1
POTENSI RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI ALTERNATIF MINUMAN HERBAL DENGAN VARIASI
SUHU DAN LAMA PENGERINGAN
SKRIPSI
ANDI ASRIANI 1322060434
PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
POTENSI RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.)SEBAGAI ALTERNATIF MINUMAN HERBAL DENGAN VARIASI SUHU DAN LAMA
PENGERINGAN
SKRIPSI ANDI ASRIANI
1322060434
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Program Studi Agroindustri D-IV Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul : Potensi Rambut Jagung (Zea mays L.) Sebagai Alternatif Minuman Herbal dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan
Nama mahasiswa : Andi Asriani
NIM : 1322060434
Program studi : Agroindustri Tanggal lulus : 18 Agustus 2017
Disahkan oleh : Tim penguji 1. A. Ita Juwita, S.Si., M.Si.
2. Dr. Arham Rusli, S.Pi., M.Si.
3. Rahmawati Saleh, S.Si., M.Si.
4. Dr. Ir. Sitti Nurmiah, M.Si.
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama mahasiswa : Andi Asriani
NIM : 1322060434
Program studi : Agroindustri
Perguruan tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul:
“Potensi Rambut Jagung (Zea mays L.) Sebagai Alternatif Minuman Herbal dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan” adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Pangkep, 18 Agustus 2017
Penulis
iv
ANDI ASRIANI (1322060434) Potential Corn Silk (Zea mays L.) As an Alternative of Herbal Beverage with Temperature and Drying Variations.
Supervised by A.ITA JUWITA and ARHAM RUSLI.
SUMMARY
Herbal beverage of corn silk is a drink made of corn silk with the addition of ginger as a natural flavor. Herbal beverage are a beverage favored by many people. This research aimed to determine the formulation of the use of corn silk and ginger, and the drying process of produce herbal beverage made from corn silk.
This research consists of two stages: the first stage to examine the best proportion of corn silk and ginger, and the second stage to examine the best temperature and time of drying produce of corn silk herbal beverage. The research was conducted using Completely Randomized Design. The treatment applied in the first stage of the study was the proportion of corn silk and ginger, 70:30, 80:20, 90:10 respectively. The second stage of research was applied temperature treatment of 50oC and 60oC with 5 and 6 hours drying time. The research data was processed using analysis of variance and Duncan's Multiple Range Test (DMRT).
Parameters observed were analysis of phenolate, tannin, moisture and ash content in corn silk herbal beverage. The results of the first stage showed that the best proportion of the use of corn silk and ginger was 70: 30. The second phase of this research showed that the use of temperature and drying time significantly affect the tannins, moisture, and ash content in corn silk herbal beverage, but not significantly affect to phenolic content. Based on tea quality requirements indicated that the best temperature and drying time treatment of this study were respectively 60°C for drying temperature and 5 hours for drying time. The quality of corn silk herbal beverage this treatment was Phenolate 3.02±0.14 ppm; tannin 0.23 ± 0.23×10-3 %, moisture 8.16 ± 0.23%; and ash 5.07 ± 0.07%.
Keyword: ginger, herbal beverage, corn silk, drying temperature, drying time.
v
ANDI ASRIANI (1322060434) Potensi Rambut Jagung (Zea mays L.) Sebagai Alternatif Minuman Herbal dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan.
Dibimbing oleh A.ITA JUWITA dan ARHAM RUSLI.
RINGKASAN
Minuman herbal rambut jagung merupakan minuman yang terbuat dari rambut jagung dengan penambahan jahe sebagai perasa alami. Minuman herbal merupakan minuman yang disukai oleh banyak orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi penggunaan rambut jagung dan jahe, dan proses pengeringan pada pembuatan minuman herbal rambut jagung
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama untuk mengetahui proporsi terbaik rambut jagung dan jahe dan penelitian tahap kedua untuk mengetahui suhu dan waktu pengeringan terbaik pada pembuatan teh herbal rambut jagung. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diterapkan pada penelitian tahap pertama adalah proporsi rambut jagung dan jahe masing-masing adalah 70:30, 80:20, 90:10.
Penelitian tahap kedua diterapkan perlakuan suhu yaitu 50oC dan 60oC dengan lama pengeringan 5 dan 6 jam. Data hasil penelitian diolah menggunakan analisis keragaman dan uji beda berjarak ganda Duncan.
Parameter yang diamati yaitu analisis kadar fenolat, kadar tanin, kadar air dan kadar abu pada minuman herbal rambut jagung. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa formulasi penggunaan rambut jagung dan jahe yang terbaik adalah 70:30. Hasil penelitian tahap kedua menunjukan bahwa penggunaan suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap kandungan tanin, kadar air, kadar abu pada minuman herbal rambut jagung, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan fenolat. Berdasarkan syarat mutu teh menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan waktu pengeringan terbaik dari penelitian ini masing-masing adalah 60°C untuk suhu pengeringan dan 5 jam untuk waktu pengeringan. Mutu teh dari perlakuan ini adalah fenolat 3,02±0,14 ppm, tanin 0,23 ± 0,23 × 10-3%, kadar air 8,16 ± 0,23% dan kadar abu 5,07 ± 0,07%.
Kata kunci : jahe, minuman herbal, rambut jagung, suhu pengeringan,waktu pengeringan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Potensi Rambut Jagung (Zea mays L.) sebagai Alternatif Minuman Herbal dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma IV (D4) Program studi Agroindustri jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa penulis hanturkan terima kasih kepada kedua orang tua saya Andi Cenggeng dan Andi Wahida beserta segenap keluarga besar atas segala dukungannya baik secara materil maupun do’a restunya bagi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu A.Ita Juwita, S.Si., M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Arham Rusli, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan kepada penulis. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rahmawati Saleh, S.Si., M.Si selaku penguji I dan ibu Dr.Ir. Sitti Nurmiah, M.Si selaku penguji II.
2. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP. selaku ketua program studi Agroindustri.
3. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si. selaku Ketua Jurusan Tekonologi Pengolahan Hasil Perikanan.
4. Bapak Dr. Ir. Darmawan MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, beserta seluruh jajarannya.
5. Rekan-rekan seperjuangan Agroindustri angkatan XXVI dan rekan sealmamater yang tidak saya sebut namanya satu persatu, semoga persamaan yang tidak terlupakan seumur hidup dan akan selalu ada.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan konstribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkhususnya di bidang pangan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca sekaligus permohonan maaf bila dalam penulisan skripsi ini terdapat kekeliruan di dalamnya.
Pangkep, 18 Agustus 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
SUMMARY ... iv
RINGKASAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rambut Jagung ... 4
2.2 Komposisi Kimia Rambut Jagung ... 5
2.3 Pengolahan Rambut Jagung ... 6
2.4 Jahe ... 7
2.5 Pengeringan ... 10
2.6 Fenolat ... 10
2.7 Tanin ... 13
2.8 Kadar Air ... 15
2.9 Kadar Abu ... 16
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 17
3.2 Alat dan Bahan ... 17
3.3 Metode Penelitian ... 17
3.3.1 Penelitian Pendahuluan ... 17
3.3.2 Penelitian Utama ... 18
3.4 Rancangan Percobaan ... 18
3.5 Prosedur Kerja ... 19
3.5.1 Proses Pembuatan Minuman Herbal Rambut Jagung .. 19
3.5.2 Analisa Fenolat ... 20
3.5.3 Analisa Kadar Tanin ... 20
3.5.4 Analisa Kadar Air ... 21
ix
3.5.5 Analisa Kadar Abu ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Minuman Herbal Rambut Jagung ... 23
4.2 Analisa Fenolat ... 24
4.3 Analisa Tanin ... 26
4.4 Analisa Kadar Air ... 27
4.5 Analisa Kadar Abu ... 28
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Struktur Kimia Flavonoid ... 11
2. Struktur Kimia Saponin ... 12
3. Struktur Kimia Antosianin ... 13
4. Alur Proses Pembuatan Minuman Herbal Rambut Jagung ... 19
5. Serbuk MinumanHerbal Rambut Jagung ... 23
6. Grafik Fenolat Minuman Herbal Rambut Jagung ... 25
7. Grafik Tanin Minuman Herbal Rambut Jagung ... 26
8. Grafik Kadar Air Minuman Herbal Rambut Jagung ... 27
9. Grafik Kadar Abu Minuman Herbal Rambut Jagung ... 29
xi
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kandungan dan komposisi senyawa kimia rambut jagung ... 5
2. Syarat mutu alternatif minuman herbal dalam kemasan... 7
3. Kandungan gizi jahe (Zingiber officinale) ... 8
4. Rancangan percobaan ... 18
5. Data pengujian kandungan minuman herbal rambut jagung .... 24
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh merupakan minuman yang terbuat dari pucuk daun teh muda yang telah mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis dan pengeringan (Juniaty, 2013). Teh merupakan salah satu jenis minuman yang digemari oleh seluruh masyarakat Indonesia maupun dunia (Rofiah, 2015).
Minuman teh tidak hanya dibuat dari pucuk daun teh tetapi dapat dibuat dari tanaman yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Dengan demikian teh dapat menjadi minuman fungsional. Salah satu bahan yang memiliki potensi untuk diolah menjadi teh adalah rambut jagung.
Rambut jagung adalah salah satu bagian dari tanaman jagung yang sering diabaikan masyarakat dan dianggap sebagai limbah industri dan rumah tangga, padahal rambut jagung dapat berpotensi sebagai obat herbal. Melihat angka produktivitas tanaman jagung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga rambut jagung yang dihasilkan juga semakin meningkat.
Menurut Rahmayani (2007) secara optimal rambut jagung belum dimanfaatkan karena mengingat rambut jagung merupakan bagian tanaman yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung.
Rambut jagung mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya terdapat senyawa yang berfungsi sebagai zat penurun tekanan darah.
Selain itu kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi pada rambut jagung seperti saponin, flavonoid, dan beta karoten dapat melindungi sel melawan radikal bebas membuat rambut jagung berpotensi untuk digunakan sebagai obat hipertensi (Rahmayani, 2007). Guo (2009) melaporkan bahwa rambut jagung mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-garam kalsium, kalium, magnesium, dan natrium. Untuk meningkatkan fungsional dari minuman teh juga dapat ditambahkan beberapa bahan seperti jahe.
Jahe merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai bumbu masakan, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit dan berbagai minuman (Koswara, 2012). Jahe memiliki senyawa antioksidan yang
2
tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas yang dihasilkan oleh sel-sel kanker (Manju, 2005). Pemakaian antioksidan makin berkembang ke arah pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah produk sampingan proses biokimiawi tubuh yang menggangu (Soehardi, 2004). Aktivitas antioksidan merupakan komponen bioaktif dari senyawa fenolat yang merupakan metabolit sekunder yang secara alami terdapat pada sayuran dan buah-buahan serta minuman seperti teh (Palupi, 2015).
Berdasarkan hal tersebut penelitian tentang proses pembuatan alternatif minuman herbal dengan berbahan dasar rambut jagung yang diversifikasi terhadap produk pangan dilakukan untuk meningkatkan potensi gizi dan senyawa aktif yang terkandung dalam produk pangan tersebut, sehingga produk tersebut memiliki nilai tambah yang lebih baik. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap komposisi kimia pada serbuk alternatif minuman herbal rambut jagung khususnya kandungan fenolat, kandungan tanin, kadar air, kadar abu.
1.2 Rumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana formulasi alternatif minuman herbal dari campuran rambut jagung dan jahe?
b. Bagaimana pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap mutu alternatif minuman herbal rambut jagung?
c. Bagaimana kandungan kimia dari minuman herbal rambut jagung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini adalah a. Membuat formulasi alternatif minuman herbal dari campuran rambut jagung
dan jahe,
b. Menentukan pengaruh suhu dan waktu pengeringan terbaik terhadap mutu alternatif minuman herbal rambut jagung,
3
c. Menganalisis kandungan kimia dari minuman herbal rambut jagung.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Memberikan informasi baru tentang pengolahan jahe dan rambut jagung, b. Mengembangkan diversifikasi pangan mengenai teh herbal,
c. Meningkatkan nilai ekonomis rambut jagung dan jahe.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rambut Jagung
Pengolahan jagung tidak hanya menghasilkan makanan yang enak, akan tetapi menghasilkan limbah yang berupa bonggol jagung, rambut jagung, dan kulit jagung. Biasanya limbah kulit jagung dimanfaatkan untuk pakan ternak dan juga bungkus rokok, sedangkan bonggol jagung dekeringkan untuk kayu bakar, dan limbah jagung yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah rambut jagung.
Rambut jagung merupakan sekumpulan stigma yang halus, lembut, terlihat seperti benang maupun rambut yang berwarna kekuningan. Rambut jagung berasal dari bunga betina dari tanaman jagung. Pada awalnya rambut jagung biasanya hijau muda, lalu akan berubah menjadi merah, kuning maupun, coklat muda. Rambut jagung memiliki panjang bisa mencapai sampai 30 cm atau lebih (Prasiddha, 2016). Di Sulawesi Selatan memiliki luas panen tanaman jagung pada tahun 2007 yaitu 206.387 ha dengan tingkat produksi jagung 696. 082 ton sehingga tingkat produktivitasnya mencapai 3,37 ton/ha (BPS Prov. Sulsel 2008).
Dari banyak jumlah ketersediaan jagung ini, memberikan potensi banyaknya limbah rambut jagung yang tinggi.
Menurut Dalimarta (2009) rambut jagung memiliki manfaat bagi tubuh, yaitu untuk dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), rambut jagung juga berfungsi untuk mencegah penyakit sampingan akibat hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh bidang penelitian dan pengembangan departemen pertanian indonesia, rambut jagung memiliki kandungan kalium 7,12%, dimana kalium tersebut bermanfaat untuk memulihkan stamina, mengatur keseimbangan elektrolit tubuh, dan penting bagi sistem saraf dan kontraksi otot. Rambut jagung memiliki banyak manfaat dalam pengobatan dimana rambut jagung memiliki kandungan senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan manusia.
5 2.2 Komposisi Kimia Rambut Jagung
Rambut jagung merupakan bagian dari tanaman jagung yang memiliki banyak manfaat dalam pengobatan karena rambut jagung memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan. Kandungan dan komposisi kimia rambut jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Senyawa Kimia Rambut Jagung
Senyawa Kimia Lo (ppm) Hi (ppm)
Alkaloid 500
Aluminium 213
Ascorbic Acid 11
Ash 33000
Beta-Sitosterol 1300
Calcium 2520
Carbohidrat 825000
Carvacrol 144 216
Chlorogenic Acid Belum Diketahui
Chromium 13
Cobalt 64
Daucosterol 440
EO 800 1200
Ethanol Belum Diketahui
Fat 25000 43000
Fiber 81000
Iron 504
Magnesium 1790
Manganese 34
Niacin 25
Phosphorus 287
Potassium 12200
Protein 99000
Riboflavin 1,5
Saponin 23000 32000
Selenium 5,7
Sodium 130
Stearic Acid Belum Diketahui
Thiamin 2,1
Water 620000
Sumber :Duke(2004)
6 2.3 Pengolahan Rambut Jagung
Rambut jagung merupakan hasil samping atau limbah yang biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena rambut jagung memiliki kandungan kimia yang baik untuk kesehatan manusia seperti untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah (Nuridayanti, 2011). Ekstrak air rambut jagung dapat menyembuhkan gagal ginjal berdasarkan penelitian Djatiningsih (2006) yang menunjukan hasil positif untuk penyembuhan gagal ginjal pada tikus.
Menurut Rahmayani (2007) rambut jagung mengandung banyak senyawa kimia yang diantaranya berfungsi sebagai zat penurun hipertensi karena kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi seperti saponin, flavonoid, beta karoten serta kandungan metabolit sekunder lainnya yang akan melindungi sel melawan radikal bebas membuat rambut jagung berpotensi untuk dijadikan sebagai minuman herbal.
Alternatif minuman herbalatau teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman yang bukan berasal dari tanaman teh Camellia sinensis (Yudana, 2004). Teh herbal dapat dikonsumsi sebagai minuman sehat yang praktis tanpa mengganggu rutinitas sehari-hari dan tetap menjaga kesehatan tubuh. Teh herbal yang dibuat diharapkan dapat meningkatkan cita rasa dari tiap bahan yang digunakan tanpa mengurangi khasiatnya.
Alternatif minuman herbal merupakan salah satu minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat atau manfaat dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai penyegar (Hambali 2006). Sedangkan Ravikumar (2014) menyatakan alternatif minuman herbalumumnya campuran dari beberapa bahan yang biasa disebut infusi/tisane. Infusi/tisane terbuat dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain yang memiliki manfaat. Untuk meningkatkan fungsional dari minuman teh herbal rambut jagung dapat ditambahkan jahe. Syarat mutu alternatif minuman herbaldalam kemasan berdasarkan SNI 3836:2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Syarat Mutu Alternatif Minuman Herbal dalam Kemasan Menurut SNI 3836:2013
Kriteria uji Satuan Persyaratan
Keadaan air seduhan
Warna - Khas produk teh
Bau - Khas produk teh
Rasa - Khas produk teh
Kadar polifenol (b/b) % Min. 5.2
Kadar air (b/b) % Maks. 8,0
Kadar ekstrak dalam air (b/b) % Min. 32
Kadar abu total (b/b) % Maks. 8,0
Kadar abu larut dalam air dari abu total (b/b)
Min. 45 Kadar abu tak larut dalam asam (b/b) % Maks. 1,0 Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai
KOH) (b/b)
% 1-3
Serat kasar % Maks. 16,5
Cemaran logam
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
Cemaran mikroba :
Angka lempeng total (ALT) Koloni/g Maks. 3x103
Bakteri Coliform APM/g < 3
Kapang Koloni/g Maks. 5x102
Sumber : BSN, 2013
2.4 Jahe (Zingiber officinale Rosc)
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang ada di Indonesia. Sebagai negara tropis Indonesia merupakan daerah yang cocok untuk tanaman jahe. Namun pada kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
8 Klasifikasi tanaman jahe adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan tanaman rempah penting yang digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe memiliki sifat khas yang harum dan berasa pedas. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak jahe, sedangkan rasa pedas jahe disebabkan oleh oleoresin (Ravindran, 2005).
Kandungan gizi yang dimiliki jahe dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi Jahe (Zingiber officinale) per 100 gram
Komponen Jumlah
Jahe Segar (Bb) Jahe Kering (Bk)
Energi (kj) 184 1424
Protein (g) 1,5 9,1
Lemak (g) 1 6
Karbohidrat (g) 10,1 70,8
Kalsium (mg) 21 116
Phospat (mg) 39 148
Besi (mg) 4,3 12
Vitamin A (SI) 30 147
Thiamin (mg) 0,02 -
Niasin (mg) 0,8 5
Vitamin C (mg) 4 -
Serat Kasar (g) 7,53 5,9
Total Abu (g) 3,7 4,8
Magnesium (mg) - 184
Natrium (mg) 6 32
Kalium (mg) 57 1342
Seng (mg) - 5
Sumber : Koswara, 2012
9
Menurut Kusumaningati(2009) kemampuan jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas dari komponen fenolat total yang terkandung didalamnya, dimana jahe memiliki kandungan fenolat tinggi dibandingkan tomat dan mengkudu.
Komponen-komponen fenolat pada jahe dapat berkontribusi terhadap flavor jahe.
Beberapa sayuran dan rempah mengandung turunan fenolik yang menyebabkan karakteristik panas, tajam dan sensasi menyengat dalam mulut yang disebut pungensi (kepedasan). Seyawa fenol jahe merupakan bagian komponen oleoresin yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe
Jahe merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat untuk penyembuhan. Jahe salah satu dari beberapa jenis tanaman rempah-rempah yang bisa digunakan sebagai obat tradisional yang sudah digunakan sejak masyarakat kuno. Secara ilmiah jahe telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas salah satu sel darah putih. Hasil ini mendukung data empiris yang dipercaya masyarakat bahwa jahe mempunyai kemampuan sebagai anti masuk angin, suatu gejala menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang oleh virus (influenza).
Jahe juga memiliki aktivitas antioksidan. Studi pada mahasiswa yang diberi minuman jahe menunjukkan adanya perbaikan sistem imun (kekebalan tubuh).
Kemajuan ini mendorong lahirnya berbagai produk pangan fungsional dengan berbagai klaim khasiat serta manfaatnya (Ardiansyah, 2005).
Manfaat jahe bagi kesehatan manusia yaitu menghangatkan tubuh, mengatasi perut kembung dan masuk angin, mengobati demam, batuk pilek, melancarkan sistem pencernaan, menurunkan berat badan, mengatasi mabuk perjalanan, mengobati sakit kepala, mengobati rasa memar dan nyeri, menangkal radikal bebas, membersihkan kotoran dalam tubuh, menurunkan kolestrol, mencegah penyakit kanker, mengobati sakit gigi, mencegah siklus menstruasi yang tidak teratur, meredakan nyeri pada sendi dan otot kaku, dan sebagai anti peradangan.
10 2.5 Pengeringan
Pembuatan minuman herbal sangat erat kaitannya dengan penggunaan suhu pengeringan dan lama pengeringan yang dapat mempengaruhi karakteristik teh herbal. Pengeringan yaitu aplikasi pemanasan melalui kondisi yang teratur, sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air dalam suatu bahan dengan cara diuapkan. Penghilangan air dalam suatu bahan dengan cara pengeringan mempunyai satuan operasi yang berbeda dengan dehidrasi. Dehidrasi akan menurunkan aktivitas air yang terkandung dalam bahan dengan cara mengeluarkan atau menghilangkan air dalam jumlah lebih banyak, sehingga umur simpan bahan pangan menjadi lebih panjang atau lebih lama (Muarif, 2013).
Udara yang terdapat dalam proses pengeringan mempunyai fungsi sebagai pemberi panas pada bahan, sehingga menyebabkan terjadinya penguapan air. Fungsi lain dari udara adalah untuk mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan yang dikeringkan. Kecepatan pengeringan akan naik apabila kecepatan udara ditingkatkan.
Kadar air akhir apabila mulai mencapai kesetimbangannya, maka akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik atau dengan kata lain lebih cepat (Muarif, 2013).
Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas harus diberikan pada bahan yang akan dikeringkan, dan air harus dikeluarkan dari dalam bahan. Dua fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke dalam dan perpindahan massa keluar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kecepatan pengeringan adalah luas permukaan, perbedaan suhu sekitar, kecepatan aliran udara, kelembaban udara, lama pengeringan. Selama proses pengeringan faktor- faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh herbal kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis herbal dan cara pengeringannya. Herbal dapat dikeringkan pada suhu 30oC-90oC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60oC (Laelasari, 2016).
2.6 Fenolat
Senyawa fenolatmerupakan senyawa yang memiliki komponen bioaktif aktivitas antioksidan yang secara alami terdapat pada sayuran, buah-buahan dan pada minuman seperti teh (Palupi, 2015). Fenolat memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini
11
diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol.
Senyawa fenolat meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus OH-. Senyawa fenolat dialam terdapat sangat luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun bunga dan buah.
Senyawa fenolat merupakan senyawa bahan alam yang cukup luas penggunaanya.
Pada industri makanan dan minuman, senyawa fenolat berperan dalam memberikan aroma yang khas pada produk makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan minuman dan sebagai antioksidan. Senyawa fenolat yang terdapat dalam rambut jagung yaitu flavonoid seperti quersetin, alkaloid, fenol sederhana seperti asam p-kumarik, saponin, tanin, antosianin, dan protokatekin.
a. Flavonoid
Senyawa flavonoid merupakan kelompok senyawa polifenol terbesar yang ditemukan di alam. Sifat khas flavonoid yaitu memiliki bau yang sangat tajam, dapat larut dalam air dan mudah terurai pada temperatur tinggi. Pada teh rambut jagung, senyawa flavonoid pada manusia berfungsi sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal. Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol.
Secara umum, flavonoid merupakan senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Senyawa flavonoid memiliki struktur kimia yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Kimia Flavonoid
12 b. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida yang terdapat pada tanaman dengan konsentrasi tinggi, dan tidak bersifat toksik pada manusia. Senyawa saponin berfungsi sebagai antimikroba. Sifat-sifat dari saponin yaitu mempunyai rasa pahit, dalam larutan air membentuk busa stabil, menghemolisa erotrosit, merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainnya, sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi, berat molekul relatif tinggi dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati. Saponin mengandung senyawa aktif emolgatur yang dapat membuat emulsi. Jika dikocok di air akan menimbulkan busa dan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Senyawa saponin memiliki struktur kimia yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Kimia Saponin c. Antosianin
Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Supriyono, 2008) Antosianin banyak dimanfaatkan sebagai senyawa antioksidan (Braunlich, 2013).
Senyawa antosianin memberikan pigmen pada beberapa bagian tumbuhan, mulai dari warna merah, ungu dan kuning. Dengan adanya pigmen warna tersebut beberapa tumbuhan dapat menarik serangga atau hewan kecil lainnya dalam membantu proses penyerbukan (Grotewold, 2006). Senyawa antosianin memiliki struktur kimia yang dapat dilihat pada Gambar 3.
13 Gambar 3. Struktur Kimia Antosianin
2.7 Tanin
Tanin merupakan senyawa yang tidak berwarna hingga kekuning-kuningan dan terdapat pada teh karena dapat menentukan kualitas teh dimana dalam pengolahan dan perubahannya selalu dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu rasa, warna, aroma. Berdasarkan penelitian Fajrina (2016) hasil analisa kandungan tanin akan dipengaruhi oleh tingkat kehalusan dan tingkat pengeringan.
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman.Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat resisten terhadap degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen (Kondo, 2004).Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville, 2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tannin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).
Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam polifenol dan gula sederhana.Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral panas dan enzim-enzim saluran
14
pencernaan.Tanin yang tergolong tanin terkondensasi, banyak terdapat pada buah- buahan, biji-bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada bahan non-pangan.Tannin merupakan komponen polifenol yang mampu mengikat dan mempresipitasi protein. Tannin terdiri dari molekul olagomerik ang memiliki fenol bebas didalamnya, larut dalam air, serta mampu mengikat protein.
Menurut Susanti (2000), sifat utama tanin pada tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH yang terkandung dalam tanin. Secara garis besar tanin memiliki sifat yaitu :tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid; semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya; reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama; tanin mulai terurai pada suhu 98,8 0C; tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim; ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dariikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen; tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak; warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka.
Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya membentuk ikatan komplek dengan protein.Kemampuan tanin untuk mengendapkan protein ini disebabkan tanin memiliki sejumlah group fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul-molekul protein, oleh karena itu secara umum tanin dianggap sebagai anti-nutrisi yang merugikan.Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan.Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut (Makkar, 1993). Menurut Ariningsih (2004), ikatan kovalen terbentuk apabila
15
tanin telah mengalami oksidasi dan membentuk polimer quinon yang selanjutnya melalui reaksi adisi eliminasi atom N dari gugus asam amino protein menggantikan atom oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan hidrogen yang terbentuk merupakan ikatan antara atom H yang polar dengan atom O baik dari protein (dari asam amino yang memiliki rantai samping non-polar) atau tanin (cincin benzena), adapun yang mendominasi kekuatan ikatan ini adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.
2.8 Kadar air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Bakteri, kapang dan khamir akan mudah berkembangbiak apabila suatu bahan pangan memiliki kadar air yang tinggi, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
Penentuan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan metode oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tesebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batasa agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air (Astuti, 2010).
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantung pada sifat bahan yaitu bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah. Bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air
16
dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi penentuankadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer.
2.9 Kadar abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang ada pada suatu bahan pangan. Bahan unsur tediri dari unsur-unsur mineral.
Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pengabuan akan terbakan akan tetapi bahan anorganik tidak ikut terbakar.
Kadar abu ditentukan berdasarkan kehilangan berat setelah pembakaran dengan syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut (Sudarmadji, 2003). Mineral terbagi menjadi empat yaitu: Garam organik (garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat); garam anorganok (garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat); senyawa komplek (klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe); kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya.
Penetuan kadar abu dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mencari jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan kadar abu dapat ditentukan dengan cara cara langsung yaitu mengabukan dalam tanur pada suhu 500oC-600oC sampai semua karbon hilang dalam bahan makanan.
17
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017 di Laboratorium Pengujian Mutu dan Laboratorium Biokimia Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, oven hammert, baskom, blender, gelas plastik, kompor gas, sendok, tapisan, timbangan analitik, gelas ukur, spektrofotometer UV-Vis SP-300, corong, desikator, erlenmeyer, cawan petri, penjepit cawan, pipet skala, bulb, labu takar, kuvet, cawan abu porselin, platform shaker, tabung reaksi, gelas piala, spatula.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rambut jagung muda, jahe, gula pasir, aquades, metanol, etanol, reagen folin ciocalteu, asam galat, larutan Na2CO3.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui formulasi penggunaan rambut jagung dan jahe yang terbaik untuk membuat alternatif minuman herbal rambut jagung. Formulasi penggunaan rambut jagung dan jahe (R:J) yang akan digunakan yaitu 90:10; 80:20; 70:30 menggunakan suhu 55oC dengan lama pengeringan 5 jam.
Penelitian pendahuluan ini akan dilakukan respon pengamatan secara uji organoleptik dengan menggunakan metode uji hedonik oleh 15 orang panelis terhadap warna, aroma, dan rasa yang terbaik terhadap alternatif minuman herbal
18
rambut jagung yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji organoleptik pada penelitian pendahuluan, sampel yang terpilih akan digunakan pada penelitian utama.
3.3.2 Penelitian utama
Penelitian utama ini akan dilakukan rancangan perlakukan berdasarkan formulasi yang dihasilkan dari penelitian pendahuluan. Pada penelitian utama ini ada 2 faktor yang dikaji, faktor pertama yaitu suhu pengeringan (A) terdiri dari 2 taraf yaitu (A1) 50oC, (A2) 60oC. Faktor kedua yaitu lama pengeringan (B) yang terdiri dari 2 taraf yaitu (B1) 5 jam, (B2) 6 jam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisa data menggunakan SPSS 16.0 dengan 2 kali ulangan. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu analisis kadar fenolat, kadar tanin, kadar air dan kadar abu.
3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan dua faktor perlakuan yaitu suhu pengeringan dan lama pengeringan. Rancangan percobaan dari penilitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rancangan Percobaan Faktor Perlakuan
Lama Pengeringan
Suhu Pengeringan
A1 A2
B1 A1B1 A2B1
B2 A1B2 A2B2
Keterangan :
A1B1: suhu pengeringan 50oC dan lama pengeringan 5 jam, A1B2: Suhu pengeringan 50oC dan lama pengeringan 6 jam, A2B1: Suhu pengeringan 60oC dan lama pengeringan 5 jam, A2B2: Suhu pengeringan 60oC dan lama pengeringan 6 jam.
19 3.5 Prosedur Kerja
3.5.1. Proses pembuatan serbukalternatif minuman herbal rambut jagung Proses pembuatan alternatif minuman herbal rambut jagung dilakukan dengan mengadopsi prosedur Karnila yaitu sebagai berikut :
1. Rambut jagung dan jahe yang akan digunakan disortasi terlebih dahulu dan rambut jagung yang akan digunakan yaitu rambut jagung yang berada di dalam kulit.
2. Rambut jagung dan jahe yang sudah disortasi dicuci kemudian ditiriskan.
3. Kemudian rambut jagung dipotong dengan ukuran 3 cm.
4. Kemudian dilakukan proses pengeringan menggunakan oven dengan suhu 50oC dan 60oC selama 5 jam dan 6 jam.
5. Kemudian rambut jagung dan jahe dicampur (70:30) dan dihaluskan menggunakan blender.
6. Rambut jagung yang sudah halus dimasukkan dalam kemasan.
Gambar 4. Alur Proses Pembuatan Alternatif Minuman Herbal Rambut Jagung
Rambut Jagung dan Jahe
sortasi
Pencucian
perajangan
Suhu pengeringan 50oC, 60oC
Lama pengeringan 5 jam, 6 jam Pengeringan
Penambahan jahe
Alternatif Minuman Herbal Rambut Jagung
20 3.5.2. Analisa fenolat (Laeliocattleya, 2014) 1. Preparasi sampel
Sampel dihaluskan dan ditimbang 5 g kemudian dimaserasi dengan 250 mL metanol selama 15 menit sambil shaker, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no 1, sehingga diperoleh ekstrak dari sampel.
2. Pengukuran absorbansi ekstrak sampel
Sebanyak 0,3 mL hasil ekstrak dipipet kemudian ditambahkan 25 mL aquades dan 25 mL metanol. Kemudian dipipet 0,2 mL larutan ekstrak dan ditambahkan 25 mL aquades dan ditambahkan 1 mL reagen folin-ciocalteu dan dikocok. Larutan tersebut didiamkan selama 8 menit kemudian tambahkan 3 mL Na2CO3 20% kedalam campuran, diamkan larutan selama 2 jam pada suhu kamar.
Ukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 765 nm yang akan memberikan komplek biru. Kemudian ditentukan kadar fenol dalam mg/L.
3.5.3. Analisa kadar tanin (Fajrina, 2016)
Sampel ditimbang sebanyak 10 g kemudian ditambahkan etanol 70%
sebanyak 200 mL dan dilakukan proses maserasi selama 18 jam sambil dikocok setiap 6 jam. Setelah proses maserasi dengan menggunakan alat platform shaker, larutan teh tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan sampai terbentuk ekstrak kental yang kering. Larutan sampel dengan konsentrasi 1000 ppm dibuat dengan cara ekstrak kental yang kering ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan etanol 70% sebanyak 50 mL. Setelah itu didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian dilakukan pengenceran dengan cara dipipet larutan induk sebanyak 1 mL dilarutkan dengan etanol 70%
dalam labu sebanyak 10 mL sehingga didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 100 ppm, kemudian dilakukan pengenceran kedua dengan cara dipipet larutan dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 1 mL diencerkan dengan etanol 70% dalam labu sebanyak 10 mL sehingga didapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya larutan uji tersebut dilakukan uji kuantitatif
21
dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang serapan 500 nm.
3.5.4. Analisa kadar air
Analisis kadar air dilakukan dengan mengadopsi prosedur sesuai dengan SNI -01-2354.2-2006 sebagai berikut:
a. Contoh dihaluskan dengan blender
b. Berat cawan porselin (A) ditimbang, dicacat dan dinolkan kembali
c. Contoh yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam cawan porselin (A)
± 2 gram kemudian ditimbang (B)
d. Cawan yang telah diisi dengan contoh dikeringkan ke dalam oven vakum pada suhu 100oC, selama 5 jam atau biasa selama semalam, atau sampai berat konstan
e. Dinginkan cawan porselin kedalam desikator dengan menggunakan alat penjepit, selama kira-kira 30 menit kemudian timbang (C).
Perhitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut:
% air =
𝐁−(𝐂−𝐀)𝐁× 100
3.5.5. Analisa kadar abu
Anlisis kadar abu dilakukan dengan mengadopsi prosedur sesuai dengan SNI -01-2354.1-2016 sebagai berikut:
a. Memijarkan cawan abu porselin sampai merah dalam tungku pengabuan yang telah bersuhu sekitar 650oC selama 1 jam. Suhu tungku pengabuan harus dinaikkan bertahap,
b. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC, ambil cawan abu porselin dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang berat cawan abu porselin kosong (A),
c. Kedalam cawan abu porselin tambahkan ± 2 gram contoh (B) yang telah dihomogenkan kemudian dimasukkan kedalam tungku pengabuan. Suhu dinaikkan secara bertahap sampai 650oC. Total pemanasan dilakukan selama 8 jam atau 1 malam sampai diperoleh abu berwarna putih,
22
d. Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 40oC, ambil cawan abu porselin dalam desikator yang didiamkan selama 30 menit menggunakan alat penjepit dan timbang beratnya (C).
Perhitungan: