• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari wajib pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari wajib pajak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari wajib pajak di KPP Pratama Pandeglang berupa isian kuesioner yang dilakukan dengan survey kepada wajib pajak orang pribadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Kuesioner dilakukan pada periode November 2011 – Desember 2011.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan individu yang memiliki kualitas-kualitas dan ciri- ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi (WP OP) yang ada di kota Pandeglang. Berdasarkan data dari KPP yang ada di kota Pandeglang, hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 19.186 WP OP yang merupakan WP OP efektif. Tidak semua WP OP efektif ini menjadi objek dalam penelitian ini karena jumlahnya sangat besar dan guna efisiensi waktu dan biaya. Oleh sebab itu dilakukan pengambilan sampel.

(2)

Indriantoro & Supomo (1999: 115) mengatakan bahwa sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi. Sampel pada penelitian ini ditarik dari populasi sasaran yaitu Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Pandeglang. Untuk menarik sampel populasi tersebut digunakan rumus Yamane (M. Sudrajat Sw, 2002:25) sebagai berikut:

n = N (N.d²) + 1 Dimana:

n = ukuran sampel

d = Presisi yang besarnya ditentukan N = Ukuran populasi

Presisi menunjukkan tingkat ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel dan menggambarkan karakteristik populasi. Presisi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Nelsi (2007) adalah 10%.

Dengan menggunakan rumus Yamane ini maka sampel yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:

n = 19186 = 99.48 dibulatkan 100 responden (19186. (0,1)²) + 1

(3)

C. Variabel dan Pengukuran

1. Variabel

Sekaran (2003:87), menyatakan bahwa : “A variable is anything that can take on differing or varying values can differ at various times for the same objects or persons, or at the same time for different objects or persons”.

Variabel penelitian merupakan objek atau titik penelitian dari suatu penelitian. Variabel penelitian ini meliputi:

a) Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel yang menerangkan variabel lainnya, atau variabel yang tidak tergantung pada variabelnya, dengan demikian dalam studi ini terdapat 6 variabel berupa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi yaitu jenis kelamin wajib pajak (Gend), usia wajib pajak (Age), persepsi wajib pajak terhadap pelayanan di KPP Pratama Pandeglang (Serv), persepsi wajib pajak terhadap pengetahuan perpajakan (Peng), persepsi wajib pajak terhadap kondisi keuangan (kk), dan persepsi wajib pajak terhadap moral (Mor).

b) Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau diterangkan oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent yaitu kepatuhan wajib pajak

(4)

2. Pengukuran variabelnya sebagai berikut:

a. Variabel Jenis Kelamin Wajib Pajak

Jenis kelamin diukur dengan menggunakan skala nominal. Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan memberikan kategori saja. Jenis kelamin terbagi menjadi 2 kategori yaitu pria dan wanita, dimana pria diberi skor 1 dan wanita diberi skor 2.

b. Variabel Usia Wajib Pajak

Usia diukur dengan cara menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat atas tingkatan akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan yang tidak ditetapkan secara pasti. Usia dibagi menjadi 5 kategori, yaitu: 1 untuk kategori usia < 20 tahun, 2 untuk kategori usia 21-30 tahun, 3 untuk usia 31- 40 tahun, 4 untuk usia 41-50 tahun, 5 untuk usia > 50 tahun.

c. Variabel Persepsi Wajib Pajak terhadap Pelayanan di KPP Pratama Pandeglang

Persepsi diukur dengan 5 skala likert dengan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS) dan 5 untuk sangat setuju (SS). Pengukuran variabel pelayanan ini terdiri dari 9 pernyataan yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM, berpakaian rapi dan sopan, menggunakan kartu identitas pegawai, memberikan pelayanan yang ramah, penerapan sistem reward and punishment, reformasi Birokrasi di Direktorat Jenderal Pajak, penyuluhan perpajakan, sistem dan tata laksana pelayanan, perbaikan infrastruktur seperti kenyamanan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penggunaan Sistem

(5)

Informasi dan teknologi dari KPP tersebut dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak setempat.

d. Variabel Persepsi Wajib Pajak terhadap Pengetahuan Perpajakan

Persepsi Pengetahuan Wajib Pajak diukur dengan 5 skala likert dengan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS) dan 5 untuk sangat setuju (SS). Dimana terdiri dari 6 pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan, tingkat pendididkan, bahasa dalam undang-undang perpajakan, informasi yang mudah diakses, pemahaman peraturan perundang-undangan perpajakan, pelaksanaan kewajiban perpajakan membayar pajak oleh wajib pajak tersebut.

e. Variabel Persepsi Wajib Pajak terhadap Kondisi Keuangan

Persepsi Kondisi keuangan diukur dengan 5 skala likert dengan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS) dan 5 untuk sangat setuju (SS). dimana terdiri dari 3 pernyataan yang berkaitan dengan kondisi jumlah pendapatan/omset, kondisi jumlah pengeluaran, dan kondisi jumlah hutang.

f. Variabel Persepsi Wajib Pajak terhadap Moral

Persepsi Moral diukur dengan menggunakan skala likert dengan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS) dan 5 untuk sangat setuju (SS) dimana terdiri dari 5 pernyataan. Pengukuran moral terdiri atas perasaan bersalah, pelanggaran etika, prinsip hidup, takut kena denda, kejujuran.

g. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak orang pribadi diukur dengan pernyataan-pernyataaan yang menggambarkan kepatuhan responden dengan memberikan nilai antara

(6)

1 – 5. Dikukur dengan 5 skala likert, dengan nilai 1 untuk sangat tidak setuju (STS) dan 5 untuk sangat setuju (SS). dimana terdiri dari 3 pernyataan tentang sistem self assessment yaitu bayar, setor, dan lapor pajaknya sendiri oleh wajib pajak.

D. Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel adalah unsur yang memberikan penjelasan dan keterangan variabel operasional dengan tujuan untuk memberikan batasan dan penjelasan dalam rangka membatasi analisa lebih lanjut. Definisi operasional variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Induk Tolak Ukur (komponen pertanyaan) 1. Jenis Kelamin Wajib Pajak 1. Pria

2. Wanita

2. Usia Wajib Pajak 1. < dari 20 tahun 2. 21-30 tahun 3. 31-40 tahun 4. 41-50 tahun 5. > dari 50 tahun

(7)

3. Persepsi Wajib Pajak terhadap Pelayanan di KPP Pratama Pandeglang

1. Kualitas dan kuantitas SDM yang ada di KPP Pratama Pandeglang sudah baik.

2. Karyawan KPP selalu berpakaian rapi dan sopan.

3. Karyawan KPP selalu menggunakan kartu identitas pegawai.

4. Karyawan KPP memberikan pelayanan yang ramah kepada para wajib pajak, klien maupun tamu lain yang berkunjung.

5. Penerapan sistem reward and punishment meningkatkan efisiensi kerja karyawan KPP serta kesadaran wajib pajak.

6. Reformasi Birokrasi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah tercermin dalam pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak memuaskan.

7. Penyuluhan perpajakan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak telah berjalan dengan baik.

8. Sistem dan tata laksana pelayanan mempengaruhi Wajib

Pajak untuk

mematuhi/memenuhi kewajiban membayar pajak.

(8)

9. Perbaikan infrastruktur seperti kenyamanan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penggunaan Sistem Informasi dan teknologi sudah memadai.

4. Persepsi Wajib Pajak terhadap pengetahuan Perpajakan

1. Pengetahuan dapat

mempengaruhi kepatuhan dalam melakukan kewajiban pajak.

2. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.

3. Bahasa dalam undang-undang perpajakan mudah dipahami.

4. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah menyediakan informasi yang mudah diakses oleh Wajib Pajak.

5. Wajib Pajak sudah memahami peraturan perundang-undangan sehingga patuh dalam

memenuhi kewajiban

perpajakan.

6. Wajib Pajak sudah melaksanakan kewajiban perpajakan membayar pajak sebagaimana yang telah diatur

dalam undang-undang

(9)

perpajakan.

5. Persepsi Wajib Pajak terhadap Kondisi Keuangan

1. Jumlah pendapatan/omset, mempengaruhi kepatuhan untuk membayar pajak.

2. Jumlah pengeluaran, mempengaruhi kepatuhan untuk membayar pajak.

3. Jumlah hutang, mempengaruhi kepatuhan utnuk membayar pajak.

6. Persepsi wajib pajak terhadap moral

1. Perasaan bersalah.

2. Melanggar etika.

3. Prinsip hidup.

4. Takut kena denda.

5. Kejujuran.

7. Kepatuhan Wajib Pajak 1. Wajib Pajak patuh membayar pajak.

2. Wajib Pajak patuh menyerahkan SPT.

3. Wajib Pajak patuh melaporkan SPT.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah keterangan yang bisa memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan (Supramono & Sugiarto, 1993:10). Jenis data menurut cara perolehannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder.

(10)

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari objek atau sumber data. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain sehingga diterima dalam bentuk jadi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer. Pengumpulan dan perolehan data dilakukan melalui kuesioner yang memuat pernyataan yang ditujukan kepada wajib pajak yang telah memenuhi kewajiban pajak.

Kuesioner ini kemudian disebarkan oleh penulis kepada responden untuk dijawab. Dalam hal ini kuesioner yang dibagikan adalah kuesioner tertutup, yaitu jawaban atas pernyataan telah disediakan. Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pandeglang (Periode November 2011 – Desember 2011).

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur, dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat terukur.

Komponen-komponen yang terukur ini kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden.

F. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan responden

(11)

Tabel 3.2

Rincian Pengumpulan Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner

Kuesioner disebar 100

Kuesioner kembali 70

Kuesioner cacat (tidak sesuai dengan harapan/tidak lengkap pengisian kuesioner)

14

Jumlah kuesioner yang layak untuk diolah 56

G. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Pandeglang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis berganda untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena teknik regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun secara bersama-sama.

(12)

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression) dengan bantuan program computer yang digunakan yaitu SPSS versi 13,0 for window.

Model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Kepatuhan = -b0 + b1 Gend + b2 Age + b3 Serv + b4 peng + b5 kk b6 Mor + e

Keterangan :

b0 : Konstanta b1 - b6 : Koefisien regresi e : Residual error

Gend : Jenis kelamin wajib pajak Age : Usia wajib pajak

Serv : Persepsi pelayanan terhadap pelayanan di KPP Pratama Pandeglang

peng : Persepsi wajib pajak terhadap pengetahuan perpajakan kk : Perpsepi wajib pajak terhadap kondisi keuangan Mor : Persepsi wajib pajak terhadap moral

2. Uji Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. untuk menguji instrument penelitian, tiap pernyataan akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 56 orang responden.

(13)

a) Uji Validitas

Pengujian Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid. Jika valid berarti instrument itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Effendi,1995).

Pengujian validitas dilakukan dengan mencari korelasi dari setiap indikator terhadap skor totalnya dengan menggunakan rumus teknik korelasi

“Product Moment”, Untuk mengetahui besarnya koefisien validitas, maka digunakan rumus teknik korelasi “Product Moment” dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05) dan tingkat kebenaran 95% (1-α) (Effendi:1995).

Dasar pengambilan keputusan uji validitas ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α = 5%) 1) Jika nilai signifikansi < alpha 0.05 maka item pernyataan valid

2) Jika nilai signifikansi ≥ alpha 0.05 maka item pernyataan tidak valid

b) Uji Reliabilitas

Apabila alat ukur telah dinyatakan valid, langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas alat ukur tersebut. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama.

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dengan menggunakan Cronbach’s Alpha yang merupakan suatu “Construct” dianggap “Reliable”

jika koefisien alphanya ≥ 0.60 (Sekaran,2003).

1) Jika Cronbach’s Coeficient Alpha > 0.60 maka konstruk reliable

(14)

2) Jika Cronbach’s Coeficient Alpha < 0.60 maka konstruk tidak reliable 3. Pengujian asumsi klasik dapat menghsilkan parameter penduga yang sahih

Sebelum dilakukan pengujian regresi unruk menjawab hipotesanya, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap pelanggaran asumsi klasik untuk model yang digunakan dalam penelitian, sehingga mendapatkan persamaan regresi yang BLUES (Best Linear Unblessed Estimator), yaitu persamaan regresi yang tidak bias baik dalam estimasi maupun dalam error. Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai disribusi normal ataukah tidak (Ghozali,2001). Pengujian normalitas dilakukan dengan analisis Grafik Normal P-P Plot, yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal.

Dasar pengambilan keputusannya:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(15)

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot, yaitu variabel dependen pada sumbu X adalah ZPRED dan variabel independen pada sumbu Y adalah residualnya SRESID (Ghozali:2003). Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila terjadi gejala heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga hasil uji signifikansi statistik tidak valid lagi.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi pelanggaran heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka asumsi homoskedastisitas telah terpenuhi.

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan eksas linier antar variable independen. Multikolinearitas yang terjadi itu berbahaya atau tidak.

Konsekuensi dari multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi variabel. Uji asumsi klasik seperti multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independent variable dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0,1.

(16)

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Jika mempunyai nilai VIF < 10 atau Tolerance > 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas.

2) Jika mempunyai nilai VIF > 10 atau Tolerance < 0,10, maka terdapat gejala multikolinearitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut aturan waktu atau urutan tempat/ruang, atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri (Sugiarto,1992). Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistik Durbin- Watson mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi, dalam hal sebaliknya, maka dinyatakan terdapat autokorelasi (Sunaryanto, 1994).

Langkah-langkah pengujian autokorelasi dilakukan sebagai berikut:

Hipotesa :

Ho: tidak ada autokorelasi Ha: ada autoorelasi

4. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian terhadap pelanggaran asumsi klasik, data di proses untuk menguji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi. Pegujian hipotesa terdiri dari uji – F dan uji – t.

(17)

a. Pengujian Simultan (Uji – F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

1) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilita:

a) Jika sig.(F) < 0,05 maka H0 ditolak, Ha gagal ditolak b) Jika sig.(F) > 0,05 maka H0 gagalditolak, Ha ditolak 2) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai t-hitung:

a) Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak (ada pengaruh)

b) Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima (tidak ada pengaruh) Besarnya nilai F-tabel

= Fα df (n-k, k-1) = F0,05 df (56-7, 7-1) = 2,29

α = 1%, 5%, 10%. Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu:

df numerator = dfn = df1 = k-1 df denumerator = dfd = df2 = n-k Dimana:

df = degree of freedom/derajad kebebasan n = jumlah sampel

k = banyaknya koefisien regresi b. Pengujian parsial (Uji-t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.

Dasar pengambilan keputusan:

(18)

1) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas:

a) Jika Signifikansi < tingkat kesalahan (α = 0,05), maka H0 ditolak b) Jika Signifikansi > tingkat kesalahan (α = 0,05), maka H0 diterima 2) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai t-hitung:

a) Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak b) Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak c) Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima d) Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 diterima

Besarnya nilai t-tabel = tα df (n-k) = t0,05 df (56-7) = 2,01

α = 1%, 5%, 10%. Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu:

df numerator = dfn = df1 = k-1 df denumerator = dfd = df2 = n-k Dimana:

df = degree of freedom/derajad kebebasan n = jumlah sampel

k = banyaknya koefisien regresi

Referensi

Dokumen terkait

Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh aset pajak tangguhan, diskresioner akrual, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa gaya pada saat. pengereman mengalami peningkatan pada saat

yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :.. pelaksanaan titel eksekutorial oleh

Selain itu, dapat kami sampaikan pula bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komite Remunerasi dan Nominasi mengacu kepada regulasi yang berlaku, diantaranya adalah

Penelitian ini membandingkan dua metode AAM, yaitu IAIA (Inverse Additive Image Alignment) dan ICIA (Inverse Compositional Image Alignment), kemudian hasil dari

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan pada Rancang Bangun Game “ Who Wants to Be a Brillianaire ” berbasis Android adalah game ini dapat

Informan: jika itu menurut saya, yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan sudah baik, seperti menjalin dan mengembangkan

Bahwa memperhatikan kronologis pencalonan Bakal Pasangan Calon yang diusung oleh PKP Indonesia di Kabupaten Dogiyai sebagai Laporan KPU Provinsi Papua, serta mencermati proses