• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Penyebab Rendahnya Minat M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Faktor Penyebab Rendahnya Minat M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Masyarakat dalam Menyekolahkan Anak di Madrasah Aliyah Negeri Malili Kab. Luwu Timur

Baderiah, Dodi Ilham

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang membahas tentang masalah faktor-faktor penyebab rendahnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di MAN Malili. Masalah pokok yang diangkat di dalam pembahasan penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili Luwu Timur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: terdapat dua faktor penyebab rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili yakni: 1) faktor eksternal, MAN Malili dalam pandangan masyarakat Malili dianggap sebagai sekolah yang dipenuhi oleh peserta didik bermasalah, 2) faktor internal, sumber daya manusia dan sarana prasarana yang dimiliki oleh MAN Malili masih kurang memadai dalam menghadapi sekolah lain di kota Malili yang ditopang dengan sarana dan prasarana yang telah mapan; upaya MAN Malili dalam menyelesaikan masalah rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili dengan melakukan beberapa pembenahan yaitu: 1) peningkatan kompetensi & kualifikasi guru (SDM) yang diwujudkan dengan mengikutsertakan para guru dan staf pegawai dalam berbagai program peningkatan mutu, seperti penataran guru bidang studi, lokakarya, pelatihan pengelolaan laboratorium Bahasa atau MIPA, Lomba Guru Teladan; 2) Pembenahan dan peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran baik dari segi pengadaan sarana dan rehabilitasi serta perbaikan yang memerlukan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar pendidikan. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh oleh MAN Malili dalam menyelesaikan masalah rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili dengan melakukan beberapa pembenahan yaitu: 1) Melakukan sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama di Kabupaten Luwu Timur; 2) Promosi tidak langsung melalui media dan alat peraga berupa pamflet, brosur, serta spanduk dan baligho. Kata-Kata Kunci: Faktor-Faktor Penyebab, Minat Masyarakat, MAN Malili Pendahuluan

Salah satu kekeliruan kebijakan pendidikan Nasional yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja pendidikan (educational performance) Indonesia adalah kurang diperhitungkannya lembaga pendidikan Islam dalam sistem pendidikan Nasional.1 Secara sederhana bisa kita lihat dari rendahnya minat para orang tua untuk menyerahkan masa depan pendidikan anak-anaknya ke madrasah atau pesantren (notabene Islam). Biasanya mereka tidak menjadikan

1Arief Efendi, Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, Jurnal

(2)

2

lembaga-lembaga tersebut sebagai alternatif utama untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Kalaupun akhirnya mereka masuk bersekolah di madrasah, pesantren ataupun sekolah Islam biasanya itu dilakukan karena terpaksa (karena tidak lulus di sekolah umum, misalnya). Ironi sekali, sebagai bangsa besar dengan penduduk ratusan juta jiwa dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.2

Madrasah3 adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang penting selain pesantren. Keberadaaanya begitu penting dalam upaya meningkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menciptakan kader-kader bangsa yang memiliki wawasan keislaman dan nasionalisme yang tinggi. Madrasah berupaya mengintegrasikan ilmu agama dan umum. Menyeimbangkan keduanya untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Qasas (28): 77:



dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.4

2Mastuhu dalam bukunya Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam menyebutkan bahwa

sistem pendidikan Islam di Indonesia menghadapi tantangan mendasar. Pertama, mampukah sistem pendidikan Islam di Indonesia menjadi center of excellence bagi pengembangan iptek yang tidak bebas nilai yakni mengembangkan iptek sesuai ajaran Qur’an dan Sunnah, dan yang kedua, mampukah sistem pendidikan Islam di Indonesia menjadi pusat pembaharuan pendidikan Islam yang benar-benar mampu merespon tantangan zaman tanpa mengabaikan aspek dogmatis yang wajib diikuti. Lihat, Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam: Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, (Cet. 2; Jakarta: Logos Wacana Ilmu , 1999), h. 37-38.

3Madrasah, berasal dari akar kata darasa belajar, yang berarti nama atau tempat proses

belajar mengajar ajaran Islam secara formal yang mempunyai kelas dengan sarana antara lain meja, bangku, dan papan tulis dan kurikulum dalam bentuk klasikal, kata madrasah dalam bahasa Indonesia semakna dengan sekolah. Apabila dilihat dari pengertian bahasa Arab di atas menunjukkan bahwa tempat belajar tidak mesti di suatu tempat tertentu, tetapi bisa dilaksanakan di mana saja, di rumah, surau, langgar, atau di masjid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata madrasah secara tekhnis mempunyai arti atau konotasi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses belajar agama. Kata atau istilah Madrasah bisa juga berarti aliran atau mazhab, yaitu sebutan bagi kelompok ahli yang mempunyai pandangan atau faham yang sama dalam ilmu-ilmu ke Islaman, seperti bidang fiqh (hukum Islam).

4Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit J-Art, 2004),

(3)

3

Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah baru terjadi sekitar abad ke-20. Meski demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor, yaitu: Pertama; semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat (Timur Tengah) dan kedua; merupakan respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah. Berdirinya madrasah tidak terlepas dari adanya kekhawatiran terhadap sekolah-sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda yang tidak memasukkan pelajaran agama. Para penulis sejarah pendidikan Islam di Indonesia agaknya sepakat dalam menyebut beberapa madrasah pada periode pertumbuhan, khususnya di wilayah Sumatera dan Jawa.5

Dalam perkembangannya, sistem pendidikan madrasah mengalami perubahan tidak menggunakan sistem pendidikan yang sama dengan pendidikan Islam pesantren. Karena madrasah mulai memasukkan pelajaran-pelajaran umum dan metode yang digunakan tidak lagi dengan metode sorogan atau bandongan, melainkan mengikuti sistem pendidikan modern dengan model klasikal. Dengan demikian, madrasah merupakan sub sistem pendidikan pesantren, semisal yang dilakukan di Tebu Ireng. Pembaharuan sistem tersebut menyebar ke beberapa pesantren semisal di Kediri, Demak, Kudus, Cirebon dan Banten.6.

Selanjutnya, perkembangan pendidikan Islam terus mengalami peningkatan dekade 60-an, madrasah sudah tersebar di berbagai daerah di hampir seluruh propinsi Indonesia. Dilaporkan bahwa jumlah madrasah tingkat rendah pada masa itu sudah mencapai 13.057. dengan jumlah ini, sedikitnya 1.927.777 telah terserap untuk mengenyam pendidikan agama. Laporan yang sama juga menyebutkan jumlah madrasah tingkat pertama (tsanawiyah) yang mencapai 776 buah dengan jumlah murid 87.932. Adapun jumlah madrasah tingkat Aliyah diperkirakan mencapai 16 madrasah dengan jumlah murid 10.881. Dengan demikian, berdasarkan laporan ini, jumlah madrasah secara keseluruhan sudah mencapai 13.849 dengan jumlah murid sebanyak 2.017.590. Perkembangan ini menunjukkan bahwa sudah sejak awal, pendidikan madrasah memberikan sumbangan yang besar bagi kemajuan pendidikan di Indonesia pada saat itu.7

Meskipun pemerintah melalui Departemen Agama telah melakukan perubahan dan perubahan kebijakan dalam berbagai segi untuk memajukan madrasah, namun hal itu belum terlalu berhasil dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum yang dikelola oleh Departemen Pendidikan. Realitas ini dapat dicermati hingga periode tahun 90-an masih mempunyai sense of interest yang

5Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 22.

6Ibid., h. 22., Lihat juga Khoirul Umam, Madrasah dan Globalisasi. http://pendis.depag.

go.id/madrasah/ (diakses pada hari Minggu 6/1/2013).

7Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan.

(4)

4

tinggi untuk masuk ke sekolah-sekolah umum yang dinilainya mempunyai prestise yang lebih baik daripada madrasah / sekolah Islam (Islamic School).8

Realita yang terjadi di Kabupaten Luwu Timur ialah para peserta didik lebih memilih untuk bersekolah pada sekolah-sekolah umum ketimbang ketimbang masuk ke madrasah atau sekolah Islam seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Malili. Madrasah Aliyah Malili yang berdiri sejak tahun 2000 dan beralih status menjadi Madrasah Aliyah Negeri Malili pada tahun 2009, memiliki permasalahan yakni kurangnya minat para peserta didik untuk menempa ilmu di sekolah tersebut. Para peserta didik di wilayah Kec. Malili lebih condong untuk masuk ke sekolah umum atau sekolah kejuruan yang ada di wilayah tersebut. Banyak yang beralasan bahwa, dengan masuk ke sekolah-sekolah umum, masa depan peserta didik akan lebih terjamin dan ada anggapan dari sebagian masyarakat bahwa lulusan-lulusan madrasah tidak mampu bersaing dengan lulusan- lulusan dari sekolah-sekolah umum. Lulusan madrasah hanya mampu menjadi seorang guru agama atau ustdaz. Sedangkan lulusan dari sekolah umum mampu masuk ke sekolah-sekolah umum yang lebih dan mempunyai jaminan lapangan pekerjaan yang pasti.9

Madrasah Aliyah Negeri Malili Luwu Timur, yang selanjutnya disingkat MAN Malili sebagai sekolah berbasis agama Islam, walaupun tergolong masih baru, memiliki beberapa kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh sekolah umum, kejuruan, dan sekolah agama sejenis di Kabupaten Luwu Timur10. Contohnya, sekolah ini menggratiskan segala biaya penyelenggaraan sekolah baik berupa pengadaan peralatan peserta didik (buku-buku, baju seragam dan olahraga hingga tas sekolah), dan biaya pendidikan seperti sumbangan pembangunan (spp) dan uang komite sekolah. Akan tetapi dari realita yang terlihat di lapangan, berdasarkan data penerimaan peserta didik baru selama kurun waktu tiga tahun terakhir, sekolah ini hanya mampu memperoleh maksimal sekitar 25 orang peserta didik pertahun. Jumlah peserta didik yang diterima pada tahun 2012 ialah sebanyak 23 orang sedangkan pada tahun 2011, Madrasah ini hanya mendapatkan peserta didik sebanyak 15 orang. Jumlah keseluruhan peserta didik di MAN Malili Luwu Timur sebanyak 165 orang, sekitar 60 % merupakan peserta didik pindahan dari sekolah-sekolah lainnya yang ada disekitar wilayah tersebut, dengan berbagai macam alasan kepindahan, salah satunya ialah sekolah sebelumnya tidak mampu lagi menangani

8Ibid., h. 46.

9Nurlinda, Kepala MAN Malili Luwu Timur, wawancara di Palopo tanggal 12 Januari 2013.

10Kabupaten Luwu Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan,

Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Luwu Utara yang disahkan dengan UU Nomor 7 Tahun 2003 pada tanggal 25 Februari 2003. Malili adalah ibu kota dari Kabupaten Luwu Timur yang terletak di ujung utara Teluk Bone. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.944,98 km2.

(5)

5

masalah kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik tersebut. Selain itu sekitar 70 % siswa merupakan peserta didik yang orang tuanya berdomisili di luar Kec. Malili. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Masyarakat dalam Menyekolahkan Anaknya di MAN Malili Luwu Timur

1. Faktor Eksternal

Persepsi masyarakat tentang MAN Malili

MAN Malili11 merupakan lembaga pendidikan Islam yang bergerak dalam pembinaan pendidikan secara struktural dan diselenggarakan secara terarah, sistematis, dan komprehensif, kegiatan pendidikan disokong oleh materi pelajaran (sumber belajar) yang memadai, tenaga pendidik yang kompeten, dan metode pendidikan yang baik, serta sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dimaksudkan agar pesan-pesan ilmu dan keagamaan yang disampaikan dapat diterima secara baik pula. Meskipun demikian, penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan di MAN Malili mendapat tanggapan dan reaksi baik positif dan negatif dari masyarakat di sekitarnya. MAN Malili bagi sebagian masyarakat khususnya para peserta didik dianggap sebagai momok yang menakutkan karena di MAN Malili mayoritas peserta didiknya merupakan siswa bermasalah yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah lain di Kabupaten Luwu Timur. Masyarakat Malili khususnya para orang tua peserta didik cenderung memiliki alasan-alasan dalam menyekolahkan anaknya.

Namun secara garis besar, dapat dilihat bahwa kondisi lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu faktor penentu dalam memilih sekolah. Kabupaten Luwu Timur, khususnya Kota Malili yang didominasi oleh sektor industri yang mana nampak dari menjamurnya perusahaan-perusahaan skala daerah, nasional hingga internasional, membuat masyarakat tergiur dan membentuk pola konsumtif dan materialistis bagi sebagian besar masyarakat di Kota Malili. Perjuangan yang dilakukan oleh MAN Malili semenjak madrasah ini didirikan di awal tahun 2000 bukan perjuangan yang mudah. Banyak reaksi dan tanggapan-tanggapan serta tantangan yang dihadapi oleh para pendiri sekolah ini. MAN Malili pada awalnya

11Madrasah Aliyah Negeri Malili merupakan lembaga pendidikan Islam formal yang beralih

status menjadi negeri pada tahun 2009.11 Pada awalnya madrasah ini merupakan sekolah Islam swasta

(6)

6

berdiri sebagai tanggapan atas kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan agama Islam berstatus negeri di Kabupaten Luwu Timur. Dari hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa pembinaan agama dan pendidikan umum merupakan program dan sasaran utama yang diselenggarakan di MAN Malili dengan tidak mengesampingkan kondisi obyektif masyarakat Malili.

Lokasi, akses belajar dan latar belakang peserta didik

MAN Malili yang berlokasi di desa Puncak Indah, menempati lokasi strategis di tengah kota Malili, letaknya yang berjarak 150 m dari jalan poros provinsi. Namun sekolah ini masih kalah bersaing dari beberapa sekolah menengah lain di sekitarnya. Masyarakat lebih cenderung memilih sekolah umum seperti SMA 1 dan SMA 2 serta sekolah menengah kejuruan (SMK Negeri Malili) yang mereka anggap lebih memberi jaminan di masa depan bagi anaknya. Umumnya para peserta didik yang bersekolah di MAN Malili merupakan peserta didik yang berasal di luar kecamatan Malili, seperti berasal dari kecamatan Nuha, Kecamatan Towuti, Kecamatan Wasuponda, Kecamatan Wotu, hingga Kecamatan Burau. Para peserta didik ini datang bersekolah di MAN Malili untuk melanjutkan jenjang sekolah dikarenakan tidak adanya madrasah aliyah berstatus negeri di daerahnya masing-masing.

Umumnya peserta didik yang bersekolah di MAN Malili berasal dari luar kota Malili dan memiliki latar belakang keluarga yang kurang mampu. Namun ada juga peserta didik yang berasal dari keluarga mampu tetapi memiliki permasalahan dari sekolah sebelumnya sehingga ia bersekolah di MAN Malili. Namun tidak semua peserta didik yang pindah di MAN Malili akibat kenakalan, terdapat juga alasan-alasan yang membuat peserta didik tersebut harus melakukan perbuatan melanggar yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Banyak faktor-faktor yang melatarbelakangi sehingga umumnya peserta didik yang bersekolah di MAN Malili lebih di dominasi oleh peserta didik yang bermasalah ketimbang peserta didik yang pada awalnya bersekolah dikarenakan keinginan murni untuk melanjutkan pendidikannya.

2. Faktor Internal SDM Pendidik

Sumber Daya Manusia khususnya tenaga profesional pendidik dan tenaga kependidikan juga merupakan salah satu penunjang keberhasilan dan peningkatan mutu kependidikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Satuan pendidikan yang memiliki tenaga yang terampil dan berkualifikasi pendidikan yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bernilai jual dalam menarik minat orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

(7)

7

MAN Malili, baru sekitar 50% yang telah mendapatkan sertifikasi pendidik.12 Selain itu masih perlu peningkatan-peningkatan mutu pendidik melalui kegiatan workshop, seminar pendidikan, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sejenis. Selain dari penguatan internal, juga perlu adanya kerjasama dari pihak instansi terkait yakni Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan Kementerian Agama Luwu Timur. Hal ini demi menunjang keberhasilan pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam sesuai dengan visi dan misi pemerintah Kabupaten Luwu Timur di sektor pendidikan yakni Wajib Belajar 12 Tahun. Upaya ini ditunjang dengan menggratiskan seluruh biaya pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama di seluruh Kabupaten Luwu Timur.

Sarana & Prasarana Penunjang Kegiatan Pembelajaran

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pendidikan yakni keberhasilan proses belajar mengajar. Ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi faktor pemikat para orang tua peserta didik dalam memilih lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua peserta didik dalam menyekolahkan anaknya. Berdasarkan hasil pengamatan di MAN Malili, sekolah ini masih memiliki kekurangan-kekurangan dalam ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana.

Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang diselenggarakan di MAN Malili, mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yakni mencakup mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi; estetika; serta jasmani, olahraga dan kesehatan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sekolah ini telah mampu menerapkan dalam bentuk mata pelajaran yang masing-masing diampu oleh guru meskipun sebagian kecil tidak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimilikinya.

Materi pembelajaran di MAN Malili memang lebih didominasi oleh mata pelajaran agama ketimbang mata pelajaran umum, namun sebagai ciri khas sekolah agama Islam hal ini justru menjadi nilai jual di masyarakat khususnya bagi masyarakat Malili. MAN Malili sebagai sekolah yang berlabel agama bukan sebuah kelemahan di mata masyarakat Malili melainkan diakibatkan masih kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di sekolah agama khususnya madrasah yang membuat MAN Malili terkesan kurang diterima di masyarakat Malili.

(8)

8

Upaya MAN Malili Luwu Timur dalam Menyelesaikan Masalah Rendahnya Minat Masyarakat di Sekitarnya

Peningkatan Kompetensi & Kualifikasi Guru (SDM)

Peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru menjadi salah satu tugas utama yang kini diemban oleh MAN Malili dalam membenahi diri untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan madrasah ini. Berbicara tentang peningkatan mutu dan profesionalisme, Pendidik profesional disyaratkan untuk memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan yakni dalam tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi ini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan dasar dan permulaan pengarahan yang menjadikan profesi guru sebagai jabatan profesi13 sesuai Ketentuan Umum Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 (butir 1 dan 4) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Beberapa hal yang dilakukan oleh MAN Malili dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikannya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan yang direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

b. Melakukan evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas.

c. Melakukan evaluasi kinerja pendidik dengan memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik.

Ketiga agenda di atas diwujudkan dengan mengikutsertakan para guru dan staf pegawai dalam berbagai program peningkatan mutu, seperti penataran Guru bidang studi, Lokakarya, pelatihan pengelolaan Laboratorium Bahasa atau MIPA, Lomba Guru Teladan. Semua itu dilakukan untuk memacu diri dalam berkompetisi dan berprestasi. Untuk membangun dan mengembangkan MAN kedepan, diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, baik dari Pemerintah maupun dari para pengusaha selaku sponsor tetap, pelaku industri, para tokoh masyarakat, orang tua murid yang memiliki kelebihan dana atau memberdayakan sumberdana yang ada di sekolah/madrasah. Seperti pengadaan asrama guru dan siswa yang memadai, kantin sekolah, koperasi sekolah, bengkel sekolah, ruang aula/ gedung serba guna yang lengkap yang dapat dipersewakan untuk masyarakat umum.

Sumber dana sangat menentukan untuk pembiayaan, pengadaan sarana dan prasarana belajar yang memadai. Untuk membantu kesejahteraan para guru dan staf

13Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Cet. VIII; Bandung:

(9)

9

pegawai. Untuk mengadakan studi banding ke berbagai sekolah yang sudah maju dan memiliki mutu pendidikan yang tinggi. Adanya sarana dan prasarana, fasilitas belajar, seperti laboratorium yang lengkap, dan dengan guru dan staf pengelola yang terjamin kesejahteraannya akan sangat membantu dalam mengakselerasikan pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu serta akan melahirkan siswa-siswi yang berkualitas. Mereka tentu akan termotivasi dan terpacu oleh situasi dan kondisi lingkungan sekolah/madrasah yang sangat menunjang. Semua itu akan dikelola dalam manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada pemberdayaan semua komponen sekolah. Dukungan semua komponen penunjang yang ada di atas akan membawa MAN Malili berkiprah maju kedepan mengembangkan misinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Pembenahan & Peningkatan Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, sesuai yang dinyatakan dalam PP.RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan Bab VII pasal 42 disebutkan;

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang memiliki perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpus-takaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolaraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang tempat lain yang diperlukan menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.14

Sarana dan prasarana yang terdapat pada MAN Malili yang peneliti langsung amati meliputi; lahan sekitar 2 Ha. Yang di dalamnya terdapat halaman sekolah sebagai tempat upacara yang sekaligus berfungsi sebagai lapangan olaraga seperti; lapangan Voli, lapangan Basket, lapangan futsal, lapangan bulu tangkis yang digunakan peserta didik MAN Malili dan juga guru-gurunya di luar jam belajar. Meskipun demikian, MAN Malili masih perlu mengoptimalkan lahan yang dimilikinya agar lebih berfungsi secara efektif dan efisien. Aspek sarana dan prasarana pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian baik dari segi pengadaan sarana demikian pula rehabilitasi dan perbaikan yang memerlukan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar pendidikan.

14RI., Direktur Jenderal Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang Dan Peraturan

(10)

10

Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki MAN Malili dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan pembinaan yang dilaksanakan. Ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang didukung dengan fasilitas literatur, media, dan alat pembelajaran yang cukup akan memberikan andil dalam menentukan keberhasilan pembinaan yang diharapkan.

Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Rendahnya Minat Masyarakat dalam Menyekolahkan Anaknya di MAN Malili Luwu Timur

Sosialisasi Langsung ke Sekolah-Sekolah

Langkah yang ditempuh oleh MAN Malili dalam mempromosikan sekolahnya berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan adalah melalui sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Sosialisasi ini dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tertentu khususnya menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN) hingga Penerimaan Siswa Baru (PSB). Meskipun bentuk penggalangan dan sosialisasi masih bersifat sederhana, namun kegiatan ini dianggap oleh MAN Malili cukup memberi dampak positif dalam menambah jumlah peserta didiknya. Hal ini terbukti dari jumlah peserta didik yang terdaftar melalui jalur Penerimaan Siswa Baru T.A. 2013-2014 berhasil mendapatkan 50 orang peserta didik baru.

Promosi tidak langsung melalui Media dan Alat Peraga

Salah satu bentuk promosi lain yang dilakukan di MAN Malili adalah melalui media peraga berupa pamflet, brosur, serta spanduk dan baligho. Media ini walaupun dianggap masih baru penggunaannya oleh MAN Malili, namun juga dirasakan cukup efektif dalam menarik minat peserta didik. MAN Malili tidak serta merta hanya menunggu peserta didik untuk datang mendaftar bersekolah di madrasah ini. Meskipun segenap elemen sekolah bekerja keras dalam menambah kuantitas peserta didik, namun usaha-usaha yang mereka lakukan berdasarkan hasil pengamatan, belum begitu maksimal dan masih kurang menerapkan strategi pemasaran. Hal ini dapat terlihat dari biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh pihak sekolah dalam melakukan kegiatan dan hanya mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. MAN Malili sebagai salah satu ujung tombak baru dalam menyiarkan Islam di wilayah Kabupaten Luwu Timur, masih memerlukan berbagai saran dan masukan-masukan serta dukungan dari berbagai elemen masyarakat khususnya mereka yang berada di wilayah Kabupaten Luwu Timur.

Kesimpulan

(11)

11

1. Terdapat dua faktor penyebab rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili yakni:

a. Faktor Eksternal

MAN Malili dalam pandangan masyarakat Malili dianggap sebagai sekolah yang dipenuhi oleh peserta didik bermasalah sehingga bagi sebagian masyarakat khususnya para peserta didik dianggap sebagai momok yang menakutkan karena di MAN Malili mayoritas peserta didiknya merupakan siswa bermasalah yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah lain di Kabupaten Luwu Timur.

b. Faktor Internal

Lokasi MAN Malili yang strategis di satu sisi merupakan keuntungan disebabkan akses menuju sekolah ini tergolong lancar, namun di sisi lain, sekolah ini harus berhadapan dan berjuang menarik minat masyarakat sekitarnya untuk bersekolah di MAN Malili. Persaingan memperebutkan peserta didik dari tiap-tiap sekolah lain menjadi tidak sehat karena sumber daya manusia dan sarana prasarana yang dimiliki oleh MAN Malili masih kurang memadai dalam menghadapi sekolah lain yang ditopang dengan sarana dan prasarana yang telah mapan.

2. Upaya MAN Malili dalam menyelesaikan masalah rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili dengan melakukan beberapa pembenahan yaitu:

a. Peningkatan Kompetensi & Kualifikasi Guru (SDM) yang diwujudkan dengan mengikutsertakan para guru dan staf pegawai dalam berbagai program peningkatan mutu, seperti penataran Guru bidang studi, Lokakarya, pelatihan pengelolaan Laboratorium Bahasa atau MIPA, Lomba Guru Teladan. Semua itu dilakukan untuk memacu diri dalam berkompetisi dan berprestasi.

b. Pembenahan dan peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran baik dari segi pengadaan sarana dan rehabilitasi serta perbaikan yang memerlukan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar pendidikan.

3. Langkah-langkah yang ditempuh oleh MAN Malili dalam menyelesaikan masalah rendahnya minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya di MAN Malili dengan melakukan beberapa pembenahan yaitu:

a. Melakukan sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama di Kabupaten Luwu Timur. Sosialisasi ini dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tertentu khususnya menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN) hingga Penerimaan Siswa Baru (PSB). Selain dari sosialisasi ke sekolah-sekolah MAN Malili juga melakukan sosialisasi melalui event-event kegiatan pendidikan di Kabupaten Luwu Timur.

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Arief. Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, Jurnal El-Tharbawi, no.1, Vol. I, 2008.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Husain al-Munawar, Said Agil. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press, 2005.

HAR. Gibb. Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden: EJ. Brill, 1961.

http://www.luwutimurkab.go.id/lutim2/index.php?option=com_jcalpro&Itemid=176 &extmode=day (diakses tanggal 25 Januari 2013).

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 489/U/1992. Umam, Khoirul. Madrasah dan Globalisasi. http://pendis.depag. go.id/madrasah/ (diakses pada hari Minggu 6/1/2013).

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam: Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, Cet. 2; Jakarta: Logos Wacana Ilmu , 1999.

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung. Nuansa 2003 ________, dan Abd Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya,

1993

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Cet. I: Jakarta: Gaung Persada, 2009.

Nasution, S. Metode ResearchPenelitian Ilmiah, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

_________, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1996. Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa, 2003.

Pirol, Abdul. Merespons Tantangan Zaman, dari Lokalitas hingga Globalitas. Palopo: LPS STAIN Palopo Press, 2008.

Putra Daulay, Haidar. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.

_________, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.

Redaksi, Dewan. (Ensiklopedi Islam (3), (Cet. IV; Jakarta; PT.Ikhtiar Baru, 1997 RI., Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-Art,

(13)

13

, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006

Saridjo, Marwan. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan Kebijakan Publik Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Penamadani, 2010.

Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Suwito dan Fauzan (ed.). Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara: Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 Hingga Abad 20 M. Bandung: Angkasa, 2004.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. XI; Bandung: Alfabeta, 2010.

J. Suprianto, Metode Riset Aplikasi dalam Pemasaran, Edisi 6, Jakarta: Fakultas Ekonomi, 1997.

Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah al- Aulad fi al-Islam, Beirut: Dar al-Islam, 1981. Usman, Husaini. dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet. III;

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Yusuf, Charul Fu’ad. dkk., (Pengantar) Revitalisasi Madrasah “Pengembangan Ilmu dan Teknologi pada Madrasah di Indonesia” oleh Ki Supriyoko, (Cet. I: Jakarta; Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih

Banyaknya faktor yang mempengaruhi minat, maka dalam penelitian ini peneliti lebih menfokuskan pada minat orang tua menyekolahkan anaknya ke jenjang SMK, dari faktor intrinsik

Mayoritas penyebab rendahnya minat donor darah di Dusun Siren Desa Rumbuk Timur Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur adalah karena kurangnya pemahaman

Oleh karena itu, dalam penelitian ini diselidiki akar penyebab masalah rendahnya nilai OEE pada proses penggilingan halus di mesin grinder.. Dengan mencari faktor dominan penyebab

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat

Hasil penelitian ini adalah para orang tua tidak menyekolahkan anaknya di PAUD FAJAR di karenakan beberapa faktor benyebab yaitu pendidikan orang tua, minat orang tua menyekolahkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, serta pembahasan mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab rendahnya penggunaan alat kontrasepsi dalam

STUDI TENTANG FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT SISWA MENGUNJUNGI PERPUSTAKAAN DI MA DARUSSALAM SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH ABSTRAK Oleh: RIRIN MARDIYAH Minat mengunjungi