Kata Pengantar Halaman -i- Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
LAPAN adalah salah satu entitas pelaporan sehingga berkewajiban
menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan LAPAN mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam Pemerintahan. Laporan
Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu
menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel.
Diharapkan Laporan Keuangan ini dapat memberikan informasi yang
berguna kepada para pengguna laporan khususnya sebagai sarana untuk
meningkatkan akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan
keuangan negara pada LAPAN. Disamping itu, laporan keuangan ini juga
dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan
keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance).
Jakarta, 29 April 2016
Kepala LAPAN
Daftar Isi Halaman ii Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Lampiran iii
Pernyataan Tanggung Jawab iv
Ringkasan 1
I. Laporan Realisasi Anggaran... 3
II. Neraca ... 4
III. Laporan Operasional ... 6
IV. Laporan Perubahan Ekuitas ... 7
V. Catatan atas Laporan Keuangan 8
A. Penjelasan Umum 8
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 47
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 55
D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional 91
E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 96
F. Pengungkapan Penting Lainnya 99
Daftar Isi Halaman iii Lampiran A1 : Rincian Nilai Perolehan, Akumulasi dan Nilai Buku Aset Tetap
Lampiran A2 : Tabel Konstruksi Dalam Pengerjaan
Lampiran A3 : Laporan-laporan Pendukung
a. Neraca, LRA, LO, dan LPE
b. Laporan Pendukung Laporan Keuangan
c. Laporan Barang Pengguna
d. Daftar Rekening Pemerintah
e. Rencana Tindak Lanjut BPK
f. Berita Acara Rekonsiliasi
g. Daftar lainnya sebagai pendukung Laporan Keuangan
Laporan Persediaan
Catatan Atas Laporan Barang Milik Negara
Daftar Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas Lainnya LAPAN Dari Hibah,
Kas dan Deposito Pada Satker BLU
Daftar Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara
Dokumen Lainnya
Pernyataan Telah Direviu
DAN ANTARIKSA NASIONAL
TAHUN 2015
Kami telah mereviu Laporan Keuangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) untuk tahun anggaran 2015 berupa Neraca per tanggal 31 Desember 2015,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah merupakan penyajian
manajemen Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reviu mempunyai ruang lingkup yang
jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang bertujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi
pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa
laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan peraturan
perundang-undangan lain yang terkait.
Jakarta,
Ratih Pratiwi, SH
Pernyataan Tanggung Jawab Halaman -iv-
( L A P A N )
JALAN PEMUDA PERSIL NOMOR 1, JAKARTA 13220
TELEPON (021) 4892802, 4895040, FAKSIMILE (021) 4894815, 4892884 SITUS : www.lapan.go.id
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Laporan Keuangan LAPAN yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan
Tahun Anggaran 2015 (
Audited)
sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung
jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi
keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta, 29 April 2016
Kepala LAPAN
Ringkasan Halaman 1
-RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan LAPAN per 31 Desember 2015 ini telah di susun dan disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di
lingkungan pemerintah. Laporan Keuangan ini meliputi :
1.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan - LRA dan belanja selama periode
1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015. Realisasi Pendapatan Negara pada
31 Desember 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar
Rp294.232.871.785 atau mencapai 4.927,04% dari estimasi pendapatan – LRA sebesar
Rp5.971.800.000. Realisasi Belanja Negara pada 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp695.275.761.854 atau mencapai 79,16% dari alokasi anggaran sebesar
Rp878.339.699.000.
2. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada 31 Desember 2015. Nilai Aset per 31 Desember 2015 dicatat dan disajikan
sebesar Rp1.573.191.325.869 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp187.143.890.073;
Aset Tetap (neto) sebesar Rp1.198.386.150.464; Piutang Jangka Panjang (neto)
Rp616.218.592; dan Aset Lainnya (neto) sebesar Rp187.045.066.740. Nilai Kewajiban
dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp123.832.706.588 dan Rp1.449.358.619.281.
3. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit
dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos
luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp180.265.744.521 sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp599.560.211.498 sehingga
Ringkasan Halaman 2 -Operasional surplus sebesar Rp88.173.848.978 sehingga entitas mengalami Defisit-LO
sebesar Rp331.120.617.999.
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2015
adalah sebesar Rp1.163.734.718.296 ditambah Defisit-LO sebesar Rp331.120.617.999
kemudian dikurangi penyesuaian nilai aset sebesar Rp489.077.904 ditambah
koreksi-koreksi sebesar Rp91.292.678.251 ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar
Rp525.940.918.637 sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2015 adalah
senilai Rp1.449.358.619.281.
5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai
dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.
Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk
Laporan Realisasi Anggaran Halaman - 3 -
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAPAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014
(Dalam Rupiah)
31 De se mbe r 2014 Anggaran Re al i sasi % te rhadap
Anggaran Re al i sasi B.1
Penerimaan Negara Bukan
Pajak 5.971.800.000 294.232.871.785 4927,04% 10.612.696.364
Juml ah Pe ndapatan 5.971.800.000 294.232.871.785 4927,04% 10.612.696.364
B.2
Belanja Pegawai B.3 144.185.826.000 128.005.494.492 88,78 121.136.986.974
Belanja Barang B.4 425.001.136.000 270.387.655.726 63,62 169.816.855.452
Belanja Modal B.5 309.152.737.000 296.882.611.636 96,03 399.140.284.845
Juml ah Be l anja 878.339.699.000 695.275.761.854 79,16 690.094.127.271 Urai an C atatan
31 De se mbe r 2015
PENDAPATAN
Neraca Halaman- 4 -
II. NERACA
LAPAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014
NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER 2015 31 DESEMBER 2014
1 2 3 4
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1 140.563.729 94.072.431 Kas Lainnya dan Setara Kas C.2 95.993.535 246.976.457 Kas pada Badan Layanan Umum C.3 125.804.257.421 2.908.011.995 Piutang Bukan Pajak C.4 498.773.542 -Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan
Umum C.5 157.853.200 267.184.074
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan
Layanan Umum C.6 - 3.027.309 Bagian Lancar TP/TGR C.7 - 37.200.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih-Piutang Lancar C.8 (147.166.688) (148.351.057) Belanja Dibayar di Muka C.9 10.527.120.568 14.478.395.210
Persediaan C.10 49.622.817.624 43.701.664.122
Persediaan Badan Layanan Umum C.11 443.677.142 434.990.039
Jumlah Aset Lancar 187.143.890.073 62.023.170.580
PIUTANG JANGKA PANJANG
Piutang Tagihan TP/TGR C.12 64.586.900 2.896.717.061 Piutang Jangka Panjang Lainnya C.13 2.665.830.161 -Penyisihan Piutang Tak Tertagih-Piutang Jangka
Panjang C.14 (2.114.198.469) (1.984.022.716)
Jumlah Piutang Jangka Panjang 616.218.592 912.694.345
ASET TETAP
Tanah C.15 277.038.353.942 275.246.835.716
Peralatan dan Mesin C.16 840.023.949.891 775.288.769.083 Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum C.17 2.426.290.176 2.355.485.911 Gedung dan Bangunan C.18 227.028.505.154 206.161.942.268 Jalan, Irigasi dan Jaringan C.19 42.945.005.231 40.640.386.532 Aset Tetap Lainnya C.20 11.084.550.578 26.229.186.179 Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum C.21 1.045.500 1.045.500 Konstruksi Dalam Pengerjaan C.22 297.329.036.178 85.053.012.196 Akumulasi Penyusutan C.23 (499.490.586.186) (450.097.991.067)
Neraca Halaman- 5 -
NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER 2015 31 DESEMBER 2014
1 2 3 4
ASET LAINNYA
Aset Tak Berwujud C.24 90.191.330.216 55.475.114.093
Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum C.25 200.499.000 4.361.000 Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan C.26 96.115.463.700 84.980.513.700
Aset Lain-Lain C.27 8.686.749.284 10.315.284.029
Aset Lain-Lain-Badan Layanan Umum C.28 109.501.628 -Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.29 (8.258.477.088) (9.823.890.622)
Jumlah Aset Lainnya 187.045.066.740 140.951.382.200
JUMLAH ASET 1.573.191.325.869 1.164.765.919.443
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Uang Muka dari KPPN C.30 140.563.729 94.072.431 Utang kepada Pihak Ketiga C.31 123.617.427.702 932.929.874 Pendapatan yang ditangguhkan C.32 - 434.440 Utang Jangka Pendek Lainnya C.33 70.747.365 231.050 Pendapatan Diterima di Muka C.34 3.967.792 3.967.792
JUMLAH KEWAJIBAN 123.832.706.588 1.031.635.587
EKUITAS
Ekuitas Dana Lancar C.35 - 60.991.534.993
Ekuitas Dana Investasi C.36 - 1.102.742.748.863
Ekuitas C.37 1.449.358.619.281
Laporan Operasional Halaman- 6 -
III. LAPORAN OPERASIONAL
LAPAN
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah)
C a ta ta n 2 0 1 5 2 0 1 4
P enerimaan Negara Bukan P ajak D.1 180.265.744.521
J UMLAH PENDAPATAN 1 8 0 .2 6 5 .7 4 4 .5 2 1
Beban P egawai D.2 128.027.637.521
Beban P ersediaan D.3 17.545.378.636
Beban Barang dan Jasa D.4 291.814.044.633
Beban P emeliharaan D.5 22.997.197.460
Beban P erjalanan Dinas D.6 29.366.458.281 Beban Barang unt uk Diserahkan kepada
masyarakat D.7 3.423.091.243
Beban P enyusut an dan Amort isasi D.8 106.256.781.283
Beban P eyisihan P iut ang T ak T ert agih D.9 129.622.441
J UMLAH B EB AN 5 9 9 .5 6 0 .2 1 1 .4 9 8
SURP LUS (DEFISIT ) DARI KEGIAT AN
OP ERASIONAL (4 1 9 .2 9 4 .4 6 6 .9 7 7 )
KEGIATAN NO N O PERAS IO NAL D.1 0
Defisit P elepasan Aset Non Lancar (256.988.915) Surplus Dari Kegiat an Non Operasional
Lainnya 88.430.837.893
SURP LUS (DEFISIT ) DARI KEGIAT AN
NON OP ERASIONAL 88.173.848.978
SURP LUS (DEFISIT ) SEBELUM P OS
LUAR BIASA (331.120.617.999)
PO S LUAR B IAS A D.1 1
Beban Luar Biasa 0
SURP LUS (DEFISIT ) P OS LUAR BIASA 0
S URPLUS /DEFIS IT LO (3 3 1 .1 2 0 .6 1 7 .9 9 9 )
Ura i a n
PENDAPATAN
KEGIATAN O PERAS IO NAL
Laporan Perubahan Ekuitas Halaman- 7 -
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
LAPAN
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah) C atatan 2015 2014
E.1 1.163.734.718.296 - SURP LUS/DEFISIT LO E.2 (331.120.617.999) - P ENYESUAIAN NILAI T AHUN BERJALAN
P enyesuaian Nilai Aset E.3 (489.077.904) - DAMP AK KUMULAT IF P ERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR
KOREKSI NILAI P ERSEDIAAN E.4 79.286.982 - KOREKSI NILAI ASET T ET AP NON REVALUASI E.5 91.176.372.866 -
LAIN-LAIN E.6 37.018.403
JUMLAH LAIN-LAIN 91.292.678.251 - T RANSAKSI ANT AR ENT IT AS 525.940.918.637 - EKUITAS AKHIR E.7 1.449.358.619.281
-Urai an
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-8-V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM
Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis
A.1. Profil dan Kebijakan Teknis LAPAN
Pembangunan Iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu
pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta
mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan
teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan,
dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya
saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas Iptek yang
senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika,
kearifan lokal, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian
lingkungan hidup. Berdasarkan paparan bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ke-3 yang sesuai amanat Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 disampaikan bahwa
Pembangunan Keunggulan Kompetitif Perekonomian berbasis pada : (1)
Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia; (2) Sumber daya Manusia
(SDM) yang berkualitas; (3) Kemampuan Iptek. Terdapat 7 bidang
strategis dalam RPJPN 2005-2025, yaitu: Pertanian dan Ketahanan
Pangan; Teknologi Kesehatan dan Obat; Energi, Energi Baru dan
Terbarukan; Teknologi Informasi dan Komunikasi; Teknologi
Transportasi; Material Maju, serta peningkatan jumlah penemuan dan
pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan
melalui pengembangan sumber daya manusia Iptek, peningkatan anggaran
riset, pengembangan sinergi kebijakan Iptek lintas sektor, perumusan
agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan
prasarana Iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi Iptek.
Dukungan tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam
rangka mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan.
Iptek penerbangan dan antariksa merupakan salah satu mesin penggerak
pembangunan ekonomi seperti pemanfaatan untuk telekomunikasi,
navigasi, pengembangan satelit, perencanaan tataguna lahan untuk
pengembangan wilayah, perencanaan pengembangan infrastruktur
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -9-sumberdaya alam (hutan produksi, perkebunan, perikanan, pertanian,
pertambangan, sumberdaya air), pemantauan lingkungan (cuaca,
perubahan iklim dan sebagainya), sehingga dapat menjadi dasar arah
pengembangan dan program dasar kemandirian teknologi nasional
berbasis penerbangan dan antariksa. Penguasaan teknologi dirgantara
khususnya teknologi roket dan satelit sangat penting dalam rangka
mencapai kemandirian bangsa untuk menjamin kelangsungan
pemanfaatan teknologi yang dimiliki Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN), maupun aspirasi masyarakat terhadap
informasi yang disediakan oleh LAPAN. Penguasaan Iptek penerbangan
dan antariksa sangat penting bagi negara Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dengan aspek geografis yang spesifik yaitu wilayahnya
luas, daratannya tersebar, berada di jalur katulistiwa di antara dua benua
dan dua samudera, kaya dengan sumberdaya alam dan rentan terhadap
bencana. Iptek penerbangan dan antariksa juga sangat penting bagi
pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana
melalui penyajian informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan
rehabilitasi sehingga mempercepat respon terhadap
permasalahan-permasalahan nasional.
Rencana Strategis (Renstra) LAPAN 2015-2019 memberikan gambaran
kuat LAPAN dalam upaya membangun kemandirian di bidang teknologi
dirgantara khususnya roket dan satelit sehingga dapat meningkatkan
pemanfaatan seluas-luasnya Iptek dirgantara untuk mendukung
pembangunan nasional setidaknya dalam bidang ekonomi dan lingkungan
hidup serta memberikan gambaran kesiapan LAPAN dalam memberikan
pelayanan kepada para stakeholder, pengguna dari berbagai institusi
pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat.
Renstra LAPAN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan untuk 5
(lima) tahun ke depan dan telah diselaraskan dengan RPJMN 2015-2019
dan menjadi acuan bagi unit kerja eselon I dan II serta unit kerja Mandiri
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-10-1.1 Kondisi Umum
1.1.1 Profil LAPAN
LAPAN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) yang didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar
Nasional.
Keputusan Presiden
tersebut diperbaharui dan
disempurnakan dengan Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 64 Tahun 2005. Keputusan Presiden tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor
02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (LAPAN). Dengan disahkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, saat ini
sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional.
A. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 dan Peraturan
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 02
Tahun 2011
LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik
Indonesia. LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
[image:15.595.177.498.214.363.2]pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -11-yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugasnya, LAPAN dikoordinasikan oleh
Kementerian Riset dan Teknologi.
Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
pemanfaatannya;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
3. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap
kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan
pemanfaatannya;
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum,
persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsi di atas, LAPAN mempunyai
kewenangan:
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung
pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
4. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu :
a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
pemanfaatannya;
b. Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian
rekomendasi perizinan satelit.
Berdasarkan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan, maka
lingkup kegiatan yang dilaksanakan LAPAN adalah pada : (1) penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, (2)
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh, (3)
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi dirgantara, dan (4)
kajian dan pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-12-penggerak pembangunan ekonomi seperti pemanfaatan untuk
telekomunikasi, navigasi, pengembangan satelit pendidikan, tele medisin,
perencanaan tataguna lahan untuk pengembangan wilayah, perencanaan
pengembangan infrastruktur (jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, dan
sebagainya), pengelolaan sumberdaya alam (hutan produksi, perkebunan,
perikanan, pertanian, pertambangan, sumberdaya air), pemantauan
lingkungan (cuaca, perubahan iklim dan sebagainya), dan untuk
mendukung pertahanan NKRI. Penguasaan Iptek kedirgantaraan sangat
penting bagi negara seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan
dengan aspek geografis yang spesifik yaitu wilayahnya luas, daratannya
tersebar, berada di jalur katulistiwa di antara dua benua dan dua samudera,
kaya dengan sumberdaya alam dan rentan terhadap bencana. Pengelolaan
wilayah negara dengan aspek geografis yang demikian sangat memerlukan
Iptek kedirgantaraan.
Iptek kedirgantaraan memberikan kemampuan dalam pengelolaan
sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana melalui penyajian
informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Penguasaan Iptek kedirgantaraan memungkinkan bagi Indonesia untuk
menjaga dan melindungi keutuhan NKRI. Keberhasilan LAPAN dalam
penguasaan Iptek kedirgantaraan (rancang bangun satelit mikro dan
operasional pengendalian serta penerimaan datanya, rancang bangun roket
balistik dan kendali sampai dengan ukuran 420 mm dan dilanjutkan
dengan 550 mm, pelayanan data/informasi penginderaan jauh untuk
pengelolaan sumber daya lahan, mitigasi bencana, dan mendukung
keperluan hankam, serta pengembangan model dan informasi sains
antariksa dan atmosfer) sangat membantu dan berkontribusi bagi
masyarakat Indonesia dalam kehidupannya.
Cita-cita LAPAN dalam upayanya berkontribusi bagi kemandirian
teknologi dan pemberdayaan Iptek di tengah-tengah masyarakat juga
banyak mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut merupakan
strategic issued bagi LAPAN. Pemetaan kendala telah dilakukan, diantaranya dapat disebutkan:
1. Fasilitas dan kapasitas peralatan penelitian dan laboratorium sangat
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-13-2. Ketersediaan SDM yang memadai baik secara kuantitas maupun
kualitas masih kurang dibandingkan dengan program yang harus
dijalankan. Hal ini semakin sulit dengan adanya kebijakan nasional
dalam pembatasan rekruitmen PNS;
3. Anggaran LAPAN dalam 5 tahun terakhir sangat terbatas sehingga
belum memungkinkan pengembangan dan investasi peralatan secara
memadai untuk mendukung penguasaan Iptek kedirgantaraan.
4. Missile Technology Control Regime (MTCR) yang menghalangi proses kerjasama Indonesia (LAPAN) dengan negara-negara yang
telah mempunyai kemampuan di bidang teknologi roket dalam rangka
alih teknologi dan pengembangan kemampuan roket LAPAN/
nasional.
Rencana Strategis ini disusun dengan mempertimbangkan Rancangan
Peraturan Presiden yang baru, yang mengantisipasi perkembangan
organisasi modern serta tantangan sains dan teknologi antariksa.
1.1.2 Capaian LAPAN 2015
Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang
bertugas di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
pemanfaatannya, LAPAN telah menghasilkan berbagai kemajuan
penguasaan di bidang teknologi penerbangan dan antariksa pada tahun
2015. Pencapaian tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh pengguna di
berbagai sektor pembangunan. Berbagai capaian tersebut diantaranya:
litbang yang dihasilkan di bidang sains antariksa dan sains atmosfer,
rancang bangun teknologi satelit, pengembangan teknologi roket sonda,
pengembangan teknologi penerbangan, serta litbang di bidang
penginderaan jauh dan kajian kebijakan.
Pencapaian tersebut merupakan acuan bagi LAPAN untuk terus
berbenah dalam orientasi bersama untuk mewujudkan pusat unggulan di
setiap kompeterisi LAPAN pada periode pembangunan berikutnya.
Adapun capaian pada tahun 2015 yang telah dihasilkan sebagai berikut:
a. Di bidang pengembangan kompetensi sains antariksa, telah
dilakukan pengembangan Decision Support System (DSS) berupa
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -14-SWIFTS, merupakan sistem yang mampu melakukan prakiraan
kondisi cuaca antariksa agar dapat dimanfaatkan terkait timbulnya
potensi gangguan akibat cuaca antariksa pada komunikasi radio HF,
navigasi dan satelit. Produk ini membuktikan bahwa fenomena cuaca
antariksa dapat diprakirakan dengan menganalisis data-data
pengamatan real time, baik data lokal maupun global untuk
kemudian ditarik suatu kesimpulan. Sampai saat ini telah dilakukan
informasi harian dan prediksinya untuk kondisi matahari, medan
magnet bumi, dan kondisi lapisan ionosfer. Informasi ini
disampaikan melalui website http://swifts.sains.lapan.go.id/. Sistem
ini direncanakan menjadi informasi unggulan di wilayah regional
Asia Tenggara, karena sampai saat ini hanya LAPAN yang dapat
melakukannya. Selanjutnya ditargetkan sistem ini akan segera
bergabuing dengan ISES (International Space Environment Services.
Sedangkan pada bidang pengembangan kompetensi sains
atmosfer, telah dilakukan pengembangan Decision Support System
(DSS) berupa Satellite Early Warning System (Sadewa) merupakan
sebuah sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan
berbasis teknologi satelit dan juga dilengkapi sensor-sensor terestrial.
Sistem peringatan dini bencana dapat mengurangi resiko bencana
dengan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Sadewa memonitor kejadian hujan ekstrim yang berpotensi
menimbulkan bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah
Indonesia dengan resolusi 5 km2 mendekati real time dan
mengirimkan informasi peringatan dini melalui website, e-mail dan
pesan singkat (SMS) kepada pihak-pihak yang terkait dengan
penanggulangan bencana. Pada tahun 2015 sistem peringatan dini
bencana LAPAN telah sampai pada versi pengembangan ke 3
(Sadewa 3.0) yang dapat diakses melalui jaringan
http://sadewa.sains.lapan.go.id
.Dalam mengembangkan minat masyarakat terhadap iptek
penerbangan dan antariksa, LAPAN telah membangun sarana
edukasi publik berupa planetarium berpindah (mobile planetarium).
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -15-Pusat Unggulan IPTEK 2016-2018.
b. Dalam pengembangan kompetensi Teknologi Penerbangan dan
Antarikaa, LAPAN telah menghasilkan teknologi roket yang banyak
dimanfaatkan pengguna, salah satunya dalam hal penggunaan khusus
yaitu tipe roket RX 1210 dan RX 1220. Dalam pengembangan
Program Roket Pengorbit Satelit (RPS), LAPAN melaksanakan
kegiatan penelitian dan pengembangan pada tipe roket RX 320, RX
450, dan RX 550. Pada tanggal 13 Mei 2015, LAPAN telah berhasil
meluncurkan roket RX-450. Peluncuran berlangsung di Balai
Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Jawa Barat. RX 450
merupakan roket sonda yang mempunyai diameter 450 mm yang
dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer. Sedangkan
RX 550, yang menjadi komponen utama RPS, masih sedang dalam
proses persiapan uji statik. Pengembangan roket RX 550 (integrasi
dan uji statik) dilakukan dengan dukungan kerjasama pengembangan
nosel dengan pihak YuZhnOye Ukraina.
Pengembangan kapasitas produksi bahan baku propelan untuk
membangun kemandirian bahan baku roket. LAPAN telah berhasil
memproduksi Amonium Perkhlorat (AP) dan Hydroxy Terminated
Polybutadiene (HTPB) untuk membangun kemandirian dan
mengurangi ketergantungan bahan baku dan negara lain yang sulit
diperoieh dan dibatasi oleh kebijakan internasional Missile
Technology Control Regime (MTCR). Keberhasilan produksi AP
dan HTPB secara mandiri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Peralatan Propellant Production Line bisa
dimanfaatkan untuk memproduksi motor roket / propelan kelas RX
1220 dengan kapasitas maks 500 unit per tahun. Produksi AP secara
mandiri juga memberikan kemampuan untuk menghasilkan produk
lain yaitu Kalium Perkhlorat (KP) sebagai bahan untuk penyemaian
bibit hujan atau modifikasj cuaca.
Selain itu, di bidang teknologi satelit LAPAN berupaya untuk
membangun kemampuan penelitian dan perekayasaan teknologi
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -16-penginderaan jauh. LAPAN berhasil membuat satelit eksperimen
LAPAN-Tubsat yang diluncurkan pada 2007 dengan menggunakan
roket peluncur satelit milik India. LAPAN juga telah menyelesaikan
satelit kedua yang bernama LAPAN-A2/Orari dengan misi
surveillance, monitoring lalu lintas kapal dan komunikasi amafir.
Pelepasan Satelit LAPAN A2 dilakukan oleh Presiden RI pada
tanggal 3 September 2015 dan telah berhasil diluncurkan pada pukul
11.30 WIB tanggal 28 September 2015, di Sriharikota, India.
LAPAN-A2 berbobot 76 kg dilepaskan pada ketinggian 650,16 km
setelah 23 menit 3 detik. Saat ini, LAPAN juga sedang
mengembangkan satelit eksperimen berikutnya yakni LAPAN-A3,
yang memiliki misi penginderaan jauh untuk ketahanan pangan. Pada
tahun 2015 satelit LAPAN-A3 telah sampai pada tahap AIT dengan
melengkapi fasilitas uji vibrasi dan EMC, fitting test, dan
penyelesaian AIT dan uji vibrasi dummy load. LAPAN optimis di
masa depan Indonesia akan mampu satelit yang dikembangkan masih
berupa satelit membangun sendiri satelit operasional dengan berat
eksperimen dengan berat di bawah 100 kilogram, namun lebih dan
1000 kg. Capaian dalam bidang litbangyasa satelit lainnya berupa
keberhasilan seluruh uji fungsional dan misi satelit pada IOT
LAPAN-A2, keberhasilan uji algoritma “nadir point” pada attitude
control satelit, terselesaikannya 3 prototipe sub sistem satelit, dan
tahap akhir pengembangan SW koreksi sistematik imager
LAPAN-A3, modul TT&C dan modul akuisisi data misi LAPAN-LAPAN-A3, dan
menghasilkan 5 KTI internasinal terindeks dan 8 KTI Nasional, serta
1 usulan HKI.
Di bidang teknologi penerbangan, LAPAN telah melakukan
Pengoperasian pesawat tanpa awak/ Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) atau disebut juga LAPAN Surveillance UAV (LSU) dalam
kelas medium altitude dan long endurance dengan misi airborne
remote sensing. LAPAN berkomitmen dan telah menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM),
PSBA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -17-Geospasial (BIG) dan lebih dari 10 instansi untuk memanfaatkan
LSU sebagai alat bantu surveillance, monitoring maupun bantuan
pemetaan resolusi tinggi, baik sebagai data utama maupun data
dukungan. Pengoperasian pesawat tanpa awak/Unmanned Aerial
Vehicle (UAV) atau disebut juga LAPAN Surveillance UAV (LSU)
dalam kelas medium altitude dan long endurance dengan misi
airborne remote sensing. Pesawat LSU-01 berhasil diuji coba dengan
terbang secara terprogram dengan lama terbang 50 menit, kecepatan
60 km/jam dan muatan 0.5 kg. Pesawat LSU-02 telah di uji terbang
secara terprogram dengan lama terbang 3.8 jam dengan kecepatan
150 km/jam serta mampu membawa muatan maksimum 3 kg.
Pesawat ini telah berhasil terbang selama 2 jam 45 menit menempuh
jarak total sekitar 200 km dari Pameungpeuk-Bandara Nusawiru
Pangandaran-Pameungpeuk dan telah dicatatkan sebagai Rekor
MURI. Pesawat LSU-03 dapat terbang secara terprogram dengan
lama terbang 5 jam, kecepatan 150km/jam serta mampu membawa
muatan maksimum 10 Kg. Pada tanggal 29 Nopember 2015 Pesawat
LSU-03 berhasil menempuh jarak sejauh 340 Km, terbang
pergi-pulang dari lapangan udara Pameungpeuk, Pangandaran,
Nusakambangan, Cilacap dengan ketinggian 600 meter selama 3.5
jam dan meraih penghargaan rekor MURI untuk kategori Pesawat
Tanpa Awak (UAV) terbang menempuh jarak terjauh. Pesawat
LSU-05 merupakan pesawat yang mampu terbang selama 6-7 jam dengan
kecepatan mencapai 150 km/jam, konsumsi bahan bakar 1.4 liter/jam
dan mampu membawa muatan 30 kg. Tahun 2015 Pusat Teknologi
penerbangan telah melakukan pertemuan “Mission Validation”
bersama kementrian KKP terkait misi Maritime Surveillance System
(MSS). LAPAN menerima penghargaan “Karya Unggulan Anak
Bangsa” dari Kemenristekdikti aatas konsep MSS dan bersama PT.
DI atas produk N-219. Juga telah dilakukan optimasi design LSU-03
dan LSU-02 sebagai elemen MSS, optimasi tersebut menghasilkan
LSU-03-NG dan LSU-02-NG. Telah dilakukan pula penyiapan
Mobile ground segment MSS yang menghasilkan dampak positif
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -18-LSU-03 ke PT. M3 untuk diproduksi bagi keperluan AD, dan
menciptakan struktur baru full carbon untuk serial LSU.
Pada tanggal 10 Desember 2015 di hanggar PT Dirgantara
Indonesia (PT. DI) pesawat nasional N-219 tampil perdana di
hadapan publik. Pesawat N219 sepenuhnya murni dikembangkan
oleh putra putri Indonesia dan tidak melibatkan seorangpun
konsultan asing. Teknik rancang bangun yang modern,
computerized, dirancang dan digambar secara digital sehingga
akurasinya terjaga. N219 menjadi tonggak sejarah. Program pesawat
transport nasional N219 yang secara resmi dimulai pada 2014
disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas bandar udara di daerah
terpencil di Indonesia dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi
dan harga yang bersaing. Pesawat ini juga dapat dioperasikan pada
daerah dengan kondisi awan yang sulit maupun landasan tak beraspal
di wilayah pegunungan dan kepulauan. Pesawat ini mampu lepas
landas dan mendarat pada landasan yang pendek dengan stabilitas
tinggi dan dinilai tepat untuk bandara di daerah terpencil Indonesia
dengan lahan yang tidak luas.
c. Di bidang pengembangan kompetensi Penginderaan Jauh, telah
dilakukan pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional
(BDPJN) dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN).
Implementasi lnstruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang
”Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan
Distribusi Data Satelit Penginderaan iauh Resolusi Tinggi”, LAPAN
telah melakukan kegiatan yang diantaranya pembangunan sarana dan
prasarana pendukung. Citra Satelit Resolusi Tinggi yang diakuisisi
adalah SPOT-6 dan SPOT-7. Terkait Instruksi Presiden tersebut,
LAPAN melaksanakan kegiatan sebagal berikut:
1) Menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi
dengan liserisi Pemerintah Indonesia;
2) Meningkatkan kapasitas dan operasi sistem akuisisi data satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi;
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-19-resolusi tinggi sesual dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
4) Melakukan pengolahan atas data satelit penginderaan jauh
resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral;
5) Membuat metadata atas data satelit penginderaan jauh resolusi
tinggi sesual dengan Standar Nasional Indonesia;
6) Melakukan penyimpanan data satelit penginderaan jauh resolusi
tinggi; dan
7) Bersama Kepala Badan Informasi Geospasial melakukan
pengendalian kualitas terhadap data satelit penginderaan jauh
resolusi tinggi.
Kontinuitas litbang teknologi dan pemanfaatan penginderaan
jauh serta operasional dan pelayanannya dalam mendukung institusi
terkait dengan melakukan pengembangan kapasitas stasiun bumi dan
menerima (akuisisi) data satelit resolusi rendah, menengah dan tinggi
untuk seluruh Indonesia, yaitu: MTSAT, NOAA, Terra/Aqua, NPP,
Feng Yung, Metop, Landsat-7, LDCM, 5, 6 dan
SPOT-7 melalui stasiun bumi satelit penginderaan jauh Parepare, Pekayon
dan Rumpin. Peningkatan kualitas Litbangyasa teknologi dan data
penginderaan jauh pada tahun 2015 menghasilkan 13
prototipe/modul dan 23 publikasi nasional dan internasional, 1 sistem
quality control dan pengolahan data resolusi sangat tinggi dan 1
sistem otomatisasi penerimaan, pengolahan dan pendistribusian data
MODIS, S-NPP, Landsat 7/8 secara near real time. Dalam
peningkatan kualitas produk teknologi dan data penginderaan jauh
pada tahun 2015 menghasilkan cloud mosaic Landsat-7/8 yang
terupdate setiap 6 bulan, cloud free mosaic SPOT-6/7 yang terupdate
setiap tahun, 929.465.022 Km2 data CSRT dan sistem penyediaan
data Terra-Aqua dan S-NPP terdistribusi <1 jam untuk mendukung
quick respon bencana alam. Layanan teknologi dan data
penginderaan jauh telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008.
Akusisi data ini merupakan bagian dari Bank Data
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -20-penuh pada tahun 2014 yang telah terintegrasi dengan Jaringan Data
Spasial Nasional (JDSN). BDPJN melayani penyediaan data satelit
secara nasional, dan telah didistribusikan kepada
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Pada tahun 2015,
BDPJN telah mendistribusikan data citra satelit sebanyak 25.582 data
kepada 50 K/L, 147 Pemda/Pemkot, 9 data TNI/Polri dan 19
Perguruan Tinggi.
BDPJN tidak hanya dapat digunakan untuk pengendalian
akibat dampak perubahan lingkungan (deforestasi dan emisi hutan),
tetapi juga bisa melihat distribusi potensi sumber daya alam
lndonesia. Indonesia secara resmi menjadi negara ke-9 dan negara
pertama di Asia Tenggara yang menjadi Regional Support Office,
United Nations-SPace based Information for Disaster Emergency and
Reduction (RSO UN-SPIDER). LAPAN menjadi pelaksana RSO
karena memiliki pengalaman dalam pemanfaatan teknologi
penginderaan jauh untuk berbagai bidang seperti mitigasi bencana,
pemodelan perubahan iklim, pemantauan lingkungan dan sumber
daya alam. RSO dibentuk sebagai amanat Resolusi Majelis Umum
PBB mengenal kerjasama UN-SPIDER dengan pusat-pusat keahlian
regional dan nasional dalam penggunaan teknologi antariksa guna
melakukan manaiemen mitigasi bencana.
LAPAN juga terlibat dalam project Indonesian National
Carbon Accounting System (INCAS) untuk pemetaan lahan hutan
seluruh Indonesia menggunakan data satelit penginderaan jauh
Landsat multi temporal. Pemetaan hutan telah dilakukan setiap tahun
untuk seluruh wilayah Indonesia selama periode 2000- 2009.
Informasi spasial hutan yang dihasilkan telah dimanfaatkan oleh
Kementerian Kehutanan, UKP4 dan berbagai institusi pemerintah
lainriya.Updatiflg akan terus dilakukan setiap tahun dengan
menggunakan data satelit Landsat Data Continuity Mission (LDCM).
Selain BDPJN, LAPAN juga mengembangkan Sistem
Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) yang terdiri dari Sistem
Informasi dan Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) dan Sistem
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -21-merupakan Iayanan informasi peringatan dini dan tanggap darurat
bencana berbasis data penginderaan jauh, dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan terkait kondisi sebelum, pada saat, dan
terjadinya bencana. Sedangkan SISDAL merupakan layanan
informasi mengenal sumberdaya alam dan lingkungan wilayah darat,
pesisir dan laut berbasis data satelit penginderaan jauh untuk
pengelolaan sumber daya alam dan Iingkungan yang lestari.
Jenis informasi yang disajikan dalam SIMBA di antaranya:
kondisi liputan awan dan curah hujan dan data satelit, sistem
peringkat bahaya kebakaran, pemantauan kondisi titik panas hotspot,
kabut asap kebakaran, dan informasi bekas lahan terbakar, informasi
potensi banjir di wilayah genangan banjir, informasi potensi
banjir/kekeringan di wilayah pertanaman padi, dan informasi letusan
gunung berapi. Jenis informasi dalam SISDAL meliputi tutupan
lahan hutan seluruh Indonesia, pemantauan fase pertumbuhan padi,
pemantauan ekosistem danau, informasi pulau kecil terluar, Zona
Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), sebaran mangrove, dan sebaran
terumbu karang. Periode waktu informasi di dalam sistem yang
diberikan diperbaharul secara periodik harlan, 8-harian, atau bulanan.
Data utama yang digunakan adalah data satelit resolusi rendah,
menengah dan tinggi, diantaranya: data satelit Terra/Aqua MODIS,
NOAA AVHRR, MTSAT-1R, QMorph, dan TRMM, TM/ETM+/8
dan SPOT-6/SPOT-7.
Capaian dalam pengembangan Sistem Pemantauan Bumi
Nasional pada tahun 2015 adalah 14 jenis informasi SISDAL dan
SIMBA, 4 sistem SPBN Provinsi, 2 sistem otomatisasi (ZPPI dan
Daerah bekas terbakar), 73 pengguna SPBN, dan komersialisasi
informasi ZPPI oleh PT. CSM. Capaian kualitas Litbang
pemanfaatan penginderaan jauh meliputi 5 makalah publikasi ilmiah
internasional terakreditasi, 20 makalah publikasi ilmiah nasional
terakreditasi, 44 makalah dalam buku, 59 makalah dalam prosiding
nasional dan 24 makalah dalam prosiding internasional. Capaian
kualitas pedoman dan informasi penginderaan jauh meliputi 10 draf
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -22-untuk peningkatan kualitas pedoman dan informasi.
d. Undang-Undang (UU) RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan menjadi landasan hukum bagi penyelenggaraan
keantariksaan di Indonesia. UU Kenatariksaan ini bertujuan
mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan
Negara dalam penyelenggaraan keantariksaan untuk kesejahteraan
dan produktivitas bangsa. UU ini akan menjadi pedoman bagi
pelaksanaan kerjasama keantariksaan untuk perlindungan terhadap
kepentingan Indonesia. Pada tahun 2015 telah disahkan satu
peraturan pelaksanaan dari UU tersebut, yaitu Perpres Nomor 49
Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Saat ini Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Penginderaan Jauh, dan RPP Penyelenggaraan Keantariksaan telah
dilakukan harmonisasi. LAPAN juga telah menyusun RPerpres
tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaaan sebagai
pedoman nasional dan saat ini proses tersebut memasuki tahap
harmonisasi dan akan segera ditetapkan melalui Keputusan Presiden.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan
LAPAN. BPK melakukan pemeriksaan dengan berdasarkan pada standar
pemeriksaan keuangan negara yang meliputi pengujian bukti-bukti yang
mendukung pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan tersebut
meliputi penilaian atas penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang
digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat. Penilaian atas kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem
pengendalian internal yang berdampak material terhadap laporan
keuangan, serta penilaian terhadap pengujian laporan keuangan secara
keseluruhan. Berturut-turut opini yang diberikan terhadap laporan
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -23-Tabel 1 Opini BPK atas Laporan Keuangan LAPAN
Tahun 2009-2014
TAHUN JENIS PEMERIKSAAN OPINI BPK
2010 LK 2009 WTP
2011 LK 2010 WTP
2012 LK 2011 WTP
2013 LK 2012 WDP
2014 LK 2013 WDP
2015 LK 2014 WDP
1.1.3 Aspirasi Masyarakat terhadap LAPAN
Pengembangan produk litbang dan layanan publik LAPAN tidak
terlepas dari berbagai aspirasi dari 4 stakeholder LAPAN yang meliputi
instansi pemerintah, masyarakat pengguna, masyarakat ilmiah, dan
masyarakat umum. Sampai dengan saat ini kebutuhan stakeholder yang
teridentifikasi di antaranya :
1.
LAPAN (Pusat Sains Antariksa) sebagai satu-satunya instansi yangmelaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang cuaca
antariksa diharapkan dapat menjadi pusat rujukan dalam bidang
cuaca antariksa.
2.
Dengan makin banyaknya penggunaan teknologi yang berbasisantariksa, maka hasil litbang cuaca antariksa makin banyak
diperlukan, antara lain oleh TNI POLRI, pemerintah daerah
pengguna komunikasi radio HF, dan penyedia jasa layanan
komunikasi dengan satelit.
3.
Meningkatnya minat masyarakat dalam bidang keantariksaanmenjadikan LAPAN (Pusat Sains Antariksa) sebagai sumber
informasi untuk mejelaskan fenomena antariksa yang menjadi
perhatian masyarakat.
4.
Dengan meningkatnya minat komunitas internasional terhadapfenomena atmosfer ekuator dan kopling atmosfer antariksa di
lintang rendah, maka hasil litbang teknologi atmosfer makin banyak
diperlukan untuk mitigasi bencana alam terkait perubahan iklim.
5.
Data satelit penginderaan jauh saat ini telah dimanfaatkan oleh [image:28.595.174.492.127.249.2]Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -24-dan perencanaan pembangunan di berbagai sektor. Data
penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi dimanfaatkan
untuk pemetaan dasar, pemantauan dan inventarisasi sektor
kehutanan, pemantauan dan inventarisasi sektor pertanian, mitigasi
bencana, dan lain-lain. Kebutuhan data satelit penginderaan jauh
yang sangat besar untuk berbagai keperluan ini, memberikan
peluang LAPAN untuk semakin berkiprah dalam pembangunan
nasional.
6.
Terkait dengan isu perubahan iklim, LAPAN sebagai satu-satunyainstitusi yang mampu menyediakan data satelit secara konsisten dan
kontinyu, memiliki peluang untuk membangun kerjasama nasional
dan internasional yang saling menguntungkan dalam pengembangan
kompentensi SDM dan infrastruktur.
7.
Banyaknya permintaan informasi sektor berbasis data penginderaanjauh dan juga permintaan stakeholder agar metode yang dibangun
lebih akurat. Adanya tawaran kerjasama pengembangan metodologi
dari instansi lain baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan
kerjasama dengan instansi litbang baik dalam maupun luar negeri
akan meningkatkan kualitas metode yang akan dibangun.
8.
Meningkatnya kebutuhan data dan informasi penginderaan jauhnasional, yang didukung dengan semakin banyaknya data
penginderaan jauh resolusi tinggi yang tersedia, sehingga
mendorong LAPAN meningkatkan layanannya.
9.
LAPAN diharapkan berkontribusi dalam pengembangan roket untukberbagai aplikasi layanan.
10.
Banyaknya tawaran kerjasama pengembangan teknologi satelit,yang juga didukung dengan semakin banyaknya pengguna teknologi
satelit untuk membuat satelit nasional secara mandiri.
11.
Meningkatnya permintaan pemanfaatan pesawat tanpa awak untukberbagai keperluan.
12.
Adanya permintaan sebagai partner strategis bagi industripenerbangan.
13.
Kemampuan Litbang LAPAN dalam teknologi penerbangan,Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-25-14.
Teknologi UAV/LSU sebagai wahana untuk surveillance, pemetaanresolusi tinggi dan monitoring dalam sistem kebencanaan nasional,
lingkungan hidup dan perlindungan wilayah.
15.
Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yangberkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research) yang
dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang penerbangan dan
antariksa.
Aspirasi masyarakat terhadap LAPAN dapat terlihat pada data
kerjasama formal antara LAPAN dengan berbagai pihak (Pemerintah
Pusat, Pemda, Perguruan Tinggi, dan Swasta/BUMN) dalam hal
penyediaan data, informasi, dan pemanfaatan teknologi penerbangan dan
antariksa.
Aspirasi-aspirasi tersebut membuktikan bahwa diperlukan
teknologi di bidang penerbangan dan antariksa untuk mendukung
pengembangan wilayah/tata ruang, pemantauan sumber daya alam dan
lingkungan, mitigasi bencana, dan transportasi dalam rangka
pembangunan nasional. Produk litbang dan layanan publik LAPAN
semakin penting dan dibutuhkan bagi kepentingan masyarakat. Hal ini
mendorong LAPAN untuk terus mengembangkan produk litbang dan
meningkatkan layanan kepada masyararakat.
1.1.4 Layanan Publik
1. Badan Layanan Umum
Pelayanan publik yang dilakukan oleh LAPAN dapat
terlihat pada pelayanan produk litbang yang diberikan kepada
berbagai pihak (Pemerintah Pusat, Pemda, Perguruan Tinggi, dan
Swasta/BUMN) dalam hal penyediaan data, informasi, dan
pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa. Dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan publik di LAPAN,
Pusfatekgan/BLU LAPAN telah menerapkan sistem manajemen
Mutu ISO 9001:2008 dengan sertifikasi pada tahun 2014, sehingga
sistem manajemen pelayanan berstandar internasional. Hal ini
menunjukan komitmen LAPAN dalam melaksanakan proses
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -26-amanat UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. Layanan Informasi
Secara umum produk litbang dan layanan publik LAPAN
dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: a) Informasi cuaca
antariksa dan kondisi atmosfer, b) Data dan informasi berbasis
penginderaan jauh satelit, c) Penguasaan teknologi roket, satelit, dan
penerbangan (pesawat tanpa awak dan pesawat transport), d)
Kebijakan terkait pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa.
Sampai dengan akhir tahun 2014, LAPAN telah memiliki
Standar Pelayanan Publik (SPP) sebanyak 84 SPP, yang telah
disahkan melalui Keputusan Kepala LAPAN Nomor 225 Tahun
2013 tentang Standar Pelayanan di LAPAN sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Kepala LAPAN
Nomor 242 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Kepala LAPAN Nomor 225 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan
di LAPAN dan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 220 Tahun 2014
tentang Tim Penyusunan Standar Pelayanan. Melalui evaluasi
pelayanan publik kelembagaan yang dilakukan oleh Kementerian
PAN & RB dan Ombudsman RI pada tanggal 5 Juli 2013, LAPAN
mendapatkan peringkat ke-8 yang didukung oleh 3 (tiga) unit
pelayanan publik, yaitu Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat
(Biro KSH), Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara
(Pusfatekgan), dan Balai Penginderaan Jauh Parepare (BPJ
Parepare).
Dalam rangka keterbukaan informasi publik dan apresiasi
atas kemudahan akses pengguna terhadap hasil litbang LAPAN,
pada tahun 2013 LAPAN bersama Kementerian Keuangan terpilih
sebagai champion Layanan Informasi Publik versi Unit Kerja
Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
(UKP4) karena memiliki lebih banyak jumlah informasi layanan
publik yang telah dimasukkan ke dalam portal http://satulayanan.net
dan dikelola dengan lebih baik dibandingkan Kementerian dan
Lembaga lainnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -27-(PeGI) LAPAN berada di posisi 11 dari 24 LPNK yang
berpartisipasi, dengan predikat "baik" untuk semua dimensi
penilaian (kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi, dan
perencanaan). Sementara itu, untuk Webometrics berada pada posisi
666 dari 70 ribu lembaga litbang di seluruh dunia. Untuk posisi
lembaga litbang di Indonesia peringkat Webometrics, LAPAN
menduduki peringkat 40 pada Januari 2014, kemudian naik menjadi
peringkat 4 pada bulan Juli tahun 2014, dan pada Januari 2015
peringkat LAPAN naik satu tingkat menjadi peringkat 3.
1.1.5 Regulasi Kewenangan LAPAN
Landasan hukum LAPAN berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, dan Keputusan Presiden Nomor
110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, LAPAN didukung berbagai peraturan
perundang-undangan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan,
terutama Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan (LAPAN merupakan Lembaga utama penyelenggara
kegiatan keantariksaan di Indonesia). Peraturan perundang-undangan
lainnya yang juga mendasari/mendukung tugas fungsi LAPAN yaitu:
1. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( Sisnas-Iptek);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih
Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan
Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
dan Pengembangan;
3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional (LAPAN mempunyai keterkaitan untuk
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-28-pengembangan industri nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan daya saing industri, dan yang memiliki struktur
yang sehat dan berkeadilan, berkelanjutan, serta mampu
memperkokoh ketahanan nasional memerlukan sebuah kebijakan
industri nasional yang jelas).
4. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
(LAPAN mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan armada angkutan udara nasional yang tangguh serta
didukung industri pesawat udara yang andal sehingga mampu
memenuhi kebutuhan angkutan, baik di dalam negeri maupun dari
dan ke luar negeri).
5. Peratuan Kepala LAPAN Nomor 02 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja LAPAN sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 05 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Kepala LAPAN Nomor 02 Tahun 2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN. Organisasi baru akan
merujuk pada Perpres organisasi sebagai amanat dari
Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan.
6. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan,
Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi
Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi; (LAPAN
menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk
keperluan survei dan pemetaan berdasarkan hasil pengolahan atas
data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi
radiometrik dan spektral)
Saat ini sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, seperti diamanatkan
Undang-undang Keantariksaan.
1.2 Potensi dan Permasalahan
1.2.1 Kekuatan
1. LAPAN merupakan satu-satunya instansi yang melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang cuaca antariksa.
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -29-antariksa, maka hasil litbang dalam cuaca antariksa makin banyak
diperlukan, antara lain oleh TNI POLRI, pemerintah daerah
pengguna komunikasi radio HF, dan penyedia jasa layanan
komunikasi dengan satelit.
3. Memiliki kemampuan di dalam melakukan pengkajian kebijakan
dan peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan dan
antariksa.
4. Satu-satunya instansi di lingkungan Ristek yang menjalankan
litbang khusus dalam teknologi penerbangan, khususnya dalam
pengembangan teknologi pesawat terbang.
5. Mempunyai landasan hukum yang kuat meliputi UU RI Nomor 21
tahun 2013, UU RI Nomor 1 Tahun 2009 dan Perpres Nomor 28
Tahun 2008.
6. Pengalaman diseminasi yang cukup banyak dalam hal teknologi
UAV/LSU sebagai wahana untuk surveillance, pemetaan resolusi
tinggi dan monitoring dalam sistem kebencanaan nasional,
lingkungan hidup dan perlindungan wilayah;
7. Memiliki pengalaman unik sebagai pemegang rekor MURI untuk
pesawat tanpa awak dengan ketahanan terbang 200 km.
8. Mempunyai jaringan kerjasama dengan industri dirgantara PT DI,
Lembaga Riset Aeronautika Internasional (NLR), TU Berlin dan
Instansi lain terkait dunia penerbangan.
9. Mempunyai fasilitas penelitian yang cukup ideal sebagai lembaga
aeronautika di wilayah Rumpin dengan lahan yang luas dan
terdapat fasilitas runway pesawat terbang.
10. Satu-satunya instansi yang melakukan litbang di bidang teknologi
roket di Indonesia.
11. Memiliki kemampuan dalam membuat rancang bangun roket
padat berdiameter hingga 450 mm.
12. Memiliki kemampuan membangun satelit eksperimen secara
mandiri (kelas mikro).
13. LAPAN sebagai pengelola BDPJN sudah mampu menyediakan
data penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi bagi semua
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -30-lisensi pemerintah. Sistem BDPJN ini didukung oleh pengalaman
panjang dalam pengoperasian sistem stasiun bumi satelit
penginderaan jauh Pekayon-Parepare-Rumpin sejak tahun 1993
sampai saat ini, yang menjamin kontinuitas dan ketersediaan data
satelit penginderaan jauh. Sampai tahun 2014 sistem BDPJN ini
didukung oleh:
a. Infrastruktur stasiun bumi multi misi yang mampu mencakup
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan data
satelit penginderaan jauh untuk Kementerian/ Lembaga,
TNI/POLRI, dan Pemerintah Daerah.
b. Sistem pengolahan data, yang mampu menghasilkan data
resolusi rendah harian secara near real time, resolusi
menengah dan tinggi yang termosaik dan bebas awan setiap
tahunnya. Sistem pengolahan didukung oleh sistem komputasi
kecepatan tinggi (HPC) dengan pengolahan secara pararel
(pararel processing) berbasis opensource.
c. Sistem pengelolaan, penyimpanan dan distribusi data, yang
mampu menyimpan data resolusi rendah, menengah dan
tinggi hasil akuisisi tahun 1990-sekarang, dengan
penambahan kapasitas penyimpanan 500 TB/tahun, dan telah
beroperasi tanpa interupsi 24 jam perhari 7 hari seminggu.
Pada tahun 2010-2014 telah berhasil ditambahkan data
sebesar 55.206 data, dan telah didistribusikan untuk
Kementerian/Lembaga, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, serta
Perguruan Tinggi/Swasta sebesar 30.221 data. Sistem
penyimpanan dan distribusi ini didukung oleh sistem jaringan
komunikasi data yang menghubungkan Stasiun Bumi
Penginderaan Jauh Parepare, Rumpin dan Pekayon dengan
sistem penyimpanan dan distribusi serta terhubung dengan
pengguna-pengguna strategis seperti Badan Informasi
Geospasial (BIG), Kementerian Pertanian dan Situation Room
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman
-31-14. Data penginderaan jauh telah dimanfaatkan untuk mendukung
berbagai kepentingan sektor-sektor pembangunan nasional antara
lain untuk kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan,
pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana dan sebagainya.
Informasi tersebut telah disampaikan kepada berbagai
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dan mendapatkan
umpan balik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil-hasil penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan
jauh telah berjalan dengan baik dan berdayaguna. Informasi yang
sudah dimanfaatkan masyarakat secara luas adalah Zona Potensi
Penangkapan Ikan, Fase Pertumbuhan Padi dan Tanggap Darurat
Bencana. Dukungan terhadap peningkatan pendapatan seperti
pajak, efisiensi penangkapan ikan, dan efisiensi dalam upaya
peningkatan produktivitas tanaman padi merupakan kontribusi
yang cukup besar oleh LAPAN terhadap sektor ekonomi.
Dibangunnya Sistem Pemantauan Bumi Nasional pada tahun 2013
merupakan jembatan yang sangat baik antara hasil penelitian dan
pengembangan dengan para stakeholder pemanfaatan
penginderaan jauh. Selain itu, banyaknya kerjasama nasional dan
internasional yang telah berjalan dalam upaya memanfaatkan data
penginderaan jauh merupakan suatu kekuatan penting bagi dalam
dalam meningkatkan kualitas hasil penelitian dan
pengembangannya. Aktifnya LAPAN dalam Masyarakat
Penginderaan Jauh Nasional, Forum APRSAF, Sentinel Asia,
Regional Support Office UN SPIDER, GEO-GLAM dan
organisasi lainnya merupakan suatu kekuatan LAPAN dalam
pemanfaatan penginderaan jauh. UU No. 21 tahun 2013
merupakan kekuatan bagi lembaga dalam pemanfaatan
penginderaan jauh dalam penetapan metode dan pedoman
pemanfaatan penginderaan jauh secara nasional.
15. Kepercayaan dari mitra nasional dan internasional terhadap
kompetensi LAPAN.
16. Tersedianya tenaga auditor yang berkompeten, bersertifikat, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -32-17. Ada standarisasi dan pedoman tentang pengawasan (SOP
Pengawasan).
18. Adanya sistem jenjang karir yang jelas.
1.2.2 Kelemahan
1. Jumlah SDM masih kurang dan penyebarannya tidak merata.
2. Komposisi pendidikan terakhir SDM LAPAN kurang lebih 40%
berpendidikan terakhir di bawah S1.
3. Perlengkapan fasilitas litbang masih kurang memadai
dibandingkan dengan lembaga keantariksaan Negara lain.
4. Produktivitas hasil litbang LAPAN belum memenuhi standar pusat
unggulan Ristek.
5. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI) belum menerapkan Service
Level Agreement (SLA).
6. Belum tersedianya fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan serta
bimbingan teknis dalam rangka pelayanan publik.
1.2.3 Peluang
1. Antariksa di atas Indonesia yang merupakan daerah anomali
menarik komunitas internasional untuk mengamati sehingga Para
peneliti berkesempatan untuk melakukan kerjasama agar dapat
ikut berkontribusi dalam kegiatan internasional.
2. Minat komunitas internasional dalam mempelajari fenomena
atmosfer ekuator dan kopling atmosfer-antariksa di lintang rendah
semakin meningkat sehingga peran LAPAN semakin penting.
3. Adanya isu perubahan iklim, sehingga LAPAN terpacu untuk
menyediakan data satelit terkait mitigasi perubahan iklim.
4. Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yang
berkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research)
yang dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang
penerbangan dan antariksa. (Desains-Pusat kajian kebijakan)
5. UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Perpres
Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,
Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -33-terbang, menjustifikasi peran LAPAN dalam dunia industri
pesawat terbang. (Detekgan-Pustekbang)
6. Tersedianya industri untuk mendukung teknologi penerbangan
(contoh: