PANDANGAN ULAMA NU KABUPATEN LAMONGAN DALAM
PERSPEKTIF MAQA<S{ID AL-
SHARI>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><’AH
TERHADAP
PENGGUNAAN INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DALAM
KELUARGA BERENCANA
SKRIPSI
Oleh :
Lathifatul Mahbubah
NIM.C01210058
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Ahwal al-Syakhsiyah
PANDANGAN ULAMA NU KABUPATEN LAMONGAN DALAM
PERSPEKTIF
MAQA<S{ID AL-
SHARI>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><’AH
TERHADAP
PENGGUNAAN
INTRA UTERINE DEVICE
(IUD) DALAM
KELUARGA BERENCANA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syari’ah dan Hukum
Oleh :
Lathifatul Mahbubah NIM.C01210058
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Ahwal al-Syakhsiyah
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pandangan Ulama NU Kabupaten Lamongan Dalam Perspektif Maqa<s{id Al-shari>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>’ah Terhadap Penggunaan Intra Uterine Device (IUD) Dalam Keluarga Berencana” ini merupakan hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device (IUD) secara medis? Bagaimana pandangan ulama NU Kabupaten Lamongan dalam perspektif maqa>s}id al-shari>’ah terhadap penggunaan Intra Uterine Device (IUD) dalam Keluarga Berencana?
Untuk menjawab permasalahan diatas maka data penelitian diperoleh
lewat wawancara dengan Ulama’ NU Kabupaten Lamongan. Setelah data
terkumpul, langkah selanjutnya menganalisis data yang bersifat kualitatif, dengan teknik deskriptif, dengan menggunakan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Intra Uterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh seorang wanita dengan menggunakan alat yang dimasukkan ke dalam rahimnya. Adapun modelnya terdapat berbagai
bentuk diantaranya, ada yang seperti spiral, sayap, huruf “T” dan lain-lain. Ukurannya cukup kecil. Pemasangannya yaitu dengan cara memasukkannya ke
dalam leher rahim melalui jalan lahir atau alat kelamin. Pandangan Ulama’
Kabupaten Lamongan menyatakan bahwa bila IUD mengakibatkan kemandulan permanen maka IUD tidak boleh dipergunakan dalam program KB.
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan hendaknya bagi masyarakat khususnya para kaum wanita yang sudah berpasangan hendaknya berpikir beberapa kali untuk menggunakan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) jika tidak benar-benar mendesak, karena hal itu dapat membahayakan diri
sendiri yang diakibatkan efek samping dari alat itu. Sementara bagi Ulama’ NU
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM. ... i
PERNYATAAN KEASLIAN. ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTRAR TRANSLITERASI. ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah. ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Kajian Pustaka ... 10
F. Tujuan Penelitian. ... 12
G. Kegunaan Hasil Penelitian. ... 13
H. Definisi Operasional. ... 13
I. Metode Penelitian ... 15
J. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II KELUARGA BERENCANA (KB) ALAT KONTRASEPSI DAN MAQA<S{ID AL-SHARI<’AH A. Pengertian Keluarga Berencana ... 21
B. Pengertian Kontrasepsi ... 27
C. Macam Metode dan Alat-Alat Kontrasepsi. ... 28
BAB III INTRA UTIRINE DEVICE (IUD) DAN PANDANGAN
ULAMA’ TENTANG PENGGUNANNA IUD DALAM
KELUARGA BERENCANA (KB)
A. IUD dalam Medis ... 43 B. Pengertian IUD ... 44 C. Pandangan Ulama’ NU Kabupaten Lamongan terhadap
penggunaan IUD dalam KB ... 55
1. Pengetahuan umum tentang organisasi NU ... 55 2. Pandangan Ulama’ NU Kabupaten Lamongan terhadap
penggunaan IUD dalam KB ... 64
BAB IV ANALISIS MAQA<S{ID AL-SHARI>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><’AH TERHADAP PENERAPAN IUD DALAM KB
A. Penerapan IUD dalam KB ... 71 B. Penerapan IUD dalam KB perspektif Maqa>s}id al-Shari>’ah ... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan umatnya yang sudah dewasa (ba>ligh), mandiri dan
sudah masuk dalam kriteria syarat sebuah perkawinan, agar melangsungkan
perkawinan dengan pasangan yang dicintainya. Karena dengan perkawinan
bisa menjadikan manusia terhindar dari fitnah masyarakat. Selain itu tujuan
dari pekawinan itu sendiri adalah untuk menghindari pandangan mata yang
diharamkan, dan mencegah dari perzinahan. Hal ini, sesuai dengan ayat 32
Surat al-Nu>r yang berbunyi:
“Dan kawinkanlah orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”1
Perkawinan mempunyai banyak hikmah di dalamnya, salah satunya
yaitu mempunyai anak/keturunan karena Allah menciptakan
makhluk-makhluk dari adanya perkawinan. Sesuai dengan firman Allah di dalam surat
al-Nisa>’ ayat 1:
سْف ْ ْ ق خ ا ّ ا قّا سا ا ا أ ا
ّّ ا جْ ا ْ ق خ دحا
اك ا إ احْ أا ّ ءاسّ ا ا ا قّا ءاس ا ثك ااج ا ْ
( ا ق ْ ْ ع
١
)
2
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Swt. selalu menjaga dan mengawasi kamu.”2
Hukum keluarga Islam, telah mengatur secara jelas, bahwa
kesejahteraan masyarakat itu bermula dari kesejahteraan sebuah keluarga.
Karena perkawinan dalam Islam itu bertujuan mencapai kesejahteraan,
bahagia dan mengembangkan keturunan. Dalam Islam juga dianjurkan untuk
menikah dengan wanita yang subur dan penuh kasih sayang. Karena Islam
tidak menghendaki keturunan yang lemah serta kekurangan.3 Artinya Islam
mengendaki keturunan yang berkualitas dalam masyarakat. Oleh karena itu,
dibutuhkan ketepatan dalam mendidiknya. Sebagaimana firman Allah Swt.
pada Surat al-Nisa>’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yag mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah Swt. dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”4
Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat dalam setiap tahunnya,
mengharuskan penambahan dalam segala bidang pendidikan, kesehatan,
2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil
Cipta Media, 2005), 77.
3A. Rahmat Rosyadi, Keluarga Berencana ditinjau Dari Hukum Islam, (Bandung:Pustaka, 1986),
23.
3
ekonomi dan sebaginya.5 Hal ini merupakan masalah besar bagi pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan dari itulah sehingga pemerintah
mencari solusi–solusi untuk mengatasi perkembagan penduduk yang sangat
cepat itu dengan mencanangkan progam Keluarga Berencana (KB). Program
Keluarga Berencana Nasional yang bertujuan mewujudkan Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat yang
digerakkan oleh masyarakat dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat.6
Keluarga Berencana yang dibuat oleh pemerintah pada lembaga Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mempunyai beberapa
tujuan yaitu:
1. Untuk menunda kehamilan (bagi wanita yang berusia di bawah 20 tahun
supaya ditunda kehamilannya).
2. Untuk mengatur kehamilan (bagi isteri yang berusia antara 20-30 tahun
supaya diatur kehamilannya).
3. Untuk mengakhiri kehamilan/ kesuburan (bagi isteri yang sudah berusia
30 tahun keatas dan sudah mempunyai 2 anak atau lebih supaya tidak
hamil lagi).7
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius, yang
menganut dan mempercayai suatu agama. Agama yang paling banyak
dipeluk oleh masyarakat Indonesia adalah Islam.8 Ajaran agama Islam telah
5http://analisis.vivanews.com/news/read/321362-generasi-berencana-harus-jadi-gaya-hidup.
Akses 5 September 2014
6 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta 1992.
7 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kantor Wilayah Provinsi Jawa Timur , 1996.
4
menjadi bagian dari pembentuk kebudayaan di Indonesia, banyak segi dari
ajaran Islam telah menjadi pendorong dan pembangkit sikap membagun
masyarakat.9 Dan untuk mengupayakan agar program KB dapat diterima
oleh masyarakat luas terutama dikalangan umat Islam, maka pemerintah
melalui Departemen Agama RI menyelenggarakan musyawarah ulama
terbatas yang di selenggarakan pada tanggal 26 sampai 29 Juni 1972 dan
menghasilkan suatu keputusan bahwa program KB itu hukumnya Mubah
menurut Syariat Islam, dan umat Islam boleh melaksanakannya.10 Sedangkan
Mengenai permasalahan KB, kebanyakan ulama/sarjana muslim sejak dahulu
seperti Amr bin Ash (sahabat nabi), Imam Syafi’i, dan Imam Ghazali sampai
abad XX ini seperti Dr. Muhammad Abd. Salam Madkur, dan Dr. Mahmud
Shalthoet, mantan Rektor Universitas Al-Azhar berpendapat bahwa Islam
tidak melarang Keluarga Berencana.11
Dalam KB banyak jenis kontrasepsi yang dipergunakan dalam
pengaturan kelahiran atau untuk ber KB yaitu: kondom, pil, suntik, obat
vagina, diafragma, tissue KB, implat, IUD/Spiral dan Kontrasepsi Mantap
(Kontap).12 Sedangkan jenis kontrasepsi yang dianjurkan (ideal) unruk
mengatur kelahiran, yaitu sesuai dengan pendekatan pola dasar penggunaan
Kontrasepsi yang rasional dalam masa reproduksi, adalah kontrasepsi yang
9 Ibid.
10 Herry M., 80 tahun KH. Misbach , Ulama Pejuang-Pejuang Ulama dan guru ngaji Masyumi
sampai MUI” .123
11
Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan…, hlm. 17.
5
masuk dalam kelompok MKEJ (Metode Kontrasepsi efektif Jangka
Panjang).13 Salah satunya yaitu IUD/Spiral.
IUD/Spiral yang dikenal juga dengan nama Alat Kontrasepsei Dalam
Rahim (AKDR). Kontrasepsi ini pemakaiannya dimasukkan kedalam rahim.
Bentuknya bermacam–macam, ada yang terbuat dari plastik halus, ada yang
dililit dengan tembaga, adapula yang dililit dengan tembaga bercampur
perak, ada juga yang mengandung hormon pencegah kehamilan.14
Pemasangan IUD pada wanita untuk menghalangi kehamilan dipasang 2 atau
3 hari sesudah haid, atau 3 bulan sesudah melahirkan dan pemasangannya
harus dilakukan oleh tenaga yang telah terlatih, serta perlu adanya kontrol
sesudah pemasangan.15 Pemakaian IUD/Spiral ini mempunyai beberapa efek
samping yang mungkin terjadi, yaitu gangguan siklus haid, gangguan pada
waktu hubungan suami isteri, keputihan, nyeri daerah pinggul bahkan
kemandulan yang berkepanjangan.16
Dilihat dari cara kerja IUD Andalan yaitu yang mencegah pelepasan sel
telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu mengurangi
mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel
telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim.17
KH. Abdul Ma’un selaku Surya PC NU Kabupaten Lamongan
menyimpulkan sebagai berikut, “saya berpihak kepada yang mengharamkan
13 Ibid.
14 Ibid.
15 Masjfuk Zuhdi, Masai. 70.
16 Ibid.
6
pengguguran, juga mengharamkan pemakaian spiral ini, karena sifatnya
yang abortife.18
Pendapat ini sama dengan pendapat dr. Ali Akbar beliau adalah dokter
yang juga agamawan. Dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang
Kependudukan, Kesehatan, dan Pembangunan pada tanggal 17-20 Oktober
1983 memutuskan antara lain bahwa, “Penggunaan alat kontrasepsi dalam
rahim (IUD) dalam pelaksanaan KB dapat dibenarkan, jika pemasangan dan
pengontrolannya dilakukan oleh tenaga medis wanita, atau jika terpaksa
dapat dilakukan oleh tenaga medis pria didampingi oleh suami atau wanita
lain.”19
Bi’in Abdussalam selaku Ketua Tanfid PC NU Kabupaten Lamongan
yang juga pegawai di BKKBN Lamongan bahwa hanya wanita yang keadaan
darurat saja yang diperbolehkan menggunakan IUD dalam rahimnya atau
melihat aurat mugha>laz}ahnya walaupun yang memasang sesama wanita.20
Tetapi mengenai semua tentang penggunaan IUD/Spiral bersifat shubha>t
atau mutasha>biha>t artinya yang masih belum jelas hukumnya, kita harus
bersikap hati-hati selama cara kerja IUD belum jelas. Sepenuhnya ditandai
dengan adanya perbedaan pendapat dikalangan ahli kedokteran yang tidak
bisa dikompromikan hingga sekarang. Tentang mekanisme IUD dan sifatnya
apakah abortif atau kontraseptif.21
18
\ibid.
19 Fide H. Isngadi,Penjelasan keputusan musyawarah ulama terbatas mengenai keluarga
berencana, (Malang: inspeksi penerangan Kandepag, 1973), 19-24.
20
Bi’in Abdussalam, Wawancara, 28 September 2014.
21
7
Dalam hadis Nabi Muhammad saw. bersabda:
ْشّ ّْ ا ْع ا ها دْع ّأ ْ ع
ها ْ س تْع س اق ا ْع ها ض
ْ أ ا ّْ ّ ا حْا إ ّ احْا إ : ْ ق س ْ ع ها ص
ف تا ش ا قّا ف ،سا ا ْثك
ْع ا تا تْش
ْد أ ْتْسا ْدق
ْ ح عْ عا اك ، ا حْا ف عق تا ش ا ف عق ْ ، ضْ ع
ها ح إ اأ ح ك إ اأ ، ْف عّْ ْ أ كشْ حْا
اح
)
س اخ ا ا
(
“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di
antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat/samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya”.22
Hadis diatas menganjurkan untuk menghindari hal-hal yang bersifat
shubha>t. Hal-hal yang halal sudah jelas. Begitu juga dengan hal-hal yang
haram, juga sudah jelas. Karena itu, nabi tidak menganjurkan umatnya
berada di antara keduanya, antara halal dengan haram.
Di sisi lain Setiap aturan pensyariatan yang dibuat oleh pembuat hukum
(sha>ri’) memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan pensyari>atan itu
biasa disebut dengan maqa>s}id al-sha>ri’ah yang secara garis besar bisa
dikatakan untuk menggapai kebaikan dan menolak kejelekan bagi manusia.
Oleh karena itu, dalam buku Al-Shatibi mengutip dari al-Gha>zali yang
menyatakan bahwa dalam rangka menggapai maqa>s}id al-sha>ri’ah, maka
8
kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi.23 Terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia ini bisa terealisasi dalam bentuk penjagaan yang sangat utuh
terhadap lima hal; agama, jiwa, keturunan, harta dan akal.24.
Dengan demikian, semua perbuatan manusia harus mengarah kepada
tujuan pensyariatan, yaitu untuk menggapai kebaikan dan menolak kejelekan
bagi manusia yang bisa terealisasi dengan menjaga kebutuhan dasar manusia
yang lima. Begitu juga dengan penggunaan terhadap penggunaan Intra
Uterine Device (IUD) dalam Keluarga Berencana, apakah mampu menjadi
jalan dalam menggapai tujuan pensyariatan atau justru sebaliknya.
Berdasarkan uraian mengenai penggunaan alat kontrasepsi IUD/Spiral
dalam Keluarga Berencana sebagai metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) untuk mencegah kehamilan. Dan untuk mengetahui analisisnya
terhadap penggunaan IUD/Spiral pada isteri untuk mencegah kehamilan
maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang
permasalahan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengangkat tema ini dengan
judul: Pandangan Ulama NU Kabupaten Lamongan Dalam Perspektif
Maqa<s{id Al-Shari>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><’ah Terhadap Penggunaan Intra Uterine Device (IUD)
Dalam Keluarga Berencana.
23
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 119.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Pelaksanaan IUD dalam Keluarga Berencana.
2. Manfaat IUD dalam Keluarga Berencana.
3. Esensi Penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana.
4. Penggunaan Penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana.
5. Indikasi efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan
Penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana.
6. Deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device (IUD) secara medis
7. Analisis maqa>s}id al-sha>ri’ahterhadap Pandangan Ulama’ NU Kabupaten
Lamongan terhadap penggunaan Intra Uterine Device (IUD) dalam
Keluarga Berencana.
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan tentang penggunaan IUD dalam
keluarga berencana.dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi masalah dalam pembahasan ini, dengan:
1. Deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device (IUD) secara medis
2. Analisis maqa>s}id al-sha>ri’ah terhadap Pandangan Ulama’ NU Kabupaten
Lamongan terhadap penggunaan Intra Uterine Device (IUD) dalam
10
D. Rumusan Masalah
Agar lebih mudah dan praktis serta oprasional, maka masalah dalam
studi ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device (IUD)
secara medis?
2. Bagaimana pandangan ulama NU Kabupaten Lamongan dalam perspektif
maqa>s}id al-shari>’ah terhadap penggunaan Intra Uterine Device (IUD)
dalam Keluarga Berencana?
E. Kajian Pustaka
Penelitian tentang Pandangan Ulama NU Kabupaten Laomongan dan
Perspektif maqa>s{id al-shari>’ah Terhadap Penggunaan Intra Utrinr Device
(IUD) dalam Keluarga Berencana secara khusus belum pernah dikerjakan
oleh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Namun, secara umum, terkait dengan pencegahan kehamilan beberapa
alat serta metode kontrasepsi telah dibahas dalam karya tulis sebelumnya.
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan:
Skripsi Mohammad Ikhwanuddin yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Ekstrak Gandarusa Oleh Suami Dengan
Alasan Pencegah Keturunan.”25Dalam Skripsi ini dijelaskan bahwa ekstrak
Gandarusa yang dijadikan sebagai bagian dari alat serta metode baru dalam
25
Mohammad Ikhwanuddin, Analisis Hukum Islam Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Ekstrak
11
kontrasepsi bagi suami untuk pencegah keturunan yaitu agar seorang suami
yang menginginkan fertilisasi itu tidak terjadi.
Skripsi Ahmad Husnan yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap
Pembinaan Keluarga Saki>nah, Mawaddah wa Rah}mah melalui Program
Keluarga Berencana (KB) di Desa Bangilan, Kec. Bangilan. Kab. Tuban.”26
Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa program KB dapat mewujudkan keluarga
saki>nah mawaddah wa rah}mah. Prosesnya diawali identifikasi pasangan usia
subur, kesertaan dalam mengikuti KB, hingga pemilihan alat kontrasepsi KB
yang cocok untuk dikonsumsi peserta KB. Setelah itu, data dianalisis untuk
menemukan signifikansi dalam upaya mencapai tujuan, yakni membina
keluarga saki>nah mawaddah wa rah}mah. Mengenai pemilihan alat
kontrasepsi, meskipun dalam kesimpulannya dikatakan bahwa proses KB ini
sejalan dengan ajaran Islam, namun Ahmad Husnan tidak menyinggung
secara rinci tentang kebolehan menggunakan ragam alat kontrasepsi dan
metodenya, termasuk mengenai alat kontrasepsi menggunakan ekstrak
Gandarusa.
Skripsi Mukhamad Makhrus yang berjudul “Analisis Hukum Islam
terhadap Vasektomi dan Tubektomi dalam Keluarga Berencana.”27Penelitian
saudara Makhrus ini mengulas lebih dalam tentang metode kontrasepsi
26 Ahmad Husnan, Analisis Hukum Islam Terhadap Pembinaan Keluarga Sakinah Mawaddah wa
Rahmah melalui Program Keluarga Berencana (KB) di Desa Bnagilan, Kec. Bangilan. Kab. Tuban, skripsi pada Jurusan Ahwa>l Al-Syahsiyyah, Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009.
27 Mukhamad Makhrus, Analisis Hukum Islam terhadap Vasektomi dan Tubektomi dalam
12
sterilisasi yang berupa Vasektomi dan Tubektomi. Sebagai bagian dari alat
kontrasepsi, Tubektomi dan Vasektomi perlu dikaji lebih dalam agar status
hukumnya dapat diketahui. Kesimpulan Makhrus dari penelitiannya adalah
kontrasepsi KB menggunakan kedua alat tersebut diperbolehkan dalam
kondisi darurat. Diskursus perbedaan pendapat juga sempat mewarnai bagian
akhir dari analisis penelitian ini hingga Makhrus mempersilahkan kepada
umat Islam untuk mengikuti pendapat yang memperbolehkan atau yang
mengharamkan menurut kadar kuat lemahnya dalil dan eksistensi mas}lah}ah
yang menyertainya.
Dari beberapa karya tulis yang diatas ada beberapa perbedaan yaitu,
perbedaannya terletak pada analisis terhadap alat KB, karya tulis ini lebih
menganalisis terhadap pandangan ulamanya sedangkan karya ilmiah diatas
lebih ke Hukum Islamnya.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device
(IUD) dalam Keluarga Berencana.
2. Untuk mengetahui pandangan ulama NU Kabupaten Lamongan dalam
perspektif maqa>s}id al-shari>’ah terhadap penggunaan Intra Uterine Device
13
G. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
berguna, paling tidak mencakup dua aspek:
1. Aspek keilmuan (teoritis), hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang kontrasepsi Intra
Uterie Device (IUD) berikut analisis Hukum Islamnya. Selain itu,
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah sekaligus bahan
penelitian selanjutnya.
2. Aspek terapan (praktis), yakni dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
ulama, tokoh agama atau pihak-pihak yang berwenang di BKKBN dan
petugas KB lapangan dalam pemberian bimbingan atau saran-saran yang
berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, juga menambah sedikit
wawasan mengenai IUD penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
kajian ilmiah sekaligus bahan penelitian selanjutnya.
H. Definisi Oprasional
Pandangan Ulama : adalah pendapat ulama yang di dasari oleh
ilmu atau pengetahuan tentang aturan Islam
dan Intra Uterine Device (IUD), Spiral yang
dikenal juga dengan nama Alat
Kontrasepsei Dalam Rahim (AKDR).
Nahdlatul Ulama : adalah organisasi didirikan tahun 1926 di
14
berpusat di pesantren-pesantren, organisasi
ini memiliki wawasan keagamaan yang
berakar pada tradisi keilmuan tertentu,
berkesinambungan menelusuri mata rantai
historis sejak abad pertengahan, yaitu apa
yang disebut ahlusunnah wal jamaah.
Pandangan ini menekankan pada tiga
prinsip yaitu mengikuti faham Asy’ariyah
dan Maturidiyah dalam bidang teologi,
mengikuti salah satu dari mazhab empat
dalam bidang fikih, dan mengikuti faham
al-Junaid dalam bidang tasawuf.28
Intra Uterine Device : adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) dalam Keluarga Berencana yang
merupakan salah satu Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR). Alat kontrasepsi
yang pemasangan di dalam rahim yang
mengandung hormon pencegah kehamilan.
Kontrasepsi ini pemakainnya dimasukkan
kedalam rahim. Bentuknya bermacam–
macam, ada yang terbuat dari plastik halus,
28
Abdurrahman Wahid, “Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia Dewasa ini”. Prisma, nomer4,
15
ada yang dililit dengan tembaga, adapula
yang dililit dengan tembaga bercampur
perak, dan ada juga yang mengandung
hormon pencegah kehamilan.29
Keluarga Berencana : adalah gerakan untuk membentuk keluarga
yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran dengan perencanaan jumlah
keluarga dengan pembatasan kelahiran
dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi
untuk menanggulangi kelahiran sepert,
Kondom , Pil, IUD dll.30
Maqa>s}id al-Shari>’ah : adalah tujuan-tujuan dari pensyariatan
hukum yang dibuat oleh sha>ri’ sebagai
pembuat hukum yang bisa terealisasi
dengan mewujudkan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, nasab dan harta.31
I. Metode Penelitian
Agar penulisan skripsi menghasilkan kualitas pengetahuan mengenai
penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana berikut pandangan ulama NU
29 Ibid.
30
Badan Koordinasi Keluarga Berencana , Jakarta 1992.
31
16
kabupaten Lamongan, penulis perlu untuk mengemukakan metode penelitian
yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Terkait dengan penelitian yang membahas tentang pandangan Ulama
terhadap penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana, maka data yang
dikumpulkan berupa:
a. Data tentang IUD dalam Keluarga Berencana.
b. Data tentang penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana.
c. Data tentang dasar Hukum Islam dalam penggunaan IUD.
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah dari
mana data dapat diperoleh.32 Data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah bersumber pada kepustakaan, kecuali dalam beberapa hal terkait
dengan medis yang perlu digali dari para pakar atau peneliti yang
mengerti dengan objek penelitian.
Oleh karena itu, penelitian ini memiliki sumber data sebagai berikut:
a. Sumber primer
Sumber primer bisa diartikan sebagai sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber utama melalui penelitian.33 Sumber primer
penelitian ini di antaranya adalah:
1) Keterangan dari pihak BKKBN.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. 13 (Jakarta: Rineka
cipta, 2006), 129.
33
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
17
2) Keterangan dari pihak PC NU Kabupaten Lamongan.
3) Wawancara Pengguna.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber data yang diperoleh bukan
dari sumber pengarangnya langsung atau data pendukung.34 Di antara
data yang dijadikan sumber sekunder adalah:
1) Abd Rahim Umran, Islam dan KB.
2) Hanafi Hartanto, KB dan Kontrasepsi.
3) BKKBN, Pedoman Kerja Pengelola Program KB Dan Institusi
PPKBD Propinsi Jawa Timur.
4) Sawarno Prawirohardjo, Teknologi Kontrasepsi Terkini.
5) Dokumentasi Bahsul Masail tentang KB.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pustaka ini, pengumpulan data dilakukan oleh
penulis melalui teknik dokumenter. Yakni menghimpun data yang
merujuk langsung pada objek penelitian. Melalui dokumentasi ini, peneliti
menggunakan penelaan bacaan yang sesuai dengan objek penelitian yakni
penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana secara umum, serta secara
khusus mengenai pandangan Ulama NU terhadap penggunaan IUD dalam
Keluarga Berencana.
Dengan demikian, untuk mencapai semua itu, data yang dihimpun
dalam penelitian ini ditelusuri melalui laporan penelitian, dan buku-buku
34
18
ilmiah serta catatan-catatan atau arsip yang diterbitkan maupun tidak
oleh BKKBN dan pihak atau instansi lain semisal perguruan tinggi. Data
ini dijadikan sebagai instrumen untuk memahami penggunaan IUD dalam
Keluarga Berencana. Lebih lanjut, data hasil telaah pustaka tersebut
dianalisis dengan Hukum Islam mengenai penggunaan IUD dalam
Keluarga Berencana.
Teknik pengempulan data yang lain adalah dengan wawancara. Hal
ini tidak lain di dasari argumentasi bahwa objek penelitian ini merupakan
wilayah medis atau, lebih spesifik dikatakan, rekayasa reproduksi. Maka
untuk mengumpulkan data dibutuhkan teknik lain, yakni wawancara.
Wawancara dilakukan oleh peneliti pada pakar atau peneliti yang
mengerti pada objek penelitian dengan dasar argumentasi bahwa
keterangan dari hasil wawancara tersebut turut berkontribusi dalam upaya
mengetahui objek penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Konsep dasar adanya analisa data adalah proses mengatur
urutan-urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian data.35 Untuk memenuhi konsep dasar analisa data ini
peneliti melakukan analisis secara lengkap, yakni secara mendalam dari
35 Konsep dasar akan pengertian analisa data ini merupakan sintesis yang dilakukan Lexy J.
Moleong terhadap definisi Patton maupun Bogdan dan Taylor. Lihat Lexy. J Moleong,
19
berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian sehingga tidak ada yang
terlupakan.36
Praktisnya, setelah data yang diperlukan terkumpul, maka penulis
akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode analisis
deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.37
Selanjutnya, data diolah dan dianalisis kembali dengan pola pikir
deduktif, yakni berangkat dari hal-hal yang bersifat umum tentang
Maqa>s}id al-Shari>’ah yang digunakan untuk menganalisis hal-hal yang
bersifat khusus yaitu penggunaan IUD dalam Keluarga Berencana,
kemudian ditarik kepada sebuah kesimpulan.
J. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini membutuhkan sistematika pembahasan agar lebih
memudahkan dalam pemahaman serta penulisan skripsi. Oleh karena itu,
penulis akan memaparkan sistematika pembahasan penelitian ini menjadi lima
bab di mana masing-masing bab akan memuat sub-sub bab sebagai penguat
pembahasannya. Secara umum, sistematika pembahasan penelitian ini sebagai
berikut:
36 Abdul kadir Muh}ammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004),
172.
20
Bab pertama berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua yang akan memuat penjelasan mengenai, Keluarga Berencana,
kontrasepsi, Maqa>s}id al-Shari>’ah. Bab ini nantinya akan digunakan sebagai
pisau analisis dalam penelitian ini.
Bab ketiga, bab ini berisi tentang data temuan lapangan yang meliputi:
IUD, struktur organisasi NU Kabupaten Lamongan dan pandangan Ulama NU
Kabupaten Lamongan peggunaan IUD dalam Keluarga Berencana. Bab ini
nantiya akan digunakan sebagai objek dari penelitian dalam penelitian ini.
Bab keempat, berisi tentang jawaban atas rumusan masalah yang meliputi
deskripsi tentang penggunaan Intra Uterine Device (IUD) secara medis dan
pandangan ulama NU Kabupaten Lamongan dalam perspektif maqa>s}id
al-shari>’ah terhadap penggunaan Intra Uterine Device (IUD) dalam Keluarga
Berencana.
BAB II
KELUARGA BERENCANA (KB) ALAT KONTRASEPSI DAN MAQA<S{ID AL-SHARI<’AH
A.Pengertian Keluarga Berencana
1. Pengertian KB
Keluarga berencana adalah istilah resmi yang dipakai dalam
lembaga-lembaga Negara kia seperti Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Istilah KB mempunyai arti yang sama dengan istilah
yang umum dipakai di dunia internasional yakni Family Planning.
Keluarga Berencana (KB) atau family Planning (Planned Parenthood)
atau tanz}imu al-nasl (pengaturan keturunan atau kelahiran) mempunyai arti
pasangan suami isteri yang telah mempunyai perencanaan yang konkrit
mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir
disambut dengan rasa gembira dan syukur.1 KB dititikberatkan pada
perencanaan, pengaturan, dan pertanggungjawaban orang tua terhadap
anggota keluarganya, agar secara mudah dan matematis dapat mewujudkan
suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Untuk itu dilakukan berbagai
cara atau upaya agar dalam kegiatan hubungan suami istri (senggama)
tidak terjadi kehamilan (ovulasi).2
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan KB adalah pengaturan
rencana kelahiran dengan melakukan suatu cara atau alat yang dapat
mencegah kehamilan. KB bukanlah Birth Control atau tahdid al-nasl yang
1
Masjfuk zuhdi , Masail Fiqiyah; Kapita Selekta Hukum Islam, h.55.
2
22
konotasinya pembatasan atau pencegahan kelahiran, yang mana
bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu memperbanyak keturunan.3
Bagi keluarga yang telah menganggap cukup jumlah anaknya maka
KB berarti membatasi atau mencegah kehamilan, sedangkan bagi keluarga
yang masih menginginkan anak, KB berarti penjaragan kehamilan.4
Kalau seorang muslim melakukan KB dengan motivasi yang hanya
bersifat pribadi (Individual Motivation), misalnya ber-KB untuk
menjarangkan kehamilan/kelangsigan badan si istri, hukumnya boleh saja,
tetapi kalau seorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersifat
pribadi seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga mempunyai sifat yang
kolektif dan nasional (Colelective/National Motivation), seperti untuk
kesejahteraan masyarakat/negara, maka hukumnya bisa sunnah atau wajib
tergantung pada keadaan.
Adapun pengertian KB sekurang-kurangnya ada 4 (empat) rumusan,
yaitu:
a. KB adalah pengaturan penjarangan kehamilan untuk kesejahteraan dan
bukan berarti pencegahan kehamilan untuk membatasi keluarga. yakni
mengeluarkan sperma diluar lubang rahim, tentunya ini dengan
kesepakatan suami-istri. Dengan menggunakan kondom sebagai
alatnya. Mengatur waktu, maksudnya kapan waktu subur bagi waita
untuk melakukan persetubuhan.
3 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqiyah, Kapita Selekta, h. 56.
4
23
b. KB tidak boleh dilakukan dengan pengguguran kandungan, juga tidak
boleh merusakkan atau menghilangkan bagian tubuh.
c. KB merupakan masalah perseorangan (suka rela) dan bukan merupakan
massal atau dipaksakan dan harus ada persetujuan suami-istri yang
bersangkutan.
d. Perencanaan keluarga harus ditujukan dan diarahkan kepada
pembentukan kebahagian suami-istri, kesejahteraan keluarga, keturunan
yang sehat, kuat jasmani dan rohani serta akal, ilmu, da juga iman,
pembinaan masyarakat, bangsa serta pembangunan Negara dengan
mengharapkan rid}ha Allah SWT>.5
Dalam pelaksanaannya, KB mempergunakan metode-metode dengan
cara IUD/Spiral yang merupakan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
bagi wanita dengan dilakukan oprasi kdengan cara peletakkan IUD dalam
Rahim untuk mencegah Sperma masuk dalam rahim.6
Setiap rumah tanggabebas menentukan jarak dan jumlah anak yang
akan dilahirkan, tetpi jangan sampai lupa bahwa ada tanggung jawab yang
besar terhadap anak-anak yang dilahirkan tersebut. Sangat diharapkan
seorang ibu hamil dalam lingkungan yang harmonis demi kebaikan suami
istri dan anak yang dilahirkan. Karena itu, sangat penting memahami cara
pencegahan kehamilan dengan benar, saat sebelum menginginkan anak,
perlu dilakukan pencegahan.
Adapun KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
5
Masjfuk Zuhdi, Masail fiqhiyah, h. 55.
6
24
a. Kehamilan terlalu dini : perempuan yang hamil tatkala umurnya belum
mencapai 17 tahun terancam kematian pada waktu melahirkan karena
tubuhnya belum matang untuk melakukan persalinan. Resiko yang sama
juga mengancam bayinya.
b. Kehamilan terlalu tua : perempuan yang usianya terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan juga terancam resiko kematian dan dapat
menimbulkan masalah-masalah kesehatan lainya.
c. Kehamilan terlalu berdekatan jaraknya : kehamilan dan persalinan
meuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kehamilan
degan jarak berdekatan dengan kehamilan lainya mengundang bahaya
kematian ibu.
d. Terlalu serig hamil dan melahirkan : pendarahan hebat dan berbagai
macam masalah kesehatan yang mengancam kematian ibu dapat terjadi
pada ibu yang sering hamil dan melahirkan.7
2. Tujuan KB
Secara umum tujuan KB berdasalkan pengertian KB dan
Problem-problem yng ditimbulkan dari beberapa faktor maka program KB
dipandang akan membawa manfaat. Program KB bertujuan untuk
menciptakan suatu norma ketengah-tengah masyarakat agar timbul
kecederungan untuk menyukai berkeluarga kecil dengan motto “dua orang
anak lebih baik, tiga orang stop, laki-laki atau perempuan sama saja”
25
sehingga melembaga dan merasa bangga jumlah keluarga yang relatif kecil
yaitu catur warga atau panca warga.8
Dengan jumlah keluarga yang kecil yaitu catur warga atau panca
warga dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian keluarga, terutama
masalah kesehatan ibu dan anak. Seorang ibu yang sering melahirkan dapat
mengundang berbagai resiko gangguan kesehatan, berupa kurang darah
(anemia), hypertensi, penyakit jantung, dan sebagainya.9 Disamping itu
dengan ber-KB dapat menekan angka kematian ibu, terutama jika program
tersebut berhasil menurunkan tingkat kesuburan.10
Dan secara khusus program KB mempunyai beberapa tujuan yang
dipandang akan membawa kemaslahata dan mencegah kemadharatan yaitu
mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna menghasilkan
generasi yang tangguh dimasa yang akan datang.11 Dan secara psikologis
akan ada ketenangan serta mawaddaah warahmah antara suami dan istri,
hal ini merupak pendidikan dasar bagi anak-anak.12
3. Keuntungan dan Kelebihan KB
Dalam pelaksanaannya KB dapat dilakukan dengan menggunakan,
Tisu KB, Pil KB, atau suntikan KB, tetapi yang sering kita ketahui dalam
kehidupan rumah tangga adalah degan meggunakan PIL dan suntikan KB.
Dalam pelaksanaan KB terdapat keuntungan dan kekurangan antara lain:
8 Nur Asiyah, Tinjauan Hukum Islam terhadap Sterilisasi (Tubetktomi) Bagi Perempuan Yang
Menderita Epilepsi” h, 32.
9 Chuzaimah, Y. Yanggo. h. 144.
10Erika Roystone, “Pencegah Kematian Ibu Hami”l, h. 195.
11 IMS-MAJ, Ensiklopedi Hukum Islam III, h.884.
26
e. Keuntungan
1) Bagi orang yang sedang menyusui, tersedia PIL atau suntikan
khusus yang mengandung Progesteron saja, yang tidak mengganggu
kelancaran Air Susu Ibu (ASI).
2) Dapat mencegah kekurangan darah dan kanker rahim.
3) Membuat haid dapat teratur.
4) Reversibilitas sangat tinggi.
5) Jika menginginkan kehamilan maka suntikan atau Pil KB dapat
dihentikan.
f. Kelebihan
1) Perlu kedisplinan pemakai (harus secara teratur dalam
penggunaannya).
2) Dapat mengganggu ASI kalau Pil yang mengandung estrogen pada
saat menyusi.
3) Dapat meningkatkan resiko infeksi klamedia.
4) Dapat diperoleh setelah konsultasi dengan dokter atau bidan.
5) Bisa juga dapat mengganggu memperlambat haid, haid tidak teratur,
dan bercak-bercak pendarahan diluar haid.13
13
27
B.Pengertian Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi telah diuraikan oleh para ahli bidang medis. Secara
ringkas, kontrasepsi dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan.14 Dalam pengertian praktis, Pius A Partanto memaknai kontrasepsi
sebagai pencegahan kehamilan dengan alat.15 Sementara ahli kependudukan
David Lucas, dalam sebuah artikelnya “Fertilitas”, mencantumkan arti sempit
kontrasepsi sebagai metode mekanik dan kimiawi untuk mencegah
kehamilan.16
Kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah kehamilan memiliki syarat di
antaranya adalah17:
1. Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2. Tidak ada efek samping yang merugikan.
3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol ketat selama
pemakaiannya.
6. Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit.
7. Harga murah dan dijangkau oleh masyarakat
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
14 Atika Proverawati et.al, Panduan Memilih Kontrasepsi;Langkah Lengkap dengan Panduan
Praktek Pemasangan dan Penggunaannya, (Yogyakarta:Nuha Medika, 2010), 1
15 Pius A Partanto dan M Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:Arkola,1994), 369
16 David Lucas et al.,Pengantar Kependudukan, (Yogyakarta:Gadja Mada University Press,1995),
62
28
Dari syarat kontrasepsi di atas, kontrasepsi ideal setidaknya memiliki ciri
sebagai berikut: berdaya guna, aman, murah, estetik, mudah didapatkan, tidak
memerlukan motivasi terus menerus, dan efek samping minimal.18
C.Macam Metode dan Alat Kontrasepsi
Menurut data yang dikeluarkan BKKBN Provinsi Jawa Timur, terdapat
enam kelompok metode kontrasepsi dengan varian alat kontrasepsinya,
yakni19:
1. Metode Perintang, yakni metode yang bekerja dengan menghalangi
pertemuan antara sel sperma dan sel telur ketika melakukan hubungan
seksual (merintangi pembuahan). Varian metode ini adalah kondom, baik
untuk laki-laki maupun perempuan, serta spermisida. Spermisida adalah
pembunuh sperma20, semacam zat kimiawi berbahan surfaktan nonionic
yang digunakan oleh perempuan untuk menghancurkan sperma sebelum
masuk ke dalam rahim dan membuahi sel telur.
2. Metode Hormonal. Metode ini bekerja dengan cara mengganggu produksi
sel telur dan kesuburan rahim. Cara kerjanya dengan mencegah indung
telur mengeluarkan sel-sel telur, mempersulit pembuahan, menjaga agar
dinding rahim tidak mendukung terjadinya kehamilan yang tidak
dikehendaki. Produksi sel telur yang tidak sempurna tidak akan bisa
dibuahi oleh sel sperma, dan rahim yang tidak subur mustahil bisa
18 Atikah Proverawati et.al, Panduan Memilih Kontrasepsi, 2
19“Keluarga Berencana dan Alat KB” dalam www.bkkbnjatim.Com/
Rubrik.Php?Id_Rubrik=36&Reat=2. Diakses pada tangga14 September 2014
29
menerima calon bayi yang akan menempel pada dinding rahim sehingga
tidak terjadi kehamilan.
3. Metode Intra Uterine Device (IUD/Spiral). Metode ini menggunakan
alat-alat yang dimasukkan ( di tanam ) ke dalam rahim yang berguna untuk
mencegah terjadinya penempelan sel telur pada dinding rahim atau
menangkal pembuahan sel telur oleh sperma.
4. Metode Sterilisasi. Metode ini bekerja dengan cara melakukan
pemutusan/pengikatan saluran sel sperma pada laki - laki (vasektomi) dan
pemutusan /pengikatan saluran sel telur pada perempuan(tubektomi).
5. Metode Alami. Metode ini digunakan tanpa alat bantuan sama sekali.
Metode ini hanya untuk mengetahui kapan masa subur sehingga pasangan
bisa menghindari hubungan seks pada saat itu. Metode ini sangat berisiko
dan ketepatannya sangat diragukan.
6. Metode Darurat. Metode - metode darurat adalah cara menghindari
kehamilan setelah terlanjur melakukan hubungan seksual tanpa pelindung.
Secara lebih sederhana, Dyah Noviawati dan Sujiatini membagi metode
kontrasepsi menjadi dua, yakni Metode Sederhana, dengan/tanpa alat, dan
Metode Modern yang terdiri dari kontrasepsi hormonal, IUD (Intra Uterine
Devices), dan sterilisasi.21
Dalam literatur yang lain, metode kontrasepsi dapat diklasifikasikan
menjadi empat22, yaitu:
21 Dyah Noviawati dan Sujiatini, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini,Cet.II
(Yogyakarta:Mitra Cendikia Press,2009), 51-174
30
1. Metode alami, disebut pula Folk Methods. Metode ini terdiri dari coitus
interaptus, post coital douche, dan prolonged lactation.
2. Metode tradisional (tradtional methods) yang terdiri dari Pantang berkala,
Kondom, Diafragma vaginal, dan Spermatisida.
3. Metode modern (modern methods) yang terdiri dari Pil KB, Suntik KB,
dan IUD.
4. Metode Permanen Operatif (permanent-operative methods) yang berupa
Tubektomi dan Vasektomi.
D. Pengertian Maqa>s}id al-Shari>’ah
1. Pengertian Maqa>s}id al-Shari>’ah
Maqa>s}id al-Shari>’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam
merumuskana hukum – hukum Islam. Tujuan itu dapat di telusuri dalam
ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai alasan logis bagi
rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada kemaslahatan umat
manusia.23
Abu Ishaq al-Syatibi melaporkan hasil penelitian para ulama terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah bahwa hukum-hukum
disyariatkan Allah untuk mewujudkan kemaslahatan umat mausia, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Kemaslahatan yang akan diwujudkan itu
menurut asl-Syatibi terbagi kepada tiga tingkatan, yaitu kebutuhan
D}aru>riyah, kebutuhan Ha>jiyah, dan kebutuhan Tah}si>niyah.
23
31
a. D}aru>riyah (Primer)
Yang dimaksud d}aru>riyah adalah mas}lah}ah yang yang berkorelasi
erat dengan terjaganya kehidupan agama dan dunia, sehingga
stabilitas kemaslahatan agama dan dunia itu sangat tergantung pada
terealisasinya mas}lah}ah da}ruriyah itu24. Mas}}lah}}ah d}a}ru>riyah ini
termanifestasi dalam penjagaan yang sangat utuh terhadap lima hal,
agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Mas}}lah}}ah d}a}ru>riyah dalam
hal ini termanifestasi dalam penjagaan yang sangat utuh terhadap
lima hal, agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Rinciannya
sebagaimana berikut. Dalam hal penjagaan agama, Allah
mensyariatkan kewajiban beriman pada rukun-rukun agama, adanya
kewajiban sholat, zakat, haji, puasa, termasuk juga pensyariatan
menyiarkan agama Islam, kewajiban jihad jika posisi agama dalam
keadaan terancam, adanya sangsi bagi orang murtad dan
syariat-syariat lainnya yang menjadi tiang agama.
Penjagaan jiwa termanifestasi dalam pensyariatan pernikahan,
termasuk juga adanya perintah untuk memakan makanan yang halal
dan melarang menkonsumsi makanan yang haram. Keturunan dijaga
diantaranya dalam bentuk penyariatan pernikahan secara sah, dan
melarang perbuatan zina dan tindakan aborsi.
Dalam hal penjagaan harta, Allah membolehkan proses transaksi
yang sangat beragam asalkan tidak merugikan salah satu pihak.
32
Begitu juga Allah melarang keras segala bentuk pencurian dan
mensyariatkan sanksi bagi pelaku pencurian tersebut. Sedangkan akal
dijaga diantaranya dalam bentuk penyariatan larangan meminum
minuman-minuman keras dan semacamnya yang bisa membuat
seseorang kehilangan kesadaran.25
b. Ha>jiyah (Sekunder)
Yang dimaksud ha>jiyah adalah mas}}lah}}ah yang dibutuhkan oleh
manusia agar terlepas dari kesusahan dan kesulitan yang akan
menimpa mereka, dan andaikan mas}lah}ah itu tidak terealisasi maka
tidak sampai merusak tatanan kehidupan manusia, akan tetapi hanya
menyebabkan manusia jatuh pada jurang kesulitan dan kesempitan26.
Dalam terminologi al-Ima>m Sha>t}ibi>, mas}lah}ah ha>jiyah ini bisa masuk
pada ranah ibadah, al-‘a>dah , mu’a>malah dan jina>yah.
Dalam bidang ibadah Allah mensyariatkan adanya rukhs}ah
(dispensasi) dalam ibadah-ibadah tertentu jika manusia mengalami
sakit atau dalam keadaan safar (perjalanan). Contoh konkritnya
ketika seseorang sedang melaksankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan, maka ketika dalam keadaan sakit dia boleh untuk
menghentikan puasanya dan berbuka.
Dalam hal al-‘a>dah, syariat Islam membolehkan memburu
binatang dan mengkonsumsi makanan-makanan baik yang halal,
25Abdu al-Kari>m Zaida>n Tahqi>q, al-Waji>z fi> Ushu> al-Fiqh, (Beiru>t : Muassasat al-Risa>lah Riyadl,
2011), 379-380.
26
33
begitu juga dibolehkan menggunakan pakaian, rumah dan kendaraan
yang sah dimata hukum Islam. Pada ranah mu’a>malah, Allah
mensyariatkan kebolehan transaksi-transaksi perdata yang bisa
menguntungkan kedua belah pihak dan tidak merugikan salah satu
pihak, seperti akad pinjam meminjam, akad pesanan dan akad
lainnya. Sedangkan pada bidang jina>yah ada syariat seperti menolak
hukuman (had) karena adanya ketidak jelasan (shubha>t) dan
kewajiban membayar diya>t kepada keluarga korban pada kasus
pembunuhan secara tidak sengaja.27
c. Tah}si>niyah (Tersier)
Tah}si>niyah adalah mas}lah}ah yang menjadikan kehidupan
manusia berada pada keunggulan tingkah laku dan baiknya adat
kebiasaan serta menjauhkan diri dari keadaan-keadaan yang tercela
dan tidak terpuji. Namun yang perlu digaris bawahi di sini, dengan
tidak terealisasinya mas}lah}ah tah}si>niyah ini tidak sampai
mengakibatkan pada rusaknya tatanan kehidupan dan tidak
menyebabkan manusia jatuh pada jurang kesempitan dan
kesulitan.28Sama halnya dengan mas}lah}ah ha>jiyah, tah}si>niyah juga
masuk dalam ibadah, al-‘a>dah, mu’a>malah dan jina>yah. Dalam
bidang ibadah syariat Islam mewajibkan menutup aurat dan
mensunnahkan perbuatan-perbuatan sosial seperti sodaqoh. Dalam
hal ‘a>dah, disunnahkan melaksanakan adab dan tata cara makan dan
27Al-Sha>t}ibi>, al-Muwa>faqa>t fi> Ushu>l al- Shari>’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, t.th.), 222.
28
34
minum yang baik, seperti menggunakan tangan kanan untuk makan.
Pada ranah mu’a>malah Allah menyariatkan larangan jual beli barang
najis dan melarang perbuatan isra>f. Sedangkan dalam hal jina>yah
anak dalam peperangan.
2. Komponen-komponen Maqa>s}id al-Shari>’ah dan Tingkatannya
As-Syatibi menyebutnya dengan istilah Maqasid al-khamsah, jika
dikorelasikan dengan peringkat ashl hukum menurut al-Juwaini maka bisa
disusun sebagai berikut:
a. Hifdz ad-Din (memelihara agama)
Pemeliharaan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam
sebabnya adalah karena agama meruapakan pedoman hidup manusia,
dan didalam Agama Islam selain komponen-komponen akidah yang
merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syariat yang
merupakan sikap hidup seorang muslim baik didalam berhubungan
dengan Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain
dan benda dalam masyarakat. Karena itulah maka hukum Islam wajib
melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan menjamin
kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut keyakinannya.
FirmanNya dalam surat Asy-Syura’:13:
35
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”29
Hifd ad-Din memiliki tiga tingkatan:
1) D}aru>riyah (Primer) : yaitu kebutuhan yang esensial bagi
kehidupan manusia. Contoh menjalankan sholat lima waktu.
2) Ha>jiyah (Sekunder) : yaitu kebutuhan yang dapat menghindarkan
manusia dari kesulitan dalam hidupnya. Contohnya menjalankan
sholat jama’ qashar.
3) Tah}si>niyah (Tersier) : yaitu kebutuhan yang menunjang
peningkatan martabat dalam masyarakat dan dihadapan
tuhannya, sesuai dengan ketaatan. Contohnya menutup aurat.30
b. Hifd an-Nafs (Memelihara Jiwa)
Untuk tujuan ini, Islam melarang pembunuhan dan pelaku
pembunuhan diancam dengan hukuman qhishas (pembalasan yang
seimbang), sehingga denga demikian diharapkan agar seorang
sebelum melakukan pembunuhan, berfikir panjang karena apabila
orang yang dibunuh itu mati, maka sipembunuh juga akan mati atau
jika orang yang dibunuh itu tidak mati tetap hanya cidera, maka si
pelakunya akan cidera. Mengenai hal ini firman Allah swt dalam QS
al-Qur’an al-Baqarah ayat 178-179 yang berbunyi:
29
Wahbah az-zuhaili. Ushul al-fiqh al-Islam. Damaskus : Dar Al-Fikr. 1986. h. 1014.
30
36
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishas berkenan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pema’afan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal supaya kamu bertaqwa”.31
Hifd an-Nafs memeliki tiga tingkatan :
1) D}aru>riyah (Primer) : contohnya memakan bangkai dalam
keadaan terpaksa.
2) Ha>jiyah (Sekunder) : contohnya berburu, menikmati makanan
yang lezat.
3) Tah}si>niyah (Tersier) : contohnya tatacara sopan santun.32
c. Hifdz Al- Aql (Memelihara Akal)
Manusia adalah makhluk Allah ta’ala ada dua hal yang
membedakan manusia dengan makhluk lain. Pertama, Allah SWT
31
Wahbah az-zuhaili. Ushul al-fiqh al-Islam. Damaskus : Dar Al-Fikr. 1986. h. 1014.
32
37
telah menajadikan manusia dalam bentuk yang paling baik,
dibandingkan dengan bentuk makhluk-makhluk lain. Hal ini terdapat
pada Al-Qur’an at-Tiin ayat 4:
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.
Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak akan ada gunanya, kalau
tidak ada hal yang kedua yaitu akal. Hal ini terdapadat dalam QS.
At-tiin ayat 5-6:
“Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal saleh. Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Jadi, akal paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu
Allah SWT selalu memuji orang yang berakal. Hal ini terdapat pada
QS. Al Baqarah ayat 164:
38
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan numi sesudah mati (keringNya) dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”33
Hifdz Al- Aql mempunyai tiga tingkatan :
1) D}aru>riyah (Primer) : contohnya haramnya minuman keras.
2) Ha>jiyah (Sekunder) : menuntut ilmu.
3) Tah}si>niyah (Tersier) : menghindari mengkhayal/ sesuatu yang
tidak berfaedah.34
d. Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)
Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah dengan
mensyariatkan pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan
siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara perkawinan
itu dilakukan dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi,
sehingga perkawinan itu dianggap sah dan pencampuran antara dua
manusia yang berlainan jenis itu dianggap tidak sah dan menjadi
keturunan sah dari ayahnya. Dan tidak melarang hal itu saja tetapi
melarang hal-hal yang dapat membawa kepada zina.35
Hifdz An-Nasb mempunyai tiga tingkatan:
33
Wahbah az-zuhaili. Ushul al-fiqh al-Islam. Damaskus : Dar Al-Fikr. 1986. h. 1015.
34
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008),237
35
39
1) D}aru>riyah (Primer) : contohnya disyariatkannya nikah dan
haramnya zina.
2) Ha>jiyah (Sekunder) : contohnya menyebutkan mahar pada waktu
aqad.
3) Tah}si>niyah (Tersier) : contohnya khitbah/walimah.36
e. Hifdz al-Ma>l (Memelihara Harta Benda dan Kehormatan)
Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik
Allah ta’ala, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja.
Meskipun demikian Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh
karena manusia itu manusia sangat tamak kepada harta benda,
sehingga mau mengusahakannya dengan jalan apapun, maka Islam
mengatur supaya jangan sampai terjadi bentrokan antara satu sama
lain. Untuk ini Ismal mensyariatkan peraturan – peraturan mengenai
muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai menggadai, dan
sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada
orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya, harta
yang dirusak oleh anak-anak yang dibawah tanggungannya, bahkan
yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun.37
Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin
dalam firmaNya:
36
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008),237
37
40
<