• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM

MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

Kelompok Kerja Desa/Kelurahan Damai

Tim Program Women Participation for Inclusive Society (WISE) Wahid Foundation Atas Dukungan UN Women

(2)

BUKU PANDUAN

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM

MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

Kelompok Kerja Desa/Kelurahan Damai

Disusun oleh : Tim Program Women Participation for Inclusive Society (WISE) Wahid Foundation Atas Dukungan UN Women 2021

(3)

Buku Panduan

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

Kelompok Kerja Desa/Kelurahan Damai Wahid Foundation, 2021

Penanggungjawab : Mujtaba Hamdi Pengarah:

Visna Vulovik Siti Kholisoh Penulis :

Mutiara Pasaribu

Oktovianus Mone Lobo Tata letak : Jumrotin Editoring : Kalis Mardiasih Penerbit

Wahid Foundation

Griya Gus Dur, Jl. Taman Amir Hamzah No. 8, Menteng, Jakarta 10320 Telp : (021) 3145671

www.wahidfoundation.org www.peacevillage.id

Email : [email protected]

(4)

PENGANTAR

Sejak tahun 2013, WAHID Foundation telah menginisiasi program pemberdayaan masyarakat untuk memutus rantai intoleransi dan radikalisme tingkat lokal melalui Program Desa/Kelurahan Damai.

Desa/Kelurahan Damai bertujuan mencegah perluasan ideologi intoleran, radikal dan terorisme pada masyarakat akar rumput dengan menjadikan perempuan sebagai aktor utamanya. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk membangun perdamaian dan mencegah konflik melalui kelompok perempuan sebagai agent of peace.

Dengan mengkombinasikan pemberdayaan ekonomi berkelanjutan, pembangunan perdamaian dan pemberdayaan perempuan, saat ini telah terdapat 14 Desa/Kelurahan di Jawa barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah mendeklarasikan wilayahnya sebagai Desa/Kelurahan Damai. Deklarasi menjadi ikhtiar untuk memperkuat komitmen warga untuk menjadikan nilai-nilai perdamaian dan keadilan gender sebagai kehidupan bersama. Pasca deklarasi, komunitas Desa/Kelurahan Damai diharapkan mampu untuk menjadikan prinsip perdamaian dan keadilan menjadi basis dalam membangun kebijakan di tingkat Desa/Kelurahan.

Karena itulah, untuk memastikan diadopsinya prinsip perdamaian yang berkeadilan dan kesetaraan gender dalam kebijakan, maka bersama Wahid Foundation, komunitas Desa/Kelurahan Damai mengembangkan Rencana Aksi Desa/Kelurahan Damai (selanjutnya disebut RADes/Kel Damai). Dalam setiap rencana aksi terdapat gambaran kerja, target, waktu kegiatan, cara memantau dan mengevaluasi, berikut pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya.

Untuk menjalankan RADes/Kel Damai, tim pelaksana aksi yaitu Kelompok Kerja (selanjutnya disebut Pokja) dan/atau Satuan Tugas (selanjutnya disebut Satgas) Desa/Kelurahan Damai dibekali Panduan Pelaksanaan Rencana Aksi Desa/Kelurahan Damai yang dasarnya merupakan instrumen tak terpisahkan dari perangkat monitoring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Desa/Kelurahan Damai. Salah satu elemen penting dalam melakukan monitoring dan evaluasi adalah pemantauan berbasis komunitas dalam mengadvokasi hak perempuan dan anak. Untuk itulah panduan ini dibuat guna membekali tim perencana, Pokja maupun Satgas Desa/Kelurahan Damai mendokumentasikan hak-hak perempuan, memantau kasus-kasus kekerasan berbasis gender di Desa/Kelurahan Damai. Hasil pendokumentasian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam melakukan advokasi hak-hak perempuan dan anak baik melalui akses keadilan formal atau informal di Desa/Kelurahan Damai.

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

i

(5)

Dalam penyusunan perangkat monitoring, tim perencana/Pokja/Satgas dilibatkan sejak awal sehingga input yang dikembangkan berpijak pada pembelajaran praktik-praktik advokasi yang selama ini dilakukan di Desa/Kelurahan Damai. Tim Pokja/Satgas juga dibekali pelatihan untuk memastikan kapasitas Pokja dan sensitivitas Pokja dalam melihat kasus-kasus kekerasan berbasis gender. Pelatihan yang dibutuhkan di antaranya adalah pelatihan gender, akses keadilan formal dan informal, penyuluhan hukum terkait UU KDRT dan UU perlindungan anak, pelatihan dalam melaksanakan sistem dan menggunakan perangkat monitoring dan evaluasi, serta pelatihan advokasi kasus-kasus kekerasan berbasis gender.

Tim perencana/Pokja/Satgas juga didorong untuk menjunjung tinggi prinsip do no harm dalam melakukan monitoring dan evaluasi dengan memastikan bahwa data dan informasi tidak boleh sembarang disebarluaskan dan harus mempertimbangkan perlindungan hak-hak korban di atas segala kepentingan. Sebagai dokumen hidup, perbaikan dan penyesuaian sistem dan perangkat monitoring dan evaluasi ini selalu dimungkinkan dan disesuaikan kembali dengan konteks lokal agar dapat merespons kebutuhan di tingkat komunitas.

Demikianlah, kami berharap bahwa Buku Panduan Sistem dan Perangkat Monitoring dan Evaluasi Berbasis Komunitas dalam Mengadvokasi Hak Perempuan dan Anak ini akan memudahkan dan memberikan manfaat kerja-kerja tim Pokja/Satgas dalam melakukan monitoring sekaligus advokasi perwujudkan keadilan bagi perempuan dan anak.

Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang mendukung atas penyusunan, penulisan dan publikasi buku panduan ini. Secara khusus, kami ucapkan terima kasih kepada UN Women yang telah mendukung program sekaligus penerbitan buku panduan ini. Semoga buku panduan ini bisa memberikan manfaat untuk pemajuan keadilan bagi perempuan dan anak di Indonesia.

Mujtaba Hamdi Direktur Eksekutif Wahid Foundation

(6)

DAFTAR ISI

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

iii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I

KERANGKA KERJA DAN PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN M&E

BAB 2

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM

PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

BAB 3

PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI BAB 4

MENGGUNAKAN TEMUAN MONITORING

& EVALUASI (M&E)

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran Perangkat-Perangkat M&E Lampiran Kronologi Kasus

Surat Persetujuan (letter of consent) yang ditandatangani oleh korban

i iii

1

3

6

8 10 1. Merencanakan Perubahan Yang Diharapkan

Sebagai Langkah Awal Dalam Mengembangkan Program 2. Melakukan, Menganalisa Dan

Menginterpretasikan Situasi/Data Hasil Need Assessment

3. Membuat Program Kerja Yang Dilengkapi Indikator 4. Melaksanakan Program Kerja

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

3

3 4 5

(7)
(8)

Pendekatan dalam M&E ini menggunakan aspek-aspek hak asasi manusia dimana mekanisme yang ada, secara normatif, berdasarkan standar internasional hak asasi manusia dan secara operasional diarahkan untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia. Pendekatan ini mencegah, melarang, dan menghilangkan segala diskriminasi dan memastikan bahwa orang-orang yang memiliki hambatan paling besar dan berada dalam situasi rentan serta terpinggirkan harus mendapatkan prioritas.

BAB I

KERANGKA KERJA

DAN PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN M&E

KERANGKA KERJA

1.

2.

3.

Pendekatan yang menggunakan aspek-aspek HAM

Mekanisme M&E ini harus melibatkan berbagai perwakilan elemen masyarakat, seperti: kelompok perempuan, pimpinan desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun kelompok pemuda dan kelompok disabilitas. Partisipasi dari berbagai elemen masyarakat sangat penting dalam melakukan pemantauan pencegahan dan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan berbasis gender di desa/kelurahan.

Pendekatan yang berperspektif korban/penyintas

Pendekatan yang menciptakan lingkungan dimana hak korban/penyintas dihormati dan korban diperlakukan dengan bermartabat dan terhormat.

Pendekatan yang partisipatif

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

1

(9)

Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, pokja harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam berhubungan atau berinteraksi dengan korban/penyintas:

• Pokja/satgas menghormati hak-hak korban/penyintas

• Pokja/satgas mengutamakan keselamatan korban/penyintas dan saksi

• Pokja/satgas menjaga kerahasiaan informasi atau data korban/penyintas dan keluarga

• Pokja/satgas memperhatikan azas non-diskriminasi yang perlakuan perlindungan korban/penyintas berlaku tanpa memandang jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, agama, suku/etnis, orientasi seksual

PRINSIP-PRINSIP

(1

1) Penjelasan mengenai hak korban/penyintas terdapat dalam buku panduan.

(10)

BAB II

LANGKAH-LANGKAH

PROGRAM PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

1. MERENCANAKAN PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN SEBAGAI LANGKAH AWAL DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM

Tim perencana/pokja/satgas bermusyawarah mengidentifikasi 3-5 masalah-masalah yang menjadi isu prioritas terkait kekerasan berbasis gender yang terjadi di komunitas. Kemudian Tim perencana/pokja/satgas mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah tersebut, dampak yang terjadi akibat adanya masalah-masalah tersebut, perubahan yang diharapkan untuk memperbaiki 3-5 masalah-masalah tersebut, strategi yang harus diambil untuk mengatasi masalah dan stakeholder yang penting untuk dilibatkan agar perubahan-perubahan dapat tercapai.

Pertanyaan panduan untuk mengidentifikasi masalah:

a) Sebutkan 3-5 masalah prioritas yang ada di desa/kelurahan terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak/kekerasan berbasis

gender?

b) Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya masalah tersebut?

c) Apa dampak yang muncul akibat adanya masalah tersebut?

d) Perubahan-perubahan apa yang diharapkan terjadi untuk setiap masalah prioritas tersebut?

e) Bagaimana strategi yang harus ditempuh agar perubahan yang kita inginkan tersebut dapat terwujud?

f) Siapa saja yang perlu dilibatkan agar program ini dapat berhasil?

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

3

(2

2) Perangkat 1. Merencanakan Perubahan

(11)

2. MELAKUKAN, MENGANALISA DAN MENGINTERPRETASIKAN SITUASI/DATA HASIL NEED ASSESSMENT

Tim perencana/pokja/satgas melakukan need assessment mengidentifikasi dan menganalisa kesenjangan (gap) yang ada antara situasi dan kondisi desa/kelurahan terkait isu kekerasan berbasis gender dan harapan-harapan atas perubahan yang ingin dicapai.

Gambaran tentang persoalan-persoalan yang ada terkait dengan kekerasan berbasis gender yang terjadi di desa/kelurahan.

Bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi di desa/kelurahan.

Sebab-sebab masalah yang mendorong kasus kekerasan berbasis gender.

Cara-cara penyelesaian yang dilakukan dalam merespon kasus-kasus yang pernah terjadi tersebut.

Potensi dan modal sosial yang dimiliki desa/kelurahan dalam mengatasi kekerasan berbasis gender.

a) b) c) d) e)

Metode yang akan digunakan pada langkah kedua ini akan menggunakan survei yang melibatkan responden warga desa/kelurahan. Selain survei, metode lainnya untuk melakukan need assessment adalah rapat/diskusi membahas data dan informasi desa terkait potensi desa, serta modal sosial dan sumber daya yang dimiliki desa sehingga dapat mendukung pelaksanaan program.

Beberapa hal yang akan diidentifikasi pada tahap need assessment ini adalah :

(3

(4

(5

(6

3) Perangkat 2. Tabel need assessment

4) Materi survei dibuat dalam format Google form 5) Tahap 1,2 dan 3 menggunakan metode survei

6) Kategorisasi KBG mengacu pada buku panduan perlindungan perempuan dan anak terhadap kekerasan berbasis gender

(12)

- Tujuan/Capaian (diambil dari pernyataan perubahan yang diharapkan pada langkah 1)

- Nama Kegiatan

- Keluaran/hasil kegiatan - Indikator kegiatan

- Waktu pelaksanaan kegiatan

- Input yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan

a. Spesifik: detil dan jelas.

b. Terukur: dapat dihitung atau dapat diidentifikasi perubahannya.

c. Masuk akal untuk dicapai melalui kegiatan yang dilakukan.

d. Terdapat korelasi/hubungan antara kegiatan dan tujuan kegiatan.

e. Dapat dilaksanakan dan dituntaskan (mencapai tujuan kegiatan) dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

3. MEMBUAT PROGRAM KERJA YANG DILENGKAPI INDIKATOR

Tim perencana/pokja/satgas mensistematisir cara kerja pokja/satgas dalam pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender di desa/kelurahan. Cara kerja yang sistematis dikembangkan dalam bentuk logframe. Logframe terdiri dari beberapa informasi antara lain:

Dalam menentukan indikator operasional, tim perencana/pokja/satgas harus memastikan indikator tersebut memenuhi syarat antara lain:

1. Kronologi kasus

2. Laporan informasi penyelesaian kasus KBG

3. Surat persetujuan (letter of consent) yang ditandatangani oleh korban

4. MELAKSANAKAN PROGRAM KERJA

Pelaksanaan program kerja akan terbagi menjadi 3 fokus yaitu pada pencegahan KBG, pendampingan korban/advokasi kasus dan membangun kerja jaringan dengan penyedia layanan lainnya.

Pelaksanaan kegiatan program akan mengacu pada logframe yang telah dibuat di atas. Setiap melakukan kegiatan, pokja/satgas diharuskan untuk membuat laporan kegiatan dan daftar hadir peserta kegiatan.

Sedangkan dalam melakukan pendampingan korban/advokasi kasus KBG, pokja/satgas diharuskan untuk melengkapi beberapa dokumen pendampingan, antara lain:

Salama pelaksanaan program kerja, pokja/satgas disarankan untuk selalu bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah desa/kelurahan dan lembaga layanan lainnya untuk memaksimalkan manfaat layanan bagi korban kekerasan.

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

5

(7

(8

(10

(9

7) Perangkat 3. Logframe

8) Perangkat 4.1 Laporan Kegiatan 9) Perangkat 4.2 Daftar Hadir Peserta

10) Perangkat 4.3 Laporan Informasi Penyelesaian Kasus

(13)

BAB III

PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI

PELAKSANAAN MONITORING

Monitoring dilaksanakan oleh pelaksana program(pokja/satgas) secara rutin sesuai kesepakatan. Biasanya yang melakukan monitoring program dan kasus KBG di desa/kelurahan adalah pokja/satgas yang mendapatkan mandat melaksanakan program. Monitoring dapat dilakukan secara setiap bulan, 3 bulanan atau 6 bulanan.

Dalam melakukan monitoring, pokja/satgas memantau apakah kegiatan-kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah keluaran/hasil kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan indikator yang disepakati dan sejauh apa kegiatan-kegiatan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang diharapkan.

Sedangkan ketika melakukan pendampingan korban atau penanganan kasus, pokja/satgas mengisi lembar monitoring kasus.

Monitoring juga menggali kendala dan tantangan dalam melaksanakan program perlindungan dan bagaimana pokja satgas mengatasi atau merespon tantangan tersebut. Semua pengalaman tersebut harus dicatat sebagai bagian dari proses pembelajaran bersama.

Rapat-rapat terkait monitoring dilakukan secara terbatas (hanya melibatkan pelaksana program dan tidak dibuka untuk publik), melibatkan anggota pokja/satgas dan dalam pembahasannya memperhatikan prinsip-prinsip yang ada dalam panduan ini.

PELAKSANAAN EVALUASI

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat hasil dan perubahan yang dicapai dari pelaksanaan program perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan berbasis gender sebagai bagian dari aksi desa/kelurahan damai. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi pembelajaran (learning) dan praktek-praktek terbaik yang dapat dijadikan contoh.

(11

(12

11) Perangkat 5. Tabel Performa Indikator 12) Perangkat 6. Baseline Kasus KBG

(14)

a) Keberhasilan apa saja yang sudah dicapai dalam program perlindungan perempuan dan anak?

b) Faktor-faktor apa saja yang mendukung pencapaian/keberhasilan program?

c) Apa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program? Bagaimana mengatasi tantangan tersebut?

d) Perubahan-perubahan apa yang terjadi di masyarakat terkait dengan usaha-usaha penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak?

e) Apakah penggunaan mekanisme informal/tradisional masih dilakukan dalam menyelesaikan kasus-kasus KBG?

Mohon dijelaskan kasus-kasusnya dan bagaimana mekanisme penyelesaiannya.

f) Bagaimana dukungan pemerintah desa/kelurahan damai terhadap pelaksanaan program perlindungan perempuan dan anak? Mohon diuraikan bentuk dukungannya.

Evaluasi dapat dilaksanakan oleh pokja/satgas sendiri, ataupun mengundang pihak tim perencana maupun tim ahli yang tidak terlibat dalam pelaksanaan. Namun demikian, tim evaluator tetap disyaratkan memiliki pengetahuan, pengalaman dan keahlian terkait isu perlindungan perempuan dan anak. Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir tahun kegiatan program.

Pertanyaan panduan untuk kegiatan evaluasi:

SISTEM DAN PERANGKAT MONITORING DAN EVALUASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM MENGADVOKASI HAK PEREMPUAN DAN ANAK

7

(15)

BAB IV

MENGGUNAKAN TEMUAN

MONITORING & EVALUASI (M&E)

Temuan-temuan data dan informasi penting yang kita dapatkan pada proses monitoring dan evaluasi dapat dijadikan dasar dalam melakukan perbaikan-perbaikan kondisi terkait dengan sistem yang ada dalam hal perlindungan hak perempuan dan anak di desa maupun di kecamatan.

Misalkan dalam proses M&E, tim pokja/satgas mendapatkan temuan atau fakta bahwa terdapat banyak perempuan dan anak di desa/kelurahan damai yang takut melapor dan tidak tahu kemana harus melakukan pengaduan ketika mengalami kekerasan berbasis gender. Hal ini menyebabkan banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tidak terungkap dan tidak ditangani dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku.

Oleh karena itu penting sekali untuk menggunakan data-data dan informasi yang didapat sebagai dasar untuk melakukan advokasi kebijakan yang bertujuan memperbaiki situasi tersebut sehingga perempuan dan anak tidak takut lagi untuk melapor dan mereka juga tahu bagaimana melakukan pelaporan atas kekerasan yang dialami dan kemana harus melapor.

Data-data dan informasi yang dibutuhkan dikumpulkan, dianalisa dan disusun dalam tulisan yang terstruktur oleh tim pokja/satgas dalam bentuk kertas kebijakan (policy paper) yang sederhana. Kertas kebijakan ini nantinya akan menjadi bahan bagi masyarakat maupun pemerintah desa/kelurahan untuk berkomunikasi dan melakukan lobby kebijakan ke tingkat pemerintahan di atasnya agar melakukan rekomendasi-rekomendasi atau usulan-usulan perbaikan yang dipaparkan dalam kertas kebijakan tersebut.

Selain itu data-data/informasi yang ada juga dapat dibagikan kepada lembaga-lembaga yang bekerja untuk mengadvokasi perlindungan hak perempuan dan anak, serta bersama-sama dengan jaringan memperjuangkan pemenuhan hak perempuan dan anak di komunitas. Tentu saja data-data/informasi yang dibagikan bukanlah informasi mengenai data pribadi seseorang atau data yang berpotensi melanggar privasi orang lain, tetapi data-data yang sifatnya umum dan dapat dipublikasi misalnya: data mengenai jumlah kasus kekerasan dan data mengenai trend peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di desa/kelurahan damai.

Diharapkan dengan berkolaborasi dengan anggota jaringan perlindungan hak perempuan dan anak, tujuan dari program desa/kelurahan damai lebih cepat tercapai targetnya, lebih dapat terdengar oleh para pengambil kebijakan dan memiliki dampak yang lebih luas lagi di masyarakat. Melalui kerja jaringan advokasi juga kita berharap adanya partisipasi masyarakat yang lebih luas lagi.

(16)
(17)

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAMPIRAN

(18)

LAMPIRAN 1

PERANGKAT-PERANGKAT M & E

Perangkat 1. Merencanakan Perubahan Perangkat 1.1 Identifikasi Stakeholder

Perangkat 2.1. Sumber Daya yang Dimiliki Desa Berpotensi / Sudah ada mengadvokasi hak-hak Permpuan dan Anak

Perangkat 4.1 Laporan Kegiatan Perangkat 4.2 Daftar Hadir

Perangkat 4.3 Laporan Penyelesaian Kasus Perangkat 2. Need Assessment

Perangkat 3. Logframe

Perangkat 5. Tabel Performa Indikator

Perangkat 6. Baseline Kasus KBG

Perangkat 7. Lembar Evaluasi Perangkat 4

(19)

PERANGKAT 1. MERENCANAKAN PERUBAHAN

Masalah-masalahterkait isu gendeRdi komunitas No.FaktorPendorong(internal) Perubahan yangdiharapkan terjadi Strategi yang harusdiambil untukmengatasi masalah Strategi yang harusdiambil untukmengatasi masalah Siapa stakeholderyang akan dilibatkan Dampak bagi Anak-anak

PerempuanLaki-lakiPerempuanLaki-laki Dampak bagi Anak-anak

(20)

PERANGKAT 1.1 IDENTIFIKASI STAKEHOLDER

A: Stakeholder utama Keterangan:

B: Stakeholder sekunder

C: Stakeholder tidak terlalu penting

Register Stakeholder

No. Nama jenis

Kelamin Posisi No. Kontak Tingkat Pengaruh

Tingkat Ketertarikan

Klasifikasi Stakeholder

1. Budi L Tokoh

Pemuda 081xxxxxxx Rendah Tinggi B

PENTINGNYA MASALAH BAGI STAKEHOLDER (TINGKAT

KETERTARIKAN)

TINGGI

TINGGI

B A A

C B A

C C B

MENENGAH

MENENGAH RENDAH

RENDAH

TINGKAT PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP MASALAH

(21)

PERANGKAT 2. NEED ASSESSMENT

1. PROFIL DESA/KELURAHAN

2. FASILITAS/SARANA PUBLIK

1.

2.

3.

4.

5.

Desa/Kelurahan

Kecamatan Kabupaten Koordinat GPS Website

No.

1.

JENIS

FASILITAS/SARANA ADA/TIDAKA DA FUNGSI LAYANAN AKTIF TIDAK AKTIF

Kecamatan 2. Bidan Desa 3. Balai Desa 4. kantor PKK 5. Kantor Polisi 6. Puskesmas

7. Kantor Satgas PPA 8. Lembaga Bantuan Hukum/ Paralegal

9. Fasilitas Lainnya:

3. STRUKTUR APARATUR DESA/KELURAHAN

NO NAMA POSISI JENIS KELAMIN AGAMA SUKU

(22)

3. STRUKTUR APARATUR DESA/KELURAHAN

No. Nama Posisi Jenis Kelamin Agama Suku

4. DEMOGRAFI DESA

No. Uraian

a. Jumlah Penduduk b. Anak di bawah 6 tahun c. 6-12 tahun

d. 13-15 tahun e. 16-18 tahun f. 19-35 tahun g. 36-50 tahun h. 50 tahun ke atas i. Jumlah penyandang

disabilitas

j. Jumlah perempuan kepala keluarga

Jumlah Perempuan Laki-laki

5. TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

No. Uraian

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA/SMK 5. DOPLOMA/S1 6. S2

7. S3

8. LAINNYA JUMLAH

Jumlah Perempuan Laki-laki

(23)

No. Nama Kelompok Kegiatan Frekuensi Pertemuan

Jumlah

Anggota Perempuan Laki-laki 6. PEKERJAAN

7. DAFTAR KEGIATAN KEAGAMAAN DAN BUDAYA

No. Uraian Mendukung Mengurangi

8. DAFTAR KEBIASAAN/BUDAYA MASYARAKAT YANG MENDUKUNG DAN MENGURANGI KBG

9. DAFTAR KEJADIAN KBG YANG PERNAH TERJADI

No. Uraian

1. PNS

2. TNI/POLRI 3. BURUH

4. PELAKU UMKM

5. IBU RUMAH TANGGA JUMLAH

Jumlah Perempuan Laki-laki

No. Jenis Kasus Tanggal/Bulan Kejadian Keterangan Kejadian Metode Penyelesaian Formal Informal

(24)

No. Nama Tokoh Jenis Kelamin (L/P)

Nama Kelompok/

Organisasi

Peran di

Komunitas No. Kontak 10. DAFTAR KELOMPOK/ORANG/TOKOH MASYARAKAT YANG MENJADI RUJUKAN DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN DI KOMUNITAS

No. Nama Warga Jenis Kelamin (L/P)

Peran di Kampung

11. DAFTAR WARGA POTENSIAL YANG MENJADI CHAMPION/TOKOH KUNCI YANG DIJADIKAN CONTOH BAIK

(25)

PERANGKAT 2.1 SUMBER DAYA YANG DIMILIKI DESA BERPOTENSI/

SUDAH ADA MENGADVOKASI HAK-HAK PEREMPUAN

No. Keterangan Input

1. Sumber daya manusia

2. Budaya

3. Nilai-nilai agama 4. Sumber daya lainnya 5. Lainnya: ...

Uraian

(26)

PERANGKAT 3. LOGFRAME

TUJUAN/CAPAIAN KEGIATAN KELUARAN/HASIL

KEGIATAN INDIKATOR WAKTU

KEGIATAN INPUT 1. Nama Kegiatan

2. Nama Kegiatan 3. Nama Kegiatan

Capaian 2

Capaian 3 Capaian 1

(27)

Tantangan/Hambatan:

1 2

PERANGKAT 4.1 LAPORAN KEGIATAN

Nama Kegiatan:

Waktu dan Tanggal Kegiatan:

Nama Tempat:

Jumlah Peserta yang Hadir L: P:

Ringkasan Hasil Kegiatan:

Ringkasan Proses Kegiatan:

Rencana Kegiatan Penanggung Jawab Target Waktu Pelaksanaan 1

2 3

Rencana Tindak Lanjut:

Lampiran Foto Kegiatan:

(28)

PERANGKAT 4.2 DAFTAR HADIR

Nama Kegiatan : Waktu & Tanggal : Tempat Kegiatan :

No NAMA JK

(L/P) NAMA LEMBAGA JABATAN NOMOR KONTAK ALAMAT

EMAIL

TANDA TANGAN

(29)

PERANGKAT 4.3 LAPORAN INFORMASI PENYELESAIAN KASUS KBG (sifat: SANGAT RAHASIA)

1 NAMA SAMARAN 2 USIA

3 JENIS KELAMIN 4 PEKERJAAN

1 NAMA SAMARAN 2 USIA

3 JENIS KELAMIN 4 PEKERJAAN

1 WAKTU KEJADIAN

2 PENYEBAB KEKERASAN

3 BENTUK KEKERASAN

4 TIPE PENYELESAIAN (PENJARA, MEDIASI, KEKELUARGAAN, DLL)

5 PROSES PENYELESAIAN

6 HAMBATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN

7 TEROBOSAN DALAM PENYELESAIAN

IDENTITAS KORBANA

IDENTITAS PELAKU

INFORMASI PENYELESAIAN KASUS

Untuk menjaga kerahasiaan, maka harap menuliskan nama samaran baik untuk korban maupun pelaku

(30)

PERANGKAT 5. TABEL PERFORMA INDIKATOR

NoKegiatanTanggal Monitoring Update mengenai pencapaiankeluaran/hasil kegiatan Update mengenai kontribusi pencapaian tujuan/capaian Keterangan

(31)

PERANGKAT 6. BASELINE KASUS KBG

Silakan tuliskan Keterangan (tambahan);baik kejadian maupun penyelesaianya

Baru

Berulang

Fisik

Seksual

Psikologis

Eksploitasi/ perdagangan manusia Penelantaran

Penanganan pengaduan

Layanan kesehatan

Konseling Psiko-sosial

Layanan/Bantuan Hukum

Ekonomi

Shelter (termasuk Rumah aman) Hotlines/telepon

Lainya

Pribadi/kekeluargaan

kepolisian

Pengadilan

Tertunda/belum selesai

Tidak ada informasi

Pokja Damai

P2TP2A/UPTD PPA

Polisi

Rumah Sakit

Puskesmas

Lembaga bantuan hukum

Konselor terla�h

Paralegal terla�h

0000000000000000000000000000 Jenis layanan yang diberikanTipe penyelesaian kasusPenyedia layananTipe kekerasanTipe Kasus PL(P) 0-12(P) 13-18(P) 19-50 (P) di ata50 (L) 0-12(L) 13-18 (L)19-50 (L) di atas50

�dak sekolah

SDSLTPSLTAS1S2ISKAPRHIBUKHC

LAIN-LAIN:

Baru

Berulang

Fisik

Seksual

JUMLAH000000000000000000000000000 NOTanggal Kejadian Jenis Kelamin

Nama Korban (Samaran)

Tipe kTipe KasusAgama/KepercayaanUmurPendidikan

Desa..., ... 2021

Petugas Pengisi DataKetua RT/RW/Kepala Desa

(32)

PERANGKAT 7. LEMBAR EVALUASI

3. Keberhasilan apa saja yang sudah dicapai dalam program perlindungan perempuan dan anak?

4. Faktor-faktor apa saja yang mendukung pencapaian/keberhasilan program?

5. Apa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program? Bagaimana mengatasi tantangan tersebut?

1. Tanggal Evaluasi:

2. Nama dan Jabatan/Posisi yang terlibat evaluasi

No. Nama Posisi Nomor Kontak

(33)

6. Perubahan-perubahan apa yang terjadi di masyarakat terkait dengan usaha-usaha penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak?

7. Apakah penggunaan mekanisme informal/tradisional masih dilakukan dalam menyelesaikan kasus-kasus KBG? Mohon dijelaskan kasus-kasusnya dan bagaimana mekanisme penyelesaiannya.

8. Bagaimana dukungan pemerintah desa/kelurahan damai terhadap pelaksanaan program perlindungan perempuan dan anak? Mohon diuraikan bentuk dukungannya.

(34)

LAMPIRAN 2

FORMAT KRONOLOGIS KASUS

I. Identitas Para Pihak

II. Uraian Peristiwa*

Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat : 1. Korban

Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat :

...,...**

(...)***

2. Pelaku

KRONOLOGIS KASUS

(35)

Apa: Menerangkan tentang apa yang terjadi pada korban. Misalnya korban mengalami kekerasan seksual.

Siapa: Menerangkan tentang siapa yang menjadi korban, siapa yang melalukan (pelaku), siapa saja yang mengetahui, melihat atau mendengar terjadinya kekerasan (saksi), dan pihak lain.

Informasi tentang siapa tidak terbatas pada nama saja tetapi identitas yang lainnya, misalnya: ibu Tina, umur -/+ 50 tahun, guru mengaji korban yang tinggal di sebelah rumah pelaku, mendengar pelaku memanggil nama korban pada saat itu. Saksi tidak melihat korban masuk kerumah pelaku.

Kapan: Menerangkan tentang waktu terjadinya kekerasan, termasuk pra dan pasca peristiwa. Misalnya, pada tanggal 5 Februari 2021, pukul 14.00 WIB, pelaku memanggil korban untuk masuk ke rumah korban kemudian pelaku mencabuli korban.

Penulisan mengenai waktu sebaiknya dibuat berurutan, dengan menggunakan metode alur sejarah. Penulisan dapat dimulai dari waktu kejadian yang terbaru ke yang kejadian paling lama atau sebaliknya.

Contoh penulisan uraian peristiwa dengan menggunakan metode alur sejarah:

Pada bulan Oktober 2020, korban berkenalan dengan pelaku melalui facebook.

Pada tanggal 25 Desember 2020, Pelaku mengajak korban untuk merayakan malam pergantian tahun bersaama.

Pada tanggal 31 Desember 2020, pukul 13.00 WIB, korban meminta ijin kepada orang tuanya untuk pergi ke rumah temannya karena akan mengadakan acara tahun baruan bersama.

Pada pukul 15.00 WIB, pelaku dan korban bertemu untuk pertama kalinya di alun-alun.

Pada pukul 19 WIB, pelaku mengajak korban ke rumah temannya dengan alasan akan bergabung bersama teman-teman pelaku untuk merayakan malam tahun baru.

Pada pukul 20 WIB, pelaku dan korban bertemu teman-teman pelaku di salah satu rumah teman pelaku. Di rumah tersebut ada 5 orang teman pelaku dan semuanya adalah laki-laki. Awalnya korban merasa tidak nyaman dan meminta kepada pelaku untuk pulang saja, tetapi teman-teman pelaku mengatakan bahwa sebentar lagi akan ada beberapa teman perempuan mereka yang akan datang. Korban ditawari untuk makan dan minum yang tersedia di ruangan tersebut.

Pelaku mengambil sebuah gelas dan menuangkan minuman dari botol minuman softdrink serta menyodorkan minuman tersebut kepada korban. Setelah meminumnya, korban merasa pusing dan tidak sadar.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Keterangan:

(*) Uraian Peristiwa diisi dengan informasi:

(36)

Mengapa: menerangkan mengapa terjadi kekerasan. Misalnya: Sebelum mencabuli korban, pelaku menonton video porno yang baru saja dikirim temannya melalui whatsApp. Ketika melihat korban bermain sendiri di halaman rumah pelaku, pelaku tidak dapat mengontrol hasrat seksualnya, kemudian memanggil korban ke dalam rumah korban dan mencabuli korban.

Bagaimana: menerangkan tentang uraian kejadian. Misalnya, korban sedang bemain sendiri di halaman rumah pelaku. Kemudian, pelaku memanggil korban sembari memperlihatkan permen dan mengajak korban untuk masuk ke rumahnya. Setelah sampai didalam rumah, pelaku mengajak korban ke kamar pelaku dengan alasan untuk mengambil permen dan uang yang akan diberikan kepada korban. Sesampai korban di kamar pelaku, pelaku mencabuli korban dan setelah mengancam pelaku untuk tidak bercerita kepada orang tuanya. Jika korban bercerita, orangtuanya akan mati ditangkap hantu.

Penulisan kronologis dikerjakan bersama-sama dengan korban, seluruh informasi yang ditulis dalam kronologis kasus harus disetujui korban. Bila perlu, korban dapat membubuhkan nama dan tanda tangannya dalam dokumen kronologis kasus. Penulisan kronologis kasus dapat berkembang sesuai dengan informasi tambahan yang baru disampaikan korban setelah penulisan kronologis selesai. Artinya, pada saat penulisan kronologis awal, korban belum menyampaikan informasi tambahan karena lupa atau karena masih ingin menyimpannya dan baru menyampaikan setelah kronologis kasus selesai dibuat.

Metode penulisan kronologis dengan alur sejarah akan membantu korban untuk mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi serta pihak-pihak yang membacanya lebih mudah memahami uraian peristiwa yang terjadi.

(**) Mencantumkan, tempat dan waktu korban bercerita kepada Pendamping.

Misalnya, Malang, 15 Februari 2021.

Keesokan harinya, pada tanggal 1 Januari 2021, saat korban terbangun, korban mendapati dirinya telah tidak berpakaian lengkap dan ada pelaku yang sedang tidur disampingnya. Korban membangunkan pelaku dan mempertanyakan apa yang terjadi semalam. Pelaku dengan santainya menyatakan bahwa korban dan pelaku sama-sama mabuk dan tidak sadar apa yang terjadi. Pada saat korban buang air kecil, korban merasakan perih pada alat kelaminnya.

Siang hari, pelakumengantar korban sampai ke alun-alun dan tidak bersedia mengantar korban ke rumahnya karena pelaku sudah ditunggu keluarganya.

Pada tanggal 2 Januari 2021, korban tidak berani keluar kamar dan masih merasa sakit pada alat kelaminnya. Setelah didesak ibunya, korban bercerita tentang kejadian yang dialaminya di rumah teman pelaku.

g.

h.

i.

(***) Mencantumkan nama dan tandatangan Pendamping yang menulis kronologis kasus.

(***) Mencantumkan nama dan tandatangan Pendamping yang menulis kronologis kasus.

(37)

(***) Mencantumkan nama dan tandatangan Pendamping yang menulis kronologis kasus.

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah meminta bantuan untuk pendampingan kasus kekerasan ..., yang saya alami kepada Pokja/Satgas Desa/Kelurahan ... Kec... Kab... Provinsi...

Bahwa untuk kepentingan penanganan dan advokasi penanganan kasus, saya telah menyerahkan keterangan dan data-data berupa... Melalui surat ini, saya menyatakan tidak keberatan dan menyetujui penggunaan dan penyebaran data-data saya oleh Pokja/Satgas kepada pihak-pihak lain untuk kepentingan penanganan dan advokasi kasus kekerasan yang saya alami.

Demikianlah surat persetujuan ini saya buat dalam keadaan sehat dan sadar, tanpa ada tekanan, paksaan atau ancaman dari pihak lain.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NIK : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat :

..., ...

Yang membuat persetujuan,

(...)

Surat Persetujuan

(38)

PERTANYAAN SURVEI

1. Nama desa : 2. Nama dusun : 3. RT : 4. RW : 5. Jenis kelamin:

• Perempuan • Laki-laki • Transgender

6. Usia:

• 19-50 tahun • Di atas 50 tahun

7. Pendidikan formal terakhir:

• SD • SMP • SMA

Selamat Pagi/Siang, Bapak/Ibu/ Saudara yang terhormat,

Saat ini desa/kelurahan kita sedang menjalankan program aksi rencana desa/kelurahan damai yang bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan dalam menjaga kerukunan dan perdamaian di lingkungan sekitar.

Salah satu program desa/kelurahan damai adalah memastikan adanya sistem dan mekanisme perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan berbasis gender. Melalui survei ini diharapkan kita dapat mengetahui gambaran mengenai kekerasan berbasis gender yang ada di desa/kelurahan damai.

Survei ini hanya ditujukan bagi responden berusia dewasa di atas 18 tahun dan merupakan anggota warga desa/kelurahan damai. Kami berharap dukungan dari Bapak/Ibu/ Saudara agar program desa/kelurahan damai ini sukses dilaksanakan dan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Kami sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam pengambilan data ini. Semua informasi yang kami kumpulkan akan kami gunakan sepenuhnya untuk kepentingan pengembangan program desa/kelurahan damai.

Atas bantuan, partisipasi dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Salam,

Tim Pokja Desa/Kelurahan Damai LAMPIRAN 3

DAFTAR PERTANYAAN

PENGANTAR

Informasi dasar mengenai responden:

• Diploma/S1

• S2

• S3

(39)

Definisi: Kekerasan berbasis gender adalah tindakan-tindakan yang membahayakan dan mencelakakan yang ditujukan pada seseorang oleh karena identitas gender/jenis kelaminnya. Kekerasan ini berakar pada ketidaksetaraan gender, penyalahgunaan kekuasaan dan norma-norma yang merugikan.

Bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender di sekitar kita.

(40)
(41)
(42)
(43)

Silakan tuliskan Keterangan (tambahan);baik kejadian maupun penyelesaianya Layanan kesehatan

Konseling Psiko-sosial

Layanan/Bantuan Hukum

Ekonomi

Shelter (termasuk Rumah aman) Hotlines/telepon

Lainya

Pribadi/kekeluargaan

kepolisian

Pengadilan

Tertunda/belum selesai

Tidak ada informasi

Pokja Damai

P2TP2A/UPTD PPA

Polisi

Rumah Sakit

Puskesmas

Lembaga bantuan hukum

Konselor terla�h

Paralegal terla�h

00000000000000000000 Jenis layanan yang diberikanTipe penyelesaian kasusPenyedia layanan

(44)
(45)

50

JUMLAH000000

(46)

Jenis Kelamin Nama Korban (Samaran)

Umur

(47)

WAHID FOUNDATION

Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Pegangsaan, Jakarta Pusat 10320 [email protected]

www.wahidfoundation.org www.peacevillage.id

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melihat bahwa, perilaku pada remaja disebabkan oleh beberapa hal, dan dapat digolongkan dalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari

Narasumber yang merupakan guru bahasa Indonesia saat pembelajaran menggunakan K13 sebagai metode pengajaran, namun untuk menambah pemahaman siswa terhadap materi

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh variabel keamanan, kesadaran masyarakat, pungutan liar, sumber daya manusia, dan sumber daya alam terhadap pendapatan

Namun secara lebih terperinci bertujuan untuk: (1) menjelaskan peta musik pop Indonesia dalam kera ngka besar industri budaya, (2) menjelaskan bentuk startegi pasar

!rinsip kerja aliran udara pada A* *entral sebenarnya hampir sama saja dengan  prinsip kerja aliran udara pada A* /plit yaitu udara dari ruangan di hisap, udara

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Han et .al (2012), yang menyatakan bahwa Komitmen Afektif yang dimiliki karyawan lebih cenderung menunjukkan keterikatan secara

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil