No. Daftar : 329/UN.40.7.D1/LT.2013
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA BERBASIS BALANCED SCORECARD
DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen
Universitas Pendidikan Indonesia
Sukmalinto NIM. 0607718
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Sukmalinto, 2013
Analisis Pengukuran Kinerja
Lembaga Berbasis
Balanced
Scorecard
di Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhiid Bandung
Oleh Sukmalinto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Sukmalinto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA BERBASIS BALANCED SCORECARD
DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID BANDUNG
SUKMALINTO 0607718
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Dosen Pembimbing
Askolani, SE. MM NIP. 19750704 200312 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen
Sukmalinto, 2013
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko ataupun sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas
etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013 Pembuat pernyataan
ABSTRAK
Sukmalinto (0607718), Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, dibawah bimbingan Askolani, SE., MM.
Dalam menghadapi tantangan perekonomian global, masyarakat sering dilanda oleh krisis ekonomi yang berdampak pada perekonomian masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut berupa kemiskinan yang menjadi masalah setiap tahunnya untuk dicari dan diupayakan solusinya. Salah satu solusi yang diperintahkan dalam Islam adalah perintah zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Dengan adanya ZIS ini muncul lembaga-lembaga pengelola ZIS yang dikenal dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), namun perlu diperhatikan perihal kinerja lembaga tersebut agar masyarakat percaya dalam menitipkan dana ZIS untuk disampaikan kepada yang berhak. Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, terdapat ketidakstabilan kinerja pada lembaga tersebut bahkan mengalami penurunan dengan melihat penghimpunan dan penyaluran dana lembaga. Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja lembaga adalah Balanced Scorecard dengan mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diadakan penelitian mengenai analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard, penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced scorecard, kinerja lembaga, dan hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan ditunjang oleh studi literatur. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi (observation), wawancara (interview), dan studi dokumentasi (study documentation).
Sukmalinto, 2013
ABSTRACT
Sukmalinto (0607718), The Analysis of Institution Performance Measurement Based on Balanced Scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid Bandung, under guidance of Askolani, SE., MM.
In the face of global economic challenges, people are often hit by the economic crisis affecting the economy of the community itself. The impact of poverty is an issue every year to look for and sought a solution. One solution is commanded in Islam is zakat, infak, and sedekah orders (ZIS). The presence of ZIS, management institutions of ZIS appeared who known as Lembaga Amil Zakat (LAZ), however need to be considered regarding the performance of these institutions so that the public believes the ZIS funds entrusted to be delivered to the beneficiary. Based on the observation of the researcher to LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, there is instability in the performance of these institutions has decreased even by looking at the collection and disbursement of funds of the institution. One method of used in measuring institution performance is Balanced Scorecard with measure performance from four perspectives, that is: financial perspective, customer perspective, internal business process perspectives, and learning and growth perspective.
Based on these problems then conducted research on the analysis of Performance Measurement Based on Balanced Scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. The purpose of this study is to know the implementation of the concept of institution performance measurement based on balanced scorecard, determination of key performance indicators of institution on balanced scorecard, institution performance, and the relationship between the perspective of the balanced scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.
The method used in this research is to use the method descriptive study using a qualitative approach and supported by the literature. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and study documentation.
The results showed that the implementation of the balanced scorecard concept has not been fully implemented, especially in the customer perspective and the internal business process perspective. This affects the overall performance of the institution. Therefore, researchers suggested to add the performance indicators required by the institution to the balanced scorecard so that the relationship between perspectives performance can be measured directly proportional. This will facilitate in improving institution performance.
DAFTAR ISI
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 11
2.1.3 Indikator Kinerja ... 13
2.2 Pengukuran Kinerja ... 15
2.2.1 Konsep Pengukuran Kinerja ... 16
2.2.2 Aspek-Aspek Utama Dalam Pengukuran Kinerja ... 17
2.2.3 Hambatan Sistem Pengukuran Kinerja ... 18
2.2.4 Model Sistem Pengukuran Kinerja ... 20
2.3 Balanced Scorecard ... 21
2.3.1 Konsep Balanced Scorecard ... 26
2.3.2 Balanced Scorecard Sebagai Sebuah Sistem Manajemen ... 29
2.3.3 Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard ... 33
2.3.3.1 Perspektif Keuangan ... 35
2.3.3.2 Perspektif Pelanggan ... 38
2.3.3.1 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 41
2.3.3.1 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 42
Sukmalinto, 2013
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Keabsahan Data ... 64
3.6.1 Rancangan Analisis Data ... 64
4.1.3 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung ... 87
4.1.4 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung ... 90
4.1.5 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung ... 93
4.1.6 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung ... 100
4.2 Pembahsan Hasil Penelitian ... 105
4.2.1 Dinamika Perkembangan di DPU DT Bandung ... 105
4.2.2 Analisis Proses Pengukuran Kinerja DPU DT Bandung ... 108
4.2.3 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung ... 112
4.2.4 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung ... 114
4.2.5 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung ... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Saran ... 123
Sukmalinto, 2013
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Mengenai Pengukuran Kinerja Berbasis Balanced Scorecard ... 45
Tabel 4.5 Realisasi Pelanggan DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 92
Tabel 4.6 Rencana Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 96
Tabel 4.7 Realisasi Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 98
Tabel 4.8 Rencana Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 102
Tabel 4.9 Realisasi Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 103
Tabel 4.10 Nilai Balanced Scorecard DPU DT Bandung Tahun 2013 ... 109
Tabel 4.11 Nilai Keuangan DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 113
Tabel 4.12 Nilai Pelanggan DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 115
Tabel 4.13 Nilai Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 117
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
Tahun 2008 – 2012 ... 5 Grafik 4.1 Kinerja DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 110 Grafik 4.2 Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung
Periode Januari - April 2013 ... 113 Grafik 4.3 Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung
Periode Januari - April 2013 ... 116 Grafik 4.4 Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT
Bandung Periode Januari - April 2013 ... 118 Grafik 4.5 Kinerja Dalam Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU
Sukmalinto, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 11 Gambar 2.2 Balanced Scorecard Memberi Kerangka Kerja Untuk
Penerjemahan Strategi ke Dalam Kerangka Operasional ... 25 Gambar 2.3 Bagan Balanced Scorecard; Translating Strategy into Action ... 28 Gambar 2.4 Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja
Tindakan
Strategis ... 29 Gambar 2.5 Bagan Balanced Scorecard: menuntut score di empat
pespektif
secara seimbang ... 34 Gambar 2.6 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama ... 39 Gambar 2.7 Proposisi Nilai Pelanggan ... 40 Gambar 2.8 Perspektif Proses Bisnis Internal – Model Rantai Nilai
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Lampiran 2 Surat Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 6 Draft Balanced Scorecard DPU DT Bandung
Lampiran 7 Struktur Organisasi DPU DT Bandung
Lampiran 8 Foto Dokumentasi
Lampiran 9 Kartu Bimbingan
Sukmalinto, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan perkataan Ketua Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan
Jurnalis dan sosialisasi lomba karya tulis bagi jurnalis, penulis media cetak, online
dan radio di kantor BKKBN, Jakarta, Senin 25/02/2013 yang lalu bahwa
penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan berjumlah 250 juta jiwa, dan
menurut Badan Pusat Statistik 28,59 juta diantaranya adalah penduduk miskin.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang cukup
serius, hampir setiap tahunnya masih menjadi suatu permasalahan yang terus
dicari dan diupayakan solusinya agar jumlahnya berkurang dan kalau bisa
ditiadakan dari Negara ini. Pada September 2012 lalu jumlah kemiskinan
menurun sejumlah 0,54 juta jiwa, hal ini patut disyukuri walau penurunannya
tidak terlalu signifikan, namun hal ini masih harus tetap diupayakan untuk terus
ditekan jumlahnya agar tercipta rakyat Indonesia yang makmur.
Masalah kemiskinan memanglah tanggung jawab Negara sebagai mana
yang tercantum dalam Undang-undang 1945 pasal 34 ayat 1 yang mengatakan
bahwa, fakir, miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun, hal
ini bukan berati menjadi tanggung jawab Negara seutuhnya, pada hakikatnya
manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan dan saling tolong
2
sesama manusia). Pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai manusia yang
katanya makhluk sosial apalagi khususnya umat islam dalam mengoptimalkan
potensi yang ada guna membantu pemerintah mengurangi jumlah penduduk
miskin? Ajaran Nabi Muhammad SAW menurunkan perintah zakat, infak dan
sedekah (ZIS) sebagai solusinya. ZIS inilah yang merupakan implementasi
hubungan manusia dalam kehidupan manusia yang lainnya sebagai bagian dari
ibadah dan sekaligus rasa kepedulian kepada sesama. Tujuan dari ZIS adalah
supaya terjadinya pemerataan ekonomi dimana harta benda tidak hanya dikuasai
oleh orang-orang yang sudah kaya saja.
Dewasa ini sudah banyak ditemukan lembaga-lembaga yang berkiprah
dalam pengelolaan ZIS, baik formal maupun informal. Namun, dengan banyakya
lembaga-lembaga ZIS belum dirasa optimal, karena kurangnya pemahaman dan
aturan bagi para dermawan untuk menyalurkan sebagaian hartanya melalui
amalan ZIS ini. Disamping itu pula banyak oknum-oknum masyarakat yang
melakukan modus penipuan yang bertopeng lembaga ZIS demi meraup harta
kekayaan dengan mudah dan cepat, sehingga hal ini membuat para dermawan
khawatir dan tidak percaya. Seperti hal nya contoh kasus yang sempat beredar
pada tahun 2010 tentang penipuan berkedok sedekah Ustadz Yusuf Mansur
dimana penipuan ini berupa brosur/selebaran program sedekah berantai, contoh
kasus ini dikutip dari Blogsite Ikhsan Permadi, sehingga para dermawan lebih
memilih lembaga-lembaga yang sudah ada badan hukumnya dibanding degan
3
Sukmalinto, 2013
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Dedi Zulkarnaen selaku Seksi
Bimas Islam Departemen Agama (Depag) Kota Bandung pada tanggal 23 Mei
2013, permasalahan yang terjadi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah dalam
hal pendataan. Depag selaku badan pemerintah yang berwenang untuk mengawasi
LAZ kesulitan dalam pengumpulan data karena data ZIS yang ada di LAZ
tersebut belum tersusun dengan baik. Bahkan, sering terjadi penurunan data dana
yang terhimpun secara drastis, namun dalam realisasinya terlihat normal.
Sehingga banyak data yang tidak valid dalam pendataan Depag.
Berikut adalah daftar lembaga-lembaga amil zakat yang terdata resmi di
Depag Kota Bandung:
Tabel 1.1 Daftar Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kota Bandung
Tahun 2012
No. Nama LAZ Alamat
1. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Jl. Geger kalong Girang No.32 Bandung
2. Dompet Dhuafa Republika Bandung Jl. Pasir Kaliki No.143 Bandung
3. Pondok Zakat Assalam Jl. Sasakgantung No.16 Bandung
4. BM. Hidayatullah Jl. Palad Jaya Raya No.36 Cikutra
Bandung
5. Rumah Yatim Jl. Terusan Jakarta No.241 Antapani
Bandung
6. Pusat Zakat Umat Jl. Perintis Kemerdekaan No.2-4
Bandung
7. Rumah Zakat Jl. Turangga No.25 c Bandung
8. Rumah Amal Salman ITB Jl. Ganesha No.7 Bandung
9. PKPU Bandung Jl. Gatot Subroto No. 46 B Bandung
10. Mujahidin Jl. Sancang No.6 Burangrang
Lengkong Bandung
4
Tabel 1.1 di atas menunjukkan daftar LAZ Kota Bandung yang terdata
resmi di DEPAG Kota Bandung. Meskipun hanya 10 yang terdaftar, kemungkinan
masih ada yang belum terdaftar. Masyarakat hendaknya dapat memilih dengan
bijak dalam menentukan LAZ yang amanah. Daftar ini bisa menjadi prioritas
untuk masyarakat dalam menyalurkan dana ZISnya.
Setelah mengetahui lembaga-lembaga ZIS yang resmi, hal yang menjadi
pertanyaan apakah LAZ yang sudah resmi ini sudah optimal atau belum dalam
pengelolaan kinerja lembaganya? Pengelolaan kinerja lembaga ini sangat
berkaitan dengan tingkat keamanahan LAZ dalam penyaluran dananya untuk
disampaikan kepada yang berhak menerima (mustahik).
Dari permasalahan-permasalahan yang sudah dikemukakan diatas, penulis
tertarik membidik lembaga Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid Bandung (DPU
DT Bandung) yang beralamatkan di Jl. Gegerkalong Girang No.32 Bandung
sebagai objek penelitian. Sebagai pertimbangannya, penulis membidik objek
lemabaga DPU DT Bandung ini karena DPU DT Bandung adalah lembaga
pengelolaan ZIS yang sudah berbadan hukum sesuai dengan Undang-Undang RI
No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat , SK Menteri Agama RI no.410
tahun 2004 tentang Legalitas DPU DT sebagai Laznas, SK Gubernur Jawa Barat
no.541.12/Kep.846-Yansos/2002 tentang pengukuhan DPU DT sebagai Lazda,
SK Pengurus Yayasan DT no.09/SK/C/YYS-DT/VIII/08 tentang perubahan
Organisasi DPU DT, Akta Notaris: Dr. Wiratni Ahmadi, SH.No. 17, Tanggal 22
April 2004, dalam pelaksanaan pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekahnya
5
Sukmalinto, 2013
sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Selain itu, menurut Bapak Dedi dalam
pengumpulan data dana ZIS di DPU DT sangat mudah didapatkan karena sistem
manajemen lembaganya sudah baik.
Namun disisi lain, DPU DT Bandung perlu memperbaiki kinerjanya secara
berkesinambungan karena dana yang dihimpun dan disalurkan masih belum stabil
dari beberapa tahun kebelakang. Seperti terlihat dalam data berikut:
Tabel 1.2 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
Tahun 2008 – 2012
TAHUN Dana yang Dihimpun (Rp) Dana yang Disalurkan (Rp)
2008 1.637.888.375 1.637.888.375
2009 649.637.725 649.637.725
2010 1.932.045.740 1.932.045.740
2011 884.652.987 884.652.987
2012 745.988.346 745.988.346
Sumber: Diolah dari Depag Kota Bandung, 2013
Dari data diatas dapat digambarkan pertumbuhan kinerja DPU DT
Bandung melalui grafik berikut:
Grafik 1.1 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
6
Sumber: Diolah dari Depag Kota Bandung, 2013
Dari Tabel 1.2 dan Grafik 1.1 diatas menunjukkan bahwa penghimpunan
dan penyaluran dana yang dilakukan oleh DPU DT Bandung belum stabil. Pada
tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis sehingga perlu adanya peningkatan
kinerja. Sedangkan pada tahun 2010 kembali naik drastis diatas dana yang
dihimpun dan disalurkan pada tahun 2008. Namun, pada tahun 2011 kembali
mengalami penurunan, bahkan di tahun 2012 juga mengalami penurunan.
Dari data ini dapat dikatakan bahwa kinerja DPU DT Bandung mengalami
penurunan yang signifikan melihat penghimpunan dan penyaluran dana ZIS dua
tahun kebelakang. Hal ini perlu diteliti penyebab penurunannya berdasarkan
kinerja lembaga tersebut. Maka dari itu disini penulis mengangkat skripsi yang
berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced
Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.”
1.2 Fokus Penelitian
Dari beberapa masalah yang telah dikemukakan pada bagian latar
belakang, dimulai dari jumlah penduduk miskin yang berada di Indonesia, kurang
optimalnya potensi zakat, kurang fahamnya para muzakki (orang yang berzakat)
atau para dermawan akan ilmu ZIS, dan aturan pelaksanaan ibadah ZIS,
kehawatiran para dermawan akan penipuan yang bertopeng ZIS, sampai kinerja
7
Sukmalinto, 2013
Disini penulis akan memfokuskan penelitian pada implementasi balanced
scorecard yang digunakan dalam pengukuran kinerja lembaganya di DPU DT
Bandung.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis
balanced scorecard di DPU DT Bandung?
2. Bagaimana penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced
scorecard di DPU DT Bandung?
3. Bagaimana kinerja lembaga DPU DT Bandung?
4. Bagaimana hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di DPU DT
Bandung?
5. Adakah nilai lebih dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis
balanced scorecard di DPU DT Bandung?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis
balanced scorecard di DPU DT Bandung.
2. Untuk mengetahui penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced
8
3. Untuk mengetahui kinerja lembaga DPU DT Bandung.
4. Untuk mengetahui hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di
DPU DT Bandung.
5. Untuk mengetahui nilai lebih dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga
berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung.
1.5 Manfaat Penelitian
Setelah selesainya penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan
penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis (keilmuan)
Mengembangkan ilmu pengetahuan manajemen agar terus berupaya
menyiapkan, menyempurnakan dan mencari strategi-strategi baru yang tepat
dan terencana dengan baik untuk menjadikan lembaga-lembaga mampu
bertahan dan adaptif dalam menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
b. Manfaat Praktis (guna laksana)
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran alternatif tentang
implementasi balanced scorecard yang lebih baik dan dapat berpengaruh
pada peningkatan kinerja karyawan yang pada akhirnya dapat tercapainya
tujuan organisasi yang diharapkan.
2. Dapat diterapakan di lembaga-lembaga ZIS lainnya baik yang belum
berbadan hukum, sedang berproses berbadan hukum, maupun yang telah
potensi-9
Sukmalinto, 2013
potensi kinerja lembaga yang dikelolanya untuk mendulang prestasi yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid
Bandung, yang berada di Jl. Gegerkalong Girang No.32 Bandung (40154), Jawa
Barat, Indonesia. Telp./ Fax. 022- 2021862, 2021861, 70775632- 70017002.
Website: www.dpu-online.com dan e-mail: info@dpu-online.com.
Dompet Peduli Ummat (DPU DT) merupakan lembaga nirlaba milik
masyarakat yang bergerak di bidang penghimpunan (fundraising) dan
pendayagunaan dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah) serta dana lainnya yang
halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga. Didirikan
pada 16 Juni 1999 oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai bagian dari
Yayasan Daarut Tauhiid dengan tekad menjadi LAZ yang Amanah, Profesional
dan Akuntabel.
Berawal dari Rapat Pengurus Yayasan bahwa perlu ada peningkatan
kinerja Badan Pengelola Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) secara profesional.
Untuk itu, diperlukan juga strategi-strategi baru yang efektif dan efisien dalam
mengelola dana yang dihimpun dari ZIS, sehingga pada gilirannya dapat menjadi
suatu kekuatan ekonomi masyarakat. Berangkat dari hal ini, maka Yayasan Daarut
Tauhiid memutuskan untuk mendirikan Dompet Peduli Ummat (DPU). Maka
48
Sukmalinto, 2013
“Analisis Pengukuran Kinerja lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet
Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung”.
3.2 Metode Penelitian
Riduwan (2012:1) berpendapat bahwa “penelitian ialah suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah dan untuk menembus batas-batas ketidaktahuan
manusia.” Dan secara umum Sukmadinata (2011:5) menjelaskan bahwa
“penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” Adapun menurut Sugiyono (2012:3), “secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.”
Jadi, metode penelitian merupakan serangkaian cara atau strategi yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilandasi oleh
asumsi-asumsi dasar, pertanyaan, dan permasalahan yang dihadapi dengan mengacu pada
tujuan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan judul penelitian, maka metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Suyatna (2002:14) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif mencakup segala macam penelitian yang tidak termasuk penelitian historis dan
eksperiment.” Dan beliau pun menegaskan pula bahwa “tujuan penelitian deskriptif adalah untuk memberikan (mendeskripsikan), yakni membuat gambaran
49
atau daerah tertentu.” Sejalan dengan pendapat tersebut, Sukmadinata (2011:18)
menyebutkan bahwa:
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya.
Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara
faktual dan alami di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, dengan cara
mengidentifikasi gejala-gejala serta masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
organisasi tersebut, serta mendeskripsikan implementasi pengukuran kinerjanya
berbasis balanced scorecard dengan keempat perspektif didalamnya tanpa
diberikan perlakuan tertentu oleh peneliti.
Berdasarkan pada metode penelitian yakni deskriptif, maka pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Secara
singkatnya Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012:4) mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dan
Sukmadinata (2011:60) mendefinisikan bahwa:
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Sedangkan Sugiyono (2012:15) berpendapat yakni:
50
Sukmalinto, 2013
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dan lebih jelasnya Moleong (2012:6) mensintesiskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Adapun Nasution (1996:5) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya.” Bahkan masih menurut Nasution (1996:9), penelitian kualitatif
disebut juga penelitian naturalistic. Disebut kualitatif karena sifat data yang
dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak
menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistic, karena situasi lapangan
penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi,
diatur dengan eksperimen atau tes.
Nasution (1996:19) pun mengemukakan bahwa ada 16 ciri penelitian
kualitatif, yakni:
1. Penelitian dilakukan dalam natural setting,
51
8. Menonjolkan konteks,
9. Peneliti berkedudukan sama dengan orang yang diteliti,
10. Mengutamakan pandangan emic,
11. Mengadakan verifikasi, antara lain melalui kasus negative,
12. Melakukan purposive sampling,
13. Melakukan audit trail,
14. Melakukan partisipasi tanpa mengganggu (unobtrusive),
15. Mengadakan analisis sejak awal,
16. Disain yang emergent.
Artinya, penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini
dimaksudkan bahwa peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk
memperoleh data secara menyeluruh (holistic) dari sumber data yang diamati
secara faktual atau alamiah, baik dengan cara mengamati gejala dan permasalahan
yang ada, maupun mengamati kejadian dan perilaku sosial. Lalu dilakukan
analisis data supaya menghasilkan informasi yang dibutuhkan dengan berpegang
pada teori dan konsep yang telah dikaji sebelumnya.
Jadi, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dalam menganalisis implementasi pengukuran kinerja
lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid
Bandung. Peneliti pun mengamati hal-hal lain yang berkaitan dengan
implementasi balanced scorecard tersebut, seperti karyawan, sarana prasarana,
52
Sukmalinto, 2013
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kulitatif, yang menjadi instrumen utama dalam penelitian
adalah peneliti itu sendiri yang disebut human instrument. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Nasution (1996:9) bahwa “peneliti dalam penelitian naturalistik adalah sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah key instrument atau alat
penelitian utama.” Bahkan Nasution (1996:55) menegaskan bahwa:
Dalam penelitian naturalistic tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya.
Selanjutnya Sugiyono (2012:306) menambahkan tentang fungsi dari
human instrument, yakni:
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Di samping itu, Nasution (1996:55-56) menyebutkan bahwa peneliti
sebagai instrumen penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Peneliti sebagai alat, peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat, dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
53
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk men-test hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau penolakan.
7. Manusia sebagai instrumen, dapat memperhatikan respon yang aneh atau
menyimpang. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan
dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan pemahaman mengenai
aspek yang diteliti.
Selanjutnya, Satori dan Komariah (2009:67) mengungkapkan bahwa
kekuatan peneliti sebagai human instrument adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang
profesinya.
2. Kekuatan dari sisi personality.
3. Kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (Human Relation).
54
Sukmalinto, 2013
Jadi sangat jelas bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif sebagaimana
yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, merupakan unsur utama karena
dari awal perencanaan, penyususnan, proses penelitian, sampai pada tahap akhir
pelaporan, penelitilah yang berperan penting dalam memahami metodologi
kualitatif yang digunakan serta proses terlaksananya sebuah penelitian. Peneliti
pula yang secara aktif terjun langsung melakukan pengamatan dan wawancara
kepada pihak terkait dengan berbekal wawasan yang telah peneliti persiapkan
terlebih dahulu.
Di samping itu, hanya manusia yang dapat merasakan, memahami,
menafsirkan, dan mengungkap makna yang tersirat baik dari kata-kata, perilaku,
mimik, maupun isyarat dari responden. Bahkan alat-alat seperti rekaman atau
kamera pun akan dapat berfungsi apabila digunakan oleh peneliti guna
memperkuat data yang diperoleh.
3.4 Sampel Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
menggunakan istilah populasi dan sampel, karena dalam penelitian kualitatif
istilah subjek populasi atau sampel penelitian disebut dengan sumber data.
Sebagaimana Arikunto (2010:172) menjelaskan bahwa:
55
sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian atau varibel penelitian.
Oleh karena itu, dilihat dari sumber data di atas maka Arikunto (2010:172)
menyimpulkan sumber data itu dapat di klasifikasikan ke dalam tiga tingkatan,
yakni.
1. Person (orang), yaitu sumber data yang bisa memberikan jawaban lisan
melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
2. Place (tempat), yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam (seperti: ruangan, wujud benda, dan lainnya) dan bergerak (seperti:
aktivitas atau kegiatan, kinerja, dan lainnya).
3. Paper (simbol), yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka-angka, gambar, dan simbol lainnya.
Selain itu, Spradley (Sugiyono, 2012:297) menjelaskan dalam penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan situasi sosial
(social situation) yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
1. Place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung.
2. Actors, pelaku atau orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung.
Kedua pendapat di atas pada intinya memiliki maksud yang sama, yakni
penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi atau sampel, karena subjek
penelitian ini disebut dengan sumber data yang terangkum dalam social situation
56
Sukmalinto, 2013
berhubungan, sehingga tidak dapat dipastikan mana yang disebut dengan populasi
atau sampel penelitian seperti dalam penelitian kuantitatif.
Sumber data yang peneliti jadikan sebagai subjek penelitian dan
terangkum dalam social situation yang terdiri dari tiga elemen, yakni:
1. Lembaga Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung sebagai tempat
penelitian (place)
2. Direktur utama, manajer sekretariat lembaga, direktur bidang dan beberapa
pihak terkait lainnya merupakan actors
3. Seluruh aktivitas karyawan yang tercover dalam implementasi pengukuran
kinerja lembaga berbasis balanced scorecard yang merupakan aktifitas dalam
social situation.
Dari ketiga elemen tersebut, peneliti visualisasikan dalam diagram berikut
ini:
Place/tempat:
Actor/orang: Activity/aktifitas:
57
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah teknik purposive
sampling. Menurut Nasution (1996:29) bahwa:
sampling ialah pilihan peneliti aspek apa dari peristiwa apa dan siapa dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu dan karena itu dilakukan terus menerus sepanjang penelitian. Sampling bersifat purposif yakni bergantung pada tujuan fokus pada suatu saat.
Lebih jelasnya Sugiyono (2012:124) menyebutkan bahwa “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”
Sedangkan Moleong (2012:224) menjelaskan bahwa “maksud sampling dalam penelitian kualitatif ialah menjaring sebanyak mungkin informasi dari
berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions)”
Oleh karena itu, teknik purposive sampling digunakan oleh peneliti guna
mengumpulkan data dan informasi dari para informan dan sumber data lainnya
dengan disesuaikan pada tujuan dan kebutuhan data-data yang ingin diperoleh.
Selanjutnya, jenis data yang akan dikumpulkan termasuk ke dalam data
kualitatif, karena seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Adapun definisi dari data kualitatif sebagaimana yang dijelaskan oleh
Riduwan (2012:5) adalah “data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.” Bahkan menurut beliau data kualitatif ini biasanya diperoleh melalui wawancara dan bersifat subjektif,
yakni penafsiran dari data ini akan berbeda-beda apabila ditafsirkan oleh orang
yang berbeda pula, karena dalam hal ini akan tergantung pada beberapa faktor
58
Sukmalinto, 2013
Membahas mengenai teknik pengumpulan data, karena metode dan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maka
pengumpulan data akan dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data yang digunakan lebih banyak
pada observasi berperanserta (participant observation) dan wawancara mendalam
(in dept interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:309).
Jadi untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka
instrumen yang digunakan dalam penelitian pun beragam, yakni instrumen
observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi/gabungan. Dan
instrumen ini akan peneliti paparkan satu persatu sebagai berikut.
1. Observasi
Berbicara mengenai observasi, maka akan langsung tertuju pada
pengamatan, karena dalam observasi ini peneliti dituntut untuk mengamati setiap
kegiatan atau aktivitas serta situasi dan kondisi di lapangan. Namun, terkadang
istilah observasi sering diidentikkan hanya pada satu indera yakni indera
penglihatan (mata), padahal dalam pengamatan itu diperlukan kerjasama dari
seluruh indera. Sebagaimana dipertegas oleh Suyatna (2002:20) yang
menyebutkan bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi tidak hanya
terbatas pada penggunaan indera penglihatan saja, akan tetapi meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera.”
Dilihat dari asal muasalnya, teknik pengumpulan data dengan observasi
59
Dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat, di antaranya alat yang sangat canggih, sehingga dapat diobservasi benda yang sekecil-kecilnya atau yang sejauh-jauhnya di jagat raya. Namun betapapun canggihnya alat yang digunakan, tujuannya satu, yakni mengumpulkan data melalui observasi.
Masih menurut Nasution (1996:66), bahwa cara kerja dari observasi
sebagai alat pengumpul data, “yakni dengan melihat dan mendengarkan.”
Sedangkan Hadi (Sugiyono, 2012:203) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai
proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Bahkan Marshall (Sugiyono, 2012:3010) menyatakan
bahwa through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to those behavior. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,
dan makna dari perilaku tersebut.
Namun, observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya. Karena observasi tidak terbatas
pada perilaku, kegiatan, dan proses kerja para responden, tetapi juga objek-objek
lingkungan alam sekitar yang memang perlu dan dapat diamati, didengar, atau
dirasakan oleh peneliti guna menambah bahan dalam pengumpulan data.
Maka dalam hal ini Faisal (Sugiyono, 2012:310) mengklasifikasikan
observasi menjadi tiga bagian, yakni observasi berpartisipasi (participant
observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur
60
Sukmalinto, 2013
berpartisipasi menjadi empat yaitu pasive participation, moderate participation,
active participation, dan complete participation (Sugiyono, 2012:310).
Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai moderat participant
observation. Menurut Sugiyono (2012:204), peneliti dalam konteks ini memiliki
keterlibatan langsung dengan orang-orang yang sedang diamati sebagai sumber
data penelitian, karena peneliti ikut serta dalam setiap kegiatan yang
diselenggarakan dan dilakukan oleh para responden. Sehingga peneliti dapat
dengan mudah melihat, menemukan, merasakan, dan memahami gejala-gejala
yang terjadi di dalamnya.
Senada dengan pendapat di atas, Stainback (Sugiyono, 2012:311)
menyatakan bahwa “in participant observation, the researcher observes what
people do, listent to what they say, and participates in their activities.”
Dalam pengumumpulan data melalui instrumen observasi ini, peneliti
melakukan pengamatan untuk memperoleh dan mengumpulkan data dari tempat
yang dijadikan objek penelitian, sumber data primer (actors), dan peneliti ikut
terlibat langsung ke dalam kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh para
karyawan yang telah disusun dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga
berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung. Namun, tidak semua kegiatan
yang diselenggarakan di sana diikuti secara keseluruhan oleh peneliti. Bahkan
dalam prosesnya, peneliti melakukan pengamatan tidak hanya dengan
mengandalkan panca indera saja, akan tetapi dibantu dengan alat tulis seperti:
61
rekaman. Maksudnya adalah untuk memperkuat hasil data yang nanti akan atau
sudah dianalisis.
2. Wawancara
Definisi wawancara (interview) sebagaimana dikemukakan oleh Moleong
(2012:186) adalah:
Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Senada dengan pendapat tersebut, Suyatna (2002:20) mendefinisikan
bahwa “interview adalah wawancara untuk memperoleh informasi/data dari obyek
yang diteliti dalam suatu penelitian.” Selain itu, Sugiyono (2012:194) berpendapat
bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan ataupun ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam terkait permasalahan yang dihadapi.”
Jadi, sangat jelas bahwa wawancara akan sangat membantu peneliti dalam
mengumpulkan data, khususnya data-data yang tidak dapat diperoleh melalui
observasi dan instrumen lainnya.
Adapun wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2012:319) terdiri atas
tiga macam, yakni wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Karena untuk
pertanyaan yang berkaitan dengan perspektif dalam balanced scorecard, maka
akan diberikan pertanyaan terstruktur supaya memperoleh data yang akurat.
62
Sukmalinto, 2013
tidak terstruktur, supaya para informan pun bisa mengemukakan pendapatnya
sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari sumber data
atau informan dengan bertanya langsung kepada beberapa pihak terkait, yakni
direktur utama yang berperan sebagai pimpinan lembaga, manajer sekretariat yang
dalam hal ini bertanggung jawab dalam teknis pelaksanaan balanced scorecard,
direktur bidang, karyawan lainnya, serta pihak lain yang ada di dalamnya. Selama
proses wawancara, peneliti tidak akan terlaku terfokus dalam kegiatan mencatat
informasi yang dikemukakan oleh informan, karena hal itu dapat mengganggu
suasana selama proses wawancara terjadi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
alat bantu perekam suara atau video, tapi tetap menggunakan alat mencatat.
Karena dimungkinkan ada hal-hal yang tidak dapat terekam suara maupun video,
tetapi hal itu hanya dapat dirasakan atau diamati langsung oleh peneliti, seperti
sikap, perilaku, mimik wajah atau suara dari para informan. Selanjutnya, hasil dari
wawancara itu langsung peneliti tuangkan dalam bentuk tulisan atau berupa
catatan lapangan dengan mendeskripsikan informasi yang telah diperoleh dari
responden yang menghasilkan data atau bahan mentah.
Disamping itu, catatan dalam wawancara tetap diperlukan karena data
yang dikumpulkan ada yang bersifat verbal dan non verbal. Sebagaimana
dipertegas oleh Nasution (1996:69-70) yang menjelaskan tentang data yang
bersifat verbal ini kaya akan informasi sehingga akan dengan mudah direkam
melalui alat elektronik dan ditulis dalam catatan, sedangkan data non verbal
63
seperi isyarat yang disampaikan melalui gerak-gerik tubuh ataupun
spontanitas-spontanitas dari para informan. Yang pada dasarnya kedua hal tersebut amat
penting untuk memahami makna kata-kata atau ucapan dalam wawancara.
3. Studi Dokumentasi
Dalam studi dokumentasi, peneliti melakukan kajian-kajian pada
dokumen-dokumen yang telah ada di lembaga tersebut. Menurut Sugiyono
(2012:329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Biasanya
dokumen ini berupa tulisan seperti catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan, dan lainnya; berupa gambar seperti foto, gambar
hidup, sketsa, bagan, dan lainnya; atau berbentuk karya seperti karya seni baik
berupa gambar, film, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nasution (1996:85),
dokumen itu terdiri atas dua hal yakni tulisan pribadi seperti buku harian,
surat-surat, dan dokumen resmi.
Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis isi dari dokumen yang ada,
sehingga dari hasil kajian ini akan menghasilkan informasi yang akan menunjang
data yang dihasilkan dari observasi dan wawancara. Sehingga, data-data yang
diperoleh nantinya bisa lebih kredibel.
Jadi peneliti akan mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
sejarah lembaga, visi dan misi, struktur organisasi/kepengurusan, jumlah
karyawan, program-program yang telah dibuat, khususnya program pengukuran
kinerja lembaga berbasis balanced scorecard, serta dokumen lain yang diperlukan
64
Sukmalinto, 2013 4. Triangulasi
Sugiyono (2012:330) mengartikan triangulasi “sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada.” Selain itu, Stainback (Sugiyono, 2012:330) menyatakan
bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang
telah ditemukan. Jadi dalam hal ini, peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari
lapangan, akan tetapi melakukan kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
data dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Tujuannya
untuk memahami lebih mendalam makna yang terkandung dari semua data yang
telah diperoleh dari berbagai teknik dan sumber data terkait.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Keabsahan Data 3.6.1 Rancangan Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012:336) “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan.” Analisis data sangatlah diperlukan karena pada tahap ini
peneliti akan mempelajari dan mengolah data-data dengan berbagai guna
menemukan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana dikemukakan
65
dapat ditafsirkan”, sedangkan tafsiran atau interpretasi itu sendiri diartikan oleh
Nasution yakni “memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep”.
Sedangkan Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012:248) berpendapat bahwa
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Patton menjelaskan bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sehingga, dalam hal ini Patton
berbeda pendapat dengan Nasution yakni membedakan analisis data dengan
penafsiran, karena menurut Patton bahwa penafsiran yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di
antara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2012:280).
Adapun menurut Moleong (2012:280) bahwa “analisis data ini adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif
merupakan salah satu proses yang tidak boleh terpisahkan dengan tahap
66
Sukmalinto, 2013
data-data yang telah diperoleh, kemudian data-data itu dikategorisasikan supaya
peneliti dapat lebih mudah melakukan penafsiran atau interpretasi data. Sehingga,
dapat dilihat bahwa analisis data ini telah terjadi mulai dari awal perumusan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan akan terus berlangsung selama proses
pengumpulan data sampai tahap akhir penelitian. Hal ini dipertegas dengan
adanya pernyataan bahwa analisis adalah kegiatan yang kontinu dari awal sampai
akhir penelitian. (Nasution, 1996:130)
Maka dalam hal ini, peneliti melakukan tahap-tahap analisis data
penelitian sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Peneliti mempelajari dan mengamati data-data yang telah terkumpul dari
sumber data yang berada di lembaga DPU DT Bandung melalui berbagai teknik
pengumpulan data, yang semua data tersebut masih berupa data mentah,
kemudian data-data itu dirangkum dan disusun secara sistematik, supaya peneliti
lebih mudah dalam mencari dan mengkaji data pokok dan dianggap penting
supaya dapat disederhanakan dari sekian data yang abstrak dan banyak. Bahkan
bisa dicari kembali data apabila masih dianggap perlu.
Selanjutnya, data yang telah dipilih tadi diklasifikasikan atau
dikategorisasikan terlebih dahulu, salah satunya dengan cara pemberian kode pada
data sesuai sumbernya masing-masing.
67
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data,
diantaranya dalam bentuk uraian singkat atau dalam teks naratif yang berupa
deskripsi mengenai implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced
scorecard di DPU DT Bandung, mulai dari tujuan, program, proses, dan hasilnya
pada kinerja lembaga tersebut. Bahkan ada pula dalam bentuk bagan, hubungan
antar kategori, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang telah dikaji, kemudian dimaknai dengan cara penafsiran atau
interpretasi dari peneliti sendiri dengan didukung oleh studi literatur yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya. Tahapan terakhir yakni berupa penarikan
kesimpulan yakni untuk mengetahui hasil akhir dari asumsi-asumsi yang muncul
selama penelitian di DPU DT Bandung. Hal ini dipertegas oleh Miles and
Huberman (Sugiyono, 2012:345) yang menjelaskan bahwa dalam analisis data
kualitatif diperlukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
3.6.2 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang akan dilakukan adalah dengan cara uji kredibiltas
data atau validitas internal yang mana perpanjangan pengamatan, meningkatkan
ketekunan dalam mencari data, triangulasi, member check dan analisis kasus
negatif itu lebih diutamakan. Kemudian dengan uji dependabilitas (reabilitas)
data, uji transfermabilitas (validitas eksternal), dan uji konfimabilitas atau
68
Sukmalinto, 2013
Untuk mencapai tingkat kredibilitas dan validitas, maka peneliti
melakukan verifikasi terhadap data yang telah disimpulkan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono (2012:363) bahwa “data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek penelitian”.
Dalam tahap verifikasi, peneliti menggunakan tiga cara berikut ini.
1. Perpanjangan Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti pada setiap
moment kegiatan karyawan yang terjadi pada lembaga tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mencapai keabsahan data dan menangkap makna dari setiap peristiwa.
2. Triangulasi
Mathinson (Sugiyono, 2012:330) menjelaskan bahwa the value of
triangulation lies in providing evidence-whether convergent, inconsistent, or
contracdictory. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah
untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten, atau
kontradiksi.
Di samping itu, Patton pun menegaskan bahwa dengan triangulasi data
akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu
pendekatan (Sugiyono, 2012:330).
Jelas sekali bahwa dengan triangulasi ini, akan memperkuat data-data lain
bahkan apabila terdapat ketidakkonsistenan informasi dari sumber data,
69
dengan menggunakan triangulasi data ini. Jadi, data-data tersebut akan lebih valid
dan kuat.
Menurut Sugiyono (2012:372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu.” Oleh karena itu, Sugiyono (2012:373-374) membagi teknik
triangulasi ke dalam tiga bagian yakni “triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber
dan teknik.
Triangulasi sumber, digunakan peneliti untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Misalnya data tentang implementasi balanced scorecard, maka
pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dapat dilakukan kepada direktur
bidang, dan karyawan lain di level bawahnya.
3. Member check
Menurut Sugiyono (2012:375) “member check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Lebih lanjut Sugiyono
(2012:375-376) memperjelas bahwa “tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi
data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi
apabila data yang ditemukan peneliti melalui hasil penafsirannya tidak disepakati
70
Sukmalinto, 2013
Ketika perbedaannya tajam, peneliti harus merubah temuannya dan menyesuaikan
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”
Jadi, perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan member check dilakukan
untuk memverifikasi data hasil analisis dan kesimpulan, supaya data-data yang
telah dikumpulkan dan dikaji itu dapat ditinjau ulang. Sehingga, apabila masih
ditemukan data atau informasi yang dianggap keliru atau tidak sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh sumber data, maka bisa dilakukan klarifikasi. Bahkan ketika
peneliti masih mebutuhkan penguatan data atau informasi untuk data yang telah
diperoleh, maka dapat dilakukan penambahan data. Semua ini dimaksudkan guna
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis pengukuran
kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid (DPU DT) Bandung untuk mengetahui implementasinya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum implementasi balanced scorecard di DPU DT Bandung sudah
cukup efektif yang dilakukan oleh semua pihak baik pimpinan maupun
karyawan. Hal tersebut terlihat dari pelaksanaan pengukuran kinerja itu
sendiri yang tercantum dalam sasaran lembaga tahunan dan laporan
pencapaian sasaran lembaga bulanan, serta melakukan evaluasi yang
dicantumkan dalam daftar tindakan laporan pencapaian sasaran lembaga.
2. Penentuan indikator kinerja utama dalam balanced scorecard DPU DT
Bandung yang digunakan dalam proses pengukuran kinerja lembaga masih
kurang kuat dikarenakan masih ada indikator-indikator lain yang dibutuhkan
oleh lembaga belum masuk kedalam indikator pengukuran terutama indikator
pada perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal
3. Kinerja DPU DT Bandung secara keseluruhan cenderung stabil. Namun, jika
dilihat dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan bisa dikatakan meningkat.
Hal ini juga disebabkan ada beberapa hal proses pengukuran yang tidak
123
Sukmalinto, 2013
4. Dampak dari kurangnya ketersediaan indikator pengukuran pada perpsektif
pelanggan dan perspektif proses bisnis internal juga berpengaruh pada
hubungan antar empat perspektif dalam balanced scorecard dimana belum
memiliki keterkaitan secara menyeluruh sehingga nilai kinerja yang diperoleh
pada perspektif tersebut belum menggambarkan kinerja yang sesungguhnya.
5. Dengan implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced
scorecard pada DPU DT Bandung yang merupakan lembaga dakwah dan
sosial menjadi nilai lebih tersendiri. Balanced scorecard dapat menjadi alat
ukur kebermanfaatan untuk ummat yang mengandung nilai-nilai spiritual
dengan harapan menjadi sarana ibadah baik bagi donatur, penerima manfaat,
maupun karyawan lembaga sehingga dapat menjadi jalan untuk lebih dekat
dengan Allah SWT.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai analisis pengukuran
kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid (DPU DT) Bandung, penulis mencoba mengajukan beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak
manajemen khususnya manajemen sumber daya manusia dalam menentukan
kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.
1. DPU DT Bandung hendaknya terus mengupayakan sosialisasi tentang konsep
dan pengukuran kinerja balanced scorecard kepada semua lapisan karyawan
124
scorecard dan bagaimana balanced scorecard dapat diaplikasikan dengan
baik. Dilain pihak setiap pimpinan dari level tertinggi hingga menengah
sebaiknya mengkomunikasikan sasaran dan ukuran kinerja yang telah
ditetapkan kepada para karyawan secara berkala sehingga dapat memahami
dan mengetahui apa yang menjadi sasaran dan ukuran kinerja untuk
selanjutnya turut berperan aktif dalam pencapaian sasaran dan ukuran kinerja
tersebut.
2. DPU DT Bandung hendaknya melakukan penyempurnaan kembali dalam
menentukan indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja
terutama indikator pada persepktif pelanggan dan perspektif proses bisnis
internal. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja lembaga secara keseluruhan dan
keterkaitan dengan persepktif lainnya.
3. Pimpinan lembaga hendaknya memperhatikan ketelitian besaran jumlah pada
balanced scorecard baik yang direncanakan maupun yang telah direalisasikan
agar tercantum nilai yang valid sehingga berdampak pada pengukuran kinerja
yang dijadikan lembaga sebagai panduan untuk pencapaian visi.
4. Pimpinan lembaga hendaknya melakukan pengesahan terhadap
dokumen-dokumen masuk yang tersimpan dalam Manual Sistem Informasi Manajemen
dengan kontrol secara berkala sehingga dokumen-dokumen siap untuk diaudit
pada waktunya dan dinyatakan kesahannya bagi karyawan yang hendak
menggunakan untuk panduan kerja.
5. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai analisis pengukuran
125
Sukmalinto, 2013
karena itu masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Untuk mendapatkan
analisis pengukuran kinerja yang lebih baik sesuai dengan kompetensi utama
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dharma, DR. Surya, MPA. (2010). Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gaspersz, Vincent. (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kaplan, Robert S., dan Norton, David P. (2000). Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
Luis, Suwardi. (2009). Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecards. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu, M.Si. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.
Moeheriono, Prof. Dr., M.Si. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. (2009). Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rivai, Prof. Dr. H. Veithzal, MBA. et al. (2008). Performance Appraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.