2 MODUL PELATIHAN BERPIKIR
POSITIF UNTUK SURVIVOR BIPOLAR
Disusun oleh :
Andhita Dyorita Kh., S.Psi, M.Psi, Psikolog Annisa Warastri., S.Psi, M.Psi, Psikolog
Program Studi S1 Psikologi
Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3 MODUL PELATIHAN BERPIKIR POSITIF
UNTUK SURVIVOR BIPOLAR
Penulis :
Andhita Dyorita Kh., S.Psi, M.Psi, Psikolog
Editor :
Annisa Warastri., S.Psi, M.Psi, Psikolog
Desain Cover:
Moh. Syahrul Anam
4 KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan Modul Berpikir Positif untuk Survivor Bipolar, tidak lupa sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat.
Gangguan Bipolar merupakan gangguan mood yang menyebabkan seseorang mempunyai kondisi depresi dan mania. Kondisi tersebut secara teori dapat diprediksi, tapi realitanya, kondisi setiap survivor bipolar berbeda-beda. Beberapa ada yang mengalami depresi dan mania dengan jarak waktu yang pasti. Tetapi banyak juga yang sangat sulit memprediksi kapan episode depresi dan mania akan datang. Saat depresi seseorang selalu mengalami distorsi kognitif dan bahkan sampai mempunyai keinginan bunuh diri. Sedangkan saat dalam kondisi mania, seseorang cenderung merasa bahagia tapi tidak terkontol sehingga sering melakukan tindakan impulsif.
Modul ini disusun untuk membantu survivor bipolar agar bisa berlatih menerapkan pola pikir yang positif. Pikiran yang positif diaharapkan dapat membantu survivor untuk bisa menerima dirinya yang sudah terdiagnosa bipolar dan juga untuk menjaga mood agar tidak mudah mengalami kekambuhan baik dalam episode depresi atau mania.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul pengembangan berpikir positif untuk survivor bipolar. Semoga modul ini dapat meningkatkan penerimaan diri para survivor bipolar dan psikolog klinis dalam membantu survivor untuk meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Penulis Andhita Dyorita Kh.,S.Psi, M.Psi, Psikolog
5 I. Latar Belakang
Gangguan Bipolar atau yang biasa disebut dengan Gangguan Mood mempunyai dua fase yaitu fase depresi dan fase mania. Fase depresi berpusat pada emosi dimana emosi seseorang berada dalam kondisi kesedihan yang sangat ekstrim, sedangkan serta kondisi sangat senang secara berlebihan dan mudah terstimulus atau yang biasa disebut dengan kondisi mania. Iis Inayati, wakil dekan I Fakultas Kedokteran Unjani menyampaikan bahwa Word Health Organization (WHO) mengestimasikan beban penyakit akibat depresi di tahun 2020 berada di peringkat ke-2 dan di tahun 2030 berada di peringkat ke-1 (www.tribunjabar.com). Baik kondisi mania maupun depresi tentu sangat membahayakan kondisi ODB karena saat kondisi mania, seseorang bisa nekat melakukan hal-hal ekstrim sedangkan pada kondisi depresi seorang ODB mempunyai faktor resiko bunuh diri yang cukup tinggi, Ada sekitar 15%
hingga 20% ODB yang mengalami kematian akibat bunuh diri (www.lifestyle.kompas.com). Berdasarkan survey yang dilakukan di lapangan, menunjukan bahwa sebagian besar survivor belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mengalami gangguan Bipolar. Beberapa anggota komunitas bipolar mengaku bahwa mereka sering bertanya-tanya mengapa harus dirinya yang mengalami bipolar, merasa dirinya baik-baik saja tanpa perlu pengobatan, masih denial dengan kondisi diri dan lain-lain sehingga terkadang survivor enggan untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater dengan rutin. Survivor bipolar banyak yang mengalami distorsi kognitif.
Distorsi kognitif adalah kesalahan logika dalam berpikir, serta kecenderungan berpikir yang berlebihan serta tidak rasional. Apabila dibiarkan, kesalahan ini akan menjadi kebiasaan, mempengaruhi kondisi emosi kita, serta termanifestasi dalam perilaku. Hal tersebut tentu sangat berbahaya bagi survivor bipolar, karena dengan terus mengalami distorsi kognitif maka dirinya sulit untuk mencapai kestabilan. Bahkan lebih rentan mengalami kekambuhan. Oleh karena itu survivor harus dibiasakan untuk melakukan pemberdayaan diri, salah satunya dengan berpikir positif.
Elfiky (2009) menjelaskan bahwa berpikir positif adalah suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi yang dihadapi. Hal ini
6 menjadikan pelatihan berpikir positif bisa menjadi salah satu alternatif terapi psikis untuk penanganan masalah individu maupun kelompok, dengan cara mengubah cara berpikir individu yang negatif menjadi positif. Program pelatihan berpikir positif ini menggunakan beberapa sesi praktek games yang merupakan integrasi dari teori aspek-aspek berpikir positif menurut Albrecht (1980) dengan teori A-B-C- Ellis. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang, B adalah keyakinan individu tentang A, dan C yakni reaksi emosional (Corey, 2010).
Fitri (2007) mengungkapkan bahwa dengan berpikir positif akan memunculkan: optimis, harapan positif, berbaik sangka (khusnudzan), mengambil hikmah (pelajaran) dari setiap peristiwa. Keadaan-keadaan optimis, berbaik sangka dan mengambil hikmah tersebut sebagai bentuk- bentuk respon terhadap berbagai keadaan, baik keadaan yang menyenangkan (baik) maupun yang tidak menyenangkan (buruk). Hal itu bertujuan agar individu yang berpikir positif akan segera menyudahi perasaan-perasaan kecewa, menyesal, diganti dengan upaya berbenah diri dengan menyadari posisi, peran, dan tanggung jawabnya sesuai dengan pilihan hidup dan keberadaannya di tengah lingkungannya
Dalam hal ini, survivor Bipolar dalam Komunitas Bipolar care Indonesia Yogyakarta yang selama ini menyimpan rasa kekhawatiran pada dirinya sendiri terkait sakitnya, serta memiliki pemikiran yang negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain diharapkan untuk bisa berpikir secara positif, sehingga survivor bipolar bisa lebih positif dalam memandang diri dan hidupnya, serta dapat mensyukuri dan menerima diri mereka sebagai seorang survivor bipolar. Dengan begitu, survivor bipolar bisa menyadari akan pentingnya pengobatan dan terapi, baik terapi psikologis maupun terapi farmaka.
II. Tujuan Pelatihan Berpikir Positif
Melatih peserta untuk mengubah pemikirannya yang negatif menjadi positif dengan tujuan agar mereka bisa memiliki harapan yang positif (Positive Expectation), mampu untuk afirmasi diri (Self Affirmation), dapat memberikan
7 pernyataan yang tidak menilai (Non Judgmental Talking), dan bisa menyesuaikan diri terhadap kenyataan (Reality Adaptation).
III. Materi Kegiatan
Pertemuan 1: Pengenalan awal mengenai berpikir positif dan penyampaian materi mengenai pikiran mempengaruhi emosi (perasaan)
IV. Peserta
Survivor Bipolar dalam Komunitas Bipolar Care Indonesia (BCI) simpul Yogyakarta yang sesuai dengan kriteria penelitian
V. Metode Pelatihan
Konsep pelatihan ini yaitu experiental learning dengan metode yang digunakan berupa ceramah, praktek (ice breaking dan games), diskusi kelompok, worksheet, pemutaran video, serta evaluasi.
VI. Trainer
Psikolog klinis yang berkompeten dibidangnya.
VII. Alokasi Waktu
Waktu secara keseluruhan untuk menyelenggarakan pelatihan yaitu 4 hari (8 jam)
VIII. Waktu Pelatihan
Hari / tanggal : Sabtu, Senin, Rabu, dan Sabtu (13, 15, 17 dan 19 Juli 2019)
Waktu : 4 hari (8 jam)
Tempat : Hotel Grand Sarila Yogyakarta
Fasilitas pelatihan : Snack; Laptop dan Proyektor; Modul, Materi, Kertas Buram Presentasi; Lembar Form Games, serta
Peralatan Games
8 JADWAL PELATIHAN BERPIKIR POSITIF
Pertemuan / Sesi Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
I / (1) Pembukaan, perkenalan, dan doa 15’
I / (2) Ice Breaking 1 10’
I / (3) Penjelasan mengenai berpikir positif 30’
I / (4) Penjelasan mengenai pikiran mempengaruhi emosi (perasaan) 35’
I / (5) Games 1 “MENGENAL DIRI SENDIRI ...” 30’
II / (1) Ice Breaking 2 10’
- Istirahat -
II / (2) Games 2 “Affirmasi Diri” (Bercermin) 40’
II / (3) Games 3 “Harapan yang Positif”(Melempar Bola) 40’
II / (4) Ice Breaking 1 10’
II / (5) Pemutaran Video ““Kekuatan Berpikir Positif” dan “Jangan Mudah Berprasangka Buruk”
20’
III / (1) Ice Breaking 2 10’
III / (2) Games 4 “Pernyataan yang Tidak Menilai”
(Menggambarkan Fisik Teman)
40’
- Istirahat -
III / (3) Games 5 “Penyesuaian Diri Terhadap Kenyataan”
(Menebak Pipa PVC/pralon berlubang)
40’
III / (4) Evaluasi 15’
III / (5) Penutupan dan doa 15’
9 DETAIL PELAKSANAAN
PELATIHAN BERPIKIR POSITIF
KEGIATAN TUJUAN Metode Perlengkapan PIC
Pembukaan,
perkenalan, dan doa I / (1)
- Membantu peserta memahami serangkaian pelatihan yang akan dilaksanakan
- Peserta lebih bisa mengenal satu sama lain
- Pelatihan bisa berjalan dengan Lancar
Ceramah dan Berdoa Bersama
Name Tag dan Modul Trainer, Asissten trainer
Ice Breaking 1 I / (2)
- Mencairkan suasana
- Membangkitkan semangat para peserta
Praktek Ice Breaking
Laptop dan Proyektor, Modul
Trainer, Observer Penjelasan mengenai
berpikir positif I / (3)
Membantu peserta memahami tentang berpikir positif (definisi, aspek-aspek, dan manfaat berpikir positif)
Ceramah Laptop dan Proyektor, Modul, Materi
Trainer, Asissten trainer, Observer
Penjelasan mengenai pikiran
mempengaruhi emosi (perasaan)
I / (4)
Membantu peserta memahami keterkaitan antara pikiran dengan emosi yang dialaminya terhadap suatu peristiwa
Ceramah Laptop dan Proyektor, Modul, Materi, Lembar Worksheet
Trainer, Asissten trainer, Observer
10 Games 1
“MENGENAL DIRI SENDIRI ...”
I / (5)
Membantu peserta untuk memahami kelebihan dan kekurangan dalam dirinya masing-masing, serta mengenal respon (pikiran dan emosi) yang muncul terhadap suatu peristiwa.
Ceramah, Praktek Games, Worksheet
Laptop dan Proyektor, Modul, Lembar Form Games 1, Kertas HVS
Warna
Trainer, Asissten trainer, Observer
Ice Breaking 2 II / (1)
- Mencairkan suasana
- Membangkitkan semangat para peserta
Praktek Ice Breaking
Modul Trainer,
Observer
Games 2
“Affirmasi Diri”
II / (2)
Membantu peserta untuk lebih memfokuskan pada kekuatan dan kelebihan yang ada dalam diri masing-masing peserta
Ceramah, Praktek Games
“Bercermin”, Worksheet
Laptop dan Proyektor, Kertas Buram Presentasi, Modul, Cermin, Lembar Form
Games 2
Trainer, Asisten trainer, Observer
Games 3
“Harapan yang Positif”
II / (3)
Membantu peserta untuk lebih berkonsentrasi pada kesuksesan, memecahkan masalah, serta berani dalam menghadapi tantangan
Ceramah, Praktek Games “Melempar
Bola”, Worksheet
Laptop dan Proyektor, Modul, Bola dan Keranjang, Kertas Buram Presentasi, Lembar Form Games 3.1
dan Lembar Form Games 3.2
Trainer, Asisten trainer, Observer
Ice Breaking 1 II / (4)
- Mencairkan suasana
- Membangkitkan semangat para Peserta
Praktek Ice Breaking
Modul Trainer,
Observer
11 Pemutaran Video
“Kekuatan Berpikir Positif” dan “Jangan Mudah Berprasangka Buruk”
II / (5)
Memberikan contoh kepada para peserta mengenai kekuatan berpikir positif dan contoh mengenai
prasangka buruk
Audio Visual, Ceramah, Diskusi
Laptop dan Proyektor, Modul
Trainer, Asisten trainer, Observer
Ice Breaking 2 III / (1)
- Mencairkan suasana
- Membangkitkan semangat para Peserta
Praktek Ice Breaking
Modul Trainer,
Observer Games 4
“Pernyataan yang Tidak Menilai”
III / (2)
Mengajarkan peserta untuk tidak terlalu mudah menilai negatif terhadap segala sesuatu hal
Ceramah, Praktek Games, Worksheet
Laptop dan Proyektor, Modul, Kertas Buram Presentasi, Lembar
Form Games 4
Trainer, Asisstent trainer, Observer
Games 5
“Penyesuaian Diri Terhadap
Kenyataan”
III / (3)
Mengajarkan peserta agar mereka bisa terlatih untuk menyesuaikan diri dari penyesalan dan menghindari menyalahkan diri sendiri
Ceramah, Praktek Games, Worksheet
Laptop dan Proyektor, Kertas Buram Presentasi, Modul, Pipa PVC (pralon) berlubang, Lembar Form Games 5
Trainer, Asisten trainer, Observer
Evaluasi III / (4)
Untuk megetahui sejauh mana peserta benar-benar paham mengenai berpikir positif setelah mengikuti serangkaian proses pelatihan
Ceramah, Diskusi, Pengisian Lembar
Evaluasi
Lembar Evaluasi Trainer, Asisten trainer, Observer
Penutupan dan doa III / (5)
Mengakhiri serangkaian proses pelatihan berpikir positif dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi para peserta
Ceramah, Berdoa Bersama
- Trainer
12 Pertemuan I
• SESI 1 : Pembukaan, Perkenalan, dan Doa
1. Tujuan
a. Membantu peserta memahami serangkaian pelatihan yang akan dilaksanakan b. Peserta lebih bisa mengenal satu sama lain
c. Pelatihan bisa berjalan dengan lancar 2. Waktu
Senin, 15 Juli 2019 (10 menit) 3. Metode
Ceramah dan Berdoa Bersama 4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Name Tag, Modul 5. Prosedur
a. Trainer membuka sesi acara pelatihan dengan diawali doa bersama, perkenalan diri beserta timnya, serta memberikan penjelasan tentang tujuan diadakannya pelatihan
b. Trainer meminta peserta pelatihan untuk memasang name tag yang sudah dibagikan sambil memperkenalkan diri masing-masing
c. Trainer juga meminta peserta untuk mengisi lembar informed consent yang telah dibagikan yang berisi tentang pernyataan persetujuan peserta untuk mengikuti pelatihan
13
• SESI 2 = Ice Breaking 1
1. Tujuan
a. Mencairkan suasana
b. Membangkitkan semangat para peserta
2. Waktu
Senin, 15 Juli 2019 (15 menit) b. Metode
Praktek Ice Breaking c. Alat dan Bahan Modul
d. Prosedur
a. Trainer memberikan contoh kepada para peserta gerakan ice breaking dengan menyanyikan lagu “Kalau Kau Suka Hati” dengan mengubah liriknya bagian tepuk tangan.., diubah secara bergantian dan acak menjadi tepuk kaki..,. tepuk kepala..., tepuk jidat..., dsb.
Berikut ini lirik lagu dan gerakannya:
“Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok prok”
“Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok prok”
“Kalau kau suka hati mari kita lakukan, Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok
prok”
b. Trainer kemudian mengajak para peserta untuk mempraktekan ice breaking secara bersama-sama
c. Praktek ice breaking ini dilakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang bereda-beda dan tempo lagu yang semakin dipercepat hingga suasananya mulai mencair
14
• SESI 3 = Penjelasan mengenai berpikir positif
1. Tujuan
Membantu peserta dalam memahami definisi, aspek-aspek, serta manfaat berpikir positif 2. Waktu
Senin, 15 Juli 2019 (30 menit) 3. Metode
Ceramah
4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul, Materi 5. Prosedur
a. Asissten trainer membagikan lembar materi berpikir positif kepada peserta
b. Trainer kemudian menyampaikan materi tentang berpikir positif (definisi, aspek- aspek, dan manfaat berpikir positif) kepada peserta
c. Selesai penyampaian materi, peserta kemudian diberikan kesempatan untuk bertanya kepada trainer apabila masih ada yang kurang paham
15
• SESI 4: Penjelasan mengenai pikiran mempengaruhi emosi (perasaan)
1. Tujuan
Membantu peserta untuk memahami keterkaitan antara pikiran dengan emosi yang dialaminya terhadap suatu peristiwa
2. Waktu
Senin, 15 Juli 2019 (35 menit) 3. Metode
Ceramah
4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul, Materi, Lembar Worksheet 1 dan Lembar Worksheet 2 5. Prosedur
a. Asissten trainer membagikan lembar worksheet 1 kepada para peserta untuk dikerjakan, kemudian dibahas bersama-sama
b. Asisten trainer membagikan lembar materi kepada peserta mengenai pikiran mempengaruhi emosi (perasaan)
c. Trainer menyampaikan materi tentang pikiran mempengaruhi emosi (perasaan) d. Selesai penyampaian materi, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya kepada
trainer apabila masih ada yang kurang paham
e. Asisten trainer selanjutnya membagikan lembar worksheet 2 kepada para peserta untuk dikerjakan, kemudian dibahas bersama-sama
16
• SESI 5 = Games 1 “MENGENAL DIRI SENDIRI ...”
1. Tujuan
Membantu peserta untuk memahami kelebihan dan kekurangan dalam dirinya masing- masing, serta mengenal respon (pikiran dan emosi) yang muncul terhadap suatu peristiwa.
2. Waktu
Senin, 15 Juli 2019 (30 menit) 3. Metode
Ceramah, Praktek games 4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul, Lembar Form Games 1, Kertas HVS Warna 5. Prosedur
a. Trainer meminta peserta untuk menuliskan 3 kelemahan (sifat) yang ada dalam dirinya pada lembar form games 1
b. Peserta juga diminta untuk menuliskan 3 kelebihan (sifat) yang ada dalam dirinya pada lembar form games 1
c. Selesai dikerjakan, trainer meminta para peserta untuk masing-masing menyimpan lembar form games 1
d. Kemudian, asissten trainer membagikan kertas HVS warna yang sudah bertuliskan nama peserta lainnya kepada masing-masing peserta
e. Masing-masing peserta diminta untuk mengisi kelebihan-kelebihan serta kelemahan- kelemahan peserta lainnya yang sudah tercantumkan nama pesertanya dikertas HVS tersebut
f. Selesai dikerjakan, masing-masing peserta diminta mengumpulkan lembar HVS-nya tersebut untuk selanjutnya dibacakan oleh masing-masing peserta
g. Peserta diminta menebak/tunjuk jari untuk mengetahui milik siapa kertas HVS yang telah dibacakannya tersebut untuk dikembalikan ke masing-masing peserta
h. Trainer kemudian mengajak masing-masing peserta untuk bersama-sama membandingkan kelebihan dan kelemahannya menurut versi diri sendiri dengan versi teman-temannya berdasarkan hasil pengisiannya
• Menurut diri sendiri vs menurut teman distorsi .
17 Pertemuan II
• SESI 1 = Ice Breaking 2
1. Tujuan
a. Mencairkan suasana
b. Membangkitkan semangat para peserta
2. Waktu
Rabu, 17 Juli 2019 (10 menit) 3. Metode
Praktek Ice Breaking 4. Alat dan Bahan
Modul
5. Prosedur
a. Trainer memberikan contoh kepada para peserta, lagu beserta gerakannya seperti berikut:
“Topi saya bundar ...” (gerakan: tangan menunjuk kepala, menunjuk ke aku, mengembangkan tangan membulat)
“Bundar topi saya ....” (gerakan: mengembangkan tangan membulat, menunjuk kepala, menunjuk ke aku)
“Kalau tidak bundar, bukan topi saya ....” (gerakan: tangan dadah, mengembangkan tangan membulat.... tangan dadah, menunujuk kepala, menunjuk ke aku)
b. Trainer kemudian mengajak para peserta untuk mempraktekan ice breaking secara bersama-sama
c. Praktek ice breaking ini dilakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang berbeda-beda dan tempo lagu yang semakin dipercepat hingga suasananya mulai mencair
18
• SESI 2 = Games 2 “Affirmasi Diri”
1. Tujuan
Membantu peserta untuk lebih memfokuskan pada kekuatan dan kelebihan yang ada dalam diri masing-masing peserta
2. Waktu
Rabu, 17 Juli 2019 (40 menit) 3. Metode
Ceramah, Praktek Games “Bercermin”
4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul, Kertas Buram Presentasi, Cermin, Lembar Form Games 2
5. Prosedur
a. Asissten trainer menyiapkan cermin dan lembar form games 2
b. Peserta diminta untuk maju kedepan sambil dihadapkan cermin oleh asissten trainer c. Sembari tetap dihadapkan cermin, trainer meminta peserta untuk membayangkan
kekurangan-kekurangannya saja yang ada didalam dirinya seperti yang telah dituliskan sebelumnya pada lembar form games 1. Kemudian, trainer menanyakan kepada peserta:
“Sekarang coba anda bayangkan sosok diri anda dengan berbagai kelemahan yang anda miliki..”, “apa yang muncul dalam pikiran anda?”, “kemudian bagaimana perasaan anda?”
(Peserta diminta untuk membayangkan dan menjawabnya didalam hati)
d. Selanjutnya, sembari tetap dihadapkan cermin, trainer meminta peserta untuk membayangkan kelebihan-kelebihannya saja yang ada didalam dirinya seperti yang telah dituliskan sebelumnya pada lembar form games 1. Kemudian, trainer menanyakan kepada peserta:
“Sekarang coba anda bayangkan sosok diri anda dengan berbagai kelebihan yang anda miliki...”, “apa yang muncul dalam pikiran anda?”, “kemudian bagaimana perasaan anda?”
(Peserta diminta untuk membayangkan dan menjawabnya didalam hati)
19 e. Peserta kemudian diminta untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing sambil
dibagikan lembar form games 2 oleh asissten trainer untuk dikerjakan
f. Langkah-langkah tersebut dilakukan oleh masing-masing peserta secara bergantian (langkah b hingga e)
g. Selesai dilakukan games, kemudian trainer mengajak para peserta untuk membahas dan mengambil kesimpulan secara bersama-sama, sebagai berikut: (sembari dituliskan oleh asissten trainer dikertas buram presentasi)
1. Bagaimana dampak yang dirasakan para peserta setelah memfokuskan kekurangan- kekurangan yang dimiliki
2. Bagaimana dampak yang dirasakan para peserta setelah memfokusan kelebihan- kelebihan yang dimiliki
3. Bagaimana perbandingan emosi yang dirasakan setelah membayangkan kekurangan-kekurangan dalam diri dengan emosi yang dirasakan setelah membayangkan kelebihan-kelebihan dalam diri? Lebih dirasa nyaman yang mana?
(peserta kemudian diarahkan untuk mengenal pikiran dan perasaannya saat memfokuskan hanya pada kelebihan-kelebihannya saja)
4. Memberikan penjelasan kepada para peserta bahwa kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri masing-masing peserta dianggap sebagai suatu situasi (A:
Antecedent), kemudian munculah reaksi emosi/perasaan kita saat itu (C:
Consequences) akibat dari pikiran otomatis kita yang muncul saat membayangkan situasi tersebut (B: Belief)
20
• SESI 3 = Games 3 “Harapan yang Positif”
1. Tujuan
Membantu peserta untuk lebih berkonsentrasi pada kesuksesan, memecahkan masalah, serta berani dalam menghadapi tantangan
2. Waktu
Rabu, 17 Juli 2019 (40 menit) 3. Metode
Ceramah, Praktek Games “Melempar Bola”
4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Kertas Buram Presentasi, Modul, Bola dan Keranjang, Lembar Form Games 3.1 dan Lembar Form Games 3.2
5. Prosedur
a. Asissten trainer menyiapkan bola dan keranjang, serta membagikan lembar form games 3.1 dan lembar form games 3.2 kepada masing-masing peserta
b. Trainer meminta salah satu peserta maju kedepan untuk melakukan permainan melempar bola
c. Penetapan jarak antara posisi berdirinya peserta dengan posisi keranjang ditetapkan sendiri oleh peserta sampai benar-benar merasa yakin bahwa bola yang akan dilemparnya tidak mungkin berhasil masuk ke keranjang. Kemudian, peserta diminta untuk mulai melemparkan bolanya
d. Trainer meminta para peserta untuk mengamati peserta tersebut dalam pelemparan bola yang pertama, sebagai berikut:
caranya melempar bola, kuat lemahnya lemparan bola, dan hasil lemparan bolanya (seberapa jauh melesatnya). Kemudian, para peserta diminta untuk mengisi lembar form games 3.1
e. Peserta tetap diminta untuk berdiri diposisi yang sama setelah melemparkan bolanya tersebut
f. Kemudian, trainer memberikan keyakinan kepada peserta tersebut hingga muncul keyakinan didalam dirinya bahwa ia bisa berhasil untuk melemparkan bola yang kedua kalinya ke keranjang
21 g. Peserta kemudian melemparkan bolanya ke keranjang dengan penuh keyakinan h. Trainer meminta peserta lainnya untuk mengamati peserta tersebut dalam pelemparan
bola yang kedua, sebagai berikut:
caranya melempar bola, kuat lemahnya lemparan bola, dan hasil lemparan bolanya (seberapa jauh melesatnya dan berhasil tidaknya bola masuk kekeranjang). Kemudian, para peserta diminta untuk mengisi lembar form games 3.1
i. Khusus bagi peserta pertama, diminta untuk mengulangi sekali lagi melempar bola I (tanpa keyakinan) dan melempar bola II (penuh keyakinan), kemudian trainer meminta peserta tersebut untuk membandingkan pikiran (B) dan perasaan (C) apa yang muncul pada saat mau melemparkan bola I dan saat mau melemparkan bola II untuk dibahas secara bersama-sama dengan peserta lainnya.
j. Asissten trainer menuliskan hasil pembahasannya tersebut dikertas buram presentasi
k. Langkah-langkah tersebut dilakukan oleh masing-masing peserta secara bergantian (langkah b,c,e,f,g)
l. Asissten trainer membagikan lembar form games 3.2
m. Trainer kemudian memberikan contoh kasus, seperti berikut:
“Apabila dalam waktu dekat ini anda akan menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional), maka bagaimana perasaan anda? Apa yang anda pikirkan sehingga muncul perasaan yang demikian?
n. Kemudian, peserta diminta untuk mengisi dilembar form games 3.2: ( - ) tidak ada harapan, ( + ) setelah muncul harapan positif
o. Diakhir sesi games ini, trainer mengajak para peserta untuk membahas bersama-sama dan mengambil kesimpulan bahwa setiap individu yang memiliki harapan positif demi mencapai kesuksesan dikarenakan adanya pemikiran (B) yang positif terhadap suatu peristiwa dimasa mendatang (A), sehingga memunculkan emosi (C) yang positif pula.
22
• SESI 4 = Ice Breaking 1
1. Tujuan
a. Mencairkan suasana
b. Membangkitkan semangat para peserta
2. Waktu
Rabu, 17 Juli 2019 (10 menit) 3. Metode
Praktek Ice Breaking 4. Alat dan Bahan Modul
5. Prosedur
a. Trainer memberikan contoh kepada para peserta gerakan ice breaking dengan menyanyikan lagu “Kalau Kau Suka Hati” dengan mengubah liriknya bagian tepuk tangan.., diubah secara bergantian dan acak menjadi tepuk kaki..,. tepuk kepala..., tepuk jidat..., dsb.
Berikut ini lirik lagu dan gerakannya:
“Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok prok”
“Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok prok”
“Kalau kau suka hati mari kita lakukan, Kalau kau suka hati tepuk ... (sambil pegang anggota tubuh yang disebukan), prok prok
prok”
p. Trainer kemudian mengajak para peserta untuk mempraktekan ice breaking secara bersama-sama
q. Praktek ice breaking ini dilakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang bereda-beda dan tempo lagu yang semakin dipercepat hingga suasananya mulai mencair
23 SESI 5 = Pemutaran Video ““Kekuatan Berpikir Positif” dan “Jangan Mudah
Berprasangka Buruk”
1. Tujuan
Memberikan contoh kepada para peserta mengenai kekuatan berpikir positif dan contoh mengenai prasangka buruk
2. Waktu
Rabu, 17 Juli 2019 (20 menit)
3. Metode
Audio Visual, Ceramah, diskusi 4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul 5. Prosedur
a. Trainer menyampaikan kepada peserta bahwa akan ada 2x pemutaran video dan meminta peserta untuk menyimak dengan seksama
b. Asissten trainer memutarkan video pertama “Kekuatan Berpikir Positif” untuk ditonton oleh peserta
c. Selesai diputar, trainer mengajak para peserta untuk mendiskusikan dan membahas isi dari tayangan video tersebut bahwa inti dari pembahasan video pertama yaitu individu yang sudah merasa pesimis untuk bisa memenangkan pertandingan, namun setelah memperoleh masukan positif berupa dukungan, maka dapat membantu individu tersebut untuk bisa berpikir secara positif dan merasa optimis sehingga akhirnya bisa memenangkan pertandingannya.
d. Asissten trainer kemudian memutarkan video kedua “Jangan Mudah Berprasangka Buruk” untuk ditonton oleh peserta pelatihan
e. Selesai diputar, trainer mengajak para peserta untuk mendiskusikan dan membahas isi dari tayangan video tersebut bahwa inti pembahasan video kedua yaitu seorang pemilik toko yang selama ini selalu berprasangka buruk dan membenci orang gila tersebut, ternyata justru orang gila tersebut memiliki niat yang baik selama ini untuk menjaga toko dan melawan seseorang yang berniat mencuri toko tersebut, bahkan
24 sampai tewas terbunuh. Pemilik toko tersebut akhirnya sangat menyesal karena selama ini telah berprasangka buruk dan bertindak semena-mena terhadap orang gila tersebut.
Pertemuan III
• SESI 1 = Ice Breaking 2 1. Tujuan
a. Mencairkan suasana
b. Membangkitkan semangat para peserta 2. Waktu
Jumat, 19 Juli 2019 (10 menit) 3. Metode
Praktek Ice Breaking 4. Alat dan Bahan
Modul 5. Prosedur
a. Trainer memberikan contoh kepada para peserta, lagu beserta gerakannya seperti berikut:
“Topi saya bundar ...” (gerakan: tangan menunjuk kepala, menunjuk ke aku, mengembangkan tangan membulat)
“Bundar topi saya ....” (gerakan: mengembangkan tangan membulat, menunjuk kepala, menunjuk ke aku)
“Kalau tidak bundar, bukan topi saya ....” (gerakan: tangan dadah, mengembangkan tangan membulat.... tangan dadah, menunujuk kepala, menunjuk ke aku)
b. Trainer kemudian mengajak para peserta untuk mempraktekan ice breaking secara bersama-sama
c. Praktek ice breaking ini dilakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang berbeda-beda dan tempo lagu yang semakin dipercepat hingga suasananya mulai mencair
25
• SESI 2 = Games 4 “Pernyataan yang Tidak Menilai.”
1. Tujuan
Mengajarkan peserta untuk tidak terlalu mudah menilai negatif terhadap segala sesuatu hal
2. Waktu
Jumat, 19 Juli 2019 (40 menit)
3. Metode
Ceramah, Praktek Games “Menggambarkan Fisik Teman”
4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Modul, Kertas Koran, Kertas Warna, Kertas HVS Putih, Lembar Form Games 4
5. Prosedur
a. Asissten trainer menunjuk salah satu peserta untuk maju kedepan
b. Trainer memberikan pertanyaan kepada para peserta (sambil menunjukkan peserta yang ada didepan):
“Apa yang bisa kalian gambarkan dari fisik teman kalian ini?” (baik kelemahannya maupun kelebihannya)
(Asissten trainer kemudian menuliskan jawaban para peserta dilembar kertas buram presentasi)
c. Langkah a – b tersebut dilakukan secara bergantian oleh masing-masing peserta d. Trainer kemudian memberikan pertanyaan kepada semua peserta:
“Benar atau tidak setelah kalian melihat kekurangan fisik teman kalian tersebut (sambil menyebut kekurangannya masing-masing subjek), ada kemungkinan kalian langsung berpikir bahwa dia orang yang jelek atau buruk?
e. Trainer selanjutnya mengajak para peserta untuk membahas bersama-sama dari hasil games tersebut bahwa kita tidak perlu mudah menilai sesuatu, tetapi lebih menggambarkan sesuatu tersebut secara apa adanya saja.
• Contoh :
Hidung memiliki fungsi untuk bernafas.
26 1. - Kalau digambarkan (B) : “hidungnya dia mancung”, “hidungnya dia pesek”
- Kalau dinilai (B), bisa berpengaruh pada emosinya (C) :
a. “Dia ganteng dan pasti banyak yang naksir karena hidungnya mancung.”
(B) “sedih/kagum” (C)
b. “Aku gak suka dia soalnya jelek, pesek sih hidungnya.” (B)
“kecewa” (C)
f. Trainer kemudian memberikan pertanyaan kepada para peserta (sembari asissten trainer membagikan lembar form games 4)
“Ada seorang cowok yang tidak dikenal menyapa kita “Assalamualaikum” saat sedang lewat didepan kita...”, “Pikiran apa yang muncul dalam benak kita saat itu juga?”, “Bagaimana reaksi emosi (perasaan) yang muncul?”
g. Kemudian, peserta diminta untuk mengisi dilembar form games 4:
(+) kalimat berupa penggambaran (B), (-) kalimat berupa penilaian (B) emosi (C).
h. Di akhir sesi games ini, trainer mengajak para peserta untuk membahas dan menyimpulkan bersama-sama bahwa apabila kita berada dalam situasi tertentu, kita tidak boleh langsung menilainya secara negatif padahal belum mengetahui kebenarannya secara pasti. Cukuplah menggambarkan dari luarnya saja sehingga diharapkan kita bisa bersikap “netral” atas situasi yang terjadi.
• Contoh dari kasus diatas:
- Kalau digambarkan (B) : “dia menyapaku”
- Kalau dinilai (B) : “cowok itu kok genit banget sih nyapa-nyapa padahal nggak pernah kenal” emosi (C): “kesel/marah”
• SESI 3 = Games 5 “Penyesuaian Diri Terhadap Kenyataan”
1. Tujuan
Mengajarkan peserta agar mereka bisa terlatih untuk menyesuaikan diri dari penyesalan dan menghindari menyalahkan diri sendiri
2. Waktu
Jumat, 19 Juli 2019 (40 menit) 3. Metode
Ceramah, Praktek games “Menebak Pipa PVC (pralon)”
27 4. Alat dan Bahan
Laptop dan Proyektor, Kertas Buram Presentasi, Modul, Pipa PVC (pralon) berlubang 5. Prosedur
a. Asissten trainer menyiapkan pipa PVC (pralon)
b. Trainer kemudian bertanya kepada para peserta “apa yang muncul dalam pikiran kalian setelah melihat pipa PVC (pralon) yang sudah berlubang ini?”, sambil menunjukkan pipa PVC (pralon) yang berlubang tersebut kepada para peserta
c. Disaat masing-masing peserta sudah menjawab, trainer kemudian memberikan penjelasan kepada peserta bahwa respon yang diberikan oleh masing-masing peserta bisa berbeda-beda dikarenakan pikiran yang muncul (B) dari masing-masing peserta terhadap pipa PVC (pralon) berlubang tersebut juga berbeda-beda. Cara berpikir yang muncul apakah pipa PVC (pralon) berlubang tersebut masih berguna atau sudah tidak berguna?
d. Trainer kemudian mengajak para peserta membahas bersama-sama dengan meminta masing-masing peserta untuk membayangkan apabila mereka memposisikan dirinya sendiri sebagai pipa PVC (pralon) berlubang tersebut. Kekurangan yang ada dalam diri masing-masing peserta tersebut membuat mereka merasa tidak berguna atau membuat mereka semakin bersemangat dan tetap bangkit dengan menerima diri sendiri apa adanya
e. Hasil pembahasan dituliskan oleh asissten trainer dikertas buram presentasi
f. Selesai dibahas bersama-sama, asissten trainer membagikan lembar form games 5 kepada semua peserta
g. Pada lembar tersebut, peserta diminta untuk mengisi:
1. Tabel 1 kolom peristiwa negatif (A), kemudian kolom pikiran berupa “penyesalan”
(B), emosi (C), serta tindakan.
2. Tabel 2 kolom peristiwa negatif (A), kemudian kolom pikiran berupa “apa yang harus saya lakukan” (B), emosi (C), serta tindakan.
(Tuliskan peristiwa yang sama pada tabel 1 dan tabel 2)
h. Diakhir sesi games ini, trainer kemudian mengajak para peserta untuk membahas dan menyimpulkan bersama-sama bahwa kita diharapkan untuk bisa menyesuaikan diri terhadap situasi yang terjadi tanpa perlu menyesali diri sendiri. Sebaiknya bisa terima
28 apa adanya dan mengambil hikmah dari peristiwa yang pernah kita alami, kemudian bangkit dan tetap bersemangat dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Sama halnya kalian sebagai anak panti, misalnya karena ayah ibu sudah meninggal, kita tidak bisa menyesali kondisi terus-menerus dan berharap bisa seperti dahulu kala saat bapak ibu masih hidup. Akan tetapi, sudahi rasa penyelasan tersebut dan terima kondisi apa adanya saat ini, fokus dan lakukan hal yang terbaik untuk masa depan.
• SESI 4 = Evaluasi
1. Tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana peserta benar-benar paham mengenai berpikir positif setelah mengikuti serangkaian proses pelatihan
2. Waktu
Jumat, 19 Juli 2019 (15 menit) 3. Metode
Ceramah, Diskusi, Pengisian Lembar Evaluasi 4. Alat dan Bahan
Lembar Evaluasi 5. Prosedur
a. Asissten trainer membagikan lembar kerja evaluasi untuk diisi oleh para peserta pelatihan
b. Trainer memberikan intruksi cara pengerjaannya
c. Beberapa peserta juga diminta untuk mengungkapkan saran dan kesan selama mengikuti pelatihan
29
• SESI 5: Penutupan dan Doa
1. Tujuan
Mengakhiri serangkaian proses pelatihan berpikir positif dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi para peserta
2. Waktu
Jumat, 19 juli 2019 (15 menit) 3. Metode
Ceramah, berdoa bersama 4. Alat dan Bahan
-
5. Prosedur
a. Trainer meminta beberapa peserta untuk memberikan kesimpulan selama mengikuti proses pelatihan berpikir positif
b. Trainer mengakhiri rangkaian pelatihan dan memimpin doa bersama sebagai penutup serangkaian proses pelatihan
30 LAMPIRAN
(TRAINER)
31 MATERI 1
Berpikir Positif
i. Apa itu Berpikir Positif?
- Muallifah (2009) :
Berpikir positif merupakan salah satu cara berpikir yang lebih baik menekankan pada hal-hal yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi yang dihadapi.
- Chatton (2016) :
Berpikir positif adalah cara pandang seseorang dalam melihat suatu hal dari sisi positifnya atau mencari hal-hal positif dari setiap peristiwa sehingga mengarahkan seseorang untuk bertindak dan menghasilkan tindakan-tindakan yang positif pula.
- Canfield (2016) :
Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) perkembangan pikiran.
ii. Aspek-Aspek Berpikir Positif
Menurut Albrecht (1980) berpikir positif terdiri dari empat aspek, yaitu:
a. Harapan yang positif (Positive Expectation)
Individu mempengaruhi kesuksesan diri sendiri dan mulai melakukannya dengan berkonsentrasi pada kesuksesan, optimisme, pemecah masalah, dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.
32 b. Afirmasi diri (Self Affirmation)
Memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini individu menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri.
c. Pernyataan yang tidak menilai (Non Judgmental Talking)
Suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif.
d. Penyesuaian diri terhadap kenyataan (Reality Adaptation)
Mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri.
iii. Manfaat berpikir positif
Menurut Tilong (2015) ada beberapa manfaat berpikir positif, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Membantu pikiran rileks
Berpikir positif akan membuat pikiran individu menjadi lebih rileks karena semua ketegangan bisa dihapus dengan mudah. Selain itu, berpikir positif juga akan menyingkirkan kekhawatiran dan stres yang tidak perlu. Dengan berpikir positif, pikiran individu akan lebih damai karena tidak akan berada dalam tekanan apa pun. Inilah yang kemudian menyebabkan mental individu menjadi lebih santai sehingga membawa kedamaian dalam hidup individu.
b. Bisa mengatur waktu lebih baik
Pada penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa berpikir positif juga bisa meningkatkan fokus atau konsentrasi dan mengambil keputusan yang benar. Maka, dengan meningkatnya fokus dan kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, maka pikiran individu
33 akan lebih terorganisir. Hal ini akan membantu individu untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan individu yang dicintai.
c. Menjadi pemberani
Ketika individu berpikir negatif, maka banyak emosi negatif yang muncul, seperti rasa takut. Dengan berpikir positif ini, individu akan mampu mengusir dan menghilangkan rasa takut dan digantikan dengan keberanian. Sebagaimana diketahui bahwa keberanian berasal dari kenyataan bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup, inidvidu dapat menghadapinya. Selain itu, individu yang memiliki pikiran positif juga akan menjadi berani dalam mengambil risiko dan mengatasi setiap risiko yang datang.
d. Memiliki banyak teman
Tidak diragukan lagi bahwa ketika individu berpikir positif, maka akan banyak individu lain yang akan menyukai. Individu lain akan merasa tertarik dan senang dekat dengan individu tersebut. Ketertarikan individu lain juga disebabkan karena individu dengan pikiran positif akan terhindar dari pikiran jahat dan buruk tentang temannya. Itulah alasan individu yang berpikir positif akan cenderung mempunyai banyak teman karena individu tersebut bisa menciptakan kerukunan sehingga siapa pun yang berteman dan dekat dengan individu tersebut akan merasa nyaman.
e. Hubungan keluarga dan pasangan yang harmonis
Tidak hanya memiliki teman yang lebih banyak, orang yang berpikiran positif juga akan membuat individu mempunyai hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga. Hal itu karena individu dengan pikiran positif bebas dari pikiran negatif sehingga tidak ada kecurigaan dalam bentuk apa pun terhadap pasangan maupun keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan hubungan pasangan dan keluarga lebih dan akan harmonis karena individu tersebut hidup dalam kondisi yang bebas dari berbagai prasangka negatif.
f. Mengatasi masalah dengan tepat
Individu yang berpikir positif bisa mengatasi masalah dengan baik dan tepat. Hal ini karena individu tersebut akan berpikir dengan menggunakan kepala dingin sehingga akan mudah menemukan solusi-solusi strategis yang dibutuhkan. Individu berpikir positif akan senantiasa menggunakan energi yang dimilikinya dengan baik untuk mencari jalan terbaik dari masalah yang dihadapinya. Hal ini
34 berbeda halnya dengan orang yang berpikir negatif, energi yang dimiliknya akan digunakan untuk memikirkan hal-hal yang kurang berguna sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah dengan tepat.
g. Terhindar dari ceroboh
Individu yang berpikiran positif juga akan selalu berpikir dengan kepala dingin sehingga pikiran-pikrannya sangat jitu. Ini menghindarkan individu dari tindakan-tindakan yang ceroboh dalam mengambil keputusan yang berpotensi merugikan diri individu sendiri. Berbeda halnya dengan individu yang berpikir negatif, biasanya individu tersebut berpikir tidak terarah dan kacau balau sehingga cenderung tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
h. Hidup lebih terarah
Berpikiran positif juga dapat membuat kehidupan individu lebih terasa karena memiliki fokus. Karena dengan adanya rasa optimis dalam diri, individu tersebut akan tahu cara yang terbaik dalam menjalani hidup. Individu tersebut juga akan mengerti apa saja dan dengan cara apa untuk mencapai target yang pencapaian dalam hidupnya. Dengan begitu, individu tersebut akan memiliki hidup yang lebih karena lebih terarah.
i. Menjadi diri sendiri
Individu yang berpikir positif adalah individu yang selalu berusaha menjadi diri sendiri sehingga mempunyai pandangan dan pendirian yang bagus. Individu tersebut tidak akan menjadi individu lain atau mengekor atau meniru pada individu lain karena individu umumnya tidak menginginkan hal seperti itu. Mengapa bisa demikian? Perlu diketahui bahwa dengan berpikir positif, individu akan selalu bersyukur terhadap apa pun yang ada dalam diri individu tersebut. Bahkan individu-individu seperti ini juga menjadikan kelebihan yang dimiliki sebagai kekuatan. Tidak ada rasa ingin meniru kekuatan atau ikut-ikutan individu lain, apa lagi menjadi seperti individu lain.
35 i. Pribadi yang pantang menyerah
Banyak individu dalam menghadapi sesuatu, semangatnya mudah luntur bahkan gampang menyerah. Hal seperti biasa terjadi karena individu-individu seperti ini umumnya adalah individu-individu yang mempunyai pemikiran yang sempit. Bahkan bisa dipastikan, individu adalah individu-individu yang berpikir negatif sehingga semangatnya mudah goyah.
Bagi individu yang berpikiran positif, semangatnya tidak akan mudah luntur. Sebab, individu-individu ini adalah pribadi yang pantang menyerah dalam menghadapi atau meraih sebuah tujuan. Hal ini karena mempunyai pikiran optimis yang akan memberikan dorongan dan semangat tersendiri untuk individu tersebut. Bahkan jika sekalipun individu seperti ini terjatuh, maka akan dengan cepat bangkit kembali sampai berhasil mewujudkan semua tujuan dan cita-citanya. Kegagalan yang mungkin terjadi tidak dipandang sebagai sebuah musibah, tetapi motivasi yang mampu membangkitkan semangat lebih kuat lagi, ini sama sekali berbeda dengan individu yang berpikir negatif. Pikiran pesimis akan dipandang sebagai sebuah musibah sehingga membuat individu tersebut akan berhenti mencobanya kembali.
j. Memiliki sikap lapang dada
Individu yang berpikir positif dan optimis selalu menerima terhadap apa pun sehingga senantiasa sabar, tidak menyerah, tidak kecewa, tidak kesal, dan tidak sedih saat harapannya belum bisa tercapai. Sebab prinsipnya, boleh gagal hari ini tetapi tidak dengan besok karena masih banyak kesempatan untuk meraihnya kembali.
36 MATERI 2
Pikiran Mempengaruhi Emosi (Perasaan)
> - Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan merasakan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun emosi negatif
- Beberapa pikiran dapat menyebabkan perasaan (emosi-emosi) negatif, sementara pikiran-pikiran yang lain membantu kita mencapai perasaan (emosi) yang lebih baik
- Individu yang dapat memberikan penilaian positif terhadap situasi akan mengembangkan respon emosi yang positif pula, sebaliknya individu yang memberikan penilaian negatif terhadap situasi yang dihadapi akan mengembangkan emosi yang negatif pula
- Pikiran dan emosi adalah dua aspek psikologi yang berbeda. Tetapi kedua aspek ini dapat berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga membentuk ciri khas pada individu tersebut
PIKIRAN
PERISTIWA EMOSI
37
➢ Dasar Teori Kepribadian ABC Ellis:
A: Activiting events (situasi/peristiwa yang terjadi)
B: Belief system (pikiran/keyakinan yang muncul akibat dari peristiwa tersebut) C: Consequence (emosi yang muncul)
• A: Activiting events (peristiwa atau situasi), meliputi:
Berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, baik peristiwa yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.
• B: Belief system (pikiran otomatis yang mucul), meliputi:
Pikiran-pikiran otomatis yang muncul membantu kita untuk mentafsirkan dunia disekitar kita, menggambarkan apa yang sedang terjadi, dan mencoba untuk memahami itu dengan membantu kita menafsirkan peristiwa, pemandangan, suara, bau, dan perasaan.
Pikiran secara otomatis bisa muncul begitu saja dibenak kita terhadap terjadinya suatu peristiwa.
• C: Consequence (emosi/perasaan yang muncul), meliputi:
Emosi yang dialami oleh individu satu dengan individu lainnya bisa berbeda-beda, meskipun peristiwa (A) yang dialamimya sama. Hal ini terjadi karena emosi yang dialami masing-masing individu tergantung pada pikiran otomatis yang muncul dalam diri kita bukan tergantung pada peristiwanya.
38
➢ BAGAN TEORI ABC ELLIS
A B C
(active event) (belief) (consequence: emotion dan behaviour) - Ketika kejadian yang memicu (A) sesuai harapan Bagus
- Ketika kejadian yang memicu (A) tidak lagi sesuai harapan Irasionalitas atau tidak keberfungsian psikologis dengan baik
>
➢
Situasi / Peristiwa (A) - - Apa situasinya?
- - Apa yang terjadi?
- - Kapan itu terjadi?
- - Apa lagi yang terjadi?
- - Apakah anda sering menemukan diri anda dala situasi seperti itu?
- - Anda dengan siapa?
Pikiran (B)
- Pikiran atau gambar yang ada dalam pikiran anda sebelum atau selama waktu itu?
- Apa yang mengganggu anda?
- Jika anda memiliki pikiran itu, apa artinya bagi anda, atau apa yang dikatakan tentang anda atau situasi?
- Jika pikiran anda adalah pertanyaan, coba untuk menjawabnya Emosi (C)
39
CONTOH 1 :
• Sekarang silahkan anda bayangkan:
“Anda menyukai salah satu teman anda dan mencoba memulai menyapanya, namun orang yang disapa bersikap cuek”
Maka, jantung anda berdebar keras dan telapak tangan anda juga berkeringat, namun anda memberanikan diri menyapanya” “hai…!!!”.
➢ Pertanyaannya: “Apa yang anda rasakan saat itu? Marah? Sedih? atau Malu?”...
“Kenapa respon emosinya tiap orang bisa berbeda-beda?
- Perasaannya Marah →>> karena muncul Pikiran = ”Astaga, dia benar-benar orang yang tidak sopan, mengabaikan saya begitu saja padahal saya sudah beritikad baik?”.
- Perasaannya Sedih →>> karena muncul Pikiran = “Kok responnya kurang menyenangkan ya, sepertinya dia tidak menyukai saya”
- Perasaannya Malu →>> karena muncul Pikiran = “Ternyata dia nyuekin saya, mau taruh dimana muka saya ini”
- Emosi yang menyedihkan seperti apa yang anda rasakan?
- Apa perasaan anda? Contoh: cemas, takut, marah, depresi, frustasi, bersalah, malu, marah, sedih, kecewa, dsb
40 Situasi / Peristiwa (A)
Pikiran (B) Pikiran (B) Pikiran (B)
Emosi (C) Emosi (C) Emosi (C)
Ilustrasi penggalan peristiwa diatas menunjukkan bahwa “betapa besar pengaruh pikiran kita terhadap emosi kita”.
Berdasarkan kasus diatas: peristiwanya sama, namun respon emosi tiap-tiap orang bisa berbeda-beda, dikarenakan pikiran yang muncul dari tiap-tiap orang juga berbeda (pikiran sebagai sumber utama).
Dalam kejadian sehari-hari, kedua hal ini sangat dominan dalam membentuk arah persepsi dan tingkah laku seseorang.
“Menyukai seorang teman dan mencoba memulai menyapanya, namun orang yang disapa bersikap cuek”
Marah Sedih Malu
”Astaga, dia benar-benar orang yang tidak sopan, mengabaikan saya begitu
saja, padahal saya sudah beritikad baik?”
“Kok responnya begitu ya, sepertinya dia tidak menyukai saya”
“Ternyata dia nyuekin saya, udah terlanjur nyapa pula. Mau taruh dimana muka saya ini”
41
➢ CONTOH WORKSHEET 1:
Situasi / Peristiwa (A)
Pikiran (B) Pikiran (B) Pikiran (B)
Emosi (C) Emosi (C) Emosi (C)
“Rini mengikuti lomba nyanyi disekolahnya, ia berharap bisa meraih juara pertama. Akan tetapi, ternyata Rini hanya mendapatkan juara 3”
Marah Kecewa Malu
”Dasar, jurinya gak adil banget. Suara saya yang paling
bagus kok bisa-bisanya dia yang menang.”
“Ya, Allah kenapa kok saya belum bisa jadi juara ya. Padahal usaha saya udah
maksimal.”
“Mau taruh dimana muka saya ni, kok banyak banget gini ya penontonnya. Padahal saya kalah.”
42
➢ CONTOH WORKSHEET 2:
Situasi / Peristiwa (A)
Pikiran (B) Pikiran (B) Pikiran (B)
Emosi (C) Emosi (C) Emosi (C)
“Pujaan hati anda berjalan melewati anda tanpa menoleh sedikitpun kepada anda sama sekali”
Marah Sedih Netral
“Kurangajar, jelas-jelas dia lewat didepan saya tapi gak mau ngeliatin saya sama sekali,
sombong banget”
“Ya Allah kenapa dia nggak mau ngeliatin saya, apa karena saya jelek ya”
“Dia kayaknya memang ndag liat saya deh, wajar juga sih kalau nggak
nyapa”
43 FORM GAMES 1 (“MENGENAL DIRI SENDIRI”)
3 kekurangan (negatif) 3 kelebihan (positif) 9nzjdbasjdjw
- ----jkjkji3qj SAYA ITU....
-
-
-
-
-
-
44 LEMBAR HVS WARNA
Inisial Nama Peserta Lain
(INISIAL9IJIH
9
45 FORM GAMES 2 “AFFIRMASI DIRI”
Pikiran (B)
Kekurangan / Situasi (A)
Emosi (C) -
- - - - - - -
46
Pikiran (B)
Kelebihan / Situasi (A)
Emosi (C) -
- - - - - - -
47 FORM GAMES 3.1 (“HARAPAN YANG POSITIF”)
Nilai Skala (Sebelum Melempar Bola) Nilai Skala (Setelah Melempar Bola)
“Harapan Positif”
(setelah muncul
keyakinan)
*NB : Nilai skala 1-10 1 = nilai terendah 2 = nilai tertinggi
- Cara melempar bola =
- Kuat lemahnya lemparan bola =
- Hasil lemparan bola (seberapa jauh melesatnya) =
- -
- Cara melempar bola =
- Kuat lemahnya lemparan bola =
- Hasil lemparan bola (seberapa jauh melesatnya) =
- -
48 FORM GAMES 3.2 (“HARAPAN YANG POSITIF”)
Pikiran (B)
Peristiwa / Situasi (A)
*NB: ( - ) tidak ada harapan, ( + ) setelah muncul harapan positif Emosi (C) Dalam waktu dekat ini akan menghadapi UAN (Ujian Akhir
Nasional)
( - )
( + )
( - )
( + )
49 FORM GAMES 4 (“PERNYATAAN YANG TIDAK MENILAI”)
Kalimat berupa penggambaran:
Peristiwa / Situasi (A)
Kalimat berupa penilaian:
Emosi
Ada seseorang yang tidak dikenal menyapa kita
“Assalamualaikum” saat sedang lewat didepannya
50 FORM GAMES 5
Tabel 1
Peristiwa negatif (A) Pikiran “berupa penyesalan” (B) Emosi (C) Tindakan
Tabel 2
Peristiwa negatif (A) Pikiran
“apa yang bisa saya lakukan” (B)
Emosi (C) Tindakan
51 LAMPIRAN
(PESERTA)
MATERI 1 Berpikir Positif
52
➢ Apa itu Berpikir Positif?
- Muallifah (2009) :
Berpikir positif merupakan salah satu cara berpikir yang lebih baik menekankan pada hal-hal yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi yang dihadapi.
- Chatton (2016) :
Berpikir positif adalah cara pandang seseorang dalam melihat suatu hal dari sisi positifnya atau mencari hal-hal positif dari setiap peristiwa sehingga mengarahkan seseorang untuk bertindak dan menghasilkan tindakan-tindakan yang positif pula.
- Canfield (2016) :
Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) perkembangan pikiran.
➢ Aspek-Aspek Berpikir Positif
Menurut Albrecht (1980) berpikir positif terdiri dari empat aspek, yaitu:
a. Harapan yang positif (Positive Expectation)
Individu mempengaruhi kesuksesan diri sendiri dan mulai melakukannya dengan berkonsentrasi pada kesuksesan, optimisme, pemecah masalah, dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.
b. Afirmasi diri (Self Affirmation)
Memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini individu menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri.
c. Pernyataan yang tidak menilai (Non Judgmental Talking)
53 Suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif.
d. Penyesuaian diri terhadap kenyataan (Reality Adaptation)
Mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri.
➢ Manfaat berpikir positif
Menurut Tilong (2015) ada beberapa manfaat berpikir positif, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Membantu pikiran rileks
Berpikir positif akan membuat pikiran individu menjadi lebih rileks karena semua ketegangan bisa dihapus dengan mudah. Selain itu, berpikir positif juga akan menyingkirkan kekhawatiran dan stres yang tidak perlu. Dengan berpikir positif, pikiran individu akan lebih damai karena tidak akan berada dalam tekanan apa pun. Inilah yang kemudian menyebabkan mental individu menjadi lebih santai sehingga membawa kedamaian dalam hidup individu.
b. Bisa mengatur waktu lebih baik
Pada penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa berpikir positif juga bisa meningkatkan fokus atau konsentrasi dan mengambil keputusan yang benar. Maka, dengan meningkatnya fokus dan kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, maka pikiran individu akan lebih terorganisir. Hal ini akan membantu individu untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan individu yang dicintai.
c. Menjadi pemberani
Ketika individu berpikir negatif, maka banyak emosi negatif yang muncul, seperti rasa takut. Dengan berpikir positif ini, individu akan mampu mengusir dan menghilangkan rasa takut dan digantikan dengan keberanian. Sebagaimana diketahui bahwa keberanian
54 berasal dari kenyataan bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup, inidvidu dapat menghadapinya. Selain itu, individu yang memiliki pikiran positif juga akan menjadi berani dalam mengambil risiko dan mengatasi setiap risiko yang datang.
d. Memiliki banyak teman
Tidak diragukan lagi bahwa ketika individu berpikir positif, maka akan banyak individu lain yang akan menyukai. Individu lain akan merasa tertarik dan senang dekat dengan individu tersebut. Ketertarikan individu lain juga disebabkan karena individu dengan pikiran positif akan terhindar dari pikiran jahat dan buruk tentang temannya. Itulah alasan individu yang berpikir positif akan cenderung mempunyai banyak teman karena individu tersebut bisa menciptakan kerukunan sehingga siapa pun yang berteman dan dekat dengan individu tersebut akan merasa nyaman.
e. Hubungan keluarga dan pasangan yang harmonis
Tidak hanya memiliki teman yang lebih banyak, orang yang berpikiran positif juga akan membuat individu mempunyai hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga. Hal itu karena individu dengan pikiran positif bebas dari pikiran negatif sehingga tidak ada kecurigaan dalam bentuk apa pun terhadap pasangan maupun keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan hubungan pasangan dan keluarga lebih dan akan harmonis karena individu tersebut hidup dalam kondisi yang bebas dari berbagai prasangka negatif.
f. Mengatasi masalah dengan tepat
Individu yang berpikir positif bisa mengatasi masalah dengan baik dan tepat. Hal ini karena individu tersebut akan berpikir dengan menggunakan kepala dingin sehingga akan mudah menemukan solusi-solusi strategis yang dibutuhkan. Individu berpikir positif akan senantiasa menggunakan energi yang dimilikinya dengan baik untuk mencari jalan terbaik dari masalah yang dihadapinya. Hal ini berbeda halnya dengan orang yang berpikir negatif, energi yang dimiliknya akan digunakan untuk memikirkan hal-hal yang kurang berguna sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah dengan tepat.
g. Terhindar dari ceroboh
Individu yang berpikiran positif juga akan selalu berpikir dengan kepala dingin sehingga pikiran-pikrannya sangat jitu. Ini menghindarkan individu dari tindakan-tindakan yang ceroboh dalam mengambil keputusan yang berpotensi merugikan diri individu