• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDIDIKAN DI SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PENDIDIKAN DI SD"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDIDIKAN DI SD

Makalah

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pendidikan di SD Dosen Pengampu Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons. Dan

Edwindha Prafitra Nugraheni, S.Pd., Kons.

oleh :

1. Suharni 1301413064

2. Lilis Fadhilah 1301413024

Rombel 1

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini berjudul Sistem pendidikan di SD

Makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan, kritikan,

dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada

khususnya dan bagi para mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling pada umumnya.

Semarang, 11 Oktober 2014

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi pendidikan formal, yang diselenggarakan melalui proses belajar mengajar. Suparlan Suhartono (2008: 46) menyatakan bahwa “menurut pendekatan dari sudut pandang sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah”.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian system itu ? 2. Apakah pengertian Pendidikan itu ? 3. Bagaimana sistem pendidikan di SD ?

C. Tujuan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem

Menurut Edhy Sutanta (2003:4) sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan.

Menurut Cambell (dalam Munib, 2012:37) Sistem merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat Raymond Mc. Leod bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Gordon B. Davis juga sependapat dengan kedua ahli si atas, menurutnya sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan bersama.

Sedangkan pengertian sistem menurut Andri Kristanto(2008 : 1) adalah

Sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama – sama untuk melakukan suatu kegiatan atau

menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan sistem adalah seperangkat unsur-unsur atau komponen-komponen yang saling berhubungan, berkumpul, dan bekerja secara bersama-sama guna mencapai suatu tujuan yang sama.

B. Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(6)

Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Dari beberapa pendapat ahli dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukandirinya dan masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas, Dapat di temukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.

1. Usaha sadar dan terencana.

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual). Oleh karena itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik dalam tataran nasional (makroskopik), regional/provinsi dan kabupaten kota (messoskopik), institusional/sekolah (mikroskopik) maupun operasional (proses pembelajaran oleh guru).

(7)

Terlepas dari benar-tidaknya pengerucutan makna ini, pada pokok pikiran kedua ini, saya menangkap pesan bahwa pendidikan yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak pengembangan (developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik, bukan bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga melihat ada dua kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan suasana belajar, dan (b) mewujudkan proses pembelajaran.

a. Mewujudkan suasana belajar

Berbicara tentang mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat dilepaskan dari upaya menciptakan lingkungan belajar, diantaranya mencakup: (a) lingkungan fisik, seperti: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, taman sekolah dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan sosio-psikologis (iklim dan budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi, kreativitas, toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek sosio–emosional lainnya, yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensinya. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, di sini tampak jelas bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas(classroom management) menjadi amat penting. Dan di sini pula, tampak bahwa peran guru lebih diutamakan sebagai fasilitator belajar siswa .

b. Mewujudkan proses pembelajaran

(8)

Sama seperti dalam mewujudkan suasana pembelajaran, proses pembelajaran pun seyogyanya didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dalam bingkai model dan strategi pembelajaran aktif (active learning), ditopang oleh peran guru sebagai fasilitator belajar.

3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita , yang menurut hemat saya sudah demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan sosial. Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari keseimbangan diantara ketiga dimensi tersebut. Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat pokok pikiran yang ketiga dari definisi pendidikan ini maka sesungguhnya pendidikan karakter sudah implisit dalam pendidikan, jadi bukanlah sesuatu yang baru.

Selanjutnya tujuan-tujuan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan pendidikan di bawahnya (tujuan level messo dan mikro) dan dioperasionalkan melalui tujuan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan – tujuan pada tataran operasional memiliki arti yang strategis bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian di atas, kita melihat bahwa dalam definisi pendidikan yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar menggambarkan apa pendidikan itu, tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas tentang siapa sesunguhnya pendidik itu, siapa peserta didik (siswa) itu, bagaimana seharusnya mendidik, dan apa yang ingin dicapai oleh pendidikan.

C. Sistem Pendidikan di SD

1. Pengertian Sekolah Dasar

(9)

pendidikan formaldalam binaan Menteri Agama yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar.

Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan pada SD/MI

Pendidikan pada SD / MI atau bentuk lain yang sederajat berfungsi untuk : a. menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian

luhur;

b. menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air;

c. memberikan dasar-dasar kemampuan intelektual dalam bentuk kemampuan dan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung;

d. memberikan pengenalan ilmu pengetahuan danteknologi;

e. melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, danharmoni;

f. menumbuhkan minat pada olahraga, kesehatan, dan kebugaran jasmani;

g. mengembangkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs atau bentuk lain yang sederajat.

Menurut Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990, Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Pendidikan dasar bertujuan membangun landasanbagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan b. berkepribadian luhur;

c. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; d. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan

e. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

(10)

1) Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, bakatdan minat siswa.

2)Meberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa.

3) Membentuk warga negara yang baik

4) Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP

5)Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di masyarakat. 6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai

dengan asas pendidikan seumur hidup. 3. Penerimaan Peserta Didik pada SD / MI

Pada Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 pasal 69, penerimaan peserta didik pada SD / MI atau bentuk lain yang sederajat ditentukan sebagai berikut:

a. paling rendah berusia 6 (enam) tahun,

b. apabila belum berusia 6 (enam) tahun, penerimaan peserta didik dapat dilkukan atas dasar rekomendasi tertulis dari psikologi profesional,

c. apabila tidak ada psikologi profesional, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru satuan pendidikan yang bersangkutan, sampai dengan batas daya tampungnya, d. wajib menerima warga negara berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas)

tahun sebagai peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya,

e. penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain.

f. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses bagi peseta didik berkelainan.

Kemudian dalam pasal 70 penerimaan peserta didik diatur sebagai berikut: a. Apabila jumlah calon peserta didik melebihi daya tampung satuan pendidikan, maka

pemilihan peserta didik pada SD/MI berdasarkan pada usia calon peseta didik dengan prioritas dari yang paling tua,

b. Jika usia calon peserta didik sama, maka penentuan peserta didik berdasarkan pada jarak tempat tinggal calon peserta didik yang paling dekat dengan satuan pendidikan, c. Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon pesrta didik dengan satuan pendidikan

(11)

4. Pengelolaan Satuan Pendidikan a. Pengelolaan oleh pemerintah

Pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan gedung, serta penyediaan tanah untuk

Sekolah Dasar yang diselenggarakan oleh Pemerintah adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Tanggung jawab atas pengelolaan madrasah dilimpahkan Menteri kepada Menteri Agama.

b. Pengelolaan oleh kepala sekolah

1. Kepala Sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

2. Kepala Sekolah dari Madrasah yang diselenggarakan oleh Pemerintah bertanggung jawab tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan sarana dan prasarana kepada Menteri Agama.

(12)

5. Siswa

a. Pengertian Siswa

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Untuk dapat diterima sebagai siswa Sekolah Dasar seseorang harus berusia sekurang-kurangnya enam tahun. Untuk dapat diterima sebagai siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama seseorang harus telah tamat Sekolah Dasar atau satuan pendidikan dasar yang sederajat dan setara.

b. Hak dan kewajiban siswa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1990,seorang siswa memiliki hak dan kebajiban sebagai berikut:

Hak Siswa :

a. Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya b. Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya

c. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan

d. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

e. Pindah ke sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan siswa pada sekolah yang hendak dimasuki

f. Memperoleh penilaian hasil belajarnya

g. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan h. Mendapat pelayanan khusus bilamana menyandang cacat.

Kewajiban Siswa:

a. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali siswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku c. Menghormati tenaga kependidikan

(13)

Dalam Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 juga menyebutkan mengenai kewajiban siswa yaitu:

a. Mengikuti proses pembelajaran sesuai peraturan satuan pendidikan dengan menjungjung tinggi norma dan etika akademik,

b. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan menghormati pelaksanaan ibadah peserta didk lain,

c. Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan,

d. Memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial,

e. Mencintai keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara, serta menyayangi sesama peseta didik,

f. Mencintai dan melesatarikan lingkungan,

g. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, keamanan, dan ketertiban satuan pendidikan,

h. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, keamanan, dan ketertiban umum,

i. Menanggung biaya pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban,

j. Menjaga kewibawaan dan nama baik satuan pendidikan yang bersangkutan, dan k. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.

6. Pendidik

Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan dan program pendidikan merupakan pelaksana dan penunjang penyelenggaraan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

7. Bimbingan

(14)

8. Kurikulum

Menurut Nasution (2008:8), kurikulum adalah suatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.

Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching an Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut.” The Curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning,whether in the classroom,on the playground,or out of school”. Kurikulum adalah upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di kelas, di tempat bermain, atau di sekolah.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Kurikulum ialah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum ialah seperangkat rencana, usaha, dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik di kelas, di tempat bermain, ataupun di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Isi dari kurikulum pendidikan dasar merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.Isi dari kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran sebagai berikut :

(15)

Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.Satuan pendidikan dasar juga dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat.

Sebagai pendukung kemajuan pendidikan di Indonesia, kurikulum memiliki peran penting. Kurikulum bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran, dan menyempurnakan rancangan pembelajaran yang ada di sekolah, khususnya untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan ketrampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan langsung atau yang disebut dengan intructional effect.

(16)

Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati;

b. menanya;

c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan

e. mengkomunikasikan.

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:

Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan

Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

Struktur Kurikulum SD

(17)

34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

(termasuk muatan lokal)

4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

= Pembelajaran Tematik Terintegrasi

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.

(18)

Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-pisah. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang

transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.

Pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling di SD/MI/SDLB adalah Guru Kelas.

Pelaksana Pelayanan bimbingan dan konseling pada SD/MI/SDLB adalah sebagai berikut:

a. Guru Kelas sebagai pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling di SD/ MI/SDLB melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan cara menginfusikan materi layanan bimbingan dan konseling tersebut ke dalam pembelajaran mata pelajaran. Untuk siswa Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan bimbingan dan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

(19)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur atau komponen-komponen yang saling berhubungan, berkumpul, dan bekerja secara bersama-sama guna mencapai suatu tujuan yang sama.Sedangkan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Dan SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Hernawan, Asep Heri. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV EkoJaya.

Dokumen-kurikulum-2013.pdf

Referensi

Dokumen terkait

In suksesi histogram Gambar D paska k lebih tin dengan paska k lebih tin dengan kebakar dibandin jenisnya kebakar dibandin dominas De yang ter Indeks  Dominasi

(2016) meninjau aspek ephemeral dari platform Snapchat, dan menimbulkan efek dalam hal komunikasi yang menjadi lebih mundane atau sehari-hari, hanya mementingkan

Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang digunakan,, alat pelindung diri yang digunakan,

Diagnosa yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti

Sementara itu, perse- roan juga membagikan dividen sebesar Rp 58,1 miliar atau setara dengan Rp 35 per sa- ham yang akan dibagikan pada 17 Juli 2012.. Dividen ini akan dibagikan

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kesopanan berbahasa pada semester VII karena mahasiswa sesmester VII sudah

Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) Kabupaten Moro- wali, Andi Kaharudin men- jelaskan, tupoksi utama hal ini secara teknis sebenar- nya ada pada Kemente-

Kompetensi pedagogik berhubungan dengan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan