1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia,
kita banyak diberikan pilihan atas apa yang kita kenakan, apa yang kita makan, bagaimana kita berinteraksi, serta di mana saja kita menghabiskan waktu. Pilihan-pilihan atas apa yang seseorang kehendaki dalam kehidupannya sehari-hari, menjadi tolak ukur dimana seorang itu
berada. Dalam kehidupan sehari-hari juga terdapat norma-norma yang mengatur setiap anggota masyarakatnya.
Dalam kehidupan masyarkat modern maupun masa lalu tentu mempunyai permasalahan-permasalahan yang begitu komplesks, sehingga muncul berbagai macam proses gaya hidup yang dilakoni oleh setiap individu dalam masyarakat. Sudah menjadi
kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan dan kemudian menjalin hubungan untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis. Namun
ternyata, dalam kehidupan manusia yang sebenar-benarnya muncul suatu hal yang berbeda serta dianggap tidak wajar dimana ada ketertarikkan hubungan seksual yang berkebalikkan dengan heteroseksual, yakni homoseksual yang ada pada wanita.
Dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini sudah banyak kita temui sebuah komunitas wanita yang menyebut diri mereka seorang Lesbian (perilaku homoseksual pada
perempuan). Kata lesbian sendiri berasal dari kata Lesbos (λέσβος), yang merupakan sebuah pulau Yunani yang terletak di sebelah Timur Aegean Sea.1 Lesbos adalah tempat di mana
tinggal penyair Yunani kuno Sappho dan tempat ia mendirikan sekolah khusus perempuan pada abad ke-6 BCE. Homoseksualitas di kalangan wanita disebut cinta lesbis atau
1
2
lesbianisme. Seperti yang Kartini Kartono dalam buku Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual ungkapkan bahwa lesbian atau lesbianisme berasal dari kata Lesbos yaitu nama pulau
di tengah Lautan Egeis yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita.2
Lesbian adalah ketertarikan seksual antara wanita dan wanita, alias homoseksual
pada wanita. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Ketika sel telur yang selalu berkromosom X dibuahi oleh sperma, maka di saat itulah kita tahu apakah individu itu laki-laki atau perempuan. Kalau kromosom yang membuahi adalah kromosom X maka jadilah
XX yang berarti perempuan sedang bila sperma yang membuahi berkromosom Y maka jadilah XY atau laki-laki.3 Berdasarkan data, ada peneltian yang mengatakan bahwa lesbian
dan gay itu dikarenakan faktor gen, sedangkan penelitian lainnya mengatakan faktor penentunya adalah lingkungan.4 Jadi meskipun gen berperan dalam orientasi seksual bila lingkungan tidak mendukung, pengaruh gen itu lambat-laun akan sirna.
Fenomena hubungan sejenis lesbian memang bukan hal yang baru dalam gaya hidup masyarakat modern saat ini. Penolakan dari lingkungan sekitar dan lingkup luas membuat
kaum lesbian terhimpit rasa takut, ragu, bahkan malu untuk menunjukkan identitas seksual mereka yang sebenarnya. Hal ini menjadi penghambat bagi mereka untuk berkomunikasi dalam interaksi sehari-hari. Dalam prosesnya, seorang lesbian biasanya diperankan oleh
pasangan wanita dengan penampilan tomboy dan perempuan dengan sisi feminimnya. Namun tidak semua wanita yang berpenampilan tomboy menjalin hubungan dengan sesama
jenis. Tomboy akan tampak pada diri seorang perempuan yang lebih maskulin atau memiliki ciri-ciri kelaki-lakian baik secara biologis maupun psikologinya. Lesbian merupakan istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau
disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau
2
Kartini Kartono. Psikologi Abnormalitas dan Abnormalitas Seksual (Bandung: Mandar Maju. 2009)
3
Save M. Dagun. Maskulin dan Feminim (Jakarta: PT Melton Putra 1992)
4
3
secara spiritual. Dalam kesehariannya ada beberapa terminologi yang sering dihubungkan dengan menjadi seorang lesbian yaitu Butch, Femme, Andro, dan No Label lesbian.5 Butch
lebih digambarkan sebagi sosok yang tomboy, agresif, aktif, melindungi dan lain-lain. Femme sendiri merupakan istilah yang mengadopsi peran sebagai “feminime” yang bila
dalam suatu hubungan dengan pasangannya selalu berpenampilan feminime dan digambarkan mempunyai rambut yang panjang berpakaian feminim. Andro adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan
feminin pada saat yang bersamaan. Sedangkan istilah No label lebih mengarah kepada peran
sebagai “feminime” dalam suatu hubungan dengan pasangannya.
Lesbian adalah salah satu bentuk penyimpangan seksual yang disebabkan adanya partner seks yang abnormal.6 Ini adalah suatu keadaan di mana seorang perempuan mendapatkan kepuasan seksual dengan berhubungan seks dengan wanita lain. Lesbi banyak
disebabkan oleh trauma psikologis dan fisik yang diterima perempuan dari penganiayaan oleh lawan jenis. Ini bisa berawal dari tragedi patah hati, KDRT, dan sebagainya, yang pada
akhirnya perempuan merasa lebih aman dan nyaman bila hidup bersama sesama jenisnya. Sebagai contohnya, seorang perempuan yang sakit hati kepada laki-laki yang telah mencampakkannya setelah menghamilinya. Ini menyebabkan perempuan mengalami
kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan serta mendalam kepada kaum lelaki. Hasilnya seorang perempuan yang sakit hati tersebut cenderung menjauhi laki-laki dan lebih dekat
kepada perempuan. Kedekatan ini terus berlangsung hingga menimbulkan rasa sayang dan cinta. Dengan kata lain, lesbi lebih banyak disebabkan karena kegagalan dalam membina hubungan heteroseksual.
5
“dunia lesbian”, diakses melalui google, pada 27 April 2012, http://www.kaskus.com/dunialesbian
6
4
Dengan dasar pembenaran atau interpretasi dari teks Injil atau ajaran kristiani, kaum lesbian dianggap sebagai kaum yang berdosa dan dikutuk oleh Tuhan sehingga harus
dimusnahkan. Alkitab dalam Roma 1:24-27 secara tegas menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah dosa, tetapi Alkitab tidak menyatakan bahwa para pelakunya – dalam
hal ini biasa disebut lesbian – bebas diperlakukan dalam ketidakadilan seperti yang terjadi pada fenomena lesbian ini. Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. Pada ayat 26 tertulis “sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang
wajar dengan yang tak wajar.” Dan pada ayat 27 dijelaskan adanya suami-suami yang
melakukan aktifitas seksual yang tidak wajar sebagai hubungan seks sejenis, antara laki-laki
dengan laki-laki sehingga cukup jelas bahwa yang dimaksud dengan persetubuhan yang tak
wajar di ayat 26 adalah tentang lesbian. Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa lesbian merupakan kasus penyimpangan, dan karena itu aktifitas seks secara lesbian dapatlah
dikategorikan sebagai tindakan yang menyimpang dari kebenaran Firman Allah, yaitu dosa. Alkitab memberitahukan bahwa seseorang menjadi homoseks karena dosa dan pada akhirnya
karena pilihan mereka sendiri. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap homoseksualitas, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya.
Dalam perkembangannya, para teolog pun mulai mengangkat teori-teori tentang lesbian, namun meskipun banyak perkembangan terbaru telah muncul dari para akademisi
yang mendapat pendidikan mengenai dekonstruksi dan postrukturalisma, akar teori lesbian terletak dalam tulisan yang bersifat langsung, polemik dan pribadi.7 Dalam penulisan ini penulis menekankan kepada aliran teori feminis radikal dengan melihat Penindasan kaum
perempuan lebih disebabkan karena sistem kelas jenis kelamin. Oleh karena itu aliran ini melihat faktor biologis yang menjadi dasar pembedaan jender. Aliran feminisme ini
7
5
menganggap penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki merupakan bentuk penindasan terhadap perempuan. Dimana patriarki adalah sumber ideologi penindasan yang merupakan
sistem hirarki seksual. Alice Echols, berpendapat bahwa perbedaan seks/jender mengalir bukan semata-mata dari biologi, melainkan juga dari sosialisasi atau dari sejarah keseluruhan
menjadi perempuan di dalam masyarakat yang patriakal.8 Sistem patriarki menurut feminisme radikal adalah kekuasaan atas kaum perempuan oleh kaum laki-laki, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol laki-laki atas kapasitas reproduktif perempuan. Dalam
melakukan analisisnya terhadap penindasan perempuan, aliran feminisme ini memandang akar permasalahan dari penindasan kaum perempuan oleh laki-laki adalah kaum laki-laki itu sendiri beserta idologi patriarkinya.
Kehidupan berelasi di Indonesia perlu dikaji berdasarkan teori jender yang ada, termasuk di dalamnya feminisme radikal, terutama pandangan masyarakat tentang
homoseksual (lesbian) dan reproduksi perempuan. Di kota Manado khususnya, dari waktu ke waktu mengalami banyak perkembangan yang cukup pesat, mulai dari banyaknya tempat
wisata untuk keluarga, restoran siap saji, tempat karaoke keluarga, mall-mall, dan tempat-tempat untuk menghabiskan waktu dan tentu saja uang. Manado sekarang berbeda dengan Manado sepuluh tahun lalu. Jika sepuluh tahun lalu, tempat-tempat hiburan keluarga sangat
terbatas keberadaannya. Saat ini, Manado telah menjadi salah satu Kota yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Dengan adanya perkembangan ini, masyarakat diberikan berbagai
macam kemudahan dalam menghabiskan waktunya, namun tentu saja ada berbagai macam dampak yang ditimbulkan sejalan dengan perkembangan ini, gaya hidup yang mengadopsi gaya hidup orang luar pun tidak dapat dipungkiri menjadi hal yang juga turut berkembang.
Salah satunya, kehidupan lesbian yang sebelumnya telah dibahas.
8
6
Kaum lesbian cenderung tertutup, akibatnya lesbian kurang begitu dikenal dan dipahami dibanding laki-laki homoseks (Gay). Sehingga banyak masyarakat yang menolak
keberadaan kaum lesbian dan menganggap tabu pola pikir dan tatanan seksual mereka. Proses pengakuan dan pengukuhan diri agar diterima oleh masyarakat sebagai lesbian dilakukan
oleh para wanita dengan gaya feminin dan maskulin ini dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membentuk organisasi yang diharapkan dapat menjadi jembatan efektif untuk berkomunikasi dengan masyarakat “normal” pada umumnya terlebih yang menilai kaum
lesbian adalah kaum yang harus dijauhi karena menyimpang dari aturan norma kesusilaan. Di kota Manado khususnya, komunitas lesbian dapat dijumpai diberbagai tempat
umum. Misalkan ditempat makan, dan di mal-mal seperti Mega Mall, Manado Town Square (Mantos) menjadi salah satu tempat alternatif dalam menghabiskan waktu. Mereka (lesbian) cenderung tidak lagi terlalu menutup diri akan keberadaan mereka. Sejauh pengetahuan
penulis, di Kota Manado khusunya dapat dengan mudah dijumpai tempat berkumpulnya komunitas Lesbian. Komunitas Lesbian ini, juga terbagi-bagi. Kaum lesbian yang usianya 23
tahun kebawah, cenderung sering melakukan kenakalan-kenakalan. Misalkan mengkomsumsi obat-obat penenang (Narkoba), merokok, bahkan berkelahi antar sesama lesbian saat salah satu diantara mereka merasa terancam dengan kehadiran pihak ketiga yang berhubungan
dengan kehidupan percintaan mereka.
Salah satu organisasi yang menampung kaum lesbian, berada di daerah Manado,
Sulawesi Utara. Organisasi di Manado sejauh pengetahuan penulis menamakan kelompok mereka “Komunitas Lesbian Manado (KLM)”. Melalui organisasi ini, kaum lesbian mencoba untuk membuka diri dan berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar wilayah Manado,
Sulawesi Utara dengan berbagai bentuk kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif. Komunikasi itu bertujuan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dan meminimalisasi marginalitas
7
1.2 Pembatasan Masalah
Lesbian, memang benar merupakan penyimpangan yang akan selalu timbul dalam masyarakat. Masalahnya, sampai sejauh mana masyarakat atau jemaat dapat memberikan
toleransi terhadap penyimpangan tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini. Sebagai lokasi penelitian ini, peneliti memilih kota Manado, Sulawesi Utara, yang lebih spesifik di Gereja GMIM “BETANI” Sindulang Singkil, dimana penulis mencari
5 – 10 orang sumber data untuk diteliti. Fenomena ini menurut masyarakat adalah sebuah penyimpangan seksual, namun inilah yang terjadi. Penulis tidak bermaksud menghakimi
mereka salah atau benar, namun penulis ingin mengetahui secara mendalam tentang gaya hidup seorang lesbian serta mengetahui respon masyarakat dalam hal ini Jemaat GMIM “BETANI” dilihat dari sudut pandang Teologis dan Jender yang ada.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan diatas penulis menarik perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana realita lesbian yang ada di kota manado ?
2. Bagaimana Jemaat GMIM “BETANI” Sindulang Singkil menanggapi fenomena lesbian yang ada di Manado secara umum dan khususnya dalam gereja ?
3. Apa tinjauan kritis dari sudut pandang studi jender terhadap tanggapan Jemaat GMIM “BETANI” Sindulang Singkil ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan peneliatian ini bermaksud untuk ;
8
2. Mendeskripsikan tanggapan Jemaat GMIM “BETANI” Sindulang Singkil terhadap komunitas lesbian yang ada disekitar
3. Melakukan analisa kristis dari sudut pandang studi jender terhadap fenomena lesbian di Manado.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemahaman tentang komunitas Lesbian bagi masyarakat
Manado
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Fakultas Teologi dalam menyikapi realita
lesbian yang ada.
3. Sebagai wawasan bagi komunitas lesbian yang ada.
4. Bagi gereja, sebagai lembaga sosial dimana masalah lesbian bukan lagi sebagai
sesuatu hal yang tabu bagi permasalahan jemaat.
1.6 Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan obyek yang akan diteliti
dalam hal ini adalah kehidupan ( Lifestyle ) lesbian di Kota Manado. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data penelitian dengan melibatkan lima sampai sepuluh orang informan
9
Teknik yang penulis digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara, serta Focus Group Discussion (FGD). Wawancara yang dimaksud ialah interview
mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa tahap yakni, wawancara Pembicaraan Informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan
wawancara baku terbuka.9 Untuk melakukan wawancara, terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara, namun pada situasi tertentu, wawancara dilakukan secara spontan, seperti dalam pembiacaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah
penelitian. Fasilitas telekomunikasi seperti handphone juga menjadi salah satu alat penting yang mendukung terjalinnya komunikasi yang baik antara peneliti dengan
informan, disamping wawancara langsung yang lebih dominan. FGD yang dimaksud adalah peneliti melakukan Wawancara secara bersama atau kelompok dengan beberapa informan agar lebih terfokus kepada permasalahan penelitian. Wawancara
kelompok menurut Smith ( 1954 ) adalah sebagai sesuatu yang membatasi pada situasi dimana kelompok yang dibangun cukup kecil untuk membangun diskusi yang
pantas diantara sesama anggotanya. b. Sumber Data
Sumber data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak dari objek penelitian untuk mengetahui dan memperoleh data tentang masalah yang diteliti. Sumber data
sekunder yang digunakan sebagian besar diperoleh dari internet, skripsi, jejaring sosial, majalah, buletin, dan surat kabar. Pada kondisi tertentu peneliti dapat melakukan pengamatan secara observasi partisipasi dimana kehadiran observer atau
peneliti yang berpura-pura dalam obyek yang diteliti.10 Observasi partisipasi ini akan lebih memudahkan peneliti dalam mendapatkan informasi yang lebih jelas dan pasti.
9
Lexi J. Moleong. Metologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.2011), 226
10
10
Informan akan menceritakan pengalaman hidupnya pada seseorang yang memiliki latar belakang gaya hidup ataupun latar belakang masalah yang sama.
1.7 Sistematika Penulisan
Pada Bab I bagian pendahuluan, penulis memaparkan beberapa hal berikut ini, yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Dalam bab selanjutnya, yakni Bab II penulis akan memaparkan lebih dalam mengenai lesbian yang dikaji menurut kajian Jender yang ada, kemudian beberapa teori
dari para ahli yang berkaitan dengan lesbian dan juga pandangan Alkitab mengenai lesbian, sehingga secara keseluruhan bab ini akan membahas mengenai lesbian dan jender.
Dalam Bab III, penulis akan mendeskripsikan lokasi tempat penelitian dan profil informan berdasarkan wawancara dan FGD yang dilakukan, dan dalam bagian ini
penulis juga akan memaparkan hasil dari penelitian yang penulis dapatkan.
Pada bagian analis di Bab IV, yang akan dilakukan penulis adalah analisis kritis terhadap realita lesbian yang ada di Manado yang dikaitkan dengan teori-teori yang
penulis paparkan di bab 2 sehingga dalam bagian ini secara keseluruhan menjawab pertanyaan perumusan permasalahan yang berkaitan lesbian.