• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI (HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI (HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains

Program Studi Ilmu Keolahragaan

oleh

RANDY SUWANDI YUSUF 0901362

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)

Oleh

Randy Suwandi Yusuf

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan

© Randy Suwandi Yusuf 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,

(3)

RANDY SUWANDI YUSUF

PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr.Nurlan Kusmaedi, M.Pd NIP. 195301111980031002

Pembimbing II

dr.Pipit Pitriani, M.Kes NIP. 197908262010122003

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)

Randy Suwandi Yusuf 0901362

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis. Sampel diambil sebanyak 14 orang lansia baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun tenis, menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes jalan 2,4 km sebagai perbandingan, sedangkan pengisian biodata peserta, tes fleksibilitas dan penghitungan IMT sebagai pendukung. Penghitungan statistik menggunakan deskriptif statistik, anova dan menguji perbedaan menggunakan independent samples test. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga jalan kaki mendapatkan hasil rata-rata niai tes 21’09”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali, Tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga tenis mendapatkan hasil rata-rata nilai tes 24’11”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali. Diperoleh pula nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan kaki memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan lansia yang melakukan olahraga tenis.

Kata Kunci : lansia, olahraga jalan kaki,tenis, dan kebugaran jasmani (health

(5)

COMPARISON BETWEEN THE ELDERLY ARE DOING WITH FEET ROAD SPORT TENNIS ON PHYSICAL FITNESS

(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)

Randy Suwandi Yusuf 0901362

The purpose of this research is to examine the level of physical fitness (Health Related Physical Fitness) in elderly exercise walking with tennis. Samples were taken as many as 14 elderly people either walking or doing sports tennis , Using a random sampling technique. Data collection instruments 2.4 km road test as a comparison, while filling the personal data participants, flexibility tests and calculating BMI as a supporter. Using descriptive statistics counting statistics, ANOVA and test differences using independent samples test. From the analysis of the data it is concluded that the level of physical fitness of elderly people who do exercise walking to get average results for entire test 21'09 "(minutes, seconds) with a terrible category Level of physical fitness of elderly exercise tennis matches average test scores 24'11 "(minutes, seconds) the category of bad. Obtained the value of p < 0.05. The results of this study concluded that there are significant differences between the elderly who do exercise walking with tennis against physical fitness (Health Related Physical Fitness). Where the elderly who have walking exercise physical fitness better than the elderly who do the sport of tennis.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Lansia ... 10

B. Olahraga Lansia dalam IKOR ... 16

C. Jalan Kaki dengan Lari ... 27

D. Tenis Lapangan ... 35

E. Kebugaran Jasmani ... 36

F. Health Related Physical Fitness ………. 39

G. Kerangka Pemikiran ... 45

H. Hipotesis ... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 47

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 47

(7)

C. Metode dan Prosedur Penelitian ... 48

D. Definisi Operasional ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 58

B. Diskusi Penemuan………... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya

pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka

mengakibatkan terjadi penurunan angka kematian, sehingga usia harapan hidup

meningkat. Apabila dengan meningkatnya penduduk usia lanjut ini tidak

diberikan langkah-langkah untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani maka

akan menjadi tanggungan keluarga dan menjadikan beban apabila terjadi

penurunan kebugaran jasmani yang semakin memburuk.

Kebugaran jasmani ini mempunyai hukum reversibility, pada prinsipnya

manusia itu mempunyai adaptasi yang tinggi, baik terhadap strees latihan maupun

strees mental. Prinsip latihan yang harus diperhatikan adalah reversible atau

berkebalikan, maksudnya fungsi organ manusia mempunyai sifat yang alami,

yaitu akan meningkat jika diberi strees latihan atau berlaku sebaliknya jika

menghentikan aktifitas latihan (Mansur, 1996: 34).

Fungsi organ tubuh agar tetap dalam keadaan optimal, perlu mempertahankan

latihan jasmani secara teratur dan terukur dalam batas manusia masih hidup.

Menghentikan latihan dalam periode waktu yang relative lama, fungsi organ

manusia secara bertahap akan terus-menerus menurun. Kondisi ini akan

menyebabkan gangguan fungsi organ dan pada gilirannya akan mempengaruhi

produktifitas serta perbesar biaya perawatan kesehatan.

Seiring dengan penambahan usia atau dengan adanya proses penuaan, maka

kebugaran jasmani akan mengalami penurunan, yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana caranya mensikapi agar kebugaran jasmani diusia lanjut tetap terjaga

oleh karena itu kesehatan dan kesejahteraan para lanjut usia perlu dipertahankan.

Maka kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan kebugaran

jasmani, manfaat olahraga, proses penuaan dan manusia lanjut usia serta jenis

(9)

Menua adalah proses biologis normal pada manusia yang meliputi perubahan

berangsur-angsur dari struktur, fungsi dari toleransi tubuh terhadap stress

lingkungan. Mulai dari usia 30-an, efektifitas berbagai fungsi fisiologik mulai

menurun yang kemudian menjadi semakin jelas pada sekitar usia 55-60 tahun.

Walaupun proses fisiologik penuaan tidak terjadi dengan kecepatan yang sama

antara satu orang dengan yang lain, tetapi menurunnya fungsi-fungsi fisiologik

tersebut, pada dasarnya dapat disebabkan oleh meningkatnya usia, deconditioning

(ketiadaan aktivitas fisik), penyakit atau gabungan dari semua nya.

Lanjut usia berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, adalah “penduduk yang telah mencapai usia 60 ke atas”. Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 ke atas) tumbuh dengan sangat cepat

bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010

akan terjadi peningkatan yang sangat pesat pada jumlah penduduk lansia. Hasil

prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77

% dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada tahun 2020

(BPS, 2009).

Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (29 desember 2009) dalam Nurgara (2010:3) “Indonesia termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population)

dengan ± 7,18% penduduk berusia di atas 60 tahun”. Seperti dilihat dari statistik

(10)

Tabel 1.1 (lanjutan)

Jumlah Penduduk Lansia Indonesia

2010 67,4 tahun ± 23,9 juta 9,77

2020 (perkiraan) 71,1 tahun ± 28,8 juta 11,34

Tabel di atas menjelaskan bahwa usia harapan hidup lansia dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Tahun 19809, kurang lebih 8 juta lansia (5,45%)

usia harapan hidup 52,2 tahun, tahun 1990 kurang lebih 11 juta lansia (6,29%)

usia harapan hidup 59,8 tahun dan seterusnya.

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek

kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Dengan semakin

bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor

alamiah maupun penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi

salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam

pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak cepat diantisipasi, maka tidak

tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai

hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian

semua pihak, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu

sendiri (Subianto, 2009).

Permasalahan tersebut menjelaskan bahwa panjang umur saja tidak

berguna bila menderita berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan

fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal.

Artinya masa lansia memerlukan penanganan yang baik supaya bisa menjalani

kehidupan sehari-harinya dengan bahagia dan dapat meminimalisir permasalahan

khusus yang bisa terjadi pada lansia. Salah satu upaya preventif yang dapat

dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus adalah dengan tetap

menjaga pola hidup aktif melalui olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan

aturan yang sesuai akan memberikan manfaat pada lansia diantaranya adalah

(11)

Lansia juga memerlukan kondisi fisik atau kebugaran jasmani yang baik pula.

Menurut Badriah (2009:32) terdapat 3 (tiga) indikator utama dari kebugaran jasmani yaitu, “Kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atas tugas fisik tersebut, dan kemampuan

pulih asal yang segera setelah tugas fisik tersebut selesai”. Memiliki kebugaran

jasmani yang baik, selain tidak menjadi beban bagi keluarganya, lansia juga bisa

beraktivitas dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat

tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang

harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah

pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya

(Giriwijoyo ,2007:23). “Oleh karena itu sesungguhnya kebugaran jasmani

merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menghadapi

tuntutan pekerjaan jasmani serta masih mempunyai cadangan energi untuk mengerjakan tugas fisik lainnya”(Badriah,2009:33).

Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem tubuh, mulai sistem

otot (muscular), sistem saraf (nervorum), sistem tulang (skelet), sistem pernapasan

(respirasi), sistem jantung (cardio), sistem ginjal (ekskresi), dan kerja sama antar

berbagai sistem tubuh secara holistik. Lebih lanjut Bustaman (2003:273-274)

menjelaskan pembagian komponen kebugaran jasmani sebagai berikut: Dalam

kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu;

kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, kebugaran jasmani

yang berhubungan dengan keterampilan motorik, kebugaran yang berhubungan

dengan wellness. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan

kesehatan terdiri dari lima komponen dasar saling berhubungan antara yang satu

dengan yang lain yaitu; daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan

otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (berat badan ideal, presentasi lemak).

Selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan pula

keterampilan motorik yang terdiri dari enam komponen yaitu; keseimbangan,

daya ledak (power), kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan kecepatan reaksi.

(12)

fungis-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan

potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sendiri.

Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran

jasmani. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh lansia adalah kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, daya tahan otot,

kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh. Untuk memperoleh kebugaran

jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang

terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot,

kekuatan otot serta kelenturan tubuh.

Lansia pada dasarnya masih memiliki potensi yang bisa dilakukan untuk

mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur. Berbagai

potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan

dipertahankan bahkan diaktualisasikan kembali untuk mencapai kualitas hidup

lansia yang optimal bahkan maksimal. Lebih lanjut lansia pada umumnya masih

memiliki keinginan untuk mendapat pengakuan dari anggota masyarakat lainnya.

Interaksi dengan anggota masyarakat lain seringkali membuat mereka merasa

masih mempunyai arti, apalagi bila masih bisa berkumpul dengan anggota

masyarakat yang dulu pernah menjadi teman kerjanya (sama-sama satu pekerjaan)

atau teman di luar pekerjaan.

Aktivitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat

dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan serta

kesempatan yang dimiliki tiap orang. Selain itu olahraga juga tidak membedakan

hak, status sosial atau derajat, dan semua orang memiliki kedudukan yang sama.

Sarana serta kesempatan untuk berolahraga juga merupakan hak bagi para lansia.

Olahraga tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dengan cara

pelaksanaan, pengorganisasian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan

penekanannya masing-masing. “Wilayah kegiatan olahraga yang dimaksud yaitu

(13)

kesehatan, dan olahraga pendidikan (olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan)”.

Setiap orang hendaknya berusaha untuk menyempatkan diri berolahraga tidak

hanya di usia muda, namun perlu pula diteruskan pada usia lanjut dan dijalankan

secara teratur. Pemilihan jenis olahraga yang akan dijalankan tentu disesuaikan

dengan kegemaran, biaya, serta kemampuan fisik seseorang. Olahraga dapat

dilaksanakan sendiri yang memungkinkan kita melaksanakan olahraga tanpa

bergantung pada orang lain. sedangkan olahraga bersama juga menyenangkan

karena kita dapat bergaul dengan orang lain.

Dengan adanya proses penuaan menyebabkan adanya kemunduran prestasi

kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang, untuk mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga. “Jenis olahraga yang sesuai bagi lansia adalah jenis olahraga yang sifatnya aerobic seperti jalan kaki, berenang dan senam“ (Sumintarsih, 2006:147). Olahraga jalan kaki merupakan salah satu pilihan jenis olahraga yang dilakukan para lansia dalam mengisi waktu

senggangnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah

beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan. Olahraga jalan kaki banyak

dilakukan lansia, karena jalan kaki tidak memerlukan keterampilan khusus,

artinya tidak perlu diajarkan kembali. Gerakan jalan kaki dilakukan dengan

ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman

dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas. Oleh karena itu jalan kaki

merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan

dengan hati-hati hampir tidak mengandung bahaya.

Olahraga tenis juga merupakan pilihan jenis olahraga yang banyak dilakukan

para lansia. Manfaat yang dapat diperoleh dari bermain tenis adalah dapat

meningkatkan kebugaran jasmani para pelakunya karena permainan tenis kaya

dengan unsur-unsur daya tahan, stamina, kecepatan, power, fleksibilitas,

kelincahan yang merupakan komponen kebugaran jasmani. Olahraga akan

memberikan dampak positif pada tubuh apabila dilakukan dengan teratur.

Olahraga yang dilakukan dengan teratur artinya olahraga tersebut sudah diatur

(14)

olahraga yang dilakukan erat kaitannya dengan frekuensi latihan. Frekuensi

latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani sebaiknya dilakukan 3-5 kali per

minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan. “Yang paling penting untuk diingat bahwa pengaturan frekuensi latihan mempertimbangkan prinsip pulih asal dan mempertahankan dosis tidak berlebihan” (Badriah, 2009:45).

Olahraga tenis dan jalan kaki menjadi fokus penelitian karena partisipasinya

cukup banyak dan sarana yang mendukungnya pun memadai. Olahraga tenis

seperti sudah membudaya di Bandung karena berdasarkan pengamatan penulis

hampir di tiap tempat olahraga terdapat lapangan tenis dan pesertanya

kebanyakan orang dewasa dan lansia. Hanya di tempat – tempat tertentu lah

yang mengadakan pembinaan usia dini. Begitu pula dengan jalan kaki yang cukup

banyak pelakunya yang ditandai banyaknya lansia melakukan olahraga jalan

kaki baik pagi hari maupun sore hari diantaranya di lapangan Gor Padjajaran.

Jika dilihat dari penjelasan diatas mengenai faktor yang mempengaruhi kebugaran

jasmani, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan

Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis Terhadap

(15)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan peneliti uraikan

dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)

lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki?

2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)

lansia yang mengikuti olahraga tenis?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang mengikuti

olahraga jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap

tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang peneliti rumuskan adalah :

1. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related

Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki.

2. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related

Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga tenis.

3. Menelaah seberapa besar perbedaan antara lansia yang mengikuti olahraga

jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap tingkat

kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

bukti-bukti empiris mengenai perbandingan antara lansia yang melakukan olahraga tenis

dan jalan kaki terhadap kebugaran jasmani, sehingga hasilnya dapat berguna bagi:

1. Peneliti

Menjadikan sumber informasi keilmuan yang mengkaji disiplin ilmu

mengenai olahraga lansia. Selain itu dapat menjadi peluang kepada peneliti lain,

(16)

2. Lembaga FPOK-IKOR

Menjadikan hasil penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain

program latihan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani

para lansia.

3. Para Lansia

Setelah mengetahui berbagai macam manfaat dari olahraga, baik jalan kaki

maupun tenis, para lansia tergugah untuk selalu menjaga atau mempertahankan

kebugaran jasmaninya.

4. Pengelola Olahraga (Jalan Kaki dan Tenis)

Setelah mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang

mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa menggabungkan

keduanya, dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam upaya pembinaan dan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian mengenai Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga

Jalan Kaki dengan Tenis terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical

Fitness), dilaksanakan pada:

a. Tempat : Gor Padjajaran dan FPOK Cicaheum, Bandung

b. Waktu : 27 dan 28 September 2013

c. Sampel : Lansia yang melakukan olahraga olahraga jalan kaki di

lapangan Gor Padjajaran dan lansia yang menjadi anggota tenis Pasir

Layung masing-masing sebanyak 7 orang (Random Sampling). Dalam

pengambilan sampel, baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun

tenis setiap sampel harus memenuhi beberapa karakteristik yaitu sampel

harus pria, sehat, berumur di atas 60 tahun seperti yang di sebutkan oleh

Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998 bahwa “lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”. Selain itu sampel penelitian masih aktif melakukan olahraga jalan kaki pada sampel

yang berada di Gor Padjajaran dan sampel penelitian masih aktif

melakukan olahraga tenis pada sampel yang berada di perkumpulan Tenis

Pasir Layung.

(18)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif

kuantitatif. Adapun prosedur penelitiannya seperti berikut ini :

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber : Peneliti)

Keterangan :

X1 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan

Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada

Lansia yang melakukan Olahraga Jalan Kaki

X2 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan

Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada

Lansia yang melakukan Olahraga Tenis

Y = Uji Perbedaan (Uji T)

C. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar

fenomena yang diteliti. VARIABEL KUANTITATIF

X1

X2

(19)

Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah metode

survei. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah

serta tujuan penelitian tersebut. Oleh sebab itu, metode penelitian sangat

penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data.

Penelitian ini menggambarkan data berupa angka hasil tes kebugaran

jasmani terhadap usia di atas 60 tahun yang mengikuti kegiatan rutin jalan

kaki dan tenis. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan sesuatu di masa lalu atau masa sekarang (sedang terjadi)

dengan menggunakan data yang berupa angka.(Arikunto, 2006:10)

Dalam menyelesaikan penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Mencari ide atau gagasan penelitian

Ide atau gagasan penelitian muncul karena di Bandung banyak para lansia

yang berolahraga jalan kaki dan tenis.

2. Melakukan studi literature

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan yang

dilakukan dengan mencari informasi dan referensi yang terkait untuk

mendukung penelitian.

3. Menentukan rumusan masalah setelah melakukan studi literature maka

menentukan rumusan masalah yang tepat.

4. Menentukan tujuan penelitian menentukan tujuan- tujuan yang akan

dicapai dalam kegiatan penelitian agar tidak menyimpang dari permasalahan

yang telah dirumuskan.

5. Melakukan pengambilan data langkah yang selanjutnya adalah

pengambilan data. Data diambil dari tes kebugaran jasmani terhadap lansia

yang melakukan jalan kaki dan tenis.

6. Menganalisis data, data yang dikumpulkan diolah lebih lanjut kemudian

disajikan dalam bentuk statistic dan selanjutnya dianalisis.

7. Merumuskan simpulan hasil analisis data akan memberikan kesimpulan

penelitian yang merupakan kegiatan akhir penelitian.

(20)

Mengenai penjelasan prosedur penelitian diatas, peneliti coba tuangkan

dalam bentuk gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian (Sumber : Peneliti)

OLAHRAGA JALAN KAKI

POPULASI

SAMPEL(LANSIA)

OLAHRAGA TENIS

TES JALAN 2,4 KM (Menit)

TES FLEKSIBILITAS DAN IMT

PENGOLAHAN dan ANALISIS

(21)

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka peneliti

membuat definisi operasional atau batasan istilah agar terhindar dari

kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

(Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998)

2. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan

terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan

untuk meningkatkan kebugaran jasmani.(Siedentop,1991).

3. Jalan Kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan

jika dilakukan sangat hati-hati hampir tidak mengandung resiko bahaya.

Jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas,

merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh

persendian secara bebas. (Kusmaedi, 2004:89).

4. Tenis yaitu upaya pemain memukul bola dengan raket melewati net dan

harus masuk ke daerah lawan,baik memantul atau melayang di dalam garis

batas lapangan. (Badruzaman, 2011:1)

5. Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan

penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan

kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga tetap

dapat melakukan aktivitas fisik lainnya. (Situmorang, 2012)

6. Health Related Physical Fisness yaitu komponen-komponen kebugaran

jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan oleh lansia untuk

memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan kesehatan, mengatasi

(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”

(Arikunto, 2006:150).

Data yang dikumpulkan adalah hasil tes tingkat kebugaran jasmani

terhadap anggota jalan kaki dan tenis yang berusia di atas 60 tahun menggunakan

tes jalan 2,4 km, tes fleksibilitas dan penghitungan indeks massa tubuh.

1. Pengukuran Tes Jalan 24 KM

1) Tujuan tes

Tahap pertama peneliti memberikan lembar pendaftaran tes kepada

anggota jalan kaki dan tenis untuk mengetahui data peserta serta jumlah peserta

yang akan mengikuti tes.

b. Tahap kedua

Tahap kedua peneliti bekerja sama dengan anggota untuk menentukan

tempat tes yang akan digunakan kemudian melakukan pengukuran jarak tempuh

dari start menuju finish sejauh 2,4 km.

c.Tahap ketiga

Tahap ketiga adalah tahap dilakukannya tes, dalam pengambilan data ini

peneliti meminta bantuan kepada beberapa teman untuk membantu kelancaran tes.

Tes diawali dengan memberikan penjelasan kepada peserta tentang peraturan tes

dan dilanjutkan dengan persiapan start. Kemudian petugas starter

memberangkatkan peserta. Setelah memberangkatkan peserta, petugas starter

(23)

di tempat finish, orang pertama bertugas melihat waktu peserta dan orang kedua

bertugas mencatat waktu peserta tes.

3) Perlengkapan

a. Roll meter

Roll meter adalah alat untuk mengukur jarak tempuh tes dari start menuju

finish sejauh 2,4 km. sebelum digunakan roll meter akan di tera lebih dulu untuk

menguji kelayakannya.

b. Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk melihat waktu peserta tes.

Sebelum digunakan stopwatch akan di tera lebih dahulu untuk menguji

kelayakannya.

c. Alat tulis

Alat tulis ini digunakan untuk mencatat waktu yang diperoleh peserta tes.

Tabel 3.1 :

Norma Skor Mentah Tes Jalan 2,4 Km Lanjut Usia

Jenis Tes Pria Wanita Kategori

Jalan 2,4 Km

(Menit,Detik) >20’01” >21’01” Buruk Sekali Jalan 2,4 Km

(Menit,Detik) 19’01”-20’00” 20’31”- 21’00” Buruk Jalan 2,4 Km

(Menit,Detik) 16’16” –19’00” 19’31” –20’30” Sedang Jalan 2,4 Km

(Menit,Detik) 14’00” - 16’15” 17’31” –19’30” Baik Jalan 2,4 Km

(24)

2. Pengukuran Fleksibilitas

Fleksibilitas lansia dapat diukur dengan menggunakan tes duduk dan

jangkau ( sit and reach test ).

1) Tujuan

Untuk mengukur fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul.

2) Alat.

Alat yang digunakan dalam tes ini adalah bangku berskala cm.

3) Petugas.

Petugas yang diperlukan adalah pemandu tes dan pencatat skor.

Pelaksanaan.

Peserta tes sebelum melakukan tes terlebih dahulu mencoba dan

melemaskan otot punggung. Selanjutnya duduk dilantai dengan posisi ke dua lutut

lurus, di depan alat berupa sebuah bangku yang berskala dalam ukuran cm. ke dua

tangan dengan jari tangan lurus kedepan sejajar lantai kedua tangan dijulurkan ke

depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini dilakukan dua kali secara

berturut-turut. Tes ini juga bisa dilakukan secara berdiri sesuai dengan keingginan

para lansia masing-masing.

Penilaian skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam

satuan cm. hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 : Norma Skor Mentah Tes Fleksibilitas Lanjut Usia

Kategori Fleksibilitas Nilai Fleksibilitas (cm)

Baik Lebih dari 11,5

Sedang (-) 6,5 – 11,5

Kurang Kurang dari (-) 6,5

(25)

3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh

1) Tujuan. Untuk mengetahui status gizi seseorang, apakah dalam

keadaan normal, kurang atau lebih.

2) Alat. a) pengukur tinggi badan yaitu microtoise, b) timbangan yang

standard

3) Petugas. a) pengukur tinggi badan, berat badan, dan b) pencatat skor.

Pelaksanaan.

Pengukuran tinggi badan dilakukan apabila lansia mampu berdiri sendiri

tanpa bantuan orang lain. Peserta tes berdiri tegak menghadap lurus ke depan,

kepala dalam posisi tegak, mata horizontal dengan telinga, bahu tegak, tidak

ditarik kebelakang, kepala, bahu, siku, pinggul dan tumit menempel pada dinding.

Untuk pengukuran berat badan, peserta tes berdiri tegak di atas timbangan dengan

memakai baju seringan mungkin dan tanpa menggunakan alas kaki.

Penilaian. Skor tinggi badan dicatat dalam satuan cm, dengan ketelitian

0,1 cm. Skor berat badan dicatat dalam satuan kg dengan ketelitian 0,1 kg.

penilaian indeks massa tubuh atau body mass indeks (BMI) dapat ditentukan

dengan cara : berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m2). Contoh : berat

badan 55 kg dan tinggi badan 1.55 M, maka indeks massa tubuh = 22,9. Hasil

perhitungan selanjutnya dikonversikan pada table.

Tabel 3.3 : Norma Indeks Massa Tubuh Lansia

Kategori Nilai indeks massa tubuh (IMT)

Lebih Lebih dari 24

Normal 19-24

Kurang Kurang dari 19

Sumber: Nurlan Kusmaedi Bandung, 2008, hal 104, dalam buku Olahraga Lansia.

(26)

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

ia ketahui”(Arikunto, 2006:151).

Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner terbuka. “Kuesioner terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri” (Arikunto, 2006:152). Dalam metode kuesioner ini peneliti menggunakan lembar angket yang wajib di isi oleh para

peserta tes. Lembar angket ini berisi pertanyaan yang bersifat pribadi untuk

menunjang hasil penelitian.

Berikut ini adalah isi pertanyaan dari angket yang akan diberikan kepada

peserta tes :

1. Nama

Peserta tes mengisi kolom nama sesuai nama masing-masing

2. Alamat

Peserta tes mengisi kolom alamat sesuai alamat masing-masing.

3. Usia

Peserta tes mengisi kolom usia sesuai usia masing-masing.

4. Pekerjaan

Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari.

5. Tinggal dengan

6. Jarak rumah ke tempat kerja

Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari.

7. Lama waktu bekerja

Berisi tentang rentang waktu peserta bekerja dalam satu hari.

8. Kendaraan

Berisi tentang jenis kendaraan yang dipakai peserta pada saat berangkat ke

tempat kerja.

9. Lama melakukan kegiatan olahraga jalan kaki

Berisi tentang sudah berapa lama peserta melakukan kegiatan olahraga

jalan kaki di Gor Padjajaran Bandung.

(27)

Berisi tentang sudah berapa lama peserta telah mengikuti kegiatan

olahraga tenis di perkumpulan Tenis Pasir Layung.

11. Aktivitas olahraga lain

Berisi tentang aktivitas olahraga lain yang dilakukan peserta diluar

kegiatan olahraga jalan kaki dan tenis.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan mencari

rata-rata mulai dari umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT).

Selain itu juga pencarian nilai rata-rata harus didapatkan dari hasil tes jalan

kaki dan fleksibilitas. Setelah itu menggunakan penghitungan komputasi

program SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 17.0 for

windows karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup

tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan

menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah

dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1). Dalam data penelitian

ini, data yang tekumpul berupa angka-angka maka penyusun menggunakan

analisis statistik. Teknik yang dipakai untuk menganalisis data penelitian

adalah statistik deskripsi.

Adapun langkah pengolahan tersebut yaitu:

1. Deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kebugaran

jasmani lansia yang melakukan olahrga jalan kaki dengan tenis.

2. Deskriftif untuk memberikan gambaran mengenai rata-rata umur, berat

badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada sampel penelitian.

Selain itu juga memberikan gambaran rata-rata dari hasil tes jalan kaki

dan tes fleksibilitas.

3. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setiap variabel yang akan

dianalisis atau data yang diperoleh berdistribusi normal. Peneliti

menggunakan teknik analisis dengan menggunakan Kolomogrov

Smirnov Z untuk mengetahui normalitas data. Dan uji perbandingan

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti

lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

1. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga jalan

kaki rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 21’09” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.

2. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga tenis

rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 24’11” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan

olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health

Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan

kaki memiliki rata-rata waktu lebih baik dibandingkan dengan lansia yang

melakukan olahraga tenis dengan selisih waktu 03’02” (menit,detik).

B.Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh selanjutnya peneliti

mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan

literatur tambahan bagi para lansia :

1. Peneliti berharap kepada para lansia khususnya pada lansia yang

melakukan olahraga jalan kaki dan tenis agar senantiasa mempertahankan

kebugaran jasmaninya, dengan membiasakan hidup sehat dengan cara

berolahraga secara teratur. Dan selain melakukan olahraga jalan kaki dan

tenis sebaiknya di tambah dengan aktivitas olahraga lain yang baik untuk

lansia seperti pekerjaan rumah dan berkebun, jogging, berenang, senam

(29)

2. Peneliti berharap kepada lembaga FPOK agar senantiasa menjadikan hasil

penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain program latihan

untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani para lansia.

3. Peneliti berharap kepada lembaga yang berkecimpung di perkumpulan

para lansia agar senantiasa menjaga dan merawat para lansia agar bisa

meminimalisis penurunan fungsi fisiologis dan psikologi para lansia.

4. Peneliti berharap kepada pengelola olahraga (jalan kaki dan tenis) dengan

mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang

mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa

menggabungkan keduanya, dan dapat dijadikan acuan atau tolak ukur

dalam upaya pembinaan dalam mempertahankan kebugaran jasmani para

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Amrum Bustaman. (2003). Pembinaan Kesegaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Jakarta: PT Grafmdo Persada.

Badruzaman, (2011). Tenis. Bandung : CV Bintang WarliArtika

Bovo, M.J. (1999). Healthy Life Style. (Online). Tersedia : http//www.nj bovo Com. /gen med/ healthy life style. Html. (6 Maret 2002).

Cooper. 1982. The Aerobic Program for Total Well-being. Surabaya : FIK Unesa

Giriwijoyo, S dan Komariyah, L. 2002. Olahraga Kesehatan dan Kesegaran

Jasmani pada Lanjut Usia. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Giriwijoyo, Y. S. S. (1992). Olahraga Kesehatan. Bandung : FPOK UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta :

CV Tambak Kusuma.

Hardiyanto Wibowo. (2003) Lanjut Usia dan Olahraga. Jakarta: PT

Grafmdo Persada

Iknoian, Therese. 1996. Bugar Dengan Jalan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Junaidi Said,(2011)Pembinaan Fisik Lansia Melalui Aktivitas Olahraga Jalan

Kaki, Semarang.dokumen Universitas Negri Semarang.

Kusmaedi,Nurlan (2008) Olahraga Lansia. Bandung :CV. Bintang WarliArtika

Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat

pada Usia Lanjut. Bogor 7 November.

Kusnandi Nanang, 2012.Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga

(31)

Jasmani .Bandung.Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan, R, Dkk. (1997). Manusia dan Olahraga. Bandung: Kerjasama ITB dan

FPOK IKIP Bandung.

Mansur, (1996) Olahraga dan Kebugaran Jasmani. Materi Perkuliahan UPN "Veteran" Yogyakarta.

Martono, H., Pranaka, K. 2009. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Putra, A.W. (2011). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Masyarakat Usia Di Atas 40 Tahun Pada Anggota Arca Hash Club Kabupaten Madiun. Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.

Sajoto, M. (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga

Semarang : Dahara Prize.

Supandi. (1997). Pengantar Sosiologi Olahraga. FPOK IKIP Bandung.

Situmorang, Roiman. (2009). Permasalahan Lanjut Usia. (Online). Tersedia : http//www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326.permasalahan-lanjut./p/kebugaran-jasmani. Html (5 Oktober 2012).

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta

Suherman, A., Damayanti, I dan Rahayu N.I., (2012). Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Bandung : FPOK-UPI.

(32)

The Times. (2003) Welness : A Quality of Living. (Online). Tersedia :

http//members, Fortunecity.com/laurieannah/right.html. (18 Desember 2002).

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Widodo , Dwi Cahyo.2011. Komponen-Komponen Kebugaran

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
Tabel di atas menjelaskan bahwa usia harapan hidup lansia dari tahun ke
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

(2) Ketentuan mengenai tata cara pengumpulan data, analisis, mobilitas, dan persebaran penduduk sebagai bagian dari pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga

Une berean, zien tziak eta teknologiak urruntasunak murrizten eta per- tsonak fisikoki zein intelektualki hurbil tzen ditu. Telebistak eta irratiak, tele- fonoak eta

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Kematangan

1). Realisasi Transfer Pemerintah Propinsi .... Pada tahun 2013 ini, Dana Bagi Hasil Lainnya berupa bagi hasil sumbangan pihak ketiga, bagi hasil dari alat-alat ukur dan tera

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem informasi yang mampu mengidentifikasi kematangan buah jambu biji merah berdasarkan warna dengan menggunakan jaringan

NASIKHIN, MH Pembina Utama

Angka kematian pasien operasi bedah jantung di RS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan, kehandala, privasi, akses, dan desain website secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan nasabah pengguna internet banking Bank