• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR IPA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK

MENINGKATKAN HASILBELAJAR IPA

N.Evy Pramandaputri1, W. Suniasih2, M. Putra3

123Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan hasil belajar pada kompetensi sikap dalam belajar IPA, (2) meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA dan (3) mendeskripsikan hasil belajar pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan melalui penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan yang berjumlah 47 orang siswa.

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA meliputi kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi untuk mengumpulkan data kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA dan metode tes untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA. Data dianalisis mengunakan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) melalui penerapan Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat menumbuhkan sikap dalam belajar IPA, teramati dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang telah ditetapkan. (2) Pada kompetensi pengetahuan IPA yang mencapai predikat sangat baik sebanyak 68,09%

pada siklus I meningkat menjadi 80,85% pada siklus II. (3) Terjadi perubahan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dari pra siklus ke siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan.

Kata kunci: problem based learning, karakter, hasil belajar IPA

Abstract

This study aimed to describe the attitude of learning outcomes competences in science learning, improve learning outcomes in knowledge competence of science, and describe learning outcomes in competency skills in learning science students in grade four through application oriented model of character education. This research is a classroom action research conducted two cycles. The subjects in this study is a fourth grade who totaled 47 students. Object of this research is the result of learning science competencies include attitudes in learning science, knowledge of scientific competence, and competence skills in learning science. Data collection methods used are observation to collect data competence attitudes and skill in learning science and test method for collecting data science knowledge competencies. Data analysis using descriptive statistical analysis, descriptive analysis of quantitative and qualitative descriptive analysis.The results of this research is (1) through the

(2)

application of Problem Based Learning oriented character education can foster an attitude of learning science, it is observed from the increased quantity of students from pre-cycle to cycle I and cycle II which reach the indicators of competence attitudes that have been applied. (2) On the competence of science knowledge that predicate excellent as much as 68,09% of all students in the first cycle increased to 80,85% in cycle II. (3) The changes in quantity of students who meet the indicators of competence in learning science skills of pre-cycle to cycle I and cycle II. Thus it can be concluded that the application of the model Problem Based Learning oriented character education can improve learning outcomes of science students in grade four.

Keywords: problem based learning, character, science learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak, dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang.

Pendidikan bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pembaharuan dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satunya adalah dengan pembaharuan dan inovasi kurikulum.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum 2013 yang menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, ,pengetahuan, dan keterampilan (Depdikbud, 2014). Secara umum kurikulum 2013 diharapkan membentuk manusia Indonesia yang berakhlak, berkarakter mulia, berbadan sehat, cerdas, berkepribadian Indonesia, dan menjunjung nilai-nilai demokrasi. Harapan kurikulum baru tersebut adalah untuk menyiapkan generasi yang handal, inovatif, dan berkarakter serta siap mengarungi tantangan zaman di masa mendatang (Muzamiroh, 2013:119).

Kurikulum 2013 menekankan pada pentingnya penumbuhan karakter atau budi pekerti siswa di sekolah, terutama pada pendidikan dasar. Standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 secara umum yang terkait dengan sikap perilaku adalah pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia, dan peradabannya. Kompetensi tersebut harus dibentuk dalam diri siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah baik sebagai efek pembelajaran maupun sebagai efek pengiring. Muatan pelajaran IPA dalam pembelajaran bertujuan untuk menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, serta menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam kenyataannya tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai di SD Negeri 7 Pedungan khususnya di kelas IVA, hal ini teramati dalam pelaksanaan pembelajaran ditemukan beberapa permasalahan pembelajaran, yaitu (1) masih banyak siswa yang bermain-main pada saat guru mengajak sembahyang, (2) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan, (3) kurang ada interaksi siswa dalam bertanya saat pembelajaran, (4) interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga siswa menjadi pasif, (5) pembelajaran didominasi oleh guru atau dengan kata lain pembelajaran bersifat teacher centred. Kondisi ini menggambarkan kelas yang kurang kondusif dan interaksi yang rendah. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan secara optimal. Dari 47 orang siswa terdapat 4 siswa yang perlu pimbingan, 8 siswa baru mencapai

(3)

predikat C (cukup) dan 9 siswa mencapai predikat B (baik).

Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IVA pada SD Negeri 7 Pedungan khususnya pada muatan pelajaran IPA sebagai upaya meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa yang dibarengi dengan harapan meningkatnya keterampilan guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum 2013.

Salah satu model yang dirujuk berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran adalah model Problem Based Learning yang dalam penerapannya berorientasi pada pendidikan karakter. Model Problem Based Learning memiliki karakteristik (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengkoordinasikan pelajaran diseputar masalah, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajarnya sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan materi pelajaran yang telah dipelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja (Ngalimun, 2012:90).

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter untuk meningkatkan hasil belajar IPA tema cita-citaku siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan tahun ajaran 2015/2016. Tujuan peneitian ini adalah untuk mendeskripsikan kompetensi sikap dalam belajar IPA, meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA, dan mendeskripsikan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA.

METODE

Penelitian tindakan kelas mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Jadi penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk

memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009:26).

Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter yang diterapkan pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Pedungan.

Subjek dalam penelitian ini adalah adalah siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 47 orang siswa. Terdiri atas 22 orang siswa perempuan dan 25 siswa laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan tahun ajaran 2015/2016. Secara operasional hasil belajar IPA adalah kemampuan- kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi pembelajaran IPA yang dijadikan tolok ukur berhasil tidaknya proses pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan. Hasil belajar IPA mencakup tiga aspek yaitu kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA.

Kompetensi sikap mencakup tujuh sikap yang terdapat pada KI 1 dan KI 2, meliputi sikap spiritual, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri.

Kompetensi pengetahuan mencakup dimensi pengetahuan yang terdiri dari faktual dan konseptual, serta kemampuan berpikir pada tahap mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kompetensi keterampilan mengacu pada 5M pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Tindakan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru untuk memperbaiki kinerja siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter.

Setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

(4)

Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi aspek dan hasil pembelajaran, sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan. Rencana penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan keadaan hasil pengamatan awal yang reflektif. Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Arikunto dkk (2009:17) menyebutkan bahwa penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan (kolaborasi) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Pihak yang melakukan tindakan yaitu peneliti sebagai guru, sedangkan yang diminta untuk melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah guru wali kelas. Tahap observasi pada siklus ini dilaksanakan bersamaan pada saat tahap pelaksanaan. Observasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan observasi mengenai kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam belajar IPA pada setiap pertemuannya. Refleksi dilakukan untuk

melihat, mengkaji, dan

mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan mengenai kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam pembelajaran.

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan.

Untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPA digunakan metode tes yakni jenis tes objektif dalam bentuk soal pilihan ganda biasa yang terdiri dari empat alternatif jawaban (a, b, c, d).

Menurut Arikunto (2013:67) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengukur kompetensi sikap dan keterampilan

metode yang digunakan adalah metode non tes yaitu observasi dengan instrumen lembar observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pencatatan terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan (Bundu, 2006:142).

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif, dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis statistik deskriptif meliputi mean, median, dan modus yang disajikan dalam bentuk grafik poligon.

Menurut Agung (2014:110) metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskritif seperti angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Data yang dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif adalah data kompetensi pengetahuan IPA.

Metode analisis deskritif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, menganai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110).

Sedangkan data yang dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif adalah data kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori- kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110).

Kriteria keberhasilan diterapkan sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

Adapun indikator kinerja yang digunakan sebagai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa dalam kelas yakni 47 orang yang mencapai predikat A (sangat baik) pada aspek kompetensi pengetahuan IPA di akhir siklus.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan secara umum teramati seluruh siswa berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, namun hanya terdapat 20 atau 42,55% siswa yang khusuk dalam berdoa.

Dalam proses pembelajaran muatan pelajaran IPA kelas IVA teramati proses pembelajaran masih didominasi oleh keterampilan mangamati dan mengomunikasikan. Pembelajaran muatan pelajaran IPA yang dilaksanakan belum dapat mengoptimalkan keterampilan siswa. Kurang ada interaksi siwa dalam bertanya saat pembelajaran membuat siswa menjadi pasif. Dalam hal mengomunikasikan hasil pekerjaan teramati siswa yang sama yang mau berbicara di depan kelas. Teramati masih banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan. Selain itu baru 2 atau 4,26% siswa yang mau menanggapi pendapat temannya. Kerjasama, disiplin, dan tanggungjawab siswa dalam bekerja

kelompok belum teramati pada saat itu dikarenakan pada saat proses pembelajaran tersebut belum ada pembagian tugas kelompok.

Uraian tersebut dijadikan bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada muatan pelajaran IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan. Penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada siswa kelas IVA diharapkan dapat membentuk kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA, serta dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA. Hasil deskripsi data kompetensi sikap dalam belajar IPA pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut..

Tabel 01. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I

Kompetensi Sikap Spiritual Banyaknya Siswa Persentase 1. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan

a. Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran 47 100%

b. Berdoa setelah kegiatan pembelajaran 47 100%

2. Kekhusukan

a. Memejamkan mata saat berdoa 27 57,45%

b. Tidak mengganggu teman saat berdoa 42 89,86%

c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa 35 74,47%

d. Posisi tubuh benar saat berdoa 42 89,86%

Tabel 02. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I

Kompetensi Sikap Sosial Banyaknya Siswa Persentase 1. Menghargai Pendapat

a. Mendengarkan pendapat teman 38 80,85%

b. Menanggapi pendapat teman 8 17,02%

2. Kerjasama 30 63,83%

Tabel 03. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus II

Kompetensi Sikap Spiritual Banyaknya Siswa Persentase 1. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan

a. Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran 47 100%

b. Berdoa setelah kegiatan pembelajaran 47 100%

2. Kekhusukan

a. Memejamkan mata saat berdoa 43 91,49%

(6)

b. Tidak mengganggu teman saat berdoa 46 97,87%

c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa 43 91,49%

d. Posisi tubuh benar saat berdoa 45 95,74%

Tabel 04. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus II

Kompetensi Sikap Sosial Banyaknya Siswa Persentase 1. Menghargai Pendapat

a. Mendengarkan pendapat teman 45 95,74%

b. Menanggapi pendapat teman 14 29,79%

2. Kerjasama 40 85,11%

3. Disiplin 25 53,19%

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang ditetapkan.

Hasil deskripsi data kompetensi keterampilan dalam belajar IPA pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 05. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I

Kompetensi Sikap Sosial Banyaknya Siswa Persentase

1. Mengamati 40 72,34%

2. Menanya 6 12,77%

3. Mengumpulkan Informasi 36 38,29%

4. Mengasosiasi 36 12,77%

5. Mengomunikasikan 29 61,70%

Tabel 06. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II

Kompetensi Sikap Sosial Banyaknya Siswa Persentase

1. Mengamati 43 91,49%

2. Menanya 23 48,94%

3. Mengumpulkan Informasi 42 89,36%

4. Mengasosiasi 42 89,36%

5. Mengomunikasikan 32 68,09%

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi keterampilan yang ditetapkan.

Terbentuknya kompetensi keterampilan siswa dalam belajar IPA sekaligus menumbuhkan sikap sosial siswa. Jumlah siswa yang memiliki sikap sosial cermat sama dengan jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kompetensi keterampilan mengamati, jumlah siswa yang memiliki sikap sosial rasa ingin tahu sama dengan jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kompetensi

keterampilan menanya, jumlah siswa yang memiliki sikap sosial teliti sama dengan jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kompetensi keterampilan mengumpulkan informasi dan mengasosiasi, jumlah siswa yang memiliki sikap sosial santun dan percaya diri sama dengan jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kompetensi keterampilan mengomunikasikan.

Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan diperoleh pada pertemuan keempat setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar pada

(7)

kompetensi pengetahuan IPA dengan menggunakan tes hasil belajar. Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA

siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan pada siklus I disajikan pada tabel 07 berikut.

Tabel 07. Tabel Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan pada Siklus I

Skor Nilai Predikat Banyaknya Siswa Persentase

20 100 A 4 8,51%

19 95 A 11 23,40%

18 90 A 17 36,17%

17 85 B 3 6,38%

16 80 B 3 6,38%

15 75 B 1 2,13%

14 70 C 3 6,38%

13 65 C 2 4,26%

12 60 C 1 2,13%

11 55 D 2 4,26%

Berdasarkan tabel 07 tersebut dapat dideskripsikan bahwa yang mendapat nilai dengan predikat sangat baik sebanyak 32 siswa atau 68,08%.

Analisis data pada siklus I menunjukkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, karena pada siklus I hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA hanya 68,09% yang mencapai predikat sangat baik sementara indikator keberhasilannya minimal 80%, mencapai predikat sangat baik, maka dapat ditetapkan bahwa kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II.

Berdasarkan data nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA tersebut dapat disajikan mean, median, modus pada grafik 01 berikut.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

53 58 63 68 73 78 83 88 93 98 Nilai

Frekuen

si

Me=88 M=84,28 Mo=89 Grafik 01 Grafik Poligon Hasil Belajar

pada Kompetensi

Pengetahuan IPA Siswa pada Siklus I

Dari grafik 01 tersebut teramati bahwa kurva juling negatif disebabkan karena Mo=89  Me=88  M=84,28.

Dengan demikian variabelitas skor/sebaran data nilai kompetensi pengetahuan IPA di atas rata-rata.

Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan pada siklus II dapat disajikan pada tabel 08 berikut.

(8)

Tabel 08 Tabel Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan pada Siklus II

Skor Nilai Predikat Banyaknya Siswa Persentase

20 100 A 6 12,76%

19 95 A 14 29,79%

18 90 A 18 38,30%

17 85 B 4 8,51%

16 80 B 3 6,38%

15 75 B 1 2,13%

14 70 C 1 2,13%

Berdasarkan tabel 08 tersebut dapat dideskripsikan bahwa yang mendapat nilai dengan predikat sangat baik sebanyak 38 atau 80,85% siswa.

Analisis data pada siklus II menunjukkan nilai hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, karena pada siklus II nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai 80,85% yang mencapai predikat sangat baik, maka dapat ditetapkan bahwa pembelajaran kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA telah tuntas.

Berdasarkan data nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA tersebut dapat disajikan nilai mean, median, modus pada grafik 2 berikut.

0 5 10 15 20

68 73 78 83 88 93 98

Mo=89,40 M=88,96 Me=89,55 Grafik 02 Grafik Poligon Hasil Belajar

pada Kompetensi

Pengetahuan IPA Siswa pada Siklus II

Dari grafik 02 tersebut teramati bahwa kurva juling negatif disebabkan karena Me=89,96  Mo=89,40  M=88,96.

Dengan demikian variabelitas skor/sebaran data nilai kompetensi pengetahuan IPA di atas rata-rata.

Penelitian tindakan kelas yang menerapkan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada muatan pelajaran IPA dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat secara kolaboratif antara peneliti bersama dan guru kelas yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Dalam proses pembelajaran guru memberikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa sesuai dengan materi pelajaran pada setiap pertemuan agar siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari.

Permasalahan tersebut dicari pemecahannya oleh siswa secara berkelompok. Dalam penyampaian permasalahan guru menayangkan media berupa gambar atau video agar siswa lebih mudah memahami permasalahan dan mendapat pemecahan masalah yang tepat. Selain itu dalam pembelajaran juga guru menumbuhkan perilaku siswa yang mencerminkan karakter-karakter pada siswa agar siswa dapat langsung mengimplementasikan karakter-karakter baik tersebut.

(9)

Dalam pembelajaran guru mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok secara heterogen, 7 kelompok terdiri dari 6 orang dan 1 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk bekerjasama dalam mendiskusikan jawaban permasalahan yang diberikan ataupun bekerjasama dalam melakukan percobaan.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II secara umum dapat merubah kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam belajar IPA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa yang mencapai indikator kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA. Secara umum setiap siswa memiliki perilaku yang baik (Permendikbud No. 53 Tahun 2015).

Dapat dikatakan demikian karena sikap siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dan tidak ditemukan sikap siswa yang buruk dalam pembelajaran.

Selain itu penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA, dimana 80,85% siswa telah mencapai nilai dengan predikat sangat baik. Peningkatan ini terjadi dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II. Pada siklus II hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa (1) Penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang ditetapkan dan tidak adanya sikap siswa

yang buruk dalam pembelajaran, secara umum seluruh siswa memiliki sikap yang baik. (2) Penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil belajar yang mencapai predikat sangat baik.

Pada siklus I sebanyak 32 atau 68,08%

siswa mencapai predikat sangat baik.

Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 38 atau 80,85% siswa mencapai predikat sangat baik. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian yaitu minimal 80% dari seluruh siswa mencapai predikat sangat baik. (3) Terjadi perubahan kuantitas siswa pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA melalui penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter pada siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap siklus diketahui bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Dengan demikian penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 7 Pedungan.

Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah (1) Bagi siswa kelas IVA Sekolah Dasar Negeri 7 Pedungan, melalui penelitian ini diharapkan agar terdorong untuk belajar sehingga terbentuk kompetensi sikap dan keterampilan serta meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter.

(2) Bagi guru dalm mengoptimalkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA dapat memberikan pengayan dan remedial bagi siswa yang belum mencapai predikat sangat baik.

Selain itu dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, model Problem Based Learning berorientasi pendidikan karakter dapat dijadikan alternatif yang efektif sehingga

(10)

menumbuhkan kompetensi sikap dan keterampilan siswa serta meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. (3) Bagi kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru-guru lain serta dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pertimbangan dalam memilih model pembelajaran. (4) Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian penelitian relevan bagi peneliti yang tertarik untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A Gede.2011. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha ---. 2012 Metode Penelitian

Pendidikan. Singaraja:Undiksha.

---. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.

Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Jakarta: Kencana.

Arikunto, Siharsimi dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian

Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Depdiknas.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Depdikbud. 2014a. Lampiran I Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 20014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

http://pgsd.uad.ac.id/wp- content/uploads/lampiran- permendikbud-no-103-tahun-

2014.pdf (diakses tanggal 29 November 2015).

---. 2014b. Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Tersedia

pada http:

www.academia.edu/8589374.html (diakses tanggal 29 November 2015).

---. 2014c. Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Tersedia

pada http.

www.disdik.kaltimprof.go.id.html (diakses tanggal 29 November 2015).

---. 2015. Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar (SD). Tersedia pada fttps://akhmadsudrajat.wordpress.co m (diakses tanggal 2 Mei 2016) Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar &

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik Oemar. 2010. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kunandar.2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Rajawali Pers.

---. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta:

Rajawali Pers.

Marhaeni.2013.Landasan Dan Inovasi Pembelajaran, Materi Kuliah Untuk

S2 Pendidikan

Dasar.Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.

Muzamiroh, Mida Latifatul. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Surabaya:

Kata Pena.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogykarta: Aswaja Pressindo.

(11)

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: UM Press.

Permana, I Kadek. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Lingkungan Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Manukaya”.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Undiksha.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014.

Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya,Wina.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.

Jakarta: Kencana.

---. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. : Bumi Aksara.

---. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Warsono & Hariyanto. 2012.

Pemebelajaran Aktif Teori dn Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

.

Wijayanti, Gek Lady. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Seraya Karangasem”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Undiksha.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana

Gambar

Tabel 07. Tabel Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD   Negeri 7 Pedungan pada Siklus I
Tabel 08 Tabel Data Hasil Belajar  pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD   Negeri 7 Pedungan pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

yaitu barisan pertama, yang bermakna kaum sufi yang berada di barisan pertama di depan Tuhan.Ketiga istilah tasawuf berasal dari kata al-shuffah

Pengembangan ekonomi pesantren mela- lui program penggemukan sapi, di lima pondok pesantren Kabupaten Lamongan adalah cukup strategis, terutama dilihat dari factor geografis dan

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Delapan bulan Februari tahun Dua Ribu Tiga Belas, kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Tasawuf sebagai salah satu dari ilmu syariah bersumber dari syariat yakni alquran dan hadis, dan akal tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali

Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Oleh karena itu, senyawa yang

Software (Perangkat Lunak) adalah sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk menganalisa pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah terhadap