(realokasi dari bansos K/L) Rp10,995 T

DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,13 T) :

 Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,

Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum,

Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009

Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):

Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU

nasional)

 Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan

Prov Papua Barat Rp1,4 T

 Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T  2010

Rp7,3T, menampung Tambahan Tunjangan Guru PNSD, Dana Insentif Daerah, Kurang Bayar DAK dan DISP TA 2008).

33

129,7

150,8

226,2

253,3

292,4 309,3

322,4 0 100 200 300 400

2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBNP

2010

APBN

Triliun Rp

Otsus dan

(34)

Anggaran Pendidikan melalui

Dana Transfer ke Daerah

1. DBH Pendidikan

617,05

2. DAU Pendidikan

95.923,07

3. DAK Pendidikan

9.334,88

4. Tambahan Tunjangan Guru PNSD

5.800,00

5. DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi

Guru

10.994,89

6. Dana Insentif Daerah

1.387,80

7. Dana Otonomi Khusus Pendidikan

2.309,88

Total

126.367,

48

(dalam miliar rupiah)

(35)

Dana Insentif Daerah TA 2010

Dana Insentif Daerah

(DID)

dialokasikan

untuk:

Daerah

yang

berprestasi

•Sebagai

Dana Penyeimbang

bagi

daerah

yang

mengalami

koreksi luas wilayah

yang

signifikan

dan

daerah yang

terkena dampak pemekaran,

agar dapat

menjaga

kesinambungan

dan

stabilitas fiskal

daerah.

(36)

Tolok Ukur Daerah yang Berprestasi

1. Kinerja Keuangan Daerah, a.l.:

a. Effort Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

b. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah c. Ketepatan waktu penyampaian Perda APBD

d. Daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah dibawah rata-rata nasional dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diatas rata-rata nasional.

2. Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan, a.l.:

a. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional

b. Pengurangan tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional c. Pengurangan tingkat pengangguran diatas rata-rata nasional d. Tingkat inflasi daerah dibawah rata-rata nasional

(37)

APBN Selisih Thd RAPBN

D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98,0) (98,0) 0,0

% Defisit Terhadap PDB (1,6) (1,6)

E. PEMBIAYAAN (I + II) 98,0 98,0 (0,0)

I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,9 107,9 (0,0)

1. Perbankan dalam negeri 7,1 7,1 0,0

a.l - RDI 5,5 5,5 0,0 - Rekening Pembangunan Hutan 0,6 0,6 0,0

- SAL 1,0 1,0 0,0

2. Non-perbankan dalam negeri 100,8 100,8 (0,0) a. Penerimaan Privatisasi 0,0 0,0 0,0 b. Hasil Pengelolaan Aset 1,2 1,2 0,0 c. Surat Berharga Negara (neto) 104,4 104,4 (0,0) d. Pinjaman Dalam Negeri 1,0 1,0 0,0 e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN (3,9) (3,9) 0,0

II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9,9) (9,9) 0,0 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 57,6 57,6 0,0

a. Pinjaman Program 24,4 24,4 0,0 b. Pinjaman Proyek Bruto 33,2 33,2 0,0 i. Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat 24,5 24,5 0,0 ii. Penerusan Pinjaman (SLA) 8,6 8,6 0,0

2. Penerusan SLA (8,6) (8,6) 0,0

3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (58,8) (58,8) 0,0

RAPBN

DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010

(38)

PEMBIAYAAN ANGGARAN

APBN2010

Pembiayaan defisit sebesar Rp98,0 triliun bersumber dari pembiayaan

non-utang sebesar Rp2,5 triliun dan pembiayaan non-utang sebesar Rp95,5 triliun.

Kebijakan Pembiayaan:

 Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang

tanpa menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto dan pinjaman program), apabila terdapat sumber pembiayaan yang lebih menguntungkan.

 Penarikan pinjaman siaga baik dari kreditor bilateral maupun multilateral apabila

kondisi pasar keuangan memburuk

 Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, Pemerintah akan mengurangi proporsi

pinjaman luar negeri yang mengikat (tied loan)

 Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan hak tagih/kredit

terhadap UMKM

 Investasi Pemerintah oleh PIP tidak diberikan kepada BUMN yang sudah menjadi

perusahaan terbuka

 Dalam pengelolaan dana bergulir, risiko pemberian dana bergulir diupayakan

(39)

Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan

kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.

39

(1,0)

(0,6)

(0,9)

(1,3)

(0,1)

(2,4)

(1,6)

(3,0) (2,5) (2,0) (1,5) (1,0) (0,5) 0,0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 APBN

(40)

32 33 35 39 47 57 61 67 77 89 85 29 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* Triliun Rp 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %

PDB Outstanding Utang Rasio Utang thd PDB

40

Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan

semakin meningkatnya laju perekonomian nasional

40

(41)

41

(42)

KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA

Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan perpajakan, akan terus dilanjutkan

langkah-langkah reformasi perpajakan dengan fokus perbaikan administrasi pemungutan pajak, meneruskan modernisasi perpajakan yang difokuskan pada sistem dan manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, antara

lain akan ditempuh langkah-langkah kebijakan untuk menaikkan tarif cukai,

meningkatkan efektivitas pemeriksaan dokumen dan barang, meningkatkan fungsi pengawasan dan audit, serta secara konsisten melanjutkan program reformasi

kepabeanan dan cukai.

Untuk mengoptimalkan penerimaan migas, akan dilakukan efisiensi cost recovery,

dan penyelesaian penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang cost recovery.

Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan sumber daya alam nonmigas akan

dilakukan antara lain penyesuaian tarif pungutan SDA kehutanan, dan revisi terhadap PP Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN untuk lebih mengoptimalkan penerimaan SDA pertambangan umum.

Untuk meningkatkan kinerja BUMN dan penerimaan negara yang berasal dari

dividen atas laba BUMN, akan dilakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah dari BUMN sektor perbankan dengan prioritas piutang UMKM.

(43)

• Penerimaan perpajakan 2010 naik 11,8% dari tahun 2009 (Perpajakan non-migas naik 14,4%).

• Tax ratio 2010 sekitar 12,1% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.

• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak. • Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara

• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan

43

180,9 215,1

320,6

PERPAJAKAN PNBP

PENDAPATAN NEGARA APBN 2010

RAPBN-P

742,7 625,0

218,0

(44)

KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2010

 Di bidang Belanja Negara, Pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan reformasi perencanaan dan penganggaran yang memuat langkah-langkah bertahap dan terukur untuk meningkatkan kualitas belanja negara. Reformasi

perencanaan dan penganggaran tersebut akan dilakukan antara lain melalui restrukturisasi program dan kegiatan agar dapat lebih mencerminkan kinerja dan akuntabilitas masing-masing institusi, penerapan anggaran berbasis kinerja dengan pilot project pada enam kementerian negara/lembaga, penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), dan perubahan format Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) agar lebih berorientasi pada kebijakan strategis.

Di samping itu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program stimulus fiskal tahun 2009, Pemerintah

dan DPR sepakat untuk memberikan sanksi berupa pengurangan alokasi anggaran tahun 2010 bagi kementerian negara/lembaga dan pemerintah daerah yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana yang telah ditetapkan. Upaya ini sejalan dengan tujuan untuk membangun anggaran yang semakin berbasis pada kinerja.

Selanjutnya, dalam rangka “pemulihan perekonomian nasional dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat”, Pemerintah

sependapat dengan Dewan yang terhormat mengenai perlunya anggaran belanja negara lebih diutamakan untuk program-program prioritas sebagai berikut. Pertama, meneruskan/meningkatkan seluruh program kesejahteraan rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan berbagai subsidi lainnya). Kedua, melanjutkan pembangunan infrastruktur, pertanian dan energi, proyek padat karya, dan stimulus fiskal bila diperlukan. Ketiga, mendorong

revitalisasi industri, pemulihan dunia usaha termasuk melalui pemberian insentif perpajakan dan bea masuk. Keempat, meneruskan reformasi birokrasi. Kelima, meningkatkan anggaran operasional, pemeliharaan, dan pengadaan alutsista.

(45)

RKP, 5 Agenda dan 15 Prioritas

Pembangunan

45

APBN 2010 memadukan RKP 2010 dengan

Agenda dan Prioritas Pembangunan

(46)

PRIORITAS

PEMBANGUNAN

2010

SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai kelanjutan dari RPJMN ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan

menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Bab IV dari

Lampiran UU No. 17/2007: RPJPN 2005-2025

TEMA PEMBANGUNAN

Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat

RAPBN

2010

• Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial

Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia

• Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan Demokrasi dan Keamanan Nasional

Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi

• Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim

Pertumbuhan Ekonomi 5,0% Jumlah Pengangguran 8,0% Jumlah Orang Miskin 12,0% -13,5%

RKP 2010

(47)

Prioritas RKP dan Alokasi APBN 2010

TEMA:

PEMULIHAN PEREKONOMIAN

NASIONAL DAN PEMELIHARAAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT

5 PRIORITAS PEMBANGUNAN & ANGGARAN :

1.

Pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan

kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial

Rp36,1 T

2.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia

Rp51,4 T

3.

Pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta

pemantapan demokrasi dan keamanan nasional Rp18,1 T

4.

Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan

pertanian, infrastruktur, dan energi Rp61,3 T

5.

Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan

kapasitas penanganan perubahan iklim Rp3,5 T

(48)

5 Agenda Pembangunan

1.

Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat

2.

Pembangunan pemerintahan yang bersih dan

berwibawa

3.

Penguatan demokrasi dan menghormati HAM

4.

Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi

5.

Pembangunan adil dan merata

(49)

Program 5 Agenda Pembangunan dalam

Alokasi Belanja APBN 2010

(Rp Miliar)

49

1.

Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. 159.788,6

i. PNPM 12.920,9

ii. PKH 1.300,0

iii. BOS 19.825,3

iv.Beasiswa Pendidikan Siswa Miskin 2.702,8

v. Askeskin/Jamkesmas 5.125,6

vi. Subsidi BBM 68.726,7

vii.Subsidi Listrik 37.800,0

viii.Subsidi Pangan 11.387,3

2.

Pembangunan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 11.252,1 i.

Remunerasi K/L dalam rangka Reformasi Birokrasi 10.616,8

ii.Peningkatan kualitas pelayanan publik 500,8

iii.

Pengembangan sistem peningktan kinerja dan kesejahteraan PNS 134,5 3.

Penguatan demokrasi dan menghormati HAM. 3.523,6

i. Sensus Penduduk 3.300,0

ii. 86,7

iii.

Pelaksanaan keterbukaan informasi publik 137,0

4.

Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 212,1 i.

Pemantapan Peraturan Perundang-Undangan 33,2

ii.

Pemantapan pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas penanganan perkara korupsi 178,9 5.

Pembangunan adil dan merata. 93.997,4

i. Pembangunan Infrastruktur 93.997,4

(50)

15 Prioritas Program Kerja (1)

1.

Pertumbuhan ekonomi minimal 7% di tahun 2013

2.

Pengurangan kemiskinan menjadi 8-10%

3.

Pengurangan pengangguran menjadi 5-6%

4.

Peningkatan pendidikan dalam hal mutu, infrastruktur,

kesejahteraan pengajar, dan gratis untuk yang miskin

5.

Peningkatan layanan kesehatan masyarakat dan gratis

untuk yang miskin

6.

Meningkatkan ketahanan pangan dengan swasembada

beras, daging sapi, dan kedelai

7.

Mewujudkan ketahanan energi dengan pembangunan

daya listrik skala besar

(51)

8.

Peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur

dengan sejumlah mega-proyek

9.

Pembangunan perumahan rakyat dan rumah susun

sederhana

10.

Pemeliharaan lingkungan hidup

11.

Peningkatan keamanan dan pertahanan dengan

perhatian pada alutsista

12.

Reformasi birokrasi dengan pemberantasan KKN

13.

Pemerataan pembangunan dan desentralisasi keuangan

14.

Menjaga demokrasi dan penghormatan HAM

15.

Peningkatan peran-peran internasional

15 Prioritas Program Kerja (2)

(52)

Postur APBN 2010

52

(53)

Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan

kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.

53

(1,0)

(0,6)

(0,9)

(1,3)

(0,1)

(2,4)

(1,6)

(3,0) (2,5) (2,0) (1,5) (1,0) (0,5) 0,0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 APBN

(54)

32 33 35 39 47 57 61 67 77 89 85 29 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* Triliun Rp 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %

PDB Outstanding Utang Rasio Utang thd PDB

54

Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan

semakin meningkatnya laju perekonomian nasional

54

(55)

RINGKASAN APBN 2010

Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik

sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5 triliun.

Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar

Rp729,2 triliun.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN

2010 sebesar Rp729,2 triliun.

 Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar

Rp1.421,5 miliar.

Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari

usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.

Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN

2010 sebesar Rp699,7 triliun.

 Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010

sebesar Rp309,8 triliun.

Defisit

Anggaran

disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,

yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).

Pembiayaan anggaran

disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami

perubahan dari usulan RAPBN 2010.

(56)

56

RAPBN APBN Selisih Thd RAPBN

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 911.475,8 949.656,1 38.180,3

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 910.054,3 948.149,3 38.095,1

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 729.165,2 742.738,0 13.572,8 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 180.889,0 205.411,3 24.522,3

II. HIBAH 1.421,5 1.506,8 85,3

B. BELANJA NEGARA 1.009.485,7 1.047.666,0 38.180,3

I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 699.688,1 725.243,0 25.554,9

A. BELANJA K/L 327.556,9 340.149,2 12.592,3 B. BELANJA NON K/L 372.131,2 385.093,8 12.962,6 Cat: Total Anggaran Pendidikan 201.930,7 209.537,6 7.606,9 % Thd Belanja Negara 20,0 20,0 0,0 a.l Subsidi 144.355,1 157.820,3 13.465,2

a Subsidi Energi 99.409,3 106.526,7 7.117,4

- BBM, LPG & BBN 58.975,5 68.726,7 9.751,2

- Listrik 40.433,8 37.800,0 (2.633,8)

b Subsidi Non Energi 44.945,8 51.293,6 6.347,9

- Belanja Hibah 34,4 7.192,0 7.157,6

a.l - Hibah ke daerah 0,0 7.100,0 7.100,0

II. TRANSFER KE DAERAH 309.797,6 322.423,0 12.625,5

1. Dana Perimbangan 292.979,6 306.023,4 13.043,9 a. Dana Bagi Hasil 76.586,1 81.404,8 4.818,7 b. Dana Alokasi Umum 195.805,6 203.485,2 7.679,6 c. Dana Alokasi Khusus 20.587,9 21.133,4 545,5 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 16.818,0 16.399,6 (418,4)

D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (98.009,9) (98.009,9) 0,0

% defisit thd PDB (1,6) (1,6) 0,0

E. PEMBIAYAAN (I + II) 98.009,9 98.009,9 (0,0)

I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107.891,4 107.891,4 (0,0)

II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (9.881,5) (9.881,5) 0,0

Exercise APBN 2010

(dalam miliar rupiah)

(57)
(58)

KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI

Pemberian Gaji & Pensiun ke-13

Kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok sebesar 5%

Kenaikan uang makan/lauk pauk TNI/Polri dari

Rp35.000/hari

Rp40.000/hari

Kenaikan uang makan PNS pusat dari Rp15.000/hari

kerja

Rp20.000/hari kerja

Remunerasi pada beberapa K/L yang telah & sedang

melakukan reformasi birokrasi:

 Tahun 2010 : Kejagung, Dephan, Depkumham, Kantor Menko

Perekonomian, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Polhukam, Kantor Meneg PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kepolisian Negara RI,

Lembaga Administrasi Negara, BKN, dan BPKP

 Tahun 2011: K/L lainnya (reformasi birokrasi tuntas)

Penataan remunerasi dan jaminan kesehatan bagi pejabat

negara.

Penambahan pegawai baru pusat sebanyak 100 ribu orang

(59)

KEBIJAKAN BELANJA BARANG

59 Sensus Penduduk Tahun 2010 memakan Biaya Besar  Desain Harus Baik 

Output dapat digunakan sebagai Dasar Pembuatan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

o

Menampung perkembangan

organisasi pemerintahan

o

Menjaga Operasi dan pemeliharaan

aset/BMN

o

Peningkatan efisiensi & efektivitas

biaya perjalanan dinas (untuk

mendukung tugas pokok & bersifat at

cost).

o

Menampung anggaran kegiatan

prioritas

:

Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T (dasar untuk pembuatan Nomor Induk Kependudukan/NIK)

 Promosi pariwisata sebesar Rp250 M

Belanja Barang (Rp Triliun) 29,2 47,2 54,5 56,0 85,5 103,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P

(60)

KEBIJAKAN BELANJA MODAL

 Meningkatkan belanja untuk

pembangunan infrastruktur.

 Memperhitungkan kesinambungan

pembiayaan, khususnya untuk proyek-proyek multiyears.

 Menampung alokasi anggaran untuk:

 Alutsista Dephan sebesar Rp11,3T  Infrastruktur ketenaga listrikan

sekitar Rp12,4 T

 Infrastruktur transportasi Rp28,6T

(termasukjalan, Jembatan, KA, Pelabuhan, dan Bandar Udara)

 Infastruktur irigasi, bendungan,

penanggulangan banjir Rp7,9 T

 Pembangunan air bersih Rp3,0 T

60 Belanja Modal (Rp Triliun) 32,9 55,0 64,3 72,8 73,4 83,2 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P

(61)

26.1 53.3 59.1 77.4 102.7 93.9 -20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Triliun Rp

PU Perhubungan K/L Lainnya DAK

Anggaran Infrastruktur dan Revitalisasi Industri

Program Revitalisasi Industri

• Mengacu pada target-target KPIN (Kebijakan Pembangunan Industri Nasional)

• Dukungan Pemerintah : fiskal (perpajakan, kepabeanan & anggaran) dan nonfiskal

(pembiayaan, pertanahan, produksi nasional, perdagangan, dan regulasi sektoral)

• Fokus : revitalisasi pabrik gula, semen, pupuk, dan industri strategis

61

Pertumbuhan PDB Industri Manifaktur (%)

4.6 4.6 4.7

3.7 2.3 3.7 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

(62)

Kebijakan Belanja Hibah

Menampung hibah kepada pemerintah daerah yang

diperuntukkan untuk:

1.

Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) Project.

2.

Basic Education Capacity Trust Fund.

(63)

KEBIJAKAN BANTUAN SOSIAL

Memprioritaskan alokasi

anggaran untuk

kesinambungan

program/kegiatan prioritas

kesejahteraan rakyat (BOS,

PKH, PNPM, Askeskin/

Jamkesmas),

Mengalokasikan anggaran

untuk penanggulangan

bencana, dan

Mempertimbangkan

realokasi tunjangan

profesi Guru ke DAU

sebesar Rp8,85 T.

63 Bantuan Sosial (Rp Triliun) 24,9 40,7 49,8 57,7 77,9 69,6 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P

(64)

Redesign

Kebijakan Subsidi

Salah sasaranTerjadi distorsi

APBN menjadi vulnerable terhadap

guncangan (shock) dari luar

Subsidi harga

Subsidi harga

Targeted subsidy

(Subsidi yang tepat sasaran)

Targeted subsidy

(Subsidi yang tepat sasaran)

Accountable

Tepat sasaran dan efektif

Predictable

APBN yang stabil

64

2009 2010

(65)

Kebijakan Subsidi BBM dan Listrik Tahun 2010

Subsidi BBM

 Dipertimbangkan penyesuaian harga jual eceran BBM dalam negeri

mendekati harga keekonomian dengan memperhitungkan daya beli masyarakat dan kemampuan keuangan negara.

 Pengguna BBM bersubsidi dibatasi hanya pada sektor rumah tangga,

usaha kecil, usaha perikanan, nelayan, transportasi dan pelayanan umum.

 Pendistribusian BBM bersubsidi dengan sistem tertutup dan lebih tepat

sasaran.

Subsidi Listrik

 Pengendalian subsidi listrik secara bertahap melalui penyesuaian TDL

hingga mendekati Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.

 Penurunan BPP tenaga listrik, melalui:

 Melaksanakan tepat waktu untuk proyek 10.000 MW dan menurunkan

kontribusi pembangkit dengan menggunakan BBM.

 Optimalisasi penggunaan gas, penggantian High Speed Diesel (HSD)

menjadi Marine Fuel Oil (MFO).

(66)

KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (1)

(67)

Kebijakan Belanja Lain-Lai

Menampung dana cadangan resiko fiskal, dana

cadangan beras Pemerintah, dana cadangan untuk

sarana dan prasarana konversi energi.

Melanjutkan revitalisasi kakao.

Menampung penyertaan modal dan kontribusi

kepada lembaga Internasional.

Operasional TVRI.

(68)

Peningkatan Efektivitas Subsidi Pertanian, menerapkan sistem “targeted subsidy” langsung kepada petani

BPS telah menyelesaikan Pendataan Usaha Tani (PUT) 2009 untuk petani padi, jagung , kedele, dan tebu

Diperoleh data : 17,83 juta usaha tani padi, jagung, kedele, tebu; terdiri dari

14,99 juta usaha tani padi

6,71 juta usaha tani jagung

1,16 juta usaha tani kedele

196 ribu usaha tani tebu

Subsidi pertanian (pupuk, benih, kredit) dapat disusun dan diarahkan langsung untuk diterima petani tanpa melalui subsidi terhadap produknya.

Direncanakan 2010 akan dilakukan pilot proyek di 10 propinsi terlebih dahulu.

Menurut nama dan alamat

AKURASI PENDATAAN RTS SUBSIDI PERTANIAN

(69)

Subsidi Bunga Kredit Program (2010) : Rp5,3 T

KPRsh, Rusunami, KKP-E, Risk sharing KKP-Energi, dan Imbal jasa penjaminan KUR

Kredit usaha sektor peternakan;

Kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP), dan

Resi gudang.

KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (2)

Subsidi Pajak (2010): Rp16,9 T

 Untuk mendorong sektor-sektor prioritas (misal investasi migas).

 Subsidi pajak: PPh DTP, PPN DTP, dan Bea Masuk DTP.

(70)

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010

DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4T)DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :

 Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri

Neto

 Melanjutkan prinsip non hold harmless  Menampung tambahan untuk tunjangan

profesi guru (realokasi dari bansos K/L) Rp11,0 T

DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,3 T) :

Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,

Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan

Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009

Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):

 Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU nasional)  Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan

Prov Papua Barat Rp1,4 T

 Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T  2010

Rp7,3 T, a.l menampung dana tambahan tunjangan guru PNSD Rp5,8 T dan insentif Daerah Rp1,4 T.

70

129,7

150,8

226,2

253,3

292,4 309,3

322,4 0 100 200 300 400

2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P

2010

APBN

Triliun Rp

Otsus dan

(71)

Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi

instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan

perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto

dan pinjaman program), apabila terdapat sumber

pembiayaan yang lebih menguntungkan.

Sumber pembiayaan:

Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp104,4T

Pinjaman luar negeri bruto Rp57,6 T

 Pinjaman program (dari Bank Dunia, ADB, Jepang & Perancis)  Pinjaman Proyek, khususnya untuk kegiatan multi-year

 Penerusan Pinjaman (SLA)

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut: (1) Membaca menyeluruh Kumpulan Cerpen Kompas karya Kuntowijoyo Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi

Dari hasil uji beda perilaku prososial pada peserta didik perempuan dan peserta didik laki- laki tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,023 < 0,05, artinya

Hasil penilaian ahli terhadap aspek validitas isi, didapat- kan bahwa isi dari ketiga instrumen penilaian yang dikembangkan sudah sesuai dan layak secara keseluruhan,

PRES-XIII/2014 yang menolak permohonan surat gugatan pemohon tertanggal 25 Juli 2014 dengan Nomor pengaduan 01-1/PAN.MK/2014 yang dicatat dalam Buku Registrasi

jahe juga mengandung zingilberene dan shogol. Senyawa ini dikenal baik sebagai anti-oksidan dan juga efektif melawan penyakit kanker dan jantung. Senyawa penting lainnya yang

Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur dalam buku yang berjudul “Fundamentals of System Analysis” menerangkan bahwa Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari

5 Mochammad Muttaqien, Wawancara, Bangkalan, 17 Agustus 2016.. Bangkalan melakukan pemanggilan para pihak untuk menghadiri pertemuan mediasi. Apabila para pihak hadir

Melaksanakan pengendalian tugas dan fungsi pada Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar, Bidang Pembinaan PAUD dan Dikmas dan Bidang Pembinaan Guru dan