• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh HANBRAM ALEXANDER HUTABARAT NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh HANBRAM ALEXANDER HUTABARAT NIM"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

HANBRAM ALEXANDER HUTABARAT NIM. 121000339

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

HANBRAM ALEXANDER HUTABARAT NIM. 121000339

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada Tanggal : 19 Desember 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Eddy Syahrial, M.S.

Anggota : 1. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes.

2. Dhani Syahputra Bukit, S.K.M., M.K.M.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus pada Masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggu risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari2021

Hanbram Alexander Hutabarat

(6)

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Salah satu faktor penyebab diabetes mellitus adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang memiliki kadar gula tinggi, jarang melakukan pemeriksaan kadar gula, aktifitas fisik yang kurang, olahraga yang tidak teratur, serta kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan diabetes mellitus di desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi berjumlah 129 KK dengan jumlah sampel sebanyak 56 KK yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan pengisian kuesioner melalui wawancara langsung masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019. Analisis data dilakukan secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan baik, tingkat sikap sedang dan tingkat pencegahan sedang pada masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2019. Saran yang diberikan kepada masyarakat Desa Sampean adalah agar meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang diabetes mellitus serta meningkatkan upaya pencegahan supaya terhindar dari diabetes mellitus dengan cara melakukan gaya hidup yang sehat.

Kata Kunci: DM, pengetahuan, sikap, pencegahan

(7)

Abstract

Diabetes Mellitus is a non-communicable disease characterized by increased blood sugar levels. One of the factors causing diabetes mellitus is an unhealthy lifestyle, such as the habit of consuming foods and drinks that have high sugar levels, rarely do sugar level checks, lack of physical activity, irregular exercise, and smoking habits. The purpose of this study was to determine the description of people's knowledge and attitudes about the prevention of diabetes mellitus in the village of Sampean, District of Sipirok, South Tapanuli Regency in 2019. This type of research is a descriptive study with a quantitative approach. The population is 129 households with a total sample of 56 households chosen by simple random sampling technique. Data were obtained by filling out the questionnaire through direct interviews with the community of Sampean Village, Sipirok Subdistrict, South Tapanuli Regency in 2019. Data analysis was performed univariately. The results showed that the level of knowledge is good, the level of attitude is moderate and the level of prevention is moderate in the community of Sampean Village, Sipirok Subdistrict, South Tapanuli Regency in 2019. The advice given to the community of Sampean Village is to increase knowledge and attitudes about diabetes mellitus and increase prevention efforts in order to avoid diabetes mellitus by carrying out a healthy lifestyle.

Keywords: DM, knowledge, attitude, prevention

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena berkat dan perkenanan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus pada Masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019” guna memnuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima begitu banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin S.Sos, M.Si., selaku rektor UniversitasSumateraUtara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., Selaku dekan Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes., selaku ketua Departemen Pendidikan danIlmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas sekaligus Anggota penguji yang dengan sepenuh hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan arahan terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dhani Syahputra Bukit, S.K.M., M.K.M., selaku anggota Anggota penguji yang

(9)

dengan segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dengan segenap hati telah mendidik dan membantu setiap proses pengurusan administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepala Puskesmas Danau Marsabut, dr.Mawarni Batubara, S.K.M., M.Epid., segenap pegawai, dan seluruh responden yang dengan rendah hati telah mebuka jalan bagi penulis untuk melakukan penelitian untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Herni Simarmata, S.K.M., selaku bidan desa Sampean yang dengan segenap hati telah membantu penulis dalam memberi arahan kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

9. Thoib Siregar selaku kepala desa Sampean yang dengan segenap hati telah membantu penulis dalam memberi arahan kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

10. Kedua orang tua yang penulis kasihi, Bapak Drs. Adolf Gagarin Hutabarat, dan ibu Marsaulina Salama Nababan, S.Pd., beserta kedua saudara penulis,Tommy Parningotan Hutabarat, S.Si., dan Garry Humala Hutabarat yangtelahmemberikan dukungan, motivasi, dan doa terbaiknya bagi penulis.

11. Teman-teman yang penulis kasihi, BNS, dan alumnus SD Santo Fransiskus Sipirok angkatan ketiga yang tidak lelahnya memberikan dukungan, motivasi, dan doa terbaiknya bagi penulis.

(10)

Penulis menyadari masih banyak terdapat begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk ini penulis sangat terbuka untuk setiap kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini di masa-masa yang akan datang.

Medan, Februari2021

Hanbram Alexander Hutabarat

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Tujuan umum 6

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka Pengetahuan 8

Sikap 9

Teori Perilaku 11

Diabetes Mellitus 12

Pencegahan Diabetes Mellitus 18

Aksi CERDIK 20

Kerangka Teori 22

Kerangka Konsep 23

Metode Penelitian Jenis Penelitian 24

Lokasi dan Waktu Penelitian 24

Populasi dan Sampel 24

Variabel dan Definisi Operasional 25

Metode Pengumpulan Data 26

Metode Pengukuran 27

MetodeAnalisis Data 29

Hasil Penelitian Gambaran Lokasi Penelitian 30

(12)

Analisis Univariat 30

Pengetahuan 32

Sikap 36

Pencegahan Diabetes Mellitus 39

Pembahasan Gambaran Karakteristik Responden 42

Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Diabetes Mellitus 44

Gambaran Sikap tentang Pencegahan Diabetes Mellitus 47

Gambaran Pencegahan Diabetes Mellitus di Desa Sampean 51

Keterbatasan Penelitian 52

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 53

Saran 54

Daftar Pustaka 55

Lampiran 58

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan 2019

31

2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan

Pengetahuan 32

3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes

Mellitus 36

4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap 36

5 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Penyakit Diabetes

Mellitus 39

6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan

Pencegahan Diabetes Mellitus 40

7 Distribusi Frekuensi Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus 41

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka teori Lawrance Green 22

2 Kerangka konsep penelitian 23

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 57

2 Surat Keterangan Selesai Penelitian 61

3 Master Data 62

4 HasilUjiStatistik 77

5 Dokumentasi 89

(16)

Daftar Istilah

DM Diabetes Mellitus

KK Kepala Keluarga

PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

Prolanis Program Pengelolaan Penyakit Kronis Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar WHO World Health Organization

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Hanbram Alexander Hutabarat berumur 28 tahun, dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 20 September 1992. Penulis beragaman Kristen Protestan, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Adolf Gagarin dan Ibu Marsaulina Salama Nababan, S.Pd.

Pendidikan formal dimulai di TK Santa Elisabeth Sipirok Tahun 1996.

Pendidikan Sekolah Dasar di SD Santo Fransiskus Sipirok Tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sipirok Tahun 2005-2007, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sipirok Tahun 2008-2010, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

Medan, Februari 2021

Hanbram Alexander Hutabarat

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Transisi epidemiologi terjadi pada era globalisasi saat ini yaitu dengan berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular semakin meningkat sejak Tahun 2000 yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes mellitus dan penyakit saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai dari pola konsumsi yang serba instan, semakin canggihnya teknologi yang menyebabkan seseorang kurang melakukan aktifitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009).

Kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi makanan cepat saji seperti makanan dan minuman berkadar gula tinggi telah menjadi gaya hidup mayarakat modern yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit akibat pola makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis. Pola makan yang berlebih dapat mengakibatkan kelebihan gizi dan membuat orang menjadi kegemukan (obesitas) yang dapat mengarah pada munculnya penyakit kronis, khususnya DM. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas fisik dan stress berperan besar sebagai pemicu diabetes (Siswono Darbiyono, 2011).

Menurut WHO tahun 2014, penyakit tidak menular akan terus meningkat dari 38 juta kasus pada Tahun 2012 menjadi 52 juta kasus pada Tahun 2030 dimana salah satu penyakit tidak menular adalah diabetes mellitus. Diabetes

(19)

mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar (Bilous, dkk, 2014).

Oleh karena itu, berdasarkan data WHO (2000) diketahui bahwa prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada Tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8,4 juta pada Tahun 2000 yang diperkirakan akan meningkat pada Tahun 2030 sebesar 21,3 juta, hal ini berarti terjadi kenaikan tiga kali lipatdalam waktu 30 tahun. Berdasarkan data statistik WHO, dari 10 besar negara yang memiliki penderita diabetes terbanyak, Indonesia (8,4juta) menempati peringkat ke-4 di dunia setelah India (31,7), Cina (20,8), Amerika Serikat (17,7). Menurut laporan WHO diketahui bahwa pada Tahun 2000 terdapat 1 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes mellitus dengan prevalensi sekitar 2,0% dan pada Tahun 2012 dilaporkan bahwa terdapat 1,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 2,7%. Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 70% kematian terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2014).

Meningkatnya prevalensi penyakit DM di Indonesia berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan kemajuan bangsa Indonesia. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang baik, sehat dan unggul. Beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit DM, baik secara primer maupun sekunder. Pencegahan primer yaitu berupa pencegahan melalui

(20)

modifikasi gaya hidup seperti pola makan yang sesuai, aktifitas fisik yang memadai atau olahraga. Adapun pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pengecekan atau kontrol fisik, pengecekan urine, penghentian merokok bagi penderita yang merokok. Faktor risiko penyakit DM antara lain terjadi karena keturunan, usia diatas 40 tahun, obesitas dan aktifitas fisik yang rendah (Aditama, 2010).

Menurut Riskesdas Tahun 2018, angka prevalensi penyandang Diabetes Mellitus di Indonesianaik menjadi 8,5% dari 6,9% (Riskesdas 2013) dan Provinsi Sumatera Utara berada di posisi 12 dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia dengan perkiraan terdapat 55.351 penduduk (kategori semua umur) yang memiliki risiko terkena pernyakit diabetes melitus dengan prevalensi sekitar 1,4%

Berdasarkan Risksesdas Tahun 2018, angka prevalensi penyandang diabetes mellitus kategori semua umur di Provinsi Sumatera utara, Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki angka prevalensi 1,1% berada di posisi 20 dari total 25 Kabupaten dan 8 Kota. Pada Kabupaten Tapanuli Selatan, jumlah total kunjungan penderita DM di Kecamatan Sipirok merupakan kunjungan tertinggi kedua dari total 16 Puskesmas dengan jumlah penderita DM sebanyak 1254 orang.

Puskesmas Danau Marsabut sebagai Puskesmas induk di kecamatan Sipirok memiliki wilayah kerja yang mencakup 33 desa dan 4 kelurahan. Jumlah penderita DM di wilayah kerja Puskesmas ini pada Tahun 2016 adalah sebanyak 126 orang dan pada tahun 2017 naik menjadi 264 orang. Pada Puskesmas ini memiliki fasilitas untuk cek gula darah. Jumlah data kunjungan cek gula darah di Puskesmas Danau Marsabut pada Tahun 2018 adalah sebanyak 1.104 kunjungan

(21)

dan terdapat total 23 penderita DM yang rutin melakukan pengobatan. Pada Puskesmas Danau Marsabut juga diadakan kegiatan senam prolanis setiap hari Jumat yang biasanya diikuti oleh 30 sampai 50 orang.

Kecamatan Sipirok berlokasi di lembah pegunungan Bukit Barisan yang bersuhu dingin danberada pada ketinggian 700-1700 mdpl (meter dari permukaan laut). Dikarenakan lokasinya yang berada di lembah pegunungan maka sumber air mengalir dari pegunungan ke wilayah persawahan dan perkebunan. Pekerjaan para penduduk di kecamatan ini didominasi oleh petani. Suku asli di Kecamatan Sipirok adalah suku Angkola yang umumnya mengerti bahasa Toba dan bahasa Mandailing. Pada Kecamatan Sipirok terdapat gunung berapi yang masih aktif yaitu gunung Sibual-buali yang membuat tanah di daerah ini sangat subur.

Tanaman padi dan kopi serta karet merupakan komoditas unggulan dari Kecamatan Sipirok dengan kualitas yang baik. Makanan khas yang paling terkenal dari daerah Sipirok adalah lemang dan panggelong yang bahan dasarnya dari beras pulut, santan, dan gula merah.

Desa Sampean merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Sipirok. Desa ini dihuni oleh mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani dan umumnya penduduk di desa ini adalah perokok aktif dikarenakan kondisi geografis desa yang terletak di daerah pegunungan yang bersuhu dingin maka penduduk melakukan aktifitas merokok untuk menghangatkan tubuh mereka.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit tidak menular (Depkes RI, 2011). Pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia. Semakin banyak penduduk yang

(22)

kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula (Tara, 2002). Makanan khas daerah Sipirok yang bersantan merupakan salah satu makanan yang mengandung lemak tinggi dan hampir setiap hari dikonsumsi oleh masyarakatnya. Desa Sampean sebagai salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok dipilih oleh peneliti karena belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang pencegahan DM.Namun ditemukan adanya penderita DM di desa ini berada di posisi 5 dari 33 desa dan 4 kelurahan dengan jumlah penderita sebanyak 25 orang.

Berdasarkan penelitian Amanda (2011) menyatakan bahwa pencegahan penyakit DM menurut Professor Hembing (2003) dapat dilakukan dengan cara mengatur pola makan dengan baik, olahraga dengan teratur, tidak mengalami obesitas dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat memicu penyakit diabetes mellitus. Olahraga dengan teratur merupakan cara pencegahan yang paling banyak digunakan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Juni 2019 melalui wawancara kepada bidan desa Sampean, Kecamatan Sipirok ditemukan 25 orang penderita penyakit DM dari total 129 KK. Wawancara juga dilakukan secara acak kepada 10 orang di lokasi penelitian yaitu di desa Sampean, 7 dari 10 orang masih belum mengetahui gejala-gejala penyakit diabetes mellitus beserta pencegahannya dan sewaktu wawancara ditemukan sebanyak 3 orang

(23)

penderita DM. Meskipun bidan desa Sampean telah melakukan penyuluhan tentang penyakit diabetes mellitus di beberapa kesempatan khususnya sewaktu pelaksanaan Posyandu dengan sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu, namun tetap ditemukan adanya kasus penderita DM. Beradasarkan beberapa hal yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus di desa Sampean kecamatan Sipirok kabupaten Tapanuli Selatan.

Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus di Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019”.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus di Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019.

Tujuan khusus. Untuk mengetahui gambaran karakteristik masyarakat di desa Sampean.Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat Desa Sampeantentangpencegahan penyakit diabetes mellituspada masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat Desa Sampean tentang pencegahan penyakit diabetes mellituspada masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2019.Untuk mengetahui gambaran pencegahan

(24)

penyakit diabetes mellituspada masyarakat Desa SampeanKecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019.

Manfaat Penelitian

Bagi instansi terkait. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait khususnya dinas kesehatan dan puskesmas tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan diabetes mellitus sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan serta pembuatan kebijakan.

Bagi masyarakat. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus dan diharapkan untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat.

Bagi peneliti lain. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan dan dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

(25)

Tinjauan Pustaka

Pengetahuan

Pengertian pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(26)

Aplikasi (Aplication). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Analisis (Analysis). Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam satu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dan formulasi-formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan austisfikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Sikap

Pengertian sikap. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif.

Sikap positif. Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda.

(27)

Sikap negatif. Sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui

terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda.

Komponen sikap. Sikap bila dilihat dari strukturnya mempunyai tiga komponen pokok yaitu komponen kognitif, afektif dan psikomotorik (Notoatmodjo, 2010).

Komponen kognitif. Komponen kognitif (kepercayaan/keyakinan) yaitu

segala sesuatu ide atau gagasan tentang sifat atau karakteristik umum suatu objek.

Komponen afektif. Komponen afektif (kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek) biasanya merupakan perasaan terhadap suatu objek.

Komponen psikomotrik.Komponen psikomotorik (kecenderungan untuk

bertindak).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama mebentuk sikap yang utuh (total attitude).

Tingkatan sikap. Adapun tingkatan sikap yaitu menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggungjawab.

Menerima(receiving).Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

Menanggapi (responding). Menanggapi memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatuindikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

(28)

Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

Bertanggungjawab(responsible). Bertanggungjawab atas seuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung. Dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek.

Secara tidak langsung. Dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan

hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2010).

Teori Perilaku Lawrance Green (1980). Menurut teori ini perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior factors) dan faktor non-perilaku (non-behaviorfactors).

Perilaku tersebut kemudian ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu:

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor-faktor yang dapat

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini antara lain adalah pengetahuan, sikap, tradisi, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan karakteristik.

Faktor-faktor pendukung (enabling factors). Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Faktor ini antara lain adalah fasilitas, akses pelayanan kesehatan dan obat-obatan.

(29)

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku seseorang. faktor ini antara lain adalah petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.

Diabetes mellitus

Definisi diabetes mellitus.Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya, diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia karena jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (WHO Global Report, 2016). Diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Depkes RI, 2008).

Menurut perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2002), diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin (Soegeondo, 2008). Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non-diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah

(30)

makan dibawah 140mg/dL. Bila ini terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL disebut Diabetes mellitus (Brant, 2004).

Jenis-jenis diabetes.Diabetes mellitus dikategorikan dalam 2 jenis yaitu diabetes mellitus tipe 1 (Insulin dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe 2 (non insulin dependent diabetes mellitus).

Diabetes mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus). Diabetes

mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin (Sutrasni, 2004). Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu memlalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat (Maryunani, 2008).Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20% dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat

(31)

kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita melitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (Johnson, 1998).

Diabetes mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes mellitus).

Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung pada insulin adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai. Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa kedalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meingkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra, 2008). Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75% individu dengan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95% kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (Moore, 1997).

Gejala diabetes mellitus. Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsi), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun

(32)

(Depkes RI, 2008). Gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah (Tara, 2002).

Determinan diabetes mellitus. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah genetik, usia, jenis kelamin, pola makan dan kegemukan (obesitas) dan kurangnya aktifitas fisik.

Genetik.Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan

tidak ditularkan, Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit diabetes mellitus. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes mellitus. Apabila ada orang tua atau saudara kandung yang menderita diabetes mellitus, maka seseorang tersebut memiliki risiko 40% menderita diabetes mellitus (Wulandari, 2006). Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 50% pasien diabetes mellitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya sekitar 3-5% yang mempunyai orang tua menderita diabetes mellitus juga. Pada diabetes mellitus tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita diabetes mellitus bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia< 40 tahun dan 1:13 bila salah satu

(33)

orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus tipe 1, maka kemungkinan menderita diabetes mellitus adalah 1:2 (Tandra, 2008).

Usia.Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama

≥ 40 tahun karena risiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.

Diabetes mellitus tipe 1 biasanya melitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes mellitus berusia > 65 tahun, dan 1 dari penderita diberusia di atas 85 tahun (Sukarmin, 2008).

Bertambahnya usia mengakibatkan mundurnya fungsi alat tubuh sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan kerja dari insulin. Pada usia lanjut cenderung diabetes mellitus tipe 2 (Noer, 1996).

Jenis kelamin.Perempuan memiliki risiko lebih besar untuk menderita

diabetes mellitus, berhubungan dengan kehamilan yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Bogor, proporsi pasien diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).

Pola makan dan kegemukan (obesitas). Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia. Semakin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang

(34)

berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula (Tara, 2002).

Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolik termasuk diabetes mellitus. Pada individu yang obesitas banyak diketahui terjadinya retensi insulin. Akibat dari retensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh sel beta pankreas, sehingga insulin di dalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia). Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma neropineprin. Insulin diperlukan untuk mengelola lemak agar dapat disimpan ke dalam sel-sel tubuh. Apabila insulin tidak mampu lagi mengubah lemak menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh, maka lemak akan tertimbun dalam darah dan akan menaikkan kadar gula dalam darah (Noer, 1996).

Kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti pergerakan badan atau

olahraga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan dan obesitas. Pada saat tubuh melakukan aktivitas atau gerakan maka sejumlah gula akan dibakar menjadi energi untuk dijadikan tenaga, sehingga jumlah gula dalam tubuh juga akan berkurang sehingga kebutuhan hormon insulin juga berkurang. Dengan demikian, untuk menghindari timbulnya penyakit diabetes mellitus karena kadar gula darah uang meningkat akbiat fisik yang seimbang, misalnya dengan melakukan senam, jalan/jogging, berenang dan bersepeda. Kegiatan tersebut apabila dilakukan secara teratur dapat menurunkan

(35)

risiko terkena penyakit diabetes mellitus, sehingga kadar gula darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu (Soegondo, 2004).

Pencegahan diabetes mellitus. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeleminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif (Kleinbaum, 1982).

Jumlah penderita diabetes mellitus setiap tahun semakin meningkat (prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita diabetes mellitus, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat (Soegondo, 2008). Upaya pencegahan pada penderita diabetes mellitus terdiri dari empat tahap, yaitu pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

Pencegahan primordial. Pencegahan primordial dilakukan dalam

mencegah munculnya faktor predisposisi/risiko terhadap penyakit diabetes mellitus. Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki faktor risiko yang tinggi untuk penyakit diabetes mellitus. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial.

Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar

(36)

tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik (PERKENI, 2002).

Pencegahan primer. Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang

yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena diabetes mellitus tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit diabetes mellitus. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya diabetes mellitus dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut (PERKENI, 2002).

Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan

atau menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan dengan tes penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Menurut WHO (1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002). Pada pencegahan sekunder penyuluhan tentang pola hidup sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan dengan diiringi peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan serta diperlukan pelaksaan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.

Pencegahan tersier. Upaya pencegahan terjadinya komplikasi dan

kecacatan dapat dilakukan oleh dokter dengan pasien maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait terhadap komplikasinya. Dalam hal ini peran penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya (Soegondo, 2004).

(37)

Aksi CERDIK. Untuk mengendalikan diabetes, Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu dengan melakukan:

Cek kesehatan. Cek kesehatansecara teratur untuk mengendalikan berat

badan agar tetap ideal dan tidak berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.

Enyahkan. Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.

Rajin. Rajin melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti

berolah raga, berjalan kaki, membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.

Diet. Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan seaht dan gizi

seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan atau 5 gram per hari, shindari makanan/minuman yang manis atau yang berkarbonasi.

Istirahat. Istirahat yang cukup.

Kelola. Kelola stress dengan baik dan benar.

Landasan Teori

Teori Lawrance Green (1980). Menurut teori ini perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior factors) dan faktor non-perilaku (non-behaviorfactors). Perilaku tersebut kemudian ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu:

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini

(38)

antara lain adalah pengetahuan, sikap, tradisi, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan karakteristik.

Faktor-faktor pendukung (enabling factors). Faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Faktor ini antara lain adalah fasilitas, akses pelayanan kesehatan dan obat-obatan.

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku seseorang. faktor ini antara lain adalah petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.

(39)

Kerangka teori

Gambar 1.Kerangka teori Lawrance Green

Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) Faktor Predisposisi

▪ karakteristik

▪ pengetahuan

▪ sikap

▪ tradisi

▪ keyakinan

▪ kepercayaan

▪ nilai-nilai

Faktor Pendukung

▪ fasilitas

▪ akses pelayanan kesehatan

▪ obat-obatan

Faktor Penguat

▪ Petugas Kesehatan

▪ Tokoh Masyarakat

PERILAKU

(40)

Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.Kerangka konsep Faktor Predisposisi

▪ Umur

▪ Jenis kelamin

▪ Pendidikan

▪ Pekerjaan

▪ Pengetahuan

▪ Sikap

Pencegahan diabetes mellitus

(41)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatifmengenai gambaran pengetahuan dan sikap tentang pencegahan diabetes mellitus pada masyarakat Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Desa Sampean, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap tentang pencegahan diabetes mellitus pada masyarakat di desa ini, dan karena ditemukan adanya penderita DM sebanyak 25 orang.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan saat dimulai penyusunan proposal penelitian yaitu bulan Juni 2019 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Desa Sampean pada tahun 2019 yaitu sebanyak 129 KK.

Sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, yaitu rumus untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti (Slovin, 1960). Cara menentukan besar sampel menurut rumus Slovin adalah sebagai berikut:

n = 𝑁

1+𝑁 (𝑑)²

(42)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, kemudian dikuadratkan.

Berdasarkan rumus Slovin, maka besar sampel penelitian adalah : n = 𝑁

1+𝑁 (𝑑)²

n = 129

1+129 (0,1)²

n = 129

1+129 𝑥 0,01

n = 129

1+1,29

n = 129

2,29

n = 56,331

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sebanyak 56 KK responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan carasimple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan memberikan kesempatan kepada setiap keluarga untuk memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

Variabel bebas (independent variabel). Variabel yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap.

(43)

Variabel terikat (dependent variabel). Variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pencegahan diabetes mellitus.

Definisi operasional. Untuk membatasi dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka dibuat defenisi operasional sebagai berikut:

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dalam penelitian ini yaitu pengetahuan masyarakat Desa Sampean tentang pencegahan diabetes mellitus.

Sikap. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi terhadap pencegahan diabetes mellitus.

Pencegahan. Pencegahan adalah perilaku yang ditujukan untuk menunda dan mengurangi penyakit dengan menerapkan reaksi atau respon terhadap diabetes mellitus.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh oleh peneliti melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berisi daftar pertanyaan serta pilihan jawaban yang telah disediakan.

Data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data Puskesmas Danau Marsabut yaitu Puskesmas induk di Kecamatan Sipirok dan data dari bidan Desa Sampean meliputi total jumlah warga desa serta jumlah penderita penyakit diabetes mellitus.

(44)

MetodePengukuran

Pengukuran pengetahuan. Pengukuran variabel pengetahuan dilakukan dengan menggunakan skala Gutman pada nilai jawaban yang benar atau salah.

Untuk jawaban yang benar diberikan skor 1 dan jawaban yang salah diberikan skor 0 (Sugiyono, 2012).

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

Baik, bila nilai responden >75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 14-20).

Sedang, bila nilai responden 45% - 75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 7-13).

Kurang, bila nilai responden <45% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 0-6).

Pengkukuran sikap. Pengukuran variabel sikap dilakukan melalui 15 pertanyaan dan diukur menggunakan sakala Likert, kriteria dalam pertanyaan sikap adalah setuju (S), tidak setuju (TS). Skor tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 15, dan skor terendah adalah 0 dengan kriteria sebagai berikut:

Pertanyaan positif Pertanyaan negatif

Setuju : 1 Setuju : 0

Tidak setuju : 0 Tidak setuju : 1

Aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori (Arikunto, 2006), yaitu:

(45)

Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan sikap (skor 11-15).

Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan sikap (skor 6-10).

Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan sikap (skor 0-5).

Pengukuran pencegahan. Pengukuran variabel pencegahan diukur dengan mneggunakan skala Gutman pada nilai jawaban yang benar atau salah.

Untuk jawaban yang ya diberikan skor 1 dan jawaban yang tidak diberikan skor 0 (Sugiyono, 2012).

Kuesioner pencegahan terdiri dari 8 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 8 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat pencegahan responden sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

Baik, bila nilai responden >75% dari total nilai seluruh pertanyaan pencegahan (skor 6-8).

Sedang, bila nilai responden 45% - 75% dari total nilai seluruh pertanyaan pencegahan (skor 3-5).

Kurang, bila nilai responden <45% dari total nilai seluruh pertanyaan pencegahan (skor 0-2).

MetodeAnalisis Data

Data yang telah diperoleh dari kuesioner kemudian dikumpulkan dan diolah menggunakan komputer dengan software statistik SPSS.

(46)

Analisi data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat.

Analisis univariat. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel-variabel independen dan dependen pada penelitian ke dalam bentuk tabel distribusi frekusensi.

(47)

Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Sampean merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Luas desa ini adalah 12,12 km2 dengan kepadatan pendudukan 74 jiwa/km2. Desa ini berada di ketinggian 700-1700mdpl. Dikarenakan lokasinya yang berada di lembah pegunungan maka sumber air mengalir dari pengunungan ke wilayah persawahan dan perkebunan.

Pekerjaan penduduk di desa ini sebagian besar bekerja sebagai petani. Desa Sampean merupakan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok.

Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), pengetahuan, sikap dan pencegahan DM. Hasil analisis akan dijelaskan sebagai berikut:

Karakteristik responden.Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(48)

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019

Variabel N %

Usia

20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun Total

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan

Tidak sekolah/tidak tamat sekolah SD

SMP SMA

Akademi/perguruan tinggi Total

Pekerjaan

Pensiunan/tidak bekerja PNS/TNI/POLRI/BUMN Wiraswasta

Pegawai Swasta Petani

Ibu Rumah Tangga Total

6 10 20 15 5 56 25 31 56 1 11 17 25 2 56

1 1 4 1 39 10 56

10,7 17,9 35,7 26,8 8,9 100

44,6 55,4 100

1,8 19,6 30,4 44,6 3,6 100

1,8 1,8 7,1 1,8 69,6 17,9 100

Tabel di atas, menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia terdapat sebagian besar berusia 41-50 tahun sebanyak dua puluh (35,7%), karaktersitik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat sebagian besar reponden berjenis kelamin perempuan sebanyak tiga puluh satu (55,4%),

(49)

karakteristik berdasarkan pendidikan responden terdapat sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak dua puluh lima (44,6%), dan karakteristik berdasarkan pekerjaan responden terdapat sebagian besar responden bekerja sebagai petani sebanyak tiga puluh sembilan (69,6%).

Pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus.Berdasarkan hasil

penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus dapat dilihat pada berikut :

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pencegahan Diabetes Mellitus

Pernyataan Jawaban

Benar % Salah % Penyakit DM adalah penyakit kelebihan

kadar gula

50 89,3 6 10,7 Penyakit DM disebut juga penyakit

kencing manis

39 69,6 17 30,4 Penyakit DM salah satu disebabkan oleh

mengkonsumsi yang berasa asam

3 5,4 53 94,6 Semakin bertambahnya usia adalah

faktor yang menyebabkan penyakit DM

51 91,1 5 8,9

Salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit DM adalah kurang tidur

51 91,1 5 8,9

Penyakit DM disebabkan karena kurangnya hormone insulin

32 57,1 24 42,9 Salah satu gejala DM adalah sering

buang air kecil

42 75,0 14 25,0 Faktor keturunan dari keluarga

merupakan salah satu penyebab penyakit DM

49 87,5 7 12,5

(bersambung)

(50)

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pencegahan Diabetes Mellitus

Pernyataan Jawaban

Benar % Salah % Kegemukan (obesitas)merupakan salah

satu faktor penyebab DM

49 87,5 7 12,5 Penglihatan kabur, mulut kering, dan

berat badan menurun drastis merupakan gejala penyakit DM

53 94,6 3 5,4

Selera makan sering berkurang merupakan gejala penyakit DM

54 96,4 2 3,6

DM dapat menyebabkan gangguan pendengaran

53 94,6 3 5,4

Sering mengkonsumsi makanan yang manis dapat berisiko terkena penyakit DM

55 98,2 1 1,8

Seseorang berbadan kurus tidak akan berisiko terkena penyakit DM

50 89,3 6 10,7 Seseorang yang sering bergaul dengan

penderita DM akan berisiko tertular penyakit DM

50 89,3 6 10,7

Merokok dan alkohol merupakan hal-hal yang harus dihindarkan oleh penderita DM

56 100,0 0 0,00

Penyebab terjadinya penyakit DM dikarenakan terlalu banyak

mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat

47 83,9 9 16,1

Penyebab DM adalah mengkonsumsi tinggi lemak jenuh dan lemak trans atau disebut lemak jahat

55 98,2 1 1,8

Penyebab DM terjadi karena sering mengkonsumsi buah yang dikeringkan dan buah yang dikalengkan

46 82,1 10 17,9

Penyebab DM dapat juga disebabkan karena mengkonsumsi minuman ringan yang manis

54 96,4 2 3,6

(51)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui pada pernyataan nomor satu “Penyakit DM adalah penyakit kelebihan kadar gula” terdapat sebanyak lima puluh (89,3%) menjawab benar, pada pernyataan nomor dua” Penyakir DM disebut juga penyakit kencing manis” terdapat sebanyak tiga puluh sembilan (69,6%) menjawab benar, pada pernyataan nomor tiga” Penyakit DM salah satu disebabkan oleh mengkonsumsi yang berasa asam” terdapat sebanyak lima puluh tiga (94,6%) menjawab salah, pada pernyataan nomor empat “Semakin bertambahnya usia adalah faktor yang menyebabkan penyakit DM” terdapat sebanyak lima puluh satu (91,1%) menjawab benar, pada pernyataan nomor lima “Salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit DM adalah kurang tidur” terdapat sebanyak lima puluh satu (91,1%) menjawab benar, pada pernyataan nomor enam “ Penyakit DM disebabkan karena kurangnya hormon insulin” terdapat sebanyak tiga puluh dua (57,1%) menjawab benar, pada pernyataan nomor tujug “ Salah satu gejala DM adalah sering buang air kecil” terdapat sebanyak empat puluh dua (75,0%) menjawab benar, kemudian pada pernyataan nomor delapan “Faktor keturunan dari keluarga merupakan salah satu penyebab penyakit DM” terdapat sebanyak empat puluh sembilan (87,5%) menjawab benar, selanjutnya pada pernyataan nomor sembilan “Kegemukan (obesitas)merupakan salah satu faktor penyebab DM” sebanyak empat puluh sembilan (87,5%) menjawab benar, dan pada pernyataan nomor sepuluh “Penglihatan kabur, mulut kering, dan berat badan menurun drastis merupakan gejala penyakit DM” sebanyak lima puluh tiga (94,6%) menjawab benar.

(52)

Kemudian pada pernyataan nomor sebelas “Selera makan sering berkurang merupakan gejala penyakit DM” terdapat sebanyak lima puluh empat (96,4%) menjawab benar, pada pernyatan nomor dua belas “DM dapat menyebabkan gangguan pendengaran” terdapat sebanyak lima puluh tiga (94,6%) menjawab benar, pada pernyataan nomor tiga belas “Sering mengkonsumsi makanan yang manis dapat berisiko terkena penyakit DM” terdapat sebanyak lima puluh lima (98,2%) menjawab benar, pada pernyataan nomor empat belas “Seseorang berbadan kurus tidak akan berisiko terkena penyakit DM” terdapat sebanyak lima puluh (89,3%) menjawab benar, pada pernyataan nomor lima belas “Seseorang yang sering bergaul dengan penderita DM akan berisiko tertular penyakit DM”

terdapat sebanyak lima puluh (89,3%) menjawab benar, pada pernyataan nomor enam belas “Merokok dan alkohol merupakan hal-hal yang harus dihindarkan oleh penderita DM” sebanyak lima puluh enam (100%) menjawab benar, pada pernyataan nomor tujuh belas “Penyebab terjadinya penyakit DM dikarenakan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat” sebanyak empat puluh tujuh (83,9%) menjawab benar, kemudian pada pernyataan nomor delapan belas “Penyebab DM adalah mengkonsumsi tinggi lemak jenuh (makanan cepat saji) dan lemak trans (daging yang dikalengkan, margarine dan mentega) atau disebut lemak jahat” terdapat sebanyak lima puluh lima (98,2%) menjawab benar, selanjutnya pada pernyataan nomor sembilan belas “Penyebab DM terjadi karena sering mengkonsumsi buah yang dikeringkan dan buah yang dikalengkan”

terdapat sebanyak empat puluh enam (82,1%) menjawab benar, dan pada pernyataan nomor dua puluh “Penyebab DM dapat juga disebabkan karena

(53)

mengkonsumsi minuman ringan yang manis” sebanyak lima puluh empat (96,4%) menjawab benar.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pencegahan Diabetes Mellitus

Pengetahuan n %

Baik 49 87,5

Sedang 7 12,5

Kurang 0 0,0

Total 56 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak empat puluh sembilan responden (87,5%) berpengetahuan baik, sebanyak tujuh responden (12,5%) berpengetahuan sedang, dan sebanyak nol responden (0,0) berpengetahuan kurang. Sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan diabetes mellitus di Desa Sampean Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan adalah baik.

Sikap tentang pencegahan diabetes mellitus.Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan sikap tentang pencegahan diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

Pernyataan Jawaban

Setuju % Tidak setuju

% Saya harus menjaga berat badan ideal 41 73,2 15 26,8

(bersambung)

(54)

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

Pernyataan Jawaban

Setuju % Tidak setuju

% Saya akan olahraga dan harus dilakukan

secara teratur, setiap 3 kali minimal 30 menit dalam seminggu

25 44,6 31 55,4

Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin

35 62,5 21 37,5 Saya akan merokok karena dapat

dilakukan oleh orang yang bukan penderita DM

20 35,7 36 64,3

Saya akan datang jika ada acara penyuluhan tentang penyakit DM

32 57,1 24 42,9 Saya akan mengkonsumsi kopi dan the

daripada minum air putih terutama pada saat bekerja

39 69,6 17 30,4

Saya akan sering mengkonsumsi makanan yang manis

3 5,4 53 94,6

Saya akan memeriksa gula darah saya secara teratur

26 46,4 30 53,6 Untuk tetap sehat, saya tidak perlu

berolahraga karena telah mengkonsumsi vitamin dan suplemen secara teratur

28 50,0 28 50,0

Saya akan mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat karena tidak dapat menyebabkan penyakit DM

27 48,2 29 51,8

Saya tidak akan mengkonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans karena dapat menyebabkan penyakit DM

53 94,6 3 5,4

Saya akan mengkonsumsi buah dalam kalengan serta buah kering

22 39,3 34 60,7 Saya akan menjauhi minuman ringan

yang manis

52 92,9 4 7,1

Saya akan mengkonsumsi makanan yang bersantan setiap hari

49 87,5 7 12,5

(55)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui pada pernyataan nomor satu “Saya harus menjaga berat badan ideal” terdapat sebanyak empat puluh satu (73,2%) menjawab setuju, pada pernyataan nomor dua “Saya akan olahraga dan harus dilakukan secara teratur, setiap 3 kali minimal 30 menit dalam seminggu” terdapat sebanyak tiga puluh satu (55,4%) menjawab tidak setuju, pada pernyataan nomor tiga “Saya akan menjaga pola makan sehat dan seimbang dengan makanan yang rendah gula dan tinggi serat” terdapat sebanyak lima puluh enam (100%) menjawab setuju, pada pernyataan nomor empat “Saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin” terdapat sebanyak tiga puluh lima (62,5%) menjawab setuju, dan pada pernyataan nomor lima “Saya akan merokok karena dapat dilakukan oleh orang yang bukan penderita DM” terdapat sebanyak tiga puluh enam (64,3%) menjawab tidak setuju.

Kemudian pada pernyataan nomor enam “Saya akan datang jika ada acara penyuluhan tentang penyakit DM” terdapat sebanyank tiga puluh dua (57,1%) menjawab setuju, pada pernyataan nomor tujuh “Saya akan mengkonsumsi kopi dan the daripada minum air putih terutama pada saat bekerja” terdapat sebanyak tiga puluh sembilan (69,6%) menjawab setuju, pada pernyataan nomor delapan

“Saya akan sering mengkonsumsi makanan yang manis” terdapat sebanyak lima puluh tiga (94,6%) menjawab tidak setuju, pada pernyataan nomor sembilan

“Saya akan memeriksa gula darah saya secara teratur” terdapat sebanyak tiga puluh (53,6%) menjawab tidak setuju, dan pada pernyataan nomor sepuluh

“Untuk tetap sehat, saya tidak perlu berolahraga karena telah mengkonsumsi

Gambar

Gambar 1.Kerangka teori Lawrance Green
Gambar 2.Kerangka konsep Faktor Predisposisi ▪  Umur ▪  Jenis kelamin ▪  Pendidikan ▪  Pekerjaan ▪  Pengetahuan ▪  Sikap  Pencegahan  diabetes mellitus
Foto 2. Tiba di Gapura Desa Sampean
Foto  4.  Bertemu  dan  meminta  izin  melakukan  penelitian  kepada  Kepala  Desa  Sampean
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki terhadap kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DALAM UPAYA PENCEGAHAN PRIMER DIABETES MELLITUS ANTARA MAHASISWA SEMESTER 1, TINGKAT PROFESI APOTEKER MINAT INDUSTRI.. DAN KLINIS FAKULTAS

Hubungan Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012 ... Hubungan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA NEGERI 3 RANTAU UTARA TENTANG PERILAKU SEKSUAL TAHUN 2017” beserta isinya

Perilaku pencegahan tingkat pertama keluarga pasien Diabetes Mellitus DM pada masyarakat kota urban dan masyarakat desa rural dalam penelitian ini dianalsis perbedaannya, beserta

Gambaran Persepsi Mahasiswa Terhadap Pencegahan Diabetes Mellitus Berdasarkan Domain Variabel Table 2 menunjukkan hasil kelima domain variabel persepsi mahasiswa terhadap perilaku

36 616.46/Kab/h Muhammad Kabir 090610053 Hubungan tingkat pengetahuan dan aupaya pencegahan terhadap kejadian kaki diabetes dr.Husna Sp.PK pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 41 responden tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan Diabetes Mellitus di Puskesmas