• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bila pendidikan tidak di perkuat maka kehancuranlah yang akan memperoleh kesempatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bila pendidikan tidak di perkuat maka kehancuranlah yang akan memperoleh kesempatan"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional. Pendidikan merupakan faktor yang menentukan baik dalam arti, peranan, maupun dalam kegunaanya. Oleh sebab itu pendidikan dikatakan bahwa pendidikan yang menentukan hasil perpaduan antara peradaban dan kehancuran.

Bila pendidikan tidak di perkuat maka kehancuranlah yang akan memperoleh kesempatan. Pendidikan bertujuan agar manusia memiliki kelengkapan, baik fisik, emosional, maupun intelektual yang di perlukan agar dalam proses hidupnya selalu mampu menghadapi segalah macam tantangan hidup. Hanya manusia yang mempersoalkan pendidikan karena menurut kodratnya memang manusialah yang harus di didik. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat berkembang sebagaimana layaknya.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

Perubahan dalam arti perbaikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

1

(2)

problem kehidupan yang dihadapinya. Idealnya, pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan.

Pendidikan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat.hal ini di tandai dengan terus bertambahnya jumlah lembaga anak usia dini. Banyak orang tua maupun guru memahami pentingnya masa emas (golden age) perkembangan pada usia dini. Persepsi tentang masa ini merupakan masa dasar pertama dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak sejak usia dini. Agar penyelenggaraan pendidikan anak usia dini terjaga mutunya, pemerintah membuat peraturan yang yaitu megatur kualifikasi guru anak usia dini yang mesti mendapatkan pendidikan S1/D4.

Menurut Mutiah (2010 : 6) mengatakan bahwa:

“Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa, dan komunikasi”.

Mutiah (2010: 7) mengatakan bahwa “Usia 0-6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan dan kepribadian anak dan sangat penting dalam perkembangan intelegensi”. Pendidikan anak usia dini atau Taman Kanak-kanak pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa :

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

(3)

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Anak usia taman kanak-kanak memiliki karakteristik sendiri di mana anak sangat aktif, dinamis memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi terhadap apa yang dilihat dan apa yang didengarnya, serta seakan tidak berhenti untuk belajar.

Sebagaimana kita ketahui anak pada usia 4-6 tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan, perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial, emosional dan bahasa (Solehudin, 2003: 3).

Dari beberapa pengertian anak usia dini di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. (Direktorat PAUD, 2005).

Karena rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat memengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan spiritual.

(4)

Oleh sebab itu kognitif merupakan satu-satunya disiplin yang di anggap telah sukses dalam memahami mekanisme dasar yang mengatur perilaku berpikir manusia yang sangat berguna untuk memahami tipe–tipe perilaku yang di kaji oleh ilmu lainnya seperti perkembangan dan belajar anak. Selain itu kognitif juga sangat dominan pegaruhnya terhadap proses pembelajaran terutama selama beberapa dasawarsa terakhir ini, karena semakin di yakininya ranah kognitif sebagai sumber belajar utama dan pegendali fungsi-fungsi lainya.

Pengembagan kognitif yang digunakan di sini yaitu di fokuskan pada ranah kognitif anak didik yang merupakan pengembangan berpikir anak. Berfikir pada anak merupakan alat yang dapat membantu anak didik dalam memahami dan meyakini faedah materi-materi pembelajaran yang di sajikan kepadanya. Melalui berfikir, anak di tuntut untuk mampu memikirkan sendiri tentang jawaban pada setiap pembelajaran yang di berikan oleh guru.

Di dalam kata Berpikir terkandung arti yaitu menimbang–nimbang, menguraikan, menghubungkan, sampai akhirnya mengambil keputusan. Dalam masa pertumbuhan pikiran berkembang secara berangsur–angsur, sampai anak berumur delapan hingga duabelas tahun.

Menurut Daehler dan Bukatko (Syah, 2003: 23) mengatakan bahwa:

“begins life as extremely competent social organism,an extremely competent learning organism, an extremely perceiving organism. Artinya, bayi manusia memulai kehidupanya sebagai organisme sosial (mahkluk hidup bermasyakat) yang betul–betul berkemampuan, sebagai mahkluk hidup yang betul–betul mampu belajar, dan sebagai makhluk hidup yang mampu berfikir”.

(5)

Berfikir adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya anak didik berfikir menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pegertian dalam menjawab pertanyaan

“bagaimana”( how) dan “mengapa” (why). Dalam berfikir anak didik di tuntut untuk menggunakan logika untuk menentukan sebab akibat. Reber (1988) mengemukakan bahwa dalam hal berfikir anak dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kedalaman gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.

Salah satu wadah untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak di Taman Kanak-kanak bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan sains yang bisa mengundang kemampuan berpikir anak. Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan kegiatan sains, sehingga anak–anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi dan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak–anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Hasil observasi awal yang dilakukan di kelompok A Taman Kanak-kanak Andiya Makassar, terlihat bahwa perkembangan kognitif anak tergolong rendah, hal tersebut dilihat pada saat anak melakukan kegiatan sains yaitu menyebutkan dan membedakan dua buah benda, masih nampak beberapa orang anak yang belum mampu menyebutkan dan membedakan dua buah benda yang bentuknya berbeda. Selain itu, masih sedikit pula anak yang mampu memberikan jawaban

(6)

yang benar dan lancar pada saat guru menanyakan kembali tentang kegiatan yang telah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Megembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui kegiatan Sains Di Taman Kanak-kanak Andiya Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan sains dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak di kelompok A Taman Kanak-kanak Andiya Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian di sini adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan menggunakan kegiatan sains di TK Andiya Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

1. Bagi sekolah, untuk pegembagan ilmu pegetahuan terutama yang berkaitan dengan pengembagan kognitif anak melalui kegiatan sains.

(7)

2. Bagi guru, sebagai salah satu bahan ajar bagi guru kepada siswanya dalam proses belajar mengajar dan menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam pemilihan media pengajaran di Taman Kanak-kanak.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi anak didik dapat mengurangi kejenuhan anak didik pada saat mengerjakan tugas yang di berikan, dan dapat megembangkan kognitif anak melalui kegiatan-kegiatan sains.

2. Bagi penelitian, memberi gambaran yang jelas tentang efektifitas kemampuan kognitif anak didik dengan menggunakan kegiatan sains.

3. Bagi peneliti, berfungsi sebagai hasil penelitian yang diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai referensi untuk pengembagan kognitif melalui kegiatan sains.

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka 1. Kognitif

a. Pengertian Kognitif

Menurut Sujiono, dkk (2007), Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubugan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang mencirikan seorang dengan berbagai minant terutama sekali ditunjukan kepada ide–ide belajar.

Menurut Best, dkk dalam Syah (2013: 3) mengatakan bahwa:

“kognitif merupakan bagian dari cognitive sciences yaitu sebuah disiplin yang khususu membidagi penelitian dan pembahasan mengenai segalah hal yang berhubugan dengan rana cipta (cognitive domain) manusia, seperti:

proses penerimaan, pengolahan, peyimpanan, dan perolehan kembali informasi dari sistem memori(akal) manusia.selain itu, kognitif juga berurusan dengan proses timbulnya kepercayaan dalam diri manusia”.

Spearman (1904), Berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors) setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku. Sedangkan menurut Margaret (Desmita, 2005:137), “Metakognitif adalah pegetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran”.

8

(9)

Teori-teori pengembangan kognitif menurut pendapat ahli dalam Sujiono (2007: 1.7) adalah sebagai berikut:

1) Teori “Two Factors”

Teori ini di kemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.

2) Teori “Primary Mental Abilities”

Teori ini dikemukakakn oleh Thurstone yang berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu kemampuan:

a. Berbahasa (verbal comprehension) b. Mengingat (memory)

c. Nalar atau berpikir logis (reasoning) d. Pemahaman ruang (spatial factor) e. Bilangan (numerical ability)

f. Menggunakan kata-kata (word fluency)

g. Mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed)

3) Teori “Multiple Intellegence”

Teori ini dikemukakan oleh J.P Guilford dan Howard Gardner.

Guilford berpendapat bahwa kognitif dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu operasi mental, content, dan produk. Menurut Guilford keterkaitan antara ketiga kategori berpikir atau kemampuan intelektual tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi kemampuan. Model struktur intelektual Guilford ini telah mengembangkan wawasan tentang hakikat kognitif dengan menambah factor-faktor seperti “social judgment”

(evaluasi terhadap orang lain” dan kreativitas (berpikir

“divergen”). Sedangkan Gardner membagi kognitif ke dalam tujuh jenis yaitu kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan music, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan antarpersonal.

4) Teori “Triachic of Intellegence”

Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg (1985, 1990). Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami

(10)

kognitif. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental” (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku kognitif.

Teori-teori di atas menunjukkan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses berpikir dan berpengaruh terhadap kemampuan mental anak. Lain halnya menurut Piaget (Yusuf, dkk 2012: 55), terkait dengan perkembagan kognitif anak usia dini, berpendapat bahwa anak berada pada tahap atau periode “oprasional”, yang deskripsi kemampuanya adalah sebagai berikut:

1) Mampu berfikir dengan menggunakan simbol (symbolik- funtion). kemampauan ini merupakan subtahap pertama praoperasional, yang terjadi kira- kira antara 2-3 tahun pada tahap ini, anak dapat megembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental sesuatau objek (seperti manusia, rumah, hewan,dll) yang tidak ada.

2) Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya. Mereka mayakini apa yang dilihatnya, dan hanya terfokus kepada suatu objek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka bersifat memusat (centering) perhatianya terpusat kepada suatu karakteristik yang lainya.

3) Berfikirnya masih kaku belum fleksibel. Cara berfikirnya terfokus kepada keadaan awal atau akhir dari suatu transformasi( perubahan), bukan kepada transformasinya itu sendiri yang mengantarai keadaan tersebut.contoh: anak mungkin memahami bahwa dia lebih tua dari adiknya, tetapi mungkin tidak memahaminya, bahwa adiknya lebih muda darinya.

4) Dapat megelompokkan sesuatu berdasarkan dimensi, seperti:

kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.

5) Dikatakan juga bahwa cara berpikirnya masih egocentrism, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan antara persepsi sendiri dengan perspektif orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan kognitif terdiri dari lima kemampuan berpikir mulai dari berpikir dengan menggunakan simbol, berpikir dibatasi oleh persepsinya, berpikir yang masih kaku, anak sudah mampu

(11)

mengelompokkan sesuatu berdasarkan dimensi, hingga cara berpikir anak yang belum bisa membedakan antara persepsi sendiri dengan persepsi orang lain.

Hermon (Sujiono, 2004:1.14) megemukakan bahwa kognitif dan pegetahuan disebut intelegensi. Jadi kognitif bagaian dari intelegensi. Apa bila kognitif tinggi maka intelegensi tinggi pula. Sedangkan menurut Barley ( 1967), aktivitas kognitif akan sangat bergantung pada kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan karena bahasa adalah alat berpikir, dimana dalam berpikir menggunakan pikiran (kognitif). Witherington (Sujiono, 2004:1.16), megemukakan bahwa “kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat dugunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situsasi untuk memecahkan masalah”. Sedangkan perkembagan kognitif (perkembagan mental), adalah perkembagan pikiran dari proses berpikir dari otak.pikiran yang dugunakan untuk mengenali, megetahui, dan memahami”.

b. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (Tedjasaputra, 2001) Bahwa tahap perkembangan kognitif usia 3-5 tahun merupakan tahap praoperasional konkret. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi objek simbol, termasuk kata–kata yang merupkan karakteristik penting, hal ini di nyatakan dalam peniruan yang tertunda dan dalam imajinasi pura–pura ketika bermain. Tahap–tahap perkembangan kognitif menurut Piaget:

1) Sensory-motor schema (skema sensori–motor) yaitu rangkaian perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan (barang, orang, keadaan, kejadian).

2) Cognitive schema (skema kognitif), perilaku tertutup berupa tatanan langkah, langkah kognitif (operations) yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkugan yang di respon.

(12)

3) Objeck permanece (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa benda akan tetap ada walaupun suda ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.

4) Assimilatoin (asimilasi) yakni aktif dalam menggunakan skema untuk merespon lingkugan.

5) Accommodation (akomodasi) penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkugan yang di proses.

6) Equilibrium (ekulibrium) keseimbangan antara skema yang di gunakan dengan lingkugan yang direspon sebagai hasil ketetapan akomodasi.

Dengan demikian Piaget dapat meyimpulkan bahwa pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman gologan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan gologan benda merupakan ciri khas perkembangan kognitif anak.pemahaman tersebut diirigi dengan banyak berkurangnya egosentrisme anak.

Artinya anak sudah memiliki kemampuan mengoordinasikan pandangan- pandangan orang lain dengan pandangan sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandagan orang.

Jadi, pada dasarnya perkembangan kognitif atau daya pikir anak tersebut dapat di tinjau dari sudut karakteristiknya akan kemampuan daya pikir orang dewasa.

Namun demikian, masih ada kerterbatasan–keterbatasan kapan anak mengkoordinasikan pemikirannya. Anak–anak dalam umur 7–11 tahun baru mampu berfikir sistematis megenai benda–benda dan peristiwa–peristiwa yang konkret.

Menurut Jahja (2011: 54) Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6- 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut:

1) Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun kalimat pendapat positif, seperti: bapak makan.

(13)

2) Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti: Bapak tidak makan.

3) Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat: a) Kritikan: ini tidak boleh, ini tidak baik. b) Keragu-raguan:

barangkali, mungkin, bisa, jadi, ini terjadi apabila anak sudah menyadari akan kemungkinkan kekhilafannya. c) Menarik kesimpulan analogi, seperti: anak melihat ayahnya tidur karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur karena sakit.

Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang tahapan perkembangan kognitif, pada dasarnya daya pikir anak dapat ditinjau dari sudut karakteristiknya akan kemampuan daya pikir orang dewasa. Serta perkembangan pemikiran dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kognitif Anak Usia dini

Menurut Sujiono (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain sebagai berikut:

1) Faktor Hereditas/ keturunan. Hereditas/ keturunan atau nativisme yaitu manusia lahir suda membawa potensi–potensi tertentu yang dapat dipegaruhi lingkungan.

2) Faktor lingkungan atau empirisme yaitu bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa sehingga perkembangan manusia sangat di tentukan oleh lingkugnya.seperti pegalaman, dan pegetahuan yang di perolehnya dari lungkugan hidupnya.

3) Kematangan tiap organ fisik maupun psikis dapat dikatakan matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing–masing.

Kematangan berhubugan erat dengan usia kronologis (usia kalender)

(14)

4) Pembentukan ialah segalah keadaan di luar diri seseorang yang mempegaruhi perkembangan intelegen. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan segaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar/formal) sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuainya diri.

5) Minat dan bakat minat mengarahkan perbuatan pada satu tujuan dan merupakan dorogan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan di latih agar dapat terwujud bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasan.artinya seseorang yang memiliki bakat maka akan semakin muda dan cepat ia pelajari hal tersebut.

Sujiono (2004 : 1.16) mengemukakan bahwa “dengan bahasa, manusia dapat menanggapi, mengingat, berpikir. Tanggapan, ingatan, fantasi dan sebagainya adalah faktor yang terpenting dalam perbuatan intelegensi”.

Sedangkan menurut Sefrian (2013:73), “Ada dua faktor yang mempegaruhi logika anak yaitu pengalaman buruk dengan lingkugan dan faktor pembelajaran yang diberikan kepada anak”.

(15)

d. Ciri-Ciri Kognitif

Renzulli (Sujiono, 2004: 1.18) ia menggambarkan ciri-ciri kognitif (untuk anak berbakat), yaitu antara lain muda menangkap pelajaran, ingatan baik, pembendaharan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cepat, senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, daya abtraksi tinggi, selalu sibuk menanggapi berbagai hal, mampumembaca antara lain meliputi daya abtraksi, kemampuan penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.

Ciri-ciri perilaku kognitif menurut Williams (Sujiono,2004: 1.20), sebagai berikut:

1) Berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan dan harus pemikiran lancar.

2) Berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam,mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang berbeda-beda.

3) Berfikir arisional, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain.

4) Berpikir terperinci (elaborasi), yaitu megembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, memperinci detail- detail dan memperluas suatu gagasan.

Sehingga ciri-ciri perilaku kognitif bisa dilihat dari beberapa kemampuan berpikir yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir arisional, dan berpikir terperinci. Oleh karena itu kemampuan kognitif bisa dikembangkan melalui berbagai kemampuan berpikir.

(16)

Ciri-ciri kognitif atau logika di bahas oleh Sefrina (2013), yaitu:

1) Anak mampu menyelesaikan hitungan matematis dengan cepat.

2) Anak sering bertanya tentang cara kerja benda-benda disekitarnya.

3) Anak tampak menyukai jenis permainan strategi atau yang banyak menggunakan logika.

4) Anak suka dengan kegiatan mengklasifikasikan / pengkategorian.

5) Anak lebih muda memahami sebab akibat yang akan terjadi di sekitarnya.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa perkembagan kognitif (perkembagan mental dan perkembagan kognisi) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak.bagian tersebut digunakan untuk proses pegakuan, mencari sebab akibat, proses pegetahuan dan memahami.

e. Pentingnya Perkembangan Kognitif

Pada dasarnya perkembagan kognitif dimaksudkan agar anak-anak mampu melalukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya sehingga dengan pekgetahuan dengan pegetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungka hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang paling memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan dan oarang lain.Proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.

(17)

Berdasarkan pendapat Piaget (Sujiono: 2004, 1.22), megemukakan bahwa pentingnya guru megembangkan kemampuan kognitif pada anak-anak sebagai berikut:

1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.

2) Agar anak mampu melatih ingatanya terhadap semua peristiwa dan kajian yang pernah dialami.

3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

4) Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.

5) Agar anak mampu melalkukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara melalui proses alamia(spontan) atau melalui proses ilmiah (percobaan).

6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga pada akirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Vygotsky (Sujiono, 2003:4.3) megemukakan beberapa kegunaan dari alat berpikir, yaitu: membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alamianya.

f. Indikator Perkembangan Kognitif

Indikator perkembangan kognitif dalam kurikulum Taman Kanak-kanak (2010) yang ingin di capai melalui pembelajaran sains yaitu :

1) Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.

2) Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur.

3) Mengungkapkan sebab akibat (Mengapa sakit gigi, mengapa kita lapar, dll).

(18)

2. Sains

a. Pengertian Sains

Secara konseptual pegertian sains di kemukan oleh para ahli:

Menurut Amien (Nugraha, 2005: 3), sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, yang lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, dan biologi. Sedangkan menurut Holto dkk (Nugraha,

2005: 3), mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubugan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pegamatan serta dapa diamati dan diujicobakan lebih lanjut.

Ahmadi (Nugraha, 2005: 3) “mengatakan sains sebagai ilmu teoritis yang di dasarkan atas pegamatan, percobaan–percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat–sifatnya)”. Istilah “sains” berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary, defenisi sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui

pembelajaran dan pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hokum-hukum alam yang terjadi, yang didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

(19)

Sementara itu menurut Sumanto, dkk (2007), sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pegetahuan, fakta–

fakta, konsep–konsep, prinsip–prinsip proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Dalam literatur yang berbeda, sains adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisasi, sisitematis, dan melalui metode–metode sainstifik yang terbakukan, ruang lingkup sains terbatas pada hal–

hal yang dapat di pahami oleh indera (pengelihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pegecapan). Sedangkan yang disebut metode saintifik ialah langkah- langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah.

Menurut Harry (1983), subtansi lainya dari sains adalah sains dianggap sebagai cara berpikir yang benar, penalaran logis untuk menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena yang bersifat umum. Sama halnya yang dikatakan Aristoteles, dkk (2000), dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sains itu bukan hanya pegetahuan ilmiah (scientific knowledge), tetapi juga sebagai human enterprise media penggali keuntungan dari alam) yang melibatkan oprasional

mental, keterampilan dan strategis, dan sebagainya yang di rancang manusia untuk menemukan jagat raya dan segalah isinya. Menurut Carin (1975), yang tentunya diperuntukkan bagi pemenuhan segalah kebutuhan dan keperluan hidup manusia di bumi ini.

Menurut Sumaji (1988), menyatakan bahwa secara sempit sains adalah ilmu pegetahuan alam (IPA), Terdiri atas physical sciences dan life sciences.termasuk physical scinces adalah ilmu–ilmu astronomi, kimia,geologi,

(20)

minerolohi, meteologi dan fisika, sedangkan life sciences.meliputi biologi, zoologi dan fisikologi.

Sedangkan Ernest Hagel dalam Indriawati (1995), Sains di pandang dari tiga aspek yaitu:

“Pertama dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbagan kepada kesejahteraan manusia. Kedua sains sebagai suatupegetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwah. Ketiga sains sebagai metode, yaitu merupakansuatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum–hukum atau teori–teori dari objek yang diamati”.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas tentang sains, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains pada anak, termasuk bidang pegembangan lainnya yang memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan membantu sumber daya manusia yang di harapkan.

Kesadaran pentingnya pembelajaran sains bagi anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus–menerus.

b. Tujuan Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini Tujuan pendidikan sains sejalan dengan tujuan kurikulum yang ada di sekolah, yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya. Atau mengembangkan intelektual, emosional dan fisik-jasmani, atau aspek (domain) kognitif, afektif dan psikomotor anak (Abruscato, 1982).

Rumusan tujuan didasarkan atas pertimbagan bahwa tugas utama sekolah adalah membantu anak untuk mencapai kebutuhan (baik sekarang maupun yang akan datang) sesuai kondisi lingkugan–ekologi, ekonomi, sosial, dan kebutuhan-

(21)

kebutuhan sebagai akibat dari perubahan dari iptek (ilmu pegetahuan teknologi dan seni). Jadi fokus program pengembangan pembelajaran sains hendaklah ditujukan untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia di mana mereka hidup (Sumaji, 1988).

Sementara itu menurut Like Wilarjo (1988) fokus dan tekanan pendidikan sains terletak pada bagaimana kita membiarkan diri (dalam hal ini diartikan sebagai diri anak) dididik oleh alam (perantaranya bisa guru atau orang dewasa), agar kita menjadi manusia yang lebih baik. Leeper (1994), dengan menilik pada hal-hal di atas secara umum menyampaikan bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini hendaklah ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu :

1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang mendasar, misalkan;

tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi- informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih dipercaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh

(22)

anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Keempat tujuan umum pengembangan pembelajaran sains tersebut, diharapkan juga dapat berdampak pada meningkatnya kecerdasan dan pemahaman anak tentang alam beserta isinya segala ragam rahasianya (Sumaji, 1997) yang tidak pernah habisnya. Dengan demikian kematangan perkembangan anak menjadi lebih utuh, yaitu dengan pengembangan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan tumbuh dan berkembang kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, yang semuanya sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan kompleks pada amsa yang akan datang.

Menurut Nugraha (2005: 34) bahwa:

“Semakin banyak indikator dan perilaku sains melekat pada anak sebagaimana yang diprogramkan, maka akan semakin dapat dikatakan, bahwa program pengembangan pembelajran sains pada anak usia dini yang kita lakukan mendapat keberhasilan, dan sebaliknya semakin sedikit kemampuan dan sikap sains melekat pada setiap anak, maka dapat dikatakan program pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang dikembangkan belum mencapai keberhasilan”.

Pentingnya dirumuskan tujuan-tujuan yang jelas dan tepat dalam bidang pendidikan sains pada anak. Hal tersebut disadari sangat penting karena kekeliruan dalam penentuan dan pemilihan tujuan akan berakibat dan berakhir

(23)

dengan fatal sebagaimana yang dideskripsikan di atas. Tujuan pendidikan sains sejalan dengan tujuan sekolah, yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya atau mengembangkan intelektual, emosional dan fisik-jasmani, atau aspek (domain) kognitif, afektif dan psikomotor anak (Abruscato, 1982).

Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu agar melek terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek fundamental dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jadi fokus program pengembangan pembelajaran sains hendaklah ditujukan untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia di mana mereka hidup Sumaji (Nugraha, 2005: 27),

Wilardja (1997) menyatakan dengan proses pengembangan pembelajaran sains yang tepat pada anak maka anak akan dibiasakan menjadi sosok yang jujur dan tidak mudah berprasangka menjadi pribadi yang gigih dan tekun dalam menghadapi kesulitan, bahkan dapat membuhkan nilai religius yaitu rasa bersyukur dan memulaikannya.

Berdasarkan tujuan tersebut, jelaslah bahwa pengembangan pembelajaran sains bukan saja membina domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor secara seimbang, bahkan lebih jauh diharapkan dengan mengembangkan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan kompleks pada masa akan datang.

(24)

c. Manfaat Kegiatan Sains

Kegiatan permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan seta dapat menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah.

Diharapkan berbagai jenis permainan sains tidak hanya dikembangkan dan divariasikan oleh guru di TK, tetapi juga adanya partisipasi aktif orang tua di rumah. Menurut Yuliani (2007; 12.4) secara khusus manfaat kegiatan permainan sains bagi guru dan orang tua adalah sebagai berikut :

1) Membantu guru dan orang tua memahami manfaat dari kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam menjelaskan bagaimana kontribusi penjelajahan terhadap ilmu pengetahuan sekaran dan masa mendatang.

2) Membuka wawasan guru dan orang tua tentang pentingnya peranan mereka terhadap cara belajar anak. Maksudnya, pada saat guru dan orang tua menunjukkan ketertarikan dan keantusiasan terhadap apa yang sedang diamati ketika sedang melakukan penjelajahan bersama anak, secara tidak langsung guru akan memberikan pesan penting pada anak tentang manfaat dan kesenangan melakukan kegiatan tersebut.

3) Menyadarkan guru dan orang tua bahwa mereka tidak perlu tahu semua tentang ilmu pengetahuan tersebut, tetapi yang lebih penting adalah peran mereka sebagai motivator dengan berkata “Ayo kita cari tahu bersama-sama”.

4) Membantu guru dan orang tua mengidentifikasi bahwa anak mereka adalah ilmuwan alami. Keingintahuan yang besar akan menuntun mereka untuk terus mencari dan menemukan berbagai konsep pengetahuan yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

5) Membantu guru dan orang tua dalam menyusun strategi yang dapat merangsang kreativitas anak, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat merangsang pemikiran anak untuk mencari berbagai kemungkinan jawaban atau solusi untuk dapat dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah.

d. Langkah-Langkah Kegiatan Sains

(25)

Menurut Suparman (Tahir, 2009:11) bahwa seperti kita ketahui bahwa anak-anak tidak belajar dengan perkataan, tetapi dengan pembuatan tindakan nyata. Mereka senang dan ingin membuat penemuan-penemuan yang mereka ciptakan sendiri tidak terjadi secara kebetulan. Haruslah diyakini bahwa apabila anak mendapat kesempatan untuk menjelajahi dunia sekitarnya, maka ia akan melakukannya dengan penuh rasa keingintahuan yang besar.

Sedangkan menurut Sujiono (2004: 4.4) bahwa melalui keberfungsian dari alat berpikirnya setiap individu akan mampu memperluas wawasan berpikirnya melalui berbagai aktivitas untuk mencari dan menemukan berbagai pegetahuan yang ada di sekitanya, melalui berbagai ekplorasi yang di lakukan oleh anak melalui pancaindranya, maka akan dapat semakin banyak hal yang ia ketahui.

Menurut Ahmadi (1993: 23) bahwa “alat-alat atau bahan-bahan pembantu juga perlu diperhatikan keamanannya dan harus aman dan nyaman untuk digunakan”. Perhatikan juga usia dan taraf perkembangan anak. Biasanya ada alat dan bahan yang mudah untuk digunakan oleh anak dengan usia lebih tua, tetapi sulit digunakan oleh anak yang lebih muda usianya. Ketika merencanakan kegiatan dapat diperhatikan hal-hal :

1) Yakinkan bahwa ruang gerak anak-anak yang lebih tua berjauhan dari ruang untuk bayi atau anak balita. Bantu anak yang lebih tua untuk tidak lupa merapikan tempatnya ketika mereka selesai aktivitas sains, teliti hal-hal yang kecil, seperti penjepit kertas atau batu-batu kecil, jangan jatuh ke lantai di mana anak yang lebih mudah mungkin menemukan dan menelannya.

2) Libatkan anak-anak yang muda dalam beberapa aktivitas yang sama dengan tetapi dengan alat atau bahan-bahan yang lebih aman. Sebagi contoh, suruh anak yang lebih tua bekerja dengan magnet-magnet kecil dan anak-anak yang lebih muda dengan magnet yang lebih besar.

(26)

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran sains maka akan sangat membantu anak dalam menggunakan daya pikirnya untuk proses belajar sains. dan sangat berperan penting seorang pendidik dalam menuntun anak untuk mengesprorasi benda sains yang ada di sekitar anak.dengan adanya pendidi maka anak akan lebih muda mengerti, atau memahami tentang setiap kegiatan yang akan di berikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains untuk anak usia dini dalam upaya menumbuhkan kemampuan berpikir sangat memerlukan peran serta dari para pendidik maupun orang tua. Karena dengan adanya para pendidik dan bantuan orang tua maka akan sangat membantu anak dalam proses belajarnya, dan langkah–langkah kegiatan sains di atas diharapkan dapat menbantu anak dalam megenal benda lewat bentu dan warna suatu benda di sekitanya. Dan disini perlu upaya atau ide–ide dalam menunjang pembelajaran sains tersebut supaya berhasil dilakukan di TK Andiya.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka kegiatan sains merupakan salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kognitif atau anak di Taman Kanak-kanak. Setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan. Dan dalam pembelajaranya anak menggunakan kemampuan kognitifnya ini diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pegetahuanya tentang apa yang ia lihat melalui pancaindara yang dimilikinya.

(27)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Perkembangan Kognitif Anak Kurang

Tanda-tandanya:

1) Anak belum mampu menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.

2) Anak belum mampu mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur.

3) Anak belum mampu mengungkapkan sebab akibat (Mengapa sakit gigi, mengapa kita lapar, dll).

Langkah-Langkah Kegiatan Sains:

1. Menentukan jenis kegiatan sains 2. Menyediakan tempat khusus

3. Menyiapkan alat dan bahan sederhana 4. Memberikan penjelasan pada anak 5. Mengeksplorasi semua benda

6. Mengamati anak-anak dalam melakukan kegiatan sains 7. Bertanya jawab pada anak

8. Merencanakan aktivitas seimbang antara anak dan orang dewasa.

Kognitif Anak Berkembang Tanda-Tandanya:

1) Anak sudah mampu menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.

2) Anak sudah mampu mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur.

3) Anak sudah mampu mengungkapkan sebab akibat (Mengapa sakit gigi, mengapa kita lapar, dll).

(28)

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan

Jika kegiatan sains di terapkan secara efektif maka kemampuan kognitif anak di TK Andiya kota Makassar dapat berkembang.

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan aktivitas anak didik dan pendidik dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach). Menurut Kunandar ( 2012: 41) Penelitian tindakan kelas memiliki peranan penting dan strategis untuk mengembangkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

B. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

Perkembangan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains di Kelompok A TK Andiya Makassar.

C. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dengan mengambil lokasi atau tempat penelitian di TK Andiya kota Makassar.

2. Subjek Penelitian

(30)

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah anak di kelompok A TK Andiya Makassar yang berjumlah 12 dari 23 anak, dan 1 orang guru.

D. Prosedur dan Design Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus, namun apabila belum berhasil maka dilanjutkan sampai siklus selanjutnya. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, penelitian dan refleksi.

Secara rinci rancangan penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut:

Siklus

Gambar siklus 2.2 Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan

Penelitian/

Pengamatan Refleksi

Apabila Permasalahan

belum terlaksana

Dilanjutkan ke siklus berikutnya 29

(31)

Rincian kegiatan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

Siklus :

Penelitian ini dilaksanakan disemester dua pada kelompok B berlangsung selama dua kali tatap muka yang dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi

a) Tahapan Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap dimana guru mulai membuat rencana kegiatan yang akan diberikan kepada anak didik dengan membuat rencana kegiatan harian, menentukan tema, dan sub tema yang akan diajarkan. Menentukan indikator setiap kegiatan dan menentukan kegiatan yang menjadi fokus penelitian berdasarkan indikator yang akan dicapai.

b) Pelaksanaan dan Tindakan

Tahapan ini merupakan tahapan dimana pendidik melaksanakan seluruh kegiatan yang telah disusun dalam rencana kegiatan harian yang telah dirumuskan dalam rencana pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti meminta guru untuk mengamati proses pembelajaran guna untuk menyamakan persepsi antara pendidik dan pengamat, sebagai pelaksana tindakan. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini dilakukan dengan mengacu pada program pembelajaran dan

(32)

pencapaian indikator dalam rencana kegiatan harian, dalam tahap ini jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

c) Penelitian atau Observasi

Pada tahap ini, peneliti mengamati seluruh aktivitas pendidik dan anak didik mulai dari awal pembelajaran, pada saat proses pembelajaran dan akhir pembelajaran dengan mencatat dan menggunakan format pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnnya berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam lembar observasi.

d) Refleksi

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan lalu dianalisis pada tahap refleksi ini. Demikian pun pada hasil evaluasi, hal-hal yang masih perlu diperbaiki dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan hasil yang diperoleh pada setiap pertemuan. Dari hasil analisis siklus inilah akan dijadikan sebagai acuan apakah akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau tidak, sehingga apa yang ingin dicapai dalam penelitian dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Tahap ini sebagai langkah terakhir dalam penelitian tindakan, dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan baik itu perencanaan, pelaksanaan tindakan maupun evaluasi apakah telah

(33)

berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai atau perlu melakukan perbaikan selanjutnya. Apabila mengalami peningkatan maka penelitian dicukupkan sampai pada satu siklus saja namun apabila belum mengalami peningkatan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi.

1. Observasi

Hadi (Sugiyono, 2011: 145) mengemukakan bahwa, “Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari bernagai proses biologis dan psikhologis.” Dengan demikian, observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung pada proses belajar mengajar, dalam hal ini yang diobservasi adalah pendidik dan anak didik.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data–data atau arsip yang ada di sekolah yang dapat mendukung penelitian, yang menggambarkan kondisi anak didik yang menjadi subjek dalam penelitian, seperti jumlah anak didik, nilai anak didik dan sebagainya.

F. Teknik Analisis Data dan Standar Pencapaian 1. Teknik Analisis Data

Menurut Sudjana (Dimyati, 2013) mengatakan bahwa data kualitatif dari hasil penelitian dapat disusun dalam bentuk tabel dan langsung ditafsirkan untuk

(34)

penelitian yang digunakan dalam mengelolah data dengan mengamati kemampuan anak melalui kegiatan observasi yang disediakan dengan maksud mengembangkan kemampuan anak. Data yang terkumpul dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data secara kualitatif melalui suatu lembar pengamatan yang telah diberi simbol tertentu sesuai dengan tahap pencapaian anak didik.

2. Standar Pencapaian

Untuk perkembangan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains di TK Andiya Makassar, indikator keberasilan yang akan di kembangkan melalui kegiatan sains:

a. Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.

b. Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur.

c. Mengungkapkan sebab akibat (Mengapa sakit gigi, mengapa kita lapar, dll).

Dikatakan berhasil apabila anak sudah mencapai tingkat perkembangan 70% dari indikator diatas yang akan diteliti.

Di Taman kanak-kanak dengan standar pencapaian penilaian diuraikan sebagaimana dalam tabel berikut:

No. Kategori Simbol Penilaian Ket

1. Baik *** Berkembang Sesuai

Harapan

2. Cukup ** Mulai Bisa

3. Kurang * Belum Bisa

(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Taman Kanak-kanak Andiya Kota Makassar.

Taman Kanak-kanak Andiya Kota Makassar beralamat di Jl. Tupai no. 124, kelurahan Labuang baji, Kecamatan Mamajang Makassar. Taman Kanak- kanak Andiya didirikan di Kota Makassar pada tahun 2002 di bawah naungan Yayasan DR Pangerang dan mulai beroperasi pada tahun yang sama. Jumlah tenaga pengajar di Taman Kanak-kanak Andiya sebanyak 8 orang, Kepala Sekolah 1 orang, staf administrasi 2 orang, dan penjaga keamanan 1 orang.

Taman Kanak-kanak Andiya memiliki 11 ruangan yang terdiri dari kantor 1 ruang, perpustakaan dan ruang komputer 1 ruang, dapur 1 ruang, kamar mandi/toilet 3 ruang, dan ruang kelas 5 ruang yaitu kelompok Bermain, A1 dan A2, kelompok B1, Kelompok B2, dan kelompok B3. Proses pembelajaran di TK Andiya berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009.

(36)

Jumlah keseluruhan anak didik di Taman Kanak-kanak Andiya pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 67 orang yang terbagi kedalam Kelompok Bermain 9 orang, kelompok A 22 orang, dan kelompok B 36 Orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Data Anak Didik TK Andiya Tahun Ajaran 2014/2015

Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan

KB 9 6 3

A1 10 4 6

A2 12 6 6

B1 12 6 6

B2 12 7 5

B3 12 5 7

Sumber : Dokumentasi TK Andiya Kota Makassar

Adapun kondisi alat permainan di Taman Kanak-kanak Andiya dapat disajikan dalam tebel sebagai berikut:

Tabel 4.2. Data Kondisi Alat Bermain TK Andiya Kota Makassar

No Nama Jumlah Kondisi

1 Ayunan 2 Baik

2 Jaring Laba-laba 1 Baik

3 Jungkat-jungkit 7 Baik

4 Panjatan 2 Baik

5 Papan titian 2 Baik

6 Rumah-rumahan 3 Baik

7 Seluncuran 3 Baik

35

(37)

8 Trampolin 1 Baik Sumber : TK Andiya Kota Makassar

2. Paparan Data Siklus I

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains yaitu mengungkapkan sebab akibat mengapa sakit gigi di Tanam Kanak- kanak Andiya Kota Makassar pertemuan I siklusi I yang dilaksankan 16 April 2014 dapat di lihat pada tahap berikut.

1) Perencanaan

1. Guru Mengatur ruangan dan suasana kelas, ruang kelas di atur sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Anak-anak di leburkan jadi satu kelompok .Hal ini dilakukan untuk membuat anak nyaman dalam mendengarkan cerita yang akan diceritakan oleh guru.

2. Anak-anak di ajak untuk duduk melantai dan guru duduk di atas kursi di sini anak-anak di jadikan satu kelompok saja.

3. Mempersiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) dengan tema Kehidupan di Kota. Membuat RKH sebagai bahan acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus 1 dengan tema Kehidupan di kota dengan sub tema (suasana kota, pekerjaan di kota, tempat tinggal di kota, tranportasi di kota, suasana di kota).

(38)

4. Mempersiapkan bahan untuk melakukan kegiatan sains yaitu mengugkapkan sebab akibat sakit gigi. Bahan kegiatan yaitu: buku cerita dan gambar-gambar yang menceritakan tentang akibat sakit gigi.

5. Mempersiapkan instrument pengamatan yang berisi hal-hal yang mungkin terlawatkan pada lembar observasi.

2) Pelaksanaan a. Pertemuan I

Pada tahap ini terbagi atas tiga kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup seperti terlihat pada kegiatan di bawah ini:

Proses pelaksanaan siklus I pertemuan I Kegiatan awal

a) Saat bel berbunyi guru mengarahkan anak untuk berbaris dihalaman dan melaksanakan baris-berbaris sambil menyayikan lagu good morning, pada hariminggu, dan lagu mars tk andiya semuanya anak- anak melakukanya sebelum memasuki ruang kelas mereka masing- masing. Setelah melaksanakan kegiatan baris-berbaris, anak-anak diarahkan untuk masuk ruang kelas dengan tertib.

b) Di dalam kelas, guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak didik. Kemudian guru memimpin doa sebelum belajar. Setelah berdoa guru mengajak anak untuk bertanya jawab seputar kegiatan kemarin (Apersepsi). Guru kembai mengingatkan mengenai tema

(39)

yang sedang dipelajari yaitu kehidupan di kota. Guru juga kembali menjelaskan mengenai suasana di kota.

c) Guru mengingatkan anak untuk selalu bersikap sopan, tidak mengganggu teman saat pelajaran sedang berlangsung.

2. Kegiatan Inti

a) Guru memulai kegiatan inti dengan membagikan gambar gedung kepada setiap anak-anak untuk di jiplak, sebelum di jiplak guru terlebih dahu menjelaskan gambar gedung apa tersebut setelah guru selesai menjelaskan langkah selanjutnya yaitu anak-anak mulau mengambil alat jiplak yaitu pensil dan kertas jiplak, setelah itu merekapun mulai menjiplak gedung tersebut dan setelak selesai menjiplak anak-anakpun di arahkan untuk mengumpulkanya dan melagka ke kegiatan selanjutnya.

b) Guru telah menentukan jenis kegiatan sains yang dituliskan terlebih dahulu kedalam rencana kegiatan harian (RKH) yaitu mendengarkan cerita dan menyusun gambar sebab akibat, kemudian guru menyediakan tempat khusus didalam kelas dan menyiapkan tikar untuk melantai dalam melakukan kegiatan tersebut, setelah itu guru menyiapkan alat dan bahan berupa buku cerita dan lembar kerja, serta gambar-gambar sebab akibat, dengan memperlihatkan sebuah buku cerita yang berjudul “Jagan jorok ya’’, selanjutnya yaitu guru tersebut mulai menceritakan tentang sebuah cerita yang menceritakan seorang anak yang sakit giginya karena dia sangat jorok dan anak tersebut

(40)

tidak pernah menyikat giginya apabila anak tersebut selesai memakan permen dan es krim,.setelah guru selesai bercerita guru tersebut memperlihatkan sebuah kegiatan yang akan di kerjakan anak yaitu menyusun gambar sebab akibat anak sakit gigi gambar-gambar tersebut akan di susun berdasarkan angka satu sampai lima secara berurutan mulai dari anak memakan es krim, kemudian anak tersebut langsung tidur, dan pada saat anak tersebut bagun dia mengalami sakit gigi, dan tak lama gigi anak yang sakit tersebut copot dan yang terahir anak tersebut di bawa ka rumah sakit. Sembari kegiatan sains berlangsung, guru juga mengamati anak-anak dalam melakukan kegiatan tersebut.

b) Setelah selesai mengerjakan kegiatan sains yaitu sebab akibat sakit gigi dengan mendengarkan cerita lewat kegiatan mengurutkan gambar sebab akibat sakit gigi maka anak di ajak untuk mengenal macam- macam pekerjaan atau profesi yang ada di kota lewat kegiatan menghubungkan gambar pekerjaan yang ada di kota dengan nama profesi yang ada pada gambar tersebut. Guru mulai menjelaskan tentang cara menghubungkan gambar-gambar pekerjaan dengan nama dengan cara menarik garis dari gambar profesi ke nama gambar profesi tersebut dengan contoh gambar polisi di tarik garis ke tulisan nama yang bertuliskan polisi.

3. Kegiatan Akhir

(41)

a) Kegiatan akhir pada hari itu yaitu dengan kegiatan guru mengajarkan kepada anak-anak agar suka menolong temanya guru menjelaskan kepada anak-anak agar mereka saling menolong bila ada anak yang membutuhkan pertolongan dengan guru memberikan conto cara menolong teman yaitu bila ada anak yang jatuh tidak boleh di tertawai tetapi langsung ditolong dengan cara di bantuk untuk bangkit berdiri.

Guru melakukan kegiatan ini dengan cara bertanya jawab kepada anak-anak. Guru bertanya kepada anak-anak dengan pertanyaan “siapa di sini yang pernah menolong teman, saudara dan orang lain?”.

Setelah guru selesai memberikan pertanyaan kepada anak-anak. Anak- anak antusias dalam menjawabnya bahwa mereka pernah menolong orang. Ada anak yang menjawab bahwa dia menolong adiknya yang jatuh waktu adinya bermain dirumah, ada yang menjawab pernah menolong ibunya menyapu, di rumah, dan ada anak yang menjawab bahwa dia pernah menolong orang lain yaitu pegemis yang di beri uang oleh anak tersebut. Tetapi dalam kegiatan tanya jawab tersebut masih ada yang menjawab salah bahkan menjawab bahwa dia tidak pernah menolong orang lain.

b) Guru kemudian memberikan informasi kegiatan yang akan dilaksanakan besok dan berdoa pulang.

c) Guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak didik sebagai penutup kegiatan pembelajaran hari itu.

b. Pertemuan II

(42)

Pertemuan kedua dengan indikator kedua untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains yaitu indikator menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda di Tanam Kanak- kanak Andiya Kota Makassar pertemuan I siklus1 yang dilaksankan 21 April 2014 dapat di lihat pada tahap berikut.

Pada tahap ini terbagi atas tiga kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup seperti terlihat pada kegiatan bawah ini:

Proses pelaksanaan siklus I pertemuan II 1. Kegiatan awal

a) Saat bel berbunyi guru mengarahkan anak untuk berbaris dihalaman dan melaksanakan baris - berbaris dan menyayikan lagu mars “TK Andiya” sebelum memasuki ruang kelas. Setelah melaksanakan kegiatan baris-berbaris, maka anak diarahkan untuk masuk ke ruang kelas dengan tertib.

b) Di dalam kelas, guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak anak. Kemudian guru memimpin doa sebelum belajar. Setelah berdoa guru mengajak anak untuk bertanya jawab seputar kegiatan kemarin (Apersepsi). Guru kembai mengingatkan mengenai tema yang sedang dipelajari yaitu rekreasi. Guru juga kembali menjelaskan mengenai tempat-tempat rekreasi tersebut.seperti tempat rekreasi pantai, mall, kebun binatang, dan taman bunga.

c) Guru mengingatkan anak untuk selalu bersikap sopan, dan tidak mengganggu temannya saat pelajaran sedang berlangsung atau saat

(43)

ia sudah selesai mengerjakan kegiatan yang di berikan sedangkan temanya belum selesai di sini anak-anak di ajarkan untuk tidak mengganggu temanya yang masi belajar dan anak tersebut harus tetap duduk ditempatnya sampai temanya juga selesai mengerjakan kegiatan tersebut.

2. Kegiatan Inti

a) Kegiatan inti yaitu menunjuk tanaman menurut ciri-ciri tertentu, guru menjelaskan kepada anak-anak tanaman menurut ciri-cirinya, Sebelum membagikan sebuah gambar taman bunga kepada anak- anak maka guru terlebih dahulu menjelaskan cara mengerjakanya setelah guru menjelaskan langka selanjutnya yaitu membagikan gambar taman bunga tersebut kepada anak-anak dan anak-anak pun mulai mengerjakanya dengan memakai pencil untuk melingkari gambar-gambar bunga yang sama dalam gambar taman bunga tersebut, dan setelah selesai mengerjakan maka anak-anak di arahkan oleh guru untuk mengumpulkanya kedepan meja guru dan melangkah ke kegiatan inti selanjutnya.

b) Kegiatan inti kedua yaitu guru terlebih dahulu telah menentukan kegiatan sains yang akan dilakukan yaitu menceritakan perbedaan gambar pantai dan gambar mall kemudian menyusun benda-benda yang ada di pantai dan benda di mall, kemudian guru menyediakan

(44)

tempat khusus yaitu di dalam kelas, lalu guru menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu gambar mall dan gambar pantai, selanjutnya anak dipersilahkan untuk melakukan kegiatan sains tersebut dan guru mengamati anak dalam melakukan kegiatan sains tersebut.

c) Setelah selesai mengerjakan kegiatan sains yaitu menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda melalui gambar pantai dan gambar mall.melalui gambar tempat rekreasi pantai dan gambar mall maka anak-anak di ajarkan untuk dapat membedakan gambar tersebut, dan lewat kegiatan menyusun benda-benda yang termasuk benda yang terdapat di pantai dan benda-benda yang termasuk dalam benda yang tergolong benda yang terdapat di mall

3) Kegiatan Akhir

a) Kegiatan akhir pada hari itu yaitu dengan kegiatan guru mengajarkan kepada anak-anak agar berhenti bermain pada waktunya disini guru melatih anak-anak untuk berhenti bermain pada waktunya karena kegiatan pembelajaran pada hari itu akan segerah di akhiri. Guru menunggu anak-anak untuk membereskan dan menyinpan mainannya setelah itu guru memperlihatkan hasil kegiatan atau hasil karya anak pada hari itu guru menjelaskan bawa masi banyak di antara anak tersebut yang belum mengerti seperti felix, fadil, dan raihan. Tetapi sudah banyak juga yang sudah mengerti seperti kiki, sesah, dan olivia.setelah guru menyebutkan

(45)

nama anak-anak yang belum mengerti dan yang sudah mengerti dalam kegiatan pembelajaran pada hari itu maka guru selanjutnyamenyempaikan pesan moral kepada anak-anak bawah tidak boleh berpergian ke suatu tempat tanpa ada orang dewasa yang menemani karena sangat berbahaya bila anak-anak pergi tanpa di temani orang dewasa, bila anak-anak pergi tanpa di temani maka anak-anak bisa tersesat dan hilang.

b) Guru kemudian memberikan informasi kegiatan yang akan dilaksanakan besok dan berdoa pulang.

c) Guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak didik sebagai penutup kegiatan pembelajaran hari itu.

c. Pertemuan III

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains yaitu mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna di campur di Taman Kanak-kanak Andiya Kota Makassar pertemuan III siklus I yang dilaksankan 30 April 2014 dapat di lihat pada tahap berikut.

Pada tahap ini terbagi atas tiga kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup seperti terlihat pada kegiatan bawah ini yang akan dipaparkan:

Proses pelaksanaan siklus I pertemuan III 1. Kegiatan awal

a. Saat bel berbunyi guru mengarahkan anak untuk berbaris dihalaman dan melaksanakan baris berbaris sambil menyayikan

(46)

lagu-lagu anak–anak yaitu lagu selamat pagi, pada hari munggu, dan menyayikan mars lagu Tk Andiya hal ini dilaksana kan setiap hari sebelum memasuki ruang kelas. Setelah melaksanakan kegiatan baris-berbaris, anak diarahkan untuk masuk ruang kelas dengan tertib.

b. Di dalam kelas, guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak didik. Kemudian guru memimpin doa sebelum belajar.

c. Setelah berdoa guru mengajak anak untuk bertanya jawab seputar kegiatan kemarin (Apersepsi). Guru kembali mengingatkan mengenai tema yang sedang dipelajari yaitu tema rekreasi Guru juga kembali menjelaskan mengenai tempat-tempat rekreasi.serta bertanya jawab tentang tempat-tempat rekreasi yang pernah di kunjungi oleh anak-anak.Guru mengingatkan anak untuk selalu bersikap baik dengan suma menolong temanya, dan tidak mengganggu teman saat pelajaran sedang berlangsung di dalam kelas.

2. Kegiatan Inti

a. Kegiatan inti pada hari itu di awali dengan kegitan merobek kertas gambar mall yang di bagikan kepada setiap anak.kertas origami tersebut di robek kemudian di tempelkan kembali pada gambar mall yang sudah di siapakan setelah kegiatan ini selesai anak-anak pun mengumpulkanya ke depan meja guru dan selanjutnya masuk ke kegiatan kedua.

(47)

b. Kegiatan selanjutnya yaitu guru mempersiapan kegiatan pembelajaran sains yang akan dilaksanakan pada hari itu pertama- tama guru menyediakan alat dan bahan yang akan di butuhkan dalam kegiatan sains yang akan dilaksanakan. Setelah alat dan bahan sudahh dipersiapkan maka langka selanjutnya yaitu memperkenalkan kepada anak-anak tentang bahan–bahan sains tersebut. Guru memperkenalkan bahan mulai dari cat air, air biasa yang akan di pakai mencampurkan, wadah yang sudah di tempeli kertas origami sesuai dengan warna yang akan anak campurkan.

3. Kegiatan Akhir

a) Kegiatan akhir pada hari itu yaitu dengan kegiatan guru menyuruh anak-anak untuk menceritakan pegalaman merekah berkunjung ke mall, dan di antara anak-anak yang hadir pada saat itu hanya airah, emir, dan alif yang bercerita bahwa mereka pernah pergi ke mall bersama keluarganya untuk bermain. Airah menceritakan bahwa dia di ajak oleh ayahnya ke mall trans studio di sana mereka melihat banyak mainan dan mereka sangat senang ikut bermain bersama, kemudia setelah bermain airah menceritakan lagi pengalamanya bahwa di mall mereka juga membeli banyak makanan. Sedangkan emir dan alif menceritakan bahwa waktu itu emir dan alif peergi di ajak oleh ayahnya emir untuk pergi ke mall untuk membelu baju emir, dan alif adalah saudara sepupu jadi mereka sering bersama untuk jalan-jalan. Setelah airah, emir dan

(48)

alif menceritakan pengalaman mereka maka anak-anak yang lain juga ikut mengugkapkan bahwa mereka juga pernah pergi ke mall di ajak oleh keluarganya, anak-anak tersebut hanya duduk di tempat duduknya untuk menceritakan tidak seperti airah, emir, dan aliff yang berani tampil ke depan kelas untuk menceritakanya.

Setelak kegiatan bercerita pengalaman selesai makan kegiatan yang terahir yaitu guru melatih anak-anak untuk tidak cengeng bila meminta sesuatu kepada orang tuanya dan orang tuanya tidak memberinya, kemudian guru juga mengajarkan anak-anak untuk tidak cengeng bila sudahh berada di sekolah, setelah itu guru kembali menberikan tanya jawab seputar pelajaran yang sudah di laluinya selama seharian seperti kegiatan apa saja tadi yang sudah di lakukan?, dan apakah senang belajar hari ini, kemudian anak-nak menjawab bahwa mereka sudah belajar mencampur warna, merobek kertas serta mereka mejawabpula bahwa mereka senang belajar pada hari itu.

b) Guru kemudian memberikan informasi kegiatan yang akan dilaksanakan besok dan berdoa pulang.

c) Guru mengucapkan salam dan dijawab serentak oleh anak didik sebagai penutup kegiatan pembelajaran hari itu.

3) Observasi

Tahap ini merupakan tahap dimana guru dapat menilai tujuan pembelajaran yang telah dicapai. Tahap observasi terhadap pelaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah metamorfosa nilai-nilai Islam dalam ekonomi dan dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah agama yang hanya mengatur persoalan

Dengan hasil analisa nilai pentanahan perlatan yang telah dilakukan, dapat diketahui nilai keamanan tegangan sentuh (Em) dan tegangan langkah ( E ℓ ), nilai tegangan

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk ke-15 sajak dalammantologi puisi Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana dan untuk

Mempertimbangkan string yang diawali di index offset, dan mengembalikan nilai true jika diawali dengan substring yang dispesifikasikan dalam argumen. boolean

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengangguran terbuka, lama sekolah penduduk, dan angka harapan hidup sedangkan untuk variabel

Pemberian asam sitrat pada broiler dengan level protein pakan rendah (19%) dapat meningkatkan ketahanan tubuh yang ditandai dengan peningkatan titer antibodi (Das

Dari tabel 4.3 stasiun I memiliki kepadatan absolut dan kepadatan relatif tertinggi sebesar 56 dan 39% yang terdapat pada genus Tubifex dari kelas