• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN PERSEPSI IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP FREKUENSI PELAKSANAAN ANC PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI BPS DESA SAWOO KECAMATAN KUTOREJO MOJOKERTO Nina Primasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGETAHUAN PERSEPSI IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP FREKUENSI PELAKSANAAN ANC PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI BPS DESA SAWOO KECAMATAN KUTOREJO MOJOKERTO Nina Primasari"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

33

PENGETAHUAN PERSEPSI IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP

FREKUENSI PELAKSANAAN ANC PADA IBU PRIMIGRAVIDA

DI BPS DESA SAWOO KECAMATAN KUTOREJO MOJOKERTO

Nina Primasari

ABSTRACT

Antenatal care is observation to pregnant mother by preparing her the best physically or mentally in pregnancy, bearing and child bed in good condition and normal. This interconnected by mortally mother in Indonesia is very high. In year 2002, it gets 343/100.000 bith of life. The mortally mother is one indications of mother healthy. Based on description above, the researcher supposes to know level preseption of knowledge mother and housband’s support to frequency of ANC action. This research is descriptive, technique taking the sample uses non probability smpling by puposive sampling. This research is done on 2005 september 13th – 14th, by amopunt 42 responders. Data are collected by using questioner and getting obeservation. After data gotten, they are crossed tabulation and anaylized by drawing them that gotten in narrative and percentage. The result of level distribution knowledge in action ANC 80,96% well is suitable with standard in acton 41,76 isn’t suitable. Perception to frequency ANC 88,10% is good perception. Husband’s support to frequency ANC 88,10% is good husband’s support.

Key words : knowledge, support, ANC.

A. PENDAHULUAN.

ANC merupakan komponen pelayanan kesehatan Ibu hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian Ibu dan bayi. Hal ini penting karena bila terjadi kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi sedini mungkin dan diberikan penanganan yang mendasar (Depkes, RI, 1994:14). Keteraturan ANC ditujukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama Ibu hamil normal.

Untuk itu diperlukan pemahaman dan pengertian dari ibu hamil itu sendiri. Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan Ibu saat ini masih sangat tinggi dan jauh di atas AKI Negara ASEAN. Menurut SKRT 1992 AKI tersebut 421/100.000 kelahiran hidup yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Diperkirakan bahwa selama ini AKI belum turun secara bermakna, di mana pada tahun 2002 343/100.000 dibanding Malaysia 40/100.000 kelahiran hidup, Singapura 5/100.000 kelahiran hidup (POGI, 2002:1). Sedangkan di Indonesia terdapat 85/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 (www.rahima.com. Mei 20, 2005). Adapun penyebab kematian Ibu di maksud menunjukkan 94,4% merupakan akibat langsung komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dengan penyebab utama pendarahan 40%, infeksi 30% dan toximea grafidarum 20% sedangkan 5,6% disebabkan oleh penyakit lain yang diperburuk dengan terjadinya kehamilan, persalinan dan nifas (SKRT, 1992:12).

(2)

34

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada Ibu primigravida sebanyak 59 orang melaksanakan jadwal anjuran 4 kali pada trimester I ada 14 orang (23,7%) dan trimester II dan III ada 45 orang. Keberhasilan tersebut selain tergantung pada petugas kesehatan juga partisipasi Ibu hamil itu sendiri (Pusdiknakes, 2001:23).

Keberhasilan upaya tersebut selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kehamilannya. Dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki tingkat pengetahuan persepsi ibu dan dukungan suami terhadap perawatan kehamilannya, sehingga ibu akan termotivasi untuk menjaga diri dan kehamilannya. Dukungan keluarga sangat diperlukan agar selalu memotivasi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya secara teratur (Rustam Mochtar, 1997:14).

Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud meneliti tentang bagaimana tingkat pengetahuan, persepsi Ibu dan dukungan suami terhadap frekuensi pelaksanaan ANC pada Ibu primigravida.

B. TINJAUAN PUSTAKA.

1. Ante Natal Care (ANC).

a. Pengertian.

ANC adalah pelayanan kesehatan atau perawatan kepada Ibu selama kehamilan (Depkes RI, 1995:26). ANC adalah pengawasan terhadap Ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental Ibu terhadap kehamilan, persalinan dan nifas dalam keadaan sehat dan normal (Rustam Mochtar, 1998:45).

b. Tujuan.

ANC bertujuan untuk menjaga agar Ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI, 1995:48). Tujuan ANC melindungi dan menjaga kesehatan serta kehidupan Ibu dan janin selama kehamilan dengan mempertimbangkan sosial cultural keluarga (meliputi : status ekonomi, tingkat pendidikan dan support system) (Peeder S.J, 1997:111).

Sedangkan tujuan utama pelayanan antenatal care adalah :

1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas dalam keadaan sehat dan normal.

2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, laktasi dan keluarga berencana.

3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, laktasi dan keluarga berencana.

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu perinatal (Rustam Mochtar, 1998:186).

c. Pelaksana.

Sebagai pelaksana pelayanan ANC terdiri atas :

1) Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis obstetric ginekologi. 2) Tenaga perawat meliputi bidan, perawat yang telah mendapatkan pelatihan ANC

(Depkes RI, 1994:16). d. Lokasi Pelayanan.

Menurut Depkes RI (1994:16), terdapat pemberian pelayanan ANC dapat bersifat statis dan aktif meliputi :

1) Puskesmas/puskesmas pembantu. 2) Pondok persalinan desa.

3) Posyandu.

4) Rumah penduduk (pada kunjungan rumah). 5) Rumah sakit pemerintah/swasta.

(3)

35

7) Tempat praktek swasta (bidan atau dokter). e. Pelaksanaan Pelayanan.

Pelayanan ANC selengkapnya menyangkut anamnesa, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium umum atas indikasi dasar dan intervensi khusus sesuai tingkat resiko. Dengan penerapan operasional dikenal standart menimal “ 5T ”. untuk pelayanan ANC yang terdiri :

1) Timbang berat badan.

2) Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjungan.

3) Ukuran tingkat fundus uteri, dilakukan setiap kunjungan di mana fundus uteri mulai teraba setelah usia kehamilan > 12 minggu.

4) Pemberian imunisasi tetanus toxoid atau TT lengkap, mulai diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4 minggu.

5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama hamil mulai diberikan pada usia kehamilan 20 minggu diminum 1 tablet 1 hari.

Dengan demikian maka secara operasional pelayanan ANC yang tidak memenuhi standart minimal “5T” tersebut belum dianggap suatu pelayanan Ante Natal Care (Depkes RI, 1995:18).

2. Frekuensi Kunjungan ANC.

Kunjungan Ibu hamil adalah kontak antara Ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan ANC untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu Ibu hamil yang datang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya yaitu Ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya.

Selama kehamilan keadaan Ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan berikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu Ibu hamil diharuskan dini secara berkala selama kehamilannya.

Menurut Manuaba (2000:129) berdasarkan standart pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. b. Satu kali dalam sebelum kehamilan 7 bulan.

c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.

Dalam pelaksanaan ANC kesepakatan adanya standart minimal yaitu dengann pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi sebagai berikut :

a. Minimal 1 kali pada trimester I. b. Minimal 1 kali pada trimester II.

c. Minimal 2 kali pada trimester III. (Depkes RI, 1994:24)

Frekuensi dan pelaksanaan ini dapat terjadi bila segalanya normal tanpa adanya resiko dan frekuensi lebih sering dilakukan pada triwulan III untuk mendeteksi dini terhadap kelainan.

Menurut Depkes RI (1992:49) faktor resiko Ibu hamil seperti yang tercantum dalam KMS Ibu hamil adalah sebagai berikut :

a. Anemia berat (HB < 8 gr %) b. Tekanan darah sistole > 90 mmHg. c. Perdarahan selama kehamilan. d. Kelainan pada persalinan terdahulu.

e. Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun. f. Tinggi badan kurang dari 140 cm.

(4)

36

Tabel 17. Penilaian Resiko Kehamilan. (Depkes RI, 1992:85)

No. Resiko Jumlah Nilai Tinggi badan < 145 cm

BB < 40 atau > 70 kg Ketuban pecah > 6 jam Partus > 24 jam mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.

2. Bila jumlah nilai resiko ≥ Ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu hamil yang boleh di tolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah dengan nilai < 3.

3. Keluhan Pada Masa Kehamilan.

Keluhan pada masa hamil menurut Depkes RI (1994:84) adalah suatu kondisi bersifat subjektif, dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Keluhan Pada Triwulan I Usia Kehamilan 1 - 3 Bulan. Pada triwulan ini keluhan yang timbul adalah : 1) Mual dan muntah.

Terutama terjadi pada pagi hari dan akan menghilang menjelang pagi hari (morning sicknes). Hal ini terjadi bila mencium bau yang menyengat penciuman, misalnya bawang goreng, minyak rambut.

2) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur. Hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.

3) Sering kencing.

Sering kencing terjadi karena tekanan uterus yang membesar dan menekan pada kandung kencing.

4) Keputihan (leokorhoe).

(5)

37

5) Pengeluaran darah pervaginam.

Bila terjadi pendarahan lebih besar dari usia kehamilan. 6) Perut membesar dari usia kehamilan.

Bila terjadi pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan diwaspadai kemungkinan terjadi mola hidatidosa.

Perasaan gembira dengan menerima kehamilan akan mempengaruhi penerimaan Ibu terhadap kelainan-kelainan yang timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut menimbulkan antisipasi terhadap kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena pengalaman baru, sehingga Ibu hamil perlu mendapat perhatian dan dukungan suami.

b. Keluhan Pada Triwulan II Usia Kehamilan 4 - 6 Bulan.

Pada triwulan ini keluhan bersifat subjektif sudah berakhir, sehingga bila ada Ibu hamil masih mendapat keluhan seperti pada triwulan I yang menyangkut faktor-faktor subjektif, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor-faktor psikologis.

Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi Ibu terhadap kehamilannya, perasaan Ibu lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman lucu, mulai merasakan gerakan janin, terdengar Detak Jantung Janin (DJJ) melalui adanya Daptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktivitas Ibu juga dapat berjalan tanpa ada gangguan yang berarti.

c. Keluhan Pada Triwulan III Usia Kehamilan 7 - 9 Bulan.

Pada triwulan ini keluhan yang sering muncul akan mencerminkan prognose kehamilan. Keluhan yang bersifat subjektif perlu mendapatkan perhatian karena hal ini menunjukkan kepada kondisi patologis. Kejadian yang sering timbul antara lain : 1) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang.

Menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb kurang dari 10%. 2) Pandangan mata kabur disertai pusing.

Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi. 3) Kaki Oedem.

Oedem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik aklamsi, yaitu hipertensi, oedem pada kaki dan protein uri. Sesak nafas pada triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sunsang) kelainan posisi bayi.

4) Pendarahan.

Pada triwulan III bisa terjadi pendarahan pervaginam perlu dicurigai adanya placenta previa atau solusio plesenta.

5) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari.

Cairan jernih bukan pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah dini. 6) Sering kencing.

Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu panggul (PAP) pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing disebabkan kepala bayi pada kandung kemih.

(6)

38

Tabel 18. Imunisasi TT.

Antigen Interval Lama Perlindungan (%) Perlindungan

TT I 6 minggu setelah TT II 1 tahun setelah TT III 1 tahun setelah TT IV

- 3 tahun 5 tahun 10 tahun

25 tahun / seumur hidup

- 80 % 95 % 99 % 99 %

4. Faktor Yang Mempengaruhi ANC.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan frekuensi pelaksanaan ANC (Prawirohardjo S, 1994:3) adalah :

a. Tingkat Pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 1997:95). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger, 1994 dalam Notoatmodjo, 1997:95) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

1) Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

lebih dahulu terdapat stimulus.

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus, di sini sikap tertarik mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya.

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

4) Trial (mencoba) dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki stimulus.

5) Adaptation (adaptasi) dimana subjek mulai berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Umur.

Faktor fisiologis seseorang, berkaitan dengan ini adalah faktor umur yang mana akan ikut menentukan sikap seseorang. Pada umunya orang muda sikapnya lebih radikal dari pada sikap orang lebih tua, sedangkan orang dewasa sikapnya lebih moderat. Seseorang mempersepsi terhadap obyek sikap berhubungan dengan pengetahuan dan pandangan yang dimiliki (Walgito, 1991:21).

Semakin cukup umur, tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orag yang belum cukup tinggi kedewasaannya (Siti Pariani, 2001:134).

c. Pendidikan.

Tingkat pendidikan yang terlalu rendah, akan sulit mencerna pesan atau informasi yang disampaikan (Effendy, Nasrul, 1998:248).

Pendidikan dapat mempengaruhi seseoarang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Nursalam&Siti Pariani, 2001:133).

(7)

39

d. Penghasilan.

Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan keluarga terhadap gizi, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya (Effendy, Nasrul, 1998:40).

e. Pengalaman.

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh karena itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002:13).

f. Persepsi Ibu.

Persepsi merupakan perilaku yang tidak tampak yang merupakan proses pembentukan dan perubahan. Perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari luar maupun dari dalam individu. Karena disamping dipengaruhi oleh sistem susunan pengontrol reaksi individu terhadap segala rangsangan, aspek-aspek dari dalam individu juga berpengaruh dalam pembentukan perilaku seseorang.

Persepsi juga diartikan sebagai kombinasi pengamatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Akibat penafsiran masing-masing indera tersebut, suatu objek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa orang (Sarwono S, 1993:63).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan untuk memilih menafsirkan, mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku (Mulyana D, 2000:167).

Persepsi manusia ada dua macam yaitu persepsi terhadap lingkungan fisik/objek dan persepsi terhadap menusia yang sering disebut sebagai persepsi sosial. Perbedaan dari kedua jenis persepsi tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik. Sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal, orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.

2) Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi menghadapi sifat luar dan dalam menyangkut perasaan, motif dan harapan. Kebanyakan objek tidak mempersepsi/merespon tetapi mempersepsi/merespon pada saat saling memberikan stimulus dengan kata lain terhadap manusia lebih interaktif.

3) Objek tidak bereaksi sedang manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat dinamis, oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek.

Menurut Mulyana D (2000:168), semakin tinggi derajat kesamaan antara individu semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok identitas.

g. Dukungan Suami.

Golieab (dalam Smet, 1993:133), dukungan sosial dari informasi antara nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata antara tindakan yang diberikan karena hubungan sosial yang akrab dan karena kehadiran orang lain yang memberikan emosional antara efek perilaku bagi yang menerima.

Dukungan sosial sangat diperlukan terutama dalam mengahadapi masalah yang pelik/sulit. Dukungan sosial termasuk pasangan, orang tua, anak, sanak saudara, teman, tim kesehatan dan lain-lain.

(8)

40

1) Dukungan emosional, yang ditujukan melalui rasa suka, simpati, kepercayaan, didengarkan, rasa aman, bahwa dirinya diterima apa adanya.

2) Dukungan instrumental, yaitu berupa saran untuk mempermudah perilaku, membantu individu yang menghadapi masalah, biasanya berupa kongkrit yaitu bantuan benda, pinjaman uang atau peluang waktu.

3) Dukungan informasi, cara menolong agar dapat mengidentifikasi suatu informasi untuk mengatasi masalah yang meliputi nasehat, petunjuk atau umpan balik. 4) Penilaian positif yaitu penilaian yang mendukung pekerjaan, dan perilaku atau

kerja yang meliputi umpan balik dan pembanding sosial. h. Lingkungan Sosial.

Lingkungan sosial yang dimaksu disini adalah lingkungan yang mencakup keadaan atau peristiwa yang dapat berpengaruh terhadap profesi keperawatan, baik yang sedang terjadi atau yang akan terjadi. Ada 4 skenario masa depan yang diprekdisikan akan terjadi dan harus diantisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia (Nursalam, 2002), di antaranya :

1) Masyarakat yang berkembang.

2) Rentang masalah kesehatan yang makin melebar.

3) Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. 4) Tuntutan profesi yang terus meningkat.

5. Kerangka Konseptual.

Gambar 5. Kerangka Konseptual Pengetahuan persepsi ibu dan dukungan suami terhadap frekuensi Pelaksanaan ANC pada ibu primigravida

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

PENGETAHUAN Usia

Pendidikan Penghasilan Pengalaman

PERSEPSI

Objek melalui lambang-lambang fisik Objek menanggapi sifat-sifat luar Objek tidak bereaksi

DUKUNGAN SUAMI Lingkungan Sosial IBU PRIMIPerubahan

Psikologis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANC

PELAKSANAAN ANC Keterangan :

: Diteliti

(9)

41

C. METODE PENELITIAN.

1. Desain Penelitian.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membantu gambaran deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005).

KERANGKA KERJA

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 6. Kerangka Kerja Tingkat Pengetahuan Persepsi Ibu Dan Dukungan Suami Terhadap Frekuensi Pelaksanaan ANC Pada Ibu Primigravida.

2. Populasi, Sampel, Variabel Dan Definisi Operasional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil primigravida yang memeriksakan kehamilannya di BPS di Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probabality sampling dengan purpose sampling yaitu teknik memilih sampel di antara populasi yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya (Nursalam, 200: 68).

Sampel diambil dari seluruh Ibu primigravida triwulan I, II, III yang memeriksakan kehamilan di BPS di Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto yang dilakukan pada tanggal 13 – 20 September 2005 yang memenuhi kriteria inklusi :

a. Ibu primigravida.

b. Usia kehamilan pada trimester I, II, III. c. Bersedia diteliti.

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa kuesioner atau angket dan observasi yang diberikan kepada responden.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan persepsi ibu dan dukungan suami terhadap frekuensi pelaksanaan ANC pada ibu primigravida.

Tabel 19. Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Persepsi Ibu Dan Dukungan Suami Terhadap Frekuensi Pelaksanaan ANC Pada Ibu Primigravida.

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor

1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk menjelaskan tentang pengertian, tujuan ANC, manfaat tanda kehamilan, resiko perubahan keyakinan, keuhan upaya

pengobatan gizi.

Kuesioner Ordinal Pernyataan positif Ya = 1

Tidak = 0

Pernyataan negatif Ya = 0

Tidak = 1

Kurang baik 40–55% Cukup 56–75% Baik 76–100% 1. Tingkat pengetahuan

2. Persepsi

3. Dukungan suami

PELAKSANAAN ANC

Keterangan :

: Diteliti

(10)

42

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor

2 Persepsi Penafsiran seseorang tentang :

Kuesioner Ordinal Pernyataan positif Ya = 1

Kuesioner Nominal Pernyataan mendukung

(11)

43

3. Teknik Analisis Data.

Analisa data pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dengan cara deskriptif korelasional bentuk presentasi dengan narasi. Dalam penelitian ini pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat. Peneliti menggunakan kuesioner dari distribusi frekuensi dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk jawaban benar diberi skor 1, untuk jawaban salah diberi skor 0.

Hasil jawaban responden yang telah diberi pembobotan, kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi diberikan 100%.

Rumus yang digunakan :

N =

x

100

%

Sm

Sp

Keterangan :

N : Nilai yang didapat. Sp : Skor yang didapat.

Sm : Skor tertinggi (Arikunto, 1998: 99)

Kemudian hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dimasukkan dalam kriteria standart penelitian serta dapat dikategorikan dengan pengetahan baik, cukup, kurang, tidak baik, dengan kriteria kualitatif :

a. Pengetahuan baik jika diperoleh hasil (76 – 100%) b. Pengetahuan cukup jika diperoleh hasil (56 – 75%) c. Pengetahuan kurang jika diperoleh hasil (45 – 55%) d. Pengetahuan tidak baik jika diperoleh hasil (< 40%)

D. HASIL PENELITIAN.

1. Data Umum.

a. Gambaran Lokasi Penelitian.

BPS di Desa Sawoo, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto dikelola oleh Eka Hari Reksi Harnanik Amd. Keb. Fasilitas yang tersedia terdiri 4 tempat tidur untuk persalinan dan 4 boks bayi. Kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :

1) ANC, dilaksanakan setiap hari dengan jumlah kunjungan rata-rata 5–10 orang. 2) Pemeriksaan bayi dan anak sehat, dilaksanakan 1 bulan 6 kali ; tanggal 5, 9, 13,

17, 21, 23.

3) Pertolongan persalinan normal rata-rata 8–10 partus/bulan. 4) Perawatan bayi baru lahir, dilaksanakan secara partial rooming in.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Tabel 20. Karakteristik Usia Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Karakteristik Usia Frekuensi Prosentase (%)

1 15 – 20 Tahun 7 16,7

2 21 – 25 Tahun 24 57,1

3 26 – 30 Tahun 10 23,8

4 31 – 35 Tahun 1 2,4

Total 42 100

(12)

44

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.

Tabel 21. Karakteristik Pendidikan Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Karakteristik Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

1 SD 11 26,2

2 SMP 2 4,8

3 SMA 25 59,5

4 PT/Akademi 4 9,5

Total 42 100

Tabel 21 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berpendidikan SD sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMP mempunyai proporsi yang paling kecil.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 22. Karakteristik Pekerjaan Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Karakteristik Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 23 54,8

2 Pedangang 6 14,3

3 Swasta 3 19,0

4 PNS 5 11,9

Total 42 100

Tabel 22 menunjukkan bahwa responden sebagai ibu rumah tangga mempunyai proporsi yang terbesar sedangkan responden yang bekerja swasta mempunyai proporsi yang paling kecil.

e. Lama Perkawinan Responden.

Tabel 23. Lama Perkawinan Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Lama Perkawinan Frekuensi Prosentase (%)

1 < 1 Tahun 29 73,8

2 1 – 3 Tahun 9 21,4

3 4 – 6 Tahun 4 4,8

Total 42 100

Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai lama perkawinan <1 tahun sedangkan responden dengan lama perkawinan 4-6 tahun mempunyai proporsi yang paling kecil.

f. Usia Kehamilan Responden.

Tabel 24. Usia Kehamilan Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Usia Kehamilan Frekuensi Prosentase (%)

1 1 – 3 Bulan 3 7,1

2 4 – 6 Bulan 20 47,6

3 7 – 9 Bulan 15 45,20

Total 42 100

(13)

45

2. Data Khusus.

a. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden.

Tabel 25. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

1 Kurang 6 14,2

2 Cukup 0 0

3 Baik 36 65,7

Total 42 100

Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden mempunyai pengetahuan pada tingkat baik dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan pada tingkat cukup.

b. Karakteristik Persepsi Ibu.

Tabel 26. Karakteristik Persepsi Ibu di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Persepsi Ibu Frekuensi Prosentase (%)

1 Kurang 0 0

2 Baik 42 100

Total 42 100

Tabel 26 menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki persepsi baik.

c. Karakteristik Dukungan Suami Responden.

Tabel 27. Karakteristik Dukungan Suami Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Dukungan Suami Frekuensi Prosentase (%)

1 Kurang 0 0

2 Baik 42 100

Total 42 100

Tabel 27 menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki dukungan suami baik.

d. Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Tabel 28. Frekuensi Pelaksanaan ANC Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Frekuensi Pelaksanaan ANC Frekuensi Prosentase (%)

1 Tidak Standar 5 11,9

2 Standar 37 88,1

Total 42 100

Tabel 28 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai Frekuensi Pelaksanaan ANC yang standar dan sisanya tidak standar.

e. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Tabel 29. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Tingkat

Pengetahuan

Frekuensi Pelaksanaan ANC

TOTAL

Tidak Standar Standar

F (%) F (%) F (%)

1 Kurang 3 7,14 3 7,14 6 14,29

2 Cukup 0 0 0 0 0 0

3 Baik 2 4,76 34 80,96 36 85,71

(14)

46

Tabel 29 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan yang baik mempunyai frekuensi pelaksanaan ANC yang sesuai dengan standar.

f. Tabulasi Silang Persepsi Ibu Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Tabel 30. Tabulasi Silang Persepsi Ibu Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Persepsi Ibu

Frekuensi Pelaksanaan ANC

TOTAL

Tidak Standar Standar

F (%) F (%) F (%)

1 Kurang 0 0 0 0 0 0

2 Baik 5 11.90 37 88,10 42 100

Jumlah 5 100 37 100 42 100

Tabel 30 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai persepsi yang baik tentang ANC mempunyai pelaksanaan ANC yang sesuai dengan standar.

g. Tabulasi Silang Dukungan Suami Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Tabel 31. Tabulasi Silang Dukungan Suami Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC Responden di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto.

No. Dukungan Suami

Frekuensi Pelaksanaan ANC

TOTAL

Tidak Standar Standar

F (%) F (%) F (%)

1 Kurang 0 0 0 0 0 0

2 Baik 5 11.90 37 88,10 42 100

Jumlah 5 100 37 100 42 100

Tabel 31 menunjukkan bahwa responden dengan dukungan suami baik sebagian besar mempunyai frekuensi pelaksanaan ANC yang standar.

E. PEMBAHASAN.

1. Tingkat Pengetahuan Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Gambaran secara umum dari tingkat pengetahuan ibu terhadap frekuensi pelaksanaan ANC di BPS Desa Sawoo Kecamatan Kutorejo Mojokerto tahun 2005, diketahui responden dengan tingkat pengetahuan baik dan frekuensi pelaksanaan ANC standar sebanyak 34 orang (80,96%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 2 orang (4,76%). Responden dengan tingkat pengetahuan kurang dan frekuensi pelaksanaan ANC standar sebanyak 3 orang (7,14%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 3 orang (7,14%).

Berdasarkan tabel 29 sebagian besar responden dengan pengetahuan baik. Hal ini menggambarkan bahwa responden telah banyak mengerti dan memahami tentang perawatan kehamilan. Sesuai dengan pendapat Ida Bagus Mantra (1985), bahwa salah satu yang dibutuhkan individu dan kelompok untuk berbuat sesutu adalah pengetahuan dan pengertian tentang apa yang akan dilakukan. Berkaitan dengan hasil penelitian dan pendapat diatas jelas sekali bahwa tingkat pengetahuan sangat menentukan tindakan seseorang.

(15)

47

2. Persepsi Ibu Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Berdasarkan tabel 30, Persepsi ibu dengan frekuensi pelaksanaan ANC baik. Menurut Sarwono S (1990:122) proses adopsi meliputi 5 tahap yaitu :

1. Pernah mendengar bahaya penyakit.

2. Percaya bahwa masalah tidak terjadi pada orang lain. 3. Pengetahuan tentang kerentanan terhadap penyakit. 4. Memutuskan untuk menghadapi tindakan pencegahan. 5. Tindakan pencegahan.

Jika dikaitkan dengan pendapat diatas menunjukkan bahwa proses adopsi semua responden telah mencapai tahap keempat dimana responden telah memtuskan bahwa perawatan kehamilan adalah penting. Sarwono S (1990:122), mengemukakan bahwa perilaku antara lain dipengaruhi oleh persepsi individu. Persepsi individu dalam hal ini adalah persepsi terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Sedangkan perilaku ibu hamil adalah tindakan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya atau kunjungan ANC. Ibu hamil dengan persepsi baik terhadap pentingnya perawatan kehamilan, tenaga dan prasarana di Bidan praktek swasta Desa Sawoo, Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto ternyata tidak menjamin bahwa ibu hamil tersebut melaksanakan ANC dengan frekuensi sesuai standar. Persepsi ibu dengan frekuensi pelaksanaan ANC baik standar sebanyak 37 orang (88,10%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 5 orang (11,90%). hal ini disebabkan karena persepsi pada manusia/sosial bersifat dinamis dan interaktif dari kesatuan perasaan, motivasi dan harapan yang dapat berubah setiap saat sehingga sulit diramalkan.

3. Dukungan Suami Dengan Frekuensi Pelaksanaan ANC.

Berdasarkan tabel 31 diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan suami yang tinggi dan pelaksanaan ANC sebanyak 42 orang (88,10%) menyebar dari frekuensi sesuai sampai dengan frekuensi tidak sesuai standart. Hal ini disebabkan tidak semua orang mempunyai perhatian yang sama terhadap kehamilan demikian pula terhadap permasalahan yang dihadapi ibu hamil.

Dukungan suami yang tinggi pada responden ternyata tidak diikuti dengan pelaksanaan ANC dengan frekuensi yang baik. Sesuai dengan hasil penelitian terdapat responden dengan dukungan suami baik dan frekuensi pelaksanaan ANC standar sebanyak 37 orang (88,10%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 5 orang (11,90%). Hal ini disebabkan karena setia bentuk dukungan di persepsikan berbeda-beda sesuai situasi, kondisi dan lingkungan internal/eksternal dari setiap individu yang dinamis. Dapat terjadi dukungan yang diberikan belum memenuhi keinginan sehingga di perlukan perhatian yang lebih sungguh-sungguh. (Cassel, 1997:171).

Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 1993:102) menganalisa bahwa tingkat kesehatan seseorang/masyarakat dipengaruhi oleh perilaku khususnya faktor predisposisi.

F. PENUTUP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap frekuensi standar pelaksanaan ANC sebanyak 34 orang (80,96%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 2 orang (4,76%). Responden dengan tingkat pengetahuan kurang dan frekuensi pelaksanaan ANC standar sebanyak 3 orang (7,14%), sedangkan yang tidak standar sebanyak 3 orang (7,14%).

(16)

48

Berdasarkan hasil penelitian diatas, diharapkan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dengan pelaksanaan ANC ibu perlu membaca berbagai macam buku, leaflet, dan media lainnya yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA.

Arikunto, S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta. Dep Kes RI, 1992. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. Jakarta : Dep. Kes. RI.

Manuaba, 2000. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

Nursalam, 2001. Pendekatan Praktek Metodelogi Riset Keperawatan, Jakarta : CV. Sagung Seto. Rustam Mocthar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC.

Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sastroasmoro. 1995. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta : Bhina Rupa Angkasa. Sudjana, N., 1999. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis, Jakarta : Bina Rupa Angkasa.

World Health Organization (1998). Education for Health, a Manual on Health Education in Health Care. Geneva, WHO.

Dep Kes. RI (1994). Semiloka Save Montherhood Dalam Rangka Menurunkan MMR dan IMR di Indonesia, Puslifbang, Jakarta : Dep. Kes. RI.

Dep. Kes. RI (1995). Keperawatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat, Biro Hukum dan Humas. Jakarta : Dep. Kes. RI.

Prawiryohardjo, S (1994). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. SKRT (1995). Studi Follow Up Bumil, Jakarta : Dep. Kes. RI,

Smet (1994). Psikologi Kesehatan, Jakarta : PT. Grasindo.

Gambar

Tabel  17.  Penilaian Resiko Kehamilan. (Depkes RI, 1992:85)
Tabel 18. Imunisasi  TT.
Gambar 5.  Kerangka Konseptual Pengetahuan persepsi ibu dan dukungan suami terhadap frekuensi  Pelaksanaan  ANC  pada  ibu  primigravida
Gambar 6. Kerangka Kerja Tingkat Pengetahuan Persepsi Ibu Dan Dukungan Suami Terhadap Frekuensi  Pelaksanaan  ANC  Pada  Ibu  Primigravida
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai masalah yang muncul dalam penjadwalan produksi pada perusahaan berupa kesalahan penjadwalan, alokasi mesin yang tidak optimal, banyaknya pesanan yang terlambat berakibat

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Financial Ditress Terhadap Manajemen Laba( Studi KasusPada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Daya dukung tanah dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain. Pada tanah dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan

Dalam hal ini kami mengutamakan kualitas dan kuantitas kami dalam bekerja serta kenyamanan klien kami dengan menyediakan pelayanan yang baik serta kepercayaan

bersedia untuk mengikuti tahapan penelitian: 1) Mengkonsumsi suplemen antioksidan (vitamin C/vitamin E/multivitamin-mineral), 2) Diambil sampel darah sebanyak 5 cc

Berdasarkan hasil simulasi pada Tx1, dapat diketahui bahwa jumlah Rx yang memiliki daya terima terbaik (ditetapkan untuk daya terima kecil dari -45 dBm) sebanyak 12 Rx yaitu Rx1

Tinggian anomali greavity menempati bagian Barat dari lokasi penelitian nilainya mencapai 30 mGal dan di Utara daerah penelitian mencapai 41 mGal, tinggian anomali tersebut

Dari masalah publik yang sudah berusaha didefiniskan dan aktor kebijakan sepaham untuk memuat masalah tersebut ke dalam agenda kebijakan dan pada tahapan ini