Jakarta, 24 Januari 2008 Nomor : S.56/ Menhut-I I / RK/ 2008
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Hal : Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2008
Kepada yth. :
Bupati Kabupaten Penerima DAK Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2008
(Daftar terlampir) Di Tempat
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 142/ PMK.07/ 2007 tanggal 20 November 2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2008, dengan ini disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. DAK Bidang Kehutanan merupakan salah satu dari 11 bidang DAK yang dialokasikan oleh Pemerintah mulai tahun 2008. Mulai tahun ini terdapat 100 Kabupaten yang ditetapkan untuk menerima alokasi DAK bidang kehutanan. 2. Besaran alokasi kabupaten penerima DAK bidang kehutanan tahun anggaran
2008 adalah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/ PMK.07/ 2007 tanggal 20 November 2007.
3. Kebijakan umum penggunaan DAK bidang kehutanan adalah untuk meningkatkan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam rangka perlindungan dan pengendalian bencana alam, serta meningkatkan fungsi hutan mangrove atau hutan pantai guna melindungi wilayah pesisir dari bencana alam
4. Kriteria penetapan alokasi DAK Bidang Kehutanan adalah sebagai berikut: a. Pada wilayah kabupaten tersebut terdapat hutan dan lahan kritis yang
relatif luas, sehingga berpotensi dapat menimbulkan bencana alam seperti banjir dan longsor pada waktu musim hujan, serta kekeringan dan kebakaran lahan pada musim kemarau.
b. Pada wilayah kabupaten tersebut terdapat hutan mangrove/ hutan pantai yang relatif luas dan kondisinya telah terdegradasi, sehingga berpotensi dapat menimbulkan kerusakan apabila terjadi bencana badai, abrasi, intrusi air laut, dan tsunami.
ii dilakukan dengan memperhatikan Rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di wilayah masing-masing serta mempertimbangkan azas prioritas dan strategis.
5. Pelaksana kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan sumber DAK bidang kehutanan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten yang membidangi kehutanan. Operasionalisasi pelaksanaan kegiatan agar dilakukan secara tertib mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Sebagai acuan bagi SKPD dalam pelaksanaan DAK bidang kehutanan dengan ini disampaikan Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Tahun Angaran 2008 (terlampir).
Demikian disampaikan dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
An. MENTERI KEHUTANAN Sekretaris Jenderal,
Ttd.
BOEN M. PURNAMA NI P.080037272 Tembusan kepada yth:
1. Menteri Kehutanan (sebagai laporan)
2. Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas, cq Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
3. Menteri Dalam Negeri, cq. Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah
4. Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan 5. I nspektur Jenderal Dephut
6. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Dephut 7. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi/ yang membidangi Kehutanan Propinsi
penerima DAK.
1 LAMPI RAN
Surat Menteri Kehutanan
Nomor : S.56/ Menhut-I I / RK/ 2008 Tanggal : 24 Januari 2008
PETUNJUK TEKNI S
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS ( DAK) BI DANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2008
I . TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan
Tujuan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2008 adalah untuk meningkatkan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam rangka perlindungan dan pengendalian terhadap bencana alam, banjir, kekeringan dan tanah longsor, serta meningkatkan fungsi hutan mangrove dan pantai untuk mengurangi dampak bencana di pesisir seperti tsunami, abrasi dan intrusi air laut.
Berdasarkan pengalokasian DAK bidang kehutanan kepada pemerintah kabupaten, suatu kabupaten dapat menerima alokasi DAK untuk tujuan peningkatan fungsi DAS prioritas atau tujuan peningkatan fungsi hutan mangrove dan pantai, atau kedua tujuan tersebut secara bersama-sama, sesuai dengan kondisi geografis wilayah kabupaten.
Apabila di dalam wilayah kabupaten yang menerima alokasi DAK bidang kehutanan terdapat lahan kritis yang relatif luas dan hutan mangrove/ pantai terdegradasi yang juga relatif luas, maka DAK bidang kehutanan yang dialokasikan untuk kabupaten tersebut dapat dipergunakan untuk kedua tujuan secara bersamaan. Bilamana pada wilayah kabupaten penerima DAK bidang kehutanan terdapat salah satu kondisi dimana terdapat lahan kritis atau terdapat hutan mangrove/ pantai yang telah terdegradasi relatif luas, maka alokasi DAK tersebut dapat diarahkan penggunaannya pada salah satu tujuan secara tersendiri.
B. Sasaran
Sasaran lokasi untuk kegiatan DAK bidang kehutanan meliputi kawasan hutan dan bukan kawasan hutan dengan memperhatikan prioritas pada hutan rusak/ rawang dan lahan kritis pada DAS Prioritas, terutama pada:
1). Bagian hulu DAS yang rawan bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor;
2
3). Daerah resapan air (recharge area) di hulu DAS;
4). Daerah sempadan sungai, mata air, danau, waduk;
5). Bagian hilir DAS di daerah pantai yang rawan terhadap kerusakan akibat bencana tsunami, intrusi air laut dan abrasi pantai.
I I . KETENTUAN UMUM
Dalam petunjuk teknis penggunaan DAK bidang kehutanan Tahun 2008 ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas adalah daerah aliran sungai yang karena kondisinya baik dalam hal adanya degradasi kawasan hutan dan lahan maupun kepentingan lingkungan dan masyarakat, perlu mendapat penanganan yang segera berupa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL);
2. Lahan kritis adalah Lahan tidak produktif dan tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan perlindungan tanah, dengan kriteria penutupan vegetasi kurang dari 25 % dan ada gejala erosi permukaan dan parit;
3. Hutan rawang adalah areal dalam kawasan hutan yang tidak produktif yang ditandai dengan potensi pohon niagawi kurang dari 20 m³ / ha;
4. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga;
5. Reboisasi adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/ terbuka, alang-alang atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan;
6. Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan anakan pohon pada areal hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon minimal 500 – 700 batang/ ha, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya;
7. Penghijauan adalah kegiatan RHL yang dilaksanakan di luar kawasan hutan;
8. Penghijauan lingkungan adalah usaha untuk menghijaukan lahan dengan melaksanakan penanaman di taman, jalur hijau, halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah, pemukiman, sempadan sungai;