• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak., CfrA., CA.) (Dr.YoHanes Indrajl'onS; MM., Ak., CA.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak., CfrA., CA.) (Dr.YoHanes Indrajl'onS; MM., Ak., CA.)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP EFISIENSI BEBAN PAJAK PENGHASILAN

BADAN PADA PT MITRA ABADI

KARYA UTAMA

Skripsi

Diaiukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Saijana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

Bogor

Mengetahui,

tas Ekonomi, Ketua Jurusan,

(Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak., CfrA., CA.) (Dr.YoHanes Indrajl'onS; MM., Ak., CA.)

n

(2)

BADAN PADA PT MITRA ABADI KARYA UTAMA

Skripsi

Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Pada Hari: Sabtu Tanggal; 13 September 2014

Rio Andara 022110075

Menyetujui,

Dosen Penilai,

(Dr. YdtlSney indrayoni/MM., Ak., CA.)

Pembimbing, Co. Pembimbing,

X

(Buntoro Heri Prasetya, MM., Drs., Ak.)

P

(Patar Simamora, M.S SE.)

in

(3)

ABSTRAK

RIO ANDARA. NPM 022110075. Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan pada PT Mitra Abadi Kaiya Utama. Dibawah bimbingan: BUNTORO HERIPRASETYA dan PATAR SIMAMORA.

Perencanaan pajak merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak tujuannya

bukan imtuk mengelak membayar pajak, tetapi mengatur sehingga paj^ yang dibayar

tidak melebihi jumlah yang seharusnya. Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, pihak manajemen PT Mitra Abadi Kaiya Utama tentu sudah mengetahui apa yang harus dipilih secara tepat untuk melakukan perencanaan pajak. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui (1) penerapan parencanaan pajak pada PT Mitra Abadi Karya Utama, (2) besamya beban pajak penghasilan badan PT Mitra Abadi Kaiya Utama, (3) pengaruh perencanaan pajak terhadap efisiensi beban pajak penghasilan badan pada PT

Mitra Abadi Karya Utama.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan metode penelitian studi kasus dan teknik penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (non statistik). Data yang digunakan adalah daftar aset tetap perusahaan, kebijakan penyusutan aset tetap perusahaan, serta laporan laba rugi perusahaan tahun 2009-2012. Untuk variabel independen adalah perencanaan pajak, perencanaan formal sebagai sub variabel pertama, dengan indikator mendaftarkan dirt imtuk mendapatkan NPWP, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, menghitung dan membayar pajak, dan mengisi dan meyampaikan SPT. Sub variabel kedua adalah perencanaan materil, dengan indikator biaya yang boleh dikurangkan daii penghasilan bruto. Sedangkan untuk variabel dependen adalah beban pajak penghasilan badan, dengan indikator PPh Badan sebelum perencanaan pajak dan PPh Badan setelah perencanaan pajak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perencanaan formal pada pemsahaan sudah cukup bagus dan untuk perencanaan materil, kebijakan penyusutan fiskal aset tetap dalam pemilihan metode penyusutan aset tetap yaitu metode saldo menurun menghasilkan beban pajak yang besar, hal ini dapat dilihat dalam besamya beban penyusutan. Baik dilakukan dalam perhitungaan penyusutan dengan nominal maupun dengan present value. Semakin besar beban yang ditanggung dari satu metode penyusutan dibanding dengan metode penyusutan lain maka akan memperoleh penghematan pajak. Dan tentu saja pemilihan metode penyusutan saldo menurun menghasilkan nilai penghematan pajak yang lebih baik yang akan mempenganihi laba kena pajak, serta dengan merubah biaya makan kedalam bentuk tunjangan akan dapat mengurangi beban pajak penghasilan badan pemsahaan.

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat metode penyusutan aset tetap yang lebih efektif untuk mengefisienkan beban pajak penghasilan PT Mitra Abadi Karya Utama, yaitu metode saldo menurun dan dengan membah biaya makan kedalam bentuk tunjangan akan dapat mengurangi beban pajak penghasilan badw pemsahaan. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sehamsnya PT Mitra Abadi Karya utama melakukan perencanaan pajak terhadap aset tetap dan biaya makannya.

Dengan cara memilih metode penyusutan yang tepat dalam perhitungan penyusutan aset tetapnya dan membah biaya makan kedalam bentuk tunjangan sehingga dapat memperkecil beban pajak penghasilan.

Kata kunci: Perencanaan Pajak, Penyusutan Aset Tetap, Biaya Makan, Penghematan PPh

IV

(4)

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas karunia serta pertolonganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul 'Tenerapan Perencanaan Pajak Terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan pada PT Mitra Abadi Karya Utama

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Saqana Ekonomi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pakuan, Bogor.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan pertunjuk-petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besamya kepada;

1. Kedua Orang tuaku tercinta atas segala dukimgan dan motivasi baik moral maupun materil serta doa yang tak henti-hentinya yang tak mungkin terbalas sampai kapanpun.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak., CFrA., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

3. Bapak Dr. Yohanes Indrayono, MM., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan dan Dosen Penilai Seminar Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

(5)

4. Ibu Ellyn Octavianty, MM., SE., selaku Sekretaris Jumsan Akuntansi dan

Koordinator Seminar Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan,

Bogor.

5. Bapak Buntoro Heri Prasetya, MM., Drs., Ak., selaku Selaku Dosen

Pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada

penulis.

6. Bapak Patar Simamora, M.Si., SE., selaku Selaku Co. Pembimbing skripsi

atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Ibu Retno Martanti E. L., M.Si., SE., selaku Moderator Seminar dan Dosen

Penilai Seminar Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

8. Ibu Dessy Helisnawati, M.Si., SE., yang sangat membantu dalam kelancaran Seminar Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan yang selalu memberikan pengajaran, bimbingan dan membagi pengalaman selama saya kuiiah.

10. Keluarga besar Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan yang telah

membantu saya.

11. Bapak M. Suja'i, SE. selaku Manajer Akuntansi dan Keuangan PT Mitra Abadi Karya Utama yang telah membantu memperoleh data yang dibutuhkan.

12. Bapak Alif selaku Kepala Bagian Akuntansi PT Mitra Abadi Kaiya Utama yang telah membantu memperoleh data-data yang dibutuhkan.

13. Kakak-kakakku dan Adik-adikku atas doa dan semangat yang telah diberikan.

14. Teman-teman angkatan 2010 Jurusan Akuntansi kelas B yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

VI

(6)

jauh dari sempuma dan masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari rekan-rekan mahasiswa dan dosen pembimbing.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bennanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini.

Bogor, September 2014

Penulis

Vll

(7)

DAFTARISI

JUDUL

LEMBARPENGESAHAN H

ABSTRAK

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR. xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah 4 1.3. Maksud, Tujuan, dan Manfaat Penelitian 5

1.5.1.Maksud Penelitian 5

1.3.2.Tujuan Penelitian 5

1.3.3.Manfaat Penelitian 5

1.4. Kerangka Pemikiran 6

1.5. Paradigma Penelitian 14

1.6. Hipotesis Penelitian 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16

2.1. Pereiicanaan Pajak 16

2.1.1 .Pengertian Perencanaan Pajak 16 2.1.2.Hal Penting dalam Perencanaan Pajak 18 2.1.3.Langkah-langkah Penting Dalam Penyusunan

Perencanaan Pajak 19

2.1.4.Motivasi Dilaksanakannya Perencanaan Pajak 20

2.1.5.Kewajiban Pajak 22

2.1.6.Tujuan Perencanaan Formal dan Materil 22

2.1.7.Aspek Formal dan Materil 23

2.1.8.Penghindaran Sanksi Pajak 24

2.1.9.Faktor Pajak 24

2.1.10. Strategi Mengefisiensikan Beban Pajak Penghasilan

Badan 25

2.2. Pajak Penghasilan 26

2.2.1.Pengertian Pajak Penghasilan 26 2.2.2.Tarif Pajak Penghasilan Badan 26

viii

(8)

2.3.1 .Pengertian Aset Tetap 31

2.3.2.Penyusutan Aset Tetap 32

2.4. Penerapan Perencanaan Pajak Terhadap Efisiensi Beban

Pajak Penghasilan Badan 35

2.5. Nilai Sekarang (Present Value) 36

BAB m OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37

3.1. Objek Penelitian 37

3.2. Metode Penelitian 37

3.2.1. Desain Penelitian 37

3.2.2. Operasional Variabel 39

3.2.3. Metode Penarikan Sampel 40

3.2.4. Prosedurpengumpulan Data 41

3.2.5.Metode Analisis 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAIIASAN 46

4.1. Gambaran Umum PT Mitra Abadi Karya Utama 46 4.1.1 .Sejarah Singkat PT Mitra Abadi Karya Utama 46

4.1.2.Struktur Organisasi 48

4.2. Penerapan Perencanaan Pajak pada PT Mitra Abadi

Karya Utama 48

4.2.1. Perencanaan Formal pada PT Mitra Abadi Karya

Utama 48

4.2.1.1.Kepatuhan Wajib Pajak pada PT Mitra Abadi

Karya Utama 49

4.2.2. Perencanaan Materil pada PT Mitra Abadi Karya

Utama 53

4.2.2.1.Perencanaan Pajak atas Aset Tetap pada

PT Mitra Abadi KaryaUtama 58 4.2.2.2.Perencanaan Pajak atas Biaya Makan pada

PT Mitra Abadi KaryaUtama 66 4.3. Altematif Penyusutan Aset Tetap Berdasarkan Ketentuan

Perpajakan dengan Metode Saldo Menurun 68 4.4. Beban Pajak Penghasilan Badan PT Mitra Abadi

Karya Utama 74

4.5. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan pada PT Mitra Abadi Karya

Utama 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan 80

5.2. Saran 84

IX

(9)

JADWAL PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

Tabel 1 : Penyusutan Aset Tetap FT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009-2012 3

Tabel 2 : Tarif Penyusutan Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama 3 Tabel 3 : Biaya Makan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2009-2012 4 Tabel 4 : Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan Beidasarkan

Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

dalam Pasal 11 ayat (6) 34

Tabel 5 : Operasionalisasi Variabel 40

Tabel 6 : Daftar Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama 2009-2012 56 Tabel 7 : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.96/PMK.03/2009

Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam

Kelompok 1 57

Tabel 8 : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.96/PMK-03/2009 Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam

Kelompok 2 57

Tabel 9 : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.96/PMK.03/2009 Jeriis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam

Kelompok 3 58

Tabel 10 : Daftar Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama 2009 - 2012

(Setelah Evaluasi) 60

Tabel 11 : Saldo Awal, Penambahan, Pengurangan, Biaya Penyusutan, dan Saldo Akhir Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009 60

Tabel 12 : Saldo Awal, Penambahan, Pengurangan, Biaya Penyusutan, dan Saldo Akhir Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2010 61

Tabel 13 : Saldo Awal, Penambahan, Pengurangan, Biaya Penyusutan, dan Saldo Akhir Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2011 61

Tabel 14 : Saldo Awal, Penambahan, Pengurangan, Biaya Penyusutan, dan Saldo Akhir Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2012 61

Tabel 15 : Kelompok Bukan Bangunan dan Bangunan dan Tarif

Penyusutan 63

Tabel 16 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Garis Lurus Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009 63

Tabel 17 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Garis Lurus Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2010 64

Tabel 18 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Garis Lurus Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2011 65

XI

(11)

Tabel 19 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Garis Lurus Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun2012 65

Tabel 20 : Biaya Makan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2009-2012 67 Tabel 21 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Sale Menurun

Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun

2009 68

Tabel 22 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Salo Menurun Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun

201 0 69

Tabel 23 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Salo Menurun Menurut Perpajakan PT Mitia Abadi Karya Utama Tahun

201 1 69

Tabel 24 : Biaya Penyusutan Aset Tetap dengan Metode Salo Menurun Menurut Perpajakan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahim

201 2 70

Tabel 25 : Perbandingan Besamya Beban Penyusutan Aset Tetap Antara Metode Garis Lurus dan Saldo menurun dengan Present Value

Sebesar 6,5% PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2009 71 Tabel 26 : Perbandingan Besamya Beban Penyusutan Aset Tetap Antara

Metode Garis Lurus dan Saldo menurun dengan Present Value

Sebesar 6,5% PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2010 72 Tabel 27 ; Perbandingan Besamya Beban Penyusutan Aset Tetap Antara

Metode Garis Lums dan Saldo menurun dengan Present Value

Sebesar 6% PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2011 73 Tabel 28 : Perbandingan Besamya Beban Penyusutan Aset Tetap Antara

Metode Garis Lums dan Saldo menumn dengan Present Value

Sebesar 5,75% PT Mitra Abadi Karya Utama Tahim 2012 73 Tabel 29 : Beban Pajak Penghasilan Badan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009-2012 74

Tabel 30 : Perbandingan Penghematan Beban Pajak Penghasilan antara Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun PT Mitra Abadi Karya

Utama Tahun 2009-2012 76

Tabel 31 : Penghematan Beban Pajak dari Biaya Makan PT Mitra Abadi

Karya Utama Tahun 2009-2012 77

Tabel 32 : Persentase Penghematan Beban PPh badan PT Mitra Abadi

Karya Utama Tahun 2009-2012 78

Tabel 33 : Penghematan Beban Pajak dari Aset Tetap PT Mitra Abadi

Karya Utama Tahun 2009-2012 81

Tabel 34 : Pen^ematan Beban Pajak dari Biaya Makan PT Mitra Abadi

Karya Utama Tahun 2009-2012 82

Tabel 35 : Beban Pajak Penghasilan Badan PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009-2012 82

Tabel 36 : Persentase Penghematan Beban PPh Badan PT Mitra Abadi

Karya Utama Tahun 2009-2012 83

Xll

(12)

Gambar 1 ; Paradigma Penelitian 14

Gambar 2 : Struktur Organisasi 48

Xlll

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Riset

Lampiran 2 : Penyusutan Aset tetap berdasarkan Ketentuan Perpajakan dengan

Metode Garis Lurus

Lampiran 3 : Penyusutan Aset Tetap berdasarkan Ketentuan Peipajakan dengan

Metode Saldo menurun

Lampiran 4 ; Perhitungan Present Value Penyusutan Aset tetap berdasarkan ketentuan Perpajakan dengan Metode Garis Lurus (Dinyatakan dalam rupiah)

Lampiran 5 ; Perhitungan Present Value Penyusutan Aset tetap berdasarkan ketentuan Perpajakan dengan Metode Saldo Menurun (Dinyatakan dalam rupiah)

Lampiran 6 ; Beban Usaha

Lampiran 7 : Beban Administrasi dan Umum Lampiran 8 : Laporan Laba Rugi Fiskal

'.IV

(14)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pajak bagj pemerintah merapakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran nitin maupun pengeluaran pembangunan. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan biaya atau beban yang akan mengurangj laba bersih. Jika laba j-ang diperoleh perusahaan besar secara otomatis pajak penghasilan

yang dibayarkan ke kas negara juga besar.

Untuk minimalkan beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimulai dari yang didalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak sering disebut dengan perencanaan pajak {tax pfanning^ dan umuninya perencanaan pajak merujuk pada suatu proses merekayasa usaha supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih didalam

bingkai peraturan perpajakan tersebut.

Oleh karena ilu setiap perusahaan memerlukan manajemen agar dapat merencanakan perencanaan pajak dengan benar dan sesuai dengan

peraturan perundang—undangan. Sebagai perusahaan yang berorientasi laba

maka manajemen akan bemsaha untuk mendapatkan laba yang optimal dengan cara meminimalkan biaya-biaya yang ada.

Untuk menyusun sebuah perencanaan pajak langkah-Iangkah yang diambil oleh manajemen perusahaan tidak boleh sembarangan,

1

(15)

sehingga langkah yang digunakan tidak dikategorikan sebagai penyelundupan pajak serta menyalahi aturan hukum yang berlaku.

Umumnya perencanaan pajak merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak agar pajak terhutangnya berada dalam jumlah

yang minimal tetapi masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan.

Namun perencanaan pajak dapat pula berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindaii pemborosan sumber daya yang

ada. Perencanaan pajak (tax planning) yang efektif dapat mendorong

perusahaan untuk lebih mengefisiensikan pembayaran pajak yang akan

ditransfer ke pemerintah sehingga perusahaan dapat mengalami

peningkatan laba bersih. Selain itu, perusahaan juga dapat meningkatkan daya saingnya dengan perusahaan lain. Tetapi perusahaan harus mempunyai kesadaran dan keterlibatan didalam pengambilan keputusan akan adanya dampak pajak yang melekat pada setiap aktifitas

perusahaannya.

FT Mitra Abadi Karya Utama adalah perusahaan yang bergerak di

bidang pertambangan batu. Dalam menjalankan aktivitas operasionalnya,

perusahaan didukung aset tetap yang nilainya cukup besar, yang menyebabkan beban penyusutannya cukup besar.

Permasalahan yang teijadi PT Mitra Abadi Karya Utama yaitu perencanaan pajak belum diterapkan dalam penyusutan aset tetap yang mengakibatkan beban pajak penghasilan badan belum efisien. Dimana biaya penyusutan aset tetap yang seharusnya dapat digunakan untuk

(16)

penyusutan aset tetap tersebut, akan mempenganihi besaran Pajak

Penghasilan Badan.

Tabel 1

Penyusutan Aset Tetap PT Mitra Abadi Karya Utama

Tahun 2009-2012

(Dinyatakan dalam rupiah]

Tahun 2012 2011 2010 2009

Aset Tetap 16.015.324.215 15.529.033.25712.588.266.979 12.936.000.000

Penyusutan Aset Tetap 1.595.158.066 1.357.943.417 985.948.125 408.513.021

Pada PT Mitra Abadi Karya Utama ini penyusutan aset tetapnya hanya menggunakan metode garis lurus, sedangkan perpajakan mcmperkenankan menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun, itu terlihat dari tarif penyusutan yang dipakai oleh PT Mitra Abadi Karya

Utama.

Tabel 2

Tahun Kelompok Umur

Ekonomis

Tarif Penyusutan

Peralatan Kantor 1 4 Tahun 25%

Kendaraan (Sepeda Motor) 1 4 Tahun 25%

Kendaraan 2 8 Tahun 12,5%

Mesin 3 16 Tahun 6,25%

Bangunan 20 Tahun 5%

Selain itu, PT Mitra Abadi Karya Utama juga belum menerapkan perencanaan pajak terhadap biaya makan yang seharusnya dapat digunakan juga untuk menghemat pajak penghasilan badannya. Karena biaya makan ini diberikan kepada karyawannya dalam bentuk natura, maka menurut kententuan perpajakan biaya makan ini tidak dapat

dibiayakan.

(17)

Tabel 3

Biaya Makan PT Mitra Abadi Karya Utama Tahun 2009-2012

Tahun 2012 2011 2010 2009

Biaya Makan

PT At

230.928.466 191.178.172 134.213.754 109.660.900

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul "Penerapan Perencanaan Pajak Terhadap Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan pada PT Mitra Abadi

Karya Utama",

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah

Pemiasalahan yang teijadi pada PT Mitra Abadi Karya Utama adalah belum diterapkannya perencanaan pajak atas penyusutan aset tetap dan atas biaya makan yang mengakibatkan beban Pajak Penghasilan Badan perusahaan belum efisien. Dimana biaya penyusutan aset tetap dan biaya makan yang seharusnya dapat digunakan untuk menghemat pajak,

tetapi belum dimanfaatkan perusahaan

Untuk memberikan arah dan batasan pembahasan, maka penulis

merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut;

1. Bagaimana penerapan perencanaaan pajak pada PT Mitra Abadi Kaiya

Utama?

2. Berapa besar beban pajak penghasilan badan pada PT Mitra Abadi

Karya Utama?

3. Bagaimana pengaruh penerapan perencanaan pajak terhadap efisiensi

beban pajak penghasilan badan pada PT Mitra Abadi Karya Utama?

(18)

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini untxik memperoleh data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan penulisan dalam skripsi ini, selain untuk memperoleh gelar saijana ekonomi di junisan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan daii penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan perencanaaan pajak pada PT Mitra Abadi Karya Utama.

2. Untuk mengetahui beban pajak penghasilan badan pada PT Mitra Abadi Karya Utama.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan perencanaan pajak terhadap efisiensi beban pajak penghasilan badan pada PT Mitra Abadi Karya Utama.

1.3.3. Manfaat Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan dikumpulkan dipenelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Bagi penulis, dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan kuliah dengan kenyataan yang ada di perusahaan dan juga menambah pengetahuan yang sifatnya baru, khususnya dalam bidang perpajakan.

(19)

b. Bagi pembaca, diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber bacaan yang dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan tentang penerapan perencanaan pajak terhadap efisiensi beban pajak penghasilan badan pada suatu perusahaan.

2. Kegunaan Praktis.

Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan yang berguna bagi manajemen perusahaan dalam usaha perencanaan pajak yang lebih baik dan menguntungkan di masa mendatang, sehingga jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mimgkin.

1.4. Kerangka Pcmikiran

Perusahaan didalam melaksanakan ketentuan perpajakan tentu saja tidak mau nigi. Perusahaan tidak mau salah membayar, membayar lebih, dan bila memungkinkan maka akan memanfaatkan berbagai peluang yang ada pada ketentuan perpajakan yang menguntimgkan usahanya. Maka dari itu perencanaan pajak didalam sebuah perusahaan sangat diperlukan.

Menyiasati perpajakan berkaitan erat dengan kegiatan perusahaan yang harus dengan jeli mengamati ketentuan perpajakan yang berlaku serta mengikuti perubahan yang teijadi pada ketentuan tersebut agar dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada, dengan tujuan akhir agar perusahaan dapat membayar pajak dengan benar dan dapat sehemat mungkin.

(20)

memanfaatkan peluang berkaitan peraturan peipajakan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah dan dengan cara yang legal.

Perencanaan pajak adalah usaha memperkecil pembayaran pajak (semua jenis pajak) atau menunda pembayaran pajak ke tahun-tahun berikutnya tanpa melanggar ketentuan undang-

undang perpajakan, dengan cara:

1. Memilih metode yang tepat.

2. Memanfaatkan fasilitas perpajakan.

3. Memanfaatkan celah-celah undang-undang perpajakan (tax

implication).

(Pardiat, 2009,2-3)

Pada umumnya perencanaan pajak merujuk kepada proses merekayasa usaha transaksi wajib pajak agar utang wajib pajak berada pada jumlah yang minimal. Namim demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak {tax planning) adalah proses

mengorganisasi usaha wajib paj^ atau kelompok wajib pajak

sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. (Mohammad Zain, 2008,43)

Tujuan dari pemsahaan melakukan perencanaan pajak dalam menghitung pajak penghasilannya adalah agar beban pajak penghasilannya dapat ditekan serendah mungkin sehingga menyebabkan laba yang diraih sesuai yang diharapkan, setiap wajib pajak harus membuat rencana

(21)

pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Perencanaan pajak tidak terlepas dari sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia, yaitu self assessment.

Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendirri besamya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1. Wewenang untu menetukan besamya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

(Mardismo, Ak., 2009,7)

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak (fiskus) tidak turut campur dalam penentuan besamya pajak yang terutang dan hanya memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan Wajib Pajak

Di dalam perencanaan pajak terdapat dua perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan Formal

Perencanaan formal adalah upaya penghematan dengan memenuhi ketentuan kewajiban perpajakan sesuai dengan tata cara atau prosedur yang ditentukan undang-undang.

Meliputi kewajiban mendaflarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengukuhan kena pajak menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan, membayar pajak, menyampaikan surat pemberitahuan tahunan selain memotong dan memungut pajak. Penyediaan dan kewajiban pelaporan hams direncanakan supaya pembayaran pajak dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2. Perencanaan Material

Perencanaan material adalah upaya penghematan pajak dengan memanfaatkan kelemahan dan celah peraturan serta pengecualian dan fasilitas perpajakan.

(Supardjo dikutip oleh Setiawan Susilo, 2011,22)

Perencanaan pajak dalam suatu pemsahaan perhitungan besamya objek pajak sesuai undang-undang pajak penghasilan agar tidak lebih dan

(22)

merupakan pemborosan dana atau dengan melaksanakan perencanaan pajak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya secara formal maupun materil. Hams dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

Untuk mcncapai tujuan perencanaan pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan, yaitu:

1. Memahami ketentuan undang-undang pajak yang berlaku, tennasuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Direktur Jendral Keputusan pajak, dan Surat Edaran Diijen Pajak. Dengan penelitian ini kita dapat menemukan peluang yang dapat digunakan untuk menghemat beban pajak.

2. Melakukan kegiatan yang memenuhi persyaratan pembukuan.

Hal ini dimaksudkan agar dengan melakukan pembukuan, WP dapat menghitimg besamya pajak yang temtang.

(Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, 2010,6)

Strategi yang dilakukan oleh pemsahaan guna mengefisiensikan beban pajak penghasilan hamslah legal, yaitu dengan memanfaatkan celah-celah dalam peraturan perpajakan.

Eflsiensi beban pajak mempakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk menekankan jumlah pajak serendah mungkin dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Dengan membah beban yang tidak dapat

(23)

10

dikurangkan menjadi dapat dikurangkan dan penghasilan sebagai objek

pajak menjadi bukan objek pajak.

Strategi yang dapat digunakan nntuk mengellsiensikan beban pajak penghasilan badan adalah sebagai berikut:

1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis

usaha.

2. Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan. Umumnya pemerintah memberikan semacam insentif pajak/fasilitas peq)ajakan khususnya untnk daerah tertentu (misalnya di Indonesia Bagian Timur).

3. Mengambil keuntungan sebesar-besamya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atau

pengurangan atas penghasilan kena paj^ yang

diperbolehkan oleh undang-undang.

4. Mendiiikan perusahaan dalam satu jalur usaha (corporate company) sehingga diatur mengenai penggunaan taiif pajak yang saling menguntungkan antara masing-masing badan

usaha.

5. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya berfungsi sebagai cost center.

6. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk

uang atau uatura dan kenikmatan

7. Pemilihan metode penilaian persediaan.

8. Untuk pendanaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi.

9. Pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku.

10. Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak.

11. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.

12. Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo.

13. Menghindari Pemeriksaan Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak.

(Erly Suandy, 2011,121-123)

Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam perencanaan pajak. Sebelum dilakukannya penyusutan perusahaan harus mengelompokan aset tetap berdasarkan kelompok penyusutan dan tarif yang digunakan dalam metode penyusutan yang telah diatm dalam

(24)

UU Perpajakan. Sesuai Pasal 11 Undang-undang No. 7 tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, dimana metode penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan Metode garis lurus (straigh- line method) dan Metode saldo menurun {declining balance method).

Dalam metode Garis Lurus jumlah beban penyusutan aset tetap tiap tahunnya sama, dan imtuk metode Saldo Menurun jumlah beban beban penyusutan aset tetap tiap tahunnya beibeda-beda dan pada akhir masa

manfaat nilai buku disusutkan sekaligus. Pada dasamya, dengan kedua

metode penyusutan aset tetap tersebut saat akhir masa manfaat akan

memiliki akumulasi penyusutan yang sama. Yang membedakan keduannya

hanyalah pengakuan besamya beban penyusutan aset tetap tiap tahunnya, dengan menggunakan metode saldo menurun beban penyusutan pada awal tahun akan lebih besar daripada garis lurus. Hal ini dapat membantu perusahaan jika ingin melakukah investasi di awal tahun dan juga memanfaatkan keija aset pada awal tahim karena biasanya aset lebih

berproduktif pada awal produksi atau pemakaian, dan dengan

menggunakan metode saldo menurun perusahaan akan dapat menghemat

pajak penghasilan badannya diawal tahun karena dengan menggunakan

metode saldo menurun akan menghasilkan beban penyusutan yang besar

diawal tahun yang nantinya akan memperkecil laba sebelum pajak dan

juga pajak penghasilan badannya. Bagi perusahaan, besamya penghematan

pajak penghasilan badan yang dilakukan dengan menggunakan metode

saldo menurun sangat berarti, karena nilai sekarang lebih berarti dari nilai

(25)

12

dimasa yang akan datang maka besamya penghematan pajak penghasilan badan dimasa sekarang lebih berharga daripada masa yang akan datang.

Beban penyusutan per tahim yang dihasilkan dari kedua metode penyusutan tersebut hasilnya akan berbeda tetapi pada akhir masa manfaat jumlah akumulasi penyusutannya adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan besamya beban penyusutan dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary difference).

Oleh karena itu perencanaan pajak atas aset tetap dimaksudkan untuk memilih metode penyusutan mana yang lebih baik digunakan perusahaan untuk menghitung nilai yang lebih ekonomis.

Penggunaan metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan laba sebelum pajak yang berbeda, selanjutnya akan menghasilkan laba

bersih yang berbeda.

Sama halnya dengan biaya makan yang dikeluarkan perusahaan untuk para karyawannya, pemsahaan haras memilih antara memberikaimya dalam bentuk makanan atau dalam bentuk tunjangan. Jika diberikan dalam bentuk tunjangan, maka untuk para karyawan yang menerimanya merapakan suatu penghasilan, karena merapakan suatu penghasilan bagi para karyawannya maka biaya makan yang diberikan dalam bentuk tunjangan menurat ketentuan perpajakan yang berlaku dapat dikurangkan daii penghasilan bruto, begitu juga sebaliknya. Biaya makan ini akan berpengarah terhadap laba sebelum pajak yang nantinya akan menentukan besar kecilnya pajak penghasilan badan suatu perusahaan.

(26)

Untuk mencapai efisiensi beban pajak penghasilan badan hendaklah

dilakukan penguasaan teknik perencanaan pajak yang efektif, karena

perencanaan pajak dapat berpengaruh terhadap efisiensi beban pajak

penghasilan. Dengan melaksanakan peraturan-peraturan perpajakan,

menguasai perhitungan pajak, serta menguasai strategi dalam

mengefisiensikan beban pajak penghasilan tanpa melanggar peraturan undang-undang perpajakan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan

perencanaan pajaknya. Dalam hal ini, tentunya sangat tergantung kepada para manajer, sampai sejauh mana para manajer tersebut mewaspadai

secara konstan altematif-altematif penghematan pajak pada setiap tindakan

yang akan diambilnya.

Suatu perencanaan yang efektif tidak tergantung pada seorang

ahli pajak yang professional, akan tetapi sangat tergantung

kepada kesadaran dan keterlibatan para pengambil keputusan akan adanya impak pajak yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya. (Mohammad Zain, 2008,67)

Telah dijelaskan bahwa efisiensi pajak penghasilan dapat dicapai

dengan melakukan perencanaan pajak. Atas biaya operasional khususnya,

dimana biaya tersebut belum dimanfaatkan imtuk mengefisiensikan pajak

penghasilan badan. Jadi perencanaan pajak berpengaruh terhadap efisiensi beban pajak penghasilan badan pada suatu perusahaan.

(27)

14

1.5. Paradigma Penelitian

Metode Saldo Menurun Metode Garis

Lurus

Dalam Bentuk

Tunjangan

Dalam Bentuk Natura

Perencanaan Pajak atas Aset Tetap

Perencanaan Pajak atas Biaya Makan PT Mitra Abadi Karya Utama

Mengeflsiensikan Beban Pajak Penghasilan Badan

Metode analisis:

Kuantitatif (Nonstatistik)

Perbedaan

Penghematan Beban Pajak Penghasilan

Badan

Hipotesis Penelitian:

Penerapan perencanaan pajak berpengaruh terhadap efisiensi beban Pajak Penghasilan Badan pada PT

Mitra Abadi Karva Utama Permasalahan:

Perencanaan pajak belum sepenuhnya diterapkan, yaitu belum diterapkannya

prencanaan pajak atas penyusutan aset tetap dan biaya makan yang mengakibatkan beban Pajak Penghasilan Badan perusaliaan belum efisien.

Gambar 1

Paradigma Penelitian

(28)

1.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan perencanaan pajak pada PT Mitra Abadi Karya Utama belum sepenuhnya diterapkan.

2. Efisiensi beban pajak penghasilan badan pada PT Mitra Abadi Karya

Utama belum optimal.

3. Penerapan perencanaan pajak berpenganih terhadap efisiensi beban Pajak Penghasilan Badan pada PT Mitra Abadi Karya Utama.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pajak

2.1.1. Pengertian Perencanaan Pajak

Jumlah pajak dapat ditekan dengan cara yang legal yaitu menggunakan strategi dibidang perpajakan atau manajemen pajak.

Strategi dibidang peipajakan ini seriiig pula disebut dengan istilah perencanaan pajak (tax planning). Di Indonesia perencanaan pajak sering diartikan sama dengan manajemen pajak, hal tersebut tidak menjadi masalah karena pada dasamya perencanaan pajak adalali merupakan salah satu fiingsi dari manajemen pajak tujuannya bukan untiik mengelak membayar pajak, tetapi mengatur sehingga pajak yang dibayar tidak melebihi jumlah yang seharusnya.

Perencanaan pajak adalah usaha memperkecil pembayaran pajak (semua jenis pajak) atau menunda pembayaran pajak ke tahim-tahun berikutnya tanpa melanggar ketentuan undang-undang perpajakan, dengan cara:

1. Memilih metode yang tepat.

2. Memanfaatkan fasilitas peipajakan.

3. Memanfaatkan celah-celah undang-undang perpajakan (tax implication).

(Pardiat, 2009,2-3)

Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya, baik pajak pengasilan maupun pajak-pajak laiimya, berada dalam posisi yang minimal sepanjang hal ini dimimgkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun komersial. (Muhammad Zain, 2008,43)

16

(30)

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak {tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

(Erly Suandy, 2011, 6)

Tax planning involves planning in order to avail all axcemptions, deductions, and rebates provided in Act.

(Kaushal Kumar Agrawal, 2006, 3)

Daii definisi perencanaan pajak yang dikemukakan oleh para

pakar dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah sejumlah perencanaan di bidang perpajakan yang dibcntuk untuk meningkatkan efesiensi pengelolaan pajak, untuk mendapatkan

altematif terbaik dalam hal penghematan pajak tidak melanggar

ketentuan perpajakan dengan tujuan agar dapat meminimalisasi beban pajak.

Adapun tujuan daii dilakukannya perencanaan pajak oleh

suatu perusahaan adalah:

1. Meminimalisasi beban pajak terutang.

Tindakan yang hams diambil dalam rangka perencanaan pajak tersebut bempa usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam mang lingkup pemajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan.

2. Memaksimalkan laba setelah pajak.

3. Meminimalkan teijadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terdai pemeriksaaan pajak oleh fiskus.

(31)

18

4. Memenuhi kewjiban perpajakannya secara benar, efisien, dan efektif, ssuai dengan ketentuan perpajakan, yang antara lain

meliputi:

a. Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi, balk sanksi administrative maupim pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan hokum kurungan,

atau penjara.

b. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang

perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan pajak (PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 23).

Perencanaan pajak disini bukanlah untuk merugikan penerimaan negara, karena tujuannya untuk mengatur agar pajak yang dibayar dapat diminimalisasi dari jumlah yang seharusnya

tidak melanggar dari ketentuan yang berlaku.

2.1.2. Hal Peniing Dalam perencanaan Pajak

Setidak-tidaknya terdapat 3 hal yang harus diperhatikan

dalam suatu perencanaan pajak, yaitu:

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan

Jadi rekayasa perpajakan yang didesain dan diimplementasikan

bukan merupakan tax evasion.

2. Secara bisnis masuk akal (reasonable)

Kewajaran melakukan transaksi bisnis harus berpegangan

kepada praktik perdagangan yang sehat dan menggunakan

(32)

standard arm's length price, atau harga pasar yang wajar, yakni tingkat harga antara pmbeli dan penjual yang independen, bebas

melakukan transaksi.

3. Didukung oleh bukti-bukti pendukimg yang memadai

Kebenaran formal dan matenl suatu transaksi keuangan perusahaan dapat dibuktikan dengan adanya kontrak peijanjian dengan pihak ketiga atau purchase order (PO) dari pelanggan,

bukti penyerahan barang/jasa (delivery order), invoice, faktur

pajak sebagai bukti penagihannya serta pembukuaannnya

(general ledger).

2.1.3. Langkah-Iangkah Penting Dalam Penyusunan Perencanaan Pajak

Langkah-Iangkah yang hams mendapatkan perhatian dalam

penyusiman perencanaan pajak adalah:

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak, yang meliputi:

a. Usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam mang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi- sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana, seperti bunga, kenaikan denda, dan huktun kurungan atau penjara.

c. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan pemndang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran.

Pembelian dan fiingsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan pajak.

2. Situasi sekarang dan identiflkasi penduktmg dan penghambat tujuan, yang terdiri dari:

a. Identiflkasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang. Faktor ini umunya memiliki sifat yang permanent yang secara eksplisit terdapat dan melekat pada ketentuan

(33)

20

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Faktor tersebut merupakan parameter-parameter yang berpengaruh terbadap perencanaan jangka panjang.

b. Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai fungsi dan tanggimg jawab manajemen peipajakan serta memiliki manual tentang ketentuan dan tata cara manajemen perpajakan yang berlaku bagi seluruh personil

perusahaan.

c. Strategi dan perencanaan pajak yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan, dilakukan antara lain dengan cara inengadakan:

a. Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas yang memonitor perpajakan.

b. Mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat dilakukan tepat waktu.

(Mohammad Zain, 2008, 70)

2.1.4. Motivasi Dilaksanakaimya Perencanaan Pajak

Adapun motivasi dilakukannya perencanaan pajak bersumber daii tiga unsur perpajakan:

1. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Complexity of

rule)

Makin rumit peratman perpajakan, muncul kecenderungan wajib pajak untuk menghindarinya karena biaya untuk mematuhinya (compliance cost) menjadi tinggi.

2. Besamya pajak yang dibayar (Tax required to pay) Makin besar jumlah pajak yang hams dibayar, akan makin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan dengan cara memperkecil jumlah pembayaran pajaknya.

3. Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe)

Disengaja atau tidak, kadang-kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan memberikan uang sogokan kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan kewajiban

(34)

perpajakarmya. Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil pula kecenderungan wajib

pajak untuk melakukan pelanggaran.

4. Risiko deteksi (Probability of detection)

Risiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat

probabilitas apakah pelanggaran ketentuan peipajakan ini akan terdeteksi atau tidak. Makin rendah risiko terdeteksi, wajib pajak cendrung untuk melakukan pelanggaran, Sebaliknya, bila suatu pelanggaran mudah diketahui, wajib pajak akan

memilih posisi konservatif dengan tidak melanggar

aturan.

5.- Besamya denda (Size of penalty)

Makin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan cenderung mengambil posisi konseivatif dengan tidak melanggar ketentuan peipajakan. Sebaliknya makin lingan sanksi atau bahkan ketiadaan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka kecendnmgan untuk

melanggar akan lebih besar.

6. Moral masyarakat

Moral masyarakat akan memberi wama tersendiri dalam menentukan kepatuhan dan kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

(Pohan, 2013,18-20)

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak. Karena pajak itu mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakkukan investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluan atau kesempatan dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan:

a. Perbedaan tarif pajak (tax rates),

b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan

pajak (tax base).

(35)

22

c. Loopholes, shelters, havens.

2.1.5. Kewajiban Pajak

Adapun kewajiban pajak yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan sebagai berikut:

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan

3. Kewajiban raembayar dan menyetor pajak 4. Kewajiban membuat pembnkuan dan pencatatan 5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak

7. Kewajiban membuat faktur pajak (Erly Suandy, 2011,119)

2.1.6. Tujuan Perencanaan Formal dan Materil

Di dalam perencanaan pajak terdapat dua perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan Formal

Perencanaan formal adalah upaya penghematan dengan memenuhi ketentuan kewajiban perpajakan sesuai dengan tata cara atau prosedur yang ditcntukan undang-undang. Meliputi kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengukuhan kena pajak menyelenggarakan pembulcuan dan pencatatan, membayar pajak, menyampaikan surat pemberitahuan tahunan selain memotong dan memungut pajak. Penyediaan dan kewajiban pelaporan harus direncanakan supaya pembayaran pajak dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

2. Perencanaan Material

Perencanaan material adalah upaya penghematan pajak dengan memanfaatkan kelemahan dan celah peraturan serta pengecualian dan fasilitas perpajakan.

(Supardjo dikutip oleh Setiawan Susilo, 2011,22)

(36)

2.1.7. Aspek Formal dan Materil

Adapun dalam aspek formal dan materil di dalam

perencanaan pajak adalah:

1. Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang perpajakan. Oleh karena itu, ketidak pastian terhadap undang-undang dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan

pengelompokan hukum pajak aspek fonnal

administratif maupun aspek material substantif perlu untuk dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi administrasi maupun pidana.

Pungutan pajak melalui Direktorat Jenderal Pajak

berdasarkan pada Undang-undang ketentuan Umum

dan Tata cara Perpajakan, Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh), Undang-undang Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sebagai hukum positif semua undang-undang pajak tersebut diatur

lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, keputusan

presiden, keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktorat Jenderal pajak. Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran, Diijen Pajak mengeluarkan Surat edaran. Saat ini jumlah aturan-aturan pelaksanaan tersebut sudah sangat

banyak.

2. Aspek Material dalam Perencanaan Pajak

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat

berupa keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk mengoptimalkan alokasi siunber dana, manajemen

(37)

24

akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak

lebih (karena dapat mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana). Untuk itu objek pajak hams

dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan

objek pajak yang benar dan lengkap hams bebas dari berbagai rekayasa negatif.

(Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati. 2009) 2.1.8. Penghindaran Sanksi Pajak

Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang hams diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak;

1. Tidak melanggar ketentuan peipajakan. Bila suatu

perencanaan pajak dipaksal^ dengan melanggar

ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak mempakan risiko pajak yang sangat berbahaya dan justm mengancam keberhasilan perencanaan pajak

tersebut.

2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan, baik jangka panjang maupun pendek.

Oleh karena itu, perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu

sendiri.

3. Bukti-bukti pendukung memadai, misalnya dukungan peijanjian (agreement), faktur (invoice).

dan juga perlakuan akimtansinya (accounting treatment). (Erly Suandy, 2008,9)

2.1.9. Faktor Pajak

Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan apabila misalnya diingikan suatu beban pajak

penghasilan yang efisien, maka hams:

1. Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk pengerian penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau

(38)

penghasilan yang kena pajak diganti dengan penghasilan yang

tidak kena pajak atau pengenaan pajaknya ditangguhkan.

2. Tingkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau biaya

tertentu yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena

pajak dikurangi dan dialihkan ke biaya-biaya yang dapat

dikurangkan.

3. Perpanjang jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan atau peipendek jangka waktu biaya-biaya yang dapat dikurangkan.

4. Pertimbangkan antara naiknya pengliasilan dengan beban pajak yang meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan

berkurangnya beban pajak, dan hasil akhir (neto) hams mcmperbesar laba setelah pajak penghasilan.

2.1.10. Strategi Mengefisiensikan Beban Pajak Penghasilan Badan

Strategi yang dapat digunakan untuk mengefisiensikan beban pajak penghasilan badan adalah sebagai berikut:

1. Mengambil keuntimgan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum yang tepat yang sesuai dengan

kebutuhan dan jenis usaha.

2. Memilih lokasi pemsahaan yang akan didirikan.

Umumnya pemerintah memberikan semacam insentif pajak/fasilitas perpajakan khususnya untuk daerah tertentu (misalnya di Indonesia Bagian Timur).

3. Mengambil keuntungan sebesar-besamya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian,

potongan atau pengurangan atas pen^asilan kena

pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang.

4. Mendirikan pemsahaan dalam satu jalur usaha (corporate company) sehingga diatur mengenai penggunaan tarif pajak yang saling menguntungkan antara masing-masing badan usaha.

5. Mendirikan pemsahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya berfimgsi sebagai cost center.

(39)

26

6. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam benhik uang atau natura dan kenikmatan.

7. Pemilihan metode penilaian persediaan.

8. Untuk pendanaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi.

9. Pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku.

10.Menghindari daii pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak.

1 l.Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.

12.Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat

dilakukan dengan cara melakukan pembayaran p^a

saat mendekati tanggal jatuh tempo.

13.Menghindari Pemeiiksaan Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak.

(Erly Suandy, 2011, 121-123) 2.2. Pajak Penghasilan

2.2.1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian pajak penghasilan sesnai dengan pasal 1 Undang Undang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak

2.2.2. TarifPajak Penghasilan Badan 1. Tarif Pasal 17 Ayat (2a) UU PPh

Besamya tarif PPh adalah 25% (dua puluh lima persen) dan sudah diberlakukan sejak tahun 2010. Tarif PPh ini adalah tarif umum yang berlaku bagi semua WP Badan, khususnya WP Badan yang tidak memenuhi syarat Pasal 17 (2b) maupun Pasal

31EUUPPh.

2. Tarif Pasal 17 Ayat (2b) UU PPh

Bagi WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk atau go public), mendapat pengurangan tariff sebesar 5% (lima persen)

(40)

dari tarif normal atau dengan kata lain mulai Tahun Pajak 2010 tarif untuk WP Badan yang sudah go public adalah 20% (dua puluh persen). WP Badan yang berhak mendapat penurunan atau pengurangan tariff PPh ini adalah WP Badan yang sudah go public dengan kriteria sebagai berikut:

a. Saham diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

b. Jumlah saham yang dilempar ke public minimal 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki oleh minimal 300 pihak Q)emegang saham) baik orang pribadi atau pun badan.

c. Masing-masing pihak (peegang saham) hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor.

3. TarifPasal31EUUPPh

Besamya tariff PPh raenurut pasal ini adalah 50% (lima puluh persen) dari tarif umum yang disebutkan pada Pasal 17 Ayat (2a) UU PPh dan Pasal 17 Ayat (2b) UU PPh. WP Badan yang berhak mengenyam fasilitas ini adalah WP Badan yang jumlah peredaran brutonya daiam satu Tahun Pajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.

2.2.3. Pengakuan Beban Menurut Perpajakan

Seperti halnya penghasilan, ketentuan peraturan penmdang- undangan perpajakan tidak menetapkan secara spesifik derinisi beban dan pengakuannya, akan tetapi disatukan dalam pengertian pengurangan yang diperkenankan dari penghasilan bruto, dalam rangka menghitung besamya Penghasilan Kena Pajak. Pasal yang terkait dengan pengertian biaya fiskal dapat dikurangkan, terlihat pada pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan sebagai berikut:

(41)

28

Besamya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bnito dikurangi:

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekeijaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentiik uang, bunga, sewa, royalty, biaya peqalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.

b. Penyusutan atas pengeiuaran imtuk memperoleh harta benvujud dan amortisasi atas pengeiuaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

tahun.

c. luran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

d. Kemgian karena penjualan atas pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan. Kemgian selisih kurs mata uang asing.

e. Kemgian selisih kurs mata uang asing diakibatkan adanya

fluktuasi kurs sehari-hari temtama dalam kondisi kiisis moneter.

Pembebanan selisih kurs dilakukan berdasarkan sistem

pembukuan pemsahaan dengan syarat taat asas (konsisten).

(42)

f. Biaya penelitian dan pengembangan penisahaan yang dilakukan

di Indonesia.

g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan.

h. Piutang yang nyata sudah dapat ditagih dengan syarat:

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba ragi

komersial.

2. Wajib Pajak hams menyeralikan daflar piutang yang tidak

dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.

3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan

Negeri atau instansi pemerintah yang manangani piutang

negara, atau adanya peijanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan, atau lebih dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang

tertentu.

4. Wajib pajak hams menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak.

Adapun imtuk menentukan besamya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

Referensi

Dokumen terkait

Pertama yaitu gangguan pada konduksi cabang utama kanan dari berkas his yang disebut sebagai RBBB proksimal. Gangguan cabang utama kanan dari berkas his yang

60 Menit Data awal auditee Entry meeting dilaksanakan oleh tim auditor bersama auditee 5 Pelaksanaan kegiatan audit Program audit, kertas kerja audit, instrumen audit dan data

Berdasarkan uraian tentang bladbadan di atas, dapat diperoleh suatu pengertian bahwa bladbadan adalah suatu bentuk kias berupa kalimat atau untaian kalimat tidak lengkap yang

Data kemiringan yang bisa didapatkan dari accelerometer adalah pitch dan Roll Dimana sudut pitch dapat diperoleh dari percepatan gravitasi yang diukur pada sumbu x dan

Dalam pengelolaannya lebih diatur lagi dalam Undang Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan pengelolaan Liingkungan Hidup, Undang-undang 32 tahun 2009 ini

tarna, agama merupakan potmsi dasar yang terdapat dalam realitas sosial bangw In"dnnesiz, se h inga menafikan keberadaanny a mznEakan kesia-

d. Pemerintah Kota Semarang Dinas Pasar Kota Semarang pada khususnya sebisa mungkin didalam peraturan tersebut memuat materi-materi tentang masalah pengaturan pasar yang lebih

Kelebihan penggunaan marka RAPD adalah lebih mudah dalam aplikasi, lebih cepat, dan lebih murah jika dibandingkan dengan marka lainnya.Selain itu juga, marka RAPD telah