• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

COVER

SEPTEMBER

(2)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

INFOGRAFIS

“Tiongkok dan Amerika Serikat kembali bersitegang setelah Amerika Serikat menyambangi Taiwan. Di sisi lain, Tiongkok juga bersitegang dengan India menyusul konflik di perbatasan dan menyiagakan militernya. Bank Indonesia dan bank sentral Tiongkok menyepakati kerangka kerjasama penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral. Dari dalam negeri, Gubernur DKI Jakarta memutuskan untuk kembali memperketat pelaksanaan PSBB seiring dengan meningkatnya kasus baru yang semakin tinggi yang berdampak pada pembatasan operasional beberapa sektor.”

ISU UTAMA

• Tiongkok bersitegang dengan Amerika Serikat, Taiwan, dan India

• BI dan PBC sepakati kerangka kerja sama LCS

• PSBB DKI Jakarta kembali diperketat

Neraca Perdagangan: surplus USD2,4 miliar

Cadangan Devisa: USD135,2 miliar Nilai Tukar: Rp14.918/USD Suku Bunga: 4,00%

Inflasi: 1,42% (YoY)

KOMODITAS ENERGI

Minyak Mentah: USD40,6/bbl ↓ Gas Alam: USD1,9/mmbtu ↓ Batu Bara: USD54,6/mt ↑

KOMODITAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Minyak Kelapa Sawit: USD798,1/mt ↑ Kopi: USD1,6/kg -

Karet: USD1,9/kg ↑

KOMODITAS LOGAM DAN MINERAL

Bijih Besi: USD123,7/dmtu ↑ Nikel: USD14.857,5/mt ↑ Emas: USD1.921,9/toz ↓

(3)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

Perekonomian Global dan Domestik

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan Agustus masih sangat rendah, yakni sebesar 165,0 ribu, sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya.. Sebesar 65 persen kunjungan wisatawan mancanegara, ditempuh melalui jalur darat dengan kunjungan tertinggi melalui Entikong. Sejalan dengan angka tersebut, 54,2 persen wisatawan berkebangsaan Timor Leste dan 35,3 persen merupakan warga negara Malaysia.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara periode Januari hingga September 2020 secara keseluruhan, hanya mencapai 31,8 persen dari jumlah pada periode yang sama tahun 2019.

Penggunaan transportasi angkutan udara penerbangan domestik perlahan kembali meningkat. Pada Agustus, penumpang angkutan udara mencapai 2 juta orang. Sementara untuk penerbangan internasional masih stagnan sebanyak 30 ribu orang. Penumpang angkutan kereta api dan angkutan laut juga mulai meningkat.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada bulan Agustus meningkat 4,9 poin menjadi 32,9 persen.

TPK di Bali masih sangat rendah sebesar 3,7 persen. Provinsi dengan TPK yang cukup tinggi adalah Lampung yang mencapai 48,7 persen.

Pada 9 September 2020, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijkan tersebut diambil menyusul lonjakan kasus yang semakin meningkat tiap harinya selama masa PSBB transisi. Selain itu, kapasitas rumah sakit dan tenaga medis dianggap telah melampaui batas aman. Mulai 14 Septemer 2020, perkantoran non esensial harus kembali tutup kecuali 11 bidang yang diizinkan tetap beroperasi dengan pembatasan jumlah karyawan masuk. Pemberlakuan kebijakan tersebut berdampak pada mobilitas penduduk yang

kembali mengalami penurunan pada bulan September. Penurunan tertinggi terjadi di tempat perdagangan retail dan rekreasi. Mobilitas di tempat transit (bandara, stasiun, dsb.) semakin melambat hingga 36,0 persen dibawah periode Januari-Februari 2020. Sementara, mobilitas di tempat kerja tidak banyak berubah karena banyak kantor yang menerapkan kebijakan work from home secara konsisten sejak PSBB awal.

Gubernur Bank Indonesia dan Gubernur People’s Bank of China pada bulan September telah menyepakati pembentukan kerangka kerja sama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral dan investasi langsung (Local Currency Settlement, LCS).

Bentuk kerja sama meliputi antara lain, penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antarbank untuk mata uang Rupiah dan Yuan. Selain itu, kerja sama juga diperkuat dengan sharing informasi dan diskusi secara berkala antara otoritas Tiongkok dan Indonesia. Kesepakatan tersebut akan memperluas kerangka kerja sama LCS yang sudah ada antara BI dengan Bank of Thailand, Bank Negara Malaysia, dan Kementerian Keuangan Jepang.

5.310,7

4.842,8 4.870,0

4.600 4.700 4.800 4.900 5.000 5.100 5.200 5.300 5.400

1/9/2020 2/9/2020 3/9/2020 4/9/2020 7/9/2020 8/9/2020 9/9/2020 10/9/2020 11/9/2020 14/9/2020 15/9/2020 16/9/2020 17/9/2020 18/9/2020 21/9/2020 22/9/2020 23/9/2020 24/9/2020 25/9/2020 28/9/2020 29/9/2020 30/9/2020

Pergerakan IHSG

Sumber: Bursa Efek Indonesia

(4)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 7,0 persen sepanjang September 2020 dengan pergerakan di bawah 5.000. Pada 10 September 2020, kembali diberlakukan pembekuan perdagangan sementara (trading halt) akibat anjloknya IHSG hingga 5 persen. Anjloknya IHSG menyusul pengumuman dari Pemprov DKI Jakarta yang akan kembali memberlakukan PSBB ketat mulai 14 September 2020 hingga dua pekan ke depan. Trading haltt ini merupakan yang ketujuh sepanjang tahun 2020 setelah terakhir terjadi pada bulan Maret 2020. Pada 30 September 2020, IHSG ditutup pada level 4.870,0.

Sejalan dengan pergerakan IHSG, perkembangan nilai tukar Rupiah pada bulan September cenderung melemah. Nilai tukar Rupiah melemah 2,5 persen (MtM) yang terdampak tigginya ketidakpastian di pasar keuangan. Kondisi ini beriringan dengan koreksi pada mata uang Asia.

Posisi cadangan devisa pada bulan September 2020 turun menjadi USD135,2 miliar. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Posisi cadangan devisa pada bulan September setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor dan pembayaran atas luar negeri pemerintah.

Ekspor Indonesia pada bulan September meningkat 7,0 persen (MtM) menjadi USD14,0 miliar, nilainya sudah hampir sama dengan kinerja bulan September 2019. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan ekspor industri pengolahan sebesar 11,6 persen (MtM).

Ekspor hasil pertanian meningkat 16,2 persen (YoY) atau 20,8 persen (MtM), didorong oleh ekspor produk hortikultura, kopi, lada, dan udang.

Ekspor migas juga tumbuh positif sebesar 17,4 persen (MtM). Sementara, kinerja ekspor hasil pertambangan masih terkontraksi. Peningkatan ekspor terbesar pada bulan September terjadi pada besi dan baja.

Sejalan dengan ekspor, kinerja impor Indonesia pada bulan September juga meningkat 7,7 persen (MtM), tetapi masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Impor barang konsumsi turun 6,1 persen (MtM), disebabkan oleh turunnya impor raw sugar in solid form dan buah longan dari Thailand. Sementara impor bahan baku/penolong meningkat 7,2 persen (MtM) yang didorong oleh peningkatan impor gandum dari Ukraina, raw sugar of other cane sugar dari Thailand, dan cero alloy dari Afrika Selatan. Barang modal juga meningkat cukup tinggi sebesar 19,0 persen (MtM).

Secara keseluruhan, neraca perdagangan bulan September 2020 mengalami surplus USD2,4 miliar, 14.615

14.979

14.918

14.400 14.500 14.600 14.700 14.800 14.900 15.000 15.100

1/9/2020 2/9/2020 3/9/2020 4/9/2020 7/9/2020 8/9/2020 9/9/2020 10/9/2020 11/9/2020 14/9/2020 15/9/2020 16/9/2020 17/9/2020 18/9/2020 21/9/2020 22/9/2020 23/9/2020 24/9/2020 25/9/2020 28/9/2020 29/9/2020 30/9/2020

Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD)

Sumber: Bank Indonesia

110 115 120 125 130 135 140

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Posisi Cadangan Devisa (USD miliar)

Sumber: Bank Indonesia

(5)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai surplus ini juga lebih tinggi dari September 2019 yang mengalami defisit.

Sepanjang bulan Agustus hingga September 2020, terjadi deflasi MtM berturut-turut. Berlanjutnya penurunan harga di berbagai kab/kota kembali menyebabkan deflasi 0,05 persen (MtM) pada bulan September. Deflasi terjadi pada empat kelompok pengeluaran. Sementara itu, inflasi tahunan sebesar 1,4 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi cenderung tetap lebih rendah dibandingkan kondisi normal.

Kelompok makanan, minuman dan tembakau kembali mengalami deflasi sebesar 0,4 persen (MtM), didorong oleh turunnya harga daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, dan sayur- sayuran. Kelompok transportasi mencatat deflasi 0,3 persen (MtM) yang disebabkan penurunan tarif angkutan udara. Penurunan paling dalam terjadi di Pangkal Pinang yang mencapai 18 persen (MtM).

Sementara itu, kelompok pengeluaran pakaian dan alas kaki serta infokom keduanya mengalami deflasi tipis sebesar 0,01 persen (MtM).

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan yang mencapai 0,6 persen (MtM), didorong oleh kenaikan uang kuliah akademi/perguruan tinggi. Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga

mengalami inflasi sebesar 0,3 persen (MtM).

Peningkatan harga emas perhiasan masih menjadi pendorong inflasi pada bulan ini.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) juga mengalami deflasi pada bulan September 2020 sebesar 0,02 persen (MtM). Deflasi terjadi pada sektor pertanian dan pertambangan penggalian yang masing-masing sebesar 0,3 dan 0,2 persen (MtM). Deflasi pada bulan ini masih lebih rendah dibandingkan deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2020.

Harga Komoditas

Harga komoditas energi berpotensi melanjutkan pelemahan hingga akhir tahun, mengingat masih banyak sentimen yang turut menekan harga terutama minyak global. Kondisi perekonomian global saat ini dianggap masih lesu dan diperparah dengan bertambahnya kasus Covid-19, serta kampanye penggunaan energi bersih. Pada komoditas pertanian dan perkebunan, fenomena La Nina berpotensi mengganggu produksi berbagai hasil pertanian dan mendongkrak harga lebih tinggi. Sementara itu, aktivitas industri di beberapa negara yang mulai bergeliat telah menghidupkan kembali prospek komoditas logam industri. Sentimen yang perlu dicermati untuk perkembangan harga komoditas ke depan diantaranya, kondisi ekonomi global, kebijakan negara produsen energi, perkembangan kasus Covid-19 beserta vaksin, serta kondisi geopolitik.

Harga minyak mentah dunia pada bulan September 2020 bergerak melemah yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran infeksi virus covid-19 global dan pengaruhnya terhadap permintaan bahan bakar. Pasar juga dibayangi dengan rencana kembalinya ekspor dari Libya. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menambah pasokan saat permintaan melemah. Sementara itu, tingkat konsumsi minyak dunia saat ini berada di bawah rerata sebelum pandemi, sekitar 4 - 5 juta barel per

-2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan (USD miliar)

NERACA PERDAGANGAN EKSPOR TOTAL

IMPOR TOTAL Sumber: BPS

(6)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

hari. Penurunan jumlah penerbangan komersial kian memperburuk prospek permintaan.

Harga minyak rata-rata pada bulan September turun 6,6 persen (MtM) menjadi USD40,6 per barel.

Harga minyak mentah Brent dan Dubai sebesar USD41,1 per barel. Harga minyak mentah WTI turun 6,5 persen (MtM) menjadi USD39,6 per barel.

Sementara itu, harga minyak Indonesia (ICP) turun 10,1 persen (MtM) menjadi USD37,4 per barel.

Harga komoditas batu bara internasional meningkat 8,5 persen (MtM) menjadi USD54,6 per metrik ton. Fenomena La Nina berpotensi mengganggu daerah produsen batu bara. Banjir besar yang berdampak pada sistem rel atau pelabuhan dapat menyebabkan lonjakan harga batu bara. Sementara itu, harga batu bara acuan (HBA) domestik diturunkan dari USD50,3 menjadi

USD49,4 per ton. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pelemahan permintaan dari negara pengimpor utama seperti Tiongkok dan India.

Harga gas alam pada bulan September 2020 turun 16,3 persen (MtM) menjadi USD1,9 per mmbtu.

Pasokan gas alam Amerika Serikat yang terus membengkak di saat permintaan mulai menurun akibat perubahan cuaca membuat pergerakan harga gas melemah. Permintaan gas industri berada di level terendah sepanjang tahun ini semenjak tahun 2015 menyusul keputusan melakukan lockdown di tengah pandemi.

Harga komoditas pertanian dan perkebunan pada bulan September 2020 mayoritas mengalami penguatan, kecuali komoditas kopi yang stagnan.

Harga minyak kelapa sawit (CPO) menguat 5,0 persen (MtM) menjadi USD798,1 per metrik ton, didorong oleh kekhawatiran terganggunya proses produksi pada bulan September hingga akhir tahun ini. Faktor musim dan pembatasan aktivitas di kebun untuk menekan penyebaran Covid-19 diyakini akan menurunkan produktivitas dan meningkatkan harga. Proyeksi permintaan CPO tetap naik karena konsumsi untuk industri makanan naik terutama pada bulan Oktober yang terdapat festival di Tiongkok. Selain itu, kebutuhan industri perhotelan dan restoran yang kembali buka juga mendukung kenaikan harga CPO.

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Harga Minyak Mentah (USD/barel)

Dubai Brent WTI

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam

Batu Bara, Australia (USD/mt) Gas Alam, AS (USD/mmbtu)

0 200 400 600 800 1.000

0,0 5,0 10,0 15,0

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Perkembangan Harga Komoditas Pertanian

Kakao (USD/kg) Kopi, Robusta (USD/kg) Karet, SGP/MYS (USD/mt) Udang, Meksiko (USD/kg) Minyak Kelapa Sawit (USD/mt) (RHS) Kedelai (USD/mt) (RHS)

Sumber: Pink Sheet Sumber: Pink Sheet

Sumber: Pink Sheet

(7)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

Harga karet meningkat 9,4 persen (MtM) menjadi USD1,9 per metrik ton. Adanya gangguan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19 dan kenaikan harga minyak mentah dalam tiga bulan terakhir telah membantu harga karet bergerak bullish. Gangguan rantai pasok berdampak pada produksi karet global pada tahun ini yang berpotensi turun hingga 4,9 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya sebanyak 13,1 juta ton. Produksi karet juga dibayangi fenomena cuaca La Nina yang diprediksi terjadi pada kuartal akhir tahun ini.

Tekanan pasokan kedelai mendorong harga kedelai meningkat 10,2 persen (MtM) menjadi USD423,7 per metrik ton. Departemen Agrikultur Amerika Serikat melaporkan turunnya potensi produksi kedelai yang disebabkan ancaman gagal panen akibat badai. Di sisi lain, permintaan dari Tiongkok meningkat, ditunjukkan oleh data penjualan kedelai Amerika Serikat ke Tiongkok yang meningkat selama bulan September.

Pergerakan harga komoditas logam industri pada bulan September tahun 2020 menguat, tetapi harga komoditas emas justru melemah. Harga nikel meningkat menjadi USD14.857,5 per metrik ton. Kondisi serupa terjadi pada harga timah yang naik menjadi USD17.951,3 per metrik ton. Pasokan timah global diproyeksi akan mengalami berbagai tekanan sehingga akan semakin menopang harga.

Di sisi lain, permintaan timah olahan oleh salah satu konsumen terbesar, Tiongkok, berangsur pulih. Bijih besi juga melanjutkan penguatan pada bulan September 2020 menjadi USD123,8 per metrik ton.

Pada bulan September, harga emas dunia berbalik melemah menjadi USD1.921,9 per troy ons seiring dengan penguatan dolar AS. Di satu sisi, kondisi ini didorong oleh pasar yang masih menantikan keberlanjutan stimulus yang akan diberikan pemerintah Amerika Serikat, Di sisi lain, optimisme pemilihan presiden Amerika Serikat, menambah kekuatan dolar AS di hadapan emas.

0 50 100 150

0 5.000 10.000 15.000 20.000

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Perkembangan Harga Logam

Tembaga (USD/mt) Nikel (USD/mt) Timah (Usd/mt) Seng (USD/mt)

Bijih Besi, cfr spot (USD/dmtu) (RHS)

Sumber: Pink Sheet

1.921,9

1050 1150 1250 1350 1450 1550 1650 1750 1850 1950 2050

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Harga Emas (USD/troy ons)

Sumber: Pink Sheet

(8)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

Indikator Makro

Inflasi September 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

Neraca Perdagangan (USD miliar)

URAIAN 2019 2020

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

Neraca

Perdagangan -0,18 0,12 -1,40 -0,08 -0,64 2,51 0,72 -0,37 2,02 1,25 3,24 2,35 2,44 Migas -0,76 -0,84 -1,09 -1,00 -1,18 -0,95 -0,96 -0,29 -0,01 -0,95 -0,25 -0,35 -0,47 Nonmigas 0,60 1,01 -0,30 0,94 0,54 3,46 1,66 -0,08 2,10 1,36 3,52 2,71 2,91 Ekspor Total 14,10 14,93 13,95 14,45 13,63 14,06 14,09 12,16 10,45 12,01 13,70 13,07 14,01 Ekspor Migas 0,80 0,92 1,04 1,13 0,81 0,80 0,65 0,56 0,56 0,57 0,70 0,60 0,70 Ekspor Nonmigas 13,28 14,02 12,91 13,31 12,82 13,26 13,41 11,60 9,89 11,44 13,03 12,50 13,31 Impor Total 14,26 14,76 15,34 14,51 14,27 11,55 13,35 12,54 8,44 10,76 10,46 10,74 11,57 Impor Migas 1,59 1,76 2,13 2,13 1,99 1,75 1,61 0,85 0,66 0,68 0,96 0,95 1,17 Impor Nonmigas 12,67 13,00 13,21 12,37 12,28 9,80 11,75 11,68 7,78 10,08 9,51 9,79 10,40 Impor Menurut

Gol. Barang 14,26 14,76 15,34 14,51 14,27 11,60 13,35 12,54 8,44 10,76 10,47 10,74 11,57 Barang Konsumsi 1,41 1,44 1,67 1,65 1,47 0,88 1,27 1,22 0,93 1,41 1,11 1,19 1,12 Bahan Baku 10,26 10,88 11,17 10,40 10,58 8,88 10,28 9,36 6,11 7,58 7,39 7,75 8,32 Barang Modal 2,59 2,44 2,50 2,45 2,23 1,83 1,80 1,96 1,39 1,77 1,97 1,79 2,13 Cadangan Devisa 124,3 126,7 126,6 129,2 131,7 130,4 121,0 127,9 130,5 131,7 135,1 137,0 135,2 Sumber: Badan Pusat Statistik

Andil Inflasi Inflasi MtM Inflasi YoY

Inflasi Umum -0,05 -0,05 1,42

Makanan, Minuman, dan Tembakau -0,09 -0,37 1,78

Pakaian dan Alas Kaki 0,00 -0,01 1,04

Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga 0,01 0,07 0,66

Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,01 0,15 1,50

Kesehatan 0,00 0,16 3,24

Transportasi -0,04 -0,33 -0,72

Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,00 -0,01 -0,42

Rekreasi, Olahraga, dan Budaya 0,00 0,00 1,07

Pendidikan 0,03 0,62 1,34

Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,01 0,13 2,37

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,02 0,25 6,97

Inti 0,08 0,13 1,86

Harga Diatur Pemerintah -0,03 -0,19 0,63

Bergejolak -0,10 -0,60 0,55

Komponen Energi 0,00 0,01 -0,60

Komponen Bahan Makanan -0,10 -0,55 0,61

(9)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

September 2020

Pertumbuhan Ekonomi

2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1 2020:2 Produk Domestik Bruto (persen, YoY) 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 2,97 -5,32

Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 5,2 5,0 5,0 2,8 -5,5

Konsumsi LNPRT 9,1 17,0 15,3 7,4 3,5 -5,1 -7,8

Konsumsi Pemerintah 4,8 5,2 8,2 1,0 0,5 3,8 -6,9

PMTB 6,6 5,0 4,6 4,2 4,1 1,7 -8,6

Ekspor Barang dan Jasa 6,6 -1,6 -1,7 0,1 -0,4 0,2 -11,7

Impor Barang dan Jasa 11,9 -7,5 -6,8 -8,3 -8,0 -2,2 -17,0

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 2,3 1,8 5,3 3,1 4,3 0,0 2,2

Pertambangan dan Penggalian 14,0 2,3 -0,7 2,3 0,9 0,4 -2,7

Industri Pengolahan 3,2 3,9 3,5 4,1 3,7 2,1 -6,2

Listrik dan Gas 3,2 4,1 2,2 3,7 6,0 3,9 -5,5

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 0,6 8,9 8,3 4,9 5,4 4,6 4,6

Konstruksi 4,4 5,9 5,7 5,6 5,8 2,9 -5,4

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 5,2 4,6 4,4 4,2 1,6 -7,6

Transportasi dan Pergudangan 1,4 5,5 5,9 6,7 7,6 1,3 -30,8

Akomodasi dan Makan Minum 0,9 5,9 5,5 5,4 6,4 1,9 -22,0

Informasi dan Komunikasi 1,7 9,1 9,6 9,2 9,7 9,8 10,9

Jasa Keuangan dan Asuransi 3,6 7,2 4,5 6,1 8,5 10,6 1,0

Real Estate 2,6 5,4 5,7 6,0 5,9 3,8 2,3

Jasa Perusahaan 3,2 10,4 9,9 10,2 10,5 5,4 -12,1

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 1,4 6,4 8,9 1,9 2,1

3,2 -3,2

Jasa Pendidikan 2,3 5,6 6,3 7,8 5,5 5,9 1,2

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,9 8,6 9,1 9,2 7,8 10,4 3,7

Jasa lainnya 3,0 10,0 10,7 10,7 10,8 7,1 -12,6

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 14.838 3.784 3.964 4.067 4.019 3.923 3.687 Sumber: Badan Pusat Statistik

Referensi

Dokumen terkait

Proyeksi nilai PDB Sektor Pertanian Indonesia, Serapan Tenaga Kerja Pertanian dan Ekspor-Impor Pertanian Indonesia periode 2015-2019 dilakukan dengan menggunakan model

sebesar 66,51 persen dibandingkan dengan impor Desember 2016. Sementara bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016 impor Provinsi Kalimantan Utara mengalami

Sementara itu ekspor Sumatera Barat Januari 2014 juga turun sebesar 17,64 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.. Turun sebesar 17,64 persen

Kenaikan ekspor periode Januari-April tahun 2011 juga terjadi pada ekspor migas dan ekspor non migas yang masing-masing meningkat sebesar 34,01 persen dan 29,33 persen

Meski sedikit meningkat dibandingkan realiasi inflasi inti pada bulan sebelumnya (0,26%,mtm), perkembangan inflasi inti pada Agustus 2017 tersebut masih lebih rendah

Namun, jika dilihat dari nilai ekspor ataupun impornya, nilai ekspor-impor minyak mentah pada tahun 2020 lebih kecil dibandingkan tahun 2019 meskipun volumenya lebih

Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai ekspor Indonesia meningkat sebesar 1,28 persen, dengan nilai ekspor nonmigas tumbuh

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 lebih didorong oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 9,6 persen dan ekspor barang dan jasa terjaga dengan peningkatan 9,2 persen untuk mengimbangi