FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT REMAJA DESA UNTUK MELANJUTKAN JENJANG PENDIDIKAN
PERGURUAN TINGGI
(Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : Arip Susanto NIM:11160150000042
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT REMAJA DESA UNTUK MELANJUTKAN JENJANG PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI (Studi
Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Banten)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Arip Susanto NIM: 11160150000042
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Syaripulloh, M.Si Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd NIP. 19670909 200701 1 033 NIP. 19761118 201101 1 006
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT REMAJA DESA UNTUK MELANJUTKAN JENJANG PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Banten) disusun oleh Arip Susanto, NIM. 11160150000042, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang diterapkan oleh fakultas
Jakarta, 15 Maret 2021 Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Syaripulloh, M.Si Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd NIP. 19670909 200701 1 033 NIP. 19761118 201101 1 006
iv
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian ini yang berjudul FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT REMAJA DESA UNTUK
MELANJUTKAN JENJANG PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Banten) disusun oleh Arip Susanto, NIM. 11160150000042, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diuji kebenaranya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 15 Maret 2021.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Syaripulloh, M.Si Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd NIP. 19670909 200701 1 033 NIP. 19761118 201101 1 006
v
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Arip Susanto
Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 03 November 1998
NIM : 11160150000042
Jurusan/Prodi : Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa Untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)
Dosen Pembimbing : 1. Syaripulloh, M.Si
2. Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 15 Maret 2021 Mahasiswa Ybs.
Arip Susanto
NIM. 11160150000042
vi
ABSTRAK
Arip Susanto (11160150000042), Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul Skripsi “Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa Untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan remaja tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi, studi kasus Desa Pangarengan Kecematan Rajeg Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Subjek penelitian adalah remaja yang melanjutkan jenjang pendidikan dan remaja yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan.
Informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa Pangarengan dan masyarakat Pangarengan pada umumnya yang dapat memberikan infomasi pada penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman, dan teknik keabsahan data dengan proses triangulasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan remaja tidak melanjutkan jenjang pendidikan adalah motivasi individu, motivasi orang tua, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Peneliti menggunakan teori tindakan sosial Max Weber, menurut teori tersebut Motivasi individu remaja di Desa Pangarengan untuk melanjutkan jenjang pendidikan masih rendah ditambah dengan kurangnya motivasi dari orang tua. Selain itu masyarakat Desa Pangarengan menganggap bahwa pendidikan kurang penting dan segi ekonomi masyarakat Desa Pangarengan memiliki pendapatan yang cukup.
Kata kunci: Faktor, Minat, Remaja, Pendidikan, Tindakan sosial Max weber
vii
ABSTRACT
Arip Susanto (11160150000042), Social Science Tadris Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Thesis Title "Factors Causing Low Interest in Village Youth to Continue Higher Education Levels (Case Study in Pangarengan Village, Rajeg District, Tangerang Regency) ".
This study aims to determine the factors that cause adolescents not to continue their education to higher education, a case study of Pangarengan Village, Rajeg Subdistrict, Tangerang Regency. This type of research is descriptive qualitative research in the form of written or spoken words from people and observed behavior. The research subjects were adolescents who continued their education level and adolescents who did not continue their education levels. The informants in this study were Pangarengan village officials and the Pangarengan community in general who could provide information on this research. The data collection techniques used were observation, interview, and documentation. The data analysis technique in this study used the Miles and Huberman model, and the data validity technique used the triangulation process.
The results of this study indicate that the factors that cause adolescents to discontinue education are individual motivation, parents' motivation, economic conditions, and social conditions. Researchers used Max Weber's theory of social action. According to this theory, the motivation of individual adolescents in Pangarengan Village to continue their education level is still low coupled with a lack of motivation from their parents. In addition, the people of Pangarengan Village think that education is less important and that the economic side of the Pangarengan Village community has sufficient income.
Keywords: Factors, Interests, Adolescents, Education, Max Weber's Social Actions
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul
“Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)” dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Shalawat dan salam penulis lantunkan tiada henti untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kebajikan dan tuntunan berkehidupan di dunia, sehingga kita dapat melihat indahnya dunia hingga saat kini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dan penuh hambatan yang harus dilalui. Tanpa dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu pastinya skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
5. Seluruh dosen Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial dan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi
ix
rasa hormat dan tadhim penulis, yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
6. Yang paling utama kedua orang tua tercinta, Bapak Tarmuji dan Mama Parti serta kakak, terimakasih atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.
7. Pemerintah Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg, Bapak Sutia selaku Kepala Desa beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan bantuan informasi penelitian. Serta masyarakat Desa Pangarengan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan remaja desa yang telah membantu penulis dalam melakukan wawancara sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teruntuk Keluarga Alumni Ma’had Al-Muayyad domisili Jabodetabek yang selalu membina, memberikan dukungan, dan do’a kepada penulis
9. Teman-teman Program Studi Tadris IPS angkatan 2016, atas pengalaman yang dijalani bersama selama perkuliahan.
10. Terimakasih kepada sahabat-sahabat PMII Rayon P.IPS dan Komisariat Ilmu Tarbiyah Keguruan sebagai wadah berproses di lingkungan kampus.
11. Terimakasih kepada para penghuni PonPes Asnawiyah yang sudah memperkenankan singgah selama di Ciputat.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu turut membantu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
Jakarta, 15 Maret 2021
Arip Susanto
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik ... 8
1. Minat ... 8
a. Pengertian Minat ... 8
b. Proses Terjadinya Minat ... 9
c. Faktor-faktor Mempengaruhi Minat ... 10
2. Remaja ... 12
3. Deskriptif Pendidikan ... 15
4. Teori Tindakan Sosial Max Weber ... 18
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berfikir ... 24
xi BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
B. Latar Penelitian ... 28
C. Metode Penelitian ... 29
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 34
F. Teknik Keabsahan Data ... 35
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 37
1. Gambaran umum dan Lokasi Penelitian ... 37
2. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
C. Keterbatasan Penelitian ... 64
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 65
B. Implikasi ... 65
C. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Pangarengan ... 27 Gambar 4.1 Pendapatan Domestik Bruto Indonesia ... 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21
Tabel 2.2 Bagan Kerangka Berpikir... 26
Tabel 3.1 Perencanaan Kegiatan Penelitian ... 28
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 31
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Perangkat Desa ... 32
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Remaja Desa ... 32
Tabel 4.1 Nama-nama kepala desa yang pernah menjabat ... 39
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Tabel 4.3 Jumlah Usia Penduduk ... 41
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Sekolah... 43
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pangarengan 2019 ... 44
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Miskin Desa Pangarengan 2019 ... 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Keterangan Validitas Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 6 Kuesioner Angket Penelitian Lampiran 7 Foto Dokumentasi Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua telah memahami dalam dunia pendidikan, manusia sebagai pemeran utamanya, baik sebagai subjek sekaligus objek. Keilmuan sebagai medianya, memanusiakan manusia sebagai salah satu tujuannya, dan kemampuan untuk menjawab berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi kenantian atau masa depan sebagai keniscayaannya. Itulah mengapa dunia pendidikan itu kompleks, karena dunia pendidikan pasti terkait dengan manusia, ilmu pengetahuan, dan masa depan.1 Pendidikan merupakan faktor yang paling penting bagi masyarakat demi maju mundurnya kualitas masyarakat serta bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada rakyatnya tersebut.
Sebagaimana yang tertulis dalam Hadits Sunan Abu Dawud No. 3157:
Yang artinya: “Barang siapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu.
Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut.”2
Dalam hadits tersebut tergambar jelas bahwa Allah SWT akan mempermudah jalan bagi seorang dalam mencari ilmu atau orang berpendidikan.
Orang yang memiliki kemauan kuat dalam menuntut ilmu pasti akan terus mencoba meski terkadang kesulitan, kesedihan, malas dan putus asa datang menghampiri. Berbahagialah mereka yang selalu tekun menempuh jalan ilmu pengetahuan, bahwa keberkahan akan membersamai, kemuliaan akan didapat baik di dunia maupun di akhirat.
1 Mohammad Nuh, Menyemai Kreator Peradaban (Jakarta: zaman, 2013) h. 15
2 https://www.hadits.id/hadits/dawud/3157 diakses pada tanggal 05 Februari 2021, pukul 00.12 WIB
2
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3 Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses dalam membangunkan diri agar dapat menghadapi segala macam permasalahan yang timbul pada diri manusia itu sendiri
Selain itu pendidikan merupakan suatu aset yang sangat penting bagi kemajuan Indonesia, oleh karena itu pemerintah Republik Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk mengikuti jenjang pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/sederajat), pendidikan menengah pertama (SMP/sederajat), pendidikan menengah atas (SMA/sederajat) maupun pendidikan perguruan tinggi. Dalam UUD 1945 pasal 14 Bab VI Tentang Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.4 Setiap bangsa, setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Dengan pendidikan dimaksud di sini pendidikan formal, makin banyak dan makin tinggi pendidikan makin baik.
Bahkan diinginkan agar tiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup.
Betapa banyaknya kisah sukses dari mereka yang berasal dari keluarga miskin, sehingga mereka mampu memotong mata rantai kemiskinan. Dari sekian banyak proses tersebut, salah satu diantaranya adalah berkat pendidikan yang mereka tempuh. Itulah yang menambah keyakin, mengapa kita perlu membuat kebijakan afirmasi agar anak-anak dari keluarga miskin bisa mendapatkan layanan pendidikan. Prinsip dasar pendidikan adalah untuk semua (Education for all),
3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Bab 1, Pasal 1, Ayat 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Bab 6, Pasal 14 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3
tidak boleh ada diskriminasi karena jender, status sosial ekonomi, atau atas dasar primodialisme. Akses ke dunia pendidikan haruslah terbuka luas bagi setiap lapisan masyarakat. Saatnya dunia pendidikan kita khususnya pendidikan tinggi, harus kita bangun tradisi baru, yaitu ramah secara sosial. Kemulian perguruan tinggi bukan terletak pada banyaknya mobil-mobil mewah yang diparkir di halaman kampus, sebagai simbol banyaknya orang kaya yang kuliah di kampus itu, namun kemulian kampus ditentukan oleh seberapa banyak kampus itu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi.5
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya minat remaja desa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gede Arnawan dari Universitas Negeri Makasar yang dilakukan di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa, 1) faktor internal yang menyebabkan kurangnya minat remaja terhadap pendidikan di perguruan tinggi di Desa Balirejo adalah: a) faktor kurangnya motivasi atau keinginan untuk kuliah, b) keinginan untuk mandiri dengan mencari kerja setelah tamat SMA. 2) faktor eksternal yang menyebabkan adalah: a) faktor keterbatasan ekonomi atau biaya pendidikan yang tinggi dan b) faktor lingkungan dan budaya.6
Pendidikan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah Perguruan tinggi. Akan tetapi dengan melihat kondisi nyata saat ini tentang perguruan tinggi tidak banyak orang yang menginginkan hal tersebut. Hal ini disebabkan karena menurunnya minat belajar dan kurangnya harapan untuk menjadi orang yang lebih maju melalui perguruan tinggi. Mengingat sulitnya mendapat pekerjaan ditengah persaingan masyarakat luas. Perguruan tinggi sangatlah penting agar memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup sebagai bekal untuk menjadi tenaga kerja. Namun, minat anak remaja terhadap pendidikan di perguruan tinggi terkadang mengalami kebimbangan, khususnya anak remaja
5 Mohammad Nuh, Menyemai Kreator Peradaban (Jakarta: zaman, 2013) h. 23-28
6 Gede Arnawan, Skripsi Faktor Penyebab Kurangnya Minat Remaja Desa Terhadap Pendidikan di Perguruan Tinggi, di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur, Makasar:UNM:2016), diakses pada 2 Maret 2020, pukul 13.30
4
yang akan lulus dari bangku SMA, apakah tetap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung mencari pekerjaan yang hanya membutuhkan ijazah tamatan SMA/sederajat.
Realitas empirik masyarakat lebih menghargai orang yang kuliah di perguruan tinggi atau mereka yang sedang menyandang gelar sarjana. Di dunia kerja latar belakang pendidikan sangatlah penting sebagai persyaratan untuk dapat diterima bekerja di sebuah instansi atau perusahaan. Maka dari itu banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya hingga keperguruan tinggi demi perbaikan nasib, agar kehidupan sosial ekonominya lebih meningkat. Akibat stratifikasi sosial menempatkan mereka yang bergelar sarjana pada lapisan sosial kelas atas.
Sementara mereka yang hanya lulusan SMA/sederajat, SMP, atau bahkan mereka yang tidak sempat mengenyam pendidikan formal, hanya menempati kelas bawah.
Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Banten adalah sebuah daerah transmigran yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani serta pekerja serabutan. Kesadaran masyarakatnya akan pendidikan masih tergolong rendah sehingga banyak anak remaja setelah lulus SMA memilih untuk bekerja, minat para remaja untuk melanjutkan ke perguruan tinggi masih sangat rendah dan terlihat stagnan dari tahun ketahun. Kenyataannya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada remaja desa Pangarengan kampung Pabuaran, remaja mengakui bahwa ada beberapa faktor penyebab tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.7 Salah satunya yaitu keinginan remaja untuk langsung bekerja setelah lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas atau sederajat, dikarenakan terkendala pada perekonomian.8
Hal tersebut didukung dan dibuktikan dengan data yang dihimpun oleh Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Banten. Dari data pekerjaan masyarakat di sana, angka paling tinggi adalah petani dengan jumlah
7 Catatan Observasi Lapangan tanggal 23 Juli – 23 Agustus 2019
8 Wawancara dengan Remaja Desa Pangarengan Kampung Pabuaran, Rozak.”emang dari awal lulus juga udah gak ada niat buat lanjut ke perguruan tinggi si ya, karena liat perekonomian orang tua kita paling bisa ngasih makan sama jajan aja, kalo harus ngeluarin biaya perbulan untuk bayaran kuliah kayanya mereka gak sanggup. Dari situ gua mikir mending kerja bantuin keluarga, yaa gak bantu banyak si tapi seenggaknya bisa meringankan beban dan tanggungan mereka.” 20 Agustus 2019
5
1.695 Orang, pedagang sebanyak 572 Orang, buruh pabrik sebanyak 541 Orang dan lain-lain. Sedangkan tingkat pekerjaan yang memerlukan ijazah atau tingkat pendidikan tingkat lanjut di atas sekolah menengan atas, Pegawai Negeri berjumlah 56 Orang, TNI/Polri sebanyak 3 Orang, Dokter/Bidang Perawat sebanyak 6 Orang dan lain-lain. Dari data tersebut, bisa dikatakan masih banyak masyarakat khususnya anak-anak muda yang masih belum melanjutkan jenjang pendidikan tingkat universitas, dengan faktor-faktor sebagaimana telah dijelaskan di atas. Namun, tidak hanya itu, masih banyak lagi kendala yang dihadapi remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi permasalahan terkait kesadaran pendidikan masyarakat di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg. Serta kurangnya perhatian dari pemerintah menjadikan tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan semakin sulit untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dikaji solusi dari permasalahan tersebut agar tingkat pendidikan di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg menjadi lebih baik untuk generasi selanjutnya. Dari beberapa fakta yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi “Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa Untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)”
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana dikemukakan pada latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Rendahnya minat remaja Desa Pangarengan untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi
2. Kondisi ekonomi orang tua yang menyebabkan remaja desa tidak melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi
3. Kondisi sosial di masyarakat yang menganggap pendidikan jenjang perguruan tinggi kurang penting
4. Kurangnya motivasi remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan. Agar pembahasan terarah dan lebih jelas, maka penulis membatasi masalah pada faktor penyebab rendahnya minat remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan rendahnya minat remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji faktor yang menyebabkan rendahnya minat remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pihak terkait di bidang pendidikan khususnya.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan bagi peneliti laninnya yang berhubungan dengan pendidikan, memberikan informasi dan sebagai motivasi bagi peneliti lainnya.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran dalam rangka memperkaya khasanah pendidikan serta pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya minat remaja untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai motivasi bagi remaja untuk bisa menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengarahan dan pemahaman bagi orang tua di Desa Pangarengan untuk memahami dan meresapi pentingnya pendidikan dalam kehidupan anak remaja dimasa yang akan datang.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Desa Pangarengan, Kecamatan Rajeg pada pembenahan dan pengarahan di bidang pendidikan agar lebih diprioritaskan, serta mengadakan pelatihan wirausaha bagi masyarakat lulusan SMA Sederajat yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
c. Bagi Peneliti
Dengan turun secara langsung ke lapangan, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, ketrampilan, dan ilmu pengetahuan lebih mendalam tentang faktor penyebab rendahnya minat remaja desa untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi.
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Minat
a. Pengertian minat
Minat merupakan sebuah ketertarikan terhadap sesuatu hal sehingga kita tergerak untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, minat adalah salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Minat harus ada dalam diri seseorang, sebab minat merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Minat merupakan pangkal permulaan daripada semua aktifitas.
Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah “Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan”1 Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Ada juga berpendapat bahwa minat merupakan peningkatan perhatian individu terhadap suatu objek yang banyak sangkut pautnya dengan dirinya. Minat, menurut pendapat lainnya adalah perasaan suka yang berhubungan dengan suatu reaksi terhadap sesuatu yang khusus atau situasi tertentu. Jadi dengan adanya minat akan tampak kecenderungan pada individu untuk memusatkan perhatiannya dan meningkatkan kegiatannya daam upaya mencapai suatu objek.
Untuk memperoleh gambaran yang luas atau sebagai bahan perbandingan maka perlu kiranya terlebih dahulu dikemukakan pengertian minat dari berbagai pendapat, sebagai berikut:
a. Slameto mengemukakan bahwa, “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang.”2
1 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/minat diakses pada 3 Maret 2020, pukul 14.20
2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 57
9
b. Zakiyah Darajat mengemukakan, Minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhannya.”3
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa minat adalah kecenderungan yang kuat pada diri seseorang untuk mendalami sesuatu bidang atau objek tertentu dengan perasaan senang dan disukai. Jadi minat sangat penting bagi seseorang dalam menghadapi situasi agar ia cenderung untuk melakukan sesuatu perbuatan secara efektif, ketekunan dalam melaksanakan aktifitas. Minat membutuhkan kegairahan seseorang dalam melaksanakan apa yang menjadi pilihannya, memberikan semangat yang tinggi dalam menempuh apa yang diinginkan sampai berhasil dengan sebaik-baiknya.
b. Proses Terjadinya Minat
Minat seseorang timbul setelah adanya suatu rancangan yang memikat seseorang untuk meraih atau melaksanakan sesuatu yang ditemuinya. Oleh karena itu minat dapat dipancing dengan memberikan rangsangan yang positif terhadap siswa supaya mau belajar dengan tekun. Adapun rangsangan supaya timbulnya minat seseorang sehingga muncul kesadaran di dalam diri seseorang terhadap sesuatu objek bahwa hal itu merupakan kebutuhannya, yang harus dimiliki dengan baik. Minat tidak dibawa sejak lahir, tetapi minat merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu akan menentukan berapa lama minat akan bertahan. Minat juga tidak dapat berdiri sendiri tetapi ditimbulkan oleh kebutuhan-kebutuhan lain yang ditentukan oleh motif-motif tertentu.4 Untuk menimbulkan minat terhadap obyek yang akan digeluti seseorang harus melalui proses yang panjang.
Jadi, minat timbul karena dipengaruhi faktor dorongan dari dalam diri seseorang dan adanya partisipasi, pengalaman, dan kebiasaan. Serta adanya kesadaran seseorang bahwa sesuatu itu merupakan kebutuhan bagi dirinya
3 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 133
4 Ayu Al Khaerunis, Skripsi Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Membuat Hiasan Pada Busana (Embroidery) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Di SMK Karya Rini Yogyakarta, Yogyakarta:UNY:2012), diakses pada 2 Maret 2020, pukul 13.30
10
sendiri sehingga timbul keinginan untuk mencapainya. Kesadaran tumbuh akibat adanya stimulasi atau partikel baik yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh kita. Stimulus yang datang dari dalam tubuh kita dapat diamati, yaitu; cita-cita, keinginan terhadap sesuatu, kebutuhan yang harus dipenuhi, kewajiban yang harus dilaksanakan dan sebagainya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat remaja untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi, diantaranya:
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.5 Sebelum timbul minat terdapat motif dan motivasi. Motif adalah penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Lalu motivasi diartikan juga sebagai karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Motivasi Individu
Motivasi individu adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan.6 Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi individu adalah adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri dan adanya cita-cita atau aspirasi. Bentuk motivasi yang terdapat pada individu dapat kita lihat dalam beberapa hal, antara lain: Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal yang sangat penting bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak ada unsur paksaan pada anak untuk bersekolah menjadikan anak tersebut menikmati serta mengerti akan pentingnya pendidikan yang dijalaninya. Pada dasarnya manusia
5 Siti Khadijah, Desember 2017, Analisis Minat Peserta Didik untuk Melanjutkan Pendidikan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol.26, No.2, http://ejournal.upi.edu/index.php/jpis. diakses pada tanggal 3 Maret 2020, pukul 14.55
6 Periyeti, 1 Januari 2017, Usaha Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa, Jurnal Pustaka Budaya, Vol 4, No.1
11
memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu akan muncul pada diri seseorang. Apabila seseorang mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang dipelajari maka dia akan percaya diri untuk menggapai kompetensi yang ingin didapatkan
2) Motivasi Orang Tua
Motivasi dari orang tua sangatlah dibutuhkan dalam keberhasilan anak menempuh pendidikan, maka dari itu kesadaran orang tua yang baik akan arti pentingnya pendidikan, serta kesedian orang tua untuk menyekolahkan anaknya merupakan syarat yang sangat penting bagi terlaksananya pendidikan.serta yang mempengaruhi minat peserta didik melanjutkan pendidikan tinggi adalah pendidikan orang tua, ekonomi orangtua. Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan anak. Salah satu tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak-anaknya adalah memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak-anaknya kelak, sehingga ketika ia telah dewasa akan mampu mandiri.
b. Kondisi Sosial
Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenan dengan kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Interaksi sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok masyarakat.7 Kondisi sosial dalam penelitian ini, adalah:
1) Kondisi lingkungan keluarga
Kondisi sosial dalam keluarga diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi dengan masyarakat yang ada di lingkungannya.8 Interaksi sosial di keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang serta tanggung jawab yang diwujudkan dengan saling memperhatikan satu sama lain, bekerja
7 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama), h.110
8 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama), h.195
12
sama, saling membantu, serta saling mempedulikan terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya yaitu pendidikan.
2) Kondisi lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran dan norma serta pedoman yang dianut oleh sesorang dalam suatu masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses sosialisasi. Hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan, seseorang yang berada dalam lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. Begitu sebaliknya, jika seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarah dagingkan nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut kelompok dimana ia hidup.
c. Kondisi Ekonomi
Ekonomi memegang peranan yang cukup penting dalam dunia pendidikan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Ini menunjukan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan. Menurut Gerungan, keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dikeluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya.9
2. Remaja
Pengertian remaja dilihat dari sisi kejiwaan masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seorang dari anak-anak menuju dewasa. Masa
9 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama), h.196
13
remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Remaja yang dalam bahasa aslinya “adolescene” berasal dari bahasa latin yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak sudah dianggap dewasa bila sudah mampu mengadakan reproduksi.10 Namun, yang perlu ditekankan di sini bahwa fase remaja merupakan fase pekembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya.
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erikson disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan dari segi fisiknya, mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa. Dari seluruh definisi remaja dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yang mengalami fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik dan sosial.
Menurut Mappiare usia remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 13 tahun sampai 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 sampai 22 tahun adalah remaja akhir.11 Remaja sebetulnya golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima
10 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (perkembangan peserta didik), (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 9
11 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (perkembangan peserta didik), (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 9
14
secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan badai.
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang di fokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono tahapan masa remaja dibagi menjadi tiga, yaitu:
1). Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi na90-===mun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa
2). Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikaran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan jati dirinya.
3). Remaja akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup denan pola yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan
15
menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.12
3. Deskriptif Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai serangkaian proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat. Pendidikan juga diartikan sebagai proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengeruhi dengan lingkungan yang sengaja dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan sosial dan perkembanagan individual yang optimal.
Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu, melainkan juga keterkaian erat dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan diselenggarakan dengan memeberikan keteladanan, membangun kemauan, mengembangkan kreativitas anak didik dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu atau kualitas layanan pendidikan. Karena masyarakat senantiasa mengalami perubahan baik yang direncanakan maupun tidak, pendidikan juga dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dalam melakukan upaya yang tepat serta normatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat.13
Pendididikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu, dengan demikian terbuka kesempatan meningkatkan golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai
12 Eni widahyanti, Skripsi Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat menngunakan jilbab pada remaja desa margoyoso sumberejo tanggamus, Lampung:IAIN Raden Intan:2016), diakses pada 2 Maret 2020, pukul 14.00
13 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), h.168
16
kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi.14
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi- potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Bagaimanapun peradaban suatu mayarakat di dalamnya terjadi suatu proses pendidikan, sebagai usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya. Dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat berfikir dan perilaku warga negaranya. Pendidikan sebagai hasil peradaban bangsa diwariskan secara turun temurun pada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya niai-nilai kehidupan dan pembinaan dalam kehidupan yang lebih sempurna.
Jalaludin(2003) mengatakan, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan pendidikan khusus. Pendidikan khusus itu diarahkan kepada usaha membimbing dan pengembangan potensi manusia agar serasi dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan ruang lingkupnya pendidikan terdiri dari tiga jenis. Pertama pendidikan dalam keluarga (informal) maksudnya pendidikan keluarga dan lingkungan. Kedua, pendidikan di sekolah (formal), maksdunya pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Ketiga pendidikan dalam masyarakat (nonformal) maksudnya jalur pendidikan di luar formal yang dapat dilaksakan secara terstruktur dan berjenjang.15
14 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Bandung:Bumi Aksara,2004) h.38
15 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), h.168
17
1. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan yang diperoleh seseorang dalam pendidikan tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang ditunjuk sebagai pendidik, tanpa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Namun demikian, pendidikan informal sangat penting bagi pembentuk pribadi seseorang.
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan tinggi. Dalam pendidikan formal terdapat organisasi yang ketat dan nyata dalam berbagai hal, yaitu; adanya perjenjangan, program atau bahan pelajaran yang sudah diatur secara formal, cara mengajar juga secara formal, waktu belajar dan yang lain sebagainya.
Dalam pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan perkembangan peserta didik, dan kerumitan bahan pelajaran.16
a. Pendidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang dimaksud disini ialah pendidikan dasar yang diselenggarakan selama enam tahun di sekola dasar dan tiga tahun menengah lanjut tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah dan pendikan pendidikan menengah kejuruan. Sekolah menengah umum adalah sekolah pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan siswa.
16 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), h.168-170
18
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Di sini untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan memajukan suatu desa atau tempat tinggalnya
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan ini meliputi berbagai usaha khususnya diselenggarakan secara terorganisir agar terutama generasi muda dan juga orang dewasa, yang tidak sepenuhnya atau sama sekali yang tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga negara yang produktif.
Dalam era globalisasi, kesejahteraan bangsa selain sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, juga pada modal intelektual, modal sosial dan kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Peranan pendidikan formal dalam hal penyedian sumber daya manusia menjadi sangat penting sekali disamping pendidikan informal dan non formal, dalam pendidikan formal dimana anak atau siswa dibekali dengan (iptek) ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta (imtaq) iman dan taqwa maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Teori Tindakan Sosial
Teori tindakan sosial merupakan pendekatan yang sangat berpengaruh dalam paradigma postpositivis. Salah satu sosiolog yang fokus pada tindakan sosial adalah Max Weber. Weber berusaha menemukan metode bagi ilmu-ilmu sosial dan menenukan konsep “tindakan” (action) dan “perilaku” (behaviour).
19
Perilaku merupakan kegiatan naluriah tanpa pemaknaan subjektif, sedangkan tindakan adalah semua perilaku sejauh mana pelakunya menghubungkannya dengan makna subjektif.17 Tindakan individu terhadap orang lain memiliki makna untuk dirinya sendiri & orang lain. Tindakan yang penuh makna subjektif diarahkan kepada orang lain. Weber tidak memisahkan antara struktur dan pranata sosial karena keduanya membantu manusia membentuk tindakan yang penuh makna(meaningfull).
Teori tindakan sosial Max Weber berorientasi pada motif dan tujuan pelaku.
Dengan menggunakan teori ini kita dapat memahami perilaku setiap individu maupun kelompok bahwa masing-masing memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang dilakukan. Teori ini bisa digunakan untuk memahami tipe-tipe perilaku tindakan setiap individu maupun kelompok. Dengan memahami perilaku setiap individu maupun kelompok sama halnya kita telah menghargai dan memahami alasan-alasan mereka dalam melakukan suatu tindakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Weber, cara terbaik untuk memahami berbagai kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya. Sehingga kita dapat memahami alasan- alasan mengapa warga masyarakat bertindak.18
Ada tiga unsur tindakan sosial: agen (agents), pergerakan (vehicles), dan makna (meaning). Agen adalah faktor dan objek dari tindakan sosial, yang berperilaku, sedangkan lainnya merupakan objek dari perilaku terssebut.
Vehicles adalah kondisi fisik, aspek, gerakan, atau kegiatan dari agen yang memiliki makna bagi mereka. Misalnya, gerakan fisik menggaruk-garuk kepala dengan jari telunjuk selama percakapan sebagai tanda kebingungan.
Konfigurasi otot-otot wajah dan postur tubuh dapat menunjukan kebahagian, kesedihan, kejutan, dan sebagainya melalui berbagai emosi manusia. Gerakan fisik, seperti suara, bahasa dan juga lampu lalu lintas, bendera salib, gedung pengadilan. Selain unsur agen dan gerakan fisik, juga terdapat unsur lain dalam
17 Jacky , Sosiologi Konsep, Teori, dan Metode, (Jakarta:Mitra Wacana Media, 2015) h.22
18 Alis Muhlis, Oktober 2016, Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtasashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis), Jurnal Living Hadis, Vol.1, No.2
20
tindakan yakni makna. Makna merupakan elemen dari tindakan sosial. Jika mengacu pada perilaku, ada makna yang bersifat umum atau “tanpa makna”
seperti duduk, mengangkat tangan, memutar kepala, berkedip dan sebagainya.
Lalu ada perilaku yang memiliki makna yang kompleks seperti ekspresi, ersepsi, niat, dan alasan. Makna menjadi kunci yang membedakan antara perilaku dan tindakan sosial.19
Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi rasional tetapi terdapat berbagai tindakan nonrasional yang dilakukan oleh orang, termasuk dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi, weber menemukan empat tipe tindakan sosial, yaitu:
a. Tindakan rasional instrumental (zweckrational), yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitannya dengan tujuan tujuan suatu tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada. Seperti contoh, jika anda seorang pekerja, maka apapun alasannya dipastikan anda memilih pekerjaan yang dimiliki tersebut merupakan hasil dari pertimbangan alat dan tujuan yang anda miliki seperti pendidikan, ketrampilan (keahlian), kesempatan, latar belakang, dan kondisi keluarga.
b. Tindakan rasional nilai (Wertrational), yaitu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar adalah alat mencapai tujuan. Seperti contoh, untuk hidup anda jelas membutuhkan suatu pekerjaan, apakah anda mencarinya atau membuat sendiri. Itu salah satu tujuan anda. Namun tidak semua pekerjaan mau anda lakukan, kenapa?
Sebab anda memiliki nilai dan norma yang menjadi patokan atau rujukan anda dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal pekerjaan. Jadi, tindakan rasional tersebut dipandang sebagai tindakan rasional nilai
19 Jacky , Sosiologi Konsep, Teori, dan Metode, (Jakarta:Mitra Wacana Media, 2015) h.23- 24
21
c. Tindakan afektif (affectual action), yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Misalnya tindakan-tindakan dilakukan karena cinta, marah, takut, gembira sering terjadi tanpa diikuti dengan pertimbangan rasional, logis, dan ideologis. Contoh misalkan anda merasa terhina oleh perlakuan seorang tetangga, oleh karenanya anda marah dan tidak terima atas perlakuan tersebut. Tindakan tersebut didasari emosi atau perasaan tanpa refleksi intelektual.
d. Tindakan tradisional (traditional action), yaitu tindakan karena kebiasaan atau tradisi. Tindakan tersebut dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan. Contohnya jika anda ditanyakan terhadap suatu tindakan yang anda lakukan, sedangkan jawabannya adalah semua orang melakukannya seperti nenek moyang. Maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan tradisional. Karena anda melakukan suatu tindakan karena orang lain melakukan dan juga anda berulang kali melakukan, tanpa ada suatu refleksi sadar dan perencanaan terhadap hal itu.20
B. Penelitian Relevan
Penelitian relevan digunakan untuk mencegah terjadinya kesamaan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan dan sebagai bukti dengan adanya nilai orisinalitas dari penelitian yang dilakukan. Adapun kajian yang relevan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan No Nama
Peneliti
Tahun Judul Persamaan Perbedaan
1. Gede Arnawan
2016 Faktor Penyebab Kurangnya Minat Remaja Desa Terhadap
Pendidikan di Perguruan Tinggi, di Desa Balirejo
1) Meneliti tentang faktor penyebab kurangnya minat remaja desa
1) Tempat Penelitian di Desa Balirejo Luwu Timur.
2) Faktor
20 Damsar , Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2015) h.117-120
22
Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
terhadap jenjang pendidikan perguruan tinggi 2) Pendekatan
penelitian kualitatif.
penyeb utamanya yaitu faktor internal dan faktor eksternal
2. Ina Karinanti
2018 Analisis Faktor- Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja
Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat
Bajo Desa
Lakarama Kec.
Towea Kab.
Muna
1) Meneliti tentang faktor-faktor rendahnya minat remaja melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
2) Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif
1) Tempat Penelitian di Bajo Desa Lakarama, Towea, Muna 2)
3. Ja’far Sidik
2018 Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kesadaran Pendidikan
Jenjang SMA dan Sederajat Di Dusun Nagrak Desa Sedong Kidul Kecamatan Sedong Cirebon
1) Meneliti tentang faktor yang mempengaru hi tingkat pendidikan 2) Pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif
1) Tempat Penelitian ini di Dusun Nagrak Desa Sedong Kidul Cirebon 2) Penelitian ini
memfokuska
n pada
jenjang pendidikan SMA 4 Eni
Widahya nti
2016 Faktor- Faktor Yang
Menyebabkan Kurangnya Minat Menggunakan Jilbab Pada Remaja Desa Margoyoso
Sumberejo Tanggamus
1) Meneliti tentang faktor- faktor yang menyebabk an
kurangnya minat.
2) Pendekatan penelitian kualitatif.
1) Penelitian ini memfokuska n pada faktor yang
menyebabka n kurangnya pemakaian jilbab pada remaja desa 2) Tempat
Penelitian di Desa
Margoyoso
23
Sumberejo Tanggamus 5 Siska
Fajri Susiana
2010 Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat Sekaran
1) Meneliti tentang faktor- faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutka n
pendidikan 2) Metode
penelitian kualitatif.
1) Tempat Penelitian di Daerah Sekaran Kampus UNNES Semarang 2)
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gede Arnawan, alumni Universitas Negeri Makasar 2016. Skripsi yang berjudul “Faktor Penyebab Kurangnya Minat Remaja Desa Terhadap Pendidikan di Perguruan Tinggi, di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur”21. Penelitian ini memfokuskan pada kedua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang terjadi pada responden.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ina Karinanti, alumni IAIN Kendari 2018.
Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat Bajo Desa Lakarama Kec. Towea Kab. Muna”22. Penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang terjadi, mulai dari ekonomi, lingkungan, motivasi serta akses transportasi dari desa tersebut.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ja’far Sidik, alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Pendidikan Jenjang SMA dan Sederajat Di Dusun
21 Gede Arnawan, Skripsi Faktor Penyebab Kurangnya Minat Remaja Desa Terhadap Pendidikan di Perguruan Tinggi, di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur:Universitas Negeri Makasar:2016)
22 Ina Karinanti, Skripsi Analisis Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat Bajo Desa Lakarama Kec.
Towea, Kab. Muna:IAIN Kendari:2018)
24
Nagrak Desa Sedong Kidul Kecamatan Sedong Cirebon”23. Penelitian ini memfokuskan pada jenjang pendidikan SMA, dan memiliki beberapa faktor, mulai dari faktor motivasi individu, faktor motivasi orang tua, faktor kondisi sosial, dan faktor ekonomi keluarga
4. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Widahyanti, alumni IAIN Raden Intan Lampung. Skripsi yang berjudul “Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Kurangnya Minat Menggunakan Jilbab Pada Remaja Desa Margoyoso Sumberejo Tanggamus”24. Penelitian ini memfokuskan pada faktor yang menyebabkan kurangnya pemakaian jilbab pada remaja desa.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Fajri Susiana, alumni Uneversitas Negeri Semarang. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat Sekaran”25. Penelitian ini memfokuskan pada faktor penyebab rendahnya kesadaran akan pendidikan bagi masyarakat desa sekaran yang dekat dengan kampus perguruan tinggi UNNES.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir merupakan dimensi pokok, kajian-kajian utama, faktor- faktor kunci, variabel dan hubungan antara dimensi dalam bentuk narasi atau grafis. Kerangka berpikir dalam penelitian yang berjudul “Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa Untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)” sebagai berikut: Kesadaran pendidikan serta kurangnya perhatian dari pemerintah menjadikan tingkat kesadaran remaja akan pendidikan semakin sulit untuk ditingkatkan (dalam hal ini kesadaran melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi) Oleh karena itu, perlu dikaji solusi dari permasalahan
23 Ja’far Sidik, Skripsi Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Pendidikan Jenjang SMA dan Sederajat di Desa Sendong Kidul Kec. Sendong Cirebon:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2018)
24 Eni Wihdayanti, Skripsi Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Kurangnya Minat Menggunakan Jilbab Pada Remaja Desa Margoyoso Sumberejo Tanggamus:IAIN Raden Intan Lampung:2016)
25 Siska Fajri Susiana, Skripsi Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Pada Masyarakat Sekaran:Universitas Negeri Semarang:2010)
25
tersebut agar tingkat pendidikan di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg menjadi lebih baik untuk generasi selanjutnya.
Berdasarkan teori dan fakta yang telah dipaparkan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan. Minat yang timbul dari dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Masa remaja adalah masa peralihan fungsi sosial dari masa anak-anak ke masa dewasa memicu minat anak remaja terhadap berbagai macam pilihan dalam lingkungannya terhadap prioritas hidup khususnya dalam dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana mobilitas sosial vertikal ke atas bagi masyarakat.
Realitas empirik masyarakat lebih menghargai orang yang sementara kuliah di perguruan tinggi atau mereka yang sedang menyandang gelar sarjana, di dunia kerja makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi juga jabatannya di tempat kerja, begitupun sebaliknya. Perguruan tinggi sebagai bagian dari struktur sosial fungsional terhadap kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yakni terpenuhinya kebutuhan status sosial dan ekonomi masyarakat.
Dengan adanya minat remaja terhadap pendidikan maka mendorong atau memotivasi bagi anak remaja untuk berusaha keras agar dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan cita-citanya. Namun, minat anak remaja terhadap pendidikan terutama di Perguruan Tinggi terkadang mengalami kebimbangan, khususnya minat anak remaja di Desa Pangarengan, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang tergolong masih rendah untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Peneliti menggunakan grand theory Tindakan Sosial dari Max Weber. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:
26
Tabel 2.2
Bagan Kerangka Berpikir
Remaja Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg
Melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi
Kondisi Ekonomi
Faktor Penyebab Rendahnya Minat Remaja Desa Untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan Perguruan Tinggi di Desa Pangarengan
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang
Kondisi Sosial Motivasi
Tidak melanjutkan jenjang pendidikan
Teori Tindakan Sosial Max Weber
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pangarengan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Pangarengan merupakan desa yang memiliki lokasi di perbatasan kecamatan Rajeg dengan kecamatan kemiri, memilki luas wilayah 504,05 Ha. Pangarengan merupakan desa yang berstatus desa berkembang. Desa ini merupakan desa yang tidak dilewati oleh angkutan umum, sehingga sedikit kesulitan jika ingin keluar menuju pasar atau pusat perbelanjaan dan pusat pemerintahan. Masyarakat di desa ini manyoritas muslim. Usaha masyarakat di desa ini adalah bertani dengan persawahan yang terlihat cukup luas, dan peternak, ternak kambing, sapi kerbau, bebek dan ternak ayam.
Gambar 3.1
Peta Lokasi Desa Pangarengan