• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Unduh"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin (Yuliana dkk, 2012).

Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus semakin meningkat setiap tahunnya, baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010, penderita diabetes mellitus tipe II di Indonesia naik 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2010.

Sementara International Diabetes Federation memperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai 450 juta orang (Maghfuri, 2016).

Hasil survey yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-7 jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah China, India, USA, Brazil, Rusia, Mexico. WHO memprediksi di Indonesia akan ada kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Meningkatnya penderita DM tipe 2 disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan konsumsi makanan tinggi lemak (Krisna, 2012).

Prevalensi diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter di Jawa Timur sebesar 2,5%. Data dinas kesehatan Kota Malang tahun 2014 menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus terbanyak diderita pada rentang usia 60- 69 tahun, yaitu sebanyak 2411 laki-laki dan 4566 perempuan. Ditinjau dari karakteristik tempat tinggal, penderita diabetes mellitus di daerah perkotaan terbilang lebih tinggi dibandingkan di pedesaan, hal ini dibuktikan dengan

(2)

persentase penderita diabetes mellitus di perkotaan sebesar 2% dan 1% di pedesaan (Riskesdas, 2013).

Prevalensi diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter Jawa Timur terbesar nomor 5 di Indonesia (Riskesdas, 2018). Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus terbanyak diderita pada rentang usia 55-64 tahun, yaitu 1,2% laki-laki dan 1,8% perempuan.

Apabila ditinjau dari karakteristik tempat tinggal, penderita diabetes mellitus di daerah perkotaan terbilang lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini dibuktikan dengan persentase penderita diabetes mellitus di perkotaan sebesar 1,9% dan 1,0% di pedesaan (Riskesdas, 2018).

Menurut laporan McCarty dan Zimmet (1994), terdapat minimal 110,4 juta penderita diabetes di dunia dengan prevalensi 1,2-22,0% untuk orang dewasa, pada tahun 2000 diperkirakan akan meningkat 1,5 kali menjadi 175,4 juta, dan tahun 2010 meningkat dua kali menjadi 239,3 juta (Tjokroprawiro, 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Malang UNISMA.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Malang UNISMA tahun 2019?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Islam Malang UNISMA tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kejadian diabetes mellitus tipe 2 di RSI Malang UNISMA tahun 2019 berdasarkan distribusi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan IMT

b. Mengetahui risiko riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian diabetes mellitus tipe 2 di RSI Malang UNISMA tahun 2019

(3)

c. Mengetahui risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian diabetes mellitus tipe 2 di RSI Malang UNISMA tahun 2019

d. Mengetahui pola makan pasien selama berada di Rumah Sakit

D. Manfaat

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh peneliti tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan khususnya di perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, yang diharapkan bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat

- Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko apa saja yang memengaruhi kejadian diabetes mellitus khususnya penderita diabetes mellitus di RSI Malang UNISMA.

- Membantu dalam perencanaan dan pengembangan program pengendalian penyakit diabetes mellitus.

E. Kerangka Konsep

Riwayat Keluarga Menderita DM

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

Riwayat Hipertensi Pola makan

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR2. RISK FACTORS FOR DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH

Kesimpulan : Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon adalah riwayat keluarga DM, pola

Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 tentang Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik dengan Kejadian Ulkus Diabetik di RSUD DR.. Skripsi Mahasiswa FK

Hubungan Faktor Riwayat Diabetes Mellitus Dan Kadar Gula Darah Puasa Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Usia 25-64 Tahun Di Puskesmas Kendal Kerep Kota

penderita Diabetes Mellitus Tipe II menurut jenis kelamin. d) Untuk mengetahui angka kejadian Nefropati pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang dirawat inap dan rawat jalan

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.. Jurnal Ilmiah

Hasil penelitian ini menunjukkan asupan karbohidrat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Janti Kota Malang sebagian besar termasuk kategori cukup sebanyak 13 pasien 43,3%,