PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Program Studi Ilmu Keolahragaan
oleh
RANDY SUWANDI YUSUF 0901362
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
Oleh
Randy Suwandi Yusuf
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan
© Randy Suwandi Yusuf 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,
RANDY SUWANDI YUSUF
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr.Nurlan Kusmaedi, M.Pd NIP. 195301111980031002
Pembimbing II
dr.Pipit Pitriani, M.Kes NIP. 197908262010122003
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
ABSTRAK
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
Randy Suwandi Yusuf 0901362
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis. Sampel diambil sebanyak 14 orang lansia baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun tenis, menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes jalan 2,4 km sebagai perbandingan, sedangkan pengisian biodata peserta, tes fleksibilitas dan penghitungan IMT sebagai pendukung. Penghitungan statistik menggunakan deskriptif statistik, anova dan menguji perbedaan menggunakan independent samples test. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga jalan kaki mendapatkan hasil rata-rata niai tes 21’09”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali, Tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga tenis mendapatkan hasil rata-rata nilai tes 24’11”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali. Diperoleh pula nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan kaki memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan lansia yang melakukan olahraga tenis.
Kata Kunci : lansia, olahraga jalan kaki,tenis, dan kebugaran jasmani (health
COMPARISON BETWEEN THE ELDERLY ARE DOING WITH FEET ROAD SPORT TENNIS ON PHYSICAL FITNESS
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
Randy Suwandi Yusuf 0901362
The purpose of this research is to examine the level of physical fitness (Health Related Physical Fitness) in elderly exercise walking with tennis. Samples were taken as many as 14 elderly people either walking or doing sports tennis , Using a random sampling technique. Data collection instruments 2.4 km road test as a comparison, while filling the personal data participants, flexibility tests and calculating BMI as a supporter. Using descriptive statistics counting statistics, ANOVA and test differences using independent samples test. From the analysis of the data it is concluded that the level of physical fitness of elderly people who do exercise walking to get average results for entire test 21'09 "(minutes, seconds) with a terrible category Level of physical fitness of elderly exercise tennis matches average test scores 24'11 "(minutes, seconds) the category of bad. Obtained the value of p < 0.05. The results of this study concluded that there are significant differences between the elderly who do exercise walking with tennis against physical fitness (Health Related Physical Fitness). Where the elderly who have walking exercise physical fitness better than the elderly who do the sport of tennis.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10
A. Lansia ... 10
B. Olahraga Lansia dalam IKOR ... 16
C. Jalan Kaki dengan Lari ... 27
D. Tenis Lapangan ... 35
E. Kebugaran Jasmani ... 36
F. Health Related Physical Fitness ………. 39
G. Kerangka Pemikiran ... 45
H. Hipotesis ... 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 47
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 47
C. Metode dan Prosedur Penelitian ... 48
D. Definisi Operasional ... 51
E. Instrumen Penelitian ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 58
B. Diskusi Penemuan………... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN ... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya
pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka
mengakibatkan terjadi penurunan angka kematian, sehingga usia harapan hidup
meningkat. Apabila dengan meningkatnya penduduk usia lanjut ini tidak
diberikan langkah-langkah untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani maka
akan menjadi tanggungan keluarga dan menjadikan beban apabila terjadi
penurunan kebugaran jasmani yang semakin memburuk.
Kebugaran jasmani ini mempunyai hukum reversibility, pada prinsipnya
manusia itu mempunyai adaptasi yang tinggi, baik terhadap strees latihan maupun
strees mental. Prinsip latihan yang harus diperhatikan adalah reversible atau
berkebalikan, maksudnya fungsi organ manusia mempunyai sifat yang alami,
yaitu akan meningkat jika diberi strees latihan atau berlaku sebaliknya jika
menghentikan aktifitas latihan (Mansur, 1996: 34).
Fungsi organ tubuh agar tetap dalam keadaan optimal, perlu mempertahankan
latihan jasmani secara teratur dan terukur dalam batas manusia masih hidup.
Menghentikan latihan dalam periode waktu yang relative lama, fungsi organ
manusia secara bertahap akan terus-menerus menurun. Kondisi ini akan
menyebabkan gangguan fungsi organ dan pada gilirannya akan mempengaruhi
produktifitas serta perbesar biaya perawatan kesehatan.
Seiring dengan penambahan usia atau dengan adanya proses penuaan, maka
kebugaran jasmani akan mengalami penurunan, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana caranya mensikapi agar kebugaran jasmani diusia lanjut tetap terjaga
oleh karena itu kesehatan dan kesejahteraan para lanjut usia perlu dipertahankan.
Maka kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan kebugaran
jasmani, manfaat olahraga, proses penuaan dan manusia lanjut usia serta jenis
Menua adalah proses biologis normal pada manusia yang meliputi perubahan
berangsur-angsur dari struktur, fungsi dari toleransi tubuh terhadap stress
lingkungan. Mulai dari usia 30-an, efektifitas berbagai fungsi fisiologik mulai
menurun yang kemudian menjadi semakin jelas pada sekitar usia 55-60 tahun.
Walaupun proses fisiologik penuaan tidak terjadi dengan kecepatan yang sama
antara satu orang dengan yang lain, tetapi menurunnya fungsi-fungsi fisiologik
tersebut, pada dasarnya dapat disebabkan oleh meningkatnya usia, deconditioning
(ketiadaan aktivitas fisik), penyakit atau gabungan dari semua nya.
Lanjut usia berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, adalah “penduduk yang telah mencapai usia 60 ke atas”. Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 ke atas) tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010
akan terjadi peningkatan yang sangat pesat pada jumlah penduduk lansia. Hasil
prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77
% dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada tahun 2020
(BPS, 2009).
Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (29 desember 2009) dalam Nurgara (2010:3) “Indonesia termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population)
dengan ± 7,18% penduduk berusia di atas 60 tahun”. Seperti dilihat dari statistik
Tabel 1.1 (lanjutan)
Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
2010 67,4 tahun ± 23,9 juta 9,77
2020 (perkiraan) 71,1 tahun ± 28,8 juta 11,34
Tabel di atas menjelaskan bahwa usia harapan hidup lansia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Tahun 19809, kurang lebih 8 juta lansia (5,45%)
usia harapan hidup 52,2 tahun, tahun 1990 kurang lebih 11 juta lansia (6,29%)
usia harapan hidup 59,8 tahun dan seterusnya.
Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Dengan semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
alamiah maupun penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi
salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam
pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak cepat diantisipasi, maka tidak
tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai
hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian
semua pihak, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu
sendiri (Subianto, 2009).
Permasalahan tersebut menjelaskan bahwa panjang umur saja tidak
berguna bila menderita berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan
fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal.
Artinya masa lansia memerlukan penanganan yang baik supaya bisa menjalani
kehidupan sehari-harinya dengan bahagia dan dapat meminimalisir permasalahan
khusus yang bisa terjadi pada lansia. Salah satu upaya preventif yang dapat
dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus adalah dengan tetap
menjaga pola hidup aktif melalui olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan
aturan yang sesuai akan memberikan manfaat pada lansia diantaranya adalah
Lansia juga memerlukan kondisi fisik atau kebugaran jasmani yang baik pula.
Menurut Badriah (2009:32) terdapat 3 (tiga) indikator utama dari kebugaran jasmani yaitu, “Kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atas tugas fisik tersebut, dan kemampuan
pulih asal yang segera setelah tugas fisik tersebut selesai”. Memiliki kebugaran
jasmani yang baik, selain tidak menjadi beban bagi keluarganya, lansia juga bisa
beraktivitas dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat
tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang
harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah
pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya
(Giriwijoyo ,2007:23). “Oleh karena itu sesungguhnya kebugaran jasmani
merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menghadapi
tuntutan pekerjaan jasmani serta masih mempunyai cadangan energi untuk mengerjakan tugas fisik lainnya”(Badriah,2009:33).
Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem tubuh, mulai sistem
otot (muscular), sistem saraf (nervorum), sistem tulang (skelet), sistem pernapasan
(respirasi), sistem jantung (cardio), sistem ginjal (ekskresi), dan kerja sama antar
berbagai sistem tubuh secara holistik. Lebih lanjut Bustaman (2003:273-274)
menjelaskan pembagian komponen kebugaran jasmani sebagai berikut: Dalam
kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu;
kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, kebugaran jasmani
yang berhubungan dengan keterampilan motorik, kebugaran yang berhubungan
dengan wellness. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan terdiri dari lima komponen dasar saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lain yaitu; daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan
otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (berat badan ideal, presentasi lemak).
Selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan pula
keterampilan motorik yang terdiri dari enam komponen yaitu; keseimbangan,
daya ledak (power), kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan kecepatan reaksi.
fungis-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan
potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sendiri.
Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh lansia adalah kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, daya tahan otot,
kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh. Untuk memperoleh kebugaran
jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang
terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot,
kekuatan otot serta kelenturan tubuh.
Lansia pada dasarnya masih memiliki potensi yang bisa dilakukan untuk
mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur. Berbagai
potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan
dipertahankan bahkan diaktualisasikan kembali untuk mencapai kualitas hidup
lansia yang optimal bahkan maksimal. Lebih lanjut lansia pada umumnya masih
memiliki keinginan untuk mendapat pengakuan dari anggota masyarakat lainnya.
Interaksi dengan anggota masyarakat lain seringkali membuat mereka merasa
masih mempunyai arti, apalagi bila masih bisa berkumpul dengan anggota
masyarakat yang dulu pernah menjadi teman kerjanya (sama-sama satu pekerjaan)
atau teman di luar pekerjaan.
Aktivitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat
dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan serta
kesempatan yang dimiliki tiap orang. Selain itu olahraga juga tidak membedakan
hak, status sosial atau derajat, dan semua orang memiliki kedudukan yang sama.
Sarana serta kesempatan untuk berolahraga juga merupakan hak bagi para lansia.
Olahraga tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dengan cara
pelaksanaan, pengorganisasian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan
penekanannya masing-masing. “Wilayah kegiatan olahraga yang dimaksud yaitu
kesehatan, dan olahraga pendidikan (olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan)”.
Setiap orang hendaknya berusaha untuk menyempatkan diri berolahraga tidak
hanya di usia muda, namun perlu pula diteruskan pada usia lanjut dan dijalankan
secara teratur. Pemilihan jenis olahraga yang akan dijalankan tentu disesuaikan
dengan kegemaran, biaya, serta kemampuan fisik seseorang. Olahraga dapat
dilaksanakan sendiri yang memungkinkan kita melaksanakan olahraga tanpa
bergantung pada orang lain. sedangkan olahraga bersama juga menyenangkan
karena kita dapat bergaul dengan orang lain.
Dengan adanya proses penuaan menyebabkan adanya kemunduran prestasi
kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang, untuk mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga. “Jenis olahraga yang sesuai bagi lansia adalah jenis olahraga yang sifatnya aerobic seperti jalan kaki, berenang dan senam“ (Sumintarsih, 2006:147). Olahraga jalan kaki merupakan salah satu pilihan jenis olahraga yang dilakukan para lansia dalam mengisi waktu
senggangnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah
beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan. Olahraga jalan kaki banyak
dilakukan lansia, karena jalan kaki tidak memerlukan keterampilan khusus,
artinya tidak perlu diajarkan kembali. Gerakan jalan kaki dilakukan dengan
ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman
dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas. Oleh karena itu jalan kaki
merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan
dengan hati-hati hampir tidak mengandung bahaya.
Olahraga tenis juga merupakan pilihan jenis olahraga yang banyak dilakukan
para lansia. Manfaat yang dapat diperoleh dari bermain tenis adalah dapat
meningkatkan kebugaran jasmani para pelakunya karena permainan tenis kaya
dengan unsur-unsur daya tahan, stamina, kecepatan, power, fleksibilitas,
kelincahan yang merupakan komponen kebugaran jasmani. Olahraga akan
memberikan dampak positif pada tubuh apabila dilakukan dengan teratur.
Olahraga yang dilakukan dengan teratur artinya olahraga tersebut sudah diatur
olahraga yang dilakukan erat kaitannya dengan frekuensi latihan. Frekuensi
latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani sebaiknya dilakukan 3-5 kali per
minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan. “Yang paling penting untuk diingat bahwa pengaturan frekuensi latihan mempertimbangkan prinsip pulih asal dan mempertahankan dosis tidak berlebihan” (Badriah, 2009:45).
Olahraga tenis dan jalan kaki menjadi fokus penelitian karena partisipasinya
cukup banyak dan sarana yang mendukungnya pun memadai. Olahraga tenis
seperti sudah membudaya di Bandung karena berdasarkan pengamatan penulis
hampir di tiap tempat olahraga terdapat lapangan tenis dan pesertanya
kebanyakan orang dewasa dan lansia. Hanya di tempat – tempat tertentu lah
yang mengadakan pembinaan usia dini. Begitu pula dengan jalan kaki yang cukup
banyak pelakunya yang ditandai banyaknya lansia melakukan olahraga jalan
kaki baik pagi hari maupun sore hari diantaranya di lapangan Gor Padjajaran.
Jika dilihat dari penjelasan diatas mengenai faktor yang mempengaruhi kebugaran
jasmani, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan
Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis Terhadap
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan peneliti uraikan
dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)
lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki?
2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)
lansia yang mengikuti olahraga tenis?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang mengikuti
olahraga jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap
tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang peneliti rumuskan adalah :
1. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related
Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki.
2. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related
Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga tenis.
3. Menelaah seberapa besar perbedaan antara lansia yang mengikuti olahraga
jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap tingkat
kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti-bukti empiris mengenai perbandingan antara lansia yang melakukan olahraga tenis
dan jalan kaki terhadap kebugaran jasmani, sehingga hasilnya dapat berguna bagi:
1. Peneliti
Menjadikan sumber informasi keilmuan yang mengkaji disiplin ilmu
mengenai olahraga lansia. Selain itu dapat menjadi peluang kepada peneliti lain,
2. Lembaga FPOK-IKOR
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain
program latihan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani
para lansia.
3. Para Lansia
Setelah mengetahui berbagai macam manfaat dari olahraga, baik jalan kaki
maupun tenis, para lansia tergugah untuk selalu menjaga atau mempertahankan
kebugaran jasmaninya.
4. Pengelola Olahraga (Jalan Kaki dan Tenis)
Setelah mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang
mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa menggabungkan
keduanya, dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam upaya pembinaan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian mengenai Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga
Jalan Kaki dengan Tenis terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical
Fitness), dilaksanakan pada:
a. Tempat : Gor Padjajaran dan FPOK Cicaheum, Bandung
b. Waktu : 27 dan 28 September 2013
c. Sampel : Lansia yang melakukan olahraga olahraga jalan kaki di
lapangan Gor Padjajaran dan lansia yang menjadi anggota tenis Pasir
Layung masing-masing sebanyak 7 orang (Random Sampling). Dalam
pengambilan sampel, baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun
tenis setiap sampel harus memenuhi beberapa karakteristik yaitu sampel
harus pria, sehat, berumur di atas 60 tahun seperti yang di sebutkan oleh
Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998 bahwa “lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”. Selain itu sampel penelitian masih aktif melakukan olahraga jalan kaki pada sampel
yang berada di Gor Padjajaran dan sampel penelitian masih aktif
melakukan olahraga tenis pada sampel yang berada di perkumpulan Tenis
Pasir Layung.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif
kuantitatif. Adapun prosedur penelitiannya seperti berikut ini :
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber : Peneliti)
Keterangan :
X1 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan
Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada
Lansia yang melakukan Olahraga Jalan Kaki
X2 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan
Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada
Lansia yang melakukan Olahraga Tenis
Y = Uji Perbedaan (Uji T)
C. Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar
fenomena yang diteliti. VARIABEL KUANTITATIF
X1
X2
Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah metode
survei. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah
serta tujuan penelitian tersebut. Oleh sebab itu, metode penelitian sangat
penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data.
Penelitian ini menggambarkan data berupa angka hasil tes kebugaran
jasmani terhadap usia di atas 60 tahun yang mengikuti kegiatan rutin jalan
kaki dan tenis. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sesuatu di masa lalu atau masa sekarang (sedang terjadi)
dengan menggunakan data yang berupa angka.(Arikunto, 2006:10)
Dalam menyelesaikan penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Mencari ide atau gagasan penelitian
Ide atau gagasan penelitian muncul karena di Bandung banyak para lansia
yang berolahraga jalan kaki dan tenis.
2. Melakukan studi literature
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan yang
dilakukan dengan mencari informasi dan referensi yang terkait untuk
mendukung penelitian.
3. Menentukan rumusan masalah setelah melakukan studi literature maka
menentukan rumusan masalah yang tepat.
4. Menentukan tujuan penelitian menentukan tujuan- tujuan yang akan
dicapai dalam kegiatan penelitian agar tidak menyimpang dari permasalahan
yang telah dirumuskan.
5. Melakukan pengambilan data langkah yang selanjutnya adalah
pengambilan data. Data diambil dari tes kebugaran jasmani terhadap lansia
yang melakukan jalan kaki dan tenis.
6. Menganalisis data, data yang dikumpulkan diolah lebih lanjut kemudian
disajikan dalam bentuk statistic dan selanjutnya dianalisis.
7. Merumuskan simpulan hasil analisis data akan memberikan kesimpulan
penelitian yang merupakan kegiatan akhir penelitian.
Mengenai penjelasan prosedur penelitian diatas, peneliti coba tuangkan
dalam bentuk gambar 3.2 dibawah ini.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian (Sumber : Peneliti)
OLAHRAGA JALAN KAKI
POPULASI
SAMPEL(LANSIA)
OLAHRAGA TENIS
TES JALAN 2,4 KM (Menit)
TES FLEKSIBILITAS DAN IMT
PENGOLAHAN dan ANALISIS
D. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka peneliti
membuat definisi operasional atau batasan istilah agar terhindar dari
kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
(Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998)
2. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.(Siedentop,1991).
3. Jalan Kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan
jika dilakukan sangat hati-hati hampir tidak mengandung resiko bahaya.
Jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas,
merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh
persendian secara bebas. (Kusmaedi, 2004:89).
4. Tenis yaitu upaya pemain memukul bola dengan raket melewati net dan
harus masuk ke daerah lawan,baik memantul atau melayang di dalam garis
batas lapangan. (Badruzaman, 2011:1)
5. Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan
penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan
kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga tetap
dapat melakukan aktivitas fisik lainnya. (Situmorang, 2012)
6. Health Related Physical Fisness yaitu komponen-komponen kebugaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan oleh lansia untuk
memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan kesehatan, mengatasi
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(Arikunto, 2006:150).
Data yang dikumpulkan adalah hasil tes tingkat kebugaran jasmani
terhadap anggota jalan kaki dan tenis yang berusia di atas 60 tahun menggunakan
tes jalan 2,4 km, tes fleksibilitas dan penghitungan indeks massa tubuh.
1. Pengukuran Tes Jalan 24 KM
1) Tujuan tes
Tahap pertama peneliti memberikan lembar pendaftaran tes kepada
anggota jalan kaki dan tenis untuk mengetahui data peserta serta jumlah peserta
yang akan mengikuti tes.
b. Tahap kedua
Tahap kedua peneliti bekerja sama dengan anggota untuk menentukan
tempat tes yang akan digunakan kemudian melakukan pengukuran jarak tempuh
dari start menuju finish sejauh 2,4 km.
c.Tahap ketiga
Tahap ketiga adalah tahap dilakukannya tes, dalam pengambilan data ini
peneliti meminta bantuan kepada beberapa teman untuk membantu kelancaran tes.
Tes diawali dengan memberikan penjelasan kepada peserta tentang peraturan tes
dan dilanjutkan dengan persiapan start. Kemudian petugas starter
memberangkatkan peserta. Setelah memberangkatkan peserta, petugas starter
di tempat finish, orang pertama bertugas melihat waktu peserta dan orang kedua
bertugas mencatat waktu peserta tes.
3) Perlengkapan
a. Roll meter
Roll meter adalah alat untuk mengukur jarak tempuh tes dari start menuju
finish sejauh 2,4 km. sebelum digunakan roll meter akan di tera lebih dulu untuk
menguji kelayakannya.
b. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk melihat waktu peserta tes.
Sebelum digunakan stopwatch akan di tera lebih dahulu untuk menguji
kelayakannya.
c. Alat tulis
Alat tulis ini digunakan untuk mencatat waktu yang diperoleh peserta tes.
Tabel 3.1 :
Norma Skor Mentah Tes Jalan 2,4 Km Lanjut Usia
Jenis Tes Pria Wanita Kategori
Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) >20’01” >21’01” Buruk Sekali Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 19’01”-20’00” 20’31”- 21’00” Buruk Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 16’16” –19’00” 19’31” –20’30” Sedang Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 14’00” - 16’15” 17’31” –19’30” Baik Jalan 2,4 Km
2. Pengukuran Fleksibilitas
Fleksibilitas lansia dapat diukur dengan menggunakan tes duduk dan
jangkau ( sit and reach test ).
1) Tujuan
Untuk mengukur fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul.
2) Alat.
Alat yang digunakan dalam tes ini adalah bangku berskala cm.
3) Petugas.
Petugas yang diperlukan adalah pemandu tes dan pencatat skor.
Pelaksanaan.
Peserta tes sebelum melakukan tes terlebih dahulu mencoba dan
melemaskan otot punggung. Selanjutnya duduk dilantai dengan posisi ke dua lutut
lurus, di depan alat berupa sebuah bangku yang berskala dalam ukuran cm. ke dua
tangan dengan jari tangan lurus kedepan sejajar lantai kedua tangan dijulurkan ke
depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini dilakukan dua kali secara
berturut-turut. Tes ini juga bisa dilakukan secara berdiri sesuai dengan keingginan
para lansia masing-masing.
Penilaian skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam
satuan cm. hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 : Norma Skor Mentah Tes Fleksibilitas Lanjut Usia
Kategori Fleksibilitas Nilai Fleksibilitas (cm)
Baik Lebih dari 11,5
Sedang (-) 6,5 – 11,5
Kurang Kurang dari (-) 6,5
3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh
1) Tujuan. Untuk mengetahui status gizi seseorang, apakah dalam
keadaan normal, kurang atau lebih.
2) Alat. a) pengukur tinggi badan yaitu microtoise, b) timbangan yang
standard
3) Petugas. a) pengukur tinggi badan, berat badan, dan b) pencatat skor.
Pelaksanaan.
Pengukuran tinggi badan dilakukan apabila lansia mampu berdiri sendiri
tanpa bantuan orang lain. Peserta tes berdiri tegak menghadap lurus ke depan,
kepala dalam posisi tegak, mata horizontal dengan telinga, bahu tegak, tidak
ditarik kebelakang, kepala, bahu, siku, pinggul dan tumit menempel pada dinding.
Untuk pengukuran berat badan, peserta tes berdiri tegak di atas timbangan dengan
memakai baju seringan mungkin dan tanpa menggunakan alas kaki.
Penilaian. Skor tinggi badan dicatat dalam satuan cm, dengan ketelitian
0,1 cm. Skor berat badan dicatat dalam satuan kg dengan ketelitian 0,1 kg.
penilaian indeks massa tubuh atau body mass indeks (BMI) dapat ditentukan
dengan cara : berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m2). Contoh : berat
badan 55 kg dan tinggi badan 1.55 M, maka indeks massa tubuh = 22,9. Hasil
perhitungan selanjutnya dikonversikan pada table.
Tabel 3.3 : Norma Indeks Massa Tubuh Lansia
Kategori Nilai indeks massa tubuh (IMT)
Lebih Lebih dari 24
Normal 19-24
Kurang Kurang dari 19
Sumber: Nurlan Kusmaedi Bandung, 2008, hal 104, dalam buku Olahraga Lansia.
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
ia ketahui”(Arikunto, 2006:151).
Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner terbuka. “Kuesioner terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri” (Arikunto, 2006:152). Dalam metode kuesioner ini peneliti menggunakan lembar angket yang wajib di isi oleh para
peserta tes. Lembar angket ini berisi pertanyaan yang bersifat pribadi untuk
menunjang hasil penelitian.
Berikut ini adalah isi pertanyaan dari angket yang akan diberikan kepada
peserta tes :
1. Nama
Peserta tes mengisi kolom nama sesuai nama masing-masing
2. Alamat
Peserta tes mengisi kolom alamat sesuai alamat masing-masing.
3. Usia
Peserta tes mengisi kolom usia sesuai usia masing-masing.
4. Pekerjaan
Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari.
5. Tinggal dengan
6. Jarak rumah ke tempat kerja
Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari.
7. Lama waktu bekerja
Berisi tentang rentang waktu peserta bekerja dalam satu hari.
8. Kendaraan
Berisi tentang jenis kendaraan yang dipakai peserta pada saat berangkat ke
tempat kerja.
9. Lama melakukan kegiatan olahraga jalan kaki
Berisi tentang sudah berapa lama peserta melakukan kegiatan olahraga
jalan kaki di Gor Padjajaran Bandung.
Berisi tentang sudah berapa lama peserta telah mengikuti kegiatan
olahraga tenis di perkumpulan Tenis Pasir Layung.
11. Aktivitas olahraga lain
Berisi tentang aktivitas olahraga lain yang dilakukan peserta diluar
kegiatan olahraga jalan kaki dan tenis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan mencari
rata-rata mulai dari umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT).
Selain itu juga pencarian nilai rata-rata harus didapatkan dari hasil tes jalan
kaki dan fleksibilitas. Setelah itu menggunakan penghitungan komputasi
program SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 17.0 for
windows karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup
tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan
menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah
dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1). Dalam data penelitian
ini, data yang tekumpul berupa angka-angka maka penyusun menggunakan
analisis statistik. Teknik yang dipakai untuk menganalisis data penelitian
adalah statistik deskripsi.
Adapun langkah pengolahan tersebut yaitu:
1. Deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kebugaran
jasmani lansia yang melakukan olahrga jalan kaki dengan tenis.
2. Deskriftif untuk memberikan gambaran mengenai rata-rata umur, berat
badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada sampel penelitian.
Selain itu juga memberikan gambaran rata-rata dari hasil tes jalan kaki
dan tes fleksibilitas.
3. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setiap variabel yang akan
dianalisis atau data yang diperoleh berdistribusi normal. Peneliti
menggunakan teknik analisis dengan menggunakan Kolomogrov
Smirnov Z untuk mengetahui normalitas data. Dan uji perbandingan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti
lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga jalan
kaki rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 21’09” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
2. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga tenis
rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 24’11” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan
olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health
Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan
kaki memiliki rata-rata waktu lebih baik dibandingkan dengan lansia yang
melakukan olahraga tenis dengan selisih waktu 03’02” (menit,detik).
B.Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh selanjutnya peneliti
mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan
literatur tambahan bagi para lansia :
1. Peneliti berharap kepada para lansia khususnya pada lansia yang
melakukan olahraga jalan kaki dan tenis agar senantiasa mempertahankan
kebugaran jasmaninya, dengan membiasakan hidup sehat dengan cara
berolahraga secara teratur. Dan selain melakukan olahraga jalan kaki dan
tenis sebaiknya di tambah dengan aktivitas olahraga lain yang baik untuk
lansia seperti pekerjaan rumah dan berkebun, jogging, berenang, senam
2. Peneliti berharap kepada lembaga FPOK agar senantiasa menjadikan hasil
penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain program latihan
untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani para lansia.
3. Peneliti berharap kepada lembaga yang berkecimpung di perkumpulan
para lansia agar senantiasa menjaga dan merawat para lansia agar bisa
meminimalisis penurunan fungsi fisiologis dan psikologi para lansia.
4. Peneliti berharap kepada pengelola olahraga (jalan kaki dan tenis) dengan
mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang
mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa
menggabungkan keduanya, dan dapat dijadikan acuan atau tolak ukur
dalam upaya pembinaan dalam mempertahankan kebugaran jasmani para
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Amrum Bustaman. (2003). Pembinaan Kesegaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Jakarta: PT Grafmdo Persada.
Badruzaman, (2011). Tenis. Bandung : CV Bintang WarliArtika
Bovo, M.J. (1999). Healthy Life Style. (Online). Tersedia : http//www.nj bovo Com. /gen med/ healthy life style. Html. (6 Maret 2002).
Cooper. 1982. The Aerobic Program for Total Well-being. Surabaya : FIK Unesa
Giriwijoyo, S dan Komariyah, L. 2002. Olahraga Kesehatan dan Kesegaran
Jasmani pada Lanjut Usia. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, Y. S. S. (1992). Olahraga Kesehatan. Bandung : FPOK UPI.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta :
CV Tambak Kusuma.
Hardiyanto Wibowo. (2003) Lanjut Usia dan Olahraga. Jakarta: PT
Grafmdo Persada
Iknoian, Therese. 1996. Bugar Dengan Jalan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Junaidi Said,(2011)Pembinaan Fisik Lansia Melalui Aktivitas Olahraga Jalan
Kaki, Semarang.dokumen Universitas Negri Semarang.
Kusmaedi,Nurlan (2008) Olahraga Lansia. Bandung :CV. Bintang WarliArtika
Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat
pada Usia Lanjut. Bogor 7 November.
Kusnandi Nanang, 2012.Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga
Jasmani .Bandung.Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Lutan, R, Dkk. (1997). Manusia dan Olahraga. Bandung: Kerjasama ITB dan
FPOK IKIP Bandung.
Mansur, (1996) Olahraga dan Kebugaran Jasmani. Materi Perkuliahan UPN "Veteran" Yogyakarta.
Martono, H., Pranaka, K. 2009. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Putra, A.W. (2011). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Masyarakat Usia Di Atas 40 Tahun Pada Anggota Arca Hash Club Kabupaten Madiun. Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
Sajoto, M. (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga
Semarang : Dahara Prize.
Supandi. (1997). Pengantar Sosiologi Olahraga. FPOK IKIP Bandung.
Situmorang, Roiman. (2009). Permasalahan Lanjut Usia. (Online). Tersedia : http//www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326.permasalahan-lanjut./p/kebugaran-jasmani. Html (5 Oktober 2012).
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta
Suherman, A., Damayanti, I dan Rahayu N.I., (2012). Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Bandung : FPOK-UPI.
The Times. (2003) Welness : A Quality of Living. (Online). Tersedia :
http//members, Fortunecity.com/laurieannah/right.html. (18 Desember 2002).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.
Widodo , Dwi Cahyo.2011. Komponen-Komponen Kebugaran