• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi Pelayanan Publik sebagai Wujud Mengisi Otonomi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Inovasi Pelayanan Publik sebagai Wujud Mengisi Otonomi Daerah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teori dan Riset Administrasi Publik

Email : jtrap@ppj.unp.ac.id | http://jtrap.ppj.unp.ac.id| 1

Inovasi Pelayanan Publik sebagai Wujud Mengisi Otonomi Daerah

Alfian Jamrah

Widyaiswara Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Barat alfian_jamrah@yahoo.co.id

Abstract

The enactment of Law Number 23 Year 2014 on Regional Government is basically makes autonomous regions more independent and able to improve services to community, so that the realization of better regional conditions and increasingly ability to support the financing of governance, development, and society. This will be reflected increasing of Local Own Revenue (PAD) through innovation of financial resources potency and the development of State Civil Service (ASN). On the other hand, improving the service excellence to community should based on innovative good practices from various experiences that have been implemented in successful district to empower the potential of local wisdom. Improvement of public service starts from the revamping of apparatus pattern in order to position itself as public servant, and not as party served. Various innovations in public services should be considered, discovered and created by provincial, district and municipal governments to facilitate the community. The innovations need to be competed so that all regions compete to get excellent service that is easy, cheap, efficient, effective and satisfying. This paper highlights the dynamics of public services as a form of realize regional autonomy.

Keywords: innovation, public service, regional autonomy.

Abstrak

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada dasarnya adalah untuk menjadikan daerah otonom semakin mandiri dan dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat, sehingga terwujud kondisi daerah yang semakin baik dan semakin mampu mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Hal ini kelak tercermin dari peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui inovasi penggalian potensi daerah dan pengembangan sumber daya Aparatur Sipil Negara (ASN). Sedangkan untuk meningkatkan pelayanan prima (service excellence) kepada masyarakat perlu pula ditemukan inovasi berbentuk praktek-praktek yang baik dari berbagai pengalaman daerah yang telah sukses serta memberdayakan potensi kearifan lokal. Peningkatan pelayanan masyarakat dimulai dari pembenahan pola fikir aparatur agar dapat memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat, dan bukan sebagai pihak yang dilayani. Berbagai inovasi dalam pelayanan publik harus difikirkan, ditemukan dan diciptakan oleh pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk memberi kemudahan pada masyarakat. Inovasi-inovasi tersebut perlu dikompetisikan sehingga semua daerah berlomba untuk mendapatkan pelayanan prima yang mudah, murah, efisien, efektif dan memuaskan. Tulisan ini menyoroti dinamika pelayanan publik sebagai wujud mengisi otonomi daerah.

Kata kunci: inovasi, pelayanan masyarakat, otonomi daerah

(2)

Tujuan dibentuknya pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan pelayanan terbaik (service excellent) untuk memberi rasa kepuasan (service satisfaction). Kebutuhan dasar masyarakat berupa keamanan dan kenyamanan, makanan, pakaian, perumahan pendidikan, kesehatan, sarana prasarana dan lain sebagainya. Sedangkan pelayanan terbaik adalah pemerintah yang bisa menjawab kebutuhan dan keinginan masyarakatnya tersebut,semakin banyak kebutuhan terpenuhi maka semakin baik pelayanan pemerintahannya.

Pemerintah melaksanakan tugas komplek di semua bidang dan bahkan juga tugas-tugas residu/sisa, yaitu tugas yang tidak ada unsur atau lembaga lain yang melaksanakannya sehingga harus diambil alih oleh pemerintah. Artinya untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan masyarakat tersebut pemerintah harus melaksanakan tugas di seluruh bidang tanpa kecuali. Pada dasarnya ada tiga bagian besar tugas pemerintah, yaitu tugas pemerintahan, tugas pembangunan dan tugas kemasyarakatan. Ketiganya harus berjalan seimbang untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan pemerintah yang amanah. Salah satu tujuan diberlakukannya otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kreatifitas dan produktifitas serta kualitas pelayanan pemerintah provinsi/kabupaten/kota kepada masyarakat.Melalui kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat, daerah dapat membuat berbagai macam program yang lebih efektif dan eifisien dalam rangka percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Maka kini daerah bisa berinovasi dan dengan praktek-prakter terbaik sesuai potensi dan kearifan lokal daerah.

Namun masalah keuangan di daerah masih harus ditentukan dan dibantu oleh Pemerintah Pusat, bahkan bagian terbesar anggaran berasal dari Pemerintah Pusat, sebagai contoh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat beserta kabupaten/kota di dalamnya, hingga saat ini masih sangat tergantung keuangannya pada Pemerintah Pusat. Salah satu indikasinya adalah jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata masih di bawah 20% berbanding dengan Anggaran Pendapatan Belanda Daerah (APBD) setiap tahunnya. Padahal menurut study Essex County Council di Inggris tahun 2003, idealnya sebuah daerah otonom harus menghasilkan PAD minimal sepertiga (33,3%) dari jumlah APBD. Artinya, di Sumatera Barat belum ada satupun daerah yang memenuhi standar minimal sebagai daerah otonom bila diukur berdasarkan PAD-nya. Seluruh daerah otonom diharapkan dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam menyelenggarakan pemerintahan,memberikan pelayanan kepada masyarakat, menggali potensi daerah dan tentu juga kemampuan keuangannya. Oleh sebab itu dituntut agar selalu melahirkan inovasi dan kreatifitas baru. Dengan berbagai macam pembaharuan tersebut diharapkan setiap daerah otonom semakin kuat dan mandiri secara bertahap sehingga suatu waktu nanti benar-benar bisa mengemban tanggung jawab sebagai daerah otonom.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak 1 Januari 2001 lalu juga muncul beberapa konsep yang dilahirkan para ahli dari dalam dan luar negeri.Beberapa waktu lalu pernah dipopulerkan Reinventing Government yang dirumuskan oleh David Osborne. Pada mulanya dipakai oleh unsur swasta dan kemudian ditransfer ke dalam praktek pemerintahan.Intikonsep ini peran pemerintah lebih banyak memfasilitasi dan mengembangkan

(3)

Email : jtrap@ppj.unp.ac.id | http://jtrap.ppj.unp.ac.id| 3

Pada waktu hampir bersamaan juga lahir konsep Clean Government and Good

Governance, yaitu pemerintah yang bersih dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dengan Clean Government diharapkan agar seluruh aparatur pemerintah, baik sipil maupun militer kondisinya bersih tidak melanggaran peraturan.Aparatur pemerintah harus bersih dari korupsi, pungutan liar dan sogokan, bersih dari kasus asusila, narkoba, dan pelanggaran hukum sehingga tercipta aparatur negara yang berwibawa. Selanjutnya dengan Good Governance diharapkan pula agar penyelenggaraan pemerintahan itu terbuka, bertanggung jawab, taat hukum, koodinatif, efisien, efektif, profesional dan berkualitas. Namun akhir-akhir ini konsep-konsep cerdas tersebut tidak dipakai lagi.

Setelah itu Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (PAN-RB) juga pernah menggulirkan konsep praktek-praktek pemerintahan yang berhasil dengan baik, disebut dengan The Best Practices. Maka pada waktu itu banyak pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang berlomba-lomba menemukan praktek-praktek terbaiknya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.Semua inovasi baru itu dihimpun oleh Pemerintah Pusat dan kemudian disebarluaskan ke seluruh daerah untuk ditiru dan dilaksanakan. Waktu itu juga diapresiasi oleh World Bank dan lembaga Partnership dari Inggris. Tapi kini konsep inipun tidak lagi diterapkan. Semua konsep tersebut di atas adalah dalam rangka mengisi otonomi daerah. Tapi kini gema otonomi daerah telah dikalahkan oleh isu pemilihan langsung Presiden, DPR/DPD dan kepala daerah yang lebih besar gemanya. Begitu juga isu supremasi hukum yang membuat banyak aparatur pemerintah gamang melakukan inovasi karena apabila salah langkah, maka akan terseret ke dalam kasus hukum. Maka kini tinggallah otonomi daerah yang tercecer di antara isu dan kasus besar lainnya. Bahkan otonomi daerah terasa seperti menaikkan layangan, sesekali ditarik dan sekali waktu diulur oleh Pemerintah Pusat.

2. METODE PENELITIAN

Tulisan ini merupakan kajian literatur yang berkaitan dengan pelayanan publik di era otonomi daerah. Mengacu pada teori, isu dan best practice kabupaten/kota di Indonesia, penulis memaparkan esensi dari inovasi pelayanan publik yang digagas pemerintah daerah di Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjemput otonomi daerah

Penerapan otonomi daerah harus dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam rangka menyejahterakan masyarakat. Maka tidak salah apabila otonomi daerah terus dikaji dan didiskusikan sehingga muncul motivasi baru dalam pelaksanaannya. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menjemput otonomi daerah tersebut adalah penerapan Good Governance atau berpemerintahan yang baik. Beberapa tahun lalu pelaksanaan Good Governance difasilitasi oleh United Nations Development Project

(UNDP), World Bank, GTZ-Jerman yang didukung oleh Kementrian Dalam Negeri dan

(4)

Menurut World Bank, Good Governance is the way of state power used in managing economic and social resources for development society, artinya adalah cara pemerintah negara menggunakan dan mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk pembangunan

masyarakat.Ada sepuluh prinsip Good Governance yang dapat dipedomani dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu : (i) Partisipasi, yaitu mendorong setiap anggota masyarakat agar menggunakan haknya menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan dari perencanaan sampai evaluasi, baik langsung maupun tidak langsung. Lanjutannya terbentuk forum-forum di tingkat masyarakat dan semakin banyaknya masyarakat yang ikut dalam kegiatan pembangunan; (ii) Penegakan hukum, yaitu mewujudkan penegakan dan kepastian hukum yang adil bagi semua pihak tanpa memandang kedudukan (tidak diskriminasi) dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Lanjutannya pelanggaran hukum berkurang, penegakan hukum meningkat

dan pembenahan peraturan perundang-undangan; (iii) Transparansi, yaitu meningkatkan

kepercayaan masyarakat pada penyelenggara pemerintah dengan menyediakan informasi yang memadai dan memberi kemudahan memperoleh informasi dibutuhkan. Lanjutannya adalah semakin banyak program pemerintah diketahui masyarakat, meningkatnya partisipasi masyarakat

dan berkurangnya pelanggaran aturan; (iv) Tanggap, yaitu meningkatkan daya tanggap

penyelenggara pemerintah terhadap keluhan, persoalan dan aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Lanjutannya tumbuh kepercayaan masyarakat pada pemerintah, berkurangnya komplain masyarakat dan meningkatnya partisipasi pembangunan; (v) Kesetaraan, yaitu menciptakan kesetaraan terhadap peluang yang sama bagi semua warga masyarakat tanpa kecuali dalam meningkatkan kesejahteraannya. Lanjutannya adalah berkurangnya kasus diskriminasi dan meningkatnya pengisian jabatan sesuai ketentuan; (vi) Rencana Strategis, yaitu pembangunan strategis agar masyarakat merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap masa depan dan kemajuan daerah yang didukung oleh sistem penganggaran yang tepat. Lanjutannya adalah penetapan rencana strategi, meningkatnya pertemuan stakeholders dan konsistensi perencanaan dengan penganggaran; (vii) Efektifitas dan Efisiensi, yaitu memberikan pelayanan pada masyarakat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan segala sumber daya secara optimal dan arif. Lanjutannya meningkatnya nilai tambah pendapatan dan pengeluaran daerah, berkurangnya penyimpangan keuangan dan biaya operasionil; (viii) Profesionalisme, yaitu meningkatkan

kemampuan, ketrampilan dan moral penyelenggara pemerintahan, punya empathy untuk

memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dan biaya terjangkau.Lanjutannya pelayanan meningkat, komplain berkurang, PAD bertambah, disiplin ASN meningkat, transparan serta akuntabel; (ix) Pertanggunggugatan, yaitu meningkatkan pertanggunggugatan (akuntabilitas) para pengambil keputusan di pemerintahan, swasta dan organisasi masyarakat dalam segala bidang. Lanjutannya adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah dan berkurangnya kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); (x) Pengawasan, yaitu meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan dengan melibatkan masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan.Lanjutannya adalah

berkurangnya penyimpangan, seperti kebocoran, pemborosan dan penyalahgunaan

wewenang.Kemudian meningkatnya partisipasi masyarakat untuk melapor dan meningkatnya hasil pemeriksaan.

(5)

Email : jtrap@ppj.unp.ac.id | http://jtrap.ppj.unp.ac.id| 5 Inovasi pelayanan publik muncul sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat akan kondisi pelayanan yang kurang memuaskan selama ini. Masyarakat menuntut agar diberikan pelayanan yang lebih baik dan memuaskan. Pelayanan adalah proses membantu orang lain dengan cara-cara tertentu dimana sensitivitas dan kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan, yang ditentukan oleh keakraban, kehangatan, penghargaan, dan kejujuran yang dilakukan oleh penyedia jasa.

Bila dilihat dari unsur kata pelayanan atau SERVICE dapat diuraikan sebagai berikut : (a) Smile for everyone, senyum adalah simbol universal dari keramahtamahan; (b) Eye contact that shows we care, kontak mata akan memperlihatkan ketulusan dan ketertarikan kita kepada pelanggan; (c) Reaching out to everyone with hospitality, berinteraksi dengan keramahtamahan akan membantu mengembangkan; (d) Viewing each customer as special, perlakukan setiap pelanggan sebagai tamu yang diundang ke rumah, sehingga pelanggan akan merasakan suatu nilai dari setiap rupiah yang dikeluarkannya; (e) Inviting customer to return with a sincere, kata yang akan mendorong pelanggan untuk kembali dan menyampaikan kepada orang-orang terdekat tentang keramahtamahan; (f) Creating a warm atmosphere of hospitality, kepedulian kepada

pelanggan akan menimbulkan suasana yang hangat dan nyaman; (g) Excellence in everything we

do, mempertahankan sikap ini merupakan asset untuk mengembangkan sikap profesional.

Kemudian pelayanan prima(excellent service) adalah pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Beberapa pakar tentang pelayanan prima menguraikan pelayanan prima menjadi tujuh bentuk kondisi, yaitu: Self Esteem, yaitu memberi nilai pada diri sendiri, Exceed Expectations, yaitu melampaui harapan konsumen, Recovery, yaitu merebut kembali, Vision, yaitu pandangan jauh ke depan, Improve, yaitu melakukan peningkatan dan perbaikan, TakeCare, yaitu memberi perhatian, Empowering, yaitu pemberdayaan.

Sementara itu masyarakat terus meminta pelayanan terbaik dari pemerintah dengan kriteria peningkatan pelayanan sebagai berikut : makin lama makin baik (better), makin lama makin cepat (faster), makin lama makin diperbaharui (newer), makin lama makin murah (cheaper), dan makin lama makin sederhana (more simple).

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) 2015 bahwa jumlah ASN mencapai 4,51 orang, yang terdiri atas 925.275 ASN Pusat dan 3.591.861 ASN Daerah. Sedangkan rasio jumlah ASN dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 255 juta jiwa adalah 1,77%. Rasio jumlah ASN di Indonesia ini jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga di ASEAN, seperti Vietnam 2,1%, Filiphina 2,9%, Thailand 1,9%, Singapore 2,5%, dan Malaysia 3,7%. Artinya jumlah ASN Indonesia masih perlu ditambah untuk mencapai jumlah ideal dalam memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat. Namun rasionalisasi untuk keseimbangan dan pemerataan perlu diatur lebih baik.

(6)

Dalam Nawacita Presiden Joko Widodo ada tiga program wajib, empat program prioritas dan satu program pendukung. Untuk program dukungan adalah Reformasi Birokrasi, yakni pembenahan dan peningkatan kapasitas ASN dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Paradigma sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat harus dikembalikan sehingga tidak minta dilayani. ASN harus tahu kondisi masyarakat, memedulikan dan memberi pelayanan terbaik sesuai tugasnya

Dasar hukum pelayanan publik

Ada fenomena menarik dalam pengelolaan pelayanan publik di Indonesia sejak era reformasi, yaitu diberlakukannya sejumlah produk hukum Nasional, peraturan daerah maupun unit penyelenggara pelayanan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Beberapa kebijakan Nasional tersebut adalah :

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayana Publik,

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

c. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal,

d. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor63/KEP/M.PAN/7/2003 (memperbaiki keputusan sebelumnya) tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,

e. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah,

f. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik,

g. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

NomorPER/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.

Berbagai kebijakan Nasional dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut telah memberikan dasar bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk melakukan upaya nyata dalam mereformasi pelayanan. Kemudian dilakukan perubahan pendekatan, metode dan instrumen untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Instrumen-instrumen untuk mencapai standar kualitas manajemen telah diadopsi dan

digunakan standar kualitas manajemen internasional, seperti ISO 9000, Malcolm

BaldridgeNational Award, Balanced Scorecard (BSC) dan Customers Satisfaction Index (CSI) atau Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan lainnya.

Praktek-praktek inovasi pelayanan publik

(7)

Email : jtrap@ppj.unp.ac.id | http://jtrap.ppj.unp.ac.id| 7 kompetisi ini maka banyak instansi di tingkat pusat dan daerah yang terdorong untuk melahirkan inovasi-inovasi baru dalam meningkatkan pelayanan publik. Polanya adalah dengan mengajak setiap instansi melahirkan minimal satu inovasi dalam satu tahun, atau dikenal juga dengan

Program One Agency One Inovation (OAOI) dan kemudian mengikutsertakannya dalam

kompetisi. Ternyata pola seperti ini juga telah diadakan di tingkat internasional oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikenal dengan United Nation Public Services Award (UNPSA).

Ternyata kompetisi ini diikuti oleh banyak instansi se-Indonesia dan selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 ada 515 inovasi dan pada tahun 2015 ada 1.184 inovasi yang didaftarkan. Sedangkan pada tahun 2016 ini naik lagi menjadi 2.476 inovasi dari seluruh Indonesia. Artinya telah lahir ribuan macam program inovasi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kemudian setiap tahun ditetapkan 99 macam inovasi terbaik. Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pelayanan publik khusus pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang terhimpun dalam kompetisi tahun 2016 ini, yaitu:

Tabel 1. Inovasi Pelayanan Publik sebagai Hasil Kompetisi oleh Kementerian PAN-RB Tahun 2016

Kakekku Datang. Program untuk memberikan

pelayanan sebaik-baiknya

(8)

rusak. hari siap walau di akhir pekan.

12. Kota Bandung

Bank sampah matahari. Mengumpulkan sampah untuk

kemudian diolah dan berguna.

15. Kabupaten Gunung Kidul

(SMKN 3 Wonosari)

One stop service toilet. Program kesehatan reproduksi

bagi remaja.

CSR untuk rakyat. Menyediakan bantuan sosial

untuk kegiatan dan organisasi masyarakat.

20. Kabupaten Bangka

(Dinas Kesehatan)

Nyaman stop Babs. Sebuah program menghimbau

masyarakat agar tidak buang air besar sembarangan. Sumber : Kompetisi Inovasi Kementerian PAN-RB Tahun 2016

Demikian beberapa contoh inovasi-inovasi yang telah dilahirkan dan dilaksanakan oleh berbagai instansi di tingkat provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil kompetisi inovasi ini kemudian dibukukan dan disebarkan ke seluruh pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Diharapkan agar pemerintah daerah lainnya juga meniru dan menerapkannya sebagai praktek-praktek terbaik (best practices).

Untuk pemerintah provinsi/kabupaten/kota hendaknya menindaklanjuti program ini dengan membuat satu inovasi pada setiap dinas/instansi. Jika di sebuah kabupaten/kota ada 30 instansi, maka dalam lima tahun atau satu periode kepemimpinan kepala daerah akan ada 150 inovasi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Kemudian apabila pada provinsi tersebut ada 20 kabupaten/kota, maka dalam setahun akan ada 600 inovasi. Dalam satu periode kepemimpinan gubernur akan lahir 3000 inovasi. Sangat luar biasa inovasi yang tercipta untuk

melakukan reformasi birokrasi dan pembaharuan pemerintahan (new public management).

(9)

Email : jtrap@ppj.unp.ac.id | http://jtrap.ppj.unp.ac.id| 9 petunjuk teknis. Setiap inovasi hendaknya juga dipublikasikan secara luas kepada seluruh masyarakat melalui berbagai media, seperti surat kabar, radio, brosur, famplet dan baliho. Dan inovasi-inovasi yang diwujudkan hendaknya didukung oleh unsur pimpinan daerah beserta seluruh dinas/instansi untuk bersama-sama menyukseskannya. Pada setiap daerah hendaknya juga dikompetisikan dan diberi penghargaan (award) serta the best practices tersebut dibukukan.

4. PENUTUP

Reformasi birokrasi melalui pembaharuan pengelolaan tata pemerintahan dapat diaplikan dengan inovasi-inovasi pelayanan publik. Semakin banyak dan semakin berkualitas pelayanan publik yang diberikan maka akan meningkatkan kepuasan masyarakat. Maka beberapa

kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah: pertama, Penerapan otonomi daerah pada dasarnya

adalah untuk memberi peluang kepada daerah otonom untuk dapat meningkatkan kualitas dan kualitas pelayanan publik serta lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakat; kedua, Penerapan otonomi daerah kadangkala masih seperti menaikkan layangan, yaitu kadangkala diulur dan sesekali ditarik oleh Pemerintah Pusat sehingga hasil dari penerapan otonomi daerah belum tercapai maksimal; ketiga, Inovasi pelayanan publik adalah salah satu langkah meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah dan langkah dalam mengisi otonomi daerah yang dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota; keempat, Inovasi pelayanan publik adalah langkah perbaikan dan peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat melalui praktek-praktek terbaik (best practices) yang bersumber dari potensi alam, manusia dan kearifan lokal; kelima, Inovasi pelayanan publik hendaknya dapat diciptakan satu kegiatan setiap tahun oleh semua dinas/instansi pada tingkat provinsi/kabupaten/kota. Apabila langkah ini terlaksana maka di Provinsi Sumatera Barat akan terwujud minimal 600 pembaharuan setiap tahun dan 3000 macamselama lima tahun atau satu periode kepemimpinan kepala daerah; keenam, Inovasi pelayanan publik hendaknya dikompetisikan, didukung oleh semua unsur, dibuatkan dasar hukumnya, dibukukan, dan disosialisasikan agar terlaksana dengan baik dan ditiru oleh dinas/instansi serta daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Spirit is Transforming the Public Sector. New York: Hodson-Wesley Publishing Company, Inc,

M.Mas’ud Said. (2012). Reformasi Management Pemerintahan Yang Mendorong

Efisiensi dan Akuntanbilitas. (Makalah),

Fadel Muhammad. (2008). Reinventing Local Government : Pengalaman Dari Daerah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.

Inu Kencana Syafei. (2002). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah. (2010). Pemerintahan Daerah di Indonesia.

Bandung : Pustaka Setia.

Bintoro Tjokroamidjojo. (2000). Good Governance Paradigma Baru Manajemen

Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Miftah Thoha. (2008). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Joko Widodo. (2003). Good Governance Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol

Gambar

Tabel 1.  Inovasi Pelayanan Publik sebagai Hasil Kompetisi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan analisa untuk mendapatkan sektor unggulan sehingga dapat dilihat strategi pengembangannya digunakan data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani kedelai dalarn hal keterlibatannyapada kelompok tani adalah sebagai berikut: (1) Sebagian besar petani

Sri Masita Laluhang, menulis sebuah jurnal yang berjudul „‟Implementasi Program Keluarga Harapan‟‟ Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh

secara tegas, demi menjamin kepastian hukum dan keadilan; (2) Hakim harus bisa memilah mana yang benar secara hukum, Ditjen HKI bisa memberikan sertifikat paten sederhana

Pada langkah ini adalah proses mengidentifikasi dan menganalisa publik kunci yaitu berbagai kelompok yang berinteraksi dengan organisasi pada saat terjadi

 /ilai koefisien redaman pada  ground    yang baik harus mendekati nilai 1. Dengan endekati koefisien redaman 1 maka dapat meminimalisir ter%adinya kerusakan

KASATGAS V 13 Diharapkan Giat syawalan di Obyek Wisata Jombor Permai Krakitan, Bayat, Klaten berjalan lancar dan aman serta tercipta Kamseltibcarlantas dan

Kegiatan Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok, Paket