DAFTAR REFERENSI
Ardianto, Elvinara. 2007. Filsafat Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Bungin, Burhan. 2003. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana
Eriyanto , 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKis
Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : Lkis
Gerbner, George. 2007. Cultivation Analysis dalam West and Turner. Introducing
Communication Theory. New York : McGraw Hill.
Hidayat, N, Dedy. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik
Klasik. Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia
Krisyantono, Rachmat, 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Mulyana, Deddy. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta. UGM Press.
Nurhasim, Moch. 2008. Konflik dan Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka:
Kajian tentang Konsensus Normatif antara RI - GAM dalam Perundingan Helsinki. Yogyakarta dan Jakarta : Pustaka Pelajar & P2P-LIPI.
Nurhafni dan Maryam. 2006. Pro dan Kontra Penerapan Syariat Islam di NAD. SUWA IV (3) : 59 – 66.
Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.
Patton, Quinn, Michael. Qualitative Research and Evaluation Methoda, 3rd
Edition. California : Sage Publication.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Shoemaker dan Reese. 1996. Mediating the Message: Theories of Influences on
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Pustaka LP3ES Inonesia.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Bagong, Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jurnal Ilmiah :
Entman, Robert M. 1993. Framing: Toward Classification of a Fractured
Paradigm dalam Journal of Communication, Vol. 43 No. 4/1993.
Pan, Zhondang and Geral M. Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to
News Discourse” dalam Political Communication vol 10/1991
Internet:
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Peneliti lahir di Bandar Selamat, Simalungun pada 1 Februari 1990. Merupakan anak kedua dari pasangan Abdul Hakim Siregar, S.PdI dan Hariaty Lubis. Sejak lahir hingga sekarang, peneliti tinggal di Bandar Selamat, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Pendidikan SD diselesaikan peneliti di SD 097799 Bandar Selamat kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar di daerah yang sama. Setelah itu, peneliti melanjutkan studinya ke SMA Nurul ‘Ilmi Kota Padangsidimpuan. Pada tahun 2009 penulis diterima di Ilmu Komunikasi FISIP USU lewat jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Pers Mahasiswa SUARA USU sejak 2009 hingga 2012. Di organisasi tersebut penulis sempat mengisi posisi sebagai desainer grafis, sekretaris redaksi, redaktur artistik, dan terakhir sebagai pemimpin umum.
Beberapa pelatihan yang pernah diikuti peneliti, antara lain; Pelatihan Jurnalisme Tendensi Tingkat Nasional di Universitas Diponegoro Semarang (2010), Roadshow Pelatihan Menulis Untuk Kesederajatan oleh Lentera Timur di Medan (2011), Workhsop Jurnalistik Manajemen Pers Kampus oleh Dewan Pers di Medan (2012).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Objek Penelitian
AtjehPost adalah salah satu portal berita online yang ada di Provinsi Aceh.
Didirikan oleh Nurlis E Meuko dan Yuswardi A Suud. Media online ini sudah mengunjungi pembaca sejak 22 Februari 2011.
Web atjehpost.com sudah mengalami perubahan sangat mendasar sejak Januari 2012. Salah satu perubahan terbesar adalah pada nama. Dulunya media ini memakai The Atjeh Post dan sekarang berubah menjadi AtjehPost.
Sejak April 2012, AtjehPost menjadi salah satu media partner publikasi kegiatannya. Hal ini berlangsung berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Nomor 8/PMP/DPRA/2012 tanggal 2 April 2012 yang memutuskan media online AtjehPost sebagai salah satu mitra kerjanya.
Kini AtjehPost dipercaya untuk mengelola konten tabloid The Atjeh Times, yang terbit sejak Juni 2012.
III.2 Metode Penelitian
Ada empat paradigma yang kini diterima dalam menginformasikan dan membimbing suatu penelitian kualitatif, yaitu paradigma positivism, paradigma post positivism, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivisme. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan paradigma konstruktivis sebagai cara pandang dalam media meneliti. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing.
Secara epistemologis, paradigma konstrukstivis bersifat transaksional dan subjektivis. Peneliti dan objek penelitian diasumsikan terhubung secara interaktif sehngga temuan dari penelitian tersebut tercipta seiring berlangsungnya penelitian.
Sedangkan secara metodologis, paradigma konstruktivisme bersifat
hermenutical dan dialectical. Variabel dan sifat personal dari konstruksi sosial
menyebabkan konstruksi individual hanya diperoleh melalui interaksi antara peneliti dan responden.
Analisis framing dapat menggunakan pendekatan paradigma konstruktivisme yang melihat representasi media baik berita maupun artikel yang terdiri dari package-package interpretif yang mengandung konstruksi makna tertentu.
Bogdan dan Taylor (1997) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku yang dapat diamati. Sedangkan Kirk dan Miller (1986) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (Moloeng, 2000: 3).
Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity).
2. Menggunakan metode kualitatif.
3. Menggunakan analisis data secara induktif.
4. Menggunakan teori dari dasar (grounded theory), penyusunan teori berasal dari data yang ada karena tidak ada teori apriori yang dapat mencakup kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapi.
5. Lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil karena hubungan bagian-bagian yang diteliti akan jauh lebih jelas bila diamati dalam proses. 6. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas
7. Munyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di alpangan.
Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan model analisis milik Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi berita. Melalui tulisan “A
Framing Analysis : An approach to New Discours”, ada empat dimensi struktural
Gambar 5. Bagan Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki
III.3 Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah kumpulan berita tentang kasus kematian Putri dan kaitannya dengan WH yang terbit di AtjehPost sepanjang September – Oktober 2012. Putri adalah gadis asal Langsa yang bunuh diri setelah ditangkap WH. WH memaksa putri untuk mengaku sebagai pelacur karena telah berduaan dengan teman prianya. Sedangkat menurut Putri, ia hanya menonton hiburan bersama teman-temannya. Keesokan harinya Harian Serambi Indonesia mengeluarkan berita tentang penangkapan Putri tersebut. Hingga akhirnya, Putri melakukan aksi bunuh diri yang diduga akibat malu karena pemberitaan tersebut.
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu data unit analisis dari teks yang tertulis pada naskah
berita di AtjehPost.
2. Data sekunder, yaitu melalui penelitian kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan literatur serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
III.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan memusatkan pada penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis isi kualitatif menggunakan analisis framing sebagai pisau analisis.
Setelah itu, penulis akan membuat ruang khusus untuk melihat frame secara keseluruhan dari hasil teks yang telah dianalisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mempunyai empat struktur. Struktur sintaksis bisa diamati dari bagian berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan mneyusun peristiwa- pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa- ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian struktur sintaksis dapat diamati dari headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan sebagainya.
Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita. Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Secara umum, teks berita terdiri dari 5W 1H (who, what, where, when, why, dan how). Kehadiran struktur skrip dalam sebuah berita bisa member kesan bahwa berita tersebut unit yang relative independen, karena menyajikan informasi yang lengkap dari sebuah peristiwa, mulai dari awal, klimaks, karakter, dan emosi manusia.
sebagai kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lainnya. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.
Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu. Struktur ini menggambarkan pilihan gaya yang dibuat oleh jurnalis sehubungan dengan efek yang mereka harapkan dari sebuah peristiwa terhadap khalayak. Mereka menggunakan perangkat framing untuk menggambarkan observasi dan interpretasi mereka sebagai sebuah fakta, atau untuk meningkatkan efektifitas sebuah berita.
IV.I Analisis I Teks 1
Judul : Darah Aceh Timur ini Nekat Gantung Diri Tanggal : 7 September 2012
Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis:
Berita ini dibuka dengan headline bunuh dirinya seorang dara Aceh. Penulis memulai tulisannya dengan memaparkan temuan Putri yang bunuh diri di dalam kamarnya pada Kamis malam, 6 September 2012 sekitar pukul 22.00 wib dan mengemasnya menjadi lead.
Setelah adanya paparan bunuh diri, penulis memasukkan pernyataan dari aparat kepolisian yang memberikan dugaan sementara atas kematian Putri. Selanjutnya penulis membangun pertanyaan besar atas kematian Putri. Dugaan sementara ia lontarkan berupa masalah dengan pacarnya.
Pada paragraf selanjutnya, penulis memberikan jawaban atas pertanyaan yang ia bangun sendiri.
“Belakangan, beredar surat sepucuk surat yang ditulis Putri Erlina untuk ayahnya sebelum memutuskan gantung diri. Dalam suratnya, Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh menjual diri oleh Petugas Wilayatul Hisbah Langsa”
Skrip
Dalam penulisan berita ini, penulis menekankan tiga tokoh utama yaitu Putri, aparat kepolisian, dan WH. Penulis menghubungkan penulisan sebab akibat yang menyatakan kematian Putri disebabkan karena malu atas tuduhan WH. Pada teks ini menjelaskan Putri yang menulis surat kepada ayahnya sebelum kematiannya. Putri menulis suratnya itu karena merasa malu atas tuduhan WH yang mengannggap dirinya pelacur. Isi surat Putri bertujuan untuk meminta maaf kepada ayahnya.
Tematik
Tema yang diangkat dalam berita ini adalah seorang gadis langsa yang nekat gantung diri karena malu dituduh pelacur oleh WH. Penulis juga menceritakan kronologis bunuh dirinya Putri.
Koherensi yang digunakan dalam berita ini adalah koherensi sebab akibat. Ini terlihat dengan mengamati keseluruhan detai yang ditulis. Putri nekat bunuh diri disebabkan tuduhan pelacur yang diberikan WH terhadapnya.
“Dalam suratnya, Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas
mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh
menjual diri oleh Petugas Wilayatul Hisbah Langsa”.
Retoris
“Dalam suratnya, Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh
menjual diri oleh Petugas Wilayatul Hisbah Langsa. (Paragraf 3)
Teks 2
Judul : Satpol PP Aceh Tolak Disebut Penyebab Putri Bunuh Diri Tanggal : 13 September 2012
Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Dalam berita ini penulis memulai dengan headline penolakan Satpol PP penyebab Putri bunuh diri. Ditegaskan kembali dalam lead yang menyatakan Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Aceh mengklaim tidak ada kesalahan prosedur penangkapan dan pembinaan terhadap remaja putri berinisial PE. PE bunuh diri di rumahnya setelah diperiksa petugas Wilayatul Hisbah Langsa.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Khalidin Lhoong, Kepala Satpol PP dan WH Aceh yang menolak bertanggung jawab terhadap masalah ini.
“Masalah pembinaan itu, kalau kita WH memang kita sama ratakan. Secara hukum, di mata hukum itukan sama rata. Cuma kalau anak di bawah umur itu kita bina setelah itu baru kita kembalikan kepada orang tuanya. Apa wajar, tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih di lapangan”
Berita ini ditutup penulis dengan pernyataan gantung dirinya Putri disebabkan tuduhan WH terhadap dirinya.
Skrip
Penulis lebih menonjolkan tokoh WH yang menolak bertanggung jawab terhadap kasus ini. Melalui sangkalan dari tokoh Khalidin Long perwakilan dari WH, berita ini menunjukkan antikritik WH terhadap kasus yang sedang terjadi. Dalam pemilihan kata, penulis juga menekankan beberapa pilihan kata seperti :
‘pembinaan’ terhadap remaja putri, apa wajar tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih ‘di lapangan’.
Berita ini secara keseluruhan menonjolkan sangkalan WH atas bunuh dirinya Putri. Namun berita ini ditutup dengan paparan kejadian penangkapan Putri oleh WH yang menuduh Putri jual diri.
Tematik
Satpol PP/WH yang menolak disebut sebagai penyebab Putri bunuh diri menjadi tema dalam berita ini. Penulis menulis detail penolakan WH terhadap kasus ini. Mereka menganggap sudah melakukan penangkapan sesuai prosedur yang berlaku.
Koherensi yang digunakan masih sama seperti teks 1, yaitu koherensi sebab akibat. Akibat penangkapan Putri itu, akhirnya ia nekat untuk melakukan bunuh diri.
Retoris
Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Aceh mengklaim tidak ada kesalahan prosedur penangkapan dan pembinaan terhadap remaja putri berinisial PE. (Paragraf 1)
Penulis menggunakan kata ‘penangkapan’ dan ‘pembinaan’ dalam kasus Putri ini. Penggunaan kata itu menunjukkan sentimen bahwa tugas WH adalah menangkap dan membina. Padahal mereka hanya menduga dan kemudia melepaskan mereka
Apa wajar, tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih di
lapangan. (Paragraf 3)
Kata ‘di lapangan’ yang dipilih penulis dalam kalimat ini menujukkan makna kias. Maksud sebenarnya dalam kalimat itu adalah berkeliaran di daerah terbuka tanpa siapapun termasuk muhrim.
Sama dengan berita sebelumnya, penulis juga masih menggunakan kata ‘menjual diri’. Penulis sengaja tak menulis frasa lain agar pembaca dapat menilai sendiri maksud dari hal tersebut.
Teks 3
Judul : Kasus Putri Bunuh Diri, Satgas PA: Ini Kegagalan Orang Dewasa
Tanggal : 13 September 2012 Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Dalam struktur sintaksis, penulis meyusun berita langsung kepada pernyataan atas kegagalan itu. Selanjutnya pada tiga paragraf di bawah, penulis menyatakan kutipan-kutipan narasumber yang seluruhnya mengecam tindakan ini. Dia akhir berita, penulis kembali menutupnya dengan penjelasan Putri yang bunuh diri setelah diperiksa oleh WH dan dianggap telah melakukan perbuatan mesum.
Skrip
Berita ini juga menunjukkan penyalahan kepada WH. Pernyataan Fery yang mengatakan penerapan perda syariah yang dijalankan oleh WH berjalan dengan diskriminatif.
Tematik
Koherensi penjelas digunakan dalam berita ini. Hal ini terlihat dari kalimat:
“Pada perjalanannya, penerapan hukum syariah justru diskriminatif, karena hanya diperuntukkan bagi warga sipil kelas menengah ke bawah. Kelas atas banyak yang lepas".
Tema yang dibangun adalah kegagalan orang dewasa dalam kasus ini. Penulis menyampaikan detailnya melalui pernyataan dari beberapa narasumber yang memaparkan kelalaian orang dewasa dalam memahami anak.
Retoris
Kasus gantung diri seorang remaja putri di Aceh, Putri Erlina (16 tahun), membuat sejumlah pihak mengelus dada. (Paragraf 1)
Kiasan ‘mengelus dada’ dalam kalimat ini digunakan penulis untuk menunjukkan betapa tak seharusnya kasus Putri ini. Dengan frase ini, penulis ingin menunjukkan betapa fatalnya kasus Putri ini sampai orang harus mengelus dada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengelus dada berarti menahan perasaan (kesal hati, marah) dengan mengelus-elus (mengusap-usap) dada. Penulis coba tidak menggeneralkan tingkat kemarahan orang hanya dengan menyebut mengelus dada tersebut.
Pada perjalanannya, penerapan hukum syariah justru diskriminatif, karena hanya diperuntukkan bagi warga sipil kelas
menengah ke bawah. Kelas atas banyak yang lepas. (Paragraf 8)
dikenai penerapan hukum syariah. Sementara ‘kelas atas’ yang berarti tingkat pendidikan dan penghasilan tinggi tidak pantas untuk mendapatkan hukum syariah tersebut. Hal ini menambah deretan kesalahan penerapan perda syariah karena tidak merata diterapkan ke semua kalangan.
PE, nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri di kamarnya, Kamis (6/9) pekan lalu. Diduga, PE memilih mengakhiri hidup lantaran malu dituduh menjual diri. (Paragraf 10)
Ada dua frase yang digunakan dalam kalimat ini. Pertama adalah ‘mengakhiri hidup’ yang sama artinya dengan mati. Penulis memilih frase ini agar penggunaan kata yang lebih dramatisir. Sedangkan pada kalimat kedua seperti yang sudah dijelaskan pada teks sebelumnya yaitu penggunaan frase ‘menjual diri’.
Teks 4
Judul : Putri Bunuh Diri, Satgas PA Minta Keberadaan Polisi Syariat Dievaluasi
Tanggal : 13 September 2012 Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Headline dalam berita ini sudah menegaskan bahwa WH menjadi
penyebab bunuh dirinya Putri. Lewat judul Putri Bunuh Diri, Satgas PA
Minta Keberadaan Polisi Syariat Dievaluasi penulis ingin menekankan
bahwa WH harus dievaluasi terkait bunuh diri ini. Penulis memulai menyusun fakta dengan pernyataan Satgas PA yang mengimbau WH utuk dievaluasi itu. Kemudian ia melanjutkan tulisannya dengan penyelidikan Satgas PA yang masih mencari kasus lainnya. Ia menekankan kasus-kasus yang menjadi korban Polisi Syariah.
Skrip
Dalam berita ini, penulis memaparkan kasus berdasarkan persepektif Kepala Sekretariat Satgas PA, Ilma Sovri Yanti Ilyas. Tokoh ini menyebutkan sedang mengumpulkan sejumlah kasus yang mengakibatkan anak menjadi korban dengan adanya polisi Syariat dan aturan lainnya. Hal ini disebutkan tokoh, dilakukan karena adanya kasus Putri yang meninggal karena tuduhan WH. Pembaca bisa menilai kredibilitas WH melalui pernyataan yang disampaikan Ilma. Penutup, ia menuliskan keberadaan Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat di Aceh yang menjadi sorotan setelah kasus bunuh diri Putri.
Tematik
Tema yang dibangun dalam berita ini adalah WH yang diminta dievaluasi terkait bunuh dirinya Putri. Detail yang dijalin adalah pemaparan dari beberapa narasumber yang mengatakan mereka masih mengumpulkan kasus yang melibatkan anak sebagai korban WH. Selain itu, penulis juga mengisahkan detail seperti dalam kalimat berikut :
"Kasus Putri inikan adalah korban, korban kebijakan yang memang dijalankan yang dianggap itu sudah valid, bagus dan tidak ada komplain dari masyarakat Aceh maupun di luar Aceh. Satgas disini tidak menyorot khusus apakah peraturan itu harus dicabut atau tidak. Yang kami himbau adalah kalau memang keputusan itu telah diputuskan menjadi aturan, itu mohon dilihat kembali pihak-pihak yang ada di
dalamnya, termasuk anak dan perempuan. Perlakuan-perlakuan tersebut
apakah memang sesuai dengan memperlakukan perempuan dan anak”.
Koherensi yang dipakai masih koherensi sebab akibat, dimana WH harus dievaluasi terkait bunuh dirinya Putri tersebut. Dalam koherensi lain masih sama seperti berita sebelumnya yang menjelaskan bahwa Putri meninggal diakibatnkan tuduhan yang dilakukan WH terhadapnya.
Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas PA) mengimbau Pemerintah Aceh mengevaluasi keberadaan Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat di Aceh. (Paragraf 1).
Penulis memilih kata ‘mengevaluasi’ dalam kalimat ini bertujuan menunjukkan bahwa WH telah melakukan sesuati dan harus ditinjau dengan melakukan koreksi terhadap mereka. Penggunaan kata ini menunjukkan secara langsung tanpa harus menjelaskan duduk perkaranya terlebih dahulu bahwa WH bersalah atau tidak.
Remaja putri berusia 16 tahun tersebut ditangkap polisi Syariat saat sedang menonton pertunjukan musik. Akibat dituduh menjual diri oleh polisi Syariat, remaja putri itu kemudian bunuh diri. (Paragraf 4)
Sama seperti sebelumnya penggunaan kata menjual diri masih digunakan dalam berita ini. Dalam KBBI jual diri berarti melacur. Penulis ingin menekankan bahwa Putri selalu dituduh sebagai pelacur pada malam hari itu.
Teks 5
Judul : Dewan Pers: ABG Aceh Nekat Gantung Diri Diduga Karena Pemberitaan Media
Tanggal : 14 September 2012 Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Dalam berita Dewan Pers: ABG Aceh Nekat Gantung Diri Diduga
Karena Pemberitaan Media penulis ingin menekankan bahwa ada
tersebut. Setelah itu, ia menambahkan pernyataan dari Kepala Biro Pemantau Kontras yang menguatkan pernyataan sebelumnya.
Di bagian tengah berita, penulis menyusun penjelasan mengenai penangkapan oleh WH yang seharusnya tidak secara gamblang disertakan dalam pemberitaan. Seperti dalam kasus Putri yang ditulis gamblang oleh media 'dua pelacur ABG di-bereukah WH'. Selanjutnya penulis menuliskan kembali kronologi Putri yang ditangkap oleh WH.
Di penutup berita, penulis kembali menyusunnya dengan pernyataan narasumber yang mengatakan WH telah melakukan kesalahan atas penangkapan Putri.
Skrip
Disini penulis menyampakain dua tokoh utama dalam pemberitaannya selain Putri dan WH. Ridho Easy dan Fery Kusuma yang masing-masing dari Dewan Pers dan Kepala Biro Pemantauan Kontras, menyampaikan bahwa media tak bisa serta-merta memvonis seperti yang dilakukan WH. Selain itu, Fery menambahkan Fery melihat tidak ada pelanggaran hukum Syariat di Aceh atau Perda Qanun yang dipakai WH untuk menangkapnya. Fery mengatakan khalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis yang dituduhkan WH kepada korban, dalam faktanyitanya tidak ada.
Penulis juga menggiring beritanya dengan mengatakan bahwa penangkapan yang dilakukan oleh WH terhadap Putri juga tidak sesuai dengan keadaan di lapangan.
Tematik
Ada dua koherensi yang digunakan dalam berita ini. Salah satunya adalah koherensi sebab akibat seperti dalam kalimat:
“Menanggapi hal itu, Anggota Dewan Pers, Ridho Easy,
mendesak agar kasus tersebut diinvestigasi apakah gmengalami tekanan psikologis sehingga mengakhiri hidupnya dengan gantung diri”
Selain itu, ada pula koherensi pembeda yang digunakan dalam berita ini. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat:
“Dalam kasus ini, Fery melihat tidak ada pelanggaran hukum Syariat di Aceh atau Perda Qanun yang dipakai WH untuk
menangkapnya. Fery mengatakan khalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis yang dituduhkan WH kepada korban, dalam faktanya tidak ada. Karena saat itu, korban sedang bersama teman-temannya usai menonton acara organ tunggal”.
Retoris
Kasus meninggalnya remaja putri asal Aceh Timur dengan cara gantung diri, diduga lantaran pemberitaan di media massa yang menyebut dirinya sebagai pelacur. (Paragraf 1)
Pada berita ini, penulis menggunakan kata ‘pelacur’. Kata ini digunakan untuk mempertegas dan menekankan sebutan yang diberikan WH kepada Putri pada saat penangkapan tersebut.
Menanggapi hal itu, Anggota Dewan Pers, Ridho Easy, mendesak agar kasus tersebut diinvestigasi apakah penyebab bunuh diri itu disebabkan pemberitaan yang menyebabkan korban mengalami tekanan
psikologis sehingga mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. (Paragraf
2)
digunakan sama seperti berita sebelumnya. Kiasan ini dipilih agar berita terkesan lebh dramatis dan tidak frontal.
Peristiwa itu, kata dia, menjadi peringatan bagi semua media agar tidak mudah memvonis seseorang sebagai PSK.
Kata ‘PSK’ cukup frontal digunakan penulis untuk menekankan maksud dari kalimat ini. Hal ini ditulis agar pembaca dapat membayangkan Putri yang serta-merta dituduh sebagai PSK oleh WH dalam kejadian itu. PSK yang digunakan dalam kalimat ini sebenarnya sudah cukup kasar dan penekanan yang cukup jelas.
Teks 6
Judul : LSM Minta Media dan WH Dievaluasi Terkait ABG Bunuh Diri di Langsa
Tanggal : 14 September 2012 Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Dalam berita ini, penulis ingin menekankan WH bersalah atas kasus kematian ABG di Langsa. Hal ini terlihat dari headline yang berjudul LSM Minta Media dan WH Dievaluasi Terkait ABG Bunuh Diri
di Langsa. Selanjutnya penulis memperkuat judul melalui lead dengan
menyebutkan aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.
“Ironisnya Satpol PP dan WH tidak melakukan hal itu, langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur, siapa pun akan syok dan malu,” kata Raihan. Karena itu menurutnya Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf perlu mengevaluasi keberadaan dua lembaga di atas, khususnya elemen polisi Syariat demi kemaslahatan masyarakat.
Pada paragraf selanjutnya, penulis menyusun berita yang berhubungan dengan kejadian ini. Penulis memaparkan pemberitaan yang dianggap telah melanggar Kode Etik Jurnalistik. Hal ini terlihat dari pemberitaan tentang ABG yang ditangkap WH. Setelah mendapat pemberitaan tentangnya, ABG ini justru bunuh diri.
Di penutup berita, ia menuliskan tanggapan narasumber yang berisi :
“Harusnya media tidak ikut-ikutan menuding remaja itu PSK. Perlu pembuktian lebih lanjut. Dan hal-hal seperti ini sudah sering kali terjadi. Masih jatuh dalam lubang yang sama,” kata Raihan.
Skrip
Hanya ada satu tokoh tambahan dalam berita ini. Raihana, selaku Koordinator LSM Beujroh dikemas penulis sebagai orang yang memiliki power terhadap kasus Putri dan WH. Ia meminta Satpol PP dan WH dievaluasi terkait bunuh dirinya Putri.
Karena ABG bunuh diri di Langsa, dua lembaga Satpol PP dan WH diminta dievaluasi oleh LSM Beujroh di Banda Aceh. Hal ini dilakukan karena setelah ditangkap WH, ABG tersebut bunuh diri. Padahal seharusnya Syariat Islam mebawa kepada kebaikan, bukan sebaliknya. Begitu juga media yang seharusnya ditegur oleh Dewan Pers terkait pemberitaan yang menyebutkan korban tersebut.
Tematik
Tema dari berita ini kembali meminta WH agar dievaluasi terkait bunuh dirinya Putri. Penulis memaparkan detail perlakuan WH kepada Putri terkait penangkapan yang menurutnya tak sesuai prosedural.
“Aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa
beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk pelaksanaan Syariat islam di Aceh”, “Harusnya, kata Raihana, pelaksanaan Syariat islam di Aceh bermuara pada perubahan masyarakat menjadi lebih baik. “Kenapa ini bisa berujung bunuh diri ya? Wajib dievaluasi lembaga Satpol PP dan WH,” katanya.
Retoris
Aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk pelaksanaan Syariat islam di Aceh (Paragraf 1)
Penulis menggunakan pilihan frame ‘catatan buruk’ untuk mendeskripsikan pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Kata ini digunakan sejalan dengan dampak yang telah dilakukan WH terkait bunuh dirinya Putri. Penulis mengambil poin utama paragraf ini dari Koordinator sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat. Hal ini secara tidak langsung sudah memvonis bahwa WH telah bersalah dan telah membuat catatan buruk.
Ironisnya Satpol PP dan WH tidak melakukan hal itu, langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur, siapa pun akan syok dan malu. (Paragraf 3)
Paragraf ini sama dengan berita sebelumnya yang menggunakan kata pelacur. Kalimat lugas ini digunakan untuk mempertegas dan menekankan perkataan WH kepada Putri bahwa ia adalah seorang yang demikian.
Pemerintah diminta untuk melihat masalah ini secara objektif. Pelaksanaan Syariat islam di Aceh diminta untuk tidak dijadikan
simbolisasi untuk mencari perhatian dunia. (Paragraf 5)
penulis yaitu ‘perhatian dunia’. Hal ini juga cukup mempertegas bahwa semua yang dilakukan tentang perda syariah hanya untuk mencari perhatian dari dunia, tidak lebih. Penulis cukup jeli menggunakan kata kiasan untuk menjelaskan maksud dari beritanya itu.
Harusnya media tidak ikut-ikutan menuding remaja itu PSK. Perlu pembuktian lebih lanjut. Dan hal-hal seperti ini sudah sering kali terjadi. Masih jatuh dalam lubang yang sama. (Paragraf 9)
Kali ini penulis menggunakan kiasan untuk menekankan tulisan yang ia sampaikan. Melalui frame ‘jatuh dalam lubang yang sama’ penulis ingin menyampaikan kondisi yang telah dilakukan berulang kali terhadap hal serupa. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi lagi hingga keluar kata-kata jatuh ke lubang yang sama.
Teks 7
Judul : Karena Putri Bukan Pelacur Tanggal : 15 September 2012
Media : AtjehPost
Analisis
Sintaksis
Dalam berita ini, penulis ingin menekankan kepada pembaca bahwa Putri, gadis ABG Langsa yang bunuh diri, bukanlah pelacur. Melalui headline penulis sudah memulainya dengan pernyatan tersebut. Begitu pula dengan lead yang menyatakan benarkan WH menyebut Putri sebagai pelacur?
Kemudian penulis menyusun berita dengan tokoh Nurul Hayati, ibu Putri. Ia mendeskripsikan kondisi Nurul saat di Malaysia hingga penguburan Putri. Dalam pemaparan kisah Nurul ini, penulis mengambil ruang cukup banyak hingga lima paragraf.
WH yang telah melakukan penangkapan terhadap Putri. Begitu pula tanggapan Kepala Dinas Syariah Islam Langsa yang mengatakan Putri adalah seorang pelacur.
Untuk menguatkan kesalahan WH ini, penulis menambahkan pernyataan dari beberapa orang melalui LSM. Penulis tidak hanya menyusunnya dalam kutipan mereka yang mengkritik WH terkait penangakapan Putri, tetapi juga penerapan Syariat Islam yang menurut mereka masih butuh evaluasi.
Di akhir berita, penulis kembali menekankan bahwa Putri bukan pelacur melalui pernyataan ibunya sendiri.
Skrip
Penulis menyusun berita dengan tokoh Nurul Hayati, ibu Putri. Ia mendeskripsikan kondisi Nurul saat di Malaysia hingga penguburan Putri. Dalam pemaparan kisah Nurul ini, penulis mengambil ruang cukup banyak hingga lima paragraf.
Usai menyusun kisah Nurul, penulis merekaulang kejadian pemberitaan yang menyatakan Putri adalah pelacur. Pada bagian ini, penulis ingin menghidupkan kembali ingatak pembaca tentang perbuatan WH yang telah melakukan penangkapan terhadap Putri. Begitu pula tanggapan Kepala Dinas Syariah Islam Langsa yang mengatakan Putri adalah seorang pelacur.
Abdul Latif Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa, Ilma Sovri Yanti Kepala Sekretariat Satgas Perlindungan Anak , dan Raihana Diani Koordinator LSM Beujroh. Dalam berita ini penulis menulis berita dengan humanis sehingga pembaca bisa merasakan langsung seperti orang tua Putri.
Tematik
dirasakan ibunya. Detail tulisan ini dapat dilihat dari sepenggal kalimat berikut :
“Nurul Hayati seolah tak percaya dengan kabar yang sampai di
telinganya. Lututnya bergetar. Kabar itu bagai petir di siang bolong bagi perempuan 34 tahun itu. Putri satu-satunya yang ia miliki ditemukan tewas gantung diri di kamarnya pada Kamis, 6 September 2012”.
Ada beberapa koherensi yang digunakan dalam berita ini. Koherensi sebab akibat terlihat dalam kalimat:
“Putri Erlina, 16 tahun, putri semata wayang Nuru (dua anaknya
yang lain laki-laki), ditemukan meninggal di kamarnya dalam kondisi mengenaskan. Polisi mengatakan Putri bunuh diri. Dugaan sementara, kata polisi ketika itu, Putri bunuh diri karena punya masalah dengan pacarnya
.
Belakangan, keluarganya menemukan sepucuk surat dalam tas Putri. Dalam suratnya, Putri menyebutkan ingin pergi dari rumah karena sudah membuat malu ayahnya”.
Koherensi lainnya yaitu koherensi pembeda, dimana penulis membandingkan keadaan seharusnya dengan yang terjadi. Ini terlihat dari kalimat:
“Islam merupakan agama yang mengedepankan cara-cara solutif dan damai dalam menyelesaikan berbagai perkara, bukan malah melahirkan masalah baru.
Ironisnya Satpol PP dan WH tidak melakukan hal itu, langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur, siapa pun akan syok dan malu”.
Retoris
Karena Putri Bukan Pelacur (Judul)
judul agar dapat langsung dibaca. Di dalam penulisan berita, penulis juga masih menggunakan beberapa kata pelacur seperti dalam kalimat berikut:
Diduga tak kuasa menahan malu, seorang remaja putri berusia 16 tahun ditemukan tewas dengan posisi seperti bunuh diri. Benarkah Kepala Dinas Syariat Islam Langsa menyebutnya pelacur?
Kabar itu bagai petir di siang bolong bagi perempuan 34 tahun itu (Paragraf 1)
Penulis membuka narasinya dengan deskripsi tentang keadaan orang tua Putri, Nurul. Dalam kalimat itu, penulis menggunakan idiom ‘petir di siang bolong’ ketika ia mendengar kabar kematian Putri. Hal ini dimaksud penulis agar memperjelas bahwa kematian itu adalah sesuatu yang tiba-tiba. ‘Petir di siang bolong’ berarti keadan yang terjadi dengan kondisi yang tidak diharapkan, tanpa tanda, dan tiba-tiba. Idiom itu menekankan betapa terkejutnya ia dengan kematian anaknya.
Mengutip keterangan Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa, H.Abdul Latif, koran itu menulis Putri dan rekannya sebagai pelacur. Disebutkan pula, mereka ditangkap ketika sedang menunggu pria hidung
belang. Bahkan, mereka juga dikatakan dikelola oleh germo. (Paragraf 7)
Itu sebabnya, Nurul Hayati meminta Polisi turun tangan mengusut kematian buah hatinya. (Paragraf 14)
Di paragraf terakhir, melalui pernyataan Nurul, orang tua Putri penulis menekankan frame ‘turun tanga’. Dalam KBBI frame ini berarti; 1. Turut mencampuri (suatu urusan, dsb); 2. Bertindak untuk membereskan sesuatu. Frame itu ditulis untuk menyampaikan makna eksplisit agar pihak-pihak yang bersangkutan segera melakukan tindakan terkait kasus ini. Penulis menekankan frame itu karena menganggap masalah ini belum selesai melalui pernyataan Nurul.
Teks 8
Judul : ANTV Bahas Kasus Putri Bunuh Diri Tanggal : 26 September 2012
Media : AtjehPost
Analisis:
Sintaksis
Melalui berita ini, penulis ingin menyampaikan bahwa sebuah stasiun beritanya dimulai dari televisi yang menayangkan berita dengan judul Aku Bukan Pelacur.
Pada paragraf selanjutnya, penulis kembali memaparkan kronologi penangkapan Putri oleh WH hingga melakukan aksi bunuh diri karena merasa malu telah dituduh sebagai pelacur.
Pada akhir berita ia menekankan bahwa para aktivis perlindungan anak yang mengecam tindakan WH terhadap Putri ini, dan berharap agar tidak ada Putri-Putri selanjutnya yang berarti korban.
Skrip
bunuh diri karena dianggap pelacur oleh WH. Selain itu banyak kecaman yang diberikan LSM terhadap kasus Putri ini.
Tematik
Tema yang disampaikan penulis dalam berita ini adalah TV Swasta Nasional (ANTV) juga turut memberitakan Putri. Detailnya penulis menceritakan pembahasan televisi tersebut.
Seperti sebelumnya, koherensi yang digunakan pun masih koherensi sebab akibat. Dalam kalimat:
“Stasiun televisi ANTV malam ini, pukul 00.10 wib, mengangkat
topik kematian Putri Erlina, 16 tahun, gadis belia di Langsa yang ditemukan bunuh diri setelah dituduh sebagai pelacur”
Kalimat itu menunjukkan bahwa meninggalnya Putri disebabkan tuduhan WH kepadanya yang menyebutnya Pelacur. Koherensi sebab akibat berikutnya terlihat dalam kalimat:
"Putri memilih jalan pintas karena tak kuat menahan malu dituduh sebagai pelacur. Pada malam naas itu polisi Syariat islam kota Langsa mengadakan razia. Di lokasi pertunjukan musik, putri dan rekannya ditangkap".
Retoris
Gadis belia di Langsa yang ditemukan bunuh diri setelah dituduh sebagai pelacur. (Paragraf 1)
Putri memilih jalan pintas karena tak kuat menahan malu dituduh sebagai pelacur. (Paragraf 2)
Dalam kalimat ini penulis memilih frame ‘jalan pintas’ yang dalam KBBI artinya jalan langsung (terdekat). Melalui frame ini penulis ingin menekankan bahwa kematian yang dipilih Putri adalah kematian terdekat karena saking tak tahannya ia menahan malu karena dituduh sebagai ‘pelacur’. Frame ‘pelacur’ ini masih saja digunakan hingga akhir berita dalam kasus ini.
[image:40.595.111.510.336.742.2]IV.I Kodifikasi Naskah
Tabel 1. Kodifikasi Teks 1 TEKS 1
Judul Darah Aceh Timur ini Nekat Gantung Diri Tanggal 7 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Hal yang Diamati
Sintaksis Headline memaparkan tentang gantung dirinya
seorang anak gadis asal Aceh Timur
Lead berisi tentang pemaparan gadis asal Aceh Timur
tersebut, Putri Erlina, yang bunuh diri di kamarnya Dilanjutkan dengan deskripsi bunuh dirinya Putri
dengan menggunakan tali plastik
Berita dilanjutkan dengan pertanyaan atas terbunuhnya Putri yang masih misterius. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan polisi yang masih mendalami motif bunuh diri ini.
Pertanyaan itu dijawab dengan adanya surat yang ditulis Putri sebelum bunuh diri yang menyebutkan malu karena telah dituduh menjual diri oleh petugas Wilayatul Hisbah (WH) Kota Langsa
Di penutup berita, penulis mencantumkan surat yang ditulis Putri kepada ayahnya sebelum bunuh diri.
Skrip Who
Iptu Zulkarnaen, Kapolsek Birem Bayeun yang mewakili Kapolres Langsa AKBP Hariadi untuk memberikan keterangan tentang Putri.
Petugas Wilayatul Hisbah Langsa What
Putri bunuh diri setelah menulis surat kepada ayahnya Where
Di dalam kamar rumahnya When
Kamis malam, 6 September 2012 sekitar pukul 22.00 wib.
Why dan How
Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas
mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh menjual diri oleh Petugas WH Langsa. Setelah itu Putri menulis surat untuk ayahnya yang berisi permintaan maafnya atas perbuatannya itu.
Tematik Dalam suratnya, Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh menjual diri oleh Petugas Wilayatul Hisbah Langsa
Retoris Metafora
[image:41.595.105.524.73.765.2]Menjual diri
Tabel 2. Kodifikasi Teks 2 TEKS 2
Judul Satpol PP Aceh Tolak Disebut Penyebab Putri Bunuh Diri Tanggal 13 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline berisi tentang penolakan Satpol PP sebagai
penyebab bunuh dirinya Putri
Selanjutnya, dalam lead Penulis menekankan klaim WH yang mengaku tidak ada kesalahan prosedur terhadap Putri. WH menekankan kalau Putri bunuh diri di rumahnya setelah diperiksa.
Dalam kalimat selanjutnya, penulis masih membangun penolakan WH bertanggung jawab terhadap bunuh dirinya Putri
masih di lapangan, kata Khalidin Lhoong Kasatpol PP dan WH Aceh, Khalidin Lhoong
menambahkan, petugas hanya melaksanakan tugas yang melarang adanya hiburan di wilayah Aceh selepas pukul 11 malam. Bagi yang melanggar akan ditindak sesuai dengan Qanun Syariat Islam yang berlaku di wilayah Aceh.
PE bersumpah tidak pernah menjual diri seperti yang dituduhkan petugas Wilayatul Hisbah Langsa, saat dilakukan penangkapan dan pembinaan pada pekan lalu. Penulis menutup berita dengan pernyataan Putri yang
kontradiksi dengan pernyataan WH di atas.
Skrip Who
Putri (sda)
Khalidin Lhoong, Kepala Satpol PP dan WH Aceh What
Khalidin Lhoong, Kepala Satpol PP dan WH Aceh menolak bertanggung jawab atas bunuh dirinya Putri Where
Melalui pernyataan kutipan Radio KBR68H When
Kamis, 13 September 2012 Why dan How
Satpol PP dan WH Aceh menolak bertanggung jawab atas bunuh dirinya Putri karena menurut mereka Putri bunuh diri setelah dipulangkan ke rumahnya. Petugas hanya melaksanakan tugas yang melarang adanya hiburan di wilayah Aceh selepas pukul 11 malam. Bagi yang melanggar akan ditindak sesuai dengan Qanun Syariat Islam yang berlaku di wilayah Aceh.
Tematik Apa wajar, tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih di lapangan
Bagi yang melanggar akan ditindak sesuai dengan Qanun Syariat Islam yang berlaku di wilayah Aceh
Retoris Leksikon
Satpol PP Aceh Tolak Disebut Penyebab Putri Bunuh Diri Mengklaim tidak ada kesalahan prosedur penangkapan dan pembinaan terhadap remaja putri
Apa wajar, tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih di lapangan
Tabel 3. Kodifikasi Teks TEKS 3
Judul Kasus Putri Bunuh Diri, Satgas PA: Ini Kegagalan Orang Dewasa
Tanggal 13 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline berisi tentang kegagalan orang dewasa dalam
kasus bunuh dirinya Putri
Dilanjutkan dengan lead yang menekankan kasus ini merupakan kegagalan orang dewasa dalam memahami anak
Dalam paragraf selanjutnya, penulis membangun kesalahan orang dewasa dalam kasus ini melalui
pernyataan tiga orang berbeda yang fokus terhadap dunia anak
Ini adalah salah satu kasus kegagalan dan kecerobohan orang dewasa dalam memahami anak," kata anggota Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas PA) Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Ilma Sofriyanti
Hal yang sama diungkapkan psikolog anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto. Menurut dia, kasus
kekerasan terhadap anak kerap terjadi karena
ketidakmampuan orang dewasa untuk mengerti kondisi anak
Kemudian pernyataan dari salah seorang aktivis yang mengatakan kasus ini adalah karena hukum perda syariah yang dijalankan secara diskriminatif
Berita ini ditutup dengan penjelasan Putri yang tewas karena sebelumnya terkena razia yang dijalankan polisi syariah. Padahal, saat itu putri tidak sedang berbuat mesum, melainkan hanya duduk dan begadang bersama teman-temannya usai menyaksikan konser organ tunggal di daerah Langsa pada Senin
Skrip Who
Putri Erlina, gadis aceh yang bunuh diri di Langsa Ilma Sofriyanti, anggota Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas PA) Komisi Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi, psikolog anak
Andi Yestriyanti, Ketua Komnas Perempuan Fery Kusuma, Kepala Biro Pemantau Kontras What
orang dewasa dalam menilai anak Where
Sekretariat Kontras, Jl Borobudur, Jakarta When
Kamis (13/9). Why dan How
Tokoh di atas Ilma Sofriyanti, Seto Mulyadi, Andi Yestriyanti, Fery Kusuma menganggap meninggalnya Putri disebabkan karena kegagalan orang dewasa dalam memahami anak. Mereka menganggap penerapan perda syariah yang dijalankan oleh polisi syariah (WH) berjalan dengan diskriminatif.
Tematik Ini Kegagalan Orang Dewasa
Kasus tersebut dinilai sebagai kegagalan orang dewasa untuk memahami anak
salah satu kasus kegagalan dan kecerobohan orang dewasa Perda syariah di Aceh dijalankan secara diskriminatif
Retoris Leksikon
Membuat sejumlah pihak mengelus dada Metafora
kelas menengah ke bawah Kelas atas
[image:44.595.105.539.79.774.2]menjual diri
Tabel 4. Kodifikasi Teks 4 TEKS 4
Judul Putri Bunuh Diri, Satgas PA Minta Keberadaan Polisi Syariat Dievaluasi
Tanggal 13 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline berisi tentang Polisi Syariat (WH) yang diminta
dievaluasi terkait bunuh diri Putri. Yang meminta dalam
headline ini adalah satuan tugas perlindungan anak (satgas
PA)
Dilanjutkan dengan lead yang memaparkan imbauan satgas PA kepada WH untuk dievaluasi
Paragraf selanjutnya penulis memaparkan kutipan dari salah seorang yang menyatakan kasus-kasus anak yang berhubungan dengan WH
dengan memperlakukan perempuan dan anak
Penulis mencoba menyatakan bahwa WH apakah sudah memperlakukan perempuan dan anak sesuai dengan semestinya dalam menerapkan aturan Syariat Islam Keberadaan Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat di Aceh
menjadi sorotan setelah kasus bunuh diri seorang remaja berinisial PE di Langsa
Akibat dituduh menjual diri oleh polisi Syariat, remaja putri itu kemudian bunuh diri
Penulis menutup beritanya lewat tulisan yang
memaparkan keberadaan WH dan kasus bunuh dirinya Putri
Skrip Who
Putri, remaja yang bunuh diri
Ilma Sovri Yanti Ilyas, Kepala Sekretariat Satgas PA Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat
What
Kepala Sekretariat Satgas PA Ilma Sovri Yanti Ilyas mengatakan, Satgas sedang mengumpulkan sejumlah kasus yang mengakibatkan anak menjadi korban dengan adanya polisi Syariat dan aturan lainnya
Where
Melalui kantor berita radio 68H When
Kamis, 13 September 2012 Why dan How
Kepala Satgas PA, Ilma Sovri Yanti Ilyas sedang
mengumpulkan kasus yang mengakibatkan anak menjadi korban polisi Syariat (WH) dan aturan lainnya. Hal ini disebabkan kasus Putri yang bunuh diri setelah dituduh Polisi Syariat Aceh melakukan perbuatan mesum
Tematik Sejumlah kasus yang mengakibatkan anak menjadi korban dengan adanya polisi Syariat
Akibat dituduh menjual diri oleh polisi Syariat, remaja putri itu kemudian bunuh diri
Keberadaan Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat di Aceh menjadi sorotan setelah kasus bunuh diri seorang remaja berinisial PE di Langsa
Retoris Leksikon
[image:45.595.107.530.75.724.2]Satgas PA mengimbau Pemerintah Aceh mengevaluasi keberadaan Wilayatul Hisbah
TEKS 5
Judul Dewan Pers: ABG Aceh Nekat Gantung Diri Diduga Karena Pemberitaan Media
Tanggal 14 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline berisi tentang Dewan Pers yang mengatakan
ABG Aceh Nekat Gantung Diri Diduga Karena Pemberitaan Media
Di lead penulis menyusun fakta berupa gantung dirinya Putri disebabkan karena media yang menyebutnya sebagai pelacur
Dilanjutkan dengan pernyataan narasumber dari dewan pers yang mengatakan hal ini harus diinvestigasi apakah Putri benar-benar gantung diri karena pemberitaan.
Di paragraf selanjutnya, narasumber meminta media tidak menulis korban yang tertangkap WH untuk menyebutnya seperti apa yang divonis WH. Karena apa yang divonis WH belum tentu sebenarnya yang terjadi
Jika seseorang diketahui tertangkap WH karena melanggar Syariat, kata Fery, orang tersebut akan
dikucilkan masyarakat dan lebih parahnya lagi akan diusir dari kampungnya.
Dalam kasus ini, Fery melihat tidak ada pelanggaran hukum Syariat di Aceh atau Perda Qanun yang dipakai WH untuk menangkapnya. Fery mengatakan khalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis yang dituduhkan WH kepada korban, dalam faktanya tidak ada
Penulis mencoba memaparkan bahwa WH telah melakukan kesalahan atas penangkapan Putri dan mengakibatkan media memberitakan tentang dia yang berakibat pada gantung diri
Di akhir berita, penulis menguatkan kembali kesalahan WH dengan pernyataan narasumber yang menyebutkan
Perda Qanun berupa khalwat yang ditudingkan WH kepada PE tidak jelas
Skrip Who
Putri, ABG Aceh yang nekat gantung diri Ridho Easy, Anggota Dewan Pers
Polisi Syariat atau Wilayatul Hisbah (WH) Aceh Fery Kusuma, Kepala Biro Pemantau Kontras What
Aceh, media tidak bisa memvonis remaja itu secara langsung sebagaimana vonis yang dikatakan oleh Polisi Syariat Aceh sebelum ada konfirmasi dari yang
bersangkutan
Fery melihat tidak ada pelanggaran hukum Syariat di Aceh atau Perda Qanun yang dipakai WH untuk menangkapnya. Fery mengatakan khalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis yang dituduhkan WH kepada korban, dalam faktanya tidak ada
Where
Kantor Kontras, Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat When
Kamis 13 September 2012 Jumat 14 September 2012 Why dan How
Kedua narasumber di atas mengatakan setiap anak yang ditangkap WH tidak boleh langsung dipublish. Sementara penangkapan Putri yang dilakukan oleh WH juga tidak sesuai dengan keadaan di lapangan
Tematik Lantaran pemberitaan di media massa yang menyebut dirinya sebagai pelacur
Pemberitaan tersebut membuat dirinya tertekan dan frustasi
Pemberitaan di media yang langsung menuding PE sebagai pelacur, membuat dirinya malu kepada keluarga dan masyarakat
Jika seseorang diketahui tertangkap WH karena melanggar Syariat, kata Fery, orang tersebut akan
dikucilkan masyarakat dan lebih parahnya lagi akan diusir dari kampungnya
Fery melihat tidak ada pelanggaran hukum Syariat di Aceh atau Perda Qanun yang dipakai WH untuk menangkapnya
Perda Qanun berupa khalwat yang ditudingkan WH kepada PE tidak jelas
Retoris Leksikon
Media massa yang menyebut dirinya sebagai pelacur Korban mengalami tekanan psikologis
Pemberitaan tersebut membuat dirinya tertekan dan frustasi
[image:47.595.109.535.76.731.2]Yang dituduhkan WH kepada korban
TEKS 6
Judul LSM Minta Media dan WH Dievaluasi Terkait ABG Bunuh Diri di Langsa
Tanggal 14 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline memaparkan WH dan Media yang diminta
dievaluasi terkait bunuh dirinya Putri
Dilanjutkan dengan lead yang menyebutkan aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk pelaksanaan Syariat islam di Aceh. Hal ini disampaikan oleh Koordinator LSM Beujroh, kepada The Atjeh Post, melalui rilis yang diterima pada Jumat siang, 14 September 2012
Selanjutnya penulis menyusun fakta tentang WH dan Syariat Islam
Menurutnya seharusnya pelaksanaan Syariat Islam di Aceh bermuara pada perubahan masyarakat menjadi lebih baik. “Kenapa ini bisa berujung bunuh diri ya? Wajib dievaluasi lembaga Satpol PP dan WH,” katanya. Di paragraf selanjutnya penulis masih menyusun berita
tentang kesalahan WH yang isinya tentang pemerintah yang harus mengevaluasi lembaga WH terkait kasus ini. Pada susunan berita selanjutnya, penulis mengaitkan
kesalahan WH dengan media yang memberitakan kesalahan itu dan menuliskannya dalam pemberitaan Hal ini berefek pada korban (Putri) yang akhirnya
melakukan bunuh diri setelah mengetahui pemberitaan tentangnya
Melalui narasumber yang sama, penulis menutup berita dengan pernyataan yang menyebutkan seharusnya Dewan Pers menyikapi media yang melakukan pemberitaan tersebut tanpa perlu menunggu pengaduan dari keluarga korban
Skrip Who
ABG bunuh diri di Langsa Lembaga Satpol PP dan WH Raihana, Koordinator LSM Beujroh What
Raihana, dalam rilisnya meminta lembaga Satpol PP dan WH dievaluasi terkait bunuh dirinya ABG di Langsa Where
When
Jumat siang, 14 September 2012 Why dan How
Karena ABG bunuh diri di Langsa, dua lembaga Satpol PP dan WH diminta dievaluasi oleh LSM Beujroh di Banda Aceh. Hal ini dilakukan karena setelah ditangkap WH, ABG tersebut bunuh diri. Padahal seharusnya Syariat Islam mebawa kepada kebaikan, bukan
sebaliknya. Begitu juga media yang seharusnya ditegur oleh Dewan Pers terkait pemberitaan yang menyebutkan korban tersebut.
Tematik LSM Minta Media dan WH Dievaluasi
Aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk
pelaksanaan Syariat islam di Aceh
Ironisnya Satpol PP dan WH tidak melakukan hal itu, langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur, siapa pun akan syok dan malu
Pelaksanaan Syariat islam di Aceh diminta untuk tidak dijadikan simbolisasi untuk mencari perhatian dunia.
Retoris Leksikon
Catatan buruk pelaksanaan Syariat Islam
Langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur Pelaksanaan Syariat islam di Aceh diminta untuk tidak dijadikan simbolisasi untuk mencari perhatian dunia Terkesan menghakimi dan telah membuat kebohongan publik
[image:49.595.106.535.82.736.2]Masih jatuh dalam lubang yang sama
Tabel 7. Kodifikasi Teks 7 TEKS 7
Judul Karena Putri Bukan Pelacur Tanggal 15 September 2012
KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline bejudul Karena Putri Bukan Pelacur. Penulis
ingin menegaskan kepada pembaca bahwa Putri bukan seperti apa yang dituduhkan
menyebutnya Putri pelacur? Hal ini terkait Putri yang diduga tak kuasa menahan malu kemudian ditemukan tewas dengan posisi seperti bunuh diri.
Setelah memberikan pertanyaan atas kasus ini, penulis mulai menyusun berita dengan penokohan orang kedua yaitu ibunya sendiri.
Sampai beberapa paragraf ke bawah penulis menyusun kisah ibu korban sebelum dan sesudah kejadian
Setelah selesai memaparkan kisah si ibu, penulis meletakkan kronologi penangkapan Putri oleh WH Di paragraf selanjutnya, penulis seperti membangun reka
ulang kejadian Putri ditangkap hingga media memberitakannya
Penulis juga mencantumkan kutipan narasumber pada berita yang membuat Putri bunuh diri
Setelah mereka ulang kronologi Putri hingga bunuh diri, penulis menyusun kerangka beritanya dengan
menambahkan pernyataan dari beberapa narasumber LSM dan Komisi Perlindungan Anak yang mengecam WH terkait kasus ini
Di akhir tulisan, penulis kembali menyusun berita ini dengan tokoh ibu yang memberikan pernyataan bahwa Putri bukan pelacur.
Skrip Who
Nurul Hayati, ibu Putri ABG bunuh diri di Langsa Putri, ABG bunuh diri di Langsa
H. Abdul Latif, Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa Ilma Sovri Yanti, Kepala Sekretariat Satgas
Perlindungan Anak
Raihana Diani, Koordinator LSM Beujroh What
Nurul Hayati mengatakan bahwa Putri bukanlah pelacur seperti yang disangkakan H. Abdul Latif Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa
Where
Matang Seulimeng, Langsa Barat When
Jumat, 14 September 2012 Why dan How
Nurul Hayati menolak anaknya Putri yang telah
beberapa pihak yang mengatakan pelaksanaan Syariat Islam seharusnya tidak samapi menyebabkan aksi bunuh diri seperti ini
Tematik Benarkah Kepala Dinas Syariat Islam Langsa menyebutnya pelacur?
Surat itu ternyata terkait dengan kejadian beberapa hari sebelumnya. Pada Senin malam, 3 September 2012, Putri ditangkap Satpol PP/Wilayatul Hisbah saat sedang berada di Lapangan Merdeka, Langsa. Ia ditangkap bersama seorang teman perempuan, dan dua pria remaja. Disebutkan pula, mereka ditangkap ketika sedang
menunggu pria hidung belang. Bahkan, mereka juga dikatakan dikelola oleh germo.
Kami sangat prihatian atas kejadian ini. Jelas sekali petugas WH tidak berperspektif perlindungan anak. Bagaimana pun kondisi PE, dianggap salah sekali pun tidak bisa diberikan tekanan psikologis sedemikian rupa sehingga dia merasa tertekan
Menurut dia, pendekatan yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah sudah sangat jelas melanggar hak-hak anak. Seharusnya, kata Ilma, jika pun Putri bersalah, pendekatannya dengan pendampingan bukan dengan membuatnya semakin terpojok. Ilma pun mengimbau Pemerintah Aceh mengevaluasi keberadaan Wilayatul Hisbah.
Kenapa ini bisa berujung bunuh diri ya? Wajib dievaluasi lembaga Satpol PP dan WH
Retoris Leksikon
Karena Putri Bukan Pelacur
Kasus itu lalu mencuat ke permukaan
Bahkan menghiasi koran-koran nasional di ibukota Negara
Putri bersumpah tidak pernah menjadi pelacur Metafora
[image:51.595.107.532.77.759.2]Petir di siang bolong Pria hidung belang
Tabel 8. Kodifikasi Teks 8 TEKS 8
Judul ANTV Bahas Kasus Putri Bunuh Diri Tanggal 26 September 2012
Struktur Hal yang Diamati
Sintaksis Headline berjudul ANTV Bahas Kasus Putri Bunuh Diri
Dilanjutkan dengan lead yang menyebutkan televisi swasta itu membahas Putri yang bunuh diri setelah dituduh sebagai pelacur
Pada paragraf selanjutnya, penulis memaparkan kembali kronologi penngkapan Putri hingga bunuh diri yang disebabkan tak kuat menahan malu setelah dituduh pelacur oleh WH
Setelah pemaparan itu, berita dilanjutkan dengan kecaman terhadap media yang telah melakukan pemberitaan salah tersebut
Ia menutup beritanya dengan kutipan dari ANTV yang mengatakan para aktivis perlindungan anak yang mengecam sikap WH atas kejadian ini
Skrip Who
ANTV, sebuah televisi swasta nasional Putri, gadis Langsa yang bunuh diri What
ANTV membahas kasus bunuh diri Putri Where
Jakarta When
Selasa, 25 September 2012 00:00:10 WIB Why dan How
ANTV, sebuah televisi swasta nasional membahas kasus Putri, gadis langsa yang bunuh diri, dalam tayangannya. Dalam pemaparannya, televisi ini menyebutkan
kronologis Putri yang ditangkap WH kemudian bunuh diri karena malu telah dituduh pelacur. Televisi ini juga menyebutkan banyak aktivis anak yang mengecam sikap WH atas kejadian ini
Tematik Putri memilih jalan pintas karena tak kuat menahan malu dituduh sebagai pelacur
Cukup sudah putri yang jadi korbannya, jangan ada lagi putri-putri Aceh lain yang mengalaminya
Retoris Leksikon
Memilih jalan pintas Aku Bukan Pelacur
Setelah dilakukan analisis framing setiap berita sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka kelanjutan penelitian ini adalah membentuk sebuah ruang khusus guna melihat bagaimanakah pola framing Atjeh Post dalam membingkai dan mengkonstruksikan WH pada kasus kematian Putri.
IV.2.1 Sintaksis
Perangkat framing ini menjelaskan tentang bagaimana wartawan menyusun sebuah peristiwa ke dalam suatu tulisan. Sintaksis ini bisa diamati dari bagian berita, yaitu pernyataan yang digunakan, opini siapa yang dipilih, kutipan, dan pengamatan atas peristiwa.
Teks 1
Dalam berita ini dibuka dengan headline bunuh dirinya seorang dara Aceh. Penulis memulai tulisannya dengan memaparkan temuan Putri yang bunuh diri di dalam kamarnya pada Kamis malam, 6 September 2012 sekitar pukul 22.00 wib dan mengemasnya menjadi lead.
Setelah adanya paparan bunuh diri, penulis memasukkan pernyataan dari aparat kepolisian yang memberikan dugaan sementara atas kematian Putri. Selanjutnya penulis membangun pertanyaan besar atas kematian Putri. Dugaan sementara ia lontarkan berupa masalah dengan pacarnya.
Pada paragraf selanjutnya, penulis memberikan jawaban atas pertanyaan yang ia bangun sendiri.
“Belakangan, beredar surat sepucuk surat yang ditulis Putri Erlina untuk ayahnya sebelum memutuskan gantung diri. Dalam suratnya, Putri mengaku nekat mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya lantaran tak sanggup menahan malu setelah dituduh menjual diri oleh Petugas Wilayatul Hisbah Langsa”
Tuduhan yang diberikan WH kepada Putri menjawab persoalan atas kematian Putri dalam berita ini. Selanjutnya penulis menutup tulisannya dengan mencantumkan surat yang ditulis Putri kepada ayahnya sebelum melakukan aksi bunuh diri.
Dalam berita ini penulis memulai dengan headline penolakan Satpol PP penyebab Putri bunuh diri. Ditegaskan kembali dalam lead yang menyatakan Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Aceh mengklaim tidak ada kesalahan prosedur penangkapan dan pembinaan terhadap remaja putri berinisial PE. PE bunuh diri di rumahnya setelah diperiksa petugas Wilayatul Hisbah Langsa.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Khalidin Lhoong, Kepala Satpol PP dan WH Aceh yang menolak bertanggung jawab terhadap masalah ini.
“Masalah pembinaan itu, kalau kita WH memang kita sama ratakan. Secara hukum, di mata hukum itukan sama rata. Cuma kalau anak di bawah umur itu kita bina setelah itu baru kita kembalikan kepada orang tuanya. Apa wajar, tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih di lapangan”
Berita ini ditutup penulis dengan pernyataan gantung dirinya Putri disebabkan tuduhan WH terhadap dirinya.
Teks 3
Dalam struktur sintaksis, penulis meyusun berita langsung kepada pernyataan atas kegagalan itu. Selanjutnya pada tiga paragraf di bawah, penulis menyatakan kutipan-kutipan narasumber yang seluruhnya mengecam tindakan ini. Dia akhir berita, penulis kembali menutupnya dengan penjelasan Putri yang bunuh diri setelah diperiksa oleh WH dan dianggap telah melakukan perbuatan mesum.
Teks 4
Headline dalam berita ini sudah menegaskan bahwa WH menjadi
penyebab bunuh dirinya Putri. Lewat judul Putri Bunuh Diri, Satgas PA Minta
Keberadaan Polisi Syariat Dievaluasi penulis ingin menekankan bahwa WH
Dalam berita penutup, ia menuliskan keberadaan Wilayatul Hisbah atau polisi Syariat di Aceh yang menjadi sorotan setelah kasus bunuh diri Putri.
Teks 5
Dalam berita Dewan Pers: ABG Aceh Nekat Gantung Diri Diduga Karena
Pemberitaan Media penulis ingin menekankan bahwa ada keterkaitan antara
penangkapan Putri oleh WH dan pemberitaan media tentang hal itu. Penulis menyusun fakta dengan memulainya dari pernyataan Dewan Pers yang mengatakan sebab bunuh dirinya Putri tersebut. Setelah itu, ia menambahkan pernyataan dari Kepala Biro Pemantau Kontras yang menguatkan pernyataan sebelumnya.
Di bagian tengah berita, penulis menyusun penjelasan mengenai penangkapan oleh WH yang seharusnya tidak secara gamblang disertakan dalam pemberitaan. Seperti dalam kasus Putri yang ditulis gamblang oleh media 'dua
pelacur ABG di-bereukah WH'. Selanjutnya penulis menuliskan kembali
kronologi Putri yang ditangkap oleh WH.
Di penutup berita, penulis kembali menyusunnya dengan pernyataan narasumber yang mengatakan WH telah melakukan kesalahan atas penangkapan Putri.
Teks 6
Dalam berita ini, penulis ingin menekankan WH bersalah atas kasus kematian ABG di Langsa. Hal ini terlihat dari headline yang berjudul LSM Minta
Media dan WH Dievaluasi Terkait ABG Bunuh Diri di Langsa. Selanjutnya
penulis memperkuat judul melalui lead dengan menyebutkan aksi bunuh diri yang dilakukan seorang remaja di Langsa beberapa waktu lalu dinilai sebagai catatan buruk pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.
“Ironisnya Satpol PP dan WH tidak melakukan hal itu, langsung diceramahi di depan umum dan dituduh pelacur, siapa pun akan syok dan malu,” kata Raihan. Karena itu menurutnya Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf perlu mengevaluasi keberadaan dua lembaga di atas, khususnya elemen polisi Syariat demi kemaslahatan masyarakat.
Pada paragraf selanjutnya, penulis menyusun berita yang berhubungan dengan kejadian ini. Penulis memaparkan pemberitaan yang dianggap telah melanggar Kode Etik Jurnalistik. Hal ini terlihat dari pemberitaan tentang ABG yang ditangkap WH. Setelah mendapat pemberitaan tentangnya, ABG ini justru bunuh diri.
Di penutup berita, ia menuliskan tanggapan narasumber yang berisi : “Harusnya media tidak ikut-ikutan menuding remaja itu PSK. Perlu pembuktian
lebih lanjut. Dan hal-hal seperti ini sudah sering kali terjadi. Masih jatuh dalam lubang yang sama,” kata Raihan.
Teks 7
Dalam berita ini, penulis ingin menekankan kepada pembaca bahwa Putri, gadis ABG Langsa yang bunuh diri, bukanlah pelacur. Melalui headline penulis sudah memulainya dengan pernyatan tersebut. Begitu pula dengan lead yang menyatakan benarkan WH menyebut Putri sebagai pelacur?
Kemudian penulis menyusun berita dengan tokoh Nurul Hayati, ibu Putri. Ia mendeskripsikan kondisi Nurul saat di Malaysia hingga penguburan Putri. Dalam pemaparan kisah Nurul ini, penulis mengambil ruang cukup banyak hingga lima paragraf.
Usai menyusun kisah Nurul, penulis merekaulang kejadian pemberitaan yang menyatakan Putri adalah pelacur. Pada bagian ini, penulis ingin menghidupkan kembali ingatak pembaca tentang perbuatan WH yang telah melakukan penangkapan terhadap Putri. Begitu pula tanggapan Kepala Dinas Syariah Islam Langsa yang mengatakan Putri adalah seorang pelacur.
Di akhir berita, penulis kembali menekankan bahwa Putri bukan pelacur melalui pernyataan ibunya sendiri.
Teks 8
Melalui berita ini, penulis ingin menyampaikan bahwa sebuah stasiun beritanya dimulai dari televisi yang menayangkan berita dengan judul Aku Bukan
Pelacur.
Pada paragraf selanjutnya, penulis kembali memaparkan kronologi penangkapan Putri oleh WH hingga melakukan aksi bunuh diri karena merasa malu telah dituduh sebagai pelacur.
Pada akhir berita ia menekankan bahwa para aktivis perlindungan anak yang mengecam tindakan WH terhadap Putri ini, dan berharap agar tidak ada Putri-Putri selanjutnya yang berarti korban.
IV.2.2 Skrip
Perangkat framing ini melihat bagaimana strategi wartawan bercerita. Kita bisa menilai gaya bertutur yang digunakan wartawan dari perangkat ini. Bagaimana wartawan memulai sebuah tulisan, bagaimana klimaks, bagaimana karakter dan emosi yang ada dalam sebuah tulisan. Perangkat ini bisa diambil dari kelengkapan berita, yaitu unsur 5W 1H (who, what, where, when, why, dan how).
Teks 1
Dalam penulisan berita ini, penulis menekankan tiga tokoh utama yaitu Putri, aparat kepolisian, dan WH. Penulis menghubungkan penulisan sebab akibat yang menyatakan kematian Putri disebabkan karena malu atas tuduhan WH. Pada teks ini menjelaskan Putri yang menulis surat kepada ayahnya sebelum kematiannya. Putri menulis suratnya itu karena merasa malu atas tuduhan WH yang mengannggap dirinya pelacur. Isi surat Putri bertujuan untuk meminta maaf kepada ayahnya.
Penulis lebih menonjolkan tokoh WH yang menolak bertanggung jawab terhadap kasus ini. Melalui sangkalan dari tokoh Khalidin Long perwakilan dari WH, berita ini menunjukkan antikritik WH terhadap kasus yang sedang terjadi. Dalam pemilihan kata, penulis juga menekankan beberapa pilihan kata seperti : Satpol PP Aceh Tolak Disebut ‘Penyebab’ Putri Bunuh Diri. Mengklaim tidak ada kesalahan prosedur ‘penangkapan’ dan ‘pembinaan’ terhadap remaja putri, apa wajar tengah malam anak di bawah usia (dewasa) masih ‘di lapangan’.
Berita ini secara keseluruhan menonjolkan sangkalan WH atas bunuh dirinya Putri. Namun berita ini ditutup dengan paparan kejadian penangkapan Putri oleh WH yang menuduh Putri jual diri.
Teks 3
Ada lima tokoh yang disebutkan penulis dalam berita ini. P