PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM
PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS
PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR
Dl KOTAMADYA BANDUNG
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
DADANG SUNGKAWA 9 4 9 6 2 8
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNGDISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof.Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.
Pembimbing II
Prof .Dr.HTFTTnrsid Sumaatmadja
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Pengelolaan Pembelajaran PLS Da
lam Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-lintas Pengemudi
Ken-daraan Bermotor Di Kotamaaya Bandung, penelitian ini pada
dasarnya ingin mengidentifikasi kondisi dan permasalahan
yang berkenaan dengan pengelolaan dan proses pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi, dengan berdasarkan
a-tas masalah » masih adanya kesenjangan antara figur
pe
ngemudi yang ada dalam kenyataan dewasa ini dengan figur
pengemudi ideal yang dinarapkan oleh masyarakat".
Secara operasional penelitian ini dilaksanakan atas
pertanyaan apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
kepada pengemudi dan calon pengemudi sudah mengacu kepada
upaya membina siKap disiplin berlalu-lintas. Metode pene
litian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik, de
ngan teknik pengumpulan data menggunakan
observasi,wawan-cara, doKumentasi dan studi literatur.
Eemuan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Pengelolaan dan proses pembelajaran yang >dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan bermo
tor belum mengacu pada upaya membina sikap
disiplin
berlalu-lintas bagi calon-calon pengemudi.
2. Belum semua pengelola angkutan umum memberikan pembi
naan sikap disiplin berlalu-lintas kepada para
penge-mudinya.
3. Sopir-sopir senior umumnya belum memberikan pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas kepada calon
pengemudi
sehingga dampaknya terhadap para pengemudi baru
cen-derung kurang disiplin.
4. Paktor-faktor yang berpengaruh iangsung terhadap pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas adalah tidak
di-peroiehnya materi pembelajaran mengemudi secara
leng-Kap ( meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan
psi-komotorik), sikap dan kesadaran disiplin
pengemudi
rendah, keterbatasan pendidikan masyarakat di
bidang
lalu-lintas, belum ditegakan U.U. No.14 . Tahun
1992
secara tegas, keterbatasan petugas pengawas lalu-lin
tas, kurang lengkapnya rarabu-rambu dan marka jalan.
5. Sarana dan prasarana di lembaga-lembaga kursus menge
mudi umumnya belum lengkap.
6. Pihak kepolisian (SATLANTAS) belum memberlakukan
se-leksi yang ketat dalam pemberian SIM.
7. Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas yang telah
dilaksanakan oleh Pengelola Bus DAMRI dan Taksi kepa
da para pengemudinya patut ditiru oleh para pengelola
angkutan lainnya.
DAPTAR ISI
Halaman
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR V
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAPTAR ISI xiii
DAPTAR TABEL xviii
DAPTAR GAMBAR xix
DAPTAR LAMPIRAN xx
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Beiakang Masalah dan Dasar
Pemikiran 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
penelitian • 12
C. Definisi Operasional 16
D. Tujuan Penelitian 25
E. Manfaat Penelitian 25
BAB II. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA 27
A. Konsep dan Ruang Lingkup PLS 21
1. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai
Landasan Penyelenggaraan PLS ... 2£
2. Pendidikan Orang Dewasa (POD)... 36
3. Empowering Process 45
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia .... 50
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Melalui Pendidikan
53
2. PengemDangan Sumber Daya Manusia
Melalui Perbaikan Kesehatan
59
C. Pengembangan Sumber Daya Pengemudi..
62
1. Prasyarat dan Perangkat Menjadi
Pengemudi • •
2. Proses Menjadi Pengemudi
71
3. Pengelolaan Sumber Daya Pengemudi
92
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 99
A. Metode Penelitian , 99
B. Subjek Penelitian
-10.3
C. Tahapan Kegiatan Penelitian
105
1. Pembuatan Rancangan Penelitian •• XO-5 2. Pelaksanaan Penelitian ... .105
3. Pembuatan Laporan Penelitian ••••
106
D. Teknik Pengumpuian Data
••
'3-Q6
1. Observasi
.407
2. Wawancara • •
3. Dokumentasi •
4. Studi Literatur
.113.
5. Trianggulasi
•
^43
E. Pengolahan dan Analisis Data
115
P. Tempat dan Penjadwalan Waktu
Penelitian 117
BAB IV. HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 119
A. Deskripsi Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
' 130
xiv
63
1. Hasil Wawancara dengan Pengelola
Kursus Mengemudi
130
2. Hasil Wawancara dengan Warga
Belajar
J-31
3. Hasil Wawancara dengan Kepala
SATLANTAS POLWILTABBS Bandung,
Kepala DLLAJR dan Kepala PKTMB ....
132
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
....
134
B. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
pada Kegiatan Magang
142
1. Hasil Wawancara dengan Permagang .. 142 2. Hasil Wawancara dengan Pemagang ... 143 3. Hasil wawancara dengan Kepala
SATLANTAS POLWILTABES Bandung dan
Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung ...
143
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Kegiatan Magang
...
144
C. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
Secara Mandiri • 147
1. Hasil Wawancara dengan Calon
Pengemudi Mandiri
147
2. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi Secara Mandiri
148
D. Analisis Pembelajaran Calon Pengemudi
Berdasarkan Komponen-Komponen PLS ... 149
1. Masukan Sarana • 149
2. Masukan ivientah 150
3. Masukan Lingkungan
150
4. Proses 151
5. Keluaran (output) 151
6. Masukan lain (other input) 151
7. Pengaruh (impact) 153
E. Penilaian Masyarakat Terhadap
Kedisiplinan Pengemudi 153
P. Pembinaan Sikap Disiplin
Berlalu-lintas Kepada Pengemudi 167
1. Pembinaan Oleh Satuan Lalu Lintas
POLRI 168
2. Pembinaan oleh DLLAJR 169 3. Pembinaan oleh Pengelola Angkutan
Umum 170
4. Pembinaan oleh KOBANTER Baru ... 181
G. Dampak Pembinaan Kedisiplinan Berlalu
lintas Kepada Pengemudi 183
H. Paktor yang Berpengaruh pada Pembina
an Sikap Disiplin Berlalu-lintas .... 184
1. Paktor Pendidikan 184
2. Keterbatasan Pendidikan Masyarakat
di Bidang Lalu Lintas 185
3. Penegakan Undang Undang No.14
Tahun iyy2 Secara Adil dan Tegas.. 186 4. Keterbatasan Petugas Kepolisian
dan LLAJR 187
5. Kurangnya Ramou-Rambu dan Marka
Jalan 158
6. Sikap Disiplin dan Kesadaran
Disiplin Pengemudi ftendah 188
H. Diskusi Hasil Penelitian 190
I. Temuan Hasil Penelitian 194
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
197
A. Kesimpulan
197
B. Rekomendasi ••• 199
DAPTAR BACAAN
2°4
LAMPIRAN
209
DAPTAR TABEL
label Halaman
1.2. Golongan SIM, Syarat Umur dan Pindah Go
longan SIM 66
2.4. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Kursus Me
ngemudi 129
3.4. Aspek Pembelajaran Pada Kursus Mengemudi 141
4.4. Komponen-Komponen PLS Dalam Pendidikan
Mengemudi » 152
DAPTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.2. Diagram Empowering Process Dalam PLS .. 50
2.2. Bentuk Dan Komposisi Kukusan SDM
Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun
1990 56
3.2. Sistem Magang Dalam Mengemudi 77
4.2. Unsur-Unsur Kegiatan Belajar Sebagai
Proses 82
5.2. Pengelolaan Sumber Daya pengemudi ... 98
6.4. Struktur Organisasi Lembaga kursus
Mengemudi 126
7.4. Struktur Organisasi Lembaga Kursus
Mengemudi Yang Memiliki Cabang 127
DAPTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Susunan Kepengurusan Perhimpunan Kursus
Tek-nik Mengemudi Bandung
209
2 Kurikulum dan Sylabus Pendidikan Mengemudi
Kendaraan Bermotor •• 212
3
Pedoman Wawancara
216
4
Poto-Poto Hasil Observasi
223
5
Surat Izin Penelitian
235
6 Riwayat Hidup
236
BAB I
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu sumber daya manusia yang
di-iringi dengan usaha pemerataan memperoleh pelayanan
pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan Republik
Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasi-onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut
ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone
sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah
dan pendidikan luar sekoiah.
Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah
merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional
yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me
ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
ke-bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Pa-sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah
pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar
seko
iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak
ha-rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan
menu-rut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73
tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1
ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekoiah baik
dilembaga-kan maupun tidak.
Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam bukunya yang
berjudul » Nonformal Education
«
mengemukakah
bahwa
pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis. Pendidikan
ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama
yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi
dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela dan
selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan
pe-serta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"
guh.
Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da
ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan
pe-luang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk
terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan
D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai
berikut :
Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pela
yanan pendidikan yang dilakukan dengan
-\
sengaja,
teratur dan berencana di luar sistem
sekoiah,ber-langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk
meng-aktualisasi potensi manusia sehingga terwujud ma
nusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu me
ningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam
ke
giatan sosial dan pembangunan masyarakat. .
Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,
yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah
dalam
penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se
koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen
jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk
mengak-tualisasi potensi setiap manusia agar hidup di
dunia
ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah
a-dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,
dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,
guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya,
(2)
membina warga belajar agar memiliki
pengetahuan,.-kete-rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
•eie-ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
.^elan-jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
4
Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat
keketa-tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan
de
ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko
iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan
isi
program yang bervariasi dibandingkan dengan
pendidikan
sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah
tidak
seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah
a-dalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik
an. Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi
dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat
se-bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik
an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•
Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan
masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:
2 ) sebagai berikut :
Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;
masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lem
baga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiah
yang ada di masyarakat berjalan seiring
dengan
pembudayaan, pelatihan dan pengembangan
sumber
daya manusia melalui lembaga, organisasi dan
ke-lompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan
pandangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan
-kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengeta-huan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang di lakukan secara sistematik,' terarah dan memiliki
berkembang sejak dulu, seperti pewarisan
pengetahu.-an, keterampilpengetahu.-an, sikap, nilai, norma, melalui pen
didikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,
dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendi
dikan di pondok pesantren.
Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da
ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang
se-jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^
kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio
-nal.
Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3, satuan
pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be
-lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2) Pasal
10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen
-didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke
giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa
ciri-ci-ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi
dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar sekoiah
berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta
didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran ,
Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan luar
sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional
menca-kup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan
tersebut diselenggarakan di luar subsistem sekoiah.
Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya ialah
Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan Pen
didikan Perluasan.
Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah
ke-sempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat
luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar
warganya memiliki kecakapan membaca, menulis,
berhi-tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa
ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai
warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam
per-kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau
pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para pemimpin
masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan
mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula pe-nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan ma
syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu
di-lakuKan secara dinamis.
Pendidikan orang dewasa ( Adult
Education)ada-lah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ;
merupa-kan seluruh proses pendidimerupa-kan yang terorganisasi
di
luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar,
tingkat-an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun
tidak,me-liputi upaya keianjutan atau perDaikan
pendidikan
yang diperoleh dari sekoiah, akademi,
universitas,a-tau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan
bagi
orang-orang dewasa dalam lingkungan
masyarakatnya,a-gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik
kete-rampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper
oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan
peri-lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang
dewasa
mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar
-tisifasi secara seimbang dalam kehidupan
sosial,eko-nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan
deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki
berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan
berke-lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,
pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.
Pendidikan perluasan (Extension
Education)ada-lah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,
ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke
8
Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko
iah di atas, penulis dalam penelitian ini
mengungkap-kan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi
kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu
ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa.
Se-dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73 Tahun
1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk jenis
pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.
(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan yang
mengutamakan perluasan dan peningkatan
kete-rarapilan dan sikap warga belajar dalam bi-dang tertentu.
(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan pendi
dikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan kemampuan dan sikap warga belajar untuk me menuhi persyaratan peKerjaan tertentu pada
satuan Kerja yang bersangkutan.
Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas bisa
diterapkan pada saat warga belajar mengikuti pendi
dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau
sete-lah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam pen
didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma
salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di
kota-kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan
lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan
9
Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter
dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus
meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam
pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk
korban yang luka berat sehingga cacat
seumur
hidup
( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian
U-mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa
warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan ' lebih
dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan
kerugi-an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah ( Tabah,
1991 : 304 ).
Menurut data dari Polisi Daerah Jawa
Barat,ter-catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas
1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di
perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada tahun
1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan
lalu-lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang me
ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.
1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).
Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah
lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan
lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia
ka-10
ki, penumpang angkutan umum dan penumpang mobil
pri-badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas,
(2)
Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas
ken-daraan, kelengkapan flsik kenken-daraan, serta
kelengkap-an surat-surat kendarakelengkap-an, (3) Paktor jalkelengkap-an/lingkungkelengkap-an
seperti ruas dan badan jalan, jembatan, saluran air,
tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan,
se-lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan,
dan
(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu
koordinaei
antara petugas yang terkait seperti
Polisi,
DLLAJR,
POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas parkir,
teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta
pe-negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.
Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah
lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan
pe
nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa
Marga(lN-DOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya kecelakaan
lalu-lintas di jalan Tol 69 %disebabkan oleh manusia
dan 31
%
disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me
nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum
(54,72
%),
sopir perusahaan/lembaga (19,15
%),
sopir
pribadi (13,67
%),
pelajar/mahasiswa (4,32
%),
ABRI
11
Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH
( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan
para sopir
itu tidak menjiwai
tugas
sebagai sopir, mereka
asal
kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per
bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996
jam
22.30 - 23.00 ).
Demikian pula halnya dengan keadaan di
Kotamad
ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas
pada
tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh
para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di
la-pangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya
Bandung
ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang
nenia-bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota
Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas
pada
tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun
1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun 1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas
( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )
Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas
12
SLTA ( 56,53
%),
dan Perguruan Tinggi ( 10,24
%
).Pro-fesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995
di-ketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49
%)t
pegawai
swasta ( 31,73
%
), mahasiswa ( 7,01
%
), pelajar
(12,
37
%
), sopir ( 5,56
%
), sopir umum ( 32,57
%
),
peda-gang ( 3,27
%
), dan Iain-lain ( 2,20
%
). Selanjutnya
pelaku pelanggaran lalulintas yang ditilang berdasar
-kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,
25
%
), SIM A Umum ( 23,19
%
), SIM B 1 ( 6,26
%),
SIM
B 1 Umum ( 17,79
%
), SIM B 2 ( 0,99
%
), SIM B 2 Umum
( 3,82
%
), SIM C ( 24,15
%
), dan tidak memiliki
SIM
sebesar 7,55
%
( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).
Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya
Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian
dengan
korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu
ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki
-tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 32)
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas
ma-ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
masih
adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang
ada
dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^
deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi
ta-13
at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam
berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi
seoagai pelayan masyarakat.
Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi
yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki
de-dikasi yang tinggi terhadap aktifitas
mengemudi
sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini
memenuhi
persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif
dan
psikomotorik.
Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki
o-leh seorang pengemudi adalah (1) memiliki
•penge-tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,
undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan,
ukur-an kendaraukur-an, muatukur-an, kualitas kendaraukur-an,
kelas
jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki
pe-ngetahuan
tentang letak dan lokasi jalan atau
me-nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan
ta-ta cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki
o-leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan
taat pada peraturan lalu-lintas baik pada
waktu
pe-14
ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke
hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da
lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di
rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan, selalu
memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain
yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan
anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda
-raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan
lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu
men-jaga hak dan kewajibannya sebagai
pengemudi,(4)me-melihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser
ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat yang
aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu
di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya dan
orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi ang
kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda
raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia
a-tau barang, (7) dalam berbicara aa-tau bertegur sapa
dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu
di, penumpang dan seDagainya selalu -/menggunakan
kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai
berga-ul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum, khu
me-15
matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar terjaga
keselamatan diri, kendaraan serta penumpang yang
dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota
perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk
ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.
Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki
oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai
keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya
baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah
a-tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk
member-baiki dan menanggulangi kendaraan yang dibawanya
apabila mogok di jalan atau mengalami kerusakan,
(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan
perta-ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk
semen-tara waktu ia dapat memberikan pertolongan pada
dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala
mi kecelakaan..
Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me
dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :
a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan
ber-motor di Kotamadya Bandung.
b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,
dan Angkutan Kota.
c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet
16
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men
jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor
di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya
membina sikap disiplin berlalu-lintas terhadap
calon pengemudi'?
bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan
pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas kepada
para pengemudinya ?
c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon
pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru ?
d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada
pembi-naan sikap disiplin berlalu-lintas.
C. Dffifinisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam
menaf-sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu untuk
menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam pene
17
1. Pengelolaan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Badudu-Zain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti
peng-urusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian
manajemen menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich
(1987 : 5) adalah sebagai berikut :
Management is the process undertaken by one
or more individuals to coordinate the "aclri-vities of others to achieve results •nvrt''* a-chievable by one individual acting alone.And the process of management should be studied
by anyone planning to become a successful ma nager.
artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di
lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang untuk
mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha
sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku
kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro
ses manajemen akan dimulai dari seseorang
mempela-jari perencanaan sampai ia menjadi manajer yang
berhasil.
Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11) pe
ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ke
terampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana
18
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan
meren-canakan, mengorganisasikan,menggerakan,
mengen-dalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
or
ganisasi yang teiah ditetapkan secara efisien
dan efektif.
Dari beberapa pengertian di atas penulis
berke-simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam
penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan
oleh sejumlah orang secara terpadu dengan
mendayagu
nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia
dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.
2. Pembelajaran
Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke
giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif
an-tara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela
jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar
dan
sumber belajar berperan untuk membantu agar warga
belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.
Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan
pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke
mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat
19
3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )
Menurut The South East Asian Ministry of Edu
cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu
ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam
ar-ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor
-masi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan
sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya
( D. Sudjana, 1993 : 43 ).
Pengertian pendidikan luar sekoiah yang lain
dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba
-gai berikut :
Non formal education : any organized .eaucati-* onal activity outside the established formal system - whether operating separately or as an important feature of some broader
:^aetivity-that is intended to serve identifiable lear ning clienteles ana learning oojectives.
artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for
mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan
sistematis, di luar sistem persekolahan, yang
aise-diakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe
serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul
meru-20
pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi
lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat
komu-nikasi yang teratur aan terarah oaik secara
indivi-du maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang
dibutuh-kan untuk mengembangdibutuh-kan. potensi setiap orang baik
anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me
ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi
dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk
belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan
sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir
segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat
meng-anaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana atau
dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan
bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan
metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada sem
barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat
diselenggarakan secara pragmatis.
4. Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya
meme-lihara dan membawa sesuatu keadaan yang seharusnya
terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di
dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah, pembinaan
21
yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari
ren-cana (
V.
Sudjana, 1992 : 157 ).
-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,
setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber
belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran
PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.
Bentuk dari pembinaan itu dapat menggunakan
pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan
Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola
atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan warga
belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,
diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen
dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui
pe-tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.
5. Sikap —
Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,
dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :
...attitudes-enduring systems of positive or negative evaluations, emosional feeling and pro or contra action tendencies with respect to social objects.
artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari
pe-22
rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan
untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha
-dap obyek-obyek sosial.
Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu
Ah-madi, 1990 : 163 ) :
Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mu-dah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atau
obyek yang ber isi komponen-komponen cogniti
ve, affective dan behavior.
sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude
merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat
merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si
kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk
ber-tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende
-finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang
sama
yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre
disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si
kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati,
se
hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan
pikir-an seseorpikir-ang. karena itu baik buruknya sikap
pa-23
da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda
-pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi seseorang
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari
luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor yang
berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga
ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma
-syarakat.
Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba
nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas dapat
ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar
an sehingga menjadi sikap permanen yang
positif.Ka-rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang
positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia
kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi
a-turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila
seorang
pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap di
siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha
dap peraturan lalu lintas.
5. Disiplin
Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985
:254)di-siplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta
ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan
mak-sud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
24
Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan
disip-'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya
itu pada peraturan lalu lintas.
6. Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut
an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )
yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken
-daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut
Djajapermana ( 1980 : 1 ) lalu lintas adalah
gerak
pindah manusia baik dengan alat penggerak
maupun
tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat la
in.
Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas
dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda
empat
yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/
preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma
nusia dan barang ).i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai
dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang
lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe
nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus
mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken
-daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam
membina
25
D. Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah dan per
tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya
penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada
kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko
tamadya Bandung.
2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut
an umum dalam fmembina sikap disiplin '.
berlalu-lintas kepada para pengemudinya.
3» Untuk memahami proses pembelajaran magang dalam
kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru*
4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang
berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu
lintas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus menge
mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma
sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan
dilaksana-26
kan selama ini.
2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya pro
gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da
pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya
manusia pengemudi.
3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini dapat
dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke
pada calon pengemudi (warga belajar)
terutama
yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi
berlalu-lintas.
4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini
ber-manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela
jar dan pengalaman sehari-hari.
5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin
u-saha dan izin penyelenggaraan kepada -
lemoaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil pene
litian ini dapat dijadikan salah satu acuan da
BAB III
PROSEDUH. PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
na-turalistik yang berupaya untuk melacak dan
mendeskrip-si data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara
a-lami. Menurut S. Nasution ( 1992 : 5 ) penelitian kua
litatif pada hakekatnya mengamati orang dalam ling
kungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
se-kitarnya. Untuk itu peneliti turun ke lapangan dan
berada di 3ana dalam waktu yang cukup lama.Apa yang
dilakukan oleh peneliti kualitatif naturalistik banyak
persamaannya dengan detektif atau mata-mata,penjelajah
atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk
mem-peiajari manusia tertentu dengan mengumpuikan data
yang banyak.
Penelitian kualitatif naturalistik bukan dituju
kan untuk mencari kebenaran secara mutlak, akan tetapi
mencari kebenaran berdasarkan pandangan berbagai pihak
yaitu pandangan dirinya sebagai peneliti,pandangan da
ri responden serta pandangan dari orang lain.Pandangan
pandangan tersebut tidak selalu bersifat subjektif
a-tau relatiyistik melainKan bisa juga objektif,
100
ga tercapai konsensus di antara pandangan - pandangan
itu
yang menghasilkan kebenaran objektif. "Kebenaran"
menurut penelitian kualitatif naturalistik
bergantung
pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam
masya
rakat ilmuwan ( S. Nasution, 1992 : 6 ).
Ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik me
nurut S. Nasution ( 1992 : 9 - 12 ) adalah sebagai beri
kut : (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau "na
tural setting", data dikumpuikan berdasarkan . observasi
situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa
dipengaruhi dengan sengaja; (2) peneliti sebagai instrumen pene
-litian atau alat pene-litian utama; (3) sangat deskriptif
diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian; (4)
memen-tingkan proses maupun produk, juga memperhatikan
bagai-mana perkembangan terjadinya sesuatu; (5) mencari makna
di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat
me-mahami situasi atau permasalahan; (6) mengutamakan data
Iangsung dari lapangan dengan cara observasi atau wawan
cara; (7) trianggulasi, yaitu membandingkan inforpasi
tentang hal yang sama, yang diperoleh dari berbagai pi
hak,agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data;
101
dan mencatat data secara mendetail; (9) subjek yang
diteliti dipandang berkeduduKannya sama dengan peneli
ti, jadi tidak sebagai objek yang lebih rendah kedu
dukannya; (10) mengutamakan perspektii emic, artinya
mementingKan pandangan responden; (11) verifikasi, ya
itu mencari kasus-kasus yang berbeda dengan apa yang
teiah ditemukan untuk memperoleh hal yang lebih
diper-caya; (12) menggunakan «! audit trail " ( melacak )
a-pakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
di-kumpulkan; (13) sampling purpostf yang dipilih menurut
tujuan penelitian dan biasanya hanya sedikit;
(14)par-tisipasi tanpa mengganggu, untuk memperoleh data dan
situasi yang alamiah; (15) mengadakan analisis sejak
awal penelitian dan selanjutnya sepanjang masa peneli
tian; (16) disain penelitian tampil dalam proses pene
litian.
Penggunaan metode kualitatif naturalistik dalam
penelitian didasarkan pada keinginan untuk memperoleh
gamoaran realitas yang holistik paua pengelolaan pem
-belajaran PLS dalam mengemudi kendaraan bermotor, se
hingga diharapkan akan mendapat pemahaman dan makna
( verstehen ) dari kegiatan tersebut, dalam situasi wa
jar tanpa dibuat-buat.
pene-102
liti bertindak sebagai instrumen utama ( key instru
ment ) untuk melacak, menseleksi, dan meratifikasi da
ta yang diperoleh dari lapangan. Karena bertindak se
bagai instrumen utama, maka peneliti terjun Iangsung
ke lapangan mengadakan observasi, pengamatan dan wa
wancara dengan responden ( sumber informasi dan infor
mal! )•
Mekanisme kerja yang dilakukan penulis dalam pe
nelitian kualitatif naturalistik ini meliputi :
1. Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya pengemudi
yang terjadi di masyarakat, mulai dari calon penge
mudi sampai menjadi pengemudi yang mandiri.
2. Mengidentifikasi program dan proses pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi.
3. Menyelami pikiran, perasaan dan harapan responden
dalam upaya pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
4. Dapat menganalisis keunggulan serta kelemahan pe
ngelolaan, program dan pembelajaran pendidikan me
ngemudi dewasa ini dikaitkan dengan upaya pembinaan
sikap disiplin dalam berlalu-lintas.
5. Membandingkan sifat-sifat pengemudi yang ada di la
pangan dengan persyaratan pengemudi ideal.
penge-103
mudi.
Dasar pertimbangan penulis menggunakan
metode-penelitian kualitatif naturalistik ini adalah :
1. Ruang lingkup objek penelitian merupakan manusia
yang memiliki sikap, perilaku, pikiran dan
kei-nginan yang selalu berubah-ubah secara cepat se
suai dengan kondisi perkembangan zaman.
2. Pembinaan sikap disiplin dalam berlalu - lintas
bukan merupakan program pembelajaran yang dapat
berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi pula oleh
latar belakang kepribadian, pendidikan dan kehi
dupan sosial-ekonomi calon pengemudi.
3. Kecocokan dengan masalah dan tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah
orang-orang sumber informasi dan pemberi informasi
yang berkaitan dengan kegiatan serta kedisipilinan
para pengemudi kendaraan bermotor, yang terdiri
dari :
1. Sumber Belajar, yaitu :
a. Tiga orang pimpinan kursus mengemudi dari
Pe-lita Massa ( Persyaratan .- mengemudi cukup
ku-104
rang lengkap), dan Santosa (persyaratan mengemu
di tidak lengkap).
b. Tiga orang pimpinan perusahaan angkutan umum,ya
itu dari Perusahaan Umum DAMRI, Taksi 4848, dan
Angkutan Kota.
c. Pimpinan Perhimpunan Kursus Teknik Mengemudi Ban
dung (PKTMB).
d. Pimpinan Koperasi Bandung Tertib Baru ( KOBANTER
Baru ).
e. Pembina kedisiplinan para pengemudi, yaitu Kepa
la Satuan Lalu Lintas Polisi Wilayah Kota Besar
Bandung dan Kepala Dinas Lalu-Lintas Angkutan
Jalan Raya ( DLLAJR ) Kotamadya Bandung.
2. Warga Belajar, yaitu :
a. Lima orang pengemudi kendaraan bermotor roda
em-pat, dari jenis kendaraan pribadi/preman, angkut
an kota ( ANGKOT ), taksi, bus DAMRI dan truk.
b. Lima orang calon pengemudi, yang terdiri dari:
tiga orang dari lembaga kursus mengemudi, satu
orang dari magang ( kernet ), dan satu orang
la-gi dari belajar mandiri.
5* Pengguna Jasa Pengemudi, yaitu :
105
Smpat orang masyarakat pemakai jasa pengemudi da
ri jenis kendaraan truk, bus,.Taksi dan ANGKOT.
C. Tahapan iiegiatan Penelitian
Tahap-tahap kegiatan penelitian ini adalah se
bagai berikut :
1. Pembuatan Rancangan Penelitian
Pada tahap ini penulis menyusun disain pene
litian berdasarkan hasil studi pendahuluan dari
permasalahan yang ditemukan di lapangan. Selanjut
nya untuk mendapatkan masukan dalam menmjau per
masalahan itu penulis mengikuti seminar pra disain
penelitian dan mendapatkan bimbingan serta
penga-rahan yang intensif dari tim dosen penilai,sehing
ga permasalahan yang akan diteliti disetujui.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan
-kegiatan yang meliputi : penyusunan instrumen pe
nelitian, pengumpulan data, pengolahan dan anali
sis data, membuat kesimpulan hasil temuan peneli
106
Dalam penelitian kualitatif naturalistik ,
yang terpenting peneliti sendiri berperan seoa
-gai instrumen utama ( Key instrument ) yang ter
jun Iangsung ke lapangan. Sedangkan pedoman wa
wancara yang dibuat olen penulis hanya memuat
pertanyaan-pertanyaan pokok untuk menjaring data
lapangan yang diperlukan.
3. Pembuatan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan puncak kegiatan pene
-litian yang dilakukan setelah pene-litian lapang
an berakhir, sekalipun laporan ini teiah dimulai
sejak proses penelitian berlangsung. Penulisan
laporan penelitian mi berdasarkan sistimatika
penulisan tesis yang diberlakukan pada
Program
Pasca Sarjana ikip Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggu
nakan teknik observasi, wawancara,
dokumentasi,tri-anggulasi dan studi literatur. Masing-masing teknik
pengumpulan data tersebut akan dijelaskan
berikut
107
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan
data dengan cara peneliti mengadakan
pengamatan
secara Iangsung terhadap subjek-subjek yang
dite-liti. Teknik observasi ini dimaksudkan untuk
me-ngetahui situasi dan keadaan objek penelitian.
Subjek dan objek yang diamati penulis dalam
penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajar
an mengemudi pada kursus-kursus mengemudi, proses
kegiatan mengemudi untuk mendapatkan Surat
izin
mengemudi dan kegiatan pengemudi dalam
berlalu-lintas.
Observasi yang dilakukan adalah partisipa
-tif, yaitu penulis secara Iangsung menjadi
warga
belajar pada kegiatan kursus mengemudi dan menja
di masyarakat pemakai jasa pengemudi dalam
menga-mati kegiatan pengemudi berlalu-lintas.
Menurut S. Nasution ( 1992 : 59 - 60 ) man
faat observasi adalah (1) peneliti lebih mampu
me-mahami konteks data dalam keseluruhan situasi,(2)
pengalaman Iangsung memungkinkan peneliti
untuk
108
(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak
di-amati orang lain, khususnya orang-orang yang ber
ada dalam lingkungan itu, (4) peneliti dapat
me-nemukan hal-hal yang tidak terungkapkan dalam wa
wancara karena bersifat sensitir atau merugikan
nama lembaga, (5) peneliti dapat menemukan
hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih konfrehensif, dan
(6) di lapangan peneliti memperoleh kesan - kesan
pribadi dalam merasakan suasana situasi sosial.
Peralatan khusus yang digunakan oleh penulis
dalam observasi ini disamping alat tulis menulis,
ialah kamera foto.
2. Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk menca
ri informasi primer dari responden. Wawancara
a-tau interview merupakan bentuk komunikasi verbal
sebagai alat untuk mengungkapkan apa yang
.dipi-kirkan dan diinginkan oleh orang tentang berbagai
aspek kehidupan. Melalui wawancara yang mendalam,
kita dapat memasuki alam pikiran orang lain.
Wawancara ini dilakukan oleh penulis ter
109
alat tape recorder.
Tujuan wawancara ini adalah ingin mengidenti
fikasi kondisi dan permasalahan yang berkaitan de
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS dalam
mendidik calon pengemudi dan para pengemudi.
Subjek-subjek yang akan diwawancara terdiri
dari :
a. Pengelola Kursus Mengemudi
Wawancara dilakukan pada kantor kursus me
ngemudi yang bersangkutan pada jam-jam kerja de
ngan pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama kur
sus, izin penyelenggaraan, jumlah kendaraan yang
dimiliki, jumlah pengemudi instruktur, kantor/ru
ang tunggu/ ruang kelas/kepustakaan, tujuan
pe-ngelolaan kursus, materi pembelajaran yang dibe
rikan kepada calon pengemudi, proses pembelajar
an, dan kaitan antara pengelolaan dan proses pem
belajaran dengan pembinaan disiplin berlalu-lin
tas.
D* Pengelola / Pemilik / Pengurus Angkutan Umum
Wawancara dilakukan di kantor / rumah ma
sing-masing pengelola pada jam-jam kerja dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama pengelola
110
jumlah personil, kedisiplinan pengemudi, usaha
membina sikap disiplin terhadap pengemudi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas.
c. Pengemudi Kendaraan Bermotor
Wawancara dengan para pengemudi mi dila
kukan di rumah, tempat kerja dan terminal-ter
minal kendaraan bermotor seperti di Cicaheum ,
K.ebon Keiapa, Leuwi Panjang dan Ledeng. Waktu
wawancara ini dicari pada saat yang tepat
ke-tika para pengemudi bersedia untuk diwawancara.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke
pada pengemudi ini adalah mengenai : usia pe
ngemudi, pendidikan, golongan SIM, pengalaman
sebagai pengemudi, cara memperoleh keterampil
an mengemudi, memiliki kernet atau tidak, ma
teri pembelajaran yang diberiKan kepada Kernet,
kedisiplinan Kernet setelah menjadi pengemudi,
pelanggaran lalu-lintas yang pernah diiaKukan,
dan mengapa pelanggaran tersebut dilakukan.
d. Calon Pengemudi atau Warga Belajar
Wawancara dilakukan pada calon pengemudi
pada saat istirahat di tempat kursus, di rumah
I l l
mengenai : Usia, pendidikan terakhir, cara bela
jar mengemudi,program pembelajaran, proses pern
-belajaran, materi pembelajaran yang
diterima,ka-itan antara materi dan proses pembelajaran de
ngan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas,dan
cara warga belajar dalam disiplin berlalu-lintas.
e. Pimpinan KOBANTER Baru
Wawancara dilakukan di Kantor KOBANTER Ba
ru jalan Sadang Serang Bandung, dengan pertanya
an-pertanyaan yang diajukan : kapan berdirinya
KOBANTER Baru, tujuan berdirinya
KOBANTER,usahausaha yang dilakukan KOBANTER Baru dalam pembi
-naan disiplin berlalu-lintas terhadap pengemudi,
dampaknya terhadap kedisiplinan para pengemudi ,
dan faktor-faktor apa yang berpengaruh pada pem
binaan sikap disiplm berlalu-lintas terhadap pa
ra pengemudi.
f. Kepala SATLANTAS POLWILTABES Bandung, Kepala
DLLAJR Kotamadya Bandung, dan Ketua PKTMB
Wawancara dilakukan di kantor masing-masing
lembaga tersebut pada jam kerja dengan pertanyaan
pertanyaan mengenai : apakah pengelolaan dan pro
ses pembelajaran pada kursus-kursus mengemudi su
112
berlalu-lintas dan apakah oukti-buktinya, pembi
naan sikap di3ipiin berlalu-lintas oleh pengelo
la angkutan umum, pembinaan disiplin berlalu-lin
tas oleh sopir-sopir senior, dan faktor- faktor
yang berpengaruh pada pembinaan sikap
disiplin
berlalu-lintas.
g. Masyarakat Pemakai Jasa Pengemudi dan Pemakai
Jalan Umumnya
wawancara dilakukan terhadap orang dewasa
pada saat ada kesempatan untuk oerwawancara,ba
ik di rumah, di kantor, di kampus, di kendaraan
umum dan terminal. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan adalah mengenai : tempat tinggal,umur,
jenis kelamin, pekerjaan, trayek kendaraan yang
digunakan, masalah lalu-lintas yang ditemui da
lam perjalanan, pelayanan pengemuai terhadap pe
numpang, kedisiplinan pengemudi, dan pelanggar
an yang dilakukan oleh pengemudi.
3. Dokumentasi
Studi dOKumentasi dilakukan untuk memperoleh
data statistik yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian dan dapat dijadikan pendukung
teori-te-ori
yang diperoleh dari buku. Studi ini penting un
tuk melengkapi kekurangan data yang tidak diperoleh
113
4» Studi literatur
Studi literatur digunakan untuk
mendapatkan '
pengetahuan teoritis dan praktis yang berkaitan de
ngan masalah dan ruang lingkup penelitian. Teori
tersebut akan menjadi landasan pemikiran dalam
me-menyimpulkan dan merekomendasikan hasil penelitian
5. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik yang digunakan
untuk memperoleh kebenaran informasi dengan cara
membanding-bandingkan dan mengkonfrontasi data ha
sil wawancara dengan responden. Selanjutnya .pene
liti mengadakan penafsiran data tersebut untuk mem
peroleh kebenaran yang objektif.
Menurut S. Nasution ( 1992 : 115-116 ) tuju
an trianggulasi ialah menchek kebenaran data ter
tentu dengan membandingkannya terhadap data yang
diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase pe
nelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan
sering dengan menggunakan metode yang berlainan.
Trianggulasi dapat juga dilakukan antara dua hasil
penelitian atau lebih, misalnya bila penelitian
i-tu dilakukan oleh suai-tu team. Selain dari adanya
perbedaan pengamat dapat pula pengamat itu meme
114
Dalam penelitian ini penulis mengadakan tri
anggulasi pada dua jenis kegiatan pembelajaran me
ngemudi, yaitu di lembaga kursus dan magang,dengan
tujuan untuk mengidentifikasi apakah
pengelolaan,
dan proses pembelajaran tersebut sudah mengacu pa
da upaya pembinaan sikap disiplin berlalu• •* lintas
kepada calon pengemudi.
Trianggulasi terhadap pembelajaran di lemba
ga kursus dilakukan dengan membanding-
bandingkan
dan mengkonfrontasi data hasil wawancara dengan
pengelola kursus mengemudi, warga belajar dan pem
bina kedisiplinan pengemudi (Kepala SATLANTAS POL
WILTABES- Bandung, Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung,
dan Ketua PKTMB).
Sedangkan trianggulasi terhadap pembelajaran
magang dilakukan dengan membanding-bandmgkan dan
mengkonfrontasi data hasil wawancara penulis de
ngan permagang ( pengemudi ), pemagang ( kernet ),
dan pembina kedisiplinan pengemudi ( Kepala SATLAN
TAS POLWILTABES Bandung dan Kepala DLLAJR Kotamad
ya Bandung ).
Faktor-faktor yang di trianggulasikan adalah
mengenai t,ujuaa, materi dan proses pembelajaran, ba
115 E. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah terkumpulnya informasi dan data dari ha
sil observasi, wawancara, dokumentasi, trianggulasi,
dan studi literatur, maka dilaksanakan pengolahan data
dengan cara pemeriksaan berkas dan dokumen hasil pene
litian. Selanjutnya data tersebut dikelompokan. sesuai
dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.
Tahapan berikutnya setelah pengelahan data ada
lah analisis data. Analisis adalah proses menyusun da
ta agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti
meng-golongkannya dalam pola, thema atau kategori.
Tafsir-an atau interpretasi artmya memberikTafsir-an makna kepada
analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hu
bungan antara berbagai konsep ( S.Nasution, 1992 :126)
Analisis data mencakup bekerja dengan
data,meng-organisasikannya, mengeiompokkannya ke dalam unit-unit
menyusun sintesisnya, mencarikan pola-polanya,
menemu-kan hal-nal yang penting dan yang harus dipelajari ser
ta menemukan apa-apa yang akan disampaikan kepada
o-rang lain. Analisis data dilakukan sejak awal sampai
akhir penelitian lapangan dan dituangkan dalam bentuk
tulisan atau non tulisan.
(1)re-116
duksi data, (2)"display"data, (3) mengambil kesimpulan
dan verifikasi.
Reduksi data dimaksudkan melalui laporan lapang
an sebagai bahan » mentah ", data yang diperoleh
di-singkat dan dirangkum,disusun secara
sistematis,diton-joikan pokok-pokok yang penting sehingga
memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian.
pisplay data dimaksudkan agar data yang terekam
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi da
pat dilihat dalam gambaran secara keseluruhan atau
ba-gian-bagian tertentu dari penelitian ini diperlihatkan
dalam bentuk tabel data kecenderungan.
Menyimpulkan dan verifikasi data adalah
setiap
upaya untuk mencari makna berdasarkan data mentah yang
diperoleh dari lapangan. Hal ini dilakukan dengan men
cari pola, tema, hubungan, persamaan, dan
hipotesis.
Kesimpulan awal yang diperoleh dari data yang
.masuk
siiatnya masih tentatif, kabur dan diragukan,,
tetapi
makin-lama menjadi mantap karena data yang didapat se
makin bertambah serta diverifikasi selama
penelitian
berlangsung.
117 berikut :
1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal
dari hasil observasi, wawancara dan studi
dokumen-tasi.
2. Mengelompokan data penelitian ke dalam data yang
sejenis.
3. Menyusun data sesuai dengan permasalahan,pertanya
an penelitian dan tujuan penelitian.
4. Menganalisis huoungan antara data yang satu dengan
data yang lain ( analisis lintas data ).
5. Mendeskripsi dan penafsiran data, sekaligus menyu
sun temuan-temuan penelitian.
6. Menyimpulkan laporan penelitian dan menyusun
reko-mendasi.
P. Tempat dan Penjadwalan Waktu Penelitian
c
Penelitian ini dilakuKan di Kotamadya Bandung
Provinsi Jawa Barat dengan tujuan untuk mengidentifi
kasi kondisi dan permasalahan yang berkenaan dengan
pengelolaan dan proses pembelajaran PLS dalam mendi
-dik calon pengemudi untuk disiplin berlalu-lintas.
Pengalokasian waktu penelitian ini relatif lama
(11 bulan ) karena alasan-alasan berikut ini :
1. Banyaknya responden yang harus diwawancara.
partisipa-118
si untuk memperoleh data realitas.
3. Adanya data yang bisa diperoleh dan diungkapkan de
ngan beberapa macam teknik pengumpul data sehingga
memerlukan waktu yang agak lama.
4. Mengungkap dan mengumpulkan data secara kualitatii
naturalistik dengan berbagai implikasi untuk
terja-ganya validitas data penelitian ternyata memerlukan
waktu yang lama.
Secara rinci penjadwalan waktu pelaksanaan pene
litian, pembuatan laporan penelitian, dan ujian
se-lengkapnya dimulai dari bulan April 1996 sampai dengan
Pebruari 1997 meliputi kegiatan seoagai berikut :
1. Survei di lokasi penelitian, studi pustaka,
studi
dokumentasi dan perumusan penelitian selama 1 bulan.
2. Pembuatan disain penelitian dan konsultasi selama 1
bulan.
3. Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan dan pengo
lahan data selama 5 bulan.
4. Penulisan laporan hasil penelitian selama l bulan.
5. Revisi dan penggandaan laporan hasil penelitian da
lam waktu 1 bulan.
6. Mengikuti laporan kemajuan penelitian Ujian Tahap
I dan Tahap nf yang dijadwalkan dalam waktu 3 bu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
- 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada
kur-susrkursus mengemudi kendaraan bermotor di Kota
madya Bandung belum mengacu kepada upaya membina
sikap disiplin berlalu-lintas terhadap calon pe
ngemudi. Hal ini terbukti dari syarat-syarat pe
nyelenggaraan kursus mengemudi belum lengkap dan
materi pembelajaran pendidikan mengemudi hanya
praktek untuk memperoleh keterampilan mengemudi,
sehingga lulusan kursus mengemudi beium bisa
di-andalkan memiliki sikap disiplin dan sopan-santun
dalam berlalu-lintas.
2. Pengelola angkutan umum,seperti Perusahaan umum
DAMRI dan Taksi sudah memberikan pembinaan sikap
disiplin berlalu-lintas kepada para pengemudi me
lalui program penataran dan penyegaran, namun ke
nyataan di lapangan menunjukan masih ada pengemu
di yang belum disiplin dalam berlalu-lintas. Se
dangkan. pengelola Angkutan Kota, umumnya belum
memberikan pembinaan sikap disiplin berlalu-
198
tas kepada para pengemudinya, sehingga pelanggar
an lalu-lintas oleh pengemudi angkutan kota ini
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pengemu
di kendaraan bermotor yang lain.
3. Dalam pembelajaran mengemudi melalui magang
dan
mandiri, umumnya sopir-sopir senior belum
membe
rikan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas ke
pada calon pengemudi, sehingga dampaknya terhadap
para pengemudi baru cenderung kurang disiplin.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembinaan si
kap disiplin berlalu-lintas adalah kesempatan
pendidikan, keterbatasan pendidikan masyarakat di
bidang lalu-lintas, penegakan Undang-Undang Nomor
14 tahun 1992 secara adil dan tegas, keterbatasan
petugas kepolisian lalu-lintas dan DLLAJR di -ja
lan raya, kurangnya rambu-rambu dan marka jalan,
faktor jalan, faktor penumpang yang tidak disi
plin, faktor kesejahteraan pengemudi ( daiam mem
peroleh pendapatan ), faktor pengaturan lalu-lin
tas serta sikap mental dan kesadaran disiplin pe
ngemudi yang rendah, sehingga hal ini menimbulkan
terjadinya kerawanan-kerawanan lalu-lintas di
ja-lan-jalan raya, seperti kemacetan, kecelakaan dan
199
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis
menga-jukan rekomendasi sebagai berikut :
1. Seluruh lembaga kursus mengemudi sebaiknya mem
berikan materi pembelajaran kepada calon penge
mudi (warga belajar) bukan hanya keterampilan me
ngemudi saja ( ranah psikomotorik ), tetapi juga
mengenai pengetahun mengemudi (: ranah kognitif),
sikap mengemudi ( ranah afektif ) dan
pemecahan
masalah mengemudi. Karena itu seharusnya seluruh
lembaga kursus mengemudi menggunakan
kurikulum
dan sylabus yang. memuat pendidikan teori dan pen
didikan praktek.
Materi pembelajaran dalam pendidikan teori
terdiri dari : pendidikan Pancasila ( GBHN,\ UUD
1945, dan P4 ), pe