• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DI KOTAMADYA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DI KOTAMADYA BANDUNG."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM

PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS

PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

Dl KOTAMADYA BANDUNG

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

DADANG SUNGKAWA 9 4 9 6 2 8

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof.Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.

Pembimbing II

Prof .Dr.HTFTTnrsid Sumaatmadja

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Pengelolaan Pembelajaran PLS Da

lam Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-lintas Pengemudi

Ken-daraan Bermotor Di Kotamaaya Bandung, penelitian ini pada

dasarnya ingin mengidentifikasi kondisi dan permasalahan

yang berkenaan dengan pengelolaan dan proses pembelajaran

PLS dalam mendidik calon pengemudi, dengan berdasarkan

a-tas masalah » masih adanya kesenjangan antara figur

pe

ngemudi yang ada dalam kenyataan dewasa ini dengan figur

pengemudi ideal yang dinarapkan oleh masyarakat".

Secara operasional penelitian ini dilaksanakan atas

pertanyaan apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS

kepada pengemudi dan calon pengemudi sudah mengacu kepada

upaya membina siKap disiplin berlalu-lintas. Metode pene

litian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik, de

ngan teknik pengumpulan data menggunakan

observasi,wawan-cara, doKumentasi dan studi literatur.

Eemuan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Pengelolaan dan proses pembelajaran yang >dilaksanakan

oleh lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan bermo

tor belum mengacu pada upaya membina sikap

disiplin

berlalu-lintas bagi calon-calon pengemudi.

(4)

2. Belum semua pengelola angkutan umum memberikan pembi

naan sikap disiplin berlalu-lintas kepada para

penge-mudinya.

3. Sopir-sopir senior umumnya belum memberikan pembinaan

sikap disiplin berlalu-lintas kepada calon

pengemudi

sehingga dampaknya terhadap para pengemudi baru

cen-derung kurang disiplin.

4. Paktor-faktor yang berpengaruh iangsung terhadap pem

binaan sikap disiplin berlalu-lintas adalah tidak

di-peroiehnya materi pembelajaran mengemudi secara

leng-Kap ( meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan

psi-komotorik), sikap dan kesadaran disiplin

pengemudi

rendah, keterbatasan pendidikan masyarakat di

bidang

lalu-lintas, belum ditegakan U.U. No.14 . Tahun

1992

secara tegas, keterbatasan petugas pengawas lalu-lin

tas, kurang lengkapnya rarabu-rambu dan marka jalan.

5. Sarana dan prasarana di lembaga-lembaga kursus menge

mudi umumnya belum lengkap.

6. Pihak kepolisian (SATLANTAS) belum memberlakukan

se-leksi yang ketat dalam pemberian SIM.

7. Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas yang telah

dilaksanakan oleh Pengelola Bus DAMRI dan Taksi kepa

da para pengemudinya patut ditiru oleh para pengelola

angkutan lainnya.

(5)

DAPTAR ISI

Halaman

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR V

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAPTAR ISI xiii

DAPTAR TABEL xviii

DAPTAR GAMBAR xix

DAPTAR LAMPIRAN xx

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Beiakang Masalah dan Dasar

Pemikiran 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan

penelitian • 12

C. Definisi Operasional 16

D. Tujuan Penelitian 25

E. Manfaat Penelitian 25

BAB II. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA 27

A. Konsep dan Ruang Lingkup PLS 21

1. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai

Landasan Penyelenggaraan PLS ... 2£

2. Pendidikan Orang Dewasa (POD)... 36

3. Empowering Process 45

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia .... 50

(6)

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Melalui Pendidikan

53

2. PengemDangan Sumber Daya Manusia

Melalui Perbaikan Kesehatan

59

C. Pengembangan Sumber Daya Pengemudi..

62

1. Prasyarat dan Perangkat Menjadi

Pengemudi • •

2. Proses Menjadi Pengemudi

71

3. Pengelolaan Sumber Daya Pengemudi

92

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 99

A. Metode Penelitian , 99

B. Subjek Penelitian

-10.3

C. Tahapan Kegiatan Penelitian

105

1. Pembuatan Rancangan Penelitian •• XO-5 2. Pelaksanaan Penelitian ... .105

3. Pembuatan Laporan Penelitian ••••

106

D. Teknik Pengumpuian Data

••

'3-Q6

1. Observasi

.407

2. Wawancara

3. Dokumentasi •

4. Studi Literatur

.113.

5. Trianggulasi

^43

E. Pengolahan dan Analisis Data

115

P. Tempat dan Penjadwalan Waktu

Penelitian 117

BAB IV. HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 119

A. Deskripsi Pembelajaran Calon

Pengemudi pada Lembaga Kursus

' 130

xiv

63

(7)

1. Hasil Wawancara dengan Pengelola

Kursus Mengemudi

130

2. Hasil Wawancara dengan Warga

Belajar

J-31

3. Hasil Wawancara dengan Kepala

SATLANTAS POLWILTABBS Bandung,

Kepala DLLAJR dan Kepala PKTMB ....

132

4. Analisis Pembelajaran Calon

Pengemudi pada Lembaga Kursus

....

134

B. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi

pada Kegiatan Magang

142

1. Hasil Wawancara dengan Permagang .. 142 2. Hasil Wawancara dengan Pemagang ... 143 3. Hasil wawancara dengan Kepala

SATLANTAS POLWILTABES Bandung dan

Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung ...

143

4. Analisis Pembelajaran Calon

Pengemudi pada Kegiatan Magang

...

144

C. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi

Secara Mandiri • 147

1. Hasil Wawancara dengan Calon

Pengemudi Mandiri

147

2. Analisis Pembelajaran Calon

Pengemudi Secara Mandiri

148

D. Analisis Pembelajaran Calon Pengemudi

Berdasarkan Komponen-Komponen PLS ... 149

1. Masukan Sarana • 149

2. Masukan ivientah 150

3. Masukan Lingkungan

150

(8)

4. Proses 151

5. Keluaran (output) 151

6. Masukan lain (other input) 151

7. Pengaruh (impact) 153

E. Penilaian Masyarakat Terhadap

Kedisiplinan Pengemudi 153

P. Pembinaan Sikap Disiplin

Berlalu-lintas Kepada Pengemudi 167

1. Pembinaan Oleh Satuan Lalu Lintas

POLRI 168

2. Pembinaan oleh DLLAJR 169 3. Pembinaan oleh Pengelola Angkutan

Umum 170

4. Pembinaan oleh KOBANTER Baru ... 181

G. Dampak Pembinaan Kedisiplinan Berlalu

lintas Kepada Pengemudi 183

H. Paktor yang Berpengaruh pada Pembina

an Sikap Disiplin Berlalu-lintas .... 184

1. Paktor Pendidikan 184

2. Keterbatasan Pendidikan Masyarakat

di Bidang Lalu Lintas 185

3. Penegakan Undang Undang No.14

Tahun iyy2 Secara Adil dan Tegas.. 186 4. Keterbatasan Petugas Kepolisian

dan LLAJR 187

5. Kurangnya Ramou-Rambu dan Marka

Jalan 158

6. Sikap Disiplin dan Kesadaran

Disiplin Pengemudi ftendah 188

(9)

H. Diskusi Hasil Penelitian 190

I. Temuan Hasil Penelitian 194

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

197

A. Kesimpulan

197

B. Rekomendasi ••• 199

DAPTAR BACAAN

2°4

LAMPIRAN

209

(10)

DAPTAR TABEL

label Halaman

1.2. Golongan SIM, Syarat Umur dan Pindah Go

longan SIM 66

2.4. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Kursus Me

ngemudi 129

3.4. Aspek Pembelajaran Pada Kursus Mengemudi 141

4.4. Komponen-Komponen PLS Dalam Pendidikan

Mengemudi » 152

(11)

DAPTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.2. Diagram Empowering Process Dalam PLS .. 50

2.2. Bentuk Dan Komposisi Kukusan SDM

Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun

1990 56

3.2. Sistem Magang Dalam Mengemudi 77

4.2. Unsur-Unsur Kegiatan Belajar Sebagai

Proses 82

5.2. Pengelolaan Sumber Daya pengemudi ... 98

6.4. Struktur Organisasi Lembaga kursus

Mengemudi 126

7.4. Struktur Organisasi Lembaga Kursus

Mengemudi Yang Memiliki Cabang 127

(12)

DAPTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1 Susunan Kepengurusan Perhimpunan Kursus

Tek-nik Mengemudi Bandung

209

2 Kurikulum dan Sylabus Pendidikan Mengemudi

Kendaraan Bermotor •• 212

3

Pedoman Wawancara

216

4

Poto-Poto Hasil Observasi

223

5

Surat Izin Penelitian

235

6 Riwayat Hidup

236

(13)
(14)

BAB I

P E N D A H U L U A N

Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran

Peningkatan mutu sumber daya manusia yang

di-iringi dengan usaha pemerataan memperoleh pelayanan

pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan Republik

Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasi-onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut

ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone

sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah

dan pendidikan luar sekoiah.

Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah

merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional

yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me

ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa,

kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat

ke-bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Pa-sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah

(15)

pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar

seko

iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak

ha-rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan

menu-rut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73

tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1

ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah

pendidikan

yang diselenggarakan di luar sekoiah baik

dilembaga-kan maupun tidak.

Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam bukunya yang

berjudul » Nonformal Education

«

mengemukakah

bahwa

pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang

dilakukan secara sengaja dan sistematis. Pendidikan

ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama

yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi

dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela dan

selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan

pe-serta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"

guh.

Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da

ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan

pe-luang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk

terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan

(16)

D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai

berikut :

Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pela

yanan pendidikan yang dilakukan dengan

-\

sengaja,

teratur dan berencana di luar sistem

sekoiah,ber-langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk

meng-aktualisasi potensi manusia sehingga terwujud ma

nusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu me

ningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam

ke

giatan sosial dan pembangunan masyarakat. .

Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,

yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah

dalam

penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se

koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen

jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

mengak-tualisasi potensi setiap manusia agar hidup di

dunia

ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah

a-dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,

dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,

guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya,

(2)

membina warga belajar agar memiliki

pengetahuan,.-kete-rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk

•eie-ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau

.^elan-jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)

memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat

(17)

4

Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat

keketa-tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan

de

ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko

iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan

isi

program yang bervariasi dibandingkan dengan

pendidikan

sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah

tidak

seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah

a-dalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik

an. Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi

dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat

se-bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik

an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•

Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan

masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:

2 ) sebagai berikut :

Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;

masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lem

baga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiah

yang ada di masyarakat berjalan seiring

dengan

pembudayaan, pelatihan dan pengembangan

sumber

daya manusia melalui lembaga, organisasi dan

ke-lompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan

pandangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan

-kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengeta-huan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang di lakukan secara sistematik,' terarah dan memiliki

(18)

berkembang sejak dulu, seperti pewarisan

pengetahu.-an, keterampilpengetahu.-an, sikap, nilai, norma, melalui pen

didikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,

dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendi

dikan di pondok pesantren.

Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da

ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang

se-jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^

kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan

martabat

manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio

-nal.

Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia

Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3, satuan

pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be

-lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2) Pasal

10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen

-didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke

giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan

bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa

ciri-ci-ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi

dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar sekoiah

berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta

didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran ,

(19)

Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan luar

sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional

menca-kup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan

tersebut diselenggarakan di luar subsistem sekoiah.

Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya ialah

Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan Pen

didikan Perluasan.

Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah

ke-sempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat

luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar

warganya memiliki kecakapan membaca, menulis,

berhi-tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa

ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai

warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam

per-kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau

pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para pemimpin

masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan

mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula pe-nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan ma

syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu

di-lakuKan secara dinamis.

Pendidikan orang dewasa ( Adult

Education)ada-lah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ;

(20)

merupa-kan seluruh proses pendidimerupa-kan yang terorganisasi

di

luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar,

tingkat-an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun

tidak,me-liputi upaya keianjutan atau perDaikan

pendidikan

yang diperoleh dari sekoiah, akademi,

universitas,a-tau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan

bagi

orang-orang dewasa dalam lingkungan

masyarakatnya,a-gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya

pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik

kete-rampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper

oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan

peri-lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang

dewasa

mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar

-tisifasi secara seimbang dalam kehidupan

sosial,eko-nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan

deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki

berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan

berke-lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,

pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.

Pendidikan perluasan (Extension

Education)ada-lah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,

ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke

(21)

8

Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko

iah di atas, penulis dalam penelitian ini

mengungkap-kan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi

kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu

ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa.

Se-dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73 Tahun

1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk jenis

pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.

(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan yang

mengutamakan perluasan dan peningkatan

kete-rarapilan dan sikap warga belajar dalam bi-dang tertentu.

(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan pendi

dikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan kemampuan dan sikap warga belajar untuk me menuhi persyaratan peKerjaan tertentu pada

satuan Kerja yang bersangkutan.

Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas bisa

diterapkan pada saat warga belajar mengikuti pendi

dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau

sete-lah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam pen

didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma

salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di

kota-kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan

lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan

(22)

9

Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter

dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus

meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam

pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk

korban yang luka berat sehingga cacat

seumur

hidup

( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian

U-mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa

warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan ' lebih

dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan

kerugi-an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah ( Tabah,

1991 : 304 ).

Menurut data dari Polisi Daerah Jawa

Barat,ter-catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas

1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di

perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada tahun

1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan

lalu-lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang me

ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.

1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).

Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah

lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan

lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia

(23)

ka-10

ki, penumpang angkutan umum dan penumpang mobil

pri-badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas,

(2)

Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas

ken-daraan, kelengkapan flsik kenken-daraan, serta

kelengkap-an surat-surat kendarakelengkap-an, (3) Paktor jalkelengkap-an/lingkungkelengkap-an

seperti ruas dan badan jalan, jembatan, saluran air,

tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan,

se-lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan,

dan

(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu

koordinaei

antara petugas yang terkait seperti

Polisi,

DLLAJR,

POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas parkir,

teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta

pe-negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.

Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah

lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan

pe

nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa

Marga(lN-DOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya kecelakaan

lalu-lintas di jalan Tol 69 %disebabkan oleh manusia

dan 31

%

disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me

nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum

(54,72

%),

sopir perusahaan/lembaga (19,15

%),

sopir

pribadi (13,67

%),

pelajar/mahasiswa (4,32

%),

ABRI

(24)

11

Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH

( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas

yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan

para sopir

itu tidak menjiwai

tugas

sebagai sopir, mereka

asal

kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per

bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996

jam

22.30 - 23.00 ).

Demikian pula halnya dengan keadaan di

Kotamad

ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas

pada

tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh

para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di

la-pangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya

Bandung

ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang

nenia-bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas

Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota

Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas

pada

tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun

1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun 1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas

( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )

Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas

(25)

12

SLTA ( 56,53

%),

dan Perguruan Tinggi ( 10,24

%

).Pro-fesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995

di-ketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49

%)t

pegawai

swasta ( 31,73

%

), mahasiswa ( 7,01

%

), pelajar

(12,

37

%

), sopir ( 5,56

%

), sopir umum ( 32,57

%

),

peda-gang ( 3,27

%

), dan Iain-lain ( 2,20

%

). Selanjutnya

pelaku pelanggaran lalulintas yang ditilang berdasar

-kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,

25

%

), SIM A Umum ( 23,19

%

), SIM B 1 ( 6,26

%),

SIM

B 1 Umum ( 17,79

%

), SIM B 2 ( 0,99

%

), SIM B 2 Umum

( 3,82

%

), SIM C ( 24,15

%

), dan tidak memiliki

SIM

sebesar 7,55

%

( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).

Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya

Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian

dengan

korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu

ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki

-tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 32)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas

ma-ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

masih

adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang

ada

dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^

deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi

(26)

ta-13

at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam

berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi

seoagai pelayan masyarakat.

Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi

yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki

de-dikasi yang tinggi terhadap aktifitas

mengemudi

sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini

memenuhi

persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif

dan

psikomotorik.

Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki

o-leh seorang pengemudi adalah (1) memiliki

•penge-tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,

undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan,

ukur-an kendaraukur-an, muatukur-an, kualitas kendaraukur-an,

kelas

jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki

pe-ngetahuan

tentang letak dan lokasi jalan atau

me-nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan

ta-ta cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.

Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki

o-leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan

taat pada peraturan lalu-lintas baik pada

waktu

(27)

pe-14

ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke

hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da

lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di

rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan, selalu

memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain

yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan

anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda

-raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan

lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu

men-jaga hak dan kewajibannya sebagai

pengemudi,(4)me-melihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser

ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat yang

aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu

di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya dan

orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi ang

kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda

raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia

a-tau barang, (7) dalam berbicara aa-tau bertegur sapa

dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu

di, penumpang dan seDagainya selalu -/menggunakan

kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai

berga-ul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum, khu

(28)

me-15

matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar terjaga

keselamatan diri, kendaraan serta penumpang yang

dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota

perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk

ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.

Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki

oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai

keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya

baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah

a-tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk

member-baiki dan menanggulangi kendaraan yang dibawanya

apabila mogok di jalan atau mengalami kerusakan,

(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan

perta-ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk

semen-tara waktu ia dapat memberikan pertolongan pada

dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala

mi kecelakaan..

Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me

dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :

a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan

ber-motor di Kotamadya Bandung.

b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,

dan Angkutan Kota.

c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet

(29)

16

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men

jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS

pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor

di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya

membina sikap disiplin berlalu-lintas terhadap

calon pengemudi'?

bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan

pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas kepada

para pengemudinya ?

c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem

binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon

pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi

plinan para pengemudi baru ?

d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada

pembi-naan sikap disiplin berlalu-lintas.

C. Dffifinisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam

menaf-sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu untuk

menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam pene

(30)

17

1. Pengelolaan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Badudu-Zain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti

peng-urusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian

manajemen menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich

(1987 : 5) adalah sebagai berikut :

Management is the process undertaken by one

or more individuals to coordinate the "aclri-vities of others to achieve results •nvrt''* a-chievable by one individual acting alone.And the process of management should be studied

by anyone planning to become a successful ma nager.

artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di

lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang untuk

mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha

sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku

kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro

ses manajemen akan dimulai dari seseorang

mempela-jari perencanaan sampai ia menjadi manajer yang

berhasil.

Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11) pe

ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ke

terampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan

bersama orang lain atau melalui orang lain dalam

mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana

(31)

18

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan

meren-canakan, mengorganisasikan,menggerakan,

mengen-dalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam

mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia

sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan

or

ganisasi yang teiah ditetapkan secara efisien

dan efektif.

Dari beberapa pengertian di atas penulis

berke-simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam

penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan

oleh sejumlah orang secara terpadu dengan

mendayagu

nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia

dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.

2. Pembelajaran

Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran

dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik

dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar

terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke

giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif

an-tara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela

jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar

dan

sumber belajar berperan untuk membantu agar warga

belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.

Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan

pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke

mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat

(32)

19

3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )

Menurut The South East Asian Ministry of Edu

cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu

ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam

ar-ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi yang

teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah

sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor

-masi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan

sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya

( D. Sudjana, 1993 : 43 ).

Pengertian pendidikan luar sekoiah yang lain

dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba

-gai berikut :

Non formal education : any organized .eaucati-* onal activity outside the established formal system - whether operating separately or as an important feature of some broader

:^aetivity-that is intended to serve identifiable lear ning clienteles ana learning oojectives.

artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for

mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan

sistematis, di luar sistem persekolahan, yang

aise-diakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe

serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul

(33)

meru-20

pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi

lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat

komu-nikasi yang teratur aan terarah oaik secara

indivi-du maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang

dibutuh-kan untuk mengembangdibutuh-kan. potensi setiap orang baik

anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me

ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi

dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk

belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan

sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir

segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat

meng-anaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana atau

dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan

bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan

metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada sem

barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat

diselenggarakan secara pragmatis.

4. Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya

meme-lihara dan membawa sesuatu keadaan yang seharusnya

terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di

dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah, pembinaan

(34)

21

yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari

ren-cana (

V.

Sudjana, 1992 : 157 ).

-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,

setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber

belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran

PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.

Bentuk dari pembinaan itu dapat menggunakan

pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan

Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola

atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan warga

belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,

diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen

dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui

pe-tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.

5. Sikap —

Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,

dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :

...attitudes-enduring systems of positive or negative evaluations, emosional feeling and pro or contra action tendencies with respect to social objects.

artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari

(35)

pe-22

rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan

untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha

-dap obyek-obyek sosial.

Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu

Ah-madi, 1990 : 163 ) :

Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mu-dah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atau

obyek yang ber isi komponen-komponen cogniti

ve, affective dan behavior.

sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude

merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat

merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si

kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk

ber-tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.

Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil

kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende

-finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang

sama

yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre

disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si

kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati,

se

hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan

pikir-an seseorpikir-ang. karena itu baik buruknya sikap

(36)

pa-23

da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda

-pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi seseorang

untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari

luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor yang

berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga

ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma

-syarakat.

Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba

nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas dapat

ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar

an sehingga menjadi sikap permanen yang

positif.Ka-rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang

positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia

kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi

a-turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila

seorang

pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap di

siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha

dap peraturan lalu lintas.

5. Disiplin

Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985

:254)di-siplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta

ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan

mak-sud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata

(37)

24

Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan

disip-'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya

itu pada peraturan lalu lintas.

6. Lalu Lintas

Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut

an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )

yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken

-daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut

Djajapermana ( 1980 : 1 ) lalu lintas adalah

gerak

pindah manusia baik dengan alat penggerak

maupun

tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat la

in.

Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas

dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda

empat

yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/

preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma

nusia dan barang ).

i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai

dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang

lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe

nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus

mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken

-daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam

membina

(38)

25

D. Tujuan Penelitian

Dengan berpijak pada rumusan masalah dan per

tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya

penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de

ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada

kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko

tamadya Bandung.

2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut

an umum dalam fmembina sikap disiplin '.

berlalu-lintas kepada para pengemudinya.

3» Untuk memahami proses pembelajaran magang dalam

kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi

plinan para pengemudi baru*

4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang

berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu

lintas.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus menge

mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma

sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan

(39)

dilaksana-26

kan selama ini.

2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya pro

gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da

pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya

manusia pengemudi.

3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini dapat

dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke

pada calon pengemudi (warga belajar)

terutama

yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi

berlalu-lintas.

4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini

ber-manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela

jar dan pengalaman sehari-hari.

5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin

u-saha dan izin penyelenggaraan kepada -

lemoaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil pene

litian ini dapat dijadikan salah satu acuan da

(40)
(41)

BAB III

PROSEDUH. PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

na-turalistik yang berupaya untuk melacak dan

mendeskrip-si data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara

a-lami. Menurut S. Nasution ( 1992 : 5 ) penelitian kua

litatif pada hakekatnya mengamati orang dalam ling

kungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

se-kitarnya. Untuk itu peneliti turun ke lapangan dan

berada di 3ana dalam waktu yang cukup lama.Apa yang

dilakukan oleh peneliti kualitatif naturalistik banyak

persamaannya dengan detektif atau mata-mata,penjelajah

atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk

mem-peiajari manusia tertentu dengan mengumpuikan data

yang banyak.

Penelitian kualitatif naturalistik bukan dituju

kan untuk mencari kebenaran secara mutlak, akan tetapi

mencari kebenaran berdasarkan pandangan berbagai pihak

yaitu pandangan dirinya sebagai peneliti,pandangan da

ri responden serta pandangan dari orang lain.Pandangan

pandangan tersebut tidak selalu bersifat subjektif

a-tau relatiyistik melainKan bisa juga objektif,

(42)

100

ga tercapai konsensus di antara pandangan - pandangan

itu

yang menghasilkan kebenaran objektif. "Kebenaran"

menurut penelitian kualitatif naturalistik

bergantung

pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam

masya

rakat ilmuwan ( S. Nasution, 1992 : 6 ).

Ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik me

nurut S. Nasution ( 1992 : 9 - 12 ) adalah sebagai beri

kut : (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau "na

tural setting", data dikumpuikan berdasarkan . observasi

situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa

dipengaruhi dengan sengaja; (2) peneliti sebagai instrumen pene

-litian atau alat pene-litian utama; (3) sangat deskriptif

diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dan

dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian; (4)

memen-tingkan proses maupun produk, juga memperhatikan

bagai-mana perkembangan terjadinya sesuatu; (5) mencari makna

di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat

me-mahami situasi atau permasalahan; (6) mengutamakan data

Iangsung dari lapangan dengan cara observasi atau wawan

cara; (7) trianggulasi, yaitu membandingkan inforpasi

tentang hal yang sama, yang diperoleh dari berbagai pi

hak,agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data;

(43)

101

dan mencatat data secara mendetail; (9) subjek yang

diteliti dipandang berkeduduKannya sama dengan peneli

ti, jadi tidak sebagai objek yang lebih rendah kedu

dukannya; (10) mengutamakan perspektii emic, artinya

mementingKan pandangan responden; (11) verifikasi, ya

itu mencari kasus-kasus yang berbeda dengan apa yang

teiah ditemukan untuk memperoleh hal yang lebih

diper-caya; (12) menggunakan «! audit trail " ( melacak )

a-pakah laporan penelitian sesuai dengan data yang

di-kumpulkan; (13) sampling purpostf yang dipilih menurut

tujuan penelitian dan biasanya hanya sedikit;

(14)par-tisipasi tanpa mengganggu, untuk memperoleh data dan

situasi yang alamiah; (15) mengadakan analisis sejak

awal penelitian dan selanjutnya sepanjang masa peneli

tian; (16) disain penelitian tampil dalam proses pene

litian.

Penggunaan metode kualitatif naturalistik dalam

penelitian didasarkan pada keinginan untuk memperoleh

gamoaran realitas yang holistik paua pengelolaan pem

-belajaran PLS dalam mengemudi kendaraan bermotor, se

hingga diharapkan akan mendapat pemahaman dan makna

( verstehen ) dari kegiatan tersebut, dalam situasi wa

jar tanpa dibuat-buat.

(44)

pene-102

liti bertindak sebagai instrumen utama ( key instru

ment ) untuk melacak, menseleksi, dan meratifikasi da

ta yang diperoleh dari lapangan. Karena bertindak se

bagai instrumen utama, maka peneliti terjun Iangsung

ke lapangan mengadakan observasi, pengamatan dan wa

wancara dengan responden ( sumber informasi dan infor

mal! )•

Mekanisme kerja yang dilakukan penulis dalam pe

nelitian kualitatif naturalistik ini meliputi :

1. Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya pengemudi

yang terjadi di masyarakat, mulai dari calon penge

mudi sampai menjadi pengemudi yang mandiri.

2. Mengidentifikasi program dan proses pembelajaran

PLS dalam mendidik calon pengemudi.

3. Menyelami pikiran, perasaan dan harapan responden

dalam upaya pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas

4. Dapat menganalisis keunggulan serta kelemahan pe

ngelolaan, program dan pembelajaran pendidikan me

ngemudi dewasa ini dikaitkan dengan upaya pembinaan

sikap disiplin dalam berlalu-lintas.

5. Membandingkan sifat-sifat pengemudi yang ada di la

pangan dengan persyaratan pengemudi ideal.

(45)

penge-103

mudi.

Dasar pertimbangan penulis menggunakan

metode-penelitian kualitatif naturalistik ini adalah :

1. Ruang lingkup objek penelitian merupakan manusia

yang memiliki sikap, perilaku, pikiran dan

kei-nginan yang selalu berubah-ubah secara cepat se

suai dengan kondisi perkembangan zaman.

2. Pembinaan sikap disiplin dalam berlalu - lintas

bukan merupakan program pembelajaran yang dapat

berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi pula oleh

latar belakang kepribadian, pendidikan dan kehi

dupan sosial-ekonomi calon pengemudi.

3. Kecocokan dengan masalah dan tujuan penelitian.

B. Subjek Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah

orang-orang sumber informasi dan pemberi informasi

yang berkaitan dengan kegiatan serta kedisipilinan

para pengemudi kendaraan bermotor, yang terdiri

dari :

1. Sumber Belajar, yaitu :

a. Tiga orang pimpinan kursus mengemudi dari

Pe-lita Massa ( Persyaratan .- mengemudi cukup

(46)

ku-104

rang lengkap), dan Santosa (persyaratan mengemu

di tidak lengkap).

b. Tiga orang pimpinan perusahaan angkutan umum,ya

itu dari Perusahaan Umum DAMRI, Taksi 4848, dan

Angkutan Kota.

c. Pimpinan Perhimpunan Kursus Teknik Mengemudi Ban

dung (PKTMB).

d. Pimpinan Koperasi Bandung Tertib Baru ( KOBANTER

Baru ).

e. Pembina kedisiplinan para pengemudi, yaitu Kepa

la Satuan Lalu Lintas Polisi Wilayah Kota Besar

Bandung dan Kepala Dinas Lalu-Lintas Angkutan

Jalan Raya ( DLLAJR ) Kotamadya Bandung.

2. Warga Belajar, yaitu :

a. Lima orang pengemudi kendaraan bermotor roda

em-pat, dari jenis kendaraan pribadi/preman, angkut

an kota ( ANGKOT ), taksi, bus DAMRI dan truk.

b. Lima orang calon pengemudi, yang terdiri dari:

tiga orang dari lembaga kursus mengemudi, satu

orang dari magang ( kernet ), dan satu orang

la-gi dari belajar mandiri.

5* Pengguna Jasa Pengemudi, yaitu :

(47)

105

Smpat orang masyarakat pemakai jasa pengemudi da

ri jenis kendaraan truk, bus,.Taksi dan ANGKOT.

C. Tahapan iiegiatan Penelitian

Tahap-tahap kegiatan penelitian ini adalah se

bagai berikut :

1. Pembuatan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini penulis menyusun disain pene

litian berdasarkan hasil studi pendahuluan dari

permasalahan yang ditemukan di lapangan. Selanjut

nya untuk mendapatkan masukan dalam menmjau per

masalahan itu penulis mengikuti seminar pra disain

penelitian dan mendapatkan bimbingan serta

penga-rahan yang intensif dari tim dosen penilai,sehing

ga permasalahan yang akan diteliti disetujui.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan

-kegiatan yang meliputi : penyusunan instrumen pe

nelitian, pengumpulan data, pengolahan dan anali

sis data, membuat kesimpulan hasil temuan peneli

(48)

106

Dalam penelitian kualitatif naturalistik ,

yang terpenting peneliti sendiri berperan seoa

-gai instrumen utama ( Key instrument ) yang ter

jun Iangsung ke lapangan. Sedangkan pedoman wa

wancara yang dibuat olen penulis hanya memuat

pertanyaan-pertanyaan pokok untuk menjaring data

lapangan yang diperlukan.

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan puncak kegiatan pene

-litian yang dilakukan setelah pene-litian lapang

an berakhir, sekalipun laporan ini teiah dimulai

sejak proses penelitian berlangsung. Penulisan

laporan penelitian mi berdasarkan sistimatika

penulisan tesis yang diberlakukan pada

Program

Pasca Sarjana ikip Bandung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggu

nakan teknik observasi, wawancara,

dokumentasi,tri-anggulasi dan studi literatur. Masing-masing teknik

pengumpulan data tersebut akan dijelaskan

berikut

(49)

107

1. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan

data dengan cara peneliti mengadakan

pengamatan

secara Iangsung terhadap subjek-subjek yang

dite-liti. Teknik observasi ini dimaksudkan untuk

me-ngetahui situasi dan keadaan objek penelitian.

Subjek dan objek yang diamati penulis dalam

penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajar

an mengemudi pada kursus-kursus mengemudi, proses

kegiatan mengemudi untuk mendapatkan Surat

izin

mengemudi dan kegiatan pengemudi dalam

berlalu-lintas.

Observasi yang dilakukan adalah partisipa

-tif, yaitu penulis secara Iangsung menjadi

warga

belajar pada kegiatan kursus mengemudi dan menja

di masyarakat pemakai jasa pengemudi dalam

menga-mati kegiatan pengemudi berlalu-lintas.

Menurut S. Nasution ( 1992 : 59 - 60 ) man

faat observasi adalah (1) peneliti lebih mampu

me-mahami konteks data dalam keseluruhan situasi,(2)

pengalaman Iangsung memungkinkan peneliti

untuk

(50)

108

(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak

di-amati orang lain, khususnya orang-orang yang ber

ada dalam lingkungan itu, (4) peneliti dapat

me-nemukan hal-hal yang tidak terungkapkan dalam wa

wancara karena bersifat sensitir atau merugikan

nama lembaga, (5) peneliti dapat menemukan

hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti

memperoleh gambaran yang lebih konfrehensif, dan

(6) di lapangan peneliti memperoleh kesan - kesan

pribadi dalam merasakan suasana situasi sosial.

Peralatan khusus yang digunakan oleh penulis

dalam observasi ini disamping alat tulis menulis,

ialah kamera foto.

2. Wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk menca

ri informasi primer dari responden. Wawancara

a-tau interview merupakan bentuk komunikasi verbal

sebagai alat untuk mengungkapkan apa yang

.dipi-kirkan dan diinginkan oleh orang tentang berbagai

aspek kehidupan. Melalui wawancara yang mendalam,

kita dapat memasuki alam pikiran orang lain.

Wawancara ini dilakukan oleh penulis ter

(51)

109

alat tape recorder.

Tujuan wawancara ini adalah ingin mengidenti

fikasi kondisi dan permasalahan yang berkaitan de

ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS dalam

mendidik calon pengemudi dan para pengemudi.

Subjek-subjek yang akan diwawancara terdiri

dari :

a. Pengelola Kursus Mengemudi

Wawancara dilakukan pada kantor kursus me

ngemudi yang bersangkutan pada jam-jam kerja de

ngan pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama kur

sus, izin penyelenggaraan, jumlah kendaraan yang

dimiliki, jumlah pengemudi instruktur, kantor/ru

ang tunggu/ ruang kelas/kepustakaan, tujuan

pe-ngelolaan kursus, materi pembelajaran yang dibe

rikan kepada calon pengemudi, proses pembelajar

an, dan kaitan antara pengelolaan dan proses pem

belajaran dengan pembinaan disiplin berlalu-lin

tas.

D* Pengelola / Pemilik / Pengurus Angkutan Umum

Wawancara dilakukan di kantor / rumah ma

sing-masing pengelola pada jam-jam kerja dengan

pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama pengelola

(52)

110

jumlah personil, kedisiplinan pengemudi, usaha

membina sikap disiplin terhadap pengemudi, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembinaan

sikap disiplin berlalu-lintas.

c. Pengemudi Kendaraan Bermotor

Wawancara dengan para pengemudi mi dila

kukan di rumah, tempat kerja dan terminal-ter

minal kendaraan bermotor seperti di Cicaheum ,

K.ebon Keiapa, Leuwi Panjang dan Ledeng. Waktu

wawancara ini dicari pada saat yang tepat

ke-tika para pengemudi bersedia untuk diwawancara.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke

pada pengemudi ini adalah mengenai : usia pe

ngemudi, pendidikan, golongan SIM, pengalaman

sebagai pengemudi, cara memperoleh keterampil

an mengemudi, memiliki kernet atau tidak, ma

teri pembelajaran yang diberiKan kepada Kernet,

kedisiplinan Kernet setelah menjadi pengemudi,

pelanggaran lalu-lintas yang pernah diiaKukan,

dan mengapa pelanggaran tersebut dilakukan.

d. Calon Pengemudi atau Warga Belajar

Wawancara dilakukan pada calon pengemudi

pada saat istirahat di tempat kursus, di rumah

(53)

I l l

mengenai : Usia, pendidikan terakhir, cara bela

jar mengemudi,program pembelajaran, proses pern

-belajaran, materi pembelajaran yang

diterima,ka-itan antara materi dan proses pembelajaran de

ngan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas,dan

cara warga belajar dalam disiplin berlalu-lintas.

e. Pimpinan KOBANTER Baru

Wawancara dilakukan di Kantor KOBANTER Ba

ru jalan Sadang Serang Bandung, dengan pertanya

an-pertanyaan yang diajukan : kapan berdirinya

KOBANTER Baru, tujuan berdirinya

KOBANTER,usahausaha yang dilakukan KOBANTER Baru dalam pembi

-naan disiplin berlalu-lintas terhadap pengemudi,

dampaknya terhadap kedisiplinan para pengemudi ,

dan faktor-faktor apa yang berpengaruh pada pem

binaan sikap disiplm berlalu-lintas terhadap pa

ra pengemudi.

f. Kepala SATLANTAS POLWILTABES Bandung, Kepala

DLLAJR Kotamadya Bandung, dan Ketua PKTMB

Wawancara dilakukan di kantor masing-masing

lembaga tersebut pada jam kerja dengan pertanyaan

pertanyaan mengenai : apakah pengelolaan dan pro

ses pembelajaran pada kursus-kursus mengemudi su

(54)

112

berlalu-lintas dan apakah oukti-buktinya, pembi

naan sikap di3ipiin berlalu-lintas oleh pengelo

la angkutan umum, pembinaan disiplin berlalu-lin

tas oleh sopir-sopir senior, dan faktor- faktor

yang berpengaruh pada pembinaan sikap

disiplin

berlalu-lintas.

g. Masyarakat Pemakai Jasa Pengemudi dan Pemakai

Jalan Umumnya

wawancara dilakukan terhadap orang dewasa

pada saat ada kesempatan untuk oerwawancara,ba

ik di rumah, di kantor, di kampus, di kendaraan

umum dan terminal. Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan adalah mengenai : tempat tinggal,umur,

jenis kelamin, pekerjaan, trayek kendaraan yang

digunakan, masalah lalu-lintas yang ditemui da

lam perjalanan, pelayanan pengemuai terhadap pe

numpang, kedisiplinan pengemudi, dan pelanggar

an yang dilakukan oleh pengemudi.

3. Dokumentasi

Studi dOKumentasi dilakukan untuk memperoleh

data statistik yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian dan dapat dijadikan pendukung

teori-te-ori

yang diperoleh dari buku. Studi ini penting un

tuk melengkapi kekurangan data yang tidak diperoleh

(55)

113

4» Studi literatur

Studi literatur digunakan untuk

mendapatkan '

pengetahuan teoritis dan praktis yang berkaitan de

ngan masalah dan ruang lingkup penelitian. Teori

tersebut akan menjadi landasan pemikiran dalam

me-menyimpulkan dan merekomendasikan hasil penelitian

5. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan teknik yang digunakan

untuk memperoleh kebenaran informasi dengan cara

membanding-bandingkan dan mengkonfrontasi data ha

sil wawancara dengan responden. Selanjutnya .pene

liti mengadakan penafsiran data tersebut untuk mem

peroleh kebenaran yang objektif.

Menurut S. Nasution ( 1992 : 115-116 ) tuju

an trianggulasi ialah menchek kebenaran data ter

tentu dengan membandingkannya terhadap data yang

diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase pe

nelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan

sering dengan menggunakan metode yang berlainan.

Trianggulasi dapat juga dilakukan antara dua hasil

penelitian atau lebih, misalnya bila penelitian

i-tu dilakukan oleh suai-tu team. Selain dari adanya

perbedaan pengamat dapat pula pengamat itu meme

(56)

114

Dalam penelitian ini penulis mengadakan tri

anggulasi pada dua jenis kegiatan pembelajaran me

ngemudi, yaitu di lembaga kursus dan magang,dengan

tujuan untuk mengidentifikasi apakah

pengelolaan,

dan proses pembelajaran tersebut sudah mengacu pa

da upaya pembinaan sikap disiplin berlalu• •* lintas

kepada calon pengemudi.

Trianggulasi terhadap pembelajaran di lemba

ga kursus dilakukan dengan membanding-

bandingkan

dan mengkonfrontasi data hasil wawancara dengan

pengelola kursus mengemudi, warga belajar dan pem

bina kedisiplinan pengemudi (Kepala SATLANTAS POL

WILTABES- Bandung, Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung,

dan Ketua PKTMB).

Sedangkan trianggulasi terhadap pembelajaran

magang dilakukan dengan membanding-bandmgkan dan

mengkonfrontasi data hasil wawancara penulis de

ngan permagang ( pengemudi ), pemagang ( kernet ),

dan pembina kedisiplinan pengemudi ( Kepala SATLAN

TAS POLWILTABES Bandung dan Kepala DLLAJR Kotamad

ya Bandung ).

Faktor-faktor yang di trianggulasikan adalah

mengenai t,ujuaa, materi dan proses pembelajaran, ba

(57)

115 E. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah terkumpulnya informasi dan data dari ha

sil observasi, wawancara, dokumentasi, trianggulasi,

dan studi literatur, maka dilaksanakan pengolahan data

dengan cara pemeriksaan berkas dan dokumen hasil pene

litian. Selanjutnya data tersebut dikelompokan. sesuai

dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.

Tahapan berikutnya setelah pengelahan data ada

lah analisis data. Analisis adalah proses menyusun da

ta agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti

meng-golongkannya dalam pola, thema atau kategori.

Tafsir-an atau interpretasi artmya memberikTafsir-an makna kepada

analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hu

bungan antara berbagai konsep ( S.Nasution, 1992 :126)

Analisis data mencakup bekerja dengan

data,meng-organisasikannya, mengeiompokkannya ke dalam unit-unit

menyusun sintesisnya, mencarikan pola-polanya,

menemu-kan hal-nal yang penting dan yang harus dipelajari ser

ta menemukan apa-apa yang akan disampaikan kepada

o-rang lain. Analisis data dilakukan sejak awal sampai

akhir penelitian lapangan dan dituangkan dalam bentuk

tulisan atau non tulisan.

(58)

(1)re-116

duksi data, (2)"display"data, (3) mengambil kesimpulan

dan verifikasi.

Reduksi data dimaksudkan melalui laporan lapang

an sebagai bahan » mentah ", data yang diperoleh

di-singkat dan dirangkum,disusun secara

sistematis,diton-joikan pokok-pokok yang penting sehingga

memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian.

pisplay data dimaksudkan agar data yang terekam

melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi da

pat dilihat dalam gambaran secara keseluruhan atau

ba-gian-bagian tertentu dari penelitian ini diperlihatkan

dalam bentuk tabel data kecenderungan.

Menyimpulkan dan verifikasi data adalah

setiap

upaya untuk mencari makna berdasarkan data mentah yang

diperoleh dari lapangan. Hal ini dilakukan dengan men

cari pola, tema, hubungan, persamaan, dan

hipotesis.

Kesimpulan awal yang diperoleh dari data yang

.masuk

siiatnya masih tentatif, kabur dan diragukan,,

tetapi

makin-lama menjadi mantap karena data yang didapat se

makin bertambah serta diverifikasi selama

penelitian

berlangsung.

(59)

117 berikut :

1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal

dari hasil observasi, wawancara dan studi

dokumen-tasi.

2. Mengelompokan data penelitian ke dalam data yang

sejenis.

3. Menyusun data sesuai dengan permasalahan,pertanya

an penelitian dan tujuan penelitian.

4. Menganalisis huoungan antara data yang satu dengan

data yang lain ( analisis lintas data ).

5. Mendeskripsi dan penafsiran data, sekaligus menyu

sun temuan-temuan penelitian.

6. Menyimpulkan laporan penelitian dan menyusun

reko-mendasi.

P. Tempat dan Penjadwalan Waktu Penelitian

c

Penelitian ini dilakuKan di Kotamadya Bandung

Provinsi Jawa Barat dengan tujuan untuk mengidentifi

kasi kondisi dan permasalahan yang berkenaan dengan

pengelolaan dan proses pembelajaran PLS dalam mendi

-dik calon pengemudi untuk disiplin berlalu-lintas.

Pengalokasian waktu penelitian ini relatif lama

(11 bulan ) karena alasan-alasan berikut ini :

1. Banyaknya responden yang harus diwawancara.

(60)

partisipa-118

si untuk memperoleh data realitas.

3. Adanya data yang bisa diperoleh dan diungkapkan de

ngan beberapa macam teknik pengumpul data sehingga

memerlukan waktu yang agak lama.

4. Mengungkap dan mengumpulkan data secara kualitatii

naturalistik dengan berbagai implikasi untuk

terja-ganya validitas data penelitian ternyata memerlukan

waktu yang lama.

Secara rinci penjadwalan waktu pelaksanaan pene

litian, pembuatan laporan penelitian, dan ujian

se-lengkapnya dimulai dari bulan April 1996 sampai dengan

Pebruari 1997 meliputi kegiatan seoagai berikut :

1. Survei di lokasi penelitian, studi pustaka,

studi

dokumentasi dan perumusan penelitian selama 1 bulan.

2. Pembuatan disain penelitian dan konsultasi selama 1

bulan.

3. Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan dan pengo

lahan data selama 5 bulan.

4. Penulisan laporan hasil penelitian selama l bulan.

5. Revisi dan penggandaan laporan hasil penelitian da

lam waktu 1 bulan.

6. Mengikuti laporan kemajuan penelitian Ujian Tahap

I dan Tahap nf yang dijadwalkan dalam waktu 3 bu

(61)
(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

- 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada

kur-susrkursus mengemudi kendaraan bermotor di Kota

madya Bandung belum mengacu kepada upaya membina

sikap disiplin berlalu-lintas terhadap calon pe

ngemudi. Hal ini terbukti dari syarat-syarat pe

nyelenggaraan kursus mengemudi belum lengkap dan

materi pembelajaran pendidikan mengemudi hanya

praktek untuk memperoleh keterampilan mengemudi,

sehingga lulusan kursus mengemudi beium bisa

di-andalkan memiliki sikap disiplin dan sopan-santun

dalam berlalu-lintas.

2. Pengelola angkutan umum,seperti Perusahaan umum

DAMRI dan Taksi sudah memberikan pembinaan sikap

disiplin berlalu-lintas kepada para pengemudi me

lalui program penataran dan penyegaran, namun ke

nyataan di lapangan menunjukan masih ada pengemu

di yang belum disiplin dalam berlalu-lintas. Se

dangkan. pengelola Angkutan Kota, umumnya belum

memberikan pembinaan sikap disiplin berlalu-

(63)

198

tas kepada para pengemudinya, sehingga pelanggar

an lalu-lintas oleh pengemudi angkutan kota ini

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pengemu

di kendaraan bermotor yang lain.

3. Dalam pembelajaran mengemudi melalui magang

dan

mandiri, umumnya sopir-sopir senior belum

membe

rikan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas ke

pada calon pengemudi, sehingga dampaknya terhadap

para pengemudi baru cenderung kurang disiplin.

4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembinaan si

kap disiplin berlalu-lintas adalah kesempatan

pendidikan, keterbatasan pendidikan masyarakat di

bidang lalu-lintas, penegakan Undang-Undang Nomor

14 tahun 1992 secara adil dan tegas, keterbatasan

petugas kepolisian lalu-lintas dan DLLAJR di -ja

lan raya, kurangnya rambu-rambu dan marka jalan,

faktor jalan, faktor penumpang yang tidak disi

plin, faktor kesejahteraan pengemudi ( daiam mem

peroleh pendapatan ), faktor pengaturan lalu-lin

tas serta sikap mental dan kesadaran disiplin pe

ngemudi yang rendah, sehingga hal ini menimbulkan

terjadinya kerawanan-kerawanan lalu-lintas di

ja-lan-jalan raya, seperti kemacetan, kecelakaan dan

(64)

199

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis

menga-jukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Seluruh lembaga kursus mengemudi sebaiknya mem

berikan materi pembelajaran kepada calon penge

mudi (warga belajar) bukan hanya keterampilan me

ngemudi saja ( ranah psikomotorik ), tetapi juga

mengenai pengetahun mengemudi (: ranah kognitif),

sikap mengemudi ( ranah afektif ) dan

pemecahan

masalah mengemudi. Karena itu seharusnya seluruh

lembaga kursus mengemudi menggunakan

kurikulum

dan sylabus yang. memuat pendidikan teori dan pen

didikan praktek.

Materi pembelajaran dalam pendidikan teori

terdiri dari : pendidikan Pancasila ( GBHN,\ UUD

1945, dan P4 ), pe

Referensi

Dokumen terkait

Observasi pembelajaran dilakukan oleh observer yang merupakan guru kelas yang bertugas untuk mengobservasi jalannnya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti

penelitian ini adalah: ”bagaimana pengembangan bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK), dan peningkatan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM. mahasiswa hasil

Penyelidikan ini juga dijalankan bertujuan untuk mengkaji perhubungan di antara tingkah laku kesediaan pensyarah secara lisan atau bukan lisan dengan tahap motivasi pelajar di

Uji Statistik Kandungan Katekin Di dalam Kalus Teh ( Camellia sinensis L.). Sum of Squares df Mean Square F

Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas merek jasa kurir Pos Indonesia di FE UNY, (2) terdapat

1) Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah

Sesuai dengan namanya, komisaris independen harus bersifat independen dalam arti bahwa komisaris tersebut tidak terlibat pengelolaan perusahaan dan diharapkan mampu

Paket 22: Pemanfaatan Panas Bumi untuk Own Use Pada Perusahaan