BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Pelayanan Publik
a. Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Kotler dalam Sampara Lukman yang dikutip oleh (Sinambela, 2006:4) menyatakan bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau suatu kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik dapat pula diartikan pemberian layanan keperluan orang atau masyarakat baik dalam bentuk jasa maupun dalam bentuk barang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai cara yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu pelayanan publik disebut juga pelayanan kepada orang banyak (masyarakat), pelayanan sosial, dan pelayanan umum.
Secara ideal, persyaratan teori administrasi yang menyangkut pelayanan publik antara lain harus mampu menyatakan sesuatu yang bermakna yang dapat diterapkan pada situasi kehidupan
bermasyarakat, mampu menyajikan suatu perspektif kedepan, dapat mendorong lahirnya cara-cara atau metode baru dalam situasi dan kondisi yang berbeda, Teori administrasi yang sudah ada merupakan dasar untuk mengembangkan teori administrasi lainnya, khususnya pelayanan publik, dapat membantu pemakainya untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang dihadapi, dan bersifat multi disipliner dan multi dimensional (Mansyur, 2013: 966).
Hakikat dari pelayanan publik adalah pemberian pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat. Peran pemerintah tersebut memberikan solusi terhadap pelayanan publik merata dan berkeadilan.
Solusi demikian dihubungkan dengan menguatnya kontrol masyarakat dan besarnya kontribusi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah. Pemberian otonomi yang sangat luas pada dasarnya juga dimaksudkan untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyat. Melalui otonomi yang luas, pemerintah daerah memiliki wewenang luas dalam menyelenggarakan pemerintah dan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan rakyat dan daerah.
Pelayanan yang baik akan diwujudkan dengan sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat. Hendaknya aparat dalam memberikan pelayanan tidak mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum. Karena peran aparat disini adalah aparatur Negara sebagai abdi masyarakat. Selain itu dalam pelayanan harus sesuai dengan undang-undang atau ketetapan berlaku. Sumber daya manusia pun juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pelayanan. Jika sumber daya yang dimiliki aparat baik maka pelayanan akan baik pula.
Dengan demikian pelayanan publik merupakan kepuasan penyelengara negara terhadap kegiatan dan kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini yang dimaksud kebutuhan bukanlah kebutuhan pribadi, tetapi berbagai kebutuhan yang sebenarnya diharapkan oleh
masyarakat, yaitu kebutuhan pelayangan yang merupakan hak masyarakat sebagai warga negara. (Dwiyanto,2010:2) menyatakan bahwa pelayanan publik memiliki kisaran yang sangat luas, yaitu mencakup pelayanan untuk memenuhi kebutuhan barang publik, hak dasar, kewajiban pemerintah dan komitmen nasional. Pelayanan publik umumnya dibagi menjadi dua kategori sesuai dengan tingkat kepentingan kebutuhan warga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik sekunder.
Pelayanan publik primer mengacu pada berbagai jenis layanan yang diberikan oleh instansi pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan mutlak dari seorang warga negara. Seperti KTP bersifat mutlak bagi setiap waga negara yang sudah memenuhi syarat, terutama dari segi usia (18 tahun keatas). Semua pelayanan yang bersifat primer, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan pelayanan bermutu dan mudah didapatkan. Sedangkan pelayanan publik sekunder adalah pelayanan yang tidak mutlak bagi warga negara, seperti tata rias, hiburan dan kebutuhan lainnya.
b. Standar Pelayanan Publik
Standar pelayanan adalah ukuran yang dipergunaan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan teratur. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik tentunya memberikan arahan kepada seluruh penyelenggara pelayanan yang terstandarisasi dengan memenuhi komponen standar pelayanan. Adapun standar pelayanan publik menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 21 tentang komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
1) Dasar hukum.
2) Persyaratan.
3) Sistem, mekanisme, dan prosedur.
4) Jangka waktu penyelesaian.
5) Biaya/tarif.
6) Produk pelayanan.
7) Sarana, prasarana atau fasilitas.
8) Kompetensi pelaksanaan.
9) Pengawasan internal.
10) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan.
11) Jumlah pelaksana.
12) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan.
13) Jaminan pelayanan yang memberikan keamanan.
14) Evaluasi kinerja pelaksana.
Komponen standar pelayanan publik ini didesain untuk memberikan akses informasi seluas-luasnya sehingga masyarakat dimudahkan menjangkau pelayanan dasar yang mengarah kepada kesejahteran masyarakat. Selain itu, dengan terpenuhinya standar pelayanan tersebut, dapat meminimalisir tindakan-tindakan mal adminsitrasi seperti pungutan liar, penyimpangan prosedur, penudaan dan sebagainya yang merupakan celah potensi terjadinya tindak pidana korupsi. Standar pelayanan publik memberikan keterbukaan akses informasi kepada masyarakat sehingga pelayanannya baik persyaratan, prosedur, biaya dan jangka waktu dapat diukur dan diketahui masyarakat tanpa mengalami kebingungan serta menunutut pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraannya. Terpenuhinya standar pelayanan publik bertujuan mewujudkan Indonesia menjadi welfare state yang dapat memenuhi kebutuhan dasar sebagai bentuk mekanisme pemerataan terhadap kesejangan yang ada.
Selaras dengan hal tersebut Pasal 18 Undang-Undang Pelayanan Publik juga mengatur hak-hak masyarakat selaku pengguna pelayanan publik antara lain:
1) Masyarakat berhak mengetahui kebenaran isi standar pelayanan;
2) Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;
3) Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;
4) Mendapatkan advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;
5) Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan;
6) Memberitahu pelaksana untuk memperbaiki pelayanan;
7) Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan;
8) Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan;
9) Mendapat pelayanan yang berkualitas
Hak inilah yang menjadi bekal bagi masyarakat untuk mengawal dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa pengaturan hak ini pun, sebenarnya fungsi pengawasan pelayanan publik telah melekat kepada masyarakat. Ini dikarenakan sumber pembiayaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan hasil pajak yang disetorkan masyarakat sehingga secara otomatis masyarakat memiliki andil dan peran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
2. Tinjauan Administrasi Kependudukan
a. Pengertian Admnistrasi Kependudukan
Definisi administrasi kependudukan menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yaitu rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Kemudian di dalam penjelasan Undang-Undang Administrasi Kependudukan tersebut dijelaskan bahwa administrasi kependudukan sebagai suatu sistem yang diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Kinerjanya fokus pada kepentingan penduduk, memberikan pemenuhan hak-hak administratif, pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi publik menurut Waldo dalam (Zauhar, 2001:31) memiliki dua definisi yaitu: Public administration is the organization and management of men and materials to acheive the purpose of government. Public administration is the art and science of management as applied to affairs as state (Administrasi Publik adalah pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan materi untuk mencapai tujuan pemerintah serta Administrasi Publik sebagai seni dan juga sebagai kajian intelektual dari pengelolaan dalam urusan kenegaraan) Pengertian administrasi kependudukan yang biasa disebut dengan singkatan Adminduk dapat ditelusur dari Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Pasal 1 Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang menyatakan bahwa, administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Pelaksanaan administrasi kependudukan merupakan hal yang sangat esensial dan berperan strategis dalam pembangunan. Faktor penyebabnya karena melalui pelaksanaan sistem administrasi kependudukan tersebut dapat diketahui tentang jumlah penduduk, karakteristik dan informasi lain sesuai dengan keadaan penduduk serta kondisi daerah tempat tinggal.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ruang lingkup administrasi kependudukan meliputi tiga komponen yaitu: Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Sejak tahun 2006, pemerintah telah menetapkan kebijakan administrasi kependudukan yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Undang-Undang atau dasar ini kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Khususnya diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2015 tentang pelayanan publik di Provinsi Jawa Tengah serta Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 82 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 4 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
Dinas kependudukan dan pencatatan sipil merupakan perangkat daerah sebagai unsur pelaksanaan urusan kegiatan Administrasi Kependudukan Kabupaten Karanganyar di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dinas Kependudukan bertugas membantu bupati melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang pelayanan pencatatan sipil, dibidang pengelolaan informasi administrasi kependudukan bidang pemanfaatan data dan inovasi pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Tujuan Administrasi Kependudukan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, penyelenggaraan administrasi kependudukan bertujuan untuk:
1) Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk.
2) Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.
3) Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembanguan pada umumnya.
4) Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan terpadu.
5) Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Prinsip-prinsip di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana dikehendaki oleh undang-undang.
3. Tinjauan Nama Sebagai Identitas Diri a. Pengertian Nama
Menurut kebiasaan di masyarakat, nama adalah suatu identitas yang harus dimiliki oleh setiap orang saat lahir di dunia untuk mempermudah dalam memanggilnya. Menurut agama nama adalah doa, julukan yang diberikan kepada anak oleh orang tua.
Sebagai harapan, namanya sudah mengandung doa. Nama merupakan suatu dasar dalam kita melakukan kegiatan hukum baik itu hukum perdata atau pidana.
Dalam hukum perdata subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban masyarakat. Manusia dan badan hukum termasuk dalam konsep hukum. Menurut konsep biologi, manusia adalah fenomena alam, makhluk budaya yang diciptakan oleh Tuhan dengan akal, emosi dan kehendak, jadi manusia adalah subjek hukum. Karena manusia adalah subjek hukum, maka dalam identitasnya mereka harus memiliki nama sehingga dapat membedakan satu orang dengan orang lainnya.
b. Nama Sebagai Identitas Diri
Identitas pribadi adalah karakteristik unik yang membuat perbedaan dengan orang lain. Setiap orang mempunyai identitas pribadinya sendiri, sehingga tidak akan sama dengan orang lain.
Pengaruh budaya juga mempengaruhi identitas pribadi seseorang.
Orang-orang dari budaya individualistis, seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat berusaha untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Sementara itu, orang-orang dari budaya kolektif cenderung menonjolkan keanggotaan mereka kepada orang lain.
Identitas pribadi juga dapat diartikan sebagai aturan atau prinsip moral pribadi yang digunakan seseorang sebagai kerangka normatif dan pedoman berperilaku.
c. Syarat Melakukan Perubahan Nama
Penggantian nama adalah perubahan terhadap nama lama seseorang menjadi nama yang baru melalui prosedur hukum pengajuan permohonan penggantian atau perubahan nama.
Adakalanya dalam kenyataan dan perjalanan hidup seseorang nama yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan nama. Alasan pergantian nama bervariasi, dianggap kurang baik, kurang membawa keberuntungan, tidak sesuai dengan agama dan kepercayaannya dan alasan-alasan lainnya. Namun demikian, penggantian nama tersebut tetap harus dilakukan sesuai dengan syarat dan prosedur yang berlaku sehingga penggantian nama anak memiliki kekuatan hukum yang kuat untuk menyandang nama tersebut.
Pasal 52 Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan mengatur bahwa perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri tempat pemohon. Selanjutnya, perubahan nama tersebut wajib didaftarkan oleh orang yang berubah namanya tersebut kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menerbitkan akta pencatatan sipil paling lambat tiga puluh hari setelah menerima
salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk. Setelah persyaratan tersebut dipenuhi, pemohon mengisi dan menyerahkan Formulir Pelaporan Perubahan Nama dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana disebutkan di atas kepada Instansi Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana. Pejabat Pencatatan Sipil kemudian membuat catatan pinggir pada register akta catatan sipil dan kutipan akta catatan sipil. Perubahan nama selanjutnya akan direkam dalam database kependudukan. Tahapan pergantian nama dilakukan sebagai berikut:
1) Orangtua (bagi anak di bawah 17 tahun) atau si anak sendiri (bila sudah 17 tahun ke atas) harus mengajukan permohonan ke Panitia Perdata Pengadilan Negeri setempat (sesuai domisilinya) dengan menyebutkan alasan penggantian nama tersebut.
2) Menyertakan dokumen KTP suami-istri, Kartu Keluarga, Akta Perkawinan, dan Akta Kelahiran anak bersangkutan. Untuk anak 17 tahun ke atas, menyertakan KTP, KK, dan Akta Kelahiran.
3) Setelah menjalani proses persidangan dengan membawa saksi- saksi (biasanya minimal dua orang) dan melengkapi bukti- bukti yang diperlukan, Pengadilan Negeri akan mengeluarkan amar keputusan.
4) Berdasarkan amar keputusan yang dikeluarkan Pengadilan Negeri tadi, di balik lembar Akta Kelahiran akan dibuatkan Catatan Pinggir yang memuat keterangan mengenai perubahan nama tersebut.
5) Berdasarkan amar keputusan, Pengadilan Negeri akan memerintahkan Kantor Catatan Sipil tempat Akta Kelahiran tersebut diterbitkan untuk mencatat perubahan nama tersebut.
Jadi, misalnya yang bersangkutan lahir di Yogyakarta, sementara kini berdomisili di Bandung, maka ia tidak perlu
mengurus pergantian nama di Pengadilan Negeri Yogyakarta, melainkan cukup di Pengadilan Negeri Bandung.
Catatan Sipil selanjutnya akan membuatkan catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil. Berdasarkan Pasal 93 Ayat (2) Peraturan Presiden No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, dokumen-dokumen yang wajib dilengkapi dalam hal pencatatan perubahan nama adalah:
Salinan penetapan pengadilan negeri tentang perubahan nama;
1) Kutipan Akta Catatan Sipil;
2) Kutipan Akta Perkawinan bagi yang sudah kawin;
3) Fotokopi Kartu Keluarga;
4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk.
Prosedur pemohon adalah mengisi dan menyerahkan formulir laporan perubahan nama dengan melampirkan dokumen tersebut di atas kepada instansi pelaksana yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Setelah nama baru telah ditetapkan secara hukum oleh Pengadilan Negeri setempat yang diketahui oleh minimal dua orang saksi, maka akan diberikan rujukan ke Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil guna mengubah identitas baru secara administrasi. Akta kelahiran akan tetap sama seperti yang dulu, hanya saja dibalik lembaran akta kelahiran tersebut akan dibuat catatan pinggir dan disahkan dengan tanda tangan dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. Oleh karena itu seseorang akan sah secara hukum dan dapat menggunakan atau menyandang nama baru tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Berubahnya nama seseorang melalui permohonan penggantian nama kepada pengadilan tentunya secara
yuridis akan membawa akibat hukum terhadap status anak tersebut secara hukum.
Akibat hukum atas penggantian nama anak terhadap legalitas status hukum anak antara lain adalah terhadap perubahan beberapa bukti autentik, seperti akta kelahiran anak berikut terhadap nama di dalam Kartu Keluarga (KK) yang bersangkutan. Apabila perubahan nama dilakukan apabila seseorang sudah dewasa tentunya prosesnya akan lebih panjang, mulai dari perubahan nama terhadap akta kelahiran, perubahan nama dalam KK, perubahan dalam nama KTP, perubahan nama dalam paspor, perubahan dalam nama ijazah pendidikan, dan lain sebagainya, sebagai legalitas nama seseorang. Perubahan tersebut diawali adanya perubahan akta kelahiran melalui akta pencatatan sipil, sebagai bentuk tertib administrasi kependudukan.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pelayanan administrasi kependudukan terkait perubahan nama pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar?
2. Apakah solusi hukum ideal untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelayanan administrasi kependudukan terkait perubahan nama pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar?
Sumber Data:
1. Data Primer berupa fakta proses administrasi perubahan nama di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar. Pengumpulan data primer bersal dari interview, pengamatan dan observasi.
2. Data Sekunder berupa Peraturan perundang-undangan dan teori terkait. Pengumpulan data sekunder berasal dari studi pustaka.
Tinjauan Umum:
1. Tinjauan administrasi kependudukan
2. Tinjauan pelayanan publik 3. Tinjauan perubahan nama
sebagai identitas penduduk
Pendekatan Empiris, Sifat Penelitian Kualitatif
Deskriptif,
Hasil Penelitian yang diharapkan:
1. Memahami pelayanan administrasi kependudukan terkait perubahan nama di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar
2. Mengerti solusi hukum yang ideal untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelayanan administrasi kependudukan terkait perubahan nama di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karanganyar
Keterangan:
Kerangka pemikiran merupakan bentuk suatu konsep atau alur dari suatu penelitian yang berdasar pada masalah yang diteliti dan diharapkan dapat
mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sementara sehingga dapat diperoleh jawaban dan altenatif solusinya serta hasil penelitian seperti yang diharapkan.