• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PETERNAK MITRA PERUSAHAAN MELALUI KEMITRAAN INTI PLASMA DENGAN PERUSAHAAN PT CIOMAS ADISATWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PETERNAK MITRA PERUSAHAAN MELALUI KEMITRAAN INTI PLASMA DENGAN PERUSAHAAN PT CIOMAS ADISATWA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PETERNAK MITRA PERUSAHAAN MELALUI

KEMITRAAN INTI PLASMA

DENGAN PERUSAHAAN PT CIOMAS ADISATWA

Oleh

LINTANG JATI ANUGRAH P 212016227

SUMBER DAYA MANUSIA

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2022

(2)
(3)

ABSTRACT

This study aims to describe human resource development for partner breeders through plasma-core partnership with PT Ciomas Adisatwa. This study uses a qualitative method. The data collection technique used is interviews, namely semi- structured interviews. Respondents consist of partner breeders and PT Ciomas Adisatwa management to obtain data from two sides. The results of this study show that PT Ciomas Adisatwa has developed human resources for partner breeders through plasma core partnerships by providing skill-based training. The training was provided starting from coop preparation to chicken rearing training according to PT Ciomas Adisatwa’s standards.

Keywords: Breeder training, Plasma Core Partnership

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengembangan sumber daya manusia pada peternak mitra melalui kemitraan inti plasma dengan PT Ciomas Adisatwa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara yakni wawancara semi terstruktur. Responden terdiri dari pihak peternak mitra dan manajemen PT Ciomas Adisatwa untuk mendapatkan data dari dua sisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Ciomas Adisatwa telah melakukan pengembangan SDM kepada peternak mitra melalui kemitraan inti plasma yakni dengan memberikan pelatihan berbasis keahlian. Pelatihan diberikan mulai dari persiapan kandang hingga pelatihan pemeliharaan ayam sesuai standar PT Ciomas Adisatwa.

Kata Kunci: Pelatihan peternak, Kemitraan Inti Plasma

(4)

1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal penelitian ini dengan baik. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Topik penelitian ini adalah pengembangan sumber daya manusia peternak mitra melalui kemitraan inti plasma dengan perusahaan PT Ciomas Adisatwa, penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis, Bapak Purwono dan Ibu Yuni Setyawati yang senantiasa memberikan doa dan dukungan sampai menyelesaikan studi.

2. Bapak Petrus Wijayanto, S.E., M.M. selaku pembimbing atas bimbingan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Yosepaldo Pasharibu, S.T., M.M. selaku wali studi.

4. Bapak Johnson Dongoran, S.E., MBA dan Ibu Ocky Sundari, S.Pd., M.A. selaku penguji tugas akhir.

5. Ibu Roos Kities Andadari, SE.,MBA.,PhD selaku Dekan FEB UKSW.

6. Ibu Yenny Purwati, S.E., MBA., Ph.D. selaku Kaprodi S1 Manajemen FEB UKSW.

7. Serta teman-teman FEB 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pengembangan sumber daya manusia dalam konteks kemitraan pada perusahaan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pihak pembaca sekalian.

Kab. Semarang, 07 Maret 2022

(5)

2 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR TABEL 3

DAFTAR GAMBAR 4

DAFTAR LAMPIRAN 5

PENDAHULUAN 6

TINJAUAN PUSTAKA 12

Kemitraan dan Pola-pola Kemitraan 12

Pengembangan SDM 13

METODE PENELITIAN 1

Jenis Penelitian 1

Teknik Pengumpulan Data 1

Sumber Informasi dalam Penelitian 1

Analisis Data 2

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1

PENUTUP 1

DAFTAR PUSTAKA 2

(6)

3

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Responden Peternak 24

(7)

4

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Bagan Tahapan Pelatihan 20

GAMBAR 2 Alur Kemitraan PT Ciomas Adisatwa dengan Peternak 30 GAMBAR 3 Sistem pemasaran ayam broiler pada kemitraan internal 32 GAMBAR 4 Sistem pemasaran ayam broiler pada kemitraan eksternal 33

(8)

5

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan Wawancara 49

LAMPIRAN 2 Daftar Pertanyaan Wawancara Manajemen PT Ciomas Adisatwa 50

(9)

6 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor perunggasan merupakan sektor yang cukup penting terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi hewani. Permintaan pasar akan daging ayam menjadikan peternakan sektor perunggasan menjadi ladang yang cukup menjanjikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meskipun peternakan unggas memiliki prospek yang baik, namun produktivitas usaha perunggasan masih rendah, karena sebagian besar peternakan unggas masih dikelola oleh peternak tradisional.

Keterbatasan modal dan keterampilan merupakan faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam oleh peternak tradisional tidak berkembang. Kurangnya keterampilan dan manajemen risiko mengakibatkan banyak peternak yang kemudian justru gulung tikar, mengingat harga bibit ayam DOC (day old chicken), pakan, dan vaksin yang mahal, belum lagi karena penyakit yang menyerang ayam ternak.

Produktivitas ternak menjadi rendah karena kurangnya keterampilan yang dimiliki serta kurangnya penguasaan pasar. Karena hal tersebut beberapa perusahaan ayam potong melakukan kemitraan usaha dengan peternak untuk mencukupi permintaan ayam di pasaran.

Di Kabupaten Semarang memiliki jumlah peternak ayam yang cukup banyak.

Beberapa peternak yang ada di Kabupaten Semarang merupakan peternak plasma dari perusahaan peternakan ayam, salah satunya yaitu PT Ciomas Adisatwa. PT Ciomas Adisatwa merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. PT Ciomas Adisatwa merupakan salah satu perusahaan yang melakukan program kemitraan dengan peternak ayam. Selain untuk membantu mengembangkan usaha peternakan ayam milik peternak, juga untuk memenuhi kebutuhan usahanya akan ayam broiler.

Kemitraan adalah salah satu perwujudan ekonomi gotong royong yang melibatkan peran mitra yang membantu pihak lainnya. Kemitraan menitikberatkan pada konsep yang memberikan empati dan perhatian kepada mitra sehingga saling memberikan sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini PT Ciomas menyediakan permodalan dan bimbingan teknis maupun non teknis kepada peternak, sedangkan

(10)

7

peternak menyediakan sumber daya berupa lahan, dan tenaga yang mereka miliki.

Secara prinsip, kemitraan usaha berjalan berdasarkan adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, sehingga tujuan dari program kemitraan adalah untuk membangun hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Peternak merupakan salah satu bagian rantai produksi PT Ciomas, di mana peternak merupakan supplier ayam bagi kegiatan produksi. Kemitraan yang dilakukan oleh PT Ciomas meningkatkan SDM peternak melalui penyuluhan, pelatihan, dan pemberdayaan. Peternak juga dibekali dengan pengetahuan teknologi dalam pemeliharaan ayam sehingga lebih efektif dan efisien, serta kualitas ayam yang dihasilkan berkualitas. Sebelum kemitraan tersebut peternak dalam memelihara ayam menggunakan cara tradisional, melalui kemitraan ini peternak menjadi lebih modern.

Kemitraan usaha yang terjalin tidak sekedar suatu kerjasama bisnis, melainkan terdapat upaya pengembangan SDM peternak yang menjadi mitra bisnisnya.

Pengembangan SDM di PT Ciomas berbeda dengan pengembangan SDM pada umumnya, di mana PT Ciomas melakukan pengembangan pada pihak eksternal. Pihak eksternal tersebut memiliki peran penting dalam kegiatan produksi perusahaan. Mitra diposisikan sama dengan pegawai internal perusahaan dalam mendapatkan pengembangan SDM, hanya saja pengembangan SDM yang didapatkan mitra lebih khusus kepada hal-hal yang berkaitan dengan usaha pemeliharaan ayam. Perusahaan melakukan pengembangan SDM terhadap mitranya dengan harapan agar ayam yang disuplai memiliki kualitas yang baik

Manajemen SDM pada PT Ciomas menitikberatkan pada pengembangan kualitas peternak mitra dalam hal ini pengembangan SDM terbatas pada pelatihan. Perusahaan memberikan pelatihan dan bimbingan seperti membersihkan kandang dengan baik, cara membesarkan bibit ayam agar tepat bobotnya serta berbagai pengenalan obat dan hama yang mengganggu pertumbuhan ayam. Perusahaan juga memberikan pengawasan dengan meninjau kandang, mengecek bobot ayam dengan berkala dan juga memberikan peternak form perkembangan ayam, serta bibit yang baik agar hasilnya juga baik.

Peternak juga diberikan hadiah jika mereka mencapai target yang perusahaan berikan, dapat berupa uang, blower, dan peralatan yang dibutuhkan peternak. Perusahaan

(11)

8

bertanggung jawab untuk selalu memperbaiki performa pekerja melalui pelatihan tenaga kerja.

Pelatihan dan bimbingan teknis kepada peternak merupakan salah satu wujud dari pengembangan SDM yang dilakukan oleh perusahaan kepada mitranya. Dengan adanya kemitraan perusahaan tidak perlu mencari supplier untuk kegiatan produksinya, perusahaan juga dapat mengontrol hasil panen para peternak. Melalui pelatihan dan bimbingan teknis tersebut perusahaan dapat meningkatkan standar kualitas dari ayam peternak mitra.

Dalam kemitraan komitmen menjadi salah satu bentuk fungsi manajemen yang secara terus menerus dijalankan dalam perusahaan berkomitmen terus memberikan bantuan pengembangan baik permodalan maupun teknis dan non teknis kepada mitranya (Handrix, 2018). Di sisi lain, mitra berkomitmen untuk memelihara ayamnya dengan baik sesuai dengan standar yang diberikan perusahaan.

Evaluasi dalam kemitraan sangat penting agar program kemitraan berjalan dengan baik. Perusahaan yang berorientasi pada hasil yang maksimal tidak terlepas dari pelaksanaan evaluasi baik pada awal kemitraan, maupun akhir kemitraan (Siagian, 2016:199). Evaluasi pada awal kemitraan berupa penilaian kelayakan oleh perusahaan mengenai mitranya. Evaluasi akhir kemitraan meliputi evaluasi saat sesudah masa panen peternak, hal tersebut berkaitan dengan perpanjangan masa kontrak perusahaan.

Apabila dalam 3 periode masa panen hasil yang didapat dibawah standar perusahaan maka kemitraan tersebut akan diakhiri.

Di Kabupaten Semarang, selain PT Ciomas Adisatwa terdapat beberapa perusahaan yang melakukan kemitraan inti plasma dengan peternak ayam, sebagai perbandingan penulis akan membandingkannya dengan PT Mustika Jaya Lestari (PT MJL). PT MJL merupakan bentuk kemitraan eksternal, di mana peternak bekerjasama dengan pemodal yang menyediakan bibit, pakan, dan obat-obatan, ayam broiler yang siap panen kemudian dijual kepada mitra sesuai dengan kesepakatan awal. Peternak mitra akan mendapat sapronak dari PT MJL, namun bukan PT MJL yang akan mengambil hasil panen, melainkan pembeli mitra atau agen atau broker menggunakan sistem delivery order (DO). Pembeli mitra akan mengambil ayam di kandang sesuai

(12)

9

dengan DO yang telah ditentukan antara pembeli mitra dengan PT MJL, sehingga yang memanen ayam adalah pihak ketiga.

Pembeda PT MJL dengan PT Ciomas ialah mengenai sistem pemberian bimbingan teknis kepada peternak. PPL PT MJL hanya akan memberikan bimbingan teknis pada awal masa pemeliharaan. Selain itu peternak tidak berada di bawah struktur perusahaan. Posisi peternak ialah mitra eksternal dari PT MJL. Sehingga peternak tidak berada pada rantai produksi perusahaan. Hal tersebut karena ayam yang dihasilkan peternak akan dipasarkan secara langsung kepada pihak ketiga. Dapat dikatakan bahwa perusahaan hanya membantu permodalan kepada peternak.

Pengembangan SDM dalam kemitraan perlu terlaksana dengan baik agar tujuan kemitraan tercapai. Kualitas SDM peternak dapat meningkat, di sisi produktivitas peternak juga meningkat. Jika peternak dapat memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan input lebih efisien pada tingkat teknologi tertentu maka peternak dapat lebih efisien dalam mengalokasikan input. Selain itu peternak yang bermitra diharapkan lebih efisien secara alokatif karena adanya jaminan kepastian harga dari perusahaan mitra atas ayam yang dihasilkan pada saat bibit diserahkan kepada peternak. Adanya kepastian harga jual bagi ayam yang diproduksi oleh peternak yang bermitra, mereka diharapkan dapat melakukan pengalokasian biaya pada kondisi minimisasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi alokatif. Pada akhirnya jika peternak yang bermitra diharapkan lebih efisien secara teknis dan alokatif maka tentu saja mereka pun diduga dapat lebih efisien secara ekonomis daripada peternak yang tidak bermitra.

Pada praktiknya beberapa kemitraan tidak berjalan dengan baik, karena perusahaan tidak melakukan pelatihan atau pengembangan SDM kepada mitranya.

Dampaknya kemitraan hanya berjalan satu atau dua periode saja, sehingga tidak tercapainya efisiensi pada manajemen perusahaan. Dari uraian tersebut perlu ditinjau dari sudut efisiensi pengembangan SDM pada kemitraan antara perusahaan dengan peternak yakni pengaruh proses pengembangan SDM dari PT Ciomas terhadap produktivitas dari hasil panen ayam peternak mitra, baik efisiensi secara teknis maupun dari segi teknis.

(13)

10

Berdasarkan penelitian dokumen penulis di Repository UKSW, ditemukan tugas akhir yang meneliti mengenai kemitraan dan pelatihan, diantaranya adalah:

1. Penelitian yang berjudul “Manfaat Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Pada Kantor Pemadam Kebakaran (Studi Kasus Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga)”, oleh Ivan Argianto pada tahun 2015. Penelitian tersebut berfokus pada pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) pada karyawan Pemadam Kebakaran Kota Salatiga dikaitkan dengan prosedur yang tersedia, sedangkan dalam penelitian ini pelatihan diberikan kepada mitra perusahaan.

2. Penelitian yang berjudul “Kemitraan dalam Bisnis Rental Mobil (Studi Kasus Rental Mobil Tworent di Kota Salatiga”, oleh Kurniawan Wahyudi pada tahun 2015. Penelitian tersebut hanya memaparkan mengenai hubungan kemitraan bisnis, sedangkan dalam penelitian ini akan mengkaji mengenai upaya pengembangan SDM dalam hubungan kemitraan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang penulis ambil adalah bagaimana bentuk pengembangan SDM peternak mitra dalam program kemitraan dengan PT Ciomas Adisatwa? dan bagaimana langkah-langkah pengembangan SDM peternak mitra dalam kemitraan dengan PT Ciomas Adisatwa?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah menganalisis bentuk pengembangan SDM peternak mitra perusahaan melalui kemitraan inti plasma dengan perusahaan PT Ciomas Adisatwa dan untuk menganalisis langkag-langkah pengembangan SDM peternak mitra yang dilakukan PT Ciomas Adisatwa.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

- Merupakan sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan SDM dalam suatu hubungan kerjasama berbentuk kemitraan.

- Penelitian ini dapat digunakan dalam penerapan ilmu manajemen, khusus di bidang manajemen sumber daya manusia.

(14)

11 2. Manfaat Praktis

Sebagai saran dan masukan kepada PT Ciomas dalam hal pengelola sumber daya manusia guna mencapai tujuan Perusahaan.

Kerangka Berpikir

Kegiatan kerjasama antara pelaku usaha besar dan pelaku usaha kecil dilakukan dengan harapan pelaku usaha besar dapat membantu permodalan serta membantu untuk meningkatkan kualitas SDM pelaku usaha kecil. Peternak sebagai pelaku usaha kecil sering kali memiliki keterbatasan kualitas SDM terutama dalam hal mengikuti perkembangan bidang teknologi peternakan. Dengan adanya kemitraan ini peternak mitra tidak hanya mendapatkan bantuan permodalan melainkan juga mendapatkan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM guna mencapai hasil produksi yang maksimal. Melalui pelatihan yang diberikan PT Ciomas Adisatwa ini peternak dikenalkan dengan teknologi di bidang peternakan serta pengetahuan dasar mengenai pemeliharaan ayam sesuai standar. Pelatihan yang diberikan menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas SDM peternak oleh PT Ciomas Adisatwa

(15)

12 TINJAUAN PUSTAKA

Kemitraan dan Pola-pola Kemitraan

1. Pengertian, Prinsip, dan Bentuk-bentuk Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hamzah, 1999). Program kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar mampu mandiri melalui pemberian dana oleh usaha besar. Program pembinaan dan pengembangan meliputi pemasaran, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, manajemen, dan teknologi.

Prinsip-prinsip penting dalam kemitraan meliputi (Hamzah, 1999):

a. Prinsip saling membutuhkan

Adanya kemitraan maka perusahaan besar dapat menghemat tenaga dan biaya operasional dalam mencapai target tertentu dengan bekerjasama dengan pelaku usaha kecil. Pelaku usaha kecil juga dapat menjalankan usahanya melalui bantuan modal dari pelaku usaha besar.

b. Prinsip saling mempercayai

Prinsip kemitraan yang baik dibangun dari adanya saling percaya untuk melakukan kerjasama para pihak dengan rasa saling percaya.

c. Prinsip saling memperkuat

Suatu kemitraan pada umumnya diikuti dengan adanya pembinaan dan pengembangan, hal tersebut dikarenakan masing-masing pihak yang melakukan kemitraan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak tersebut akan saling memperkuat dengan kelebihan yang dimiliki pihak lain melalui pembinaan dan pengembangan.

d. Prinsip saling menguntungkan

Salah satu tujuan dari kemitraan usaha adalah win-win solution partnership atau hubungan yang saling menguntungkan. Untuk mencapai win-win solution, suatu perjanjian kemitraan harus dilandasi sikap win-win attitude (Hernoko, 2004).

(16)

13 2. Pola-pola dalam Perjanjian Kemitraan

Pola kemitraan merupakan bentuk atau sistem yang akan dilakukan dalam kemitraan usaha, beberapa pola tersebut disesuaikan dengan sifat atau usaha yang akan dimitrakan. Dalam Pasal 26 UU UMKM, terdapat enam pola kemitraan yaitu:

a. Inti plasma

Pola plasma adalah hubungan kemitraan antara UMKM dengan pelaku usaha besar, di mana usaha besar berlaku sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasmanya.

b. Subkontrak

Pola subkontrak yaitu hubungan kemitraan antara usaha besar dengan UMKM, yang di dalamnya UMKM akan memproduksi barang dan/atau jasa.

c. Waralaba

Pola waralaba yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek, saluran distribusi perusahaan kepada UMKM dengan disertai bantuan, bimbingan manajemen.

d. Perdagangan umum

Pola perdagangan umum merupakan hubungan kemitraan antara UMKM dengan usaha besar, pada pola ini usaha besar memasarkan hasil produksi dari UMKM, atau UMKM memasok kebutuhan yang diperlukan usaha besar sebagai mitranya.

e. Distribusi dan keagenan

Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya UMKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan atau jasa dari usaha besar.

f. Bentuk bentuk kemitraan lain seperti bagi hasil, kerja sama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourching).

Pengembangan SDM

1. Pengertian Manajemen SDM

Bangun (2002: 6) mendefinisikan manajemen SDM sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakan, dan pengawasan,

(17)

14

terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Fokus manajemen SDM terletak pada upaya mengelola SDM di dalam interaksi antara organisasi pekerja yang seringkali memiliki perbedaan kepentingan. Melalui manajemen SDM, penggunaan SDM dapat dilakukan secara produktif dalam mencapai tujuan organisasi dan pemuasan kebutuhan pekerja secara individual.

Manajemen SDM terdapat dua fungsi yakni fungsi manajerial dan fungsi operasional. Fungsi manajerial merupakan tugas bagi setiap manajer pada berbagai bidang dan tingkatan dalam organisasi. Fungsi operasional pada manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan pengelolaan manusia dalam organisasi, seperti pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja (Bangun, 2012:5).

Menurut Marwansyah (2012: 3) dari beberapa definisi manajemen SDM terdapat hal penting yang menjadi inti dari manajemen SDM, yaitu bahwa organisasi yang efektif harus mampu menemukan, mendayagunakan, mempertahankan, dan mengembangkan manusia untuk mencapai hasil yang dicita- citakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen SDM merupakan proses untuk membantu organisasi menjalankan upaya-upaya mencapai tujuan.

Manajemen SDM dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan SDM, rekrutmen dan seleksi, pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta hubungan industrial (Marwansyah, 2009).

Menurut Simamora (1995:19) mengatakan di dalam konsep sumber daya manusia terdapat juga filosofi yaitu:

a. Pegawai atau karyawan dipandang sebagai investasi, jika dikelola dengan perencanaan yang baik akan memberikan imbalan bagi organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar.

b. Manajer membuat berbagai kebijakan, program dan praktik yang memuaskan baik bagi kebutuhan ekonomi maupun kepuasan karyawan.

(18)

15

c. Manajer menciptakan lingkungan kerja yang di dalamnya para pegawai didorong untuk menggunakan keahlian serta kemampuan semaksimal mungkin.

d. Program dan praktik personalia diciptakan dengan tujuan agar terdapat keseimbangan antara kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi.

2. Pengertian Pengembangan SDM

Peningkatan kualitas SDM dalam ilmu manajemen SDM terdapat beberapa sebutan lain, yaitu: pendidikan (education), pelatihan (training), pengembangan (development), serta pemberdayaan (empowering) (Sudarmanto, 2009 : 226).

Menurut Sudarmanto (2009: 227). Pengembangan SDM sebagai proses peningkatan potensi atau kemampuan, kompetensi, dan karir dari pegawai bersangkutan. Dimensi pengembangan, disamping peningkatan potensi rasio (pemikiran, logika, IQ, rasa (emosi atau EQ, kompetensi), juga mencakup peningkatan etika dan moralitas.

Pelatihan dan pengembangan dapat berfungsi sebagai agent of change terhadap individu dalam organisasi. Pelatihan dan pengembangan SDM merupakan media untuk melakukan transfer atau internalisasi nilai-nilai strategis organisasi, membangun budaya organisasi, kompetensi inti organisasi kepada anggota atau individu (Sudarmanto, 2009). Investasi dalam bidang pelatihan dapat dikatakan sebagai penggerak utama pengembangan sumber daya manusia dalam manajemen SDM, dengan anggapan semakin terlatihnya SDM, semakin tinggi pula kesadaran SDM dan partisipasinya dalam organisasi atau perusahaan.

Pengembangan SDM adalah proses untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Kemampuan sumber daya manusia dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui program- program pelatihan dan pendidikan (Bangun, 2012:200).

Pengembangan SDM adalah upaya terencana yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kompetensi pekerja dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan.

(Marwansyah, 2012). Bogardus mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia sebagai bidang fungsional dari ilmu sumber daya manusia yang terkait

(19)

16

dengan program-program pelatihan, pengembangan, perubahan, dan manajemen kinerja untuk memastikan bahwa orang-orang dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan, akan tersedia pada saat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. (Marwansyah, 2012)

Pengembangan SDM pada perusahaan menjadi penting bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Perusahaan akan memperoleh manfaat berupa peningkatan produktivitas, stabilitas, dan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah (Bangun, 2012). Di sisi lain, bagi karyawan pengembangan SDM berguna untuk meningkatkan kualitas dirinya.

3. Tujuan Pengembangan SDM

Tujuan pelatihan adalah agar individu, dalam situasi kerja, dapat memperoleh kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu secara memuaskan. Sementara itu, Waxley dan Latham (2002) mengatakan bahwa program pelatihan dan pengembangan memiliki satu atau lebih tujuan-tujuan berikut ini:

a. Meningkatkan kesadaran diri individu.

b. Meningkatkan keterampilan individu dalam satu bidang keahlian atau lebih.

c. Meningkatkan motivasi individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara memuaskan.

Melalui peningkatan dan kinerja individu dan kelompok, program pelatihan dan pengembangan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi (Marwansyah, 2012). Selain itu, pengembangan SDM juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku. Dengan demikian biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar.

4. Jenis-jenis Pengembangan SDM

Jenis pengembangan secara langsung terdiri dari (Mangkunegara, 2007):

a. Pengembangan secara informal, yaitu karyawan dengan keinginan atau usahanya sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku literatur yang berhubungan dengan bidangnya. Jadi pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan berkeinginan untuk maju dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kerjanya. Hal ini sangat

(20)

17

bermanfaat untuk perusahaan karena prestasi kerja karyawan semakin besar, efisien, dan produktivitas semakin baik.

b. Pengembangan secara formal, yaitu karyawan yang ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan dari perusahaan maupun diluar perusahaan seperti lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan. Pengembangan ini dilakukan perusahaan karena tuntutan perusahaan atas bidangnya untuk peningkatan karir dari karyawan.

5. Faktor-Faktor Pengembangan SDM

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, yaitu: (Marwansyah, 2012)

a. Dukungan manajemen puncak.

b. Komitmen para spesialis dan generalis dalam mengelola sumber daya manusia.

c. Perkembangan teknologi.

d. Kompleksitas organisasi e. Gaya belajar.

f. Kinerja fungsi-fungsi manajemen SDM lainnya.

Faktor lainnya yang mempengaruhi pelatihan dan pengembangan SDM adalah perkembangan atau kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tidak saja memberikan dampak terhadap identifikasi kebutuhan pelatihan & pengembangan, tetapi juga terhadap pemeliharaan metode pelatihan & pengembangan (Marwansyah, 2012). Perkembangan teknologi yang cepat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam menemukan karyawan yang sesuai dengan kebutuhannya, oleh karena itu perusahaan akan memilih melakukan penelitian pada karyawannya agar kemampuannya selalu berkesinambungan dengan perkembangan teknologi.

6. Proses Pelatihan dan Pengembangan SDM

Menurut Nitisemito (1992) pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Karyawan diberikan pelatihan dengan harapan

(21)

18

kualitas sumber daya terkait kinerja di perusahaan menjadi lebih baik dari sebelum diberikan pelatihan. Tujuan pelatihan adalah (Nitisemito, 1992):

a. Pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih baik b. Tanggung jawab diharapkan lebih besar

c. Kekeliruan dalam pekerjaan diharapkan berkurang d. Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin

Manfaat pelatihan tidak hanya sekedar pengembangan sumber daya manusia, manfaat lainnya dari pelatihan yaitu (Hartatik, 2014) :

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas

b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima perusahaan

c. Membentuk sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan d. Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia

e. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja

f. Membantu karyawan dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Sebagai sebuah proses, pelatihan & pengembangan sumber daya manusia terdapat beberapa tahapan sebagai berikut (Marwansyah, 2012: 158):

a. Penentuan kebutuhan pelatihan & pengembangan atau penilaian (assessment) kebutuhan yang komprehensif.

Agar pencapaian tujuan perusahaan melalui pelatihan dapat tercapai, langkah pertama yang perlu dilaksanakan ialah melakukan diagnosis atas masalah- masalah sumber daya manusia di perusahaannya. Dalam analisis kebutuhan penelitian, terdapat tiga pertimbangan yaitu analisis organisasional, analisis pekerjaan, analisis individual.

b. Mendesain program pelatihan

Yakni pemilihan metode, media, dan prinsip-prinsip pembelajaran. Dalam pemilihan metode penelitian dan pengembangan perlu pertimbangan berikut ini:

1) Efektivitas biaya

2) Isi program yang diinginkan

(22)

19 3) Prinsip-prinsip pembelajaran 4) Kesesuaian fasilitas

5) Preferensi dan kapabilitas peserta 6) Preferensi dan kapabilitas pelatih.

c. Implementasi program dan evaluasi program

Berhasil atau tidaknya suatu program pelatihan dan pengembangan dapat dilihat dari transformasi pada diri peserta pelatihan. Apabila terdapat perubahan pada peserta pelatihan maka pelatihan dapat dikatakan berhasil, sehingga terdapat pengembangan kualitas SDM dari peserta pelatihan itu sendiri. Proses transformasi dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi hal-hal berikut ini (Siagian, 2016:202) :

1) Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas

2) Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos kerja.

Gambar 1. Bagan Tahapan Pelatihan

7. Jenis-jenis Pelatihan

Menurut (Simamora, 2008:278) terdapat beberapa jenis pelatihan untuk mengembangkan sumber daya manusia pada suatu organisasi, yaitu:

a. Pelatihan keahlian (skill training)

(23)

20

Pelatihan jenis ini sering dijumpai dalam organisasi karena program yang relatif sederhana di mana kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli serta kriteria penilaian pelatihan dilakukan berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penelitian.

b. Pelatihan ulang (retraining)

Pelatihan ulang berupaya memberikan keahlian kepada karyawan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan kaitannya dengan tuntutan kerja yang berubah-ubah.

c. Pelatihan lintas fungsional (cross functional training)

Pelatihan ini melibatkan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjaan yang ditugaskan.

d. Pelatihan tim

Pelatihan tim merupakan pelatihan yang dilakukan dengan kerjasama sekelompok individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.

e. Pelatihan kreativitas

Pelatihan kreativitas dilandaskan pada asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari, di mana karyawan diberikan kesempatan untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya.

(24)

1 METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme/interpretatif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2018 : 38). Data yang digunakan yaitu data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto (Sugiyono, 2018 : 28).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2018 : 384), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam melakukan pengumpulan data, digunakan alat perekam dan kamera untuk dokumentasi. Pada kegiatan ini penulis sebagai pewawancara (interviewer) mengajukan beberapa pertanyaan kepada terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur artinya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu, akan tetapi pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan muncul pertanyaan baru yang masih relevan agar mendapatkan pendapat dari narasumber secara lebih luas.

Sumber Informasi dalam Penelitian

Penulis melakukan wawancara dengan pihak PT Ciomas Adisatwa dan peternak mitra. Metode pengambilan sumber data dilakukan berdasarkan area atau wilayah, penulis mengambil data pada peternak mitra PT Ciomas Adisatwa dari area Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Bringin.

(25)

2 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang mudah untuk dibaca dan dipresentasikan. Dalam proses analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Tahapan teknik analisis data yang digunakan adalah dengan (Sugiyono, 2018:405) :

a. Pengumpulan data adalah proses mengumpulkan data yang diperoleh dan dikumpulkan saat wawancara dengan peternak maupun perusahaan dan observasi lapangan.

b. Reduksi data, reduksi data adalah proses menganalisis data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, agar memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil wawancara.

c. Penyajian data, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dalam penelitian ini menyajikan data dalam dengan teks yang bersifat naratif.

d. Menarik kesimpulan, setelah data hasil penelitian dianalisis maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan temuan baru yang mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan di awal. temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya samar-samar.

(26)

1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Profil Responden

Tabel 1 Responden Peternak

Informan 6 : PT Ciomas Adisatwa

Nama : Laras

Jabatan : Kepala Unit Kemitraan PT Ciomas Adisatwa Alamat Kantor : Jl. K.H. Asyhari No. 103 Ungaran Barat

Deskripsi Objek Penelitian

PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (Japfa Group) merupakan salah satu perusahaan agri-food terbesar dan terkemuka di Indonesia sejak tahun 1975. Konsep usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk menggunakan layanan terpadu yang lengkap dan menyeluruh melalui rantai produksi yang dimulai dari formulasi pakan, bibit ternak, peternakan ayam broiler, ikan, udang, dan sapi potong hingga produk-produk makanan olahan. Kegiatan usahanya meliputi usaha upstream, midstream, dan downstream. Pada bidang usaha upstream, PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk menyediakan pakan ternak dan peternakan unggas, peternakan sapi perah, peternakan sapi potong, peternakan babi, dan pembudidayaan ikan. Bidang usaha midstream

(27)

2

meliputi pemerahan susu dan penggemukan. Bidang usaha downstream meliputi kegiatan pemrosesan atau pengolahan dan distribusi.

PT Ciomas Adisatwa didirikan pada tahun 1993 yang merupakan merupakan anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (Japfa Group) yang bergerak khusus pada bidang pemotongan ayam broiler. Kegiatan usaha PT Ciomas Adisatwa merupakan bagian midstream dan downstream. Midstream meliputi pengoperasian jaringan peternakan penggemukan (poultry commercial farming). Downstreram meliputi pengoperasiaan unit usaha Rumah Potong ayam (RPA) tipe A. PT Ciomas Adisatwa memiliki kegiatan usaha berupa persediaan dan pemasaran karkas ayam segar dan ayam potong dengan wilayah pemasaran meliputi restoran dan pasar di seluruh wilayah Indonesia. Produk yang dipasarkan berupa ayam karkas atau ayam potong dengan kualitas terbaik yang telah diproses dan dikemas.

PT Ciomas Adisatwa memiliki kantor pusat di Jl. M.T. Haryono Kav. 16 Jakarta dan memiliki beberapa unit yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Unit Ungaran di Jl. K.H. Hasyim Asyari No. 9, Ungaran, sedangkan unit Rumah Potong Ayam (RPA) yang terletak di Jl. Pattimura Km. 6, Kauman Lor, Pabelan, Kab.

Semarang, Jawa Tengah. PT Ciomas Adisatwa Unit Ungaran rata-rata memproduksi ayam potong sebanyak 5000-6000 kg per hari. Ayam potong tersebut berasal dari peternak plasma yang terdapat di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya.

Pemasaran ayam broiler dari peternak dapat dipasarkan secara internal dan secara eksternal. Untuk pemasaran secara internal, ayam broiler hasil panen peternak akan dibawa ke unit RPA milik PT Ciomas Adisatwa sendiri untuk diolah menjadi ayam potong baik dalam bentuk karkas, ayam yang telah dipotong menjadi bagian- bagian kecil, atau untuk dijadikan bahan jadi (boneless) sebagai bahan baku produk makanan PT Japfa Comfeed. Pemasaran eksternal (bakul) yang dilakukan PT Ciomas Adisatwa ialah pemasaran ayam broiler untuk kebutuhan di luar kegiatan usaha PT Ciomas Adisatwa seperti pemasokan ke pasar basah. Produk atau barang yang dipasarkan ayam potong berupa ayam karkas maupun ayam yang telah dipotong menjadi bagian-bagian kecil serta bahan olahan (boneless). Untuk pemasaran ayam potong secara eksternal ditentukan bahwa pembeli hanya dapat membeli ayam potong dari PT Ciomas Adisatwa dengan ketentuan minimal pembelian 5 kuintal per hari. Bagi

(28)

3

pembeli yang pembeliannya di bawah 5 kuintal per hari dapat membeli ayam potong melalui pembeli tangan pertama.

Prosedur Kemitraan

Pada umumnya kemitraan antara PT Ciomas Adisatwa dengan peternak karena adanya penawaran dari Petugas Pengawas Lapangan (PPL) selaku perwakilan dari PT Ciomas Adisatwa. Selain karena adanya penawaran, peternak yang merasa ingin untuk menjadi plasma dapat secara sukarela mendatangi perusahaan untuk mengajukan permohonan. Kedua cara tersebut ditindaklanjuti oleh perusahaan dengan melakukan survey lapangan untuk memeriksa lokasi dan kelayakan kandang beserta peralatan yang dimiliki peternak. Perusahaan dengan prinsip kehati-hatian memastikan kemampuan peternak dalam memelihara ayamnya dengan baik.

Faktor penentu pada kemitraan inti plasma meliputi aspek-aspek :

a. Bantuan modal berupa sarana produksi ternak seperti DOC, pakan, vaksin, dan obat-obatan yang disediakan PT Ciomas.

b. Pelatihan yang diberikan oleh PT Ciomas sebagai bentuk pemberdayaan peternak mitra.

c. Bantuan pemasaran ayam hasil panen peternak mitra, seluruh ayam hasil panen peternak mitra akan dibeli PT Ciomas sesuai harga kontrak yang telah disepakati.

Apabila perusahaan telah menentukan bahwa peternak dapat menjadi plasma, maka peternak harus menyerahkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

Persyaratan untuk mengajukan permohonan pendaftaran kemitraan meliputi persyaratan administrasi dan persyaratan fisik. Persyaratan administrasi meliputi fotocopy kartu keluarga, KTP, NPWP, formulir permohonan yang telah disediakan perusahaan, nomor rekening bank milik peternak, serta surat perjanjian sewa apabila kandang berada di atas tanah yang disewa oleh peternak. Persyaratan fisik yaitu keadaan kandang, seperti jenis kandang, kapasitas kandang, serta peralatan kandang.

Peternak yang telah menyerahkan syarat-syarat sebagai plasma, maka peternak akan menyerahkan jaminan kepada PT Ciomas Adisatwa. Karena program kemitraan inti plasma antara PT Ciomas Adisatwa dengan peternak pada dasarnya merupakan kredit pemberian modal usaha oleh PT Ciomas Adisatwa berupa sarana produksi, maka

(29)

4

peternak diharuskan menyerahkan jaminan untuk pelunasan kredit tersebut sebagai bentuk pengikat kerjasama, sebagaimana pernyataan Informan 6 sebagai berikut:

“Terdapat dua jenis jaminan, yaitu jaminan uang tunai dan jaminan surat berharga. Jaminan uang tunai ditentukan oleh perusahaan sebesar Rp 3.000,- per ekor ayam sebagai deposit yang dapat diambil peternak di akhir kemitraan.

Peternak sering kali merasa terbebani apabila harus membayarkan jaminan sejumlah tersebut, sehingga perusahaan inti memberikan keringanan. Peternak kemudian hanya dibebankan untuk membayar jaminan uang tunai sebesar Rp 500,- per ekor ayam, dengan ketentuan bahwa peternak juga menyerahkan jaminan surat berharga. Surat berharga tersebut akan dikembalikan kepada peternak setelah tercapainya nilai jaminan uang tunai yang ditentukan”.

Prosedur akhir yaitu peternak menandatangani perjanjian kesepakatan kerjasama kemitraan. Dalam perjanjian kemitraan yang ditandatangani antara perusahaan inti dengan peternak plasma dilampirkan surat kesepakatan. Surat kesepakatan tersebut berisi kesepakatan mengenai jumlah sapronak yang akan disediakan perusahaan, harga beli sapronak dari perusahaan yang harus dibayarkan peternak, serta harga jual ayam.

Mengenai harga yang terdapat pada surat kesepakatan, Informan 6 mengatakan”

“Terkait dengan harga jual ayam terdapat dua jenis harga, yakni harga kontrak dan harga jual. Harga kontrak merupakan harga yang ditentukan oleh perusahaan di awal pada surat kesepakatan, sesuai dengan rata-rata harga ayam di pasar sehingga harga kontrak pada satu periode dengan periode selanjutnya dapat berbeda. Harga jual yaitu harga sesuai dengan harga di pasar ketika masa panen tertentu”.

Di luar harga kontrak, perusahaan juga memberikan bonus pasar kepada peternak apabila harga di pasar lebih tinggi dari harga kontrak, sebagaimana informasi ditambahkan oleh Informan 1 yang mengungkapkan:

“Apabila ketika panen harga ayam di pasar berada di atas harga kontrak, maka peternak mitra akan mendapat bonus pasar sebesar 20% dari selisih harga kontrak dengan harga pasar”

(30)

5

Hal tersebut menggambarkan sistem manajemen dari PT Ciomas Adisatwa dengan filosofis karyawan dipandang sebagai investasi, jika dikelola dengan perencanaan yang baik akan memberikan imbalan bagi organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar.

Ayam broiler yang sudah siap panen diambil oleh inti untuk kemudian di bawa ke rumah potong ayam milik PT Ciomas Adisatwa, baik untuk pemasaran secara internal maupun secara eksternal. Peternak pada saat masa panen tidak perlu mempersiapkan akomodasi, karena akomodasi telah menjadi tanggungan bagi PT Ciomas Adisatwa. Ketika masa panen telah selesai, peternak dapat mempersiapkan kembali kandangnya dengan mensterilisasi kandang agar siap untuk periode pemeliharaan berikutnya.

Peternak yang menjadi plasma dari PT Ciomas Adisatwa pada umumnya memiliki peternakan dengan kandang terbuka dengan kapasitas kandang 10.000 sampai dengan 32.000 ekor ayam. Peternak wajib menyediakan kandang serta peralatan yang diperlukan seperti chick feeder, drinker, heater, lampu, fan, genset, nebulizer, dan peralatan lainnya. Peternak juga harus menyiapkan kandang dan memastikan kandang steril setiap mulai periode pemeliharaan. Setiap awal periode pemeliharaan, perusahaan inti akan mengirimkan sapronak kepada peternak meliputi bibit ayam, pakan, vaksin, dan obat-obatan. PPL akan datang ke peternak satu minggu dua kali atau lebih untuk memantau kondisi kesehatan ayam serta stok pakan. Apabila peternak mengalami kesulitan, maka PPL akan memberikan arahan kepada peternak.

Pada kontrak perjanjian yang ditandatangani perusahaan dan peternak disebutkan hak dan kewajiban para pihak antara lain:

a. Hak dan kewajiban perusahaan inti:

1) Inti berhak memberi arahan kepada plasma agar plasma dapat memelihara ayam dengan baik.

2) Inti berhak melakukan inspeksi mendadak untuk mencocokkan data yang dipakai dan data yang ada di lapangan.

3) Inti berkewajiban memberi pelayanan yang baik pada plasma, meliputi:

● Sarana produksi ternak (sapronak), yaitu bibit ayam atau DOC (day old chicken), pakan, vaksin dan obat-obatan.

(31)

6

● Instruksi pemeliharaan yang baik.

4) Inti berkewajiban memanen ayam ternak yang sudah siap panen.

5) Inti berkewajiban membayar hasil pemeliharaan sesuai dengan harga kontrak.

b. Hak dan kewajiban plasma:

1) Plasma berhak menerima pembinaan teknis mengenai pemeliharaan ayam dari perusahaan inti.

2) Plasma berhak menerima pinjaman modal berupa sarana produksi (DOC, pakan, vaksin, dan obat-obatan) dari PT Ciomas Adisatwa.

3) Plasma berhak melakukan koordinasi tentang kondisi ayam dan hasil panennya dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).

4) Plasma berhak melakukan koordinasi mengenai besarnya potongan jaminan.

5) Plasma berkewajiban untuk menggunakan sarana produksi yaitu DOC, pakan, vaksin, dan obat-obatan dalam kegiatan pemeliharaan ayam broiler yang diperoleh dari perusahaan inti.

6) Plasma berkewajiban untuk melunasi pembayaran sarana produksi sebelum siklus periode berikutnya dimulai.

7) Plasma berkewajiban memelihara ayam dengan baik dan sehat sesuai instruksi teknis dari inti tanpa ada indikasi non-teknis dari peternak.

8) Plasma berkewajiban menjual hasil produksi berupa ayam broiler yang telah memasuki usia panen hanya kepada PT Ciomas Adisatwa.

(32)

7

Gambar 2 Alur Kemitraan PT Ciomas Adisatwa dengan Peternak

Perbedaan

Di Kabupaten Semarang, selain PT Ciomas Adisatwa terdapat beberapa perusahaan yang melakukan kemitraan inti plasma dengan peternak ayam, sebagai perbandingan akan diuraikan perbandingan kemitraan pada PT Ciomas Adisatwa dengan kemitraan pada PT Mustika Jaya Lestari (MJL).

Informan 2 yang pernah bermitra dengan PT MJL dan bermitra dengan PT Ciomas Adisatwa menuturkan perbedaan dari kemitraan pada dua perusahaan tersebut:

“Secara sistem PT Ciomas Adisatwa lebih unggul dari PT MJL karena PT Ciomas Adisatwa sendiri anak perusahaannya Japfa, jadi sapronak yang diberikan sudah tentu berkualitas. Kemitraan juga tidak sekedar dibantu permodalan seperti PT MJL, tapi kami peternak diberikan pelatihan dan pembinaan. Bentuk kemitraannya juga berbeda, di PT Ciomas Adisatwa kemitraan internal, jadi dari sapronak sampai nanti hasil panen diurus oleh perusahaan, sedangkan PT MJL kemitraan eksternal yang hanya membantu permodalan. Saat panen pada kemitraan PT Ciomas Adisatwa nanti semua diambil perusahaan, sedangkan PT MJL saat panen hasil panennya dijual ke pihak luar ”

Kemitraan inti plasma yang dijalin antara PT Ciomas Adisatwa dengan peternak ayam plasmanya adalah kemitraan internal di mana input berasal dari perusahaan inti,

(33)

8

peternak bertanggung jawab memelihara ayam broiler, kemudian hasil panen akan diambil oleh perusahaan dengan harga yang telah ditentukan. Pada PT MJL merupakan bentuk kemitraan eksternal, di mana peternak bekerja sama dengan pemodal yang menyediakan bibit, pakan, dan obat-obatan, ayam broiler yang siap panen kemudian dijual kepada mitra sesuai dengan kesepakatan awal. Peternak mitra akan mendapat sapronak dari PT MJL, namun bukan PT MJL yang akan mengambil hasil panen, melainkan pembeli mitra atau agen atau broker menggunakan sistem delivery order (DO). Pembeli mitra akan mengambil ayam di kandang sesuai dengan DO yang telah ditentukan antara pembeli mitra dengan PT MJL, sehingga yang memanen ayam adalah pihak ketiga.

Pembeda PT MJL dengan PT Ciomas Adisatwa ialah prosedur mengenai penjualan. Pada PT Ciomas Adisatwa penjualan hasil panen hanya boleh dijual kepada PT Ciomas Adisatwa. Pada PT MJL, seluruh hasil produksi broiler ditampung sepenuhnya oleh perusahaan yang nantinya akan diambil oleh mitra DO, namun peternak diperbolehkan menjual ayam hidup kepada masyarakat sekitar kandang yang memerlukan ayam untuk keperluan acara dengan ketentuan minimal sejumlah satu kuintal. Apabila peternak hendak menjual ayamnya kepada masyarakat, peternak harus mendapatkan persetujuan kepada perusahaan terlebih dahulu dengan harga yang disesuaikan dengan harga ayam di pasar.

Perbedaan yang mendasar lainnya adalah terkait kedudukan peternak mitra dalam organisasi perusahaan. Pada PT MJL ini peternak mitra hanyalah sekedar mitra bisnis karena kemitraan yang dijalin adalah kemitraan eksternal di mana perusahaan hanya membantu permodalan pada awal periode pemeliharaan. Hal tersebut berbeda dengan sistem kemitraan internal yang dijalin PT Ciomas Adisatwa di mana proses pemeliharaan ayam dalam satu periode merupakan bagian dari kegiatan produksi dari PT Ciomas Adisatwa.

Keunggulan PT Ciomas Adisatwa juga terletak pada stabilitas kualitas sapronak yang disupply karena yang menyuplai sapronak adalah PT Japfa Comfeed yang telah memiliki kualitas SNI mulai dari bibit ayam, pakan sampai dengan obat-obatannya.

Sedangkan pada PT MJL sapronak yang disupply tidak pasti tergantung dengan

(34)

9

kemampuan perusahaan. Selain itu, pada PT MJL tidak diberikan bonus pasar atas selisih harga kontrak dengan harga pasar.

Perbedaan antara kemitraan internal sebagaimana dilakukan PT Ciomas Adisatwa dengan kemitraan eksternal sebagaimana dilakukan PT MJL dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Kemitraan internal

Gambar 3 sistem pemasaran ayam broiler pada kemitraan internal.

Keterangan:

Dalam sistem kemitraan internal, pemasaran yang dilakukan terbagi menjadi dua sistem, yakni sistem eksternal dan sistem internal. Pada sistem internal, perusahaan akan menjualnya kepada perusahaan yang terintegrasi dengannya, dalam hal ini ayam akan dijadikan sebagai bahan baku olahan seperti sosis dan nugget. Dalam sistem inernal, hanya perusahaan yang boleh menjual daging ayamnya kepada pihak luar.

Peternak plasma tidak diperbolehkan menjual ayam hasil panennya kepada pihak luar, sehingga perusahaan menguasai output peternak.

Perusahaan yang menerima pasokan dari peternak kemudian

(35)

10

mengolahnya di unit RPA yang dimiliki. Ayam karkas yang dihasilkan akan dijual ke pemasok dan pedagang besar. Pedagang besar kemudian akan mendistribusikan ke pedagang kecil di pasar-pasar tradisional.

Sementara itu, pemasok akan mendistribusikannya kepada supermarket, hotel, restoran, dan lainnya.

b. Kemitraan eksternal

Gambar 4 sistem pemasaran ayam broiler pada kemitraan internal.

Keterangan:

Sistem pemasaran pada kemitraan eksternal lebih terbuka, di mana peternak juga dapat menjual ayam hidup kepada masyarakat dengan ketentuan tertentu. Perusahaan mitra tidak menjual ke pasar secara langsung, melainkan agen yang telah melakukan delivery order (DO) akan mengambil ke kandang peternak sesuai jumlah DO. Agen pada umumnya memiliki RPA sendiri, di mana ayam karkas kemudian akan dijual kepada pedagang besar dan pemasok. Pedagang besar mendistribusikannya kepada pedagang kecil di pasar, sedangkan pemasok mendistribusikan ke supermarket, restoran, hotel, dan lainnya.

Pelatihan yang diberikan

(36)

11

Dari kelima responden, terdapat dua peternak yang sebelumnya tidak memiliki basic keterampilan beternak. Semua responden memberikan pernyataan bahwa perusahaan memberikan pelatihan dan pembinaan kepada peternak mitra. Berikut pernyataan para responden:

Informan 1: Pertama kali bergabung dengan PT Ciomas Adisatwa dapat pelatihan standar teknis baik kandang, maupun teknis pemeliharaan ayam. Selanjutnya diberikan pelatihan bersama-sama peternak lainnya di PT Japfa di Grobogan

Informan 2: Pelatihan pertama yang saya dapat pelatihan pemeliharaan ayam sesuai standar yang bagus, kemudian PPL memberikan pelatihan dengan memberikan percontohan pada peternak yang berhasil.

Informan 3: Pelatihan Pertama yang diberikan PPL tentunya tentang basic beternak, kemudian ada pelatihan mengenai pakan ternak, waktu itu kita diajak ke pabrik pakan ayam milik Japfa di Grobogan bersama peternak yang lain. Secara umum pelatihan ya diberikan sekalian kunjungan pengawasan di kandang apabila ada kerusakan pada kandang nanti PPL akan memberikan pengetahuan teknis perbaikannya.

Informan 4: Pelatihan yang pertama saya dapat tentunya tentang cara- cara memelihara ayam, prosedur perawatan kandang, dan pelatihan mengenai penyakit pada ayam broiler. Pelatihan tentang pakan ternak kebetulan saya ikut pelatihan di pabrik Japfa bersama dengan peternak- peternak lain. Di luar itu ada PPL yang melakukan pembinaan setiap minggu sekali sampai dua kali, jadi yang tidak punya basic peternak seperti saya akhirnya memiliki keterampilan untuk beternak ayam.

Informan 5: Pelatihan yang pernah saya dapat yaitu pelatihan beternak ayam sesuai standar PT Ciomas Adisatwa. Selain itu ada pelatihan yang diadakan di pabrik pakan ayam milik Japfa.

PPL memberikan pelatihan secara rutin kepada peternak mitranya dengan metode on the job training di mana dalam pelatihan ini peternak mitra mendapatkan pelatihan selama masa periode pemeliharaan di bawah bimbingan PPL secara langsung. Bagi peternak mitra yang masih baru dan belum memiliki

(37)

12

keahlian dalam beternak ayam, pelatihan dilakukan oleh perusahaan berupa pelatihan dasar teknis pemeliharaan ayam sesuai standar PT Ciomas Adisatwa termasuk di dalamnya kunjungan ke PT Japfa Comfeed Indonesia di Grobogan untuk melihat proses pembuatan pakan untuk memberikan pemahaman mengenai kebutuhan dalam peternakan ayam broiler. Pelatihan lainnya adalah pelatihan penanganan penyakit pada ayam ternak, serta pelatihan pemeliharaan kandang.

Pada peternak mitra yang masih baru, sebelum periode pemeliharaan PPL juga akan mengajak peternak mitra untuk mengunjungi beberapa peternak di daerah Kabupaten Semarang sehingga peternak mitra akan diberikan percontohan dalam pemeliharaan ayam.

PEMBAHASAN

A. Bentuk Pengembangan SDM dalam Kemitraan Peternak dengan PT Ciomas Adisatwa

Analisis Bentuk Kemitraan

Kemitraan yang terjalin antara PT Ciomas Adisatwa dengan peternak ayam adalah kemitraan inti plasma, di mana PT Ciomas Adisatwa bertindak sebagai inti dan peternak ayam sebagai plasma. Pada kemitraan inti plasma, perusahaan wajib memberikan sarana produksi ternak (sapronak) kepada mitranya, dan mitra wajib memelihara ayam ternaknya sampai siap panen dan menjualnya kepada perusahaan inti.

Pada dasarnya kemitraan inti plasma ini memiliki pengertian bahwa PT Ciomas Adisatwa selaku perusahaan inti memberikan modal kepada peternak plasmanya berupa sarana produksi ternak (sapronak) beserta pemberian bimbingan teknis kepada peternak plasmanya. PT Ciomas Adisatwa pada awal masa periode pemeliharaan memberikan bibit ayam kepada peternak, sedangkan pakan, vaksin, dan obat-obatan yang secara rutin dikirim ke kandang selama masa periode pemeliharaan. Satu masa periode pemeliharaan adalah tiga puluh lima sampai empat puluh hari yakni sampai ayam di kandang siap panen. Sapronak yang

(38)

13

diberikan kepada peternak plasma sendiri disediakan oleh PT Ciomas Adisatwa dengan menggunakan produk dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mengingat PT Japfa sendiri memiliki kegiatan usaha dari hulu sampai hilir termasuk produk- produk yang berkaitan dengan peternakan unggas mulai dari bibit ayam, pakan, dan lainnya.

Tujuan kemitraan yang dilakukan oleh PT Ciomas Adisatwa adalah menumbuhkembangkan peternak mandiri, meningkatkan kemampuan teknis peternak, efisiensi produksi, meningkatkan pendapatan peternak, menghidupkan perekonomian pedesaan, serta menciptakan lapangan pekerjaan. Peternak yang bergabung menjadi plasma akan mendapat beberapa keuntungan yaitu menjamin kontinuitas produksi dan pendapatan peternak, mendapat jaminan dalam pemasaran, serta mendapat alih teknologi beternak melalui pembinaan yang diberikan perusahaan.

Alasan pokok perusahaan untuk melakukan kemitraan yaitu untuk mendapatkan jaminan kepastian dalam penjualan DOC; untuk mendapatkan jaminan kepastian dalam penjualan pakan; mengurangi biaya investasi lahan, kandang, dan alat; serta mendapatkan tenaga kerja terampil dengan upah yang relatif murah. Beberapa peternak beralih menjadi peternak plasma dikarenakan beberapa alasan, yaitu kekurangan modal usaha, terutama setelah mengalami gejolak eksternal; mengurangi risiko kegagalan/kerugian; memperoleh jaminan kepastian penghasilan; memanfaatkan kandang yang kosong; serta memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran. Hal tersebut menunjukkan tercapainya prinsip saling membutuhkan dan prinsip saling menguntungkan dalam kemitraan.

Strategi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan SDM adalah upaya terencana yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kompetensi pekerja dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan.

(Marwansyah, 2012) dalam hal ini dilakukan PT Ciomas Adisatwa melalui pelatihan yang diberikan peternak mitranya.

(39)

14

Dalam kemitraan komitmen menjadi salah satu bentuk fungsi manajemen yang secara terus menerus dijalankan dalam perusahaan berkomitmen terus memberikan bantuan pengembangan baik permodalan maupun teknis dan non teknis kepada mitranya (Handrix, 2018). Di sisi lain, mitra berkomitmen untuk memelihara ayamnya dengan baik sesuai dengan standar yang diberikan perusahaan. Pengembangan SDM melalui pelatihan dilakukan oleh manajemen dengan anggapan semakin terlatihnya SDM, semakin tinggi pula kesadaran SDM dan partisipasinya dalam organisasi atau perusahaan

Menurut Informan 5, melalui kemitraan inti plasma terutama dengan PT Ciomas Adisatwa memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan menjadi peternak mandiri sebagaimana pernyataan yang diberikan:

“Melalui kemitraan keuntungan lebih besar dibandingkan ketika masih menjadi peternak mandiri, untuk beli sapronaknya saja sudah kesulitan.

Selain itu dengan kemitraan saya merasa diberdayakan melalui pelatihan dan pembinaan yang diberikan perusahaan”.

Salah satu alasan peternak mandiri bergabung menjadi mitra perusahaan ayam potong, dalam hal ini ialah PT Ciomas Adisatwa mendapat pengetahuan baru mengenai cara memelihara ayam yang baik, karena sebelumnya peternak membudidayakan ayamnya secara tradisional dengan peralatan yang seadanya sehingga ayam broiler hasil panennya kurang memuaskan. Setelah bermitra peternak tidak perlu lagi mencari pembeli, karena ayam hasil panennya akan diambil oleh perusahaan setiap memasuki masa panen. Setelah bermitra peternak tidak lagi mengeluarkan biaya untuk kegiatan panen, karena akomodasi dan packaging menjadi tanggung jawab perusahaan.

Kedudukan peternak mitra dalam rantai produksi bukan sebagai karyawan dari PT Ciomas Adisatwa melainkan sebagai pihak eksternal. Pada rantai produksi dari PT Ciomas Adisatwa, peternak memiliki peran penting terutama terkait pasokan bahan baku kegiatan produksi PT Ciomas Adisatwa, di mana PT Ciomas Adisatwa membutuhkan peternak mitra untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku dengan kualitas yang sesuai dengan standar yang diharapkan. Kedudukan peternak mitra sebagai pihak eksternal yang berada dalam rantai produksi PT

(40)

15

Ciomas Adisatwa menjadikan alasan PT Ciomas Adisatwa berkomitmen untuk mengembangkan kualitas dari peternak mitranya. PT Ciomas Adisatwa menempatkan mitranya sebagai investasi, jika dikelola dengan perencanaan yang baik akan memberikan imbalan bagi organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar.

Pengembangan SDM peternak mitra dilakukan secara formal melalui pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengembangkan sumber daya manusia dengan keahlian yang diperoleh sekaligus memperbaiki performa peternak mitra dalam memelihara ayamnya. Pengembangan SDM yang dilakukan perusahaan melalui pelatihan yang rutin dilakukan dengan harapan agar sumber daya manusia dapat mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam bidang peternakan. Selain itu, pelatihan diberikan kepada peternak mitra dengan harapan agar pemeliharaan ayam dilakukan secara lebih baik serta meminimalisir kesalahan dalam pekerjaan yang dilakukan peternak mitra.

PPL memegang peran penting dalam mengembangkan SDM peternak melalui pelatihan. PPL bertanggungjawab memberikan pelatihan baik secara individual kepada peternak maupun pelatihan secara bersama-sama. Sejauh mana kualitas peternak dapat berkembang dapat dikontrol oleh PPL melalui hasil panen peternak yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan perusahaan untuk melanjutkan atau menghentikan kemitraan.

Faktor yang mempengaruhi pengembangan SDM dalam hal ini pelatihan dan pengembangan SDM adalah perkembangan atau kemajuan teknologi.

Kemajuan teknologi tidak saja memberikan dampak terhadap identifikasi kebutuhan pelatihan & pengembangan, tetapi juga terhadap pemeliharaan metode pelatihan & pengembangan yang akan dilakukan PPL. Dalam hal ini apabila terdapat inovasi baru maupun teknologi baru dalam peternakan, PPL akan memberikan pelatihan kepada peternak sehingga peternak mitra dapat menggunakan teknologi tersebut.

Mengenai jenis pelatihan yang ada pada PT Ciomas Adisatwa, Informan 6 mengatakan:

(41)

16

“Pelatihan yang diberikan PT Ciomas Adisatwa kepada peternak sifatnya berbasis keahlian, di sini peternak diarahkan untuk meningkatkan keahliannya dalam beternak. Tetapi kembali lagi karena latar belakang peternak yang berbeda-beda kami tidak bisa memberikan pelatihan yang sama untuk semua peternak, jadi disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing peternak. Pelatihannya seperti pelatihan dasar teknis pemeliharaan ayam sesuai standar PT Ciomas, pelatihan penanganan penyakit pada ayam, pelatihan pemeliharaan kandang, di luar itu PPL juga dapat memberikan pelatihan insidentil.”

Jenis pelatihan yang dilakukan oleh PT Ciomas Adisatwa kepada peternak mitra ialah pelatihan keahlian. Keahlian peternak mitra dalam memelihara ayam ditingkatkan oleh PT Ciomas Adisatwa dengan memberikan pelatihan mengenai teknik, teknologi, serta penggunaan kebutuhan dalam peternakan. Jenis pelatihan keahlian merupakan bentuk pelatihan yang paling sederhana. Sebagaimana dijelaskan oleh Informan 6 dapat diuraikan beberapa pelatihan yang diberikan oleh PT Ciomas Adisatwa, antara lain:

1. Pelatihan teknis pemeliharaan ayam

PPL memberikan pelatihan ini secara individual kepada peternak secara langsung. Setiap peternak yang baru bergabung pada kemitraan PT Ciomas Adisatwa harus mendapatkan pelatihan ini. Pada pelatihan ini peternak diberikan pengetahuan mengenai standar ayam broiler pada PT Ciomas Adisatwa. Peternak diberikan pengetahuan mengenai teknologi-teknologi dalam pemeliharaan ayam secara modern. Pelatihan diberikan PPL dengan kunjungan ke kandang, pada mitra baru dilakukan satu minggu dua kali. Tujuan pada pelatihan ini ialah meningkatkan kemampuan teknis peternak serta alih teknologi bidang peternakan

2. Pelatihan penanganan penyakit pada ayam

Pelatihan ini merupakan bentuk pencegahan yang diberikan PPL agar menekan angka kematian ayam di kandang karena penyakit. Dengan demikian, pada pelatihan ini bertujuan untuk menekan angka kerugian dalam arti mengurangi angka kekeliruan. Informan 4 mengatakan:

(42)

17

“Saya belum punya basic beternak jadi tidak memiliki pengetahuan sama sekali, oleh PPL saya diberikan pengetahuan penyakit-penyakit yang mungkin menjangkit ayam di kandang. Pelatihan tersebut diberikan PPL pada awal saya bergabung. Kemudian pada awal tahun 2019 ayam saya tiba-tiba banyak yang mati, oleh PPL kemudian saya diberikan pembinaan ulang. Dengan demikian pada periode selanjutnya angka kesalahan dalam beternak menjadi kecil”.

Dari pernyataan tersebut memungkinkan adanya pelatihan ulang oleh PPL mengingat perkembangannya penyakit baru mungkin dapat muncul.

3. Pelatihan pemeliharaan kandang

Pelatihan ini diberikan kepada peternak agar senantiasa mampu mendeteksi kerusakan pada kandang sehingga memperkecil kerusakan pada kandang yang akan berakibat pada kerugian kedua belah pihak.

4. Pelatihan insidentil

Pelatihan ini biasanya dilakukan apabila terdapat inovasi baru dalam peternakan sehingga harus diadakan pelatihan kepada peternak.

B. Langkah-langkah pengembangan SDM peternak mitra dalam kemitraan dengan PT Ciomas Adisatwa

Tahapan Kegiatan Pelatihan

Dikaitkan dengan tahapan kegiatan pelatihan menurut Marwansyah (2012 : 58) adapun tahapan pelatihan sebagai upaya pengembangan SDM oleh PT Ciomas Adisatwa adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertama pada pelatihan yang akan dijalankan, PT Ciomas Adisatwa melakukan penilaian kebutuhan pelatihan yang meliputi penilaian kebutuhan perusahaan dan penilaian kebutuhan peternak mitra. PT Ciomas Adisatwa memetakan keahlian peternak-peternak mitra untuk menentukan kebutuhan dari masing-masing peternak mitra. Pada tahap ini PPL juga memperkirakan kebutuhan pelatihan pada masa yang akan datang.

Gambar

TABEL 1. Responden Peternak  24
GAMBAR 1 Bagan Tahapan Pelatihan   20
Gambar 1. Bagan Tahapan Pelatihan
Tabel 1 Responden Peternak
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa jumlah populasi kumbang tanduk yang didapat tidak jauh berbeda antara kesepuluh perangkap.. Dari

Sehingga bagi kelompok lain yang ada dalam perusahaan seperti pegawai, Laporan laba/rugi menjadi terbatas kegunaannya untuk memberikan laporan kesejahteraan

STATUS RISIKO BAWAAN PENGENDALIAN YANG ADA KEMUNGKINAN SETELAH  ADANYA PENGENDALIAN DAMPAK SETELAH ADANYA  PENGENDALIAN STATUS SISA RISIKO Berkurangnya jam 

Selama periode Januari 2016 s/d Januari 2017 seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di CV Natural menggunakan bahan kayu olahan yang berasal dari hutan

Agama responden peserta KB aktif di Polindes Desa Talok Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro lebih dari sebagian besar tidak mendukung kepercayaan religius yang dapat

Metode Drill yaitu sebagai berikut :.. 1) Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga latihan mereka dapat. mengerjakan dengan tepat sesuai yang diharpkan. 2) Tentukan

Terdapat empat aspek penilaian pelajar terhadap pembangunan pembelajaran di kolej kediaman yang dilihat iaitu tanggungjawab pihak pengurusan, peranan pengetua dan felo

Hasil uji analisis Chi Square didapatkan nilai p = 0,020 ( p < 0,05) yang berarti terdapat asosiasi antara usia kehamilan dengan infeksi saluran kemih asimtomatik pada