1
Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa.
Pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
(Anugraheni, 2017: 2016). Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk
melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Proses pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: input peserta didik, bahan ajar,
sarana dan prasarana pendidikan, administrasi, sumber daya manusia
(pendidiknya) yang mampu mendukung terciptanya suasana yang kondusif.
Proses pendidikan yang memperhatikan komponen pendidikan diharapkan
mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas (Anugraheni, 2017: 247).
Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan
mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam
menempuh kehidupan sebagaimana sudah diatur didalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 2), berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Depdiknas,
2006: 28).
Pembelajaran yang melibatkan keaktifan serta kreativitas siswa sesuai dengan
Undang-Undang Rakyat Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sampai saat ini masih mengalami perkembangan, berbagai
macam upaya pemerintah dilakukan untuk mengatasi setiap permasalahan
dilatarbelakangi oleh pembelajaran yang bersifat konvensional dan teacher
centered.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu perubahan paradigma pembelajaran
dari pembelajaran yang bersifat konvensional menjadi pembelajaran yang
mengaktifkan siswa didalam menggunakan aneka sumber belajar yang dapat
diperoleh siswa dari luar kelas. Kurikulum 2013 merupakan yang berbasis
kompetensi, didalamnya dirumuskan secara terpadu mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki peserta didik (Indriasih, 2015:
128).
Kurikulum 2013 mencakup lima aktivitas belajar, diantaranya : mengamati,
bertanya, melakukan percobaan atau mencari informasi, melakukan penalaran
atau asosiasi untuk mengolah berbagai informasi serta mengembangkan jaringan
atau mengkomunikasikan hasil ivestigasi. Karakteristik pembelajaran Kurikulum
2013 merupakan suatu kunci untuk menciptakan siswa yang kreatif dan inovatif
Kurikulum 2013 memiliki sistem pembelajaran yang berbeda dari
kurikulum sebelumnya, kurikulum ini lebih menekankan pada pendidikan
karakter, keaktifan, dan kreativitas siswa. Pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang digunakan didalam pelaksanaan kurikulum 2013,
Pembelajaran Tematik termasuk kedalam pendekatan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, dan efektif, serta memadukan beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran Tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik individu maupun kelompok aktif mencari,
menggali, mengeksplorasi dan menemukan konsep (Mawardi, dkk, 2014: 2).
pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip belajar terpadu.
Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan
pembelajaran yang dipadukan dengan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam
satu kali tatap muka, untuk memberikan sebuah pengalaman yang bermakna bagi
peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu berawal dari tema yang
diembangkan atau dipilih oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Kurikulum 2013 selain berisi model pembelajaran tematik, kurikulum 2013
berlangsung, yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan
pendekatan yang berkaitan erat dengan metode saintifik (ilmiah) pada umumnya
melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk
perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Berdasarkan teori Dyer (dalam
Ridwan, 2014 : 53), dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific
approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran
antara lain : 1) Mengamati; 2) Menannya; 3) Mencoba/mengumpulkan informasi;
4) Menalar/asosiasi; 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Beberapa
model, metode, dan strategi pembelajaran dapat diterapkan dengan
mengintegrasikan beberapa elemen-elemen pendekatan pembelajaran saintifik,
antara lain : Pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (Discovery
Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dan
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), serta metode lain yang
relevan.
Penerapan kurikulum 2013 telah diterapkan dibeberapa sekolah di Indonesia,
khususnya dikota Salatiga, dalam penerapannya terdapat beberapa kendala dan
masalah baik dalam penerapan ataupun dalam proses pembelajaran yang
berlangsung, sehingga tujuan dari kurikulum 2013 belum tercapai secara
maksimal, kenyataanya salah satu kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013
adalah kebiasaan siswa yang terbiasa belajar menggunakan kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dimana siswa terbiasa belajar menggunakan
pembelajaran yang bersifat konvensional, didalam implementasi kurikulum 2013
siswa diharapkan agar dapat belajar secara aktif dan kreatif namun dalam
pelaksanaanya siswa belum mendapatkan pembelajaran yang dapat melatih
mereka untuk belajar secara aktif dan kreatif hal ini dikarenakan sekolah belum
sepenuhnya menerapkan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir
kreatif sehingga implementasi dari pembelajaran kurikulum 2013 belum tercapai
secara optimal.
Berpikir kreatif merupakan suatu pemikiran yang berusaha melahirkan
sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip-prinsip kemungkinan
kreatif adalah seorang yang dapat berpikir secara sintesis, artinya dapat melihat
hubungan-hubungan dimana tidak ada orang lain yang mampu melihatnya, serta
memiliki kemampuan untuk menganalisis idenya sendiri. Berdasarkan dari
beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir kreatif
menenuntut seorang anak untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah, mempunyai kemampuan untuk memiliki variasi jawaban dari suatu
persoalan, memiliki kemampuan untuk menguasai suatu konsep permasalahan
sekaligus kemampuan siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan terhadap
suatu topik permasalahan,oleh sebab itu berpikir kreatif menjadi salah satu
kemampuan yang dikembangkan didalam kurikulum 2013, sehingga berpikir
kreatif sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dimana hasil belajar biasanya
dipengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu konsep pembelajaran serta
kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan didalam proses
pembelajaran.
Hasil penelitian yang ada beberapa kesulitan yang dialami siswa berkaitan
dengan kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut : (1) Siswa kurang
memahami materi, (2) Siswa kesulitan belajar secara mandiri sehingga hanya
menunggu perintah guru (3) Sebagian besar siswa takut untuk mengeluarkan iden
atau pendapatnya. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 14 September 2017 di
SD Negeri Sidorejo Kidul 02 beberapa siswa kurang memahami pembelajaran
tematik ,khususnya pada materi organ pencernaan hewan dan manusia.
Kurangnya sarana media pembelajaran yang bersifat inovatif juga mempengaruhi
proses kegiatan belajar mengajar, selain itu siswa merasa kurang mandiri disetiap
proses pembelajaran dimana siswa hanya menunggu aba-aba dari guru dan
perintah dari guru, kebanyakan siswa merasa takut saat harus menuangkan ide
atau pendapatnya, kebanyakan siswa merasa takut apabila yang ia lakukan salah
sehingga pemahaman konsep siswa terhadap materi berkurang dan mengakibatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa sulit dikembangkan, guru sudah melakukan
beberapa model dan metode seperti, guru mengajak siswa untuk berdiskusi,
namun pembelajaran ini masih kurang mampu membangkitkan keaktifan serta
untuk berdiskusi kebanyakan siswa tidak mengembangkan ide dan pendapatnya,
siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru namun siswa tidak
mau menyampaikan pendapatnya terkait dengan tugas yang diberikan oleh guru
sehingga guru harus menunjuk siswa agar ada perwakilan siswa yang
menyampaikan pendapat dari hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan penelitian
tersebut beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang ada
didalam beberapa subtema, sehingga kemampuan berpikir kreaatif siswa hanya
menapai skor rata-rata 13,3 dengan presentase 33,2% dari 7 kelompok. Hasil
belajar siswa hanya mencapai rata-rata 60 dengan presentase ketuntasan 38,5%
dan hanya ada 15 siswa yang mencapai KKM. Rendahnya kemampuan berpikir
kreatif dan hasil belajar siswa juga diteliti oleh Hendra Erik R (2016) & Abdul
Mumin S & Elis Sri R (2018) berdasarkan penelitian rendahnya kemampuan
berpikir kreatif dan hasil belajar dikarenakan metode pembelajaran masih bersifat
konvensional, berpusat pada guru dan belum memberikan pengalaman langsung
kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terkait dengan permasalahan yang
dihadapi oleh guru maka solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menerapkan model pembelajaran Discovery learning. Discovery
Learning merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
menemukan suatu konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
siswa melalui sebuah percobaan atau pengamatan sehingga model ini akan
membuat peserta didik untuk belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Pentingnya penelitian ini agar memberikan solusi terhadap guru atau
pendidikan untuk mengatasi kondisi kelas dimana kebanyakan siswa atau peserta
didik mengalami kesulitan dalam berpikir kreatif yang mencakup tentang
keterampilan sosial seperti beberapa siswa yang cenderung pasif disaat proses
pembelajaran, serta untuk mengurangi ketakutan siswa pada saat
mengaplikasikan ide dan keterampilannya pada saat proses pembelajaran seperti
biasannya sehingga penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan hasil belajar siswa, untuk menunjang model ini alangkah lebih
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Tahun Ajaran 2017/2016.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat diperoleh
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Siswa belum mampu memahami model pembelajaran yang diberikan oleh
guru, sehingga siswa cenderung pasif dan takut untuk berpartisipasi aktif dalam
menuangkan ide dan gagasannya didalam proses pembelajaran sehingga
kemampuan berpikir kreatif siswa belum mengalami peningkatan.
2. Beberapa siswa mengalami penurunan hasil belajar dalam beberapa tema
khususnya pada tema yang terkait dengan mata pelajaran tertentu.
3. Siswa kurang kreatif didalam proses pembelajaran.
1.3.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas 5 SD
N Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran
siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga?
3. Apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran siswa kelas 5
SD N Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga?
1.4.Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah model pembelajaran Discovery
Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
2. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kretif siswa kelas 5 SD N Sidorejo
Kidul 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga melalui penerapan model
pembelajaran Discovery Learning.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga melalui penerapan model pembelajaran
Discovery Learning.
1.5. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pengetahuan pada penggunaan model pembelajaran Discovery Learning.
Manfaat lainnya agar para pengajar dapat mengkaji kelebihan dan kekurangan
dari pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery learning.
2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman baru bagi
siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model Discovery Learning
sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar serta kemampuan siswa dalam
kemampuan berpikir kreatif.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran.
c. Bagi Kepala Sekolah