• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN REMIDIASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA MULTILITERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI DAN REMIDIASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA MULTILITERASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN REMIDIASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA MULTILITERASI

Rusli Ilham Fadli

Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FIP Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang rusliilhamfadli@ymail.com

ABSTRAK

Multiliteration is currently a learning method that has been developed by teachers, who previously used literacy that only read and write less widely, currently multiliteration of students can develop ways of reading and using various internet media and free media. Multiliteration remains to read and write. In reading students must have a septetap concept to read and write. In reading students must have a septetap concept to read and write. In reading students must have criteria such as characters, taste, creativity, and desire, which allows each reader.

Indonesian language learning has a very important role not only for communication and also for the benefit of mastering science. According to Ghazali (2010: 168) language learning is "a process that runs linearly, which starts with English (listening and speaking) and then switches to written language (reading and writing). So, nothing is interconnected and cannot be used in the learning process. However, reading and writing are very important, this is caused by reading for tools for things that can increase knowledge and the development of messages in young reading material can be written in writing, namely writing. Even so, reading and writing books are easy to do and learn through the right learning process. The ability to read and the ability to write relationships that cannot be ignored.

Based on the photoshoot about learning to read and write above the Target. The evaluation results of Bloom's Taxonomy include cognitive, affective, psychomotor domains. In the third 2013 curriculum, it is used in research, so researchers will share it and provide remediation solutions.

Evaluation of learning has two dimensions, namely the evaluation of the learning process and evaluation of learning outcomes. Evaluation of the learning process is an evaluation system that needs to be done by the teacher to determine the quality of learning. this activity is referred to as a reflection of the learning process with this activity the teacher can find the advantages and disadvantages of the learning process that has been done. Evaluation of the learning process is a process to determine the value, services or benefits of learning activities through assessment and measurement activities. Making learning evaluations includes consideration of results, services, learning processes, and program benefits (Dimyati and Mudjiono, 2006: 221). Evaluation of learning outcomes emphasizes the information to what extent the results of the evaluation achieved by students in accordance with the stated goals. Thus, evaluation of learning outcomes sets the good and bad results of learning activities.

Researchers in determining the results of evaluation in learning multiliteration language and literature divide it into three domains that each of them has its own evaluation method. The 2013 curriculum system requires teachers that every basic competency can be evaluated so that students will achieve completeness in every competency. A separate evaluation system has an impact on the instructor as, the instructor must combine the way of learning, the teacher seeks material that matches the combination of three competencies. Multiliteration evaluation allows the teacher to work hard to find reading material and learning models that can exclude the three competencies. Reading and writing have separate assessment criteria.

PENDAHULUAN

Kegiatan evaluasi merupakan hal yang penting untuk melihat kinerja seseorang dalam

melakukan kegiatan. Dunia pendidikan tidak luput dari proses evaluasi, terutama ditujukan

kepada pengajar dan peserta didik. evaluasi bagi pengajar dapat menentukan baik tidaknya

kinerja selama proses pembelajaran. Evaluasi sering dianggap sebagai salah satu hal yang

(2)

atau tidaknya dalam pembelajaran. Pandangan menakutkan tersebut seharusnya segera

diluruskan. Banyak proses evaluasi yang sekarang banyak dikembangkan dari hasil proses

pembelajaran yang inovatif.

Manfaat yang didapat peserta didik jika evaluasi terus dilakukan, peserta didik dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pengajar,

apakah hasilnya memuaskan atau tidak memuaskan. Bagi pengajar manfaatnya dapat

mengetahui peserta didik yang sudah dan yang belum menguasai bahan pembelajaran, tepat atau

tidaknya materi pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan RPP, serta metode pembelajaran

yang digunakan.

Peneliti kali ini membahas tentang proses evaluasi dan remidiasi dalam konteks

multiliterasi. Peserta didik saat ini kurang memiliki sikap gemar membaca. Kurangnya

kegemaran membaca saat ini berdampak pada sistem pembelajaran yang dilakukan satu arah.

Kurangnya minat baca para peserta didik menuntut pengajar untuk bekerja lebih ekstra untuk

menggali lebih dalam materi yang ingin disampaikan. Kelemahan bangsa Indonesia saat ini

adalah kurangnya budaya membaca dan menulis. Kelemahan tersebut mengakibatkan timbulnya

gerakan yang sekarang gencar dilakukan disekolah-sekolah. Gerakan tersebut disebut literasi.

Literasi menuntut sekolah untuk membiasakan peserta didik untuk membaca menulis disela-sela

waktu padat yang sudah tersusun. Literasi yang berfokus membaca buku bacaan seperti novel,

komik, koran, dll, lalu dituangkan dalam goresan tinta yang menghasilkan selembar kertas

berisikan rangkuman cerita.

Zaman semakin berkembang dan literasi terus berevolusi, evolusi nama literasi

sekarang menjadi multiliterasi. Pembelajaran literasi berimplikasi pada munculnya konsep

multiliterasi. Tompkins (1991:18) mengemukakan bahwa literasi merupakan kemampuan

menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan

dunia kerja dan kehidupan di luar sekolah. Konsep multiliterasi muncul karena manusia tidak

hanya membaca atau menulis, namun mereka membaca dan menulis dengan genre tertentu yang

melibatkan tujuan sosial, kultural, dan politik yang menjadi tuntutan era globalisasi, maka hal

ini menjadi dasar lahirnya multiliterasi dalam dunia pendidikan.

Multiliterasi saat ini menjadi metode belajar yang sudah dikembangkan oleh para

pengajar, yang sebelumnya menggunakan literasi yang hanya membaca dan menulis yang

kurang luas, saat ini multiliterasi peserta didik dapat mengembangkan cara membaca dan

menulis dengan menggunakan berbagai media internet maupun media alam bebas. Multiliterasi

tetap berfokus kepada membaca dan menulis. Dalam membaca peserta didik harus mempunyai

kriteria septetap berfokus kepada membaca dan menulis. Dalam membaca peserta didik harus

(3)

didik harus mempunyai kriteria seperti aksara, rasa, cipta, dan hasrat, keempat kriteria tersebut

harus dimiliki setiap pembaca.

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting bukan hanya

untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu

pengetahuan. Menurut Ghazali (2010:168) pembelajaran bahasa adalah “sebuah proses yang

berjalan linear/ lurus, yaitu diawali dengan menguasai bahasa lisan (menyimak dan berbicara)

dan baru kemudian beralih kebahasa tulis (membaca dan menulis). Jadi, keempat keterampilan

tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran berbahasa

Akan tetapi, membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting, hal

ini didasarkan karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari suatu hal sehingga bisa

memperluas pengetahuan dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan yang akhirnya

dapat dituangkan dalam bentuk tulisan yaitu menulis. Walaupun demikian, membaca dan

menulis bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk dilakukan dan perlu bimbingan melalui

proses pembelajaran yang tepat. Kemampuan membaca dan kemampuan menulis memiliki

keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan pemaparan tentang pembelajaran membaca dan menulis di atas Sasaran

evaluasi hasil belajar mengacu kepada Taxonomy Bloom meliputi ranah kognitif, afektif,

psikomotor. Dalam kurikulum 2013 ketiga ranah tersebut dipisahkan dalam melakukan

penilaian, jadi peneliti akan membagi evaluasi menjadi tiga rana tersebut dan memberikan

solusi remidiasi.

PEMBAHASAN

Evaluasi Multiliterasi dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

Evaluasi pembelajaran memiliki dua dimensi, yakni evaluasi proses pembelajaran dan

evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses pembelajaran merupakan sistem evaluasi yang perlu

dilakukan oleh pengajar untuk menentukan kualitas pembelajaran. kegiatan ini disebut sebagai

refleksi proses pembelajaran dengan kegiatan ini pengajar dapat menemukan kelebihan dan

kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi proses pembelajaran

adalah proses untuk menentukan nilai, jasa atau manfaatkegiatan pembelajaran melalui kegiatan

penilaian dan pengukuran. Pembuatan evaluasi pembelajaran mencakup pertimbangan tentang

hasil, jasa, proses pembelajaran, dan manfaat program (Dimyati dan Mudjiono, 2006:221).

Evaluasi hasil belajar menekankan kepada informasi sejauh mana hasil evaluasi yang dicapai

oleh peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, evaluasi hasil

(4)

Peneliti dalam menentukan hasil evaluasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra

multiliterasi membaginya menjadi tiga ranah yang asing-masing memunyai cara evaluasi

tersendiri. Sistem kurikulum 2013 menuntut pengajar agar setiap kompetensi dasar dapat

dievaluasi sehingga peserta didik akan mencapai ketuntasan di setiap kompetensinya. Sistem

evaluasi terpisah memunyai dampak kepada pengajar seperti, pengajar harus mengkombinasi

cara belajar, pengajar mencari materi yang sesuai dengan kombinasi tiga kompetensi. Evaluasi

pada multiliterasi memungkinkan pengajar bekerja keras mencari bahan bacaan dan model

pembelajaran yang dapat mengeluarkan ketiga rana kompetensi. Membaca dan menulis

memunyai kriteria penilaian tersendiri.

Gambar 1. Penilaian membaca

Kriteria penilaian membaca di atas menjadi acuan pengajar agar peserta didik dapat menguasai

cara membaca yang baik dan benar. pengajar wajib memberikan pengarahan kepada peserta

didik agar memiliki keempat aspek penilaian tersebut. Jika peserta didik belum ada yang

mencapai nilai rata-rata yang sudah ditentukan maka pengajar harus segera mengevaluasi cara

pembelajaran maupun metode belajar yang telah disampaikan. Selain itu menulis memunyai

kriteria penilaian seperti.

Aksara

M em baca

Bahasa

(5)

Gambar 2. Penilaian menulis

Penilaian menulis tidak luput dari plagiasai. Maraknya plagiasai yang dihasilkan oleh

para penulis membuat semakin berkembangkan kreativitas untuk memalsukan karya orang lain.

Termasuk dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk memiliki pemikiran yang kritis

dalam memunculkan bahasa dalam pikirannya. Jika penerapan penilaian di atas peserta masih

banyak yang plagiasi pengajar harus memberikan solusi berupa pancingan beberapa kalimat

pembuka agar peserta didik dapat mengembangan gagasan selebinya.

Sasaran evaluasi peneliti ini yaitu, ranah kognitif, afektif, psikomotor. Kognitif

erhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap informasi dan pengetahuan. Afektif

berhubungan dengan sikap, penghargaan, perhatian, nilai, perasaan. Psikomotor berhubungan

dengan keterampilan motorik, manipulasi benda yang memerlukan kerja saraf dan badan.

Pembelajaran bahasa dan sastra multiliterasi dapat di evaluasi menggunakan ketiga ranah

tesebut.

Evaluasi peserta didik haru bersifat komprehensif meliputi aspek tersebut. Disamping

itu, proses pembelajaran yang ditempuh oleh pengajar dan peserta didik harus mendapat

perhatian dalam proses evaluasi, berikut evaluasi ketiga rana dalam pembelajaran multiliterasi.

Aspek Kognitif

Evaluasi aspek kognitif pembelajaran bahasa dan sastra multiliteras dapat menggunakan

soal yang dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk soal seperti, soal pilihan ganda tentang hasil

yang telah dibaca oleh peserta didik, soal bentuk benar salah tentang hasil yang telah dibaca,

soal menjodohkan, dan uraian tentang cerita. Kemudian cara penskoran juga di bedakan

menurut soal yang sudah tersedia.

M enulis

(6)

Aspek Afektif/Sikap

Afektif merupakan penilaian sikap yang dapat dibentuk, dipengaruhi, diarahkan dan

dikembangkan. Sikap dalam proses belajar mengajar ada yang positif dan negatif, seperti saat

membaca peserta didik selalu ramai dengan teman sebangku, ada peserta Didi yang membaca

dengan cara mendengarkan musik, ada siswa yang membaca dengan tidur dll. Semua sikap

tersebut merupakan cara peserta didik untuk memunculkan sikap relax. Untuk mengevaluasi

aspek efektif yang tepat menggunakan instrumen angket tertutup Diana pertanyaan mengandung

sifat nilai-nilai sikap yang menjadi tujuan pembelajaran salah satu jenisnya yaitu, skala likert.

Aspek Psikomotor

Psikomotor merupakan aspek keterampilan. Evaluasi psikomotor mengacu kepada

prosedur melakukan satu kegiatan dan mengacu kepada hasil yang dicapai dari satu kegiatan.

mengukur tingkat keterampilan peserta didik dalam satu kegiatan dapat dilihat pada saat peserta

didik sedang melakukan kegiatan atau dilihat dari hasil produk dari kegiatan. dalam hal ini

keterampilan peserta didik untuk membuat karya tulis dari hasil bacaan tidak luput dari

penilaian tanpa adanya plagiasi.

Ketiga aspek yang telah dijelaskan merupakan evaluasi hasil belajar yang menjadi

acuan kurikulum 2013. Pengajar sering kali mengabaikan evaluasi proses belajar. Ketiak

seimbangan proses evaluasi membuat tidak meratanya kemampuan peserta didik antara satu

dengan yang lain. Terlebih sekarang ini sedang digalangkan sistem pembelajaran yang

menekankan pada proses, Dimana peserta didik mencari dan mengolah informasi. Teknik dan

instrumen yang tepat untuk mengevaluasi proses dengan cara teknik observasi.

Evaluasi Pengajar

Evaluasi bukan hanya ditujukan untuk peserta didik, pengajar perlu juga untuk

mendapatkan evaluasi. Pembeda antara evaluasi pengajar dengan peserta didik terletak pada

model pengajaran. Pengajar dituntut untuk menguasai sebanyak-banyaknya model pembelajaran

agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar dan tidak merasa bosan ikan guru tersebut

mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator pertama kali harus dapat

menyusun prosedur spesifik dan menetapkan standar. Penetapan standar hendaknya dikaitkan

dengan Keterampilan-keterampilan dalam mengajar, Bersifat seobyektif mungkin, Komunikasi

secara jelas dengan guru sebelum evalusi dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai

dievaluasi, dan dikaitkan dengan pengembangan profesional guru. Evaluasi guru berpengaruh

(7)

bertanggung jawab atas kegagalan siswa tersebut, ada banyak faktor termasuk bisa dilihat dari

kinerja guru maupun peserta didik.

Remidiasi

Remidi adalah kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika kesulitan dasar

pesta didik telah diketahui. Kegiatan remisi merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada

peserta didik setelah adanya evaluasi. Remidi mencakup pemahaman kebutuhan individu

peserta didik, ditembah dengan metode pengajaran yang tepat diterapkan.

Sistem remidi yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran bahasa dan sastra

multiliterasi adalah dengan cara mengklasifikasi peserta didik yang baik, cukup baik, dan

kurang. Siantar ketiga klasifikasi tersebut peserta didik membentuk kelompok yang baik

berkumpul dengan yang baik, yang cukup dengan cukup, dan yang kurang dengan yang kurang.

Setelah peserta didik berkumpul metode remisi yang diberikan sudah pasti pada peserta didik

yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Peneliti tidak akan mengulang soal atau cara pemberian

pembelajaran yang sama dengan yang pertama. Remidi yang peneliti gunakan dengan cara

membuat kelompok berpasangan antara yang kurang dengan yang baik. Dengan begitu,

pengajar tidak sepenuhnya turun tangan untuk mengulang. Dean bantuan peserta yang nilainya

baik, peserta didik yang kurang akan dapat setidaknya berkembang dengan metode

berkelompok.

SIMPULAN

Proses evaluasi yang ada saat ini belum membatu para pengajar untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia. Kurangnya penerapan refleksi setiap akhir pembelajaran

mencerminkan pengajar tidak menjalankan proses evaluasi yang mendasar. Kurikulum 2013

saat ini menuntut pengajar dapat mengevaluasi dengan tiga aspek sekaligus, yaitu kognitif,

afektif, psikomotor. Ketiga aspek tersebut tidak diterapkan pada peserta didik saat akhir

pembelajaran sehingga siswa yang nilainya kurang semakin tertinggal jauh dengan teman yang

lain.

Proses evaluasi tidak hanya dimilki oleh peserta didik, pengajar memiliki sistem

evaluasi tersendiri untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Evaluasi yang ditujukan kepada

pengajar seperti cara penguasaan kelas, penguasaan model pembelajaran, gimik saat mengajar,

dan pengetahuan.

Remidiasi yang dikembangkan peneliti merupakan remidiasi yang bersifat kelompok.

(8)

beban pengajar dan peserta didik yang kurang dapat enjoy menjalankan reidi dengan sesama

teman.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bineka Cipta.

Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan

Komunikatif-Interktif. Bandung: PT Refika Aditama.

Irwantoro, dan Suryana. 2015. Kompetensi Pedagogik. Sidoarjo:Genta Group Production.

Tompkins, Gail E. dan Kenneth Hoskisson. 1991. Language Arts: Content and Teaching

Strategies. New York: Max Well Macmillan International Publishing Group

Gambar

Gambar 1. Penilaian membaca
Gambar 2. Penilaian menulis

Referensi

Dokumen terkait

fibrosis kistik yang mencapai usia dewasa dan merupakan manifestasi dari minimal satu mutasi gen CFTR dengan mutasi tersering pada IVS8/5T. Dua puluh persen

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan struktur novel Haji Backpacker ; 2) mendeskripsikan struktur memoar Haji Backpacker ; 3)

- Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu dengan kelompok

 Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menynangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan

Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari beberapa wawancara terhadap responden (konsumen) tentang alasan mengapa mereka memilih layanan jasa aqiqoh siap saji Nurul Hayat,

yang peneliti paparkan, namun ada juga anak yang konsentrasinya mudah terganggu pada pelaksanaan layanan berlangsung, seperti jika ada orang lewat di samping kelas maka

Peserta didik dalam kelompok masing-masing dengan bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan, dan menyimpulkan tentang nilai keseluruhan, nilai unit,

Kami mencoba mengulik data yang di jabarkan oleh Kemendikbud lewat web site www.kemendikbud.go.id jelas di uraikan di Ikhtisar Data Pendidikan 2012-2013 diagram arus siswa