• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEDISIPLINAN GURU DAN KONDISI PRASARANA SARANA TERHADAP SIKAP PROFESIONAL DURU DI SMKN 1 CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEDISIPLINAN GURU DAN KONDISI PRASARANA SARANA TERHADAP SIKAP PROFESIONAL DURU DI SMKN 1 CIMAHI."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Rumusan Masalah ... 9

1.4. Tujuan Penelitian ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Kerangka Berpikir ... 11

1.7. Definisi Operasional ... 15

1.8. Metode Penelitian ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 19

2.2. Kedisiplinan Guru ... 26

2.3. Prasarana Sarana ... 29

2.4. Sikap Profesional Guru ... 31

2.4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Disain Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

(2)

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5. Uji Coba Instrumen ... 44

3.6. Revisi Instrumen ... 48

3.7. Prosedur Penelitian dan Teknik analisis Data ... 49

3.8. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Sekolah Menengah Negeri 1 Cimahi ... 56

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57

4.2.1. Analisis Deskriptif Data Variabel ... 57

4.2.2. Uji Persyaratan Analisis ... 69

4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 70

4.2.4. Interpretasi Hasil Penelitian ... 101

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 108

5.2. Implikasi ... 111

5.3. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan merupakan

salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Mutu pendidikan ditentukan oleh

banyak faktor antara lain : tenaga kependidikan, prasarana dan sarana, biaya dan

lain-lain. Komponen lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu

yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung

jawab. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang

profesional. Tenaga kependidikan yang profesional perlu pengembangan dengan

dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting yaitu kepala sekolah. Salah satu

upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ada adalah melakukan pemberdayaan

kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya

sekolah terutama guru-guru dan karyawan sekolah.

Peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan sangat

besar, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya kegiatan sekolah sebagian

besar ditentukan oleh kualitas kepala sekolah. Penataan fisik dan administrasi atau

ketatalaksanaan perlu dibina agar disiplin dan semangat belajar siswa tetap tinggi.

Semua mensyaratkan perlunya penerapan kepemimpinan pendidikan oleh seorang

kepala sekolah, karena kata pemimpin memberikan konotasi kemampuan

menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan,

(4)

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan

kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Kepala

sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang

bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru

dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

M. Soleh (2007).peran Kepala Sekolah dalam pemberdayaan guru.Tersedia

:http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/peran kepala

sekolah-dalam-pemberdayaan-guru/ [15 nov 2007], menuliskan :

“Kepala Sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah dituntut untuk mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misal nya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat, (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, (6) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya. Dan sebagai pemimpin maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan. “

Perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), memuat tujuh

peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3)

administrator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) innovator, dan (7)

motivator.

Kepala sekolah sebagai supervisor membina dan membantu guru-guru baik

(5)

dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi

belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Kepala sekolah sebagai manajer

sekolah dituntut untuk dapat menciptakan manajemen sekolah yang efektif sesuai

dengan peran dan tugas-tugas di atas,.

Usaha meningkatkan mutu sekolah, oleh seorang kepala sekolah adalah dapat

memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah; misalnya gedung, perlengkapan /

peralatan, keuangan, sistem pencatatan / pendataan, kesejahteraan dan lain-lain yang

semuanya ini tercakup dalam bidang administrasi pendidikan, kepala sekolah

berfungsi sebagai administrator pendidikan.

Usaha peningkatan mutu dapat pula dilakukan dengan cara meningkatkan

mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, diskusi,

seminar, observasi kelas, penataran, perpustakaan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan

dapat digolongkan pada kegiatan supervisi, fungsi kepala sekolah adalah sebagai

supervisor (penyelia)pendidikan.

Guru dituntut untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan

penyesuaian penguasaan kompetensinya untuk mengantisipasi perkembangan dan

tantangan kehidupan global peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang

akan semakin kompleks, sehingga perlu upaya keras dari sivitas lembaga pendidikan

dalam mempersiapkan infrastrukturnya baik perangkat keras, maupun perangkat

lunak. Kepala sekolah sebagai inovator pendidikan dituntut mengatur agar pada guru

dan staff lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan prasarana/sarana yang

(6)

demi ketercapaian tujuan sekolah. Kepala sekolah selaku motivator dituntut memiliki

strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan

dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya agar seluruh komponen pendidikan

dapat diberdayakan secara optimal . Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui

pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,

penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui

pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

Waluya dan Zendri (2006) ).Kontribusi Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap sikap disiplin siswa di sekolah.Tersedia

:http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0606106-103409/[06 juni 2007]

menuliskan :

“Dalam proses pembelajaran, keberhasilan tidak terlepas dari cara guru mengajar dan siswa belajar. Selain itu juga, proses pembelajaran akan berhasil dan berdaya guna secara efektif apabila dilaksanakan dengan baik dan berdisiplin tinggi. Penerapan disiplin yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Manfaat dan kegunaan disiplin akan terasa baik oleh guru, siswa, dan tenaga kependidikan lainnya dalam proses pembelajaran disekolah. Hal ini terjadi jika disiplin ini benar-benar dilakukan, akan tetapi apabila disiplin tidak dilaksanakan secara benar, maka akan menyebabkan terjadinya pelanggaran disiplin. Pelanggaran disiplin ini akan berakibat negatif bagi hasil pembelajaran itu sendiri.”

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selain tergantung kepada

kualitas guru, juga harus ditunjang dengan prasarana dan sarana pendidikan yang

memadai. Surya (2004 : 77) mengemukakan :

(7)

dipelajari bermakna bagi siswa, (7) lingkungan belajar kondusif serta (8) prasarana dan sarana belajar sangat menunjang.”

Kenyataan dilapangan menunjukkan banyak kepala sekolah yang takut

mengambil inisiatif dalam memimpin sekolahnya. Penyebabnya adalah karena

pengalaman kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat instruktif dan top down telah

lama dipraktikkan di sebagian besar sekolah kita, ketika era sentralistik masih lama

dipraktikkan di sebagian besar sekolah kita, ketika era sentralistik masih berlangsung.

Suyanto (2007). Kepemimpinan kepala sekolah.Tersedia :

http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline/message/2561/2007/2/8 kepemimpinan

kepala sekolah [8 feb. 2007] menuliskan : ” banyak kepala sekolah yang takut

mengambil inisiatif karena pengalaman kepemimpinan yang bersifat instruktif dan

Top – Down.”

Beberapa fenomena pendidikan persekolahan sebagai hasil dari model kepemimpinan

yang instruktif dan top down dapat kita sebutkan, antara lain, sistem target

pencapaian kurikulum, target jumlah kelulusan, formula kelulusan siswa, dan adanya

disain suatu proyek peningkatan kualitas sekolah yang harus dikaitkan dengan

peningkatan NEM (nilai ebtanas murni) secara instruktif. Sehingga berakibat pada

terbelenggunya seorang kepala sekolah dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis. Dampak negatifnya ialah tertutupnya sekolah pada proses pembaruan dan

inovasi.

Martono (2007). Kepala Sekolah Jalankan Tipe Kepemimpinan Paternalistik.

(8)

jul 2007] menuliskan : “Sampai sekarang mayoritas kepemimpinan kepala sekolah

masih menjalankan tipe kepemimpinan paternalistik, yaitu terlalu ingin dihormati

lebih dan segala kebijakannya harus dilaksanakan sertamasih banyak kepala sekolah

belum berprofesi sebagai pemimpin.”

Kepemimpinan paternalistik akan membatasi munculnya kreativitas semua

unsur pendidikan. Model kepemimpinan paternalistik tidak sejalan dengan

perkembangan dunia pendidikan saat ini.

Kondisi prasarana dan sarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah

di Indonesia masih kurang memadai seperti fasilitas laboratorium dan sebagainya.

Prasarana dan sarana sangat vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar.

Peralatan laboratorium di sebagian daerah masih sangat minim,terutama jika SMK itu

milik swasta, sangat jarang SMK swasta yang memiliki prasarana dan sarana, seperti

laboratorium, yang memadai. Pemberlakuan kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis

Kompetensi), lebih menuntut guru untuk mengaitkan pembelajarannya dengan dunia

nyata, atau siswa mendapat gambaran miniatur tentang dunia nyata. Harapan itu tidak

mungkin tercapai tanpa bantuan alat-alat pembelajaran (prasarana dan sarana

pendidikan) yang memadai. Lampung Post 29 juni 2008 menuliskan, banyak orang

tua sekarang yang enggan menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri karena kondisi

gedungnya yang terkesan kumuh dan rapuh, juga kualitas gurunya dan kelengkapan

prasarana sarana pembelajaran yang kurang, misalnya tidak ada pembelajaran

komputer bagi siswa sebagai pilihan kegiatan ekstra. Media Pendidikan 23 maret

(9)

guru (kualitas dan kesejahteraan), penyediaan gedung dan sarana akademik yang

memadai, buku-buku pelajaran yang bermutu, dan kelengkapan akademik lainnya

masih sangat kurang dari perhatian pemerintah.

Kedisiplinan guru masih kurang karena masih banyak guru yang tidak

memahami tentang tugas dan tanggungjawabnya, mereka hanya beranggapan jika

proses pembelajaran di kelas telah selesai, maka selesai pula tugasnya. Lampung Post

yang menuliskan guru negeri berbeda dengan guru swasta dalam hal kedisiplinan dan

kreativitas. Siswa tidak hanya mendengar dan mencatat, tetapi juga diajak terlibat

dalam pembelajaran, misalnya dengan membuat kelompok diskusi. Kedisiplinan guru

sangat kurang di sekolah negeri, guru sering masuk terlambat kedalam kelas dan

siswa dipulangkan lebih cepat. Siswa juga jarang diberi pekerjaan rumah (PR),

padahal pekerjaan rumah adalah salah satu cara memotivasi siswa rajin belajar.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang

peranan yang penting. Peran kehadiran guru belum dapat diganti dan diambil alih

oleh faktor lain. Unsur-unsur manusiawi tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru

merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal

pada umumnya, karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan

menjadi tokoh identifikasi diri. Guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi

tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya di sekolah.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam

(10)

guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

profesional guru dan mutu kinerjanya.

Salamuddin (2007) Rumus Meningkatkan Mutu Pendidikan.Tersedia :

http://gurukemas.wordpress.com/2007/04/18/rumus-meningkatkan-mutu-pendidikan/.[15 nov 2007] menuliskan :

”Kecanggihan kurikulum dan panduan manajemen sekolah serta sarana prasarana yang memadai tidak akan berarti jika tidak ditangani oleh guru profesional. Karena itu tuntutan terhadap profesinalisme guru yang sering dilontarkan masyarakat dunia usaha/industri, legislatif, dan pemerintah adalah hal yang wajar untuk disikapi secara arif dan bijaksana.”

”Konsep tentang guru profesional ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/sekolah, serta tekhnologi informasi dan komunikasi. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah”.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi yang mempunyai kelebihan

yaitu : termasuk salah satu sekolah bertaraf internasional dengan lama program 4

tahun, lulusannya banyak diserap oleh industri dan mempunyai program diploma 1

yang bekerjasama dengan Politeknik Manufaktur Bandung merupakan daya tarik

tersendiri untuk dikaji.

Peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kedisiplinan Guru dan Kondisi Prasarana Sarana

terhadap Sikap Profesional Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi”,

berdasarkan latar belakang penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah.

(11)

1.2.1 Kepemimpinan kepala sekolah yang instruktif dan Top – Down menghambat

pembaharuan atau inovasi.

1.2.2 Kedisiplinan guru dalam menghadiri proses pembelajaran cenderung rendah.

1.2.3 Kondisi prasarana sarana yang masih kurang memadai.

1.2.4 Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi

prasarana sarana terhadap sikap profesional guru belum diketahui.

1.3 Perumusan Masalah.

Rumusan masalah dalam penelitian berdasarkan identifikasi masalah adalah

Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan

kondisi prasarana sarana terhadap sikap profesional guru di SMKN 1 Cimahi?

Lebih jelasnya masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimanakah pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap

sikap profesional guru?.

1.3.2 Bagaimanakah pengaruh antara kedisiplinan guru terhadap sikap

profesional guru?.

1.3.3 Bagaimanakah pengaruh antara kondisi prasarana sarana terhadap sikap

profesional guru?.

1.3.4 Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru,

kondisi prasarana sarana secara bersama-sama terhadap sikap profesional

guru?.

1.4 Tujuan Penelitian.

(12)

“Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana

sarana terhadap sikap profesional guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Cimahi”.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

memperoleh informasi mengenai :

a. Pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesional

guru.

b. Pengaruh Kedisiplinan guru terhadap sikap profesional guru.

c. Pengaruh Kondisi prasarana sarana terhadap sikap profesional guru..

d. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan

kondisi prasarana sarana terhadap sikap profesional guru .

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi SMKN 1 Cimahi penelitian ini berguna untuk pengembangan

dan pengambilan keputusan dalam pembinaan sikap profesional guru terkait

kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana

sarana.

1.5.2 Bagi SPS UPI hasil penelitian ini dapat mengembangkan penelitian

tindakan kelas terkait dengan kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan

guru dan kondisi prasarana sarana dan sikap profesional guru.

1.5.3 Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai penelitian korelatif

yang terkait dengan kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru, kondisi

(13)

1.6 Kerangka Berpikir.

Kepala sekolah memiliki peran dan tanggungjawab sebagai : manajer,

pemimpin, supervisor, administrator, inovator dan motivator pendidikan.

M. Sholeh (2007) Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan

Guru.[Online],Tersedian://http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/peran-kepala-sekolah-dalam-pemberdayaan-guru/[4 Maret 2008] menuliskan : ”Selaku manager

pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk mampu menemukan sumber-sumber

pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, serta selaku administrator

pendidikan kepala sekolah dituntut untuk mampu mengelola sarana prasarana”.

Mutu pendidikan salah satunya ditentukan oleh kelengkapan prasarana sarana.

Keberadaan prasarana sarana tersebut perlu dikelola dengan baik agar dapat

memberikan manfaat yang besar. Pengelolaan prasarana dan sarana membutuhkan

orang-orang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam pengelolaannya atau

dengan perkataan lain dibutuhkan orang-orang yang profesional dalam

menanganinya.

Profesional bukan hanya sekedar dari pengetahuan dan manajemennya tetapi

lebih merupakan sikap. Sikap profesionalisme lebih dari sikap seorang teknisi.

Profesional keterampilan bukan hanya memiliki ketrampilan tinggi tetapi memiliki

suatu tingkah laku yang memiliki standar. Kepala sekolah selaku manajer pendidikan

dituntut melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan

(14)

realistik agar semua sumber daya yang ada dapat berjalan sesuai dengan yang

diinginkan.

Wahjosumidjo (2002 : 82) tentang kepemimpinan kepala sekolah,

menuliskan bahwa “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan,

membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan,

memberikan bantuan, dan sebagainya. Banyak variabel arti yang terkandung dalam

kata memimpin, memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan seorang

pemimpin organisasi.

Defenisi kunci kepemimpinan adalah upaya seseorang untuk mempengaruhi orang

lain dalam organisasi/sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai

tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-bidang seperti ; kurikulum,

kesiswaan, manajemen kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan

perpustakaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan; (1) pengelolaan pengajaran;

(2) pengelolaan kepegawaian; (3) pengelolaan kesiswaan; (4) pengelolaan prasarana

dan sarana ; (5) pengelolaan keuangan dan; (6) pengelolaan hubungan sekolah dan

masyarakat.

Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan

agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya.

Kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi untuk mengetahui sejauh

(15)

melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara

langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan

dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat diketahui

kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat

penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, sehingga dapat diupayakan solusi,

pembinaan dan tindak lanjut tertentu dan guru dapat memperbaiki kekurangan yang

ada sekaligus disiplin dalam mempertahankan keunggulannya untuk melaksanakan

pembelajaran.

Kepala Sekolah sebagai inovator adalah pribadi yang dinamis dan kreatif,

yang tidak terjebak pada suatu rutinitas pekerjaan sehari-hari. Kepala Sekolah sebagai

inovator harus mampu menemukan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, oleh

karena itu kepala sekolah dituntut untuk menemukan gagasan – gagasan baru sesuai

dengan perkembangan lingkungan internal dan eksternal, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan peserta didik.

Tugas dan tanggung jawab Kepala sekolah Sebagai seorang Manager

terhadap para personil yaitu guru di sekolah yang menjadi tanggungjawabnya adalah

memberdayakan mereka secara optimal. Kegiatan pemberdayaan ( Empowerment )

dianggap pilihan tepat dalam upaya menjawab tantangan, karena dengan

pemberdayaan dapat menjadikan personil atau para guru memiliki kekuatan dalam

profesi yang diembannya. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi dorongan

agar seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional, dengan

(16)

tinggi sehingga seluruh personil sekolah dapat bermotivasi tinggi dalam

pekerjaannya.

Tujuan disiplin menurut Arikunto, dalam Muhlisin (2008) menuliskan :Agar

kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tentram dan

setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi

kebutuhannya.

Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajiban guru sebagai

pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi akan mampu

membangun kinerja dan sikap profesionalisme sebab pemahaman disiplin yang baik

guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan

(17)

1.7 Definisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian, adalah :

1.7.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Kepemimpinan.

Tannebaum, Weschler and Nassarik, (1961 : 24) menuliskan :

“Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung

melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu”.

(Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957 : 7) menuliskan : “Kepemimpinan

adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan

yang diinginkan“.

(Rauch & Behling, 1984 : 46) menuliskan : “Kepemimpinan adalah suatu

proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan

bersama.

Kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik

individu maupun masyarakat“.

b. Kepala Sekolah.

Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Sekolah bersifat

kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi

yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sekolah bersifat unik

karena sekolah memiliki karakter tersendiri, tempat terjadi proses belajar mengajar,

tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia.

(18)

diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan

“sekolah” yaitu sebuah lembaga menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang

diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah tempat diselenggarakan proses belajar

mengajar, atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan

murid yang menerima pelajaran.

Kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang yang

terlibat dalam suatu sekolah tempat diselenggarakan proses belajar mengajar agar

tujuan dari sekolah dapat tercapai. Penjaringan data kepemimpinan kepala sekolah

dilakukan melalui kuesioner dan observasi”.

1.7.2 Kedisiplinan.

Maxwell dalam Aribowo (2008) Disiplin.Sinar Harapan

[online],halaman2.Tersedia.:http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/08

1/man01.utml[9 Januari 2008]. menuliskan :”disiplin’ sebagai suatu pilihan dalam

hidup untuk memperoleh hal yang kita inginkan dengan melakukan hal yang tidak

kita inginkan, atau dapat diartikan sebagai ketaatan pada peraturan. Penjaringan data

kedisiplinan guru dilakukan melalui kuesioner dan observasi”.

1.7.3 Prasarana Sarana.

Sarana adalah semua perlengkapan yang dapat dipindah-pindahkan untuk

mendukung kegiatan lembaga dan satuan pendidikan (Mustridwan 2008 : 1).

(19)

pendidikan (Mustridwan 2008 : 1). Penjaringan data kondisi prasarana sarana

dilakukan melalui kuesioner dan observasi.

1.7.4 Sikap Profesional

a. Sikap

Walgito dalam Sugeng (2005) Hubungan Kepemimpinan Kepala sekolah dan

sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru matematika SMP

Negeri di Kabupaten Pandeglang(Online), halaman 39. Tersedia. http://www.

damandiri.or.id/detail.php?id=281(20 April 2005), menuliskan bahwa :

”Sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi”.

b. Profesional.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:702) menuliskan : ”Professional adalah

bersangkutan dengan profesi dan memerlukan keahlian khusus untuk

menjalankannya. Sehingga dapat diartikan bahwa profesional seorang guru adalah

kemampuan atau keahlian yang harus dimiliki seorang guru didalam menjalankan

profesinya sebagai seorang pendidik atau guru”.

Sikap profesional seorang guru adalah pandangan atau pendirian seorang guru

dalam bertindak sesuai kemampuan atau keahlian yang dimiliki. Sikap profesional

(20)

1.8 Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif

korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki hubungan antara beberapa

variabel penelitian yaitu variabel kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru

dan kondisi sarana prasarana sebagai variabel prediktor serta sikap kompetensi

profesional guru sebagai variabel kriterion. Studi korelasi ini akan menggunakan

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Disain Penelitian.

3.1.1 Metode.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif

korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki hubungan antara beberapa

variabel penelitian yaitu variabel kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru

dan kondisi sarana prasarana sebagai variabel prediktor serta sikap kompetensi

profesional guru sebagai variabel kriterion. Studi korelasi ini akan menggunakan

analisis korelasi dan regresi.

3.1.2 Disain.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas, yaitu kepemimpinan kepala

sekolah (X1), kedisiplinan guru (X2) dan kondisi sarana prasarana (X3) serta satu

variabel terikat yaitu sikap profesional guru (Y). Ketiga variabel bebas (X1, X2 dan

X3) dihubungkan dengan variabel terikat (Y) dengan pola hubungan: (1) Hubungan

antara variabel X1 dengan variabel Y, (2) Hubungan antara variabel X2 dengan

variabel Y, dan (3) Hubungan antara variabel X3 dengan variabel Y serta (4)

Hubungan antara variabel X1, X2 dan X3 secara bersama-sama dengan variabel Y.

Keempat pola hubungan variabel tersebut merupakan konstelasi masalah dalam

(22)

Gambar 3.1 . Disain Penelitian

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian adalah SMKN 1 Cimahi, Jl. Mahar Martanegara No. 48

Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, sebuah sekolah menengah kejuruan negeri dengan

lama program studinya 4 tahun.

3.2.2 Subjek Penelitian.

Berdasarkan judul maka responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah :

1). Kepala sekolah SMKN 1 Cimahi sebanyak 1 orang.

2). Guru yang mengajar sebanyak 156 orang

Sukmadinata (2006 : 253) salah satu cara pengambilan sampel yang

representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti

X1

X2 Y

rX1Y

Y X r 2

X3

rX3Y

(23)

setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan

Berdasarkan rumus di atas maka sampel untuk responden diatas :

75

n dibulatkan menjadi 113 atau 71,97 %.

Pengambilan sampel ini dilakukan secara acak dari 157 populasi.

3.3 Instrumen Penelitian.

3.3.1 Instrumen Pengumpul Data.

Instrumen penelitian ini dikembangkan sesuai dengan variabel yang akan

diukur. Jenis instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1). Kuesioner (angket).

Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya digunakan untuk

meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku

responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk

(24)

prasarana sarana dan sikap profesional guru. Model skala pengukuran yang

digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah :

 Variabel kepemimpinan kepala sekolah : menggunakan angket dengan pola

jawaban tertutup model skalaLikert.

 Variabel kedisiplinan guru : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup

model skala Likert.

 Variabel kondisi prasarana sarana : menggunakan angket dengan pola jawaban

tertutup model skala Likert.

 Variabel sikap profesional guru : menggunakan angket dengan pola jawaban

tertutup model skala Likert.

Angket dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban,

maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Pola

penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

TABEL 3.1

POLA PENSKORAN PERNYATAAN

No. Opsi Skor Pernyataan

Positif

Skor Pernyataan

Negatif

1

Sangat setuju/selalu/sangat baik 5 1

2

Setuju/sering/baik 4 2

3 Ragu-ragu/kadang-kadang/cukup baik 3 3

4

Tidak setuju/jarang/kurang baik 2 4

5

Sangat tidak setuju/tidak pernah/tidak baik

1 5

(25)

2). Dokumentasi/Observasi.

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian meliputi data guru dan kondisi prasarana sarana.

Instrumen disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tinjauan

pustaka.

3.3.2 Kisi-kisi Penelitian.

Penelitian terdiri dari 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel

bebasnya (independen) terdiri dari kepemimpinan kepala sekolah (X1), kedisiplinan

guru (X2), kondisi prasarana sarana (X3). Variabel terikat atau dependen (Y) adalah

sikap profesional guru. Keempat variabel tersebut kemudian dibuatkan kisi-kisi

penelitian yang terdiri dari variabel/subvariabel dan dimensi. Dimensi instrumen

penelitian diperinci menjadi bentuk butir-butir pernyataan.

TABEL 3.2

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

No Variabel Dimensi No. Soal

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

 Sebagai manager pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk dapat menciptakan manajemen sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Sebagai pemimpin kepala sekolah dituntut untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Sebagai administrator pendidikan kepala sekolah dituntut untuk mampu mengelola sarana prasarana.

 Sebagai supervisor kepala sekolah membina dan membantu guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.

 Sebagai inovator kepala sekolah secara dinamis dan kreatif melakukan upaya-upaya menemukan gagasan-gagasan baru dan melakukan pembaharuan.

(26)

mengembangkan : kemampuan mengatur lingkungan kerja, mengatur suasana kerja, menerapkan prinsip serta memberikan penghargaan/hukuman. 2 Kedisiplinan Guru  Sikap mental ( mental attitude ) yang merupakan

sikap taat dan tertib sebagai hasil atau

pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

 Sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang demikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam terhadap pentingnya aturan.

 Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

 Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sikap dan tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada waktu bekerja atau praktek dilaboratorium atau bengkel.

 Administrasi bengkel adalah semua kegiatan pengelolaan alat dan bahan praktek yang akan digunakan di bengkel atau laboratorium, mulai dari perencanaan sampai pemakaian dan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi.

 Analisa situasi dan kondisi bengkel adalah suatu kegiatan yang akan merumuskan pokok permasalahan yang mengungkapkan kekuatan, kelemahan dan peluang yang dimiliki suatu system manajemen yang telah dianalisis.

 Penataan dan optimasi bengkel adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan pemakaian bengkel sehingga bengkel tersebut secara optimal memberikan manfaat dan menunjang pencapaian tujuan bengkel.

 Teknik pengelolaan pemeliharaan dan perbaikan adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada kondisi yang dapat diterima.

 Perpustakaan dan Media Pembelajaran.

1,2,3. 4 Sikap Profesional Guru  Kedisiplinan :

 Kebiasaan guru pada saat awal masuk dan pulang dari sekolah.

 Kegiatan guru di sekolah .

 Kompetensi :

 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.

 Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

 Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran.

 Kompetensi sosial adalah kemampuan

(27)

3.4 Teknik Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan pada penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti (atau melalui

petugas yang dilibatkan) dari sumber pertamanya. Data sekunder adalah merupakan

data pendukung , yakni berupa dokumen-dokumen dan data/informasi lainnya.

Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :

3.4.1 Observasi (Pengamatan Langsung) dan Dokumentasi.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang

diselidiki. Peneliti melakukan observasi pasif karena peneliti tidak ikut serta dalam

aktivitas guru baik dalam memilih dan mengembangkan bahan kajian, menyusun dan

merencanakan proses belajar mengajar.Observasi dilakukan untuk mengamati

aktivitas sehari-hari semua yang terlibat dalam populasi penelitian. Kegiatan

observasi akan difokuskan pada pengamatan kepemimpinan kepala sekolah,

kedisiplinan guru, kondisi prasarana sarana dan sikap profesional guru. Kegiatan ini

dilakukan dalam selang waktu dari bulan Maret sampai April 2009 sehingga

diperoleh data yang meyakinkan.

3.4.2 Kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan

sekumpulan pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditetapkan sasaran dan

jumlahnya (Sugiyono, 2005 :162). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

(28)

3.5 Uji Coba Instrumen.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan betul-betul mengukur yang seharusnya diukur dan untuk melihat

konsistensi dari instrumen tersebut dalam mengungkap fenomena dari sekelompok

individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda (Sugiyono 2005 :137).

3.5.1 Uji Validitas Instrumen.

Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono 2005 : 137) sehingga instrumen penelitian bisa memenuhi persyaratan.

Arikunto dikutip oleh Akdon (2005 :143) menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau

kesahihan suatu alat ukur. Untuk mengungkap data yang sesungguhnya, maka

terlebih dahulu instrumen tersebut perlu diujicoba untuk menguji validitas instrumen

tersebut. Hasilnya dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

dengan rumus :

Dimana :

= Koefisien Korelasi

∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria

penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

(29)

TABEL 3.3

INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan

itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 157 orang, maka perlu diuji

signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product moment adalah sebagai

berikut :

Yaitu :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan 5%.

(30)

3.5.1.1Hasil Uji Validitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang guru, dengan hasil seperti

pada lampiran 3 halaman 139.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 40 butir/item pernyataan

dinyatakan valid.

3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kedisiplinan Guru (X2)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang guru, dengan hasil seperti

pada lampiran 3 halaman 140.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 40 butir/item pernyataan

dinyatakan valid.

3.5.1.3Hasil Uji Validitas Instrumen Kondisi Prasarana Saranna (X3)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang guru, dengan hasil seperti

pada lampiran 3 halaman 141.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 40 butir/item pernyataan

dinyatakan valid.

(31)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang guru, dengan hasil seperti

pada lampiran 3 halaman 142.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 40 butir/item pernyataan

dinyatakan valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam

mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu

yang berbeda. Reliabilitas instrumen adalah keajegan (konsistensi) alat ukur dalam

mengukur yang diukurnya, sehingga perbedaan dimensi waktu alat digunakan akan

memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas instrumen dengan internal

consistency dilakukan satu kali. Data kemudian yang diperoleh dianalisis. Hasil

analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Instrumen yang

valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang

baik.

Beberapa teknik atau cara menghitung reliabilitas instrument dapat dilakukan.

Penelitian menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. (Usman 2003 : 291).

Uji reabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut :

(32)

St² = jumlah varians skor total.

Si² = varians responden untuk item ke i.

Menurut Usman, koefisien reabilitas (α) di atas 0,80 sudah memperlihatkan

bahwa instrumen itu reliabel.(Usman, 2003 :291)

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen.

TABEL 3.4

HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL X1, X2, X3 dan Y

Variabel Nilai Alpha Keputusan Kepemimpinan Kepala sekolah 0,903 Reliabilitas Tinggi

Kedisiplinan Guru 0,880 Reliabilitas Tinggi

Kondisi Prasarana Sarana 0,936 Reliabilitas Tinggi

Sikap Profesional Guru 0,897 Reliabilitas Tinggi

3.6 Revisi Instrumen.

Hasil uji coba instrumen diatas menghasilkan reliabilitas yang sangat baik.

Semua item pernyataan dinyatakan valid dan mempunyai reabilitas yang tinggi, tetapi

karena jumlah item pernyataannya terlalu banyak (40 item setiap variabel) maka

melalui pertimbangan : akan memberikan dampak yang membosankan kepada objek

penelitian dalam menjawab setiap item pernyataan, dapat mengganggu tugas-tugas

objek penelitian sehingga akan berdampak kepada kurang seriusnya objek penelitian

(33)

keputusan untuk mengurangi jumlah item pernyataan menjadi 20 setiap variabel.

Sebagai dasar pertimbangan didalam memilih item yang akan digunakan :

(1).Memilih item yang mempunyai validitas yang tinggi.

(2).Item-item yang dipilih harus mewakili setiap dimensi yang diukur didalam setiap

variabel.

3.7 Prosedur Penelitian dan Teknik Analisis Data. 3.7.1 Prosedur Penelitian.

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba

instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah : (1) Penggandaan

instrumen, (2) mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian. (3) Penyebaran

kuesioner.

3.7.2 Prosedur Pengolahan data.

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Hasil

pengolahan data dapat membebrikan makna data yang dikumpulkan sehingga hasil

penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian

adalah :

(1) Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban

responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah

(34)

89) menyatakan bahwa kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan

pengumpulan data ulangataupun dengan penyisipan (interpolasi).

(2) Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam tabel

rekapitulasi data (tabulasi).

(3) Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik kesimpulan.

3.7.3 Teknis Analisa Data.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap deskripsi data, tahap

uji persyaratan analisis, dan tahapan pengujian hipotesis.

3.7.3.1 Tahap Deskripsi Data.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah

membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan

menyusunnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari modus, median,

rata-rata (mean), dan simpangan baku. Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan

program MS Exel dan kalkulator jenis Casio FX 4500 PA.

3.7.3.2 Tahap Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis yang akan dilakukan adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data yang akan dianalisis.Uji homogenitas untuk memastikan kelompok data berasal

dari populasi yang homogen. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors, sedangkan

uji homogenitas menggunakan uji Bartleth.

Untuk melakukan pengujian homogenitas menggunakan uji Bartlet yaitu dengan

(35)

χ2

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis

korelasi dan regresi. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga digunakan

teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana sedangkan untuk menguji

hipotesis keempat digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji keberartian

menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.

Sesuai dengan hipotesis dan desain penelitian yang telah dikemukakan, maka

dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Untuk mengetahui hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; dan X3

dengan Y digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment berikut:

(36)

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah sampel

Nilai korelasi PPM dilambangkan (r), apabila nilai r telah diperoleh dari hasil

perhitungan, selanjutnya ditafsirkan dengan tabel interpretasi (tabel 3.3).

Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat

ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Dimana :

KD = Nilai koefisien determinan

r = Nilai koefisien korelasi

Untuk uji signifikansi variabel X terhadap Y digunakan rumus seperti

dibawah ini, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan MsExcel.

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Untuk mengetahui hubungan secara simultan X1, X2, X3 terhadap Y

menggunakan koefisien korelasi ganda, perhitungan dilakukan dengan bantuan

program SPSS for Windows 14.

KD = r2 x 100% Akdon (2002: 188)

Sugiyono (2005: 214) 2

1 2

r

n

r

t

(37)

Untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel digunakan metode

regresi :

a. Regresi Linear Sederhana

Uji regresi ini ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara

variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus :

bX a

Y 

Dimana :

Y = Variabel terikat (variabel yang diduga)

X = Variabel bebas

a = Intersep

b = Koefisien regresi

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi

tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien

dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan

MsExcel.

Sugiyono (2005: 238)

(38)

b. Regresi Linear Ganda

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya

hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, X2, dan X3 terhadap Y.

Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program SPSS for Windows 14.

Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

3.8 Hipotesis Statistik.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

Hipotesis I : Ho :

ρ

y1 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kepemimpinan kepala sekolah

dengan sikap profesional guru.

H1 :

ρ

y1 ≠ Terdapat hubungan yang signifikan antara

kepemimpinan kepala sekolah dengan

sikap profesional guru.

Hipotesis II : Ho :

ρ

y1 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kedisiplinan guru dengan sikap

profesional guru.

H1 :

ρ

y1 ≠ Terdapat hubungan yang signifikan antara

kedisiplinan guru dengan sikap

(39)

Hipotesis III : Ho :

ρ

y1 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kondisi prasarana sarana dengan

sikap profesional guru.

H1 :

ρ

y1 ≠ Terdapat hubungan yang signifikan antara

kondisi prasarana sarana dengan sikap

profesional guru.

Hipotesis IV : Ho :

ρy1

= Tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kepemimpinan kepala sekolah,

kedisiplinan guru, kondisi prasarana

sarana secara bersama-sama dengan sikap

profesional guru.

H1 :

ρ

y1 ≠ Terdapat hubungan yang signifikan antara

kepemimpinan kepala sekolah,

kedisiplinan guru, kondisi prasarana

sarana secara bersama-sama dengan sikap

profesional guru.

Keterangan :

Ho : Hipotesis Nol.

(40)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

5.1.1 Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan sikap profesional guru.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif kepemimpinan kepala

sekolah, akan diiringi dengan meningkatnya sikap profesional guru. Demikian pula

sebaliknya, semakin negatif kepemimpinan kepala sekolah, akan diiringi dengan

menurunnya sikap profesional guru. Hubungan kedua variabel ini ditunjukkan oleh

persamaan regresi sederhana Y’= 26,918 + 0,677 X1 yang telah teruji linear dan

signifikan. Kekuatan hubungan antara variabel X1 dan Y ditunjukkan oleh

koefisien korelasi rx1y sebesar 0,606 dan koefisien determinasi KD = r 2

x 100 % =

0,3672, sehingga kontribusi variabel X1 terhadap Y sebesar 36,72 %. Hal ini berarti

36,72 % variasi nilai sikap profesional guru ditentukan oleh kepemimpinan kepala

sekolah. Oleh karena itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang

signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan sikap profesional guru “ dapat

diterima.

5.1.2 Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan guru dengan

(41)

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif kedisiplinan guru, akan

diiringi dengan meningkatnya sikap profesional guru. Demikian pula sebaliknya,

semakin negatif kedisiplinan guru, akan diiringi dengan menurunnya sikap

profesional guru. Hubungan kedua variabel ini ditunjukkan oleh persamaan regresi

sederhana Y’= 20,137 + 0,751 X2 yang telah teruji linear dan signifikan.

Kekuatan hubungan antara variabel X2 dan Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi

y x

r2 sebesar 0,63 dan koefisien determinasi KD = r2 x 100 % = 0,3969, sehingga

kontribusi variabel X2 terhadap Y sebesar 39,69 %. Hal ini berarti 39,69 % variasi

nilai sikap profesional guru ditentukan oleh kedisiplinan guru. Oleh karena itu

hipótesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara kedisiplinan

guru dengan sikap profesional guru “ dapat diterima.

5.1.3 Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kondisi prasarana sarana

dengan sikap profesional guru.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif kondisi prasarana

sarana, akan diiringi dengan meningkatnya sikap profesional guru. Demikian pula

sebaliknya, semakin negatif kondisi prasarana sarana, akan diiringi dengan

menurunnya sikap profesional guru. Hubungan kedua variabel ini ditunjukkan oleh

persamaan regresi sederhana Y’ = 44,028 + 0,482 X3 yang telah teruji linear dan

signifikan.

Kekuatan hubungan antara variabel X3 dan Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi

y x

(42)

kontribusi variabel X3 terhadap Y sebesar 16,40 %. Hal ini berarti 16,40 % variasi

nilai sikap profesional guru ditentukan oleh kondisi prasarana sarana. Oleh karena

itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara

kondisi prasarana sarana dengan sikap profesional guru “ dapat diterima.

5.1.4 Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara

kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana sarana dengan

sikap profesional guru.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif baik kepemimpinan

kepala sekolah, kedisiplinan guru maupun kondisi prasarana sarana, maka semakin

tinggi pula sikap profesional guru. Sebaliknya semakin negatif kepemimpinan kepala

sekolah, kedisiplinan guru maupun kondisi prasarana sarana, maka semakin rendah

pula sikap profesional guru.

Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan oleh persamaan

regresi Y’ = -1,913 + 0,372 X1 + 0,47 X2 + 0,156 X3. Berdasarkan uji linearitas dan

signifikansi persamaan tersebut telah teruji linear dan signifikan. Kekuatan hubungan

ditunjukkan oleh koefisien korelasi multiple sebesar Rx1x2x3y sebesar 0,693 sehingga

koefisien determinannya 0,4802. Hal ini menunjukkan 48,02 % variasi yang terjadi

pada sikap profesional guru ditentukan secara bersama-sama oleh kepemimpinan

kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana sarana. Walaupun diakui

bahwa ada hubungan yang positif dari ketiga variabel bebas secara bersama-sama

(43)

semata-mata dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut, tetapi masih ada lagi

faktor-faktor lain yang mempengaruhinya namun tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

5.2 Implikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif antara kepemimpinan

kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana sarana serta secara

bersama-sama antara kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana

sarana terhadap sikap profesional guru. Hal ini menegaskan bahwa sebagai komponen

utama suatu sekolah kepala sekolah, guru dan prasarana sarana memiliki peranan

besar terhadap tinggi rendahnya sikap profesional guru.

Kepala sekolah merupakan tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah. Fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah antara lain

mempengaruhi, menggerakkan dan membangkitkan kepercayaan dan loyalitas

bawahannya. Hal ini menunjukkan seorang kepala sekolah memiliki peranan yang

cukup menentukan terhadap sikap profesional guru didalam membina dan memimpin

guru-guru. Kepemimpinan yang memberdayakan mengimplikasikan suatu keinginan

untuk melimpahkan tanggungjawab dan berusaha membantu dalam menentukan

kondisi dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu seorang pemimpin harus

menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap orang, serta

harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten. Etika dari pemimpin yang

memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi

mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur,

(44)

dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi

kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap

orang harus ikut ambil bagian secara aktif .

Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati

atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai serta

kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan demikian disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak

awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan.Di

lingkungan sekolah guru memegang peranan penting dalam proses pembentukan dan

perkembangan akhlak peserta didik. Sebagai pendidik guru tidak hanya bertugas

untuk menyampaikan mata pelajaran tertentu saja, tetapi juga dituntut untuk dapat

membimbing, mengarahkan dan memberikan teladan yang terpuji sehingga dapat

membantu menumbuhkan perilaku yang baik serta akhlak mulia pada peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari. Guru pada idealnya harus dijadikan idola dan dihormati

oleh peserta didik, maka guru harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk

menunjukkan perilaku yang baik, berdisiplin dan menanamkan nilai-nilai moral yang

sangat penting bagi perkembangan kejiwaan siswanya. Perilaku guru akan

memberikan warna dan corak tersendiri terhadap watak peserta didik di kemudian

hari. Oleh karena itu sikap disiplin perlu ditumbuhkan melalui a). ketaatan dan

kepatuhan terhadap aturan, norma atau etika yang berlaku. b). membudayakan sikap

malu berbuat yang menyimpang. c). menumbuhkan sikap loyal terhadap norma

aturan. d). menumbuhkan cinta terhadap keteraturan dan ketertiban. e). membedakan

(45)

Banyak komponen yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah, antara lain kompetensi guru, sarana dan prasarana yang

memadahi, pembiayaan yang cukup, administrasi dan manajemen yang baik. Dari

sekian banyak komponen, guru merupakan komponen yang paling penting dalam

mencapai suatu keberhasilan, bagaimanapun baiknya komponen yang ada di sekolah,

jika guru kurang memiliki kompetensi yang cukup memadai, maka hasil belajar yang

diperoleh kurang baik.

Oleh karena SMK kelompok Teknologi dan Industri banyak menekankan pada

pelajaran praktik, maka keberadaan fasilitas yang berupa sarana dan prasarana praktik

sangat memegang peranan penting. Sarana yang berupa gedung dan prasarana yang

berupa alat-alat praktik atau mesin-mesin adalah merupakan identitas dari suatu

Sekolah Kejuruan yang memiliki investasi yang sangat mahal. Oleh karena itu, maka

kompetensi guru teknik dalam mengelola sarana dan prasarana praktik sangat

diperlukan. Dengan pengelolaan sarana dan prasarana praktik yang baik, maka

kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar praktik akan dapat ditingkatkan.

Pengelolahan sebagai seni merupakan aktivitas dalam menajemen, karena kegiatan

dalam pengelolaan itu menunjukkan pada kemampuan seseorang dalam menerapkan

pengetahuan pengelolaan itu kedalam bentuk aktivitas yang memungkinkan mencapai

hasil yang maksimal melalui perencanaan yang meliputi :1). Perencanaan kebutuhan

peralatan, 2) perencanaan penggunaan dan 3) perencanaan pemeliharaan dan

(46)

Pengorganisasian untuk menciptakan ruang gerak yang aman sehingga dapat

mencegah resiko kecelakaan verja, mempermudah melakukan perawatan dan

perbaikan, menciptakan kenyamanan verja, menggunakan bengkel agar lebih efisien

dan mempercepat proses produksi.

Pengawasan mutlak diperlukan karena sarana dan prasarana praktek merupakan unit

yang sangat vital pada Sekolah Menengah Kejuruan. Oleh karenanya guru hendaknya

memiliki kemampuan dalam melaksanakan pengawasan/pengendalian dan perawatan

serta perbaikan.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti diuraikan di atas, di bawah ini

diajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.3.1 Sikap profesional guru masih rendah mengisyaratkan perlunya diupayakan

usaha-usaha guna meningkatkan sikap profesional guru di Sekolah Menengah

Kejuruan.

5.3.2 Peningkatan sikap profesional guru dapat dilakukan dengan peningkatan

kualitas kepemimpinan dari kepala sekolah, sehingga seorang kepala sekolah harus

memiliki kapasitas yang memadai sehingga mampu mempengaruhi dan

menggerakkan para guru guna meningkatkan sikap profesionalnya.

5.3.3 Peningkatan sikap profesional guru dapat pula dilakukan melalui peningkatan

kedisiplinan para guru melalui ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan, norma atau

etika yang berlaku, membudayakan sikap malu berbuat yang menyimpang dan

(47)

5.3.4 Peningkatan sikap profesional guru dapat pula dilakukan melalui peningkatan

pengelolaan yang merupakan aktivitas dalam manajemen, karena kegiatan dalam

pengelolaan itu menunjukkan pada kemampuan seseorang dalam menerapkan

pengetahuan dan kepeduliannya.

Dengan terujinya hubungan signifikan antara variable bebas dan variable

terikat, maka sikap profesional guru dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan

kepemimpinan kepala sekolah, kedisiplinan guru dan kondisi prasarana sarana.

Peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dapat dilakukan melalui tiga hal

yaitu dengan meningkatkan conceptual skills, human skill dan technical skill dari

kepala sekolah.

(1). Peningkatan technical skill yaitu melalui usaha peningkatan kecakapan

spesifik tentang proses, prosedur atau teknik-teknik atau merupakan kecakapan

khusus dalam menganalisis hal-hal khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan serta

teknik pengetahuan yang spesifik.

(2). Peningkatan human skill, yaitu melalui usaha peningkatan kecakapan

pemimpin untuk bekerja sama secara efektif sebagai anggota kelompok dan untuk

menciptakan usaha kerjasama dilingkungan kelompok yang dipimpinnya.

(3). Peningkatan conceptual skills, yaitu melalui usaha peningkatan kemampuan

seorang pemimpin dalam melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan, dimana

seorang pemimpin harus mengetahui bagaimana fungsi organisasi dan mampu

(48)

Peningkatan kedisiplinan guru dapat dilakukan melalui beberapa langkah

sebagai berikut :

(1). Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat. Buat

urutan prioritas hal-hal yang ingin kita lakukan.

(2). Buat jadwal kegiatan secara tertulis.

(3). Lakukan kegiatan sesuai jadwal yang kita buat, tetapi jangan terlalu kaku. Jika

perlu, kita dapat mengubah jadwal tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.

(4). Berusahalah untuk senantiasa disiplin dengan jadwal program kegiatan yang

sudah kita susun sendiri. Sekali kita tidak disiplin atau menunda kegiatan tersebut,

akan sulit bagi kita untuk kembali melakukannya.

Pengendalian/pengelolaan prasarana sarana agar kontinuitas praktek tetap

terjaga dapat dilakukan melalui :

(1). Mengatur tata letak alat dan fasilitas produksi sesuai tata urutannya.

(2). Mengatur tata ruang bengkel sedemikian rupa agar proses praktek dapat

berjalan secara efektif dan efisien.

(3). Pemeliharaan harus bersifat preventif dan dilakukan secara berkala, teliti dan

cermat.

(4). Senantiasa menyediakan suku cadang untuk mengantisipasi kalau ada

kerusakan.

(5). Menyediakan alat pengamanan.

Sedangkan untuk meningkatkan sikap profesional seorang guru dituntut

(49)

(1). Mempunyai komitmen dalam proses belajar mengajar.

(2). Menguasai dengan baik mata pelajaran yang diajarkan serta cara

mengajarkan.

(3). Bertanggungjawab dalam memantau hasil belajar siswa.

(4). Berpikir sistematis terhadap apa yang akan dilakukannya.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih N, (2002). Kualitas dan Profesionalisme Guru. Pikiran Rakyat 15 Oktober 2002. http://www.Pikiran Rakyat.com/102002/15 Opini

Agusampurno (2008). 4 resep membuat atmosfir yang kondusif demi tercapainya kedisiplinan di sekolah [Online]. Tersedia:

http://gurukreatif.wordpress.com/2008/03/23/4-resep-membuat-atmosfir-yang-kondusif-demi-tercapainya-kedisiplinan-di-sekolah/ [23 Maret 2008]

Akdon dan Sahlan, Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Akadum. (1999). Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)(http://www.SuaraPembaharuan.com/News/1999/01/220199/ OpEd.

Akadum dalam Isjoni Iskak [17 Februari 2008]. Penyebab Rendah Profesionalisme Guru. Riau Pos [Online]. Halaman 1. Tersedia :

http://www.riaupos.com/v2/content/view/2788/109/

Ani M Hasan (2003). Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan. [Online]. Tersedia http://re-searchengines.com/amhasan.html [13 Juli 2003]

Aqib, Zainal. (2002). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia.

Arifin dalam Ani M Hasan (2003). Pengembangan Profesionalisme guru di abad pengetahuan [Online]. Tersedia :http//re-searchengines.com/amhsan.html [13 Juli 2003]

Arikunto, S dalam Muhlisin (mei 2008) Profesionalisme Kinerja Guru Menyongsong

Masa Depan [Online] , halaman 57.Tersedia:

http//muhlis.files.wordpress.com/2008/05/ profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc [Mei 2008]

Supriyadi, Dedi (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru.. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Hasan,A (2003). Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan. (Online).Tersedia.http://re-searchengines.com/amhasan.html(13 Juli 2003) Hasan, Iqbal. (2002). Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir
Gambar 3.1 . Disain Penelitian
TABEL 3.1 POLA PENSKORAN PERNYATAAN
 TABEL  3.2 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
+4

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan

Setelah penulis melakukan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) untuk tahun 2013, 2014 dan

Kedua belah pihak bersama-sama telah sepakat mengadakan Addendum pada surat Perjanjian Pekerjaan Pembangunan Sarana Air Minum Sistem sumur gali Nomor :

Isoform 2 subunit alpha (Ampk - α2) banyak diekspresikan pada jarin- gan otot skelet dan hepar yang memiliki peran penting dalam peng- gunaan glukosa oleh otot

Selain anak-anak muda yang berkunjung ke My Burger Coffee terdapat pula pengunjung Ibu Rumah Tangga dapat dilihat di tabel 4.3 mereka datang berkunjung ke My Burger Coffee

[r]

persamaan arti, tetapi berbeda dalam asal kata, kata manusa diserap dari kosakata bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta,. sedangkan kata manungsa berasal dari

Penelitian ini memiliki beberapa tahapan yaitu pembuatan ekstrak senyawa aktif akar tuba dengan pelarut berbeda, uji pendahuluan BSLT menggunakan Artemia dengan