• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi dapat. menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi dapat. menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2. 1

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi dapat menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecelakaan tersebut dapat disebabkan oleh 3 elemen yaitu manusia, peralatan dan lingkungan kerja. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor penyebab kecelakaan kerja yang paling sering terjadi. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan kerja.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya organisasi keselamat- an kerja, program keselamatan kerja, dan dukungan manajemen. Di lain pihak pemerintah juga memegang peranan penting dalam usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada proyek konstruksi. Campur tangan pemerintah pada keselamatan dan kecelakaan kerja mengalami perubahan yang besar selama 20 tahun ini. Selama terjadinya revolusi industri konstruksi, para pemilik industri konstruksi jarang memperhatikan dan bertanggung jawab pada kecelakaan yang terjadi pada pekerjanya. Hukum yang berlaku saat itu berbicara bahwa hal tersebut sudah merupakan resiko pekerjanya karena kelalaiannya. Sehingga para pemilik industri konstruksi sering terbebas dari tanggung jawab karena memang bukan kesalahannya.

(2)

Karena itu pekerja seringkali bertanggung jawab terhadap keselainatan dirinya sendiri.(Hinze, Jimmie W, 1997)

2.2. KECELAKAAN KERJA

Beberapa sumber yang diperoleh didapatkan berbagai macam definisi tentang kecelakaan sebagai berikut :

Yang dimaksud kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja seperti kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol.

Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan kematian.

Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar.

Semua kecelakaan tanpa melihat apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut. (Hinze, 1997).

Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah sesuatu yang tidak terencana, tidak terkontrol, dan sesuatu hal yang tidak diperkirakan sebelumnya sehingga mengganggu efektifitas kerja seseorang. (Anton,Thomas J) Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Modul 1 tentang dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja).

(3)

Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan cedera termasuk kerusakan harta benda dan gangguan lingkungan atau kombinasi dari semua ini. (Modul 2 tentang Manajeinen K3)

Kecelakaan yang terjadi termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilalui. (UU RI no 3 th 1992 dan Per- 04/Men/l993)

Kejadian atau peristiwa yang menyebabkan orang mendapat kesulitan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggungjawab para manajer lini, penyelia, mandor kepala, dan juga kepala urusan. Fungsionaris lini wajib memelihara kondisi kerja yang aman sesuai dengan ketentuan pabrik dan peinprosesan yang baik

Teknik pencegahan yang harus didekati yaitu aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, dan letak) serta aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan). Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolaan sumber daya manusia akan mengakibatkan kecelakaaan atau kerugian. Dari aspek peralatan, pencegahan kecelakaan harus diadakan dengan terlebih dahulu menyusun berbagai sistem dalam perusahaan. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata.

Di dalam setiap kejadian, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan

(4)

berantai, yaitu faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan, dan faktor manusia. (Siialahi, 1995).

I

I

I

KECELAKAAN MANUSIA

Gambar 2.1

Hubungan faktor-faktor kecelakaan

Hasil survey lapangan yang dilakukan terhadap beberapa kontraktor di Surabaya menyatakan bahwa kecerobohan manusia mencapai 95 % dari kecelakaan kerja yang terjadi di proyek konstruksi. (Dewi dan Antalis, 1997). Di Atnerika, 85% kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan karena kecerobohan manusia dan 15% karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (Clough and Sears, 1994).

KECELAKAAN KERJA

CONDITION PROYEK PEKERJA

Gambar 2.2

Penyebab kecelakaan kerja

(5)

Penyebab kecelakaan kerja secara umum dapat dibagi dua yaitu : a) Penyebab langsung :

(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai segala tindakan manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri maupun orang lain.

Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :

Metode kerja yang salah.

Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

Menggunakan alat yang sudah rusak.

Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.

(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.

Contoh kondisi yang tidak aman :

Kondisi fisik, mekanik, peralatan.

Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

Kondisi penataan lokasi yang salah.

b) Penyebab tidak langsung : (1) Fungsi manajeinen proyek.

(2) Kondisi pekerja.

(sumber menurut Russell DeReamer, 1980)

(6)

2.3 KESELAMATAN KERJA

Definisi keselamatan dapat diartikan : Kondisi bebas dari bahaya.

Terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apapun, sehat, tidak mendapat gangguan, kerusakan, dsb, beruntung, tercapai maksudnya, tidak gagal. ( Kamus Besar bahasa Indonesia )

Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu mendapat perhatian yang sama dengan kualitas, jadwal dan biaya (Yustono, 1991).

Keterlibatan secara aktif dari manajemen perusahaan sangat penting artinya bagi terciptanya perbuatan dan kondisi lingkungan yang aman. Manajemen perusahaan perlu membuat program keselamatan k e j a (safety program) dan mempunyai komitmen untuk menjalankan program tersebut demi tercipta- nya keamanan di lokasi proyek. (Hinze, 1997)

Penyediaan fasilitas keselamatan k e j a meliputi peralatan perlindungan diri dan sarana keselamatan kerja. Peralatan perlindungan diri terdiri dari pelindung kepala (helm), pelindung mata, pelindung telinga, sarung tangan, sabuk pengaman, dan sepatu karet. sedangkan sarana keselainatan kerja meliputi tanda-tanda dan tulisan mengenai keselamatan kerja, jaring pengaman tempat pengobatan, peralatan P3K dan alat pemadam kebakaran. (Grimaldi dan Simonds, 1975)

(7)

Selain itu pekerja perlu diberikan pengarahan mengenai maksud dari sarana keselamtan kerja yang ada di lokasi proyek Can resiko-resiko yang ada di lokasi proyek, agar para pekerja dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman. (Hinze, 1997). Pengarahan keselamatan kerja perlu dilakukan secara rutin dan mudah dicerna oleh para pekerja (Ratih dan Saptiwi, 1996).

2.4. ALASAN PENTINGNYA KESELAMATAN KERJA.

Ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselainatan dalam bekerja, yaitu :

Kemanusiaan

Membiarkan terjadinya kecelakaan k e j a tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu, pengusaha (kontraktor) mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman (Ridley, 1983)

Ekonomi

Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya

(8)

pengobatan, biaya santunan kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pemegahan kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.

UU dan peraturan

UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang keselainatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan kompleksi tas kerja yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan keja, dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang kegiatan konstruksi.

Nama baik perusahaan

Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat mempengaruhinya kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain.

Menururt Ir Christiawan, reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa, termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek (Christiawan, 1992). Prestasi keselainatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselainatan kerja yang baik akan memberikan keuntungan pada perusahaan secara tidak langsung. (Barrie and Paulson,

1984)

(9)

Lainnya

2.5. PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

2.5.1. Jenis kecelakaaan kerja pada proyek konstruksi bangunan tinggi Dari literatur, diperoIeh beberapa data mengenai jenis dan frekuensi kecelakaan yang pernah terjadi pada lokasi proyek konstruksi di Amerika, Jepang, Indonesia dan Surabaya.

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Kasus kecelakaan pada proyek konstruksi di Jepang

I I

I

(10)

Tabel 2.2 (Sambungan)

I I

I I

Stumbling or rubbed

I

I

Sumber : Nishigaki, cs.,1994

Tabel 2.3

Kasus kecelakaan pada proyek konstruksi di Indonesia

I

penyerapan

(11)

( 1 989-1991) Tabel 2.3(Sambungan)

*

Lain-lain (Total)

Tabel 2.4

Kasus kecelakaan pada proyek konstruksi di Surabaya

Jenis kecelakaan

*

*

Lain-lain

Frekuensi

(12)

Tabel 2.4 (Sambungan) Frekuensi

: Data Kantor Depnaker Kodya Surabaya Sumber

Sumber bahaya pada proyek konstruksi bangunan tinggi

Sumber bahaya yang untuk menimbulkan kecelakaan kerja antara lain runtuhnya tangga atau struktur lainnya, pekerjaan atap, lubang pada lantai atau platform yang mengakibatkan pekerja jatuh, tertabrak kendaraan baik berat ataupun kendaraan pribadi, pekerjaan kelistrikan, pekerjaan galian, pekerjaan dengan

dan lain sebagainya.

Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi bangunan tinggi

Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dapat ditinjau menjadi 3 faktor yaitu :

Manusia.

Lingkungan dan alat kerja.

Peralatan keselamatan kerja.

Pelaksanaan proyek yang aman harus memperhatikan ketiga faktor tersebut, dimana ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu

(13)

dengan yang lain. Kecelakaan kerja yang terjadi bukan semata-mata oleh karena tidak dapat dihindari

kecelakaan kerja yang terjadi mempunyai penyebab yang dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu perbuatan manusia dan kondisi lingkungan (Hinze, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang disebabkan karena perbuatan yang tidak aman mencapai 80 % dan 20 % disebabkan karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman. Berdasarkan definisi diatas lahirlah doktrin keselamatan dan kecelakaan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah mengurangi unsur penyebab kecelakaaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995).

a) Manusia

Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja merupakan “alat produksi” yang paling tidak effisien ditinjau dari aspek tenaga, keluaran, ketahanan fisik dan mental. Pembebanan yang berlebihan atau lingkungan k e j a yang kurang nyaman bagi manusia normal harus diimbangi oleh pengurangan jam kerja dan istirahat yang lebih lama untuk memulihkan tenaganya.

Mengingat semakin meningkatnya persyaratan kerja dan kerumitan hidup, manusia harus meningkatkan effisiensinya dengan bantuan peralatan dan perlengkapan, semakin canggih peralatan yang digunakan manusia, semakin besar bahaya yang mengancamnya. (Silalahi, 1995).

(14)

Hal-ha1 yang berpengaruh terhadap tindakan manusia yang tidak aman (kecerobohan) serta kondisi lingkungan yang berbahaya di lokasi proyek :

1 ) Pembawaan diri, Accident Theory menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi berhubungan dengan faktor pribadi manusia. Setiap orang mempunyai pribadi yang berbeda yang mempengaruhi dirinya dalam melakukan setiap perbuatan. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerjanya dan mengontrol pekerjaan yang ditangani sehingga dapat bekerja dengan aman. Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mempunyai frekuensi kecelakaan yang lebih besar. (Hinze, 1997).

2) Persoalan pribadi, faktor-faktor negatif yang terdapat dalam diri pekerja seperti yang dinyatakan dalam Stress yaitu kelelahan, konsumsi alkohol atau obat-obatan, penyakit dan perasaan frustasi dalam kehidupan akan mempengaruhi perilaku pekerja, sehingga mereka melakukan pekerjaan dengan tidak aman yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

3) Usia dan pengalaman kerja, faktor usia dan pengalaman kerja mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaan mereka di lokasi kerja, dimana pekerja yang masih muda usianya belum memiliki pengalaman kerja yang memadai dalam

(15)

melaksanakan tugas mereka, hal ini akan mengakibatkan tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja dewasa. Pekerja yang sudah berpengalaman dalam pekerjaannya akan lebih baik dalam bekerja dibandingkan dengan pekerja yang tidak berpengalaman atau pekerja baru. Hal ini disebabkan karena pekerja yang berpengalaman telah memahami tugas-tugas yang akan dikerjakan dan resiko yang ada dalam pekerjaan yang di tanganinya. Pekerja baru ketika ditempatkan di lokasi proyek menghadapi lingkungan yang tidak dikuasainya, sehingga dapat membuatnya frustasi yang akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. (Hinze, 1997).

4) Perasaan bebas dalam melaksanakan pekerjaan (tidak ada tekanan / target kerja). Berdasarkan teori The Goals- pihak manajemen harus memberikan kebebasan kepada pekerja dalam usahanya mencapai tujuan dari pekerjaan dengan tidak inembebani dengan target-target yang memberatkan. Hasilnya adalah bahwa pekerja akan lebih memfokuskan kerjanya yang mengarah pada tujuan kerja. (Hinze, 1997)

5 ) Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja para pekerja tidak memberikan jaminan terhadap resiko kecelakaan kerja yang lebih kecil, karena resiko terjadinya kecelakaan kerja sangat tergantung akan pengertian pekerja tersebut terhadap

(16)

pemahaman cara bekerja yang aman (peralatan kerja, keselamatan keja, prosedur pekerjaan) dan sebagainya (Hinze, 1385).

6) Keletihan fisik para pekerja yang dapat menyebabkan konsentrasi para pekerja terganggil, sehingga cenderung untuk melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti lingkungan tempat bekerja berada di tempat terbuka yang dipengaruhi cuaca dan pergantian jam kerja yang tidak teratur (bila proyek berjalan terus menerus). (Hinze, 1985).

b) Lingkungan dan alat kerja.

Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan dalam mencegah kecelakaan kerja, terutama yang disebabkan oleh :

1) Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang berlebihan yang berakibat dapat mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja.

2) Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja yang berakibat penurunan pada efektivitas kerja.

3) Cuaca (panas, hujan), dimana kondisi panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja mengalami kelelahan fisik dini dan kondisi hujan akan mengakibatkan kecelakaan karena lokasi kerja menjadi licin.

(17)

Pada kondisi tertentu beresiko menimbulkan

tempat kerja konstruksi cenderung kecelakaan kerja yang tinggi, karena lokasi kerja proyek yang berbahaya.

Kondisi kerja yang tidak aman, misalnya bekerja dekat atau bekerja bcrsama alat berat atau peralatan kerja yang bergerak

dan lain sebagainya).

c) Peralatan keselamatan kerja.

Peralatan keselamatan kerja berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja tersebut sangat bervariasi jenis dan macamnya, tergantung dari aktivitas apa yang dilakukan oleh pekerja (Douglas, 1975).

Macam-macam dan jenis peralatan keselamatan kerja tersebut dapat berupa (Anton, 1989; DeReamer, 1980; Douglas, 1975) :

Helm pengaman

Wajib dikenakan oleh semua orang yang berada di lokasi proyek konstruksi. Helm yang digunakan harus helm khusus untuk proyek konstruksi.

Sepatu shoes)

Sepatu harus dikenakan oleh semua orang yang berada di lokasi proyek konstruksi. Sebaiknya sepatu tersebut mempunyai lapisan besi pada bagian depan yang menutup jari-jari kaki terutama bila akan mengangkat benda-benda yang berat.

(18)

3) Pelindung mata

Pel indung mata bermacam jenis dan bentuknya tergantung pada pekerjaan apa pang dilakukan. Diantaranya terdiri dari :

Welders ' goggles digunakan oleh pekerja yang melakukar. pekerjaan, pengelasan atau saat memotong besi dengan cara membakar

digunakan oleh pekerja yang akan menggerinda atau menggunakan material cair yang panas.

goggles digunakan oleh pekerja yang akan melakukan penggergajian atau yang melakukan pengeboran dengan lokasi di atas kepala.

digunakan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan di lokasi yang berdebu misalnya di lokasi pembuatan adonan semen atau tempat pengecoran semen.

4) Pelindung telinga

Digunakan saat pekerja menggunakan alat kerja atau di lokasi kerja yang menimbulkan suara bising.

5 ) Pelindung muka dan leher

Digunakan saat mengaspal, bekerja dengan cairan kimia, menggunakan gergaji mesin dan mengelas.

6 ) Penutup lubang (hole cover)

Semua lubang pada proyek konstruksi harus ditutup. Dan peletakannya harus sedemikian rupa agar pekerja tidak

(19)

mudah tergelincir ke dalam lubang. Selain itu harus diberi

2.5.4. Dampak kecelakaan kerja

Kecelakaan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik bagi pekerja maupun bagi pengusaha (konlraktor). Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan penderitaan baik merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan, maupun penderitaan bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi pengusaha, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya kompensasi pekerja, biaya perawatan medis dan rumah sakit, santunan untuk pekerja yang menderita cacat, santunan kematian, serta premi asuransi yang dikenakan atas kebakaran, kehilangan, atau kerusakaan properti, serta atas tuntutan dari masyarakat sekitar. Sedangkan biaya tak langsung misalnya biaya untuk mengganti peralatan yang rusak, biaya tambahan karena pekerjaan terhenti, biaya yang timbul karena waktu yang terbuang untuk mencari tenaga kerja pengganti, untuk membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan pertolongan, dan sebagainya. Selain itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa penurunan kualitas pekerjaan, penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik perusahaan ( Knack, Lee E.,1973 ; Yustono, Urip cs, 1991 ; Ratih dan Saptiwi, 1996 ). Besarnya biaya

(20)

tak langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. (Smith, G.R, and Roth, R.D.,1991).

Oleh karena itu, terlihat bahwa kecelakaan kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan, produktivitas pekerja dan nama baik perusahaan.

2.6. MAN A J EM EN K E S E L A M AT A. N KERJA.

Definisi manajemen keselamatan kerja merupakan suatu perencanaan, kebijakan, dan pengambilan keputusan dari suatu organisasi atau perusahaan agar lebih memperhatikan keselamatan para pekerjanya.

Manajeinen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggungjawab keselamatan dan kecelakaan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi.

(Silalahi, 1995).

Tabel 2.5

Elemen penting program keselamatan kerja

Elemen program keselamatan kerja

i

pelaksanaan program keselamatan kerja

(21)

Tabel 2.5 (Sambungan)

keselamatan kerja

asuransi untuk mengadakan safety

terjadi.

(22)

Tabel 2.5 (Sambungan)

)1. Melakukan di lingkungan

kerja, pencegahan, dan yang

Membuat

i i

i

I

I

keselamatan Adanya

pencatatan keselamatan

i

i

terhadap kerja.

data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Dari

dapat mencegah terjadinya kecelakaan diperlukan unsur 3 yang saling untuk

teskait :

Organisasi keselamatan kerja.

Program keselainatan kerja.

(23)

Dukungan manajemen.

2.6.1. Organisasi keselamtan kerja.

Langkah yang harus dilakukan sebelum merencanakan program keselamatan kerja adalah membentuk organisasi keselamatan kerja yang terdiri atas wakil dari manajemen atas sampai pekerja melalui mandor (Etter, Irvin B, 1984). Organisasi keselamatan kerja ini bertanggung jawab atas dilaksanakannya program keselamatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

2.6.2. Program keselamatan kerja pada proyek konstruksi bangunan tinggi Program keselamatan k e j a yang baik harus dapat dilaksanakan sejalan dengan proses kegiatan konstruksi yang sedang berlangsung.

Program keselamatan kerja yang baik terdiri dari 8 elemen, yaitu : Penyediaan peralatan keselamatan kerja.

Pengawasan.

Program latihan.

Pengarahan keselamatan kerja (safety briefing).

Pertemuan berkala

Penyelidikan penyebab kecelakaan kerja.

Pencatatan keselainatan kerja.

Pen yediaan perlengkapan pertolongan pertama/P3K dan poliklinik.

(24)

a) Peralatan keselamatan kerja

Setiap kontraktor wajib menyediakan peralatan keselamatan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan untuk melindungi pekerja dari bahaya terjadinya kecelakaan. Peralatan keselamatan kerja tersebut dapat Serupa perlengkapan perlindungan diri maupun peralatan pengaman. Perlengkapan perlindungan diri terdiri dari helm, pelindung mata dan wajah, sabuk pengaman, penutup telinga, pelindung pernafasan, sarung tangan, sepatu, pakaian kerja. Sedangkan peralatan pengainan terdiri dari jaring pengaman, tanda-tanda peringatan untuk daerah berbahaya, dan alat pemadam kebakaran. (O’Brien, James J., 1974).

b) Pengawasan.

Pengawasan perlu dilakukan untuk mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses konstruksi pada seluruh lokasi kerja. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh manajemen konstruksi (Sinith,G.R and Roth,R.D.,1991), semua orang dalam organisasi keselamatan kerja (Etter, Irvin B, 1984), dan seluruh pekerja yang terlibat dalam proses konstruksi (Knack, Lee E., 1973). Pengawasan yang baik adalah yang dapat mengidentitikasi (Anton, Thomas, J.,1989) :

1) Masalah keselamatan kerja, seperti desain yang tidak aman, penataan kerja yang tidak baik, bahaya kebakaran.

(25)

2) Ketidaksempurnaan peralatan, seperti peralatan kerja yang tidak layak untuk dipakai atau adanya kerusakan pada peralatan.

3) Kegiatan pekeja yang tidak aman seperti cara kerja yang salah, penggunaan peralatan secara tidak aman, kesalahan dalam penggunaan perlengkapan dan perlindungan diri.

Ada beberapa hal yang perlu diperiksa pada saat melakukan pengawasan (Grimaldi, John V and Simonds, Rollin H.,1995), yaitu :

1) Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan.

2) Letak peralatan pengaman.

3) Kemungkinan masih adanya kondisi bahaya yang belum di”aman”kan.

4) Lorong dan jalan yang dilalui.

5 ) Penataan material.

6) Apakah pekeja mengkuti peraturan yang ada.

Pengawasan harus dilakukan secara berkala atau sesering mungkin sehingga apabila ada kondisi yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

Program Latihan.

Bertujuan untuk mengajarkan kepada pengawas mengenai cara melatih pekerjanya untuk bekerja secara benar dan cara melakukan pengawasan terhadap para pekerjanya, serta untuk

(26)

mengajarkan kepada pekerja mengenai cara kerja yang benar dalam melakukan tugas (Clough, Richard H and Glenn A,1994).

Program latihan merupakan salah satu metode terbaik yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku pekerja dalam meningkatkan kebiasaan bekerja a secara benar (Anton. Thomas J.,1989).

d) Pengarahan Keselainatan Kerja.

Pengarahan keselamatan kerja dilakukan setiap hari sebelum pekerjaan dimulai. Pengarahan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai bahaya yang mungkin timbul berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan cara untuk mengatasinya serta cara penanggulangan apabila sampai terjadi kecelakaan (Peurifoy,R.L., 1970; Aria., 1995). Pengarahan ini dapat dilakukan oleh wakil manajer proyek. (Ratih dan Saptiwi,

1996).

e) Pertemuan Keselamatan Kerja.

Pertemuan keselamatan kerja dilakukan secara berkala untuk membahas masalah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja yang terjadi, serta untuk membuat perbaikan terhadap program keselamatan kerja yang ada bila diperlukan. Pertemuan ini harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proses kegiatan konstruksi (Shaw, Charles H., 1972)

(27)

t) Penyelidikan Penyebab Kecelakaan Kerja

Tujuan penyelidikan kecelakaan adalah untuk mengetahui penyebab kecelakaan, yang meliputi perbuatan tidak aman dan kondisi tidak aman, yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Hasil penyelidikan akan sangat membantu dalam menemukan cara terbaik untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan tersebut (Grimaldi ; John V and Simonds, Rollin, H.,1975)

I

Penyelidikan kecelakaan dilakukan

TIDAK laporan ke kontraktor

Gambar 2.3

Sistem Penyelidikan Kecelakan Kerja (Koehn, et al., 1995)

(28)

g) Pencatatan Keselamatan Kerja

Catatan keselamatan kerja berfungsi untuk :

Memperlihatkan keadaan keselainatan kerja yang ada.

Menentukan lokasi yang berbahaya dan penyebab terjadinya kecelakaan.

(Clough, Richard H and Sears, Glenn A.,1994)

Mengetahui perkembangan keadaan keselamatan yang ada.

Hasil pencatatan ini merupakan sumber informasi yang sangat berguna untuk membuat program keselamatan kerja yang efektif.

Catatan keselamatan kerja ini meliputi catatan mengenai sumber

-

kecelakaan, jenis, dan penyebab kecelakaan yang terjadi, kerugian akibat kecelakaan tersebut, serta biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan program keselainatan kerja (National Safety Council., 1974).

h) Perlengkapan Pertolongan Pertama/P3K dan Poliklinik

Peralatan P3K berfungsi untuk menangani cedera ringan yang terjadi akibat kecelakaan, sedangkan untuk cedera berat, perawatan dapat dilakukan di poliklinik yang telah disediakan atau di rumah sakit terdekat (Etter, Irvin B.,1984).

2.6.3. Dukungan Manajemen

Selama setengah dekade abad 20, hukum yang berlaku saat itu hanya memberikan perlindungan tentang hukum kompensasi (gaji pekerja), sehingga bisa membuat pemilik bebas dari tanggung jawab, karena sudah memberikan gaji yang cukup. Walaupun ada hukum yang

(29)

mengatur tentang kompensasi, tetapi kecelakaan kerja tetap terjadi dan perusahaan tetap tidak peduli. Pemilik diberi kewajiban untuk menyediakan atau memelihara keselamatan para pekerjanya, dan juga mereka harus bertanggung jawab terhadap keuangan para tenaga kerjanya. Hukum itu dinyatakan dengan keluarnya OSHact tahun

1970.(Hinze, Jimmie W, 1997)

Bagian 5A dari OSHact menyatakan bahwa setiap pemilik harus menyediakan bagi tiap-tiap karyawannya suatu lingkungan kerja yang aman dan bebas dari hal-hal yang dapat menyebabkan kematian dan kecelakaan fisik pekerja. OSHact lebih cocok digunakan pada industri konstruksi dimana kebutuhan akan hukum keamanan itu lebih besar dibanding industri yang lain, hal ini disebabkan karena pada industri konstruksi kecelakaan kerja menduduki persentase yang tinggi dibanding lainnya. Menindaklanjuti dari OSHact serta didorong oleh pengadilan untuk melindungi keselamatan kerja, maka para pemilik dan kontraktor mempunyai tanggung jawab pada sernua hal yang bersangkutan dengan konstruksi. Dengan tanggung jawab yang lebih besar itu, para kontraktor menjadi lebih bertanggung jawab dan pemilik mulai mempunyai beban untuk semua resiko pekerja konstruksi. (Hinze, Jimmie W, 1997)

(30)

2.7. CRANE

2.7.1.Definisi

Definisi dari yaitu suatu mesin yang berfungsi pada bangunan atas untuk mengangkat dan menurunkan beban serta memindahkan horizontal .( ww. oshaslc. gov/SLTC/cranehoistsafety/mobilecrane/m obile_app_a.htinl)

Crane dapat dibagi dalam 4 kategori :

Mobile.

Overhead atau

(sumber dari DR Mahesh Vanna, 1979)

tak bergerak, seperti derrick).

2.7.2. Jenis-jenis crane

Di sini hanya akan dibahas mengenai jenis-jenis yang umum dijumpai dalam proyek bangunan tingkat tinggi :

Mobile

a)

Derrick crane mempunyai dua jenis yaitu guy derrick, dan dapat mengangkat beban lebih

(31)

dari 200 ton dan dapat berputar 360 derajat, sedangkan tipe dapat mengangkat beban antara 10 - 50 ton, dan mempunyai sudut horisontal 40 - 90 derajat yang dapat berputar 270 - 290 derajat. crane mempunyai jangkauan kerja yang luas dan dapat melakukan berbagai cara pengangkutan beban. Pengoperasian derrick crane biasanya dilakukan secara otomatis dengan mesin diesel atau motor listrik, oleh karena itu pergerakannya paling lambat dibanding jenis crane yang lain.

biasanya digunakan untuk mendirikan bangunan tinggi, pabrik serta industri berat yang ketinggiannya mencapai lebih dari 100

ft

(1

ft

= 30.5 cm ). Selain itu tower crane bisa juga digunakan untuk mengangkut bagian-bagian dari peralatan konstruksi. dapat berdiri terpisah dengan bangunan dan dapat pula berhubungan langsung (terpasang) dengan bangunannya. Pengoperasian crane ini menggunakan tenaga listrik. Penempatan tower crane harus memperhatikan hal-hal tersebut : (Gray and Little, 1985)

Lokasi penempatan minimal harus tersisa 10 m untuk kepentingan pemasangan dan pembongkaran dengan menggunakan kendaraan seperti mobile crane ataupun truck

(32)

2) Jarak penempatan material sebaiknya dalam radius 10 m dari dasar agar pengontrolan pengangkatan bebannya lebih mudah.

3) Tersedianya tempat yang cukup untuk keperluan servis atau pemeliharaan di sekitar

4) Ketinggian tergantung dari :

Ketinggian limit agar berdiri tanpa pendukung.

Ketinggian bangunan sekitar yang Ketinggian bangunan yang didirikan.

5 ) Penempatan fasilitas proyek tidak boleh mengganggu crane. Sebaiknya direncanakan bersama-sama pada awal perencanaan.

6 ) mampu menjangkau 100% area bangunan dan mampu mengangkat beban terberat pada radius yang diperlukan.

Jenis ini bisa bergerak bebas karena dipasang pada kendaraan seperti truk atau roda crawler. Truk dapat bergerak cepat, sedangkan pada roda bergerak lambat sesuai dengan medan yang ditempuh Kelebihan dari adalah dapat bergerak pada tanah yang mempunyai permukaan bergelombang (macadam), dan memang biasanya dipakai pada proyek yang memiliki keadaan tanah yang jelek. Mobile crane

(33)

biasanya menggunakan outrigger untuk menambah kestabilan selama pengopersian Pengoperasian mobile crane ini biasanya menggunakan mesin diesel tetapi umumnya lebih disukai menggunakan motor listrik karena lebih halus dan cepat.

merupakan kombinasi darl derrick crane dengan dan diletakkan di puncak tower yang dapat bergerak secara longitudinal di atas rel. Pusat gravitasi dari jenis crane ini selalu di dalam jalur putar (swing radius) sehingga cukup stabil dalam segala posisi perputaran. Kapasitas beban yang dapat diangkut oleh yang mempunyai panjang boom 24 m, dan jarak kerja 15 m adalah sebesar 45 ton.

e) Crane

Jenis crane ini banyak digunakan karena mempunyai pergerakan yang cepat dengan didukung kendaraan truk, kelincahan, dan kemampuan membelok dengan stabil. Selain itu lengan boom pada crane dapat diganti-ganti ukurannya bahkan selama masih ada dalam proyek konstruksi. Semua pengoperasian ini menggunakan tenaga

Hydraulic crane ini didukung oleh dua atau lebih variasi pergerakan roda. (sumber dari DR. Mahesh Varma, 1979)

(34)

2.7.3. Pendirian Crane.

Dalam survey operasional harus dilihat kestabilan

rintangan fisik dalam pergerakan dan pengoperasian, dan jarak minimal dengan kabel listrik seperti dibawah ini:

a) sudahkah operator memasang crane pada keadaan atau posisi yang aman untuk pergerakan perputaran crane dalam pengoperasian.

b) dimana dapat dilaksanakan dan digunakan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik.

c) Kestabilan, hubungan antara berat beban, sudut boom dan radius perputaran (jarak dari pusat putar crane ke pusat beban) ke pusat gravitasi beban. Juga kondisi pembebanan crane dimana momen guling yang terjadi lebih kecil dari momen guling yang diijinkan.

d) Kesatuan struktur, kerangka utama crane, crawler, jalur dan pendukung, bagian dan penambahan sebagai bagian yang dipertimbangkan dari komponen pengangkatan. Sebagai tambahan, semua kabel. termasuk pendukung stasioner, membantu menentukan kapasitas pengangkatan dan bagian elemen struktur dari operasi

2.7.4. Faktor yang Perlu Diperhitungkan dalam Kapasitas Beban.

a) Tabel beban

Tabel beban adalah prinsip dari instruksi dan keperluan bagi konfigurasi dan bagian dalam penentuan kapasitas mendirikan crane yang aman dalam pengoperasiannya.

(35)

Operator crane harus memiliki tabel beban dan harus cukup mengerti dan tangkas dalam penggunaan tabel beban yang berhubungan dengan peralatan yang digunakan dan beban yang akan diangkat.

b) Faktor Penghitungan Kapasitas Beban

Catatan pengoperasian dari pabrik yang disertakan pada crane berisi informasi penting mengenai bagaimana mendirikan dengan benar, pengoperasian dan penambahan point yang perlu dipertimbangkan ketika menghitung kapasitas penggunaan beban dari Kesalahan dalam menghitung kapasitas dapat menyebabkan kecelakaan.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung kapasitas beban seperti di bawah ini :

1) Radius beban, jarak horizontal antara titik tengah perputaran crane dengan titik tengah beban.

2) Panjang luasnya daerah ayun atau segala penambahan yang dapat menambah panjang dari boom.

3) Operasi kwadran, daerah operasi dimana pengangkatan dilakukan, perbedaan kwadran biasanya menurunkan kapasitas pengangkatan.

4) Sudut sudut yang dibentuk antara perputaran horizontal dan garis tengah dari boom.

5 ) Berat dari penambahan penambahan kisi-kisi, atau titik bantu

(36)

2.7.5.

6) Berat dari daya pemakaian, bola,

kerek

dan atau segala perlengkapan yang diperlukan

Beberapa Pertimbangan Pengoperasian

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengoperasikan :

a) Sesuatu hal yang berbahaya bila menebak kapasitas panjang

b) Adalah sangat berbahaya untuk mengangkat beban tanpa mengetahui apakah kapasitas yang digunakan sesuai dengan standar, memberi peringatan dengan mulai miring akibat kelebihan beban. dapat secara tiba-tiba miring berlebihan atau dapat runtuh jika beban terlalu berat.

c} Selalu menggunakan kapasitas standar. Operator harus mengurangi kapasitas beban dibawah kondisi lapangan yang kurang baik sehingga dapat dengan aman mengatasi pengangkatan.

d) Beban tidak diijinkan melebihi kapasitas beban standar dan radius kerja

e) Memperhatikan masalah angin yang bertiup. Karena hembusan angin yang kecil dapat mengakibatkan beban menjadi tidak terkontrol, runtuhnya atau miringnya (foto 1 , foto 5, dan foto 6). Angin yang bertiup di atas dapat jauh lebih kuat dibandingkan angin yang bertiup di darat.

(37)

f) Tindakan pencegahan harus benar-benar diperhatikan bila kecepatan angin mulai melebihi 20 mph.

g) Tidak diperkenankan mengangkat beban bila angin dalam kondisi tidak aman atau berbahaya. harus lebih rendah, Jika . . mungkin dibawah kondisi angin besar.

h) Beberapa diperlengkapi kunci rem pedal kaki yang mengijinkan operator untuk mengistirahatkan kakinya ketika menggantung beban beberapa waktu. Operator harus selalu menjaga agar kakinya berada diatas pedal ketika kunci rein pedal digunakan.

i) Tak seorang pun, kecuali petugas oli, instruktor atau orang yang ditunjuk diijinkan berada di dengan operator ketika dioperasikan.

(www. osha-slc. gov/SLTC/cranehoistsafety/mobilecrane/mobile crane_app _b.html)

2.7.6. Pemeriksaan Mobile

Semenjak memiliki pengaruh yang kuat dalam segmen pekerjaan di setiap lapangan kerja, pemeriksaan seperti survey, keadaan seki tar, dan seluruh pengoperasian dan bagaimana kerja peralatan lain dapat mempengaruhi pekejaan di sekitar Observasi operasi diutamakan pada inspeksi, atau pertanyaan bagaimana keadaan dan bagaimana akan digunakan, dapat mengindikasikan kemungkinan masalah yang dapat timbul selama proses inspeksi.

(38)

Sebelum inspeksi sesungguhnya, beberapa informasi umum mengenai kualifikasi operator dan sertifikat hams dikumpulkan seperti :

Kualifikasi operator, meinperhatikan kerja operator dan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai kapasitas dan pengenaan batasan denda berkenaan dengan aktivitas yang terlibat dan batasan fungsional.

Catatan menanyakan catatan penyelidikan dan pemerikasaan serta memeriksa kepemilikan manual operator dan table beban yang disediakan untuk penggunaan crane.

(http: //www. osha-slc. gov/SLTC/cranehoistsafety/inobilecrane /mobilecrane-4. html)

2.8. KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA YANG BERHUBUNG- AN DENGAN PENGGUNAAN CRANE

2.8.1. Pendahuluan

Operator crane yang mempunyai sedikit pengalaman kurang bisa mengatasi ketika menjadi tidak seimbang akibat dari beban berlebihan atau ketika beban sedang diangkat. Kesalahan dalam menurunkan terlalu jauh dapat merubah pusat gravitasi dari sehingga menjadi runtuh. Hal ini bisa diatasi bila operator dengan cepat menaikkan sehingga dapat mengembalikan

(39)
(40)

dengan penggunaan harus diberi pelatihan dan sertifikat bila diperlukan.

b) Keselamatan orang lain termasuk umum harus selalu dijamin.

c) Penggunaan setiap waktu harus didahului dengan perencanaan dari semua aktifitas.

d) Mempertimbangkan ketinggian dari kabel listrik.

e) Keputusan yang dibuat harus jelas, sesuai dengan prosedur, peralatan dan pekerja yang terlibat dalam aktifitas harus dijamin keselamatannya.

f ) Peralatan harus diperiksa dalam kondisi yang optimal.

g) Hanya orang yang terlatih dan memiliki sertifikat berhak memeriksa, memperbaiki, dan merawat peralatan.

h) Operator harus selalu diawasi setiap saat agar posisi dari peralatan terhindar dari keadaan membahayakan, dan dapat berkomunikasi dengan pekerja yang membantu operator.

i) Crane harus selalu dioperasikan dalam keadaan stabil.

(http://www. nohsc. gov. au/publications/pamphelts/c/00243 8. html) 2.8.3. Kecelakaan Kerja pada Penggunaan Crane

Secara garis besar, jenis-jenis kecelakaan k e j a pada pekerjaan konstruksi terutama yang menggunakan dapat dibagi menjadi : a) Terbentur ( struck by ), yaitu kejadian dimana seorang pekerja atau peralatan secara tidak sengaja terkena benda bergerak seperti

kejatuhan material atau beban.

(41)

b) Membentur ( struck ), yaitu kejadian di mana seseorang pekerja atau peralatan yang bergerak menabrak atau mengenai benda lain, seperti membentur tiang

c) Terperangkap yaitu kejadian di

mana seorang pekerja

d) Terperangkap dalam sesuatu, contoh : kaki pekerja terperosok ke dalam papan akibat beban jatuh ( dropped loads ).

e) Terperangkap pada sesuatu, contoh : pekerja tersangkut wire.

f) Terperangkap di antara sesuatu, contoh : kaki pekerja masuk di antara roda gigi yang sedang berputar.

g) Jatuh dari ketinggian yaitu kejadian di mana seorang pekerja jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.

h) Terkena aliran listrik, seperti kejadian boom atau crane kontak dengan kabel listrik ( 45% banyak kejadian seperti ini ).

Kejadian-kejadian seperti itu, ada sebagian yang disebabkan karena kelalaian operator dalam mengoperasikannya.

(Anton, Thomas J)

2.8.4. Hal-ha1 yang Diperhatikan dalam Mengoperasikan Crane di Sekitar

Kabel Listrik a) Bahaya listrik

Bekerja disekitar atau dibawah kabel listrik merupakan hal yang sangat berbahaya bagi pengoperasian crane. Batas minimum persyaratan OSHA dalam pengoperasian crane yaitu sebesar 10

(42)

kaki. tidak boleh digunakan untuk membawa material atau beban dibawah kabel listrik. Jarak bebas minimum yang harus dijaga antara crane dan kabel menurut OSHA:

Untuk < 50 kV 10 kaki.

Untuk > 50 k V 10 kaki ditambah 0.4 inch untuk tiap 1 kV atau dua kali panjang kabel insulator tetapi tidak kurang dari 10 kaki.

Dalam pemindahan dengan tanpa beban dan direndahkan, jarak bebas minimum yang harus dijaga :

Untuk < 50 kV 4 kaki.

Untuk > 50 kV dan < 345 kV 10 kaki.

Untuk > 345 kV 16 kaki.

Sedangkan menurut peraturan ANSI (B30.5-1994, 5-3,4,5) :

I

b) Jarak bebas Crane

Sebagai tambahan, 1926.550(a)( 15) menyatakan bahwa seseorang dapat ditunjuk untuk meinperhatikan jarak bebas crane ketika operator crane mengalami kesulitan untuk melihat langsung pengawasan kotak tipe boom guards, kabel insulasi,

(43)

atau alat tanda bahaya. Setiap kabel yang ada harus dipertimbangkan akan adanya arus listrik hingga pemilik kabel atau peralatan listrik menunjukkan bahwa tidak ada arus listrik yang mengalir dan telah diground.

c ) Menara Transmitter

Menara transmitter juga harus diperhatikan atau ditest untuk menentukan adanya arus listrik yang dapat menimbulkan induksi pada crane. Induksi hams dicegah dengan memberi “electrical langsung pada struktur putar atas yang mendukung kabel ground jumper dapat ditambahkan pada material bila terjadi induksi. Para pekeja harus dilengkapi dengan bahan yang tidak bersifat konduktor. Material yang mudah terbakar harus dijauhkan dari daerah operasi sesegera mungkin.

d) Instansi terkait.

Memperhatikan instansi yang terkait dengan jaringan listrik tersebut. Sebelum mulai mengoperasikan crane di dekat jaringan listrik perhatikan pemilik jaringan listrik tersebut dengan mempersiapkan berbagai informasi mengenai : jenis peralatan, tanggal, waktu, dan termasuk jenis pekerjaan. Mintalah kerjasama pemilik untuk meminta jaringan penyekat (halangan penyekat).

e) Program keamanan.

Mengembangkan program keamanan dan melakukan program keamanan tertulis untuk membantu pekerja mengenali dan

(44)

mengontrol bahaya dan resiko kontaknya crane dengan jaringan 1 istri k.

f) Evaluasi pekerjaan

Mengevaluasi pekerjaan sebelum mulai bekerja untuk menentukan area teraman untuk penyimpanan

bahan

penempatan terbaik untuk mesin selama pengoperasian, dan ukuran dan jenis mesin yang digunakan. Mengetahui lokasi dan voltage semua arus tenaga listrik dari pekerjaan sebelum mengoperasikan

g) Pelatihan pekerja.

Melatih dan meyakinkan bahwa pekerja ditugasi untuk mengoperasikan dan kendaraan besar telah secara khusus dilatih dalam prosedur pengoperasian yang aman. Juga meyakinkan pekerja dilatih untuk mengerti perlengkapan seperti pelindung jaringan penyekat, tangkai tanah, hubungan non konduktif, dan dekat perlengkapan peringatan, dan untuk mengenali bahwa perlengkapan tersebut tidak digunakan sebagai pengganti “ground’ atau untuk menjaga jarak aman.

2.8.5. Perbandingan Persyaratan Standard yang Ada dalam Konstruksi Crane Terutama yang Berhubungan dengan Bahaya Listrik

a) Aturan OSHA :

Aturan OSHA saat ini memerlukan pekerja untuk mengawasi ketika dan dioperasikan dekat jaringan kabel listrik.

Tiap jaringan kabel listrik harus dipertimbangkan energinya

(45)

kecuali pemilik jaringan atau perusahaan listrik menunjukkan bahwa tidak ada listrik yang mengalir dan telah (29 CFR 1926.550( 1 )( 15)(vi).

Aturan OSHA diringkas sebagai berikut:

1) Pekerja harus memastikan bahwa arus listrik telah dimatikan atau dipisahkan dari dan bebannya dengan melakukan satu atau lebih prosedur berikut:

1.1. Jaringan transmisi dan distribusi listrik telah dimatikan (29 CFR 1910.33(c)(3); 29 CFR

1926.550(a)( 15)}

1.2. Menggunakan pembatas penyekat yang berdiri- sendiri untuk mencegah hubungan fisik jaringan tenaga [29CFR 1910.333(c)(3); 29 CFR

1926.550(a)( 15)]

Menjaga jarak minimum antara jaringan listrik dan serta bebannya [29 CFR 19 10.333(c)(3)(iii);

29 CFR 1926.5 50(a)( 1 5)(i),(ii)y(iii)].

1.3.

2) Operator mengalami kesulitan dalam menjaga jarak secara visual, sehingga diperlukan seseorang untuk membantu dalam mengawasi jarak antara jaringan listrik dan

serta bebannya [29 CFR 1926.550(a)( 15)(iv)].

3) Menggunakan jenis pelindung besar, penyekat hubungan, atau alat peringatan yang tidak akan mengubah tindakan pencegahan yang diperlukan [29 CFR 1926.550(a)( 15)(v)].

(46)

Alat ini bukan berfungsi untuk mematikan atau aliran listrik atau menjaga jarak aman.

4) Pekerja harus mematuhi spesifikasi pabrik dan batasan dalam mengoperasikan segala jenis crane. Pada keadaan dimana tidak ada spesi filtasi dari pabrik pembuatnya maka batasan untuk pengunaan peralatan i tu seharusnya berdasarkan pada pekerja yang berkompetan dan mempunyai kemampuan yang baik. Penambahan penggunaan crane tidak boleh melebihi kapasitas, ukuran atau hal yang ditentukan oleh pabrik.

5 ) Kapasitas beban, persyaratan kecepatan pengoperasian atau instruksi harus ada di tiap peralatan. lnstruksi atau peringatan harus dapat dilihat oleh operator selama berada pada stasiun pengontrol.

6 ) Pekerja harus dipilih dari seseorang yang kompeten untuk memeriksa semua mesin dan peralatan di setiap pemakaian baik sebelum, selama dan sesudah untuk memastikan kondisi pengoperasian yang aman.

7) Direkomendasikan oleh departemen tenaga kerja.

8) Bersertifikat dan sudah ditraining.

9) Memenuhi standar OSHA.

10) Perkecualian dimana distribusi listrik dan kabel transmisi berada di dekat tempat pendirian harus dicegah adanya kontak dengan kabel, peralatan, atau mesin selama

(47)

pengoperasian dengan perkiraan terhadap tenaga listrik sebagai berikut :

Untuk kahel di bawah 50 kV, jarak bebas minimum antara kabel dan bagian atau beban harus 10 kaki.

Untuk kabel lebih dari 50 kV, jarak bebas minimum antara kabel dan bagian atau beban hams 10 kaki ditambah 0.4 inci untuk tiap I kV diatas 50 kV atau dua kali panjang dari kabel insulator tetapi tidak kurang dari

10 kaki.

1 1 ) Seseorang harus mengawasi jarak bebas dari peralatan dan memberi peringatan untuk segala pengoperasian, yang mana hal yang sulit bagi operator untuk melihat jarak bebas yang ada.

12) Tidak boleh ada penambahan atau modifikasi yang mempengaruhi kapasitas atau keamanan operasi peralatan tanpa persetujuan tertulis dari pabrik.

(.lvww.osha-slc.gov/SLTC/cranehoistsafety/inobilecrane/mobil

crane - 3 .html) b) Standard ANSI

telah mengeluarkan standard untuk yang termasuk pengoperasian yang dekat dengan jaringan tenaga listrik. Standard konsensus ini (B30.5- 1994) mengandung panduan untuk mencegah terjadinya kontak

(48)

antara crane dan energi listrik. Standard ini ditujukan untuk hal- hal berikut:

1 ) Mempertimbangkan adanya kabel yang beraliran listrik dan memati kannya sampai pi hak yang berwenang memastikan bahwa tidak ada aliran listrik.

2) Aliran daya terus digerakkan sebelum pekerjaan mulai, menegakkan hambatan penyekat untuk mencegah hubungan fisik dengan aliran yang digerakkan, atau menjaga penjelasan keamanan antara jaringan yang digerakkan dan peralatan besar.

3) Batasan jenis pelindung besar, penyekat hubungan, dan pendekatan alat peringatan

4) Memberitahukan pihak jaringan listrik sebelum pekerjaan dilakukan di dekat kabel listrik.

5) Penempatan peringatan pada sehingga operator dapat antara jaringan listrik dan peralatan menjaga jarak aman

digunakan.

c) Rekomendasi CSA

Asosiasi Konstruksi Keamanan di Ontario, Kanada (CSA) m e r e k o m e n d a s i penambahan latihan kerja yang ditujukan pada standard OSHA dan ANSI.

Rekomendasi tersebut termasuk berikut ini:

1) Mengoperasikan lebih lambat daripada angka normal disekitar jaringan tenaga listrik.

(49)

2) Pelatihan kerja di bawah jaringan kabel listrik, karena angin dapat menyebabkan kabel listrik bergoyang secara menyamping dan dapat mengurangi jarak ruangan antara crane dan jaringan tenaga.

3) Menandai rate yang aman dimana harus secara berulang bergerak di bawah jaringan tenaga listrik.

4) Pelatihan kerja di tanah yang tak rata yang bisa menye- babkan bergoyang mendekati jaringan tenaga listrik.

5 ) Menjaga semua pekerja agar menjauh dari crane ketika mendekati jaringan tenaga listrik.

6) Mencegah seseorang menyentuh crane atau bebannya sampai adanya signal yang menunjukkan bahwa hal tersebut telah aman.

Rekomendasi CSA juga menunjukkan batasan dekatnya alat peringatan, penyekat kait, penyekat pelindung batasan henti ayun, dan perlengkapan yang sama untuk perlindungan terhadap bahaya listrik. (www.saftek.com/osha/nioshcrane.html) 2.8.6. Perbandingan Data Kecelakaan yang Terjadi Akibat Penggunaan

Crane

a) Data NTOF

Data dari NIOSH

(NTOF) Surveillance System menunjukkan bahwa terkena listrik terhitung kurang lebih 450 (7%) dari 6.400 kerja yang terkait dengan kematian daripada terluka yang terjadi setiap tahun di

(50)

Amerika selama periode 1980-89 (NIOSH 1993a). Tiap tahun rata-rata 15 tersengat listrik disebabkan oleh hubungan dengan atau kendaraan besar yang sama dan energik, arus tenaga diatas. Jumlah pekerja sebenarnya yang meninggal akibat crane

yang berhubungan dengan jaringan tenaga penggerak adalah lebih besar dari yang dilaporkan oleh NTOF karena metode untuk pengumpulan dan laporan data tersebut cenderung meremehkan jumlah total kematian (NIOSH 1993a). Lebih dari separuh tersebut terkait dengan listrik terjadi dalam industri konstruksi.

b) Data FACE

Dari tahun 1982 sampai 1994, NIOSH mengadakan 226 penyelidikan sambilan atas pekerjaan yang terkait dengan tersengat listrik dibawah Assessment dan Program Evaluasi Pengontrolan (FACE). Dua puluh sembilan ( 13%) dari insiden tersebut (yang mengakibatkan 3 1 fatalitas) termasuk crane yang terkait dengan arus daya tinggi. Hampir separuh insiden terjadi dalam industri konstruksi. Karena penyelidikan FACE yang diadakan hanya di 16 teinpat, fatalitas tersebut hanya mewakili sejumlah yang terkait dengan tersengat listrik selama periode 1982-94.

c) Data OSHA

Studi yang diadakan oleh Penempatan Keamanan dan Administrasi Kesehatan (OSHA) menunjukkan bahwa 377

(51)

(65%) dari 580 pekerjaan yang terkait dengan sengatan listrik terjadi dalam industri konstruksi selama periode 1985-1 989 (OSHA 1990). Hampir 30% (113) kecelakaan dari sengatan listrik tersebut dialami oleh (www.saftek.com/osha/niosh crane.html

2.9. RANGKUMAN

Karena banyaknya data-data yang didapat maka untuk inempermudah analisa data dibuatlah suatu matriks mengenai latar belakang penyebab kecelakaan kerja penggunaan yang dibagi dalam beberapa tahap :

Dari landasan teori tersebut di atas maka dianalisa hal-hal yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja secara umum adalah seperti tercantum pada tabel 2.6.

Kemudian dari (tabel 2.6) penyebab kecelakaan kerja secara umum dan khusus (berhubungan dengan akan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu dari segi lingkungan, manusia, dan alat (tabel 2.7, tabel 2.8, tabel 2.9).

Setelah itu kedua hal tersebut akan dimatriks dan akan didapatkan hubungan antara keduanya

Dari tabel 2.7, tabel 2.8, tabel 2.9 inilah maka akan didapat latar belakang penyebab kecelakaan kerja dari penggunaan pada proyek konstruksi (tabel 2. 10).

(52)
(53)

lain (struck against)

Lain-loin Terperangkap Jatuh dari

dari ketinggian Kapasitas

alat

I . OSHA

Lokasi Alat

Data Surabaya

Data Surabaya

Data Surabaya

Data Surabaya

Surabaya Surabaya

Data Kodya Surabaya

Data Surabaya

Data Kantor Surabaya

Data Kantor Kodya Surabaya

Data Surabaya

Data Surabaya

Data Kantor Surabaya

Data Surabaya

Data Kantor Depnaker Surabaya

SUMBER secara

dan Simonds, A3

A7 A8 A8

(54)

I^_--

bend;- I

M I V

V Q

M k e j a

ti Usia Q V

T

I

V

V V I

(55)
(56)
(57)

Tabel 2.10

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kese!amatan dan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan Crane

I

SEGI MANUSIA

Penggunaan alat (operator Crane) SEGI LINGKUNGAN

Kondisi penataan

SEGI ALAT

I

Kondisi penataan untuk penempatan inaterial Ketinggian Tower crane

Kapasitas beban yang dapat diangkut

I

Aturan OSHA (pergerakan Crane) Aturan OSHA (modifikasi) Penggunaan alat (rem pedal kaki)

Gambar

Tabel 2.2 (Sambungan)  I  I  I  I  Stumbling  or rubbed  I  I  Sumber  :  Nishigaki, cs.,1994  Tabel 2.3
Tabel 2.4 (Sambungan)  Frekuensi

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan persepsi terhadap warna maskulin menyebabkan warna pink kehilangan bentuk pemaknaan, selain disebabkan dominasi warna baru maskulin, terdapat pengaruh yang kuat dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas surfaktan deterjen, Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) terhadap perkembangan embrio ikan lele dumbo (Clarias sp.),

Secara umum baik hasil survei 2016 maupun 2017 menunjukkan bahwa publik yang mengakses lembaga keuangan/non-keungan memiliki tingkat pemahaman terhadap TPPT lebih baik dari

Karakter anatomi yang khusus dari tanaman cincau tersebut selain digunakan sebagai identifikasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk analisis kekerabatan

Nurul Huda Dusun Banjar Intang desa Tanjung Iman Kec.. Blambangan Pagar

Berdasarkan data dan grafik pada danau diketahui setiap waktu pengamatan menunjukkan adanya kenaikan suhu hanya pada pukul 12.00 meningkatnya suhu tersebut

Karakteristik dan ciri khas etnis Arab tersebut tercermin dari kebudayaan mereka yaitu dari segi agama, sistem mata pencaharian, kesenian, dan juga kebiasaan atau

Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengubah akhlak seluruh manusia. Akhlak sangat penting dalam mencorakkan kehidupan