BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Teori
Perilaku “Caring” dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan
heart of nurse profession artinya komponen yang fundamental dan fokus serta unik dari
keperawatan. Watson (1988)
2.1.1. Filosofi dan Caring science. Watson (1979).
Dalam teorinya, Watson memiliki 10 faktor karatif. Tiap faktor memiliki komponen
dinamika fenomena yang mencakup hubungan dalam keperawatan. 10 faktor
karatif menurut Watson (1979), yaitu :
a. Membentuk nilai humanistic – altruistic.
Nilai – nilai humanistic – altruistic dapat dipelajari secara awal dalam setiap kehidupan dan dapat mempengaruhi perawat dalam menjalankan tugasnya.
Faktor ini dapat di definisikan sebagai nilai kepuasan melalui memberi dan
memperhatikan dari nilai itu sendiri.
b. Menanamkan sebuah kepercayaan – pengharapan.
Faktor ini memfasilitasi meningkatkan dari keperawatan yang holistik dan
peningkatan status kesehatan dengan pasien. Hal ini dideskripsikan bahwa
peran perawat dalam meningkatkan keefektifan hubungannya dengan pasien
dan meningkatkan keseimbangan dengan membantu pasien untuk menerapkan
perilaku hidup sehat.
c. Mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Sebagai seorang perawat, jika mereka mengakui bahwa mereka mempunyai
d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.
Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu merupakan
hal yang sangat krusial dalam penerapan caring dalam proses keperawatan.
Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi dari
pasien, baik ekspresi positif dan perasaan negatif.
e. Meningkatkan dan menerima sebuah ekspresi, baik perasaan positif dan
perasaan negatif.
Perawat harus selalu menyiapkan diri dalam segala situasi saat berinteraksi
dengan pasien. Baik saat perawat menerima perasaan positif ataupun perasaan
negative. Perawat harus mengakui bahwa intelektual dan pengertian perawat
secara emosional dari perubahan situasi saat berinteraksi dengan pasien akan
memberikan sebuah pengalaman untuk perawat – pasien.
f. Menggunakan metode sistematik untuk memecahkan sebuah masalah dan
metode untuk pengambilan keputusan.
Proses keperawatan dari pengkajian – intervensi – implementasi – evaluasi merupakan sebuah sistem yang sistematik. Menggunakan proses keperawatan
akan menuntun dalam memecahkan masalah dengan pendekatan keperawatan.
g. Meningkatkan pembelajaran interpersonal.
Faktor ini sangat penting untuk perawat dalam menerapkan prinsip caring. Hal
ini mengizinkan pasien untuk mengetahui tentang perubahan status kesehatan
pasien. Perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan pembelajaran
kepada pasien untuk melakukan perawatan secara mandiri.
h. Membentuk sebuah dukungan, perlindungan, memperbaiki secara mental, fisik,
sosiokultur dan lingkungan spiritual.
Perawat harus mengenali tentang pengaruh baik internal atau eksternal yang
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Perawat mengenali kebutuhan bio-psiko-fisik dan intrapersonal dari setiap
pasien. Pemenuhan kebutuhan dasar pasien harus didahulukan sebelum
memenuhi kebutuhan pasien yang lainnya.
j. Mengizinkan untuk eksistensial dari kekuatan sebuah fenomenologi.
Menurut Watson, faktor ini menjadi faktor yang sulit dimengerti, tetapi faktor ini
termasuk dalam faktor yang turut menyediakan sebuah pengalaman yang
menuntun kepada pengertian yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang
lain.Tomey & Alligood (2006)
Pada tahun 1988, Watson mengemukakan asumsi-asumsi mendasar mengenai
caring di dalam bukunya yang pertama, Nursing : The Philosophy and Science of Caring, yaitu
1. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
2. Caring terdiri dari faktor-faktor karatif yang menghasilkan kepuasan di dalam
pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Caring yang efektif akan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu maupun keluarga.
4. Respon-respon caring tidak hanya menerima keadaan seseorang saat itu, tetapi juga keadaan selanjutnya.
5. Lingkungan perawatan adalah lingkungan yang memacu pengembangan.
potensi dan kemungkinan seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi
dirinya.
6. Caring bersifat lebih “healthogenic” daripada “curing”. Artinya bahwa caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di dalam
praktiknya caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan
perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science and Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang
berhubungan dengan caring :
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan
universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan,
tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan
menentukan kontribusi keperawatan pada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang. lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam
praktik keperawatan.
7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada human care.
8. Fondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi
institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari Human care menjadi isu yang hangat bagi keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Human care
hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
10. Hanya dengan hubungan yang interpersonal maka human care dapat dibangun
dan dilakukan dalam praktik keperawatan.
11. Perawatan secara sosial, moral dan kontribusi pengetahuan untuk manusia dan
komunitas akan memberikan komitmen tentang human care baik dalam teori,
2.1.2. Teori Caring. Swanson (1991)
Menurut Swanson (1991), caring merupakan hubungan yang saling memelihara
antara pribadi yang berlandaskan sebuah rasa komitmen dan tanggung jawab. Model
caring menurut Swanson memiliki 5 proses dasar, yaitu : a) Knowing
Proses mengetahui dalam caring merupakan berusaha untuk memahami
makna dari suatu peristiwa dalam kehidupan orang lain, menghindari sebuah
asumsi, fokus dengan orang yang dirawat, mengerti sebuah isyarat, menilai
dengan cermat dan terlibat baik peduli antar satu dan lainnya adalah proses
dalam knowing.
b) Being with
Proses dasar ini berarti perawat memberikan kehadirannya secara emosional
kepada pasien. Hal ini termasuk hadir secara fisik, menyampaikan saran,
berbagi tentang perasaan tanpa menambah beban dari pasien.
c) Doing for
Proses ini berarti melakukan sesuatu untuk orang lain selama masih ada
kemungkinan untuk melakukannya, termasuk dalam memberikan rasa
nyaman, memberikan kompetensi yang maksimal dan melindungi pasien
dalam martabatnya.
d) Enabling
Enabling akan memfasilitasi seseorang untuk melewati sebuah transisi
kehidupan dengan fokus pada sebuah proses kehidupan, mendukung,
memfalidasi perasaan, memberikan sebuah alternative, berfikir akan bisa
melewati semua dan memberikan umpan balik.
e) Maintaning Belief
Memelihara sebuah kepercayaan merupakan upaya untuk terus berharap.
dengan pasien pada situasi apapun akan meningkatkan kapasitas perawat
dalam menopang pasiennya. Tomey dan Alligood, (2006)
2.2. Tinjauan Penelitian
Beberapa penelitian meneliti tentang sikap “Caring” perawat untuk pasien terminal, salah
satunya pasien kanker akan tetapi penelitian tersebut mengutamakan dalam titik point home
care, hospice, dan rumah sakit. Kesenjangan yang terjadi dalam literatur ini adalah bagaimana seorang perawat memberikan konsep “Caring” pada pasien – pasien kanker dalam
Comprehensive Cancer Center. Lange dan Thom (2008).
2.2.1. Caring pada pasien terminal yang dirawat di rumah.
Dalam suatu penelitian di Denmark ditunjukkan bahwa pasien terminal dengan
kasus kanker memilih untuk meninggal di rumah, dengan angka sebesar 80,7%.
Neergaard, Jense, Sondergaard, Sokolowski, olesen, Vedsted (2011). Sementara di
Jepang, 70% pasien dengan kanker memilih untuk dirawat di rumah. Home care
merupakan perawat menyediakan perawatan bagi pasien di rumah pasien sendiri. Isii,
Miyashita, Sato dan Ozawa (2012). Dalam hal ini, pasien tetap berharap untuk tetap
dirawat di rumah, mereka tidak ingin dibawa ke rumah sakit meskipun gejala mereka
semakin parah di rumah. Keadaan ini membuat keluarga menjadi cemas sedangkan
untuk membayar perawatan di rumah sebagai home care sudah menjadi beban tersendiri bagi keluarga. Keluarga sebagai salah satu caregiver memiliki peran yang
sangat penting dan menemui beberapa kesulitan untuk merawat pasien di rumah.
Higginson dan Sen-Gupta (2000).
2.2.2. Caring pada pasien terminal yang dirawat di Rumah Sakit.
Salah satu penelitian yang memaparkan pemberian konsep Caring di rumah
sakit yaitu penelitian Berg dan Danielson (2007) di Swedia. Penelitian ini menunjukkan
pengalaman antara perawat dan pasien dalam menjalin hubungan Caring di Rumah
pasien yang di identifikasi menjadi beberapa tema yaitu menghargai martabat pasien
dengan sub tema pasien masih dapat menggunakan kemampuan mereka untuk
melakukan sesuatu dan di perhatikan oleh semua anggota tim yang merawatnya. Hal ini
sama dengan tema “Perasaan yang sedih” dengan sub tema diperhatikan pada saat
situasi yang sulit dan terbuka, menanyakan tentang hubungan caring secara personal
antara perawat dan pasien.
Sedangkan dari sudut pandang perawat di identifikasikan dengan tema
“Berusaha dengan maksimal” dengan sub tema menggunakan kompetensi yang dimiliki dan menyadari akan adanya keterbatasan, hal ini sama dengan tema “belas kasihan yang terus menerus” dengan sub tema memberikan perhatian dalam situasi yang sulit
dan menyadari apa yang menjadi kebutuhan pasien. Hasil ini menunjukkan bahwa
pasien dan perawat menyadari perjuangan mereka masing – masing untuk saling percaya untuk membangun hubungan caring. Perjuangan mereka tidak hanya cukup
sampai batas kepercayaan. Hasil penelitian ini memberikan pengertian bahwa pasien
membutuhkan sebuah hubungan antara perawat – pasien sebagai hubungan personal caring yang didapatkan dari menjalin sebuah kepercayaan.
Hubungan caring yang diwujudkan oleh perawat – pasien di Rumah Sakit dikarakteristikkan misalnya pada saat perawat berjanji pada waktu dan konteks untuk
merawat pasien dan saat itulah peran seorang perawat yang menghargai masing pasien
sebagai salah satu pribadi yang unik dan utuh secara roh, tubuh, dan jiwa. Kansen
(2002).
2.2.3. Caring pada pasien terminal yang dirawat di hospice.
Dalam memberikan perawatan pasien terminal di hospice berfokus pada
kenyamanan dan kepedulian pada pasien yang sudah tidak memiliki harapan untuk
menjalani pengobatan. Melalui interdisciplinary team, perawatan pasien di hospice
berfokus pada keunikan tiap individu dan kepuasan pada pemenuhan kebutuhan fisik,
psikologi, sosial, cultural dan spiritual dari pasien Wu dan Volker (2012). Dalam
dalam praktik keperawatan di hospice. Dengan filosofi ini, perawat dapat bekerja sama
dengan pasien untuk mencapai tujuan mereka. Humanistic Nursing Theory adalah
hubungan antara perawat dan pasien yang dikarakteristikkan dengan sebuah interaksi
untuk mempromosikan tingkat esensial pertumbuhan dalam kehidupan Humanistic Nursing Theory mendukung tentang pentingnya caring, empati dan kualitas dalam hubungan antara pasien – perawat. . Salah satu interaksinya adalah Caring perawat pada pasien dapat ditunjukkan dengan kehadirannya bersama pasien. Diharapkan,
dalam penelitian ke depan untuk perawatan pasien di hospice harus terus menetapkan
dan mengevaluasi konsep Humanistic Nursing Theory untuk keberhasilan praktik
2.2.4. Penelitian Caring perawat pada pasien kanker paru.
Taylor dan Ellisabeth (2003) dalam penelitiannya di United State Amerika yang
berjudul Nurses Caring for the Spirit: Patients With Cancer and Family Caregiver
Expectations menghasilkan bahwa pasien berharap bahwa perawat dapat memberikan sikap yang baik, berdoa bagi mereka, memberikan support secara fisik.
Informan yang dikumpulkan dalam penelitian ini mengidentifikasi tentang pendekatan
perawat saat memenuhi kebutuhan spiritual untuk pasien kanker, termasuk
keramahan dan menghormati, saat berkomunikasi dan saat perawat mendengarkan,
berdoa dan kehadiran perawat sendiri dapat mempengaruhi kesehaan spiritual
mereka.
Kendall (2006) - Australia mengemukakan penelitiannya tentang Being asked not to tell: nurses’ experiences of caring for cancer patients not told their diagnosis.
Penelitian tersebut menghasilkan bahwa perawat dinyatakan sangat sulit untuk
perawat ketika memberikan caring pada pasien yang belum mengetahui tentang
penyakitnya. Para partisipan sudah belajar untuk memberikan caring saat mereka
bertemu dengan pasien tetapi mendapat kata – kata negatif dari pengalaman tersebut. Greenhalgh. Vanhanen, dan Kyngas (1998). – Finlandia mengemukakan penelitiannya tentang Nurse caring behaviours. Penelitiannya tersebut mengemukakan
bahwa caring perawat di Finlandia menunjukkan bahwa perawat lebih menekankan
pada monitoring dan memberikan kenyamanan pada pasien tetapi memberikan sedikit
perhatian untuk tindakan – tindakan yang bersifat dapat mengantisipasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat di Finlandia lebih memperhatikan
komponen fisik dari pada komponen afektif lainnya.
Mok dan Chiu (2004) China mengemukakan penelitian tentang Nurse – patient relationship in palliative care. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa ada 4
kategori besar dalam hubungan perawat dengan pasien – pasien terminal, yaitu membangun hubungan saling percaya, perawat menjadi bagian dari keluarga,
dying, memperluas pengetahuan. Respon dihasilkan setelah hubungan saling percaya
dibangun dan perawat tidak hanya bertugas sebagai tenaga professional kesehatan,
tetapi juga menjadi bagian dari keluarga atau teman baik. Perawat mengembangkan
demonstrasi hubungan saling percaya sebagai salah satu pendekatan secara
keselurahan untuk mengaplikasikan konsep caring, menunjukkan kepedulian mereka
tentang penyakit pasien, menyadari kebutuhan – kebutuhan yang tidak bisa diungkapkan oleh pasien, memberikan rasa nyaman tanpa harus ditanya terlebih
dahulu, dapat dipercaya, cakap, kompeten dan mendedikasikan kepedulian mereka
untuk pasien.
Brataas, Thorsnes, Hargie (2008) – United Kingdom meneliti tentang Cancer nurses narrating after conversations with cancer outpatients: how do nurses’ roles and
patients’ perspectives appear in the nurses’ narratives? Hasil dari penelitian ini
mengemukakan bahwa pengalaman perawat dalam berkomunikasi dapat
menggambarkan sebuah kerja keras dan rutinitas kerja yang dimiliki oleh perawat. Hal
ini dapat terlihat dari perspektif perawat sebagai salah satu perannya adalah penyedia
informasi bagi pasien yang diatur dalam etik bagi humanistic caring.
Dalam penelitian di berbagai negara, terdapat peran perawat dalam pemberian caring pada
pasien kanker paru yang sangat penting, baik untuk pasiennya sendiri maupun keluarga. Caring
perawat dalam penelitian – penelitian tersebut tidak hanya digambarkan dalam rumah sakit saja, tetapi juga digambarkan dalam hospice dan bahkan rumah pasien sendiri. Penelitian –
penelitian di atas juga mengungkapkan pentingnya dukungan perawat kepada pasien kanker
paru yang begitu membutuhkan semangat hidup. Namun masih sangat sedikit diketahui
bagaimana praktik caring oleh perawat pada pasien kanker paru berdasarkan pengalaman
anggota keluarga di Indonesia. Melihat kesenjangan di atas, maka dipandang penting untuk
menggali pengalaman keluarga di Indonesia, khususnya di Salatiga, Jawa tengah untuk
mengatahui bagaimana caring perawat yang diberikan untuk pasien kanker paru di RSP dr Ario