PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI CUBADAK,
KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT
Nurhadi M., Widodo S., Soetoyo, Sulaeman B.
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
Pusat Sumber Daya Geologi,Badan Geologi
SARI
Sistem panas bumi di daerah panas bumi Cubadak terbentuk oleh adanya sisa panas (dapur
magma) yang muncul akibat aktivitas vulkanik yang berupa erupsi celah. Erupsi celah ini
melahirkan tubuh-tubuh intrusi muda di lingkungan graben Cubadak, yang sisa panasnya
menopang aktivitas sistem panas bumi Cubadak. Keberadaan struktur geologi di daerah ini
menjadi media untuk mengalirkan fluida terpanaskan ke permukaan.
Fluida panas bumi di daerah Cubadak ini bersifat klorida-bikarbonat, termasuk kedalam partial
equlibrium yang mencerminkan sebagai fluida dari reservoir. Temperatur bawah permukaan
yang diperkirakan berhubungan dengan reservoir panas bumi diperoleh sebesar 235 oC (entalpi
tinggi).
Batuan penudung berupa batuan teralterasi dengan nilai < 30 ohm-m, tebal > 400 m. Puncak
reservoir diduga berada pada kedalaman >1100 m di bawah permukaan yang digambarkan
dengan zona tahanan jenis rendah >90 ohm-m.
Potensi energi panas bumi di daerah Cubadak sebesar kurang lebih 100 MWe, memungkinkan
untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan pemanfatan langsung, dengan
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Cubadak berada
sekitar 30 km ke arah utara dari Lubuk
Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat,
Indonesia (Gambar 1). Survey panas bumi
daerah Cubadak merupakan program kerja
dari Pusat Sumber Daya Geologi pada
tahun 2008 yang meliputi survei geologi,
geokimia dan geofisika yang dilakukan
untuk menginventarisir data panas bumi
serta mengetahui besarnya potensi
cadangan terduga.
METODOLOGI
Metoda geologi digunakan untuk
mengetahui sebaran batuan secara
vulkanostratigrafi, mengenali gejala tektonik
dan batuan ubahan serta karakteristik fisik
daerah manifestasi. Metoda geokimia
dilakukan untuk mengetahui karakteristik
fluida dan kondisi reservoir panas bumi
sedangkan metoda geofisika dilakukan
untuk membatasi daerah prospek dan
mengetahui kondisi bawah permukaan
beserta sebaran sifat fisikanya. Fokus
pembahasan meliputi studi karakteristik
batuan, fluida dan kondisi geologi bawah
permukaan di sekitar manifestasi. Hasil dari
penyelidikan ini selain untuk mengetahui
karakteristik reservoir dan sistem
pembentukan panas bumi Cubadak juga
dapat digunakan untuk menentukan
besarnya potensi cadangan terduga dan
untuk menentukan tahapan penelitian
selanjutnya.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi yang muncul di daerah
Cubadak terdiri dari komplek mata air
panas Cubadak (1-2-3) dan mata air panas
Sawahmudik. Indikasi terbentuknya sistem
panas bumi juga dicirikan oleh munculnya
fosil alterasi dan silisifikasi yang berada
tidak jauh dari mata air panas Cubadak.
Mata air panas Cubadak 1 dengan
temperatur air panas 74,8 0C pH 6,35
temperatur udara 27,3 0C dan debit 2,0
l/detik, jernih, tawar, terdapat bualan gas,
muncul pada areal persawahan dengan
luas sekitar 3 x 4 m. Mata air panas
Cubadak 2 bertemperatur 68,4 0C, pH
6,84, temperatur udara 27,3 0C dan debit
sebesar 1,0 l/detik, jernih, tawar, beruap,
tidak terdapat endapan sinter, memiliki luas
sekitar 1 x 1 m. Mata air panas Cubadak 3
dengan temperatur 72,7 oC, pH 6,47,
temperatur udara 27,3 °C dan debit
sebesar 1,0 l/detik, jernih, beruap, tawar,
terdapat gelembung udara dan terdapat
fosil sinter silika, berlapis dengan ketebalan
>10 cm. Mata air panas Sawahmudik
37,1°C, pH sebesar 6,64, temperatur udara
23,1 °C dan debit 0,5 l/detik, jernih, tawar,
muncul di areal persawahan. Alterasi
berupa silisifikasi muncul sekitar 300 m dari
komplek air panas Cubadak, bertekstur
rongga yang diisi oleh mineral kuarsa,
berlapis (banded dan colloform) dengan
mineral alterasi serisit, kuarsa sekunder,
epidot, klorit dan oksida besi, serta terdapat
mineral pirit dan veinlet kuarsa. Munculnya
mineral kuarsa – serisit ini menunjukkan
sebagai mineral indeks pada zona filik
dengan kisaran temperatur >300 °C,
epidot – kuarsa menunjukkan mineral
indeks pada zona propilitik dengan kisaran
temperatur 230 - 300°C.
GEOLOGI
Kondisi morfologi daerah Cubadak terbagi
menjadi empat satuan morfologi yaitu
perbukitan terjal, perbukitan bergelombang,
perbukitan landai dan pedataran (depresi
Cubadak) dengan titik tertinggi adalah 1250
m dpl dan titik terendah adalah 250 m dpl.
Periode pembentukan depresi Cubadak
berawal pada Pra-Tersier dengan diawali
pengendapan sedimen (lempung dan
batupasir) pada awal Permian – Karbon,
diiringi oleh pengendapan batugamping di
lingkungan pantai (Cameron et al. 1980).
Pada pertengahan Permian terjadi aktivitas
tektonik awal dan intrusi besar yang
membentuk proses metamorfisme pada
lempung dan batupasir menjadi batusabak
dan kuarsit penyusun Satuan Batusabak
(Pbs). Setelah periode tektonik berakhir
terbentuk pengendapan batugamping dan
vulkanisme terus berlanjut hingga
Pertengahan Triasik. Setelah itu aktivitas
vulkanik berhenti dan mulai pengendapan
batuan sedimen.
Periode tektonik dan vulkanik terjadi
kembali pada Akhir Triasik hingga Awal
Jurasik diikuti oleh magmatisme granodiorit
(Cameron et al. 1980). Akhir Kapur hingga
Pertengahan Eosen deformasi berhenti dan
magmatisme masih berlanjut membentuk
Satuan Intrusi Bukit Rao (Tir) yang berjenis
granodiorit.
Periode tektonik dan magmatisme yang
berulang kali terjadi kemudian
mengakibatkan metamorfisme derajat
rendah pada batugamping menjadi
meta-batugamping (Pmg) dan gamping kristalin
(Pgk), lava andesit menjadi meta-andesit
(Pma). Memasuki Tersier subduksi terjadi
dengan mengendapkan sedimen sejak
Awal Eosen hingga Pertengahan Miosen,
terjadi transgresi. Sedimentasi tidak
berlangsung baik di daerah penelitian,
karena tidak ditemukannya batuan sedimen
Tersier, namun di daerah penelitian
berkembang aktivitas vulkanik yang
membentuk batuan lava andesit Bukit
Godang (Tlg) di bagian barat daya dan
batuan vulkanik lava dasit Bukit
Tampatbulakan (Tlt) di bagian utara.
Satuan ini menutupi sebagian batuan
Pra-Tersier baik di barat daya maupun di timur
laut daerah penelitian.
Terhentinya aktivitas vulkanisme
diakibatkan oleh tektonisme kompresi
dengan arah baratlaut – tenggara yang
berlangsung pada periode Miosen Akhir –
Pliosen. Kegiatan tersebut memicu
terbentuknya sesar-sesar yang searah
Sesar Besar Sumatera di daerah penelitian.
Tektonisme yang terjadi pada periode ini
membentuk horst dan graben terhadap
batuan dasar. Beberapa sesar yang sejajar
seperti Sesar Godang dan Sesar Pinago
membentuk Depresi Cubadak, sesar lain
yang sejajar adalah Sesar Silalang, Sesar
Aersalak. Memasuki Kuarter Depresi
Cubadak diisi oleh batuan vulkanik
rombakan dan vulkanoklastik (Qpc) produk
vulkanisme Tersier. Aktivitas tektonik yang
vulkanisme Kuarter produk Bukit
Godombong (Qlg) yang berkomposisi
basaltik, produk bukit Tombangpinang (Qlt)
yang berkomposisi andesit dan kubah Bukit
Sedang (Qds) berupa obsidian.
Pada masa Plio-Plistosen terjadi kembali
aktivitas tektonik kompresi yang
kemungkinan membentuk sesar Cubadak.
Terhentinya aktifitas tektonik kemudian
menjadikan terbentuknya proses eksogen
berupa pelapukan dan erosional yang
kemudian mengisi depresi Cubadak berupa
hasil rombakan dan proses pengendapan
endapan danau (Qed) yang merupakan
material rombakan dari batuan di
sekelilingnya. Produk endapan ini
kemudian menutupi sebagian satuan aliran
piroklastik Cubadak yang sama-sama
berada dalam zona depresi. Selanjutnya,
proses erosi yang berlangsung sampai saat
ini menghasilkan endapan aluvium (Qal)
seperti yang banyak terdapat di sepanjang
Sungai Batang Pasaman dan Sungai Dolok
Sosopan. (Gambar 2).
GEOKIMIA
Air
Analisis geokimia dilakukan pada sampel
air panas Cubadak 1 – 3 dan air panas
Sawahmudik. Hasil plotting nilai dari unsur
Cl, SO4 dan HCO3 (Gambar 3)
menunjukkan bahwa air panas Cubadak
berada pada zona air klorida - bikarbonat,
ditunjukkan dengan perbandingan nilai Cl
dan HCO3 yang jauh lebih besar dari unsur
SO4, pH 6,2 (netral) dengan air yang bening
dan tidak berasa. Walaupun tidak terbentuk
SiO2 yang cukup tinggi, namun air panas
Cubadak-1, 2 dan 3 ini bisa dikategorikan
sebagai air panas tipe klorida dengan
pengenceran bikarbonat (diluted chloride –
bicarbonate). Munculnya bualan gas diperkirakan berhubungan dengan cukup
tingginya nilai unsur gas CO2 yang
mengalami kondensasi. Pengenceran tipe
air klorida - bikarbonat mengindikasikan
sebagai fluida yang berhubungan dengan
air di kedalaman / deep water yang
didominasi oleh air magmatik dimana pada
perjalanannya ke permukaan mengalami
pengenceran oleh air permukaan atau air
bikarbonat. Tipe air panas klorida –
bikarbonat pada umumnya berada pada
zona peralihan antara upflow ke outflow
pada sistem temperatur tinggi.
Perbandingan antara unsur Cl dan HCO3
yang hampir sama kemungkinan memang
dikarenakan pengaruh pencampuran air
permukaan yang cukup tinggi ditambah
dengan terjadinya kondesasi CO2 yang
tinggi pula, data tersebut didukung dengan
besarnya nilai analisis unsur gas CO2 (92,5
% mol gas) dibanding unsur gas lainnya.
Pada tipe air diluted klorida – bikarbonat,
alterasi yang terbentuk berupa alterasi di
zona argilik-propilitik dengan kehadiran
mineral – mineral silika, klorit, epidot, kalsit,
pirit dan logam dasar sulfida, serta
umumnya terbentuk silisifikasi.
Untuk mata air hangat Sawahmudik,
walaupun temperaturnya hanya 37,1 °C
namun terjadi kontras nilai temperatur yang
cukup signifikan antara air panas dan suhu
udara. Perhitungan plotting nilai Cl – HCO3
dan SO4 menunjukkan tipe air bikarbonat,
tanpa ditemukannya endapan travertin, dan
dikarenakan banyaknya CO2 dalam air
permukaan.
Pada plotting diagram segitiga Na-K-Mg
(Gambar 3) air panas Cubadak berada
pada posisi peralihan antara partial
equilibrium dengan immature water, hal tersebut menunjukkan fluida berasal dari
air reservoir di kedalaman sebagai fluida
geotermal primer dengan tipe air klorida,
terbentuk pada temperatur menengah
(200 - 220°C) untuk K-Na, temperatur turun
menjadi (120 – 140°C) untuk K-Mg
setelah mengalami pencampuran dengan
air permukaan.
Untuk air hangat Sawahmudik, posisi
plotting berada pada immature water yang
mencerminkan telah terjadi interaksi antara
fluida asal dengan air permukaan yang
masuk dan mengalami pemanasan,
pengaruh infiltrasi dan pengenceran yang
terjadi diperkirakan dalam jumlah yang
banyak.
Tanah dan Udara Tanah
Secara umum pola penyebaran Hg
(Gambar 4) terkonsentrasi pada bagian
tengah daerah penyelidikan yaitu sekitar
pemunculan mata air panas Cubadak yang
menyebar ke arah selatan ke arah mata air
panas Sawah Mudik (Desa Betung). Peta
kontur sebaran CO2 memperlihatkan
adanya kelompok anomali di titik-titik ukur
A-3000, A-6000, A-7000, C-3500, D-4250,
D-4500 ( sekitar mata air panas Cubadak),
R-34, dan R-32 yang berada di desa
Kuraba. Penyebaran anomali Hg dan CO2
yang relatif tinggi berada di daerah
Cubadak dan sekitarnya kemudian
menyebar ke arah barat laut, yang
merupakan lokasi-lokasi munculnya mata
air panas di daerah penyelidikan yang
merupakan zona-zona lemah akibat adanya
pola struktur yang muncul di daerah
tersebut berupa sesar Cubadak.
Isotop
Berdasarkan data hasil isotop 18O dan
Deuterium yang diperoleh dari sampel
mata air panas daerah Cubadak setelah
diplot kedalam diagram hubungan antara
Oksigen-18 dan Deuterium dimana pada
umumnya cenderung menjauhi garis air
meteorik (Meteoric Water Line) yang
mengindikasikan telah terjadinya
pengkayaan 18O karena adanya interaksi
fluida panas dengan batuan di kedalaman,
hal ini mencerminkan bahwa mata air
panas Cubadak kemungkinan berasal
langsung dari kedalaman dan
kemungkinan pengenceran oleh air
meteorik adalah sangat kecil. (Gambar 5)
Geotermometri fluida
Perhitungan perkiraan temperatur bawah
permukaan dilakukan menggunakan
metoda geotermometri SiO2 dan Na/ K
(Giggenbach, 1988) dan diperoleh nilai
geotermometri SiO2 (conductive-cooling)
rata-rata berkisar antara antara 148-161°C
dan termasuk kedalam entalphi sedang,
sedangkan menggunakan geotermometri
Na/K Giggenbach rata-rata berkisar antara
218 - 250 °C yang menunjukkan temperatur
GEOFISIKA
Gaya Berat
Estimasi densitas dilakukan dengan
menggunakan data gaya berat dengan
metode Parasnis yang densitas rata-rata
sebesar 2,73 g/cm3. Pola sebaran anomali
Bouguer sisa (Gambar 6) menunjukkan
adanya dua daerah dengan pola menutup
dimana nilai anomali rendah terbentuk di
daerah Kotatua dengan nilai densitas < -3
gr/cm3 merupakan suatu depresi yang terisi
oleh batuan sedimen/ klastik dengan
porositas tinggi. Dipermukaan ditunjukkan
sebagai batuan aluvium produk dari Sungai
Batang Pasaman, posisi hidrologi sebagai
daerah discharge, sehingga memungkinkan
terakumulasinya air resapan dari wilayah
lebih tinggi, menyusup dan membentuk air
di kedalaman yang kemudian berdampak
terhadap proses pencucian dan
penggantian mineral pada batuannya.
Nilai anomali tinggi ditunjukkan sebagai
bentukan adanya semacam intrusi batuan
yang tidak muncul di permukaan, berada
tepat dibawah manifestasi air panas. Nilai
densitas batuan >2 gr/cm3 dengan luas
sekitar 3 x 1.5 km. Model 2D gaya berat
(Gambar 7) menunjukkan terdapatnya
suatu tubuh batuan dengan nilai densitas
yang kontras di bawah munculnya air
panas Cubadak.
Geomagnet
Pada peta anomali magnet total jelas
terlihat bahwa anomali magnet tinggi
mendominasi daerah bagian baratlaut-utara
daerah penyelidikan, sedangkan anomali
rendah mendominasi daerah bagian
tenggara-selatan daerah penyelidikan.
Proses hidrotermal mengakibatkan batuan
mengalami demagnetisasi yang ditunjukkan
dengan nilai magnet yang rendah.
Berdasarkan asumsi tersebut maka daerah
selatan dinilai lebih berpotensi sebagai
tempat pembentukan sistem panas bumi.
Geolistrik
Pengukuran nilai tahanan jenis semu
dilakukan dengan konfigurasi schlumberger
yang dikelompokkan menjadi tahanan jenis
sangat rendah < 10 Ohm-m, 10 s.d 30
Ohm-m, 30 s.d 100 Ohm-m dan > 100
Ohm-meter. Kelompok tahanan jenis
rendah (< 10 meter dan 10 – 30
Ohm-meter) di daerah Cubadak ini ditafsirkan
sebagai endapan aluvial atau zona batuan
yang telah mengalami alterasi (ubahan).
Kelompok tahanan sedang (30 s.d 100
Ohm-meter) diduga merupakan endapan
danau, sedang kelompok tahanan jenis
tinggi (> 100 Ohm-meter) diduga berupa
batuan vulkanik baik itu sebagai lava
ataupun piroklastik.
Peta tahanan jenis semu AB/2 = 250 s.d.
1000 menunjukkan nilai tahanan jenis
rendah <20 ohm-m yang berada sekitar
mata air panas Cubadak. Lapisan ini
diperkirakan diisi oleh batuan impermeabel
yang sulit meloloskan air, didominasi
sejenis lempung, kemungkinan sebagai
hasil proses alterasi atau silisifikasi.
Sebaran nilai 30 – 100 ohm-m,
penyebarannya berada di bagian tengah
depresi Cubadak, mengelilingi nilai tahanan
jenis rendah. Diperkirakan tersusun oleh
batuan dengan permeabilitas cukup tinggi,
vulkaniklastik. Nilai tahanan jenis >100
ohm-m berada di luar depresi Cubadak
membentuk pola memanjang seperti aliran
lava. Kemungkinan nilai ini tersusun oleh
batuan keras (lava) dengan tahanan jenis
tinggi. umur yang relatif sudah tua seperti
batuan beku atau vulkanik (lava).
Terjadi perubahan yang mencolok dimana
pada potongan horizontal antara AB/2 =
500 dan 800 meter (Gambar 8 dan 9), nilai
tahanan jenis rendah menghilang di bawah
mata air panas Cubadak dan muncul di
mata air panas Sawahmudik.
Sounding
Hasil pendugaan tahanan jenis di daerah
Cubadak ini berupa dua buah penampang
tegak tahanan jenis sebenarnya, yang
melintasi lintasan D dengan arah hampir
utara selatan dan yang memotong lintasan
C, D dan E dengan arah barat laut
tenggara. Secara umum dikelompokkan
menjadi tiga kelompok lapisa tahanan jenis
sebenarnya, yaitu lapisan permukaan yang
tersusun oleh kelompok tahanan jenis
bervariasi < 9 ohm-m, 10 – 20 ohm-m, 25 –
90 ohm-m dan > 120 ohm-m. Lapisan ini
mencapai ketebalan 100 meter. Lapisan
kedua terisi oleh tahanan jenis 10 – 20
ohm-m dan di bawahnya terdapat selingan
lapisan bertahanan jenis < 9 ohm-m.
Lapisan ketiga merupakan lapisan berulang
dengan nilai tahanan jenis sedang sampai
tinggi yaitu 25 – 90 m dan > 120
ohm-m. Kedalaman berawal dari sekitar 500 m
s.d 900 meter (Gambar 10).
DISKUSI
Pembentukan sistem panas bumi Cubadak
telah berlangsung cukup lama, hal tersebut
dapat diketahui dengan ditemukannya fosil
sinter silika di sekitar air panas dengan
ketebalan lebih dari 10 cm dan munculnya
silisifikasi yang tidak jauh dari lokasi air
panas Cubadak. Dengan membandingkan
temperatur reservoir saat ini dengan
pembentukan alterasi pada zona propilitik
maka daerah Cubadak telah mengalami
proses pendinginan yang diakibatkan
menurunnya aktifitas magmatik serta
dominannya proses pencampuran dan
pencucian oleh air permukaan. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil analisis gas dimana
tingginya konsentrasi unsur CO2
kemungkinan oleh pengaruh air meteorik
dangkal (air permukaan). Data geologi,
geokimia dan geofisik digabungkan dalam
peta kompilasi dan model panas bumi
(Gambar 11 dan 12).
Hasil distribusi nilai densitas batuan dalam
bentuk 2D menunjukkan terdapatnya nilai
densitas sekitar 3 gr/cm3 di bawah mata air
panas Cubadak yang diperkirakan sebagai
batuan plutonik yang masih menyimpan
panas.
Data nilai tahanan jenis menunjukkan
batuan yang diduga sebagai lapisan
penudung di daerah penyelidikan terdapat
di kedalaman sekitar 450 m sampai 900 m,
dengan ketebalan bervariasi antara 400
sampai 500 m, relatif menebal ke arah
selatan dan tenggara dengan nilai tahanan
jenis < 30 ohm-meter. Lapisan batuan ini
terdapat pengkayaan kandungan mineral
seperti lempung (clay) sehingga bersifat
konduktif dengan luas sekitar 7,5 km2.
Untuk batuan reservoir di daerah air panas
Cubadak diperkirakan mulai terbentuk pada
nilai tahanan jenis > 90 ohm-m yang mulai
tampak dengan kedalaman puncaknya
antara 1100 – 1300 meter.
Fluida panas bumi di daerah Cubadak
termasuk ke dalam tipe air panas klorida –
bikarbonat yang didominasi air klorida, air
panas ini semakin ke arah selatan Sawah
Mudik semakin bersifat bikarbonat.
Keberadaan mata air panas Cubadak
(Cubadak-1, Cubadak-2 dan Cubadak-3)
pada zona garis perbatasan “partial
equilibrium” dan “immature water”, memberikan gambaran bahwa kondisi air
panas kemungkinan berasal langsung dari
kedalaman dengan temperatur cukup tinggi
serta menunjukkan bahwa kondisi mata air
panas Cubadak ini sedikit sekali mendapat
pengaruh dari air permukaan atau
pengenceran air meteorik
Potensi Energi
Daerah panas bumi Cubadak ini
mempunyai luas wilayah prospek sekitar
7,5 km2. Temperatur reservoir berdasarkan
geotermometri diduga sebesar 235°C,
sehingga temperatur cut-off sebesar 180°C,
dengan menggunakan metode
penghitungan volumetrik, melalui beberapa
asumsi yaitu tebal reservoir = 2 km,
recovery factor = 50%, faktor konversi =
10%, dan lifetime = 30 tahun, maka potensi
energi terduga panas bumi dapat dihitung
sebagai berikut:
Q = 0.2317 x 8 x (235 – 180) = 101.9
Mwe
Potensi energi pada tahap terduga dari
reservoir panas bumi daerah Cubadak
adalah sebesar 101.9 MWe atau bisa
dibulatkan menjadi 100 MWe.
KESIMPULAN
Pembentukan sistem panas bumi Cubadak
berlangsung sejak terbentuknya depresi
Cubadak dibawah pengaruh Sesar
Mendatar Cubadak dan Sesar Normal
Pinago - Sesar Normal Godang yang terisi
oleh material vulkaniklastik. Proses alterasi
yang terakhir adalah kondisi saat ini
dengan pembentukan alterasi argilik
(lempung + silisifikasi) T < 200 °C. Fluida
panas bumi bertipe klorida-bikarbonat
dengan temperatur bawah permukaan
235°C termasuk entalpi tinggi. Sumber
panas diperkirakan berada di bawah
permukaan > 1 km dengan nilai densitas 3
gr/cm3. Batuan penudung di daerah
Cubadak memiliki ketebalan 400 m dengan
luas ± 7,5 km2. Batuan reservoir dengan
nilai tahanan jenis >90 ohm-m berada pada
kedalaman > 1100 m pada batuan
vulkaniklastik dan metamorf. Penentuan
nilai potensi panas bumi adalah 100 MW.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada seluruh staf beserta pejabat Pusat
Sumber Daya Geologi khususnya pada
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
atas saran dan kerjasamanya, serta tak
pihak-pihak yang telah membantu
kelancaran kegiatan penyelidikan terpadu
di daerah Cubadak ini, terutama
Pemerintah Daerah setempat dan Dinas
Kabupaten Pasaman. Semoga Panas bumi
di Indonesia semakin maju dan
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar N., 1972. Inventarisasi dan
Penyelidikan Pendahuluan Gejala
Panasbumi di Daerah Sumatera Barat,
Survey Energi Geothermal, Dinas
Vulkanologi, Direktorat Geologi,
Bandung.
Asikin S., 2008. Diktat Geologi Struktur
Indonesia, Kelompok Bidang Keahlian
Teknik Geologi, Institut Teknologi
Bandung.
Barber, A.J., Crow, M.J., dan Milsom, J.S.,
2005. Sumatra : Geology, Resources and
Tectonic Evolution, Geological Society Memoir no.31, London.
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology
of Indonesia Vol. I A, The Hague. Netherlands.
Browne, P. R. L., 1978. Hydrothermal
Alteration in Active Geothermal Fields. Ann. Rev. Earth Planet. Science. 6.
Cameron, N.R, dan Pulunggono, A., 1984.
Sumatran Microplates Their Characteristics and Their Role In the Evolution of the Central and South
Sumatra Basins, proceeding 13 th Ann. Conv. Indonesia Petroleum Association,
Jakarta.
Corbett, G.J. dan Leach, T.M., 1998. South
West Pacific Rim Au/ Cu Systems: Structure, Alteration and Mineralization. Special Pub. 6 Society of Economic
Geologist.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal
Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg –
Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52.
Hedenquist, J.W. dan Henley R.W, 1985.
The Importance of CO2 on Freezing Point Measurements of Fluid Inclusions: Evidence from Active Geothermal Systems and Implications for Epithermal Ore Deposition. Economic Geology, 80.
Hochstein, M.P., dan Browne, P.R.L., 2000.
Surface manifestations of Geothermal System with Vulcanic Heat Source, dalam
Encyclopedia of Volcanoes, Geothermal Institite, Auckland.
Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids
Chemistry and Exploration Technique
Springer Verlag, Inc. Berlin.
Bakosurtanal, 1991. Peta Rupa Bumi
Indonesia Lembar Peta Lubuksikaping
ed.1.
Rock, N.M.S., Aldiss, D.T., Aspden, J.A.,
Clarke, M.C.G., Djunuddin, A., 1983. Peta
Geologi Lembar Lubuksikaping,
Sumatera, skala 1:250.000. Puslitbang
Sheriff, R.E., 2002. Exploration Geophysics : Gravity Notes, Encyclopedic Dictionary of Exploration Geophysics, Society of Exploration Geophysics.
Standar Nasional SNI 13-6171-1999
Metode Estimasi Potensi Energi Panas
Bumi, Badan Standarisasi Nasional.
Sumintadireja P., Shen Qady, and Ushijima
K, 1999, Integrated Geophysical
Investigation in The Geothermal Exploration, Proceeding International Symposium on Geophysics, Tanta,
Telford, W.M., 1982. Applied Geophysics.
Gambar 1. Peta lokasi survey terpadu geologi,
geokimia dan geofisika daerah panas bumi Cubadak,
Pasaman, Sumatera Barat.
Gambar 2. Peta geologi daerah panas bumi
Gambar 3. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 dan Na-K-Mg
Gambar 5
Gambar 6
Kotatu
5. Grafik isot
6. Peta anom
a
top δ18O terh
mali Bouguer
hadap δ2H (D
sisa, daerah
Deuterium)
MAP Cubadak
Gambar 7. Peta anomali Bouguer sisa dan model 2D daerah Cubadak
Gambar 8. Peta Tahanan Jenis Semu AB/2=500 m, daerah panas bumi Cubadak,
Kabupaten Pasaman – Sumatera Barat Baru ampar
BT. PINAGO
BT. TAMPAT BULAKAN
Tombangpinang
606000 608000 610000 612000 614000 616000
30000
PETA TAHANAN JENIS SEMU DAERAH PANAS BUMI CUBADAK
KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
> 100 Ohm-m 30 s/d 100 Ohm-m 10 s/d 30 Ohm-m < 10 Ohm-m
Sungai dan anak sungai
Jalan besar dan jalan lokal Kontur tahanan jenis semu
Titik pengukuran geolistrik
Mata air panas
Kontur ketinggian interval 100 meter
Gambar 9. Peta Tahanan Jenis Semu AB/2 = 800 m, daerah panas bumi Cubadak,
Kabupaten Pasaman – Sumatera Barat Baru ampar
BT. PINAGO
BT. TAMPAT BULAKAN
Tombangpinang
Kampungmanggis
Gerabaklaas Kuraba
Rantaupanjang Padangnarang
Payaberingin Simpangnipuh
Pauh Simpangkalam
Kubang Kampungtengah
Kampungpisang
Kampungbaru Andilanilir
Andianmudik
Simpangtigaandilan Kototua Jongkong
aersalak Kampungpinang
606000 608000 610000 612000 614000 616000
30000 31000 32000 33000 34000 35000 36000 37000 38000 39000 40000 41000
A B
C
D
E
F
AB/2 = 800 M
0 m 1000 m 2000 m 3000 m
A 5000
PETA TAHANAN JENIS SEMU DAERAH PANAS BUMI CUBADAK
KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
> 100 Ohm-m 30 s/d 100 Ohm-m 10 s/d 30 Ohm-m < 10 Ohm-m
Sungai dan anak sungai
Jalan besar dan jalan lokal Kontur tahanan jenis semu
Titik pengukuran geolistrik
Mata air panas
Kontur ketinggian interval 100 meter
Gambar 10. Penampang tahanan jenis sebenarnya di daerah panas bumi Cubadak
Gambar 11. Model tentatif daerah panas bumi Cubadak 30
Keterangan : < 9 Ohm-m
10 - 20 Ohm-m
25 - 90 Ohm-m
90 - 500 Ohm-m Mata air panas
Cubadak
800 C-3500 D-4500 E-3500
0 200 400 600
800 D-5500 D-5000 D-4500 D-4000 D-3400 D-2000 F-3000
20
Mata air panas Cubadak
Gambar 12. Peta kompilasi geologi, geokimia, geofisika daerah panas bumi Cubadak
Baru ampar
BT. PINAGO
BT. TAMPAT BULAKAN
604000 606000 608000 610000 612000 614000 616000
30000
PETA KOMPILASI GEOSAINS DAERAH PANAS BUMI CUBADAK, KAB. PASAMAN, SUMATERA BARAT
0 1000 2000
200 0 20
Area prospek panas bumi potensial Anomali CO2
Anomali Merkuri (Hg) Anomali Magnet total Anomali Bouguer Sisa Anomali tahanan jenis rendah
KETERANGAN
Lava Bukit Sedang Lava Bukit Tombangpinang Lava Bukit Tampatbulakan Lava Bukit Bangkok Lava Bukit Godombong
Lava Bukit Godang Aliran piroklastik Cubadak
Intrusi Bukit Rao
Batugamping kristalin
Meta batugamping
Meta andesit
Batusabak