• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN PRESTASI BELAJARA FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN PRESTASI BELAJARA FISIKA SISWA SMA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF

DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

HILMAN IMADUL UMAM 0908878

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

I ple e tasi Strategi Pe belajara

Metakog iif u tuk Me i gkatka

Ke a pua Metakog iif da

Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA

Oleh Hil a I adul U a

Se uah skripsi ya g diajuka u tuk e e uhi salah satu syarat e peroleh gelar Sarja a pada Fakultas Pe didika Mate aika da Il u Pe getahua Ala

© Hil a I adul U a U iversitas Pe didika I do esia

Agustus

Hak Cipta dili du gi u da g-u da g.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN PRESTASI

BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Oleh

Hilman Imadul Umam NIM. 0908878

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. Iyon Suyana, M.Si. NIP. 196208241991031001

Pembimbing II,

Drs. Agus Danawan, M.Si. NIP. 196302221987031001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

(4)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN

PRESTASI BELAJARA FISIKA SISWA SMA

Hilman Imadul Umam(1), Iyon Suyana(1),Agus Danawan(1) (1)Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

Abstract

Research has been conducted to determine the application of metacognitive learning strategies in improving metacognitive skills and achievement of high school students learn physics. This research is motivated by the lack of awareness and control of students' skills in cognitive ability of students to learn so that awareness is very low and lead to academic achievement especially in physics lessons to be less than the maximum. The learning process has not been able to provide the opportunity for students to know how he should learn, know the capabilities and modalities that are owned, and know the best strategies for effective learning, causing students to learn self-reliance is very low. Independent learning is an asset for students to continue their long journey to meet the intellectual needs of the students so it is very important. Independence can be built when students have the awareness to manage and regulate their cognitive ability to respond to a situation or problem. Awareness can be purchased by students when he has a metacognitive abilities. This study aims to see an increase in metacognitive ability and achievement of high school students studying physics after the implementation of metacognitive learning strategies. Metacognitive abilities measured in this study related to the knowledge and metacognitive skills. Metacognitive knowledge includes declarative knowledge, procedural, and conditional. Whereas metacognitive skills include skills for identifying, planning, meonitoring action, and evaluation. The method used in this study was pre-experimental research design with One-Group Pretest-Posttest Design. The instrument used for data retrieval is learning achievement test, test metacognitive knowledge, learning journals, and learning feasibility observation sheet. The results showed an increase in academic achievement and metacognitive knowledge seen from the N-gain. As for the metacognitive skills saw an increase of the percentage of students who undertake every stage of metacognitive skills. Increased metacognitive ability and achievement was due to metacognitive learning strategies can be implemented with very good category based on the results of observations. In other words, metacognitive learning strategies to improve high school students' metacognitive abilities.

(5)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN

PRESTASI BELAJARA FISIKA SISWA SMA

Hilman Imadul Umam(1), Iyon Suyana(1),Agus Danawan(1) (1)Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kesadaran dan kemampuan siswa dalam mengontrol kemampuan kognitifnya sehingga kesadaran siswa untuk belajar sangat rendah dan menyebabkan prestasi belajar khususnya pada pelajaran fisika menjadi kurang maksimal. Proses pembelajaran belum bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui bagaimana seharusnya ia belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki, dan mengetahui strategi terbaik untuk belajar efektif sehingga menyebabkan kemandirian siswa untuk belajar sangat rendah. Kemandirian belajar merupakan sebuah modal bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektualitasnya sehingga sangat penting dimiliki siswa. Kemandirian tersebut dapat dibangun ketika siswa memiliki kesadaran dalam mengelola dan mengatur kemampuan kognitifnya dalam merespon situasi atau persoalan. Kesadaran tersebut dapat dimiliki oleh siswa ketika ia memiliki kemampuan metakognitif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif. Kemampuan metakognitif yang diukur dalam penelitian ini terkait pada pengetahuan dan keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sedangkan untuk keterampilan metakognitif meliputi keterampilan mengidentifikasi, merencanakan, meonitoring tindakan, dan evaluasi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah tes prestasi belajar, tes pengetahuan metakognitif, jurnal belajar, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dan pengetahuan metakognitif dilihat dari nilai N-gain. Sedangkan untuk keterampilan metakognitif terlihat adanya peningkatan dari persentase jumlah siswa yang melakukan tiap tahapan keterampilan metakognitif. Peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar tersebut terjadi karena strategi pembelajaran metakognitif dapat diimplementasikan dengan kategori sangat baik berdasarkan hasil observasi. Dengan kata lain strategi pembelajaran metakognitif mampu meningkatkan kemampuan metakognitif siswa SMA.

(6)
(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

PERNYATAAN………...iii

ABSTRAK ……….……… iv

KATA PENGANTAR ………v

DAFTAR ISI ………..vii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………...xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Batasan Masalah ………... 6

D. Tujuan Penelitian ……….. 6

E. Manfaat Penelitian ……… 7

F. Variabel Penelitian ……….7

G. Definisi Operasional ………..7

(8)

viii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Metakognitif ……… 10

B. Kemampuan Metakognitif ……….…. 13

C. Strategi Pembelajaran Metakognitif ……….……….. 14

D. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Menggunakan Metode Metakognitif ……… 17

E. Prestasi Belajar ……… 19

F. Hubungan Strategi Pembelajaran Metakognitif dengan Prestasi Belajar Siswa ……….. 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ……… 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 25

C. Instrumen Penelitian ……… 25

D. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian ………. 27

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……… 30

F. Jadwal Kegiatan ………. 37

(9)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….. 41

1. Pelaksanaan Penelitian ………. 41

2. Prestasi Belajar ………. 42

3. Pengetahuan Metakognitif ……… 43

4. Keterampilan Metakognitif ………...………… 44

B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ………...……….. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..………. 66

B. Saran dan Rekomendasi ………..……... 67

DAFTAR PUSTAKA ……….... 68

(10)

x DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Gambaran Aktivitas Siswa dari Setiap Komponen Metakognitif …... 16

3.1. Desai Penelitian One-Group Pretest-Postest Design …………... 24

3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal ………... 30

3.3. Kriteria Reliabilitas Soal ………. 31

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran ……….. 32

3.5. Kriteria Indeks Daya Pembeda Soal ……… 32

3.6. Kriteria Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran ………... 33

3.7. Kriteria Gain yang Dinormalisasi ……… 34

3.8. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar ……… 38

3.9. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif ………….. 39

4.1. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran ... 41

4.2. Skor Persentase Pretest, Postest, dan N-gain Prestasi Belajar Siswa ... 42

4.3. Skor Persentase Pretest, Postest, dan N-gain Pengetahuan Metakognitif ……….. 43

4.4. Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Melakukan Identifikasi ……... 44

4.5. Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Membuat Perencanaan ……… 45

4.6. Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Melakukan Monitoring Tindakan... 46

4.7. Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Melakukan Evaluasi ………... 47

(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1. Prosedur dan Alur Penelitian ………... 29

4.1. Alur Proses Kegiatan Belajar dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran

Metakognitif ……… 49

4.2. Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Proses

Pembelajaran ……… 50

4.3. Diagram Skor Rerata Pretest danPostest Prestasi Belajar Siswa …….. 53

4.4. Diagram Skor Rerata Pretest dan Postest Pengetahuan Metakognitif ...54

4.5. Diagram Nilai N-gain Pengetahuan Metakognitif ……….. 56 4.6. Diagram Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Melakukan

Identifikasi ... 58

4.7. Diagram Rerata Persentase Jumlah Siswa yang Membuat

Perencanaan ………. 60

4.8. Diagram Rerata Persentase Monitoring Tindakan pada Tiap

Pertemuan ………. 62

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : STUDI PENDAHULUAN

1. Format Observasi Kelas ………. 72

2. Format Angket Observasi Kelas ……….73

3. Format Wawancara Dengan Guru ……….. 74

4. Data Hasil Observasi Kelas ……… 75

5. Data Hasil Angket Observasi Siswa ………76

6. Data Hasil Wawancara dengan Guru ………..77

7. Analisis Data Hasil Studi Pendahuluan ………. 78

8. Sampel Nilai Tes Siswa ………. 79

LAMPIRAN B : PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I ……….. 81

2. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ………. 88

3. Media Pembelajaran Pertemuan I ……….. 91

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II ……… 92

5. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ……….. 99

6. Media Pembelajaran Pertemuan II ………. 102

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III ……….. 103

8. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III ………. 111

(13)

xiii LAMPIRAN C : UJI COBA INSTRUMEN

1. Distribusi Skor Uji Coba Instrumen Prestasi Belajar ……… 116

2. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif ……… 120

3. Pengolahan Data Uji Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif …123 4. Analisis Validitas Tes Prestasi Belajar ………127

5. Instrumen Validitas Tes Pengetahuan Metakognitif ………134

6. Analisis Reliabilitas Tes Prestasi Belajar ………138

7. Analisis Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar ………..140

8. Analisis Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar ………142

9. Analisis Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Instrumen Pengetahuan Metakognitif ………. 143

LAMPIRAN D : INSTRUMEN PENELITIAN 1. Instrumen Tes Prestasi Belajar ………145

2. Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif ……….. 153

3. Format Observasi ………159

4. Jurnal Belajar ………..161

5. Rubrik Penilaian Tes Pengetahuan Metakognitif ………....170

LAMPIRAN E : ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Jawaban Soal Pretest Prestasi Belajar ……….172

2. Jawaban Soal Postest Prestasi Belajar ………173

3. Skor Pretest-Postest Pengetahuan Metakognitif ……….174

4. Penghitungan Skor N-gain Prestasi Belajar ………. 175

(14)

xiv 6. Perhitungan Persentase Keterampilan Metakognitif (Identifikasi) 178

7. Perhitungan Persentase Keterampilan Metakognitif

(Perencanaan)………. 179

8. Perhitungan Persentase Keterampilan Metakognitif (Monitoring Tindakan) ……… 180 9. Perhitungan Persentase Keterampilan Metakognitif (Evaluasi) ….181

10. Hasil Observasi Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran

Metakognitif ………182

LAMPIRAN F : DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Foto-foto Kegiatan Penelitian ……….183

2. Surat Izin Penelitian ………185

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang baik maka proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar lainnya harus berjalan dengan kondusif. Ketika kondisi pembelajaran sudah dalam keadaan kondusif maka proses pembelajaran akan berjalan baik dan secara langsung akan berakibat terhadap peningkatan prestasi belajar siswa (Arikunto, 2006). Menciptakan proses interaksi yang baik dalam pembelajaran memerlukan kesadaran untuk belajar dari peserta didik dalam memahami proses pembelajaran dan langkah-langkah strategi kreatif dari pendidik dalam melangsungkan proses pembelajaran (Arikunto, 2006).

Menurut Hamdani (2011), pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang menimbulkan perubahan struktur kognitif pada siswa. Perubahan struktur kognitif tersebut ditandai dengan adanya peningkatan prestasi belajar yang dialami oleh siswa. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar yang didapatkan siswa.

(16)

2

Selama proses pembelajaran, siswa dituntut untuk mengenali kemampuan dirinya, baik itu kekurangan maupun kelebihannya (self-reflection) (Hamdani, 2011). Siswa harus bisa mengidentifikasi apa yang mereka harus lakukan dalam menyelesaikan persoalan ketika belajar, sehingga ketika hal tersebut bisa terjadi maka kesadaran siswa untuk memahami pembelajaran akan semakin meningkat. Meningkatkan kesadaran siswa dalam belajar sangat penting untuk membangun kesadaran berpikir mengenai apa yang dia ketahui dan yang tidak diketahuinya. Dalam kontek pembelajaran, ketika siswa sudah memiliki kesadaran tersebut maka siswa akan mengetahui bagaimana ia seharusnya belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif (Lidinillah, 2007)

Meningkatkan kesadaran belajar dari siswa juga dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk menutupi kekurangan dirinya dalam menyelesaikan suatu persoalan (Hamdani, 2011). Perencanaan tersebut dapat siswa tuliskan didalam jurnal belajar hariannya. Jurnal belajar merupakan catatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa selama melakukan proses pembelajaran. Pada saat siswa dapat merekam semua kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran, maka siswa akan mudah untuk mengevaluasi proses belajar yang mereka lakukan. Evaluasi yang dilakukan secara mandiri (Self-Evaluation) akan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan evaluasi yang diberikan oleh orang lain (Arikunto, 2006).

(17)

3

Hasil observasi tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran hanya sebatas transfer pengetahuan atau materi pelajaran dari guru ke siswa. Siswa jarang diberikan kesempatan untuk memahami suatu persoalan, merencanakan strategi pemecahan, melaksanakan strategi yang sudah dibuat dan menilai hasil pekerjaannya. Pengetahuan diri tentang potensi dan kemampuan siswa pun tidak dibangun sehingga siswa sangat jarang mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki. Hal itu menyebabkan siswa tidak mengetahui bagaimana seharusnya ia belajar dan tidak mengetahui strategi belajar yang paling efektif untuk dilakukan sehingga membuat hasil yang diraih siswa dalam pembelajaran kurang maksimal. Sejalan dengan hasil observasi tersebut, prestasi belajar siswa yang diukur dari nilai ulangan harian mengenai materi kesetimbangan dengan bentuk soal yang menuntut pemahaman konsep, menunjukan masih rendahnya siswa dalam menggunakan langkah-langkah yang tepat untuk memecahkan persoalan yang ada didalam soal, dan hanya 3 orang dari 36 siswa mendapatkan nilai diatas nilai KKM.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan kesadaran untuk belajar dari peserta didik dan langkah-langkah strategi kreatif dari pendidik dalam melangsungkan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk merekontruksi pengetahuannya sendiri (Romli, 2010). Ketika siswa mampu merancang, memantau, dan merefleksi proses belajar mereka secara sadar, maka siswa akan lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan modal bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektualitasnya. Kemandirian tersebut dapat dibangun ketika siswa memiliki kesadaran dalam mengelola dan mengatur kemampuan kognitifnya dalam merespon situasi atau persoalan. Kesadaran tersebut dapat dimiliki oleh siswa ketika ia memiliki kemampuan metakognitif (Lidinillah, 2007).

(18)

4

pembelajaran, yaitu siswa akan membuat kaitan antara gagasan-gagasannya dan menghubungkan antara gagasan tersebut dengan informasi baru. Selanjutnya, siswa akan berpikir tentang strategi yang efektif untuk menyelesaikan tugas pembelajarannya sehingga diperoleh pengetahuan yang utuh (Livingston, 1997). Proses metakognitif sangat kondusif untuk membimbing siswa berperan aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya secara bermakna sehingga kemampuan metakognitif sangat perlu dimiliki oleh siswa untuk digunakan selama proses pembelajaran dan akhirnya siswa akan mampu mencapai prestasi yang maksimal (Hamzah dalam Romli, 2010).

Menurut Flavell (Livingston, 1997) bahwa metakognitif meliputi dua komponen, yaitu (a) Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge), dan (b) Pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Sedangkan menurut Mulbar (2008), belakangan ini perbedaan paling umum dalam metakognitif adalah memisahkan pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengatahuan kondisional. Sedangkan keterampilan metakognitif mengacu pada keterampilan prediksi (prediction skills), Keterampilan perencanaan (planning skills), keterampilan monitoring (monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation skills). Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan metakognitif seseorang dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan metakognitifnya.

Pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Menurut Blakey & Spence (1990) tahapan yang bisa dilakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran metakognitif adalah Mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan “apa yang kamu tidak ketahui”, berbicara tentang berpikir (Talking about thinking), membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal), membuat perencanaan dan regulasi diri, Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process), dan Evaluasi diri (Self-evaluation).

(19)

5

Pembelajaran metakognitif memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien (Romli, 2010). Jika strategi metakognitif ini diterapkan pada pembelajaran fisika, maka strategi ini bisa meningkatkan pemahaman terhadap kemampuan kognitif yang perlu dimiliki untuk membantu meningkatkan prestasi belajar fisika.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metakognitif merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Sedangkan strategi metakognitif merupakan cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir tentang aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang, sehingga bila kesadaran itu terwujud maka orang tersebut akan mampu mengawal pemikirannya dengan merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajarinya (Romli, 2010).

Penelitian yang sudah dilakukan Amirivour (2011), menyatakan bahwa metode pembelajaran metakognitif efektif diterapkan dalam semua mata pelajaran khususnya sains termasuk fisika. Strategi metakognitif mampu meningkatkan kesadaran siswa untuk memahami apa yang mereka perlukan dalam menghadapi suatu pembelajaran, sehingga dengan menerapkannya dalam pembelajaran akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, kemampuan metakognitif berhubungan dengan prestasi belajar seseorang.

Dari latar belakang yang diutarakan diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA.

B. Rumusan Masalah

(20)

6

Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, maka perumusan di atas diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakan implementasi strategi metakognitif dalam proses pembelajaran?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif?

C. Batasan Masalah

Supaya penelitian lebih terarah, maka di dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah, yaitu:

1. Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah kemampuan kognitif sebagaimana tercakup dalam taksonomi bloom yang meliputi C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis).

2. Strategi pembelajaran metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran metakognitif yang dirumuskan oleh Blakey & Spence, yang meliputi: mengidentifikasi apa yang siswa ketahui dan apa yang tidak diketahui, berbicara tentang pemikirannya, menyimpan pemikirannya dalam bentuk jurnal belajar, merencanakan dan mengatur pembelajarannya sendiri, dan evaluasi diri

3. Kemampuan metakognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan metakognitif menurut Mulbar yang dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan metakognitifnya. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sedangkan untuk keterampilan metakognitif meliputi keterampilan mengidentifikasi, membuat perencanaan, melakukan kontrol dan monitoring tindakan, dan mengevaluasi.

D. Tujuan Penelitian

(21)

7

1. Mengetahui keterlaksanaan implementasi strategi metakognitif dalam proses pembelajaran

2. Mengetahui peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika.

E. Manfaat Penelitian

Manfaaat penelitan ini diharapkan berguna baik untuk guru maupun bagi siswa, beberapa manfaat yang diharapkan yaitu:

1. Sebagai bahan masukan dalam upaya untuk meningkatakan kualitas pembelajaran fisika.

2. Mengetahui pelaksanaan strategi metakognitif dalam proses pembelajaran 3. Diharapkan menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

terkait implementasi strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika.

4. Diharapakan dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka perbaikan pembelajaran fisika di sekolah

F. Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika serta peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran metakognitif, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar siswa.

G. Definisi Operasional

1. Strategi pembelajaran metakognitif

(22)

8

berpikir, membuat perencanaan dan regulasi diri, melaporkan kembali proses berpikir, dan evaluasi diri.

2. Prestasi belajar adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tes prestasi belajar dengan benar. Dalam penelitian ini peningkatan prestasi belajar diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda yang diukur dengan nilai gain ternormalisasi.

3. Kemampuan metakognitif dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam melakukan identifikasi terhadap suatu persoalan, membuat perencanaan belajar, melakukan kontrol dan monitoring tindakan, serta mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan. Selain itu kemampuan metakognitif siswa ditentukan dari pengetahuan deklaratif, prosedural, dan pengetahuan kondisional yang siswa miliki.

H. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dari penulisan skripsi dimulai dari Bab I hingga Bab akhir adalah sebagai berikut:

- BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Variabel Penelitian G. Definisi Operasional H. Struktur Organisasi Skripsi

- BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metakognitif

B. Kemampuan Metakognitif

(23)

9

D. Langkah-langakah Strategi Pembelajaran Menggunakan Metode Metakognitif

E. Prestasi Belajar

F. Hubungan Strategi Pembelajaran Metakognitif dengan Prestasi Belajar Siswa

- BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel Penelitian C. Instrumen Penelitian

D. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data F. Jadwal Kegiatan

G. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(24)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2006:160) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam suatu penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian serta untuk menjawab masalah yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan desain penelitian Time series-Group Pretest-Posttest Design.

Pada desain penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan postest setelah diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiono,2011:74). Pelaksanaan pretest dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan jumlah pertemuan yang dilakukan untuk penelitian. Selain untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan, pelaksanaan prestest yang dilakukan ditiap pertemuan tersebut bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih salah satu keterampilan metakognitif yaitu mengidentifikasi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian Time series-Group Pretest-Postest Design

Pretest Treatment Postest

O1 X O4

O2 X O5

(25)

25

O1 = Pretest pertemuan I (sebelum diberi perlakuan) O2 = Pretest pertemuan II (sebelum diberi perlakuan) O3 = Pretest pertemuan III (sebelum diberi perlakuan) O4 = Postest pertemuan I (setelah diberi perlakuan) O5 = Postest pertemuan II (setelah diberi perlakuan) O6 = Postest pertemuan III (setelah diberi perlakuan) X = Treatment atau perlakuan terhadap sempel

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bandung. Sedangkan untuk sampel pada penelitian ini dipilih kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Bandung. Penentuan sampel penelitian tersebut dipilih secara purposive sampling.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan masalah penelitian dan untuk mendukung pencapaian tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dibuat untuk menilai aktivitas belajar siswa dan guru selama menggunakan strategi pembelajaran metakognitif. Adapun isi dari lembar observasi ini adalah kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini juga terdiri dari format observasi keterlaksanaan aktivitas guru dan format observasi keterlaksanaan aktivitas siswa yang disesuaikan dengan tahapan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini berbentuk ceklist, dengan demikian observer hanya memberikan tanda centang (√) pada kolom ya atau tidak, sesuai dengan aktivitas yang diamati. 2. Tes prestasi belajar

(26)

26

pada peningkatan kemampuan kognitif peserta didik. Penyusunan instrumen didasarkan pada indikator hasil belajar yang hendak dicapai. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4). Tes dilakukan dengan menggunakan soal dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 15 butir soal mengenai materi termodinamika yang dapat dilihat pada lampiran D.1 . Pelaksanaan tes sebelum treatment (Pretest) dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan jumlah pertemuan dari penelitian dengan menggunakan 5 butir soal untuk setiap tes. Maksud dari pemberian tes pada tiap pertemuan tersebut untuk dijadikan bahan identifikasi oleh siswa sebagai salah satu tahapan dari strategi pembelajaran metakognitif. Setelah pemberian pretest kemudian melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. Kemudian dilaksanakan postest dengan menggunakan soal yang sama.

Soal tes yang digunakan untuk pretest dan postest merupakan soal tes yang sama, hal tersebut dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Skor yang diberikan untuk setiap jawaban benar pada setiap soal adalah 1 (satu) dan 0 (nol) untuk setiap jawaban salah.

3. Tes Pengetahuan Metakognitif

(27)

27

4. Jurnal Belajar

Jurnal belajar pada penelitian ini digunakan untuk melihat peningkatan dari tiap aspek keterampilan metakognitif. Aspek-aspek keterampilan metakognitif yang ditinjau peningkatannya adalah identifikasi, perencanaan, monitoring tindakan, dan evaluasi. Pada jurnal belajar tersebut sudah tersedia format isian dari tiap aspek keterampilan metakognitif. Peningkatan untuk setiap keterampilan metakognitif ini dilihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan aspek-aspek keterampilan metakognitif pada tiap pertemuan.

D. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian 1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan masalah yang akan dikaji dengan cara melakukan studi pendahuluan. Adapun yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah menyebarkan angket, mengobservasi bagaimana jalannya pembelajaran, mewawancarai guru fisika, dan studi dokumentasi.

b. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.

c. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan/kompetensi dasar yang hendak dicapai.

d. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.

e. Menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan. f. Survei ke lapangan untuk melaksanakan studi pendahuluan melalui

(28)

28

g. Menentukan sampel penelitian.

h. Analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi ajar.

i. Menyusun RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario pembelajaran mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian sesuai dengan strategi pembelajaran metakognitif.

j. Membuat dan menyusun instrumen penelitian (instrumen tes, lembar observasi, dan jurnal belajar)

k. Mengkonsultasikan dan judgment instrumen penelitian kepada dua orang dosen.

l. Mengujicobakan instrumen tes prestasi belajar dan pengetahuan metakognitif yang telah dijudgment di sekolah lain yang setara/setingkat dengan sekolah tempat penelitian.

m. Menganalisis hasil uji coba instrumen tes, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling b. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur prestasi belajar,

pengetahuan metakognitif, dan keterampilan mengidentifikasi sebelum diberikan perlakuan.

b. Pemberian perlakuan yaitu menerapkan strategi pembelajaran metakognitif dalam tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen.

c. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen untuk mengukur peningkatan prestasi belajar dan pengetahuan metakognitif setelah diberikan perlakuka

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian adalah : a. Mengolah data hasil penelitian

(29)

29

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data

d. Memberikan saran terhadap aspek penelitian yang kurang.

Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada gambar 3.1 berikut ini:

Penerapan Strategi Pembelajaran Metakognitif dalam proses belajar mengajar

Pretest

Observasi

Pengolahan data

Kesimpulan Studi Pendahuluan

Studi Literatur

Mengkaji Kurikulum

Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran

Judgment

Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Rumusan Masalah

Solusi Permasalahan

Pretest Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

(30)

30

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar dan Pengetahuan

Metakognitif a. Analisis validitas tes

Sebelum digunakan dalam penelitian, maka instrumen ini harus diuji validitasnya untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan sudah bisa mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas konstruksi (contruct validity) Validitas yang berkaitan dengan kesesuian soal dengan indikator dilakukan penelaahan (judgement) oleh dosen penelaah instrumen tes. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris digunakan uji statistik dengan teknik korelasi product moment, yaitu :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Menurut Arikunto (2009:75) menyatakan bahwa ktriteria yang digunakan untuk menginterpretasi besarnya koefisien korelasi yaitu disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal Nilai rxy Kriteria

0,80 - 1,00 Sangat Tinggi 0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

b. Analisis Reliabilitas Tes

(31)

31

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Menurut Arikunto (2009:86) menyatakan bahwa suatu tes dapat mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas soal adalah Spearman-Brown (Arikunto, 2009:93).

Rumus Spearman-Brown

adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat ukur disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Soal

Nilai r11 Kriteria

(32)

32

Dengan P : Indeks Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dalam arikunto (2009:210), indeks kesukaran sering diklasifikasikan seperti dalam tabel berikut :

Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

d. Daya pembeda

Analisis daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang telah dibuat dapat membedakan kemampuan siswa yang pandai dangan siswa yang tidak pandai. Menurut Arikunto (2009:213) menyatakan bahwa rumus untuk menentukan indeks diskriminatif yang digunakan yaitu:

Dengan : D : Daya pembeda

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

(33)

33

Dalam Arikunto (2009:218), daya pembeda soal sering diklasifikasikan sepert talam tabel berikut:

Tabel 3.5. Kriteria Indeks Daya Pembeda Indeks Diskriminasi Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek (Poor)

0,20 – 0,40 Cukup (Satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (Good)

0,70 – 1,00 Baik Sekali (Excellent)

D = 0, berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1, berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

D = - .... (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi

2. Pengolahan Data Hasil Penelitian a. Analisis Data Hasil Observasi

Data yang diperoleh dari lembar observasi yaitu tentang keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar fisika dengan strategi pembelajaran metakognitif. Dalam Asfarina (2012) dituliskan bahwa untuk aktivitas guru dan siswa dihitung dengan tafsiran presentasi keterlaksanaan berikut:

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan aktivitas, dapat diinterpretasikan pada tabel berikut:

Table 3.6. Kriteria Persentase Keterlaksanaan aktivitas pembelajaran Persentase (%) Kategori

0,00 – 24,90 Sangat kurang

25,00 – 37,50 Kurang

37,60 – 62,50 Sedang

62,60 – 87,50 Baik

(34)

34

b. Pengolahan data Tes Prestasi Belajar

Peningkatan prestasi belajar siswa setelah diimplementasikannya strtaegi pembelajaran metakognitif dihitung dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Menurut Hake (1999), rumus yang digunakan adalah:

Untuk menginterpretasikan nilai gain ternormalisasi <g> yang diperoleh dari perhitungan diatas, digunakan kriteria gain ternormalisasi seperti ditunujukan pada tabel 3.6

Table 3.7. Kriteria Gain yang dinormalisasi

<g> Kriteria

<g> 0,7 Tinggi 0,3 <g> < 0,7 Sedang

<g> < 0,3 Rendah

c. Pengolahan data Tes Pengetahuan Metakognitif

Sama halnya dengan pengolahan data tes prestasi belajar, peningkatan pengetahuan metakognitif pada penelitian ini juga dapat dianalisis dengan menggunakan rata-rata gain skor dan gain yang dinormalisasi. Menurut Hake (1999), rumus yang digunakan adalah :

d. Pengolahan Data Jurnal Belajar Untuk Keterampilan metakognitif Data dari jurnal belajar memuat data tentang pelaksanaan keterampilan metakognitif yang meliputi keterampilan mengidentifikasi, membuat perencanaan, memonitoring tindakan, dan mengevaluasi.

(35)

35

Keterlaksanaan kegiatan mengidentifikasi dari siswa pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan format identifikasi yang terdapat pada jurnal belajar. Adanya peningkatan keterampilan mengidentifikasi setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan dan tidak melakukan identifikasi dari suatu permasalahan pada setiap pertemuan. Untuk menyamakan permasalahan yang harus diidentifikasi oleh semua siswa, maka sebelum pembelajaran siswa diberikan pretest. Kemudian dari soal pretest tersebut siswa mengidentifikasi kekurangan dan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

Data yang didapatkan untuk keterampilan mengidentifikasi ini adalah data siswa yang melakukan identifikasi dan yang tidak melakukan identifikasi. Untuk mendapatkan persentase jumlah siswa yang melakukan dan tidak melakukan identifikasi maka digunakan persamaan dibawah ini :

Xi = Jumlah siswa yang melakukan atau tidak melakukan identifikasi ∑ X = Jumlah seluruh siswa

2) Perencanaan

Data yang diperoleh dari tahapan perencanaan ini adalah data siswa yang membuat dan tidak membuat perencanaan. Data tersebut didapat dengan menggunakan format perencanaan yang ada didalah jurnal belajar. Peningkatan keterampilan membuat perencanaan pada penelitian ini dilihat dari persentase jumlah siswa yang membuat dan tidak membuat perencanaan dari tiap pertemuan. Untuk mendapatkan persentase jumlah siswa yang membuat dan tidak membuat perencanaan maka digunakan persamaan dibawah ini :

(36)

36

3) Monitoring Tindakan

Kegiatan monitoring tindakan dilakukan setelah siswa membuat suatu rencana tindakan. Data yang didapatkan dari tahapan monitoring tindakan ini adalah data keterlaksanaan siswa dalam melaksanakan rencana yang sudah dibuatnya. Data dari monitoring tindakan ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu siswa melaksanakan seluruh rencana yang dibuat, siswa melaksanakan sebagian rencana yang dibuat, dan ketegori terakhir siswa tidak melaksanakan semua rencana yang dibuat. Data tersebut didapatkan dari format monitoring tindakan yang ada didalam jurnal belajar. Siswa mengisi format tersebut dengan tanda ceklist untuk rencana yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Adanya peningkatan keterampilan monitoring tindakan pada penelitian ini dilihat dari peningkatan persentase dari rencana tindakan yang dilaksanakan oleh siswa. Untuk mendapatkan persentase dari tiap kategori pada tahapan monitoring tindakan ini menggunakan persamaan dibawah ini :

Xi = Jumlah siswa pada tiap kategori tahapan monitoring tindakan ∑ X = Jumlah seluruh siswa

4) Evaluasi

Data yang diperoleh dari tahapan evaluasi ini adalah data siswa yang melaksanakan dan tidak melaksanakan evaluasi. Data tersebut didapat dengan menggunakan format evaluasi yang ada didalah jurnal belajar. Peningkatan keterampilan melakukan evaluasi pada penelitian ini dilihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan dan tidak melakukan evaluasi dari tiap pertemuan. Untuk mendapatkan persentase jumlah siswa y yang melakukan dan tidak melakukan evaluasi maka digunakan persamaan dibawah ini :

(37)

37

(38)

38

menganalisis data Menyusun hasil penelitian dan kesimpulan

H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Dari hasil uji coba instrumen kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kriteria butir soal apakah layak atau tidak untuk digunakan. Analisis instrumen tersebut mencakup validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

1. Instrumen Tes Prestasi Belajar

a. Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Analisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal menggunakan software Microsoft Excel. Berikut hasil pengolahan datanya :

Table 3.8. Hasil Pengolahan Uji Instrumen Tes Prestasi Belajar

No. Soal Validitas

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,39 Rendah 0,73 Mudah 0,40 Baik Revisi

2 0,11 Sgt rndah 0,43 Sedang 0,22 Cukup Revisi

3 0,43 Cukup 0,35 Sedang 0,33 Cukup Dipakai

4 0,15 Sgt rndah 0,85 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

5 0,21 Rendah 0,98 Mudah 0,32 Cukup Revisi

6 0,32 Rendah 0,45 Sedang 0,3 Cukup Revisi

7 0,51 Cukup 0,75 Mudah 0,51 Baik Dipakai

8 0,61 Tinggi 0,75 Mudah 0,51 Baik Dipakai

9 0,41 Cukup 0,73 Mudah 0,40 Baik Dipakai

(39)

39

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan hasil pengolahan tersebut kemudian dimasukan kedalam rumus untuk mencari reliabilitas soal, diperoleh reliabilitas tes ini adalah 0,5 dengan kriteria cukup.

2. Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif a. Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Analisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal pengetahuan metakognitif menggunakan software Microsoft Excel. Berikut hasil pengolahan datanya :

Tabel 3.9. Hasil Pengolahan Uji Instrumen Tes Pengetahuan Metakognitif

No. Soal Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(40)

40

3. Prosedural 0,81 Sgt tnggi 0,83 Sgt mudah 0,23 Cukup Dipakai

3. Kondisional 0,76 Tinggi 0,65 Mudah 0,26 Cukup Dipakai

4. Deklaratif 0,50 Cukup 0,77 Mudah 0,18 Buruk Revisi

4. Prosedural 0,60 Cukup 0,58 Sedang 0,42 Baik Dipakai

4. Kondisional 0,71 Tinggi 0,58 Sedang 0,38 Cukup Dipakai

b. Reliabilitas Soal

(41)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, pengolahan, dan analisis, terkait implementasi strategi pembelajaran metakognitif dan impaknya terhadap peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA, memberikan beberapa simpulan,

Pertama, Implementasi strategi pembelajaran metakognitif dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu tahap identifikasi permasalahan, tahap perencanaan tindakan, tahap monitoring tindakan, dan tahap evaluasi. Berdasarkan hasil observasi, keterlaksanaan dari strategi pembelajaran metakognitif dikategorikan sangat baik dengan persentase keterlaksanaan dari seluruh tahapan mencapai 80% lebih.

Kedua, adanya peningkatan kemampuan metakognitif siswa setelah

diimplementasikannya strategi pembelajaran metakognitif. Hal tersebut

ditunjukan oleh pencapaian rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> untuk

pengetahuan metakognitif dan adanya peningkatan persentase jumlah siswa yang

melakukan dan melaksanakan aspek-aspek dari keterampilan metakognitif dari

tiap pertemuan. Nilai <g> untuk tiap aspek pengetahuan metakognitif yang

meliputi pengetahuan deklaratif mendapat nilai <g> sebesar 0,72 dengan kategori

tinggi, pengetahuan prosedural mendapat nilai <g> sebesar 0,66 dengan kategori

sedang, dan untuk pengetahuan kondisional mendapat nilai <g> sebesar 0,54

(42)

67

Ketiga, adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif setelah diimplementasikannya strategi pembelajaran metakognitif. Hal tersebut

dibuktikan oleh pencapaian rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>.

Peningkatan prestasi belajar siswa setelah diimplementasikannya strategi pembelajaran metakognitif adalah sebesar 0,56 dikategorikan pada kategori sedang.

B. Saran / Rekomendasi

Saran atau rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan diantaranya sebagai berikut:

1. Implementasi strategi pembelajaran metakognitif lebih efektif dilaksanakan

dengan menggunakan bantuan jurnal belajar sehingga semua tahapan yang harus dilakukan dalam strategi pembelajaran metakognitif dapat terekam dengan baik didalam jurnal belajar yang dapat memudahkan siswa untuk mengevaluasi semua hal yang sudah dilaksanakan

2. Pengembangan lebih lanjut instrumen untuk mengukur pengetahuan

metakognitif siswa harus dilakukan supaya instrumen yang dibuat benar

-benar bisa mengukur pengetahuan metakognitif siswa.

3. Untuk mengatasi keterbatasan waktu dalam penerapan strategi metakognitif,

beberapa tahapan dalam strategi metakognitif tersebut bisa dilakukan diluar jam pembelajaran seperti dilakukan dirumah. Siswa bisa melakukan tahapan identifikasi, perencanaan, dan monitoring tindakan diluar pembelajaran dengan terlebih dahulu mendapatkan arahan yang diberikan guru, sehingga pada saat pembelajaran hanya melaksanakan tahapan diskusi dan evaluasi saja.

4. Untuk mengukur keterampilan metakognitif sebaiknya menggunakan rubrik

(43)

68

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R. (2001). “A Taxonomy For Learning,

Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives)”. New York: Addision Wesley Longman, Inc.

Annemieke E. Jacobsea; Egbert G. Harskampa.(2009). “Student-controlled meta-cognition training for solving word problems in primary school mathematics”. The Netherlands Educational Research and Evaluation. 15,(5), 447–463.

Appamaraka, S. Suksringarm, P. Singseewo, A. (2009). “Effects of Learning Environmental Education Using the 5Es-Learning Cycle Approach with the Metacognitive Moves and the Teacher’s Handbook Approach on Learning Achievement, Integrated Science Process Skills and Critical Thinking of High School (Grade 9) Student”. Pakistan Journal of Social Sciences. 6, (5), 287-291.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asfarina.(2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Pelajar Siswa pada Pelajaran Fisika.UPI.Bandung Blakey, Elaine & Spence, Sheila. (1990). Developing Metacognition. New York:

ERIC Clearinghouse on Information Resources Syracusa NY.

Collins, Norma Decker. (1994). Metacognition and Reading To Learn. New York: ERIC Clearinghouse on Information Resources Syracusa NY.

Daryaee, A. Malkhalifeh-Rostamy, M. Amiripour, P. (2012). “Executive Actions with Emphasis on Meta-Cognitive Skills for Mathematics classrooms”. Modern Journal of Education. 1, (4/5), 16-22.

(44)

69

Flavell. (1976). Metacognition. [Online]. Tersedia:

http://www.instructionaldesign.org/concepts/metacognition.html [13 November 2012]

Gagne, Robert M. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran (Essential of learning for Instruction). (Terjemahan oleh Hanafi & Manan). Surabaya: Usaha Nasional.

Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Hacker, D.J. Metacognition: Definitions and Empirical Foundations. [Online]. Tersedia:http://vcell.ndsu.nodak.edu/~ganesh/seminar/Hacker_Metacog Diagnostic Test. [Online]. Tersedia: http://physics.indiana.edu/hake [6 Januari 2013]

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Huitt, William G. (1997). Metacognition. [Online]. Tersedia:

http://tip.psychology.org/meta.html. [19 November 2012]

Lidinillah. (2007). Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya Pada

Kemampuan Belajar Anak. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/KD-

TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548 - dindin abdul muiz lidinillah/Perkembangan Metakognitif.pdf - - [6 Januari 2013]

Livingston, J.A. (1997). Metacognition: An Overview. [Online]. Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm

[13 November 2012]

(45)

70

Pelajaran Biologi di SMA Negeri Plangka Raya”. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20,(2).

Pummawan, Archaree. (2007). “The Development of an E-Learning Module On The sandy Shores Ecosystem For Grade-8 Secondary Students”. Educational Journal of Thailand. 1, (1), 95-110.

Romli, M. (2010). “Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika”. Jurnal Aksioma. 2, (2), 1-16.

Saif.A.(1999).Modern educational psychology. Tehran: Agah.

Sarac, S. Karakelle, S. (2012). “On-line and Off-line Assessment of Metacognition”. International Electronic Journal of Elementary Education. 4, (2), 301-315.

Schoenfeld, A.H. (1987). What’s all the fuss about metacognition?. [Online]. Tersedia: http://mathforum.org/sarah/Discussion.Sessions/Schoenfeld.html

[19 November 2012]

Shannon, S.V. (2008). “Using Metacognitive strategies and Learning Styles to Create Self-Directed Learners”. Institute for Learning Styles Journal. 1, 14-28.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Upi.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Gambar

Tabel 3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Soal
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.5. Kriteria Indeks Daya Pembeda
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya didampingi oleh pembina fungsi dari Setum Polri melakukan simulasi surat menyurat antar unit kerja Lemdiklat Polri dimana peserta dibentuk dalam tiga grup dan

Sesuai dengan penelitan ini maka jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang memaparkan dan bertujuan untuk memberikan gambaran serta

Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang mengangkat

Saat ini merupakan cara yang valid dari meretrieve sebuah Connection object, method ini menganjurkan para pengembang untuk tetap mengikuti method tersebut dari seperti detail

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengakses tabel yang tersimpan pada database Acces dengan menggunakan ODBC.. Click Start, Settings, Control Panel, Administrative Tools, Data

[r]

Kesimpulan dari penelitian adalah ada faktor pengetahuan, sikap, petugas kesehatan, dukungan suami dan kader posyandu dalam pemakaian MKJP di Kecamatan Medan

Bentuk deiksis persona ketiga jamak pada bahasa Jawa Semarang dan Bahasa Jawa Banyumasan memiliki persamaan baik dalam tataran krama maupun ngoko. Bentuk deiksis persona