• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SONYA ADRIANA SIPAYUNG NIM. 141000328

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH

SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SONYA ADRIANA SIPAYUNG NIM. 141000328

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 18 Juli 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor- Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2020

Sonya Adriana Sipayung

(6)

iv Abstrak

Tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, dukungan keluarga, serta seberapa lama pasien tersebut telah menjalani hemodialisa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskipif analitik dengan pendekatan kuanitatif untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien hemodialisa berdasarkan usia, jenis kelamin, dukungan keluarga, dan lama menjalani hemodialisa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan sampel sebanyak 45 pasien. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dipengaruhi oleh status pasien baik itu lama dan baru dikarenakan pada pasien baru ditemukan mengalami tingkat kecemasan sedang hingga tingkat kecemasan yang berat. Pasien yang baru menjalani hemodialisa terlihat lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan pasien yang sudah lama. Disarankan untuk Rumah sakit dan pihak keluarga agar lebih memperhatikan dan memberikan dukungan yang lebih bagi pasien terutama pasien yang baru divonis harus rutin menjalani hemodialisa dan pasien yang belum lama menjalani hemodialisa, agar kecemasan tidak memperburuk keadaan pasien tersebut.

Kata kunci: Hemodialisa, rumah sakit, tingkat kecemasan

(7)

Abstract

The level of anxiety in hemodialysis patients is influenced by several factors such as age, gender, family support, and how long these patients have undergone hemodialysis. This type of research is descriptive analytic research with quantitative approach to identify the anxiety level of hemodialysis patients based on age, sex, family support, and duration of hemodialysis. The population in this study were all patients who were undergoing hemodialysis therapy at Santa Elisabeth Hospital in Medan with a sample of 45 patients. Data were collected using questionnaires and analyzed by regression. The results showed that the level of anxiety in hemodialysis patients was influenced by the status of patients both old and new because new patients were found to have moderate levels of anxiety to severe levels of anxiety.

Patients who have just undergone hemodialysis look worse in conditions compared to patients who have been long. It is recommended for hospitals and families to pay more attention and provide more support for patients, especially patients who have just been sentenced to routinely undergo hemodialysis and patients who have recently undergone hemodialysis, so that anxiety does not worsen the patient's condition.

Keywords: hemodialysis, hospital, anxiety level

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

4. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

6. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti.

8. Kepala Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dan para pegawai yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk orang tua, Lerdinson Sipayung dan Magda Purba yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

10. Terkhusus untuk saudara dan saudari tercinta, Theresia Magestika Sipayung dan Melisa Grace Sipayung yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman terdekat, Sandy Pranata Samosir, Eva Canya Lumbangaol, dan Natalia Dewita Purba yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

12. Teman-teman seperjuangan skripsi, Yemima, Romaito, Rima, Widya, Intan, yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab

(10)

viii

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2020

Sonya Adriana Sipayung

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9

Hemodialisa 9

Tujuan Hemodialisa 10

Proses Hemodialisa 10

Alasan Dilakukannya Hemodialisa 10

Frekuensi Hemodialisa 11

Komplikasi Pada Hemodialisa 11

Persiapan Pra Hemodialisa 12

Prosedur Hemodialisa 13

Interpretasi Hasil 15

Diet Untuk Pasien Hemodialisa 15

Kecemasan 16

Tingkat Kecemasan 17

Manifestasi Kecemasan 18

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan 23

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa 26

Alat ukur tingkat kecemasan 29

(12)

x

Metode Penelitian 31

Jenis Penelitian 31

Lokasi dan Waktu Penelitian 31

Populasi dan Sampel 31

Definisi Operasional 32

Metode Pengumpulan Data 33

Metode Pengukuran 34

Metode Analisis Data 35

Hasil Penelitian 36

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 36

Karakteristik Individu pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth

Medan 36

Status Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 38 Dukunggan Keluarga pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth

Medan 38

Kecemasan Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 39 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kecemasan pada

pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 40 Pengaruh Status Pasien terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 40 Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 41 Pengaruh Karakteristik Individu, Status Pasien, dan Dukungan

Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

di RS Santa Elisabeth Medan 41

Pembahasan 48

Pengaruh Variabel Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kecemasan pada pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 48 Pengaruh Variabel Status Pasien terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 49 Pengaruh Variabel Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 51

Keterbatasan Penelitian 53

Kesimpulan dan Saran 54

Kesimpulan 54

Saran 54

Daftar Pustaka 56

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Individu pada Pasien Hemodialisa di RS Santa

Elisabeth Medan 37

2 Status Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 38 3 Dukungan Keluarga pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth

Medan 39

4 Kecemasan Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan 39 5 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien Hemodialisa 40

6 Pengaruh Status Pasien terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien

Hemodialisa 41

7 Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien 41

8 Uji Kolmogorov-Smirnov 42

9 Uji Nilai Tolerance dan VIF 43

10 Uji Glejser 43

11 Hasil Uji Linear Berganda 45

12 Tabel Uji F 46

13 Uji Koefisien Determinasi (R2) 47

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 30

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 59

2 Surat Izin Penelitian 65

3 Surat Selesai Penelitian 66

4 Master data 67

5 Output SPSS 69

6 Dokumentasi Penelitian 74

(16)

xiv Daftar Istilah

HARS Hamilton Anxiety Rating Scale

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Sonya Adriana Sipayung berumur 23 tahun. Penulis lahir di Medan pada tanggal 18 Juni 1996. Penulis beragama Katolik, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Lerdinson Sipayung dan Ibu Magda Purba.

Pendidikan formal dimulai di TK Santo Thomas 1 Medan Tahun 2000.

Pendidikan sekolah dasar di SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2002 – 2008, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan Tahun 2008- 2011, dan sekolah menengah atas di SMA Swasta Santo Thomas 3 Medan Tahun 2011-2014. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2020

Sonya Adriana Sipayung

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Salah satu penyakit yang terus meningkat persentasenya saat ini dan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat adalah penyakit ginjal.

Kekhawatiran masyarakat muncul karena dalam perjalanan penyakit ginjal, pada tahap awal pasien tidak merasakan keluhan apapun. Walaupun tidak memperlihatkan gejala, penyakit ini akan terus berproses secara bertahap selama bertahun-tahun hingga pada akhirnya pasien telah mengalami gagal ginjal pada tahap terminal dan harus menjalani terapi hemodialisa seumur hidup. Sehubungan dengan pennyakitnya, pasien yang menjalani terapi hemodialisa menghadapi masalah-masalah dalam menjalani hidupnya karena membawa beberapa dampak social dan dampak psikologis. Dampak psikologis yang dirasaka pasien tampaknya kurang menjadi pehatian bagi para dokter atupun peawat.

Pada umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis penderita. Keterbatasan dokter dan perawat dalam menggali kondisi psikologis pasien membuat hal ini terkesan kurang diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang sederhana untuk mengetahui kondisi psikologis dalam setting klinis yang nantinya dapat membantu dokter saat berhadapan dengan pasien. Salah satunya adalah menggunakan Alat Ukur Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang telah dirancang untuk digunakan dala setting rumah sakit dan hanya terdiri dari 14 item.

Dengan menggunakan HRS-A, kita dapat mengukur derajat berat ringannya

(19)

gangguan cemas di diharapkan pasien dapat lebih mudah memberikan respon sesuai dengan kondisi yang ia rasakan. Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui gambaran kecemasan pada penderita gagal ginjal kronik yang mengalami terapi hemodialisa serta factor-faktor yang memengaruhinya.

Sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat kepada pasien. (KTI Kebidanan, 2010)

Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolism atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat- zat lain melalui membran semipermiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).

Saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang, pemenuhan kebutuhan dan pemahaman yang lebih baik tentang gagal ginjal dan proses hemodialisa, pasien dapat menjalani gaya hidup yang sehat. Pasien dalam keseharian dapat menjalani aktivitas secara normal dengan pengobatan hemodialisa secara rutin dan teratur. Perlakuan hemodialisa pada pasien dengan gagal ginjal secara ideal sebaiknya dilakukan 2 atau 3 sesi seminggu dengan tiap sesi berlangsung selama kurang lebih 4 jam. (Wirnata,2009)

Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami oleh siapapun akibat stressor yang dihadapi. Kecemasan merupakan suatu kondisi yang muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan atau kurang pengendalian, perasaan kehilangan

(20)

3

fungsi-fungsi dan harrga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi. Perilaku koping seperti mengingkari, marah, pasif atau agresif umum dijumpai pada pasien. Klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa juga akan mengalami tingkat kecemasan yang tinggi yang ditandai dengan perasaan marah, sedih, badan gemetar, lemah gugup, sering mengulangi pertanyaan, dan tanda- tanda vital meningkat. (Grahacendikia, 2009)

Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit gagal ginjal. Menurut data Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi), saat ini di Indonesia terdapat 40 ribu penderita gagal ginjal terminal (GGT). Namun dari jumlah tersebut, hanya sekitar 3 ribu penderita yang bisa menikmati pelayanan cuci darah atau hemodialisa. Sisanya, seolah tinggal menunggu maut. (Karamoy, 2001)

Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari 10 orang dewasa. Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun 2008 jumlah pasien Hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang. Pasin Hemodialisis baru tahun 2008 naik menjadi 2260 orang dari 2148 orang pada tahun 2007 di Indonesia.

Peningkata jumlah penderita gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisa dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang sangat cepat, hal ini berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah tindakan hemodialisa dari tahun ke tahun.

Menurut data pelayanan dialisis Indonesia, sesuai data jumlah kegiatan dialsis yang ditunjukkan oleh salah satu RS milik Depkes dan Pemda telah mencapai

(21)

125.441 tindakan per tahun. (Seolaeman, 2009)

Penelitian sebelumnya tentang kecemasan pernah ditelti oleh Nadia (2007) dengan judul “Kecemasan pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di Laboratorium Dialisis Rumah Sait Pusat TN AU Dr. Esnawan Antariksa”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Gambaran kecemasan berdasarkan gejala-gejala kecemasan, diketahui bahwa respon-respon fisiologi dan psikis. Deskripsi subjek berdasarkan usia diketahui bahwa pada usia 45-55 tahun memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan usia 23-33 tahun dan 34-44 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa subjek berjenis kelamin wanita lebih tinggi kecemasannya dibandingkansubjek berjenis kelammin laki-laki. Berdasarkan bidang pekerjaan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak bekerja, ibu rumah tangga, swasta dan pensiunan PNS.

Berdasarkan lama menderita, subjek yang menderita 1-6 bulan mempuyai kecemasan yang lebih tinggi dibanding subjek yang menderita gagal ginjal kronis selama 7-12 bulan, 13-18 bulan, ataupun 19-24 bulan. Berdasarkan status pernikahan, subjek yang berstatus janda memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang berstatus belum menikah ataupun sudah menikah. Berdasarkan program biaya pengobatan, subjek yang program biaya pengobatan swasta (ditanggung sendiri) mempuyai kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan program biaya Askes (Asuransi Kesehatan), Askeskin (Asuransi Kesehatan Miskin), ataupun Gakin (Keluarga Miskin). (Nadia, 2007).

(22)

5

Seiring dengan adaptasi terhadap penyakit yang diderita, sumber kecemasan subjek pada saat ini yang utama adalah keluarga dengan persentase sebesar 52,5%, kemudian 22,5% subjek menyebutkan masalah yang berkaitan dengan ekonomi, 22,5% subjek menyebutkan Masalah yang berkaitan dengan kematian, 2,5 % menyebutkan masalah yang berkaitan dengan social. (Nadia, 2007)

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan salah satu Rumah Sakit yang memiliki Pelayanan Hemodialisa terhadap pasien. Jumlah tindakan di Pelayanan Hemodialisa baik rawat inap dan rawat jalan pada tahun 2016 terdapat 2290 tindakan, dan pada awal tahun 2017 sampai akhir oktober tercatat ada sebanyak 3252 tindakan hemodialisa terhadap pasien.

Dari observasi awal serta wawancara singkat dengan seorang pasien hemodialisa mengatakan bahwa setiap malam sebelum besoknya berangkat ke Rumah Sakit selalu merasa terbebani dan tidak bisa tenang, hingga selama hemodialisa berlangsung yang kurang lebih 4 sampai 5 jam ia merasa gelisah dan tidak bisa tidur, kalaupun tidur selalu mengalami mimpi buruk bahkan tidak jarang merasa putus asa ingin mengakhiri hidupnya.

Salah seorang pasien mengaku bahwa keluarganya sudah mulai merasa terbebani dan bahkan ada pertikaian-pertikaian hampir setiap sebelum keberangkatannya ke Rumah Sakit untuk melakukan hemodialisa. Hal itu semakin membuat pasien tersebut putus asa karena merasa selalu menyusahkan keluarganya dan ingin mengakhiri hidupnya. Ada juga pasien yang bermasalah

(23)

dalam pengaturan diet makan dikarenakan keluarga dan juga pasien tidak memahami makanan apa yang boleh dan tidak boleh bagi penderita gagal ginjal dalam pelayanan hemodialisa, dimana Pasien sebenarnya sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, untuk memberikan motivasi juga perhatian bagi pasien, sehingga pasien semangat dalam proses hemodialisa dan pelayanan hemodialisa berjalan dengan baik.

Koordinator ruangan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

“Ibu Bayani Rosalina Manullang” mengatakan bahwa rata-rata pasien yang menjalani hemodialisis pasti mengalami kecemasan. Rata-rata pasien tampak tegang dan gelisah saat menjalani hemodialisa apalagi pada pasien lansia, tak jarang mereka mengeluh tidak bisa tidur nyenyak dan lelah menjalani hidup yang harus selalu bergantung pada hemodialisa, mereka merasa sudah cukup tua dan lemah sehingga pasrah untuk tidak mengikuti hemodialisa lagi dan sering bercerita bahwa anaknya tidak ada yang peduli lagi padanya. Pasien yang baru beberapa kali melakukan cuci darah (hemodialisa) cenderung memiliki tingkat kecemasan dan stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang sudah berkali-kali melakukan terapi hemodialisa (Irmawati,2009).

Komplikasi hemodialisa dapat menimbulkan perasaan ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan memengaruhi kualitas hidup pasien. Tindakan hemodialisa secara signifikan berdampak atau memengaruhi kualitas hidup dari pasien diantaranya kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status sosial ekonomi dan dinamikan keluarga (Charuwanno, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka

(24)

7

peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sabagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di rumah sakit Santa Elisabeth Medan

2. Bagaimana pengaruh status pasien terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di rumah sakit Santa Elisabeth Medan

3. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di rumah sakit Santa Elisabeth Medan

4. Bagaimana pengaruh karakteristik individu, status pasien, dan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di rumah sakit Santa Elisabeth Medan

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan khusus dan umum.

Tujuan umum. Diketahuinya faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan pengaruh karakteristik individu terhadap kecemasan pada pasien hemodialisa. .

b. Mendeskripsikan pengaruh status pasien terhadap kecemasan pada pasien

(25)

hemodialisa.

c. Mendeskripsikan pengaruh dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien hemodialisa.

d. Mendeskripsikan pengaruh variabel independen (jenis kelamin, usia,status pasien, dukungn keluarga) secara serempak terhadap variabel dependen ( kecemasan pasien).

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan untuk digunakan sebagai berikut:

Manfaat akademis. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama.

Manfaat praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif bagi pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pelayanan Hemodialisa pada program JKN serta sebagai bahan acuan khususnya bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

(26)

9

Tinjauan Pustaka

Hemodialisa

Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya.Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah melalui “ginjal buatan”. Sampah dan air yang berlebih dibuang dari tubuh selama proses hemodialisa berlangsung,ini biasanya dilakukan oleh ginjal yang fungsinya masih baik.Darah dialirkan melalui ginjal buatan (dialiser) untuk membuang toksin/kelebihan cairan dan kemudian dikembalikan ke vena.Hemodialisa adalah metode yang lebih cepat dan lebih efisien daripada dialisa peritoneal untuk membuang urea dan produk toksin lain,tetapi memerlukan akses AV permanen.

(Doenges, 1999) Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisa yang berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.

Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (Nursalam, 2006). Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa 9emipermea atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, 9emiperm, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui 9emiperm 9emipermeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).

(27)

Tujuan Hemodialisa

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan : a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea,kreatinin,asam urat b. Membuang kelebihan air

c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh e. Memperbaiki status kesehatan penderita

Proses Hemodialisa

Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut:

a. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan didalam dialisat.Semakin tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan kedalam dialisat.

b. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.

c. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia,yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat. (Lumenta, 1996)

Alasan Dilakukannya Hemodialisa

Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

a. Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik) b. Perikarditis (peradangan kantong jantung)

c. Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya

(28)

11

d. Gagal jantung

e. Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah) Frekuensi Hemodialisa

Frekuensi tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika:

a. Penderita kembali menjalani hidup normal b. Penderita kembali menjalani diet yang normal c. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi d. Tekanan darah normal

e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif

Hemodialisa dapat digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal.Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

Komplikasi Pada Hemodialisa

Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah:

a. Hipotensi b. Kram otot

c. Mual dan muntah d. Sakit kepala

(29)

e. Gatal-gatal

f. Demam dan menggigil g. Kejang (Lumenta, 1996) Persiapan Pra Hemodialisa

Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang:

a. Diagnosa penyakit b. Tahap penyakit c. Usia

d. Masalah medis lain e. Nilai laboratorium

f. Keseimbangan cairan dan elektrolit g. Keadaan emosi

Persiapan peralatan. Adapun persiapan peralatan terdiri dari:

a. Jarum arteri

b. Selang normal saline c. Dialiser

d. Bilik drip vena e. Detektor

f. Port pemberian obat

(30)

13

g. Pemantau tekanan arteri h. Pompa darah

i. Sistem pengalir dialiser j. Pemantau tekanan vena k. Jarum vena

l. Penginfus heparin

Persiapan pasien sebelum hemodialisa. Adapun persiapan pasien sebelum hemodialisa antara lain:

a. Obat-obatan rutin yang sebelumnya diberikan.

b. Bahan bacaan dan snack untuk pasien selama hemodialisa berlangsung.

c. Sebaiknya pasien datang 10 menit sebelum jadwal hemodialisa.

d. Lepaskan pakaian yang berat, tas, dompet, sepatu, lalu timbang berat badan.

e. Beritahu petugas berapa berat badan anda.

Prosedur Hemodialisa

Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa piliha:

vistula atau tandur arteriovenosa (AV), atau kateter hemodialisis dua lumen. Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah.

Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran

“arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum:

jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada fistula atau

(31)

tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal saline yang diklem selalu disambungkan ke sirkuit tetap sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal saline yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plaSMA ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah.Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir kedalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati kondektor udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara.

Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis diberikan melalui port obarobatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obatobat ditunda pemberiannya sampai dialisis selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan.

Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa”

atau selang PoSDialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser. Tindakan kewaspadaan

(32)

15

umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialisis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib digunakan oleh tenaga pelaksana hemodialisa.

Interpretasi Hasil

Hasil hemodialisa dapat dinilai dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa.

Diet Untuk Pasien Hemodialisa

Diet rendah kalium, hindari makanan/minuman yang tinggi kalium seperti alpukat, pisang, tomat, kentang, sayuran hijau tua, kacangkacangan, kopi, coklat, garam pengganti.

Tips untuk diet kalium. Adapun tips untuk diet kalium antara lain:

a. Selalu potong buah/sayur kecil-kecil, rendam dalam air selama 2 jam sebelum dimasak, rebus dan buang airnya, masak menjadi sup, dll.

b. Jangan kukus, microwive atau tumis, biasakan rebus dalam air banyak, sehingga kalium terbuang.

c. Makanan kaleng lebih rendah kaliumnya, namun selalu buang juicenya dan bilas.

d. Hindari garam pengganti

e. Mengatur asupan cairan (Nilai normal cairan maksimal 1500 ml/hari) f. Diet rendah phosphat, hindari makanan/minuman tinggi phosphate seperti

susu, keju, yogurt, es krim, coklat, sayur kacang-kacangan, kedelai, ikan, telur, hati, udang, kepiting,dll.

(33)

Tips untuk diet phosphate. Adapun tips untuk diet phospat antara lain:

a. Hindari atau kurangi makanan tinggi phosphate.

b. Konsumsi obat pengikat phosphat (seperti kalsium karbonat) obat ini harus dikonsumsi dengan makanan untuk lebih efektif.

Manfaat diet pada gagal ginjal. Ada beberapa manfaat diet pada gagal ginjal antara lain:

a. Untuk mengurangi gejala uremia b. Mencegah kurang gizi

c. Menghambat pemburukan fungsi ginjal.(Desy,2009) Kecemasan

Ansietas (kecemasan) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dan alami secara subjektif serta dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart, 2006) Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability /RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian / splitting of personality), perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal. (Hawari, 2001)

Kecemasan berbeda dari rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh

(34)

17

individu dalam memelihara keseimbangan pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. (Suliswati, 2005) Ansietas adalah suatu perasaan rasa takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis. Ansietas diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan sedikitnya system limbik (hipokampus), thalamus,korteks frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin, dan GABA pada sistem neurokimia. (Tomb, 2004)

Seluruh psikolog sepakat bahwa kecemasan adalah faktor yang menimbulkan munculnya penyakit jiwa. Terapi psikologi digunakan untuk menghilangkan rasa cemas dan menebarkan rasa aman dalam jiwa seseorang.

Walaupun untuk merealisasikan tujuan ini, masing-masing mempunyai cara yang berbeda-beda. Sayangnya, metode terapi psikologi modern belum bisa menyembuhkan gangguan kecemasan secara sempurna.

Tingkat Kecemasan

Adapun tingkat kecemasan sebagai berikut:

Kecemasan ringan. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Contohnya individu yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, dan individu yang tiba- tiba dikejar anjing menggonggong.

(35)

Kecemasan sedang. Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

Contohnya pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama yang mengalami resiko tinggi, keluarga yang mengalami perpecahan (berantakan), dan individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.

Kecemasan berat. Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Contohnya individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, dan individu dalam penyanderaan.

Panik. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. (Stuart, 2006 ) Manifestasi kecemasan

a.Perasaan Cemas (ansietas) 1) Cemas

2) Firasat buruk

(36)

19

3) Takut akan pikiran sendiri 4) Mudah tersinggung b. Ketegangan

1) Merasa tegang 2) Lesu

3) Tidak bisa istirahat dengan tenang 4) Mudah terkejut

5) Mudah menangis 6) Gemetar

7) Gelisah c. Ketakutan

1) Pada gelap 2) Pada orang asing 3) Ditinggal sendiri 4) Pada binatang besar 5) Pada keramaian lalu lintas 6) Pada kerumunan orang banyak d. Gangguan tidur

1) Sukar masuk tidur 2) Terbangun malam hari 3) Tidur tidak nyenyak 4) Bangun dengan lesu

(37)

5) Banyak mimpi-mimpi 6) Mimpi buruk

7) Mimpi menakutkan e. Gangguan kecerdasan

1) Sukar konsentrasi 2) Daya ingat buruk 3) Daya ingat menurun 4) Sering bingung f. Perasaan depresi (murung)

1) Hilangnya minat

2) Berkurangnya kesenangan pada hobi 3) Sedih

4) Bangun dini hari

5) Perasaan berubah-ubah sepanjang hari g. Gejala somatik/fisik (otot)

1) Sakit dan nyeri di otot 2) Kaku

3) Kedutan otot 4) Gigi gemerutuk 5) Suara tidak stabil

h. Gejala somatik/fisik (sensorik) 1) Tinitus (telinga berdenging)

(38)

21

2) Penglihatan kabur 3) Muka merah atau pucat 4) Merasa lemas

5) Perasaan ditusuk-tusuk i. Gejala Kardiovaskuler

1) Takikardia (denyut jantung cepat) 2) Berdebar-debar

3) Nyeri di dada

4) Denyut nadi mengeras

5) Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan 6) Detak jantung menghilang sekejap j. Gejala Respiratori (pernafasan)

1) Rasa tertekan didada 2) Perasaan tercekik

3) Merasa napas pendek atau sesak 4) Sering menarik napas panjang k. Gejala Gastrointestinal (pencernaan)

1) Sulit menelan 2) Perut melilit

3) Gangguan pencernaan

4) Nyeri sebelum dan sesudah makan 5) Perasaan terbakar diperut

(39)

6) Rasa penuh atau kembung 7) Mual

8) Muntah

9) Buang air besar lembek 10)Sukar buang air besar (konstipasi) 11)Kehilangan berat badan

l. Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin) 1) Sering buang air kecil

2) Tidak dapat menahan air seni

3) Amenor/menstruasi yang tidak teratur 4) Menjadi dingin (frigid)

5) Ejakulasi dini m. Gejala Autonom

1) Mulut kering 2) Muka merah 3) Mudah berkeringat 4) Pusing /sakit kepala 5) Bulu roma berdiri

n. Tingkah laku (sikap) pada wawancara 1) Gelisah

2) Tidak tenang 3) Jari gemetar

(40)

23

4) Kerut kening 5) Muka tegang

6) Otot tegang/mengeras 7) Napas pendek dan cepat 8) Muka merah (Hawari,2001)

Faktor-faktor yang memengaruhi Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (1997), faktor yang memengaruhi kecemasan pasien antara lain :

Faktor-faktor intrinsik. antara lain:

Usia pasien. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan kecemasan

dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.

Pengalaman pasien menjalani pengobatan. Kaplan dan Sadock (1997)

mengatakan pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman- pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.

Apabila penga laman individu tentang hemodialisis kurang, maka cenderung memengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan hemodialisis.

Konsep diri dan peran. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan memengaruhi individu berhubungan dengan orang lain. Menurut Stuart &

(41)

Sundeen (1991) peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang memengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu.

Pasien yang mempunyai peran ganda baik didalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.

Faktor-faktor ekstrinsik. antara lain:

Kondisi medis (diagnosis penyakit). Terjadinya gejala kecemasan yang

berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masingmasing kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan memengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu memengaruhi tingkat kecemasan.

Tingkat pendidikan. Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-

masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2000). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam

(42)

25

diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga memengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus (Jatman, 2000).

Akses informasi. Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang

membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan hemodialisa terdiri dari tujuan, proses, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses adminitrasi (Smeltzer & Bare, 2001).

Proses adaptasi. Kozier and Oliveri (1991) mengatakan bahwa tingkat

adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di lingkungan dimana dia berada.

Tingkat sosial ekonomi. Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola

gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian Durham diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak.

Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat memengaruhi peningkatan kecemasan pada klien menghadapi tindakan hemodialisis.

Jenis tindakan. Adalah klasifikasi suatu tindakan terapi medis yang dapat

mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang (Long, 1996). Semakin mengetahui tentang tindakan hemodialisis, akan memengaruhi tingkat kecemasan pasien hemodialisis.

(43)

Komunikasi terapeutik. Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi perawat

maupun pasien. Terlebih bagi pasien yang akan menjalani proses hemodialisis.

Hampir sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis mengalami kecemasan. Pasien sangat membutuhkan penjelasan yang baik dari perawat.

Komunikasi yang baik diantara mereka akan menentukan tahap hemodialisi selanjutnya.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa Lama menjalani hemodialisa. Pada awal menjalani HD respon pasien seolah-olah tidak menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian yang ada dan merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap lingkungan yang baru dan harus menjalani HD dua kali seminggu. Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing-masing pasien berbeda lamanya. (Akhmad Sapri, 2008)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien GGT yang sedang menjalani terapi hemodialisis yaitu: Lamanya menjalani Hemodialisis, Frekuensi Hemodialisis, adanya komplikasi selama menjalani Hemodialisis (Margono, 2001). Dalam kaitan dengan lamanya menjalani terapi hemodialisia sebagai faktor terhadap hubungan tingkat kecemasan pasien, ini disebabkan oleh lamanya menjalani terapi. (Arifin, 2009)

Dukungan keluarga. Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial.

Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial sering dikenal

(44)

27

dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara. (Reta, 2007) Sarafino (1990) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).

Rodi dan Salovey (Smet, 1994) mengungkapkan bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting. (Purwanta dkk, 2006) Dukungan keluarga sangat penting untuk pasien dengan penyakit kronis (dalam hal ini pasien yang menjalani terapi hemodialisis) karena dukungan keluarga sangat memengaruhi tingkah laku dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan seperti yang diinginkan.Interpretasi lain adalah bahwa keterlibatan keluarga memberikan identitas dan sumber untuk evaluasi diri secara positif.Hal ini dapat meningkatkan persepsi kendali dan penguasaan diri serta mengurangi kecemasan. Pengurangan rasa cemas, rasa tidak berdaya, dan rasa putus asa dapat meningkatkan status kesehatan. (Brunner & Suddart, 1996)

(45)

Dari definisi yang disebutkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik yang terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan memengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis.

Jenis kelamin. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah sifat jaSMAni atau rohani yang dapat membedakan 2 mahluk sebagai laki-laki atau perempuan.

(Ramadhan S, 2001) Menurut Friedman bahwa cemas banyak didapat dilingkungan hidup dengan ketegangan jiwa yang lebih banyak pada jenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan dipresentasikan sebagai mahluk yang lemah lembut, keibuan dan emosional.

(Thalib H, 2006)

Usia. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita.Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun. (Umi Lutfa, 2008)

(46)

29

Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Untuk mengetahui derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur Hamilton Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejalagejala yang spesifik.

Petunjuk penggunaan alat ukur Hamilton Scale for Ansxiety (HRS-A) adalah:

a. Penilaian :

0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali) 1 : Ringan ( Satu gejala dari pilihan yang ada) 2 : Sedang ( separuh dari gejala yang ada )

3 : Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada) 4 : Sangat berat ( Semua gejala yang ada )

b. Penilaian derajat kecemasan Score < 6 : Tidak ada kecemasan 6 – 14 : Kecemasan ringan 15- 27 : Kecemasan sedang 28-56 : Kecemasan berat

(47)

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar1. Kerangka konsep

Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat kecemasan.

b. Ada pengaruh status pasien terhadap tingkat kecemasan.

c. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan.

NILAI KECEMASAN

STATUS PASIEN KARAKTERISTIK

INDIVIDU

DUKUNGAN KELUARGA

(48)

31

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independent dan dependen hanya satu kali, pada satu saat/pengukuran dilakukan pada saat bersamaan dan pada sampel yang representative untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan Haji Misbah No. 7, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara.

Waktu penelitian. Waktu dalam penelitian initerhitung pada bulan Januari 2018 sampai dengan selesai.

Populasi dan sampel

Populasi. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Noto Atmojo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yaitu sebanyak 38 orang.

Sampel. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2005).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

(49)

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 38 orang.

Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Karakteristik individu. Karakteristik Individu merupakan ciri yang dimiliki seseorang yang membedakan dengan orang lain.

Adapun indikator karakteristik individu yang ada terdiri dari:

Jenis kelamin. Jenis kelamin adalah sifat jaSMAni atau rohani yang dapat

membedakan dua mahluk sebagai laki-laki atau perempuan.

Kriteria Objektif:

Laki-laki : Bila responden berjenis kelamin laki-laki Perempuan : Bila responden berjenis kelamin perempuan

Usia. Usia adalah jumlah tahun hidup yang dijalani seseorang mulai dari

Ia dilahirkan sampai pada saat penelitian.

Kriteria Objektif :

Dewasa muda : Bila responden memiliki usia 18-40 tahun Dewasa tua : Bila responden memiliki usia > 40 tahun

Status pasien. Status pasien merupakan lamanya pasien yang telah menjalani hemodialisa.

Kriteria Objektif:

(50)

33

Baru : telah menjalani hemodialisa < 3 bulan Lama : telah menjalani hemodialisa > 3 bulan

Dukungan keluarga. Dukungan Keluarga dalah tindakan atau perbuatan

yang diberikan keluarga baik berupa (emosi/penghargaan, fasilitas, dan informasi).

Nilai kecemasan. Kecemasan adalah perasaan khawatir dan tegang

seseorang yang menjalani hemodialisa. Menurut HARS (Hamilton Anxlety Rating Scale) Kecemasan terdiri atas 14 item pertanyaan yang kemudian akan dilakukan penilaian derajat kecemasan berdasarkan total skor yang diperoleh, dimana terdapat rentang nilai mulai dari 0-56 yang dikelompokkan untuk menilai derajat kecemasan.

Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrument berupa kuisioner yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang ingin diketahui. Dibagian awal terdiri dari identitas responden yang terdiri dari nomor responden, tanggal, nama, tempat/tanggal lahir, usia, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan lama menjalani hemodialisa, pengetahuan yang diukur dengan menggunakan skala guttman. Sedangkan untuk dukungan keluarga yang terdiri terdiri atas beberapa pertanyaan diukur dengan dengan menggunakan skala likert. Bagian ketiga terdiri dari variabel dependen yaitu kecemasan terdiri atas 14 item pertanyaan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Berdasarkan

(51)

dari 14 item yang ada, kemudian dilakukan penilaian pengelompokan daripada penilaian derajat kecemasan yang memiliki rentang nilai 0-56.

Metode Pengukuran

Dukungan keluarga. Untuk melihat ada atau tidaknya dukungan yang diberikan dari keluarga terhadap pasien hemodialisa maka dilakukan penilaian yang kemudian dikelompokkan menjadi:

Dikatakan Baik : bila skor > 24 Dikatakan Kurang : bila skor < 24

Nilai kecemasan. Kecemasan terdiri atas 14 item pertanyaan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yaitu :

0 = Tidak ada (tidak ada gejala yang dirasakan sama sekali) 1 = Ringan ( satu gejala dari gejala yang ada dirasakan) 2 = sedang (separuh dari gejala yang ada dirasakan)

3 = berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada dirasakan) 4 = Sangat Berat ( semua gejala yang ada dirasakan)

Berdasarkan dari 14 item yang ada, kemudian dilakukan penilaian pengelompokan daripada penilaian derajat kecemasan sebagai berikut, yang memiliki rentang nilai 0-56.

Skor < 6 ( tidak ada kecemasan ) Skor 6-14 ( kecemasan ringan ) Skor 15-27 ( kecemasan sedang ) Skor 28-56 ( kecemasan berat )

(52)

35

Metode Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji regresi linier ganda atau analisis multiple regression linier.

Regresi linier ganda merupakan perluasan analisis regresi linier sederhana (simple linier regression). Dalam analisis regresi linier sederhana hanya ada satu variabel independen (variabel bebas) dihubungkan dengan satu variabel dependen (terikat).

Sedangkan pada anlisis regresi linier ganda merupakan analisis hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam regresi linier ganda variabel independennya harus numerik sedangkan variabel independennya boleh semuanya numerik dan boleh juga campuran numerik dan kategorik.

Sebelum melakukan uji regresi linier sebelumnya harus mendeskripsikan setiap variabel penelitian melalui analisis univariat yang dilanjutkan ke uji multivariat dengan tujuan melihat masing-masing pengaruh dari setiap variabel independen dengan variabel dependen. Dimana dalam menentukan pengaruh dari variabel independen tersebut dilihat dari P value. Bila P value <0,05 maka variabel independen yang diuji memiliki penaruh terhadap variabel dependen yang diuji, dan sebaliknya jika P value variabel independen >0,05 maka tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen yang diuji tersebut (Riyanto, 2012)

(53)

Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta di Medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth diresmikan pada tanggal 19 November 1930. Rumah Sakit yang berada di jl. H. Misbah No. 7 Medan ini merupakan Rumah Sakit kelas Madya, type B. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan salah satu Rumah Sakit yang memiliki Pelayanan Hemodialisa terhadap pasien. Jumlah mesin hemodialisa saat ini sebanyak 9 unit yaitu 8 unit di ruangan Santa Hilaria (Hemodialisis), dan 1 unit berada di ruangan Santo Antoius (ICCU). Berdasarkan data dari Unit Hemodialisa pasien di unit tersebut ada sebanyak 38 orang pasien.

Karakteristik Individu pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Dari 38 responden yang berjenis kelamin laki laki berjumlah 16 orang (42,1%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 22 orang (57,9%).

Berdasarkan usia, pada kategori dewasa muda sebanyak 7 orang (18,4%) dan kategori dewasa tua sebayak 31 orang (81,6%). Berdasarkan suku, yang paling banyak yaitu suku Toba sebanyak 16 orang (42,1) sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Pakpak hanya 1 orang (2,6%). Berdasarkan pendidikan, yang paling banyak yaitu berpendidikan Sarjana sebanyak 20 orang (52,6%) sedangkan yang paling sedikit yaitu berpendidikan SD 2 orang ( 5,3%). Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu mengurus rumah tangga sebanyak 12 orang (31,6).

(54)

37

Berdasarkan status perkawinan, yang paling banyak yaitu dengan status kawin sebanyak 27 orang (71,1%) dan yang paling sedikit yaitu dengan status belum kawin sebayak 5 orang ( 13,2%).

Tabel 1

Karakteristik Individu pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Variabel n %

Jenis kelamin

Laki-laki 16 42,1

Perempuan 22 57,9

Total 38 100

Usia

Dewasa muda 7 18,4

Dewasa tua 31 81,6

Total 38 100

Suku

Jawa 7 18,4

Karo 12 31,6

Pakpak 1 2,6

Simalungun 2 5,3

Toba 16 42,1

Total 38 100

Pendidikan

SD 2 5,3

SMP 3 7,9

SMA 13 34,2

Sarjana 20 52,6

Total 38 100

Pekerjaan

Dosen 1 2,6

Guru 1 2,6

Karyawan BUMN 2 5,3

Karyawan Swasta 1 2,6

Mekanik 1 2,6

Mengurus Rumah Tangga 12 31,6

Pastor 1 2,6

Pendeta 1 2,6

Pensiun 3 7,9

Petani 1 2,6

(bersambung)

(55)

Tabel 1

Karakteristik Individu pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Variabel n %

PNS 7 18,4

Wiraswasta 7 18,4

Total 38 100

Status Perkawinan

Belum kawin 5 13,2

Kawin 33 86,8

Total 38 100

Status Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Status pasien merupakan lamanya pasien yang telah menjalani hemodialisa. Kriteria Objektif: yaitu dikatakan pasien baru apabila telah menjalani hemodialisa < 3 bulan dan dikatakan pasien lama apabila telah menjalani hemodialisa > 3 bulan. Berdasarkan hasil penelitian dari 38 responden, diketahui bahwa responden dengan status pasien lama sebanyak 29 orang (76,3%) dan status pasien baru sebayak 9 orang ( 23,7%).

Tabel 2

Status Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Status Pasien n %

Pasien baru ( <3 bulan ) 79 23,7

Pasien lama ( >3bulan ) 29 76,3

Total 38 100

Dukungan Keluarga pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan Dukungan Keluarga dalah tindakan atau perbuatan yang diberikan keluarga baik berupa (emosi/penghargaan, fasilitas, dan informasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden sebagian besar dukungan

(56)

39

keluarga pada kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (76,3%) dan kategori kurang sebanyak 9 orang ( 23,7%).

Tabel 3

Dukungan Keluarga pada Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Dukungan Keluarga n %

Kurang 9 23,7

Baik 29 76,3

Total 38 100

Kecemasan Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Kecemasan merupakan perasaan khawatir dan tegang seseorang yang menjalani hemodialisa. Menurut HARS (Hamilton Anxlety Rating Scale) Kecemasan terdiri atas 14 item pertanyaan yang kemudian akan dilakukan penilaian derajat kecemasan berdasarkan total skor yang diperoleh, dimana terdapat rentang nilai mulai dari 0-56 yang dikelompokkan untuk menilai derajat kecemasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden sebagian besar kecemasan pasien pada kategori sedang yaitu sebanyak 16 orang (42,1%) sedangkan yang paling sedikit pada kategori berat sebayak 10 orang ( 26,3%).

Tabel 4

Kecemasan Pasien Hemodialisa di RS Santa Elisabeth Medan

Kecemasan n %

Ringan 12 31,6

Sedang 16 42,1

Berat 10 26,3

Total 38 100

(57)

Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dilakukan uji parsial (uji t), yang setelah dilakukan uji tersebut diketahui bahwa variabel jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap nilai kecemasan, hal ini t-hitung (1,462) lebih kecil dibandingkan t-tabel (1,692). Begitu juga dengan variabel usia bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap nilai kecemasan, hal ini t-hitung (0,693) lebih kecil dibandingkan t-tabel (1,692).

Tabel 5

Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Variabel t

Jenis kelamin 1,462

Usia 0,693

Pengaruh Status Pasien terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Untuk mengetahui pengaruh status pasien terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dilakukan uji parsial (uji t), sehingga dapat diketahui bahwa variabel status pasien berpengaruh negatif terhadap nilai kecemasan, hal ini t-hitung (3,924) lebih besar dibandingkan t-tabel (1,692).

Tabel 6

Pengaruh Status Pasien terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Variabel t

Status pasien -3,924

(58)

41

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dilakukan uji parsial (uji t), sehingga dapat diketahui bahwa variabel dukungan keluarga tidak berpengaruh terhadap nilai kecemasan, hal ini t-hitung (1,264) lebih kecil dibandingkan t-tabel (1,692).

Tabel 7

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Variabel t

Dukungan keluarga -1,264

Pengaruh Karakteristik Individu, Status Pasien, dan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu, status pasien, dan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa dilakukan Analisis Regresi Linier Berganda. Sebelum melakukan analisis tersebut terlebih dahulu dilakukan rangkaian uji yang merupakan persyaratan agar terlaksananya uji linier berganda tersebut.

Uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah suatu model layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian.Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada regresi liner berganda. Uji Asumsi Klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Uji normalitas. Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal.Uji normalitas dilakukan dengan

(59)

menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2012:100).

Tabel 8

Uji Kolmogorov-Smirnov

Kolmogorov – Smirnov Z 0,640

Signifikansi 0,807

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0.807 dan diatas nilai signifikansi (0,05) atau 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel residual berdistribusi normal.

Uji multikolinearitas. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi

ada atau tidaknnya gejala multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan Varians Inflation factor (VIF). Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Apabila VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas.

2. Apabila VIF < dari 5 maka tidak terdapat Multikolinearitas.

3. Apabila tolerance< 0,1maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas

4. Apabila tolerance> 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

Gambar

Gambar 3. Rawat Inap
Gambar 4. Wawancara dengan responden
Gambar 7. Alat Hemodialisa

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel bebas dan

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian analitik korelasi cross sectional yaitu suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional), secara retrospektif dengan menggunakan data

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

Cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada suatu

cross sectional yaitu suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada suatu saat

Cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada suatu

Metode: Jenis Penelitian ini adalah cross-sectional analitik dengan responden adalah pasien rawat inap di ruang VIP yang mendapatkan diet makanan biasa (n=50). Data sisa