DOLOKSANGGUL TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
JESTRINA PAKPAHAN NIM. 121000381
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DOLOKSANGGUL TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
JESTRINA PAKPAHAN NIM. 121000381
PROGRAM STUDIS1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2019
Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 15 Agustus 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.
Anggota : 1. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2019
Jestrina Pakpahan
Abstrak
Setiap tahun sekitar 470.000 wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kanker serviks, 230.000 diantaranya harus meninggal karena penyakit berbahaya ini, dan lebih dari 190.000 orang diantaranya berasal dari negara berkembang.Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan di Indonesia, sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian yang tinggi.Pemeriksaan IVA dingunakan sebagai metode deteksi dini kanker serviks. Data di Puskesmas Matiti pada Tahun 2018 menunjukkan wanita usia subur yang memanfaatkan pemeriksaan IVA hanya 4,01% dari target 20%. Ini menunjukkan bahwa cakupan pemanfaatan pemeriksaan IVA tidak mencapai target yang sudah ditentukan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfatan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Matiti tahun 2019. Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Matiti terhadap 100 wanita usia subur yang sudah menikah/ melakukan hubungan seksual.
Menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dianalisis secara deskriptif dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemanfaatan pemeriksaan IVA dengan variabel pengetahuan, sikap, informasi kesehatan dan kebutuhan yang dirasakan sedangkan variabel dukungan suami/keluarga tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA di Puskesmas Matiti. Disarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Matiti untuk memperluas sasaran penyuluhan kesehatan kepada suami/keluarga sebagai orang terdekat dari wanita usia subur agar mendorong dan memotivasi wanita usia subur supaya mau memanfaatkan pemeriksaan IVA. Perlu adanya peningkatan pengetahuan pada WUS mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberian informasi secara merata pada WUS oleh petugas kesehatan.
Kata kunci: Kanker serviks, pelayanan IVA, WUS
Abstract
Every year almost 470.000 women’s was diagnosis with cervical cancer with 230.000 death and more than 190.000 peoples come from developing country.
Visual inspection with acetate acid used as early detection of cervical cancer.
Cervical cancer is women’s health issues in Indonesia, with respect to the incidence and high mortality. Profile data of Matiti Health Center, Doloksanggul subdistrict in 2018 showed that the amount of women who used visual inspection with acid test was only 4,01%, out of the 20 % targeted. This showed that coverage of utilization of visual inspection with acetate acid test have not reached the target yet. This study aims to determine the factors that deals with the utilization of visual inspection with acetate acid test in the Matiti health center 2019. This study was conducted on 100 Productive Aged Women (WUS) who are married or having sex. Using quantitative research method to study cross- sectional approach, the descriptive and bivariate analysis. The results showed the significant association between the utilization of visual inspection with acetate acid with the knowledge,attitudes,exposure information, and needs perceived.The husband support have no significant association with utilization of visual inspection with acetate acid. It is suggested to Matiti Health Centre officer to make a condition managing to the community through community leaders to promote the IVA to the husband or family.It is needed to improved the knowledgeof Productive Aged Women (WUS) on cervical cancer and IVA services by increasing of information equally for WUS through health worker.
Keywords: Cervical cancer, IVA services, WUS
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena berkat dan perkenanan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2019” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima begitu banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materi, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua Penguji yang dengan segenap hati telah memberikan bimbingan dan arahan terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. dan Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Anggota Penguji yang dengan segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dengan segenap hati telah mendidik dan membantu setiap proses pengurusan administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua yang penulis kasihi (Donal Pakpahan dan Kirana Gultom) beserta saudara penulis yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa terbaiknya bagi penulis.
7. dr. Tiar Lusianna Sihombing selaku Kepala Puskesmas dan seluruh pegawai di Puskesmas Matiti yang telah membantu penulis dan memberikan izin penelitian di wilayah kerja Puskesmas Matiti.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan sahabat yang penulis kasihi serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan doa selama ini.
Penulis menyadari masih terdapat begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk ini penulis sangat terbuka untuk setiap kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini di masa-masa yang akan datang.
Medan, Agustus 2019
Jestrina Pakpahan
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
Daftar Istilah xi
Riwayat Hidup xii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 8
Kanker Serviks 8
Pengertian kanker serviks 8
Penyebab kanker serviks 8
Faktor risiko kanker serviks 9
Gejala kanker serviks 11
Deteksi Dini Kanker Serviks 12
Inspeksi Visual Asam Asetat 13
Pengertian IVA 13
Sasaran pemeriksaan IVA 14
Tahapan pemeriksaan IVA 15
Prosedur IVA 15
Kategori pemeriksaan IVA 16
Kelebihan pemeriksaan IVA 17
Frekuensi pemeriksaan IVA 17
Wanita Usia Subur 17
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 18
Definisi pemanfaatan pemeriksaan IVA 18
Model pemanfaatan pemeriksaan IVA 18
Faktor- Faktor yang Diasumsikan Berhubungan dengan WUS
Melakukan Pemeriksaan IVA 22
Pengetahuan 22
Sikap 24
Dukungan suami atau keluarga 26
Informasi kesehatan 26
Kebutuhan yang dirasakan 27
Landasan Teori 28
Kerangka Konsep 29
Hipotesis 29
Metode Penelitian 31
Jenis Penelitian 31
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Populasi dan Sampel 31
Variabel dan Definisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 35
Metode Pengukuran 35
Metode Analisis Data 38
Hasil Penelitian 39
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39
Karakteristik Responden 40
Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan 41
Distribusi Responden berdasarkan Sikap 41
Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Suami atau Keluarga 42 Distribusi Responden berdasarkan Informasi Kesehatan 43 Distribusi Responden berdasarkan Kebutuhan yang Dirasakan 44 Distribusi Responden berdasarkan Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 45 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan Pemeriksaan
IVA 45
Hubungan Sikap Responden dengan Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 46 Hubungan Dukungan Suami atau Keluarga Responden dengan
Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 47
Hubungan Dukungan Informasi Kesehatan Responden dengan
Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 48
Hubungan Kebutuhan yang Dirasakan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 49
Pembahasan 51
Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 51
Hubungan Sikap Responden dengan Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 53 Hubungan Dukungan Suami atau Keluarga Responden dengan
Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 56
Hubungan Informasi Kesehatan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 59
Hubungan Kebutuhan yang Dirasakan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 61
Keterbatasan Penelitian 63
Kesimpulan dan Saran 64
Kesimpulan 64
Saran 64
Daftar Pustaka 66
Lampiran 68
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Rincian Besar Sampel Setiap Desa 33
2 Pengukuran Variabel Sikap 36
3 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden 40 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori Pengetahuan 41 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori Sikap 42 6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori Dukungan
Suami atau Keluarga 43
7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori Informasi
Kesehatan 43
8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kategori Kebutuhan
yang Dirasakan 44
9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pemeriksaan
IVA oleh Responden 45
10 Hasil Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 46
11 Hasil Hubungan Sikap Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 47
12 Hasil Hubungan Dukungan Suami atau Keluarga Responden dengan
Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 48
13 Hasil Hubungan Informasi Kesehatan Responden dengan Pemanfaatan
Pemeriksaan IVA 49
14 Hasil Hubungan Kebutuhan yang Dirasakan Responden dengan
Pemanfaatan Pemeriksaan IVA 50
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka konsep penelitian 29
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian 68
2 Surat Izin Penelitian 74
3 Surat Penelitian Telah Selesai Melakukan
Penelitian 75
4 Output Hasil 76
5 Dokumen Penelitian 97
Daftar Istilah
Depkes Departemen Kesehatan
IMS Inspeksi Menular Seksual
IVA Inspeksi Asam Asetat
PTM Penyakit Tidak Menular
Riskesdes Riset Kesehatan Dasar
Kemenkes Kementerian Kesehatan
WUS Wanita Usia Subur
Riwayat Hidup
Penulis bernama Jestrina Pakpahan berumur 26 tahun, dilahirkan di Parlombuan pada tanggal 26 Maret 1993. Penulis beragama Kristen Protestan, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Donal Pakpahan dan Ibu Kirana Gultom.
Pendidikan formal dimulai di SD NEGERI 173207 Parlombuan Tahun 1999-2005, sekolah menengah pertama di SMP NEGERI 3 Pangaribuan Tahun 2005-2008, sekolah menengah atas di SMA NEGERI 1 Tarutung Tahun 2008- 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2019
Jestrina Pakpahan
Pendahuluan
Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan angka kematian yang tinggi dan angka kesakitan yang besar di seluruh dunia maupun di Indonesia. Pada tahun 2012 kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (GLOBACAN), International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada
tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker serviks menjadi salah satu kanker yang berbahaya bagi wanita.
Kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan pertama sebagai kanker pembunuh wanita dan juga menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita setelah kanker payudara.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada mulut rahim atau serviks, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan serviks. Human Papiloma Virus atau yang biasa disingkat HPV merupakan penyebab dari kanker serviks.
Setiap tahun, sekitar 470.000 wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kanker serviks, 230.000 diantaranya harus meninggal karena penyakit berbahaya ini, dan lebih dari 190.000 orang diantaranya berasal dari negara berkembang. Dilaporkan bahwa setiap dua menit, seorang wanita di dunia meninggal dunia, sementara di Asia Pasifik, satu wanita meninggal dunia setiap empat menit, dan setiap satu jam satu wanita meninggal dunia di Indonesia
(Riksani, 2016).
Kasus kanker serviks di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015 menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 283 kasus, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada usia 45-54 tahun. Khusus untuk kanker serviks berdasarkan data dari berbagai rumah sakit, diketahui 70% penderita kanker datang setelah kondisinya berada pada stadium empat atau akhir (Riksana, 2016). Mayoritas perempuan yang didiagnosis kanker serviks biasanya tidak melakukan skrining test atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal. Tidak melakukan test skrining secara regular merupakan faktor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks (Emilia, 2010).
Skrining adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit atau kelainan yang tidak dikenal, melalui tes yang dilakukan secara cepat pada lingkup yang luas. Melalui skrining, orang- orang yang sehat dan sakit dapat dibedakan dengan jelas (Rasjidi, 2010). Beberapa metode skrining dan deteksi dini kanker serviks, yaitu pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dan pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan IVA menjadi salah satu alternatif yang bisa dijadikan salah satu pilihan karena biaya yang relatif murah, praktis dan sangat mudah dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Hal lainnya tes ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti bidan yang sudah mendapatkan pelatihan (Kemenkes, 2015).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulasi dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Sasaran pemeriksaan ini adalah perempuan
yang berusia 30-50 tahun. Program deteksi dini yang telah dilakukan di Indonesia dalam mengantisipasi kanker serviks dengan mengunakan metode IVA, tercantum di dalam Permenkes No. 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker serviks. Target dari program pemeriksaan IVA sendiri pada tahun 2019 secara nasional adalah 50% berusia 30-50 tahun. Rendahnya cakupan pemeriksaan IVA disebabkan karena masih kurangnya kesadaran wanita akan pentingnya kesehatan dan partisipasi yang masih rendah untuk melakukan deteksi dini kanker dengan pemeriksaan IVA.
Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan sebanyak 1.986 puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia.
Cakupan dan hasil skrining yang dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA Positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1.2 per 1.000 orang).
Cakupan pemeriksaan IVA dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis) di Povinsi Sumatera Utara hingga tahun 2016 sebanyak 130.025 orang (7%) (Depkes, 2016). Data tersebut menunjukkan bahwa cakupan pemeriksaan IVA di Povinsi Sumatera Utara masih dikategorikan rendah dan belum mencapai target secara nasional sebesar 50%.
Data cakupan pemeriksaan IVA dan SADANIS di Kabupaten Humbang Hasundutan masih tergolong rendah yaitu sebesar 12%. Puskesmas Matiti salah satu puskesmas yang menyediakan layanan kesehatan deteksi dini kanker serviks
dengan pemeriksaan IVA dan memiliki jumlah wanita usia subur (WUS) yang paling banyak di Kabupaten Humbang Hasundutan. Data Puskesmas Matiti tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah WUS sebanyak 5.780 orang dan yang memanfaatkan pemeriksaan IVA sebanyak 232 orang (4,01%) sedangkan target capaian cakupan yang ditetapkan oleh puskesmas adalah sebesar 20%. Hal ini menggambarkan bahwa partisipasi WUS yang mau memanfaatkan pemeriksaan IVA masih tergolong rendah dan masih jauh dari target nasional yaitu sebesar 50%.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa wanita usia subur (WUS) di Puskemas Matiti diketahui bahwa ada WUS yang merasa enggan untuk melakukan pemeriksaan karena merasa malu jika pemeriksaan dilakukan di daerah reproduksi oleh dokter ataupun bidan. Masih adanya anggapan pada WUS bahwa hal ini merupakan hal yang tabu dilakukan sehingga WUS yang memiliki niat atau keinginan untuk melakukan pemeriksaan IVA harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari suami atau keluarga. Tidak adanya keluhan yang dirasakan menyebabkan WUS tidak merasa perlu untuk memeriksakan diri karena WUS merasa tidak sakit dan merasa yakin tidak akan terkena kanker serviks, sikap WUS yang lebih mementingkan untuk melakukan pemeriksaan penyakit yang sudah diderita seperti diabetes, rematik dan penyakit lainnya karena kurangnya pemahaman akan pentingnya manfaat dari pemeriksaan dini kanker. dan kurangnya informasi kesehatan mengenai bahaya kanker serviks dan pemeriksaan IVA menyebabkan ada WUS yang baru pertama sekali mendengar mengenai pemeriksaan tersebut. Selain itu, adanya kekhawatiran akan
hasil pemeriksaan, takut merasa sakit saat diperiksa membuat WUS memilih untuk tidak melakukan pemeriksaaan IVA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas yang menangani program Penyakit Tidak Menular (PTM) diketahui bahwa WUS yang memiliki keluhan kesehatan pada organ reproduksi lebih mau memanfaatkan layanan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang tidak memiliki keluhan. Hal ini menunjukkan bahwa WUS akan cenderung mencari pelayanan kesehatan saat WUS merasakan bahwa hal itu merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan.
Menurut Andersen dan Notoatmodjo (2012) pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga faktor yaitu faktor predisposisi yaitu kecenderungan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, etnik, pekerjaan), sikap/kepercayaan yang muncul (terhadap pelayanan kesehatan , terhadap tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit); faktor pendukung yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh pendapatan keluarga (pendapatan dan tabungan keluarga, ansuransi/sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan sumber daya tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduknya, kemudian harga pelayanan kesehatannya yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka); faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan
karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan.
Hasil survei pendahuluan dan asumsi-asumsi peneliti tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Taringan dkk (2014) dan Yuliwati (2012) yang menyatakan bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap, pengetahuan dan umur dengan perilaku WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pemeriksaaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2019.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan penelitian yang diteliti adalah apakah ada hubungan faktor pengetahuan, sikap, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan dan kebutuhan yang dirasakan terhadap pemanfaatan pemeriksaaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pemeriksaaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2019.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor sikap terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA.
3. Untuk mengetahui hubungan faktor dukungan suami atau keluarga terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA.
4. Untuk mengetahui hubungan faktor informasi kesehatan terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA.
5. Untuk mengetahui hubungan faktor kebutuhan yang dirasakan terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi Puskesmas Matiti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pemeriksaaan IVA, sehingga dapat meningkatkan capaian program pemeriksaan IVA.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pemeriksaaan IVA.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pemeriksaaan IVA.
Tinjauan Pustaka
Kanker Serviks
Pengertian kanker serviks. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas.Tumor yang jinak memiliki sifat tidak berbahaya dan tetap pada daerah sumbernya atau tidak menyebar. Sementara itu, tumor yang sifatnya ganas akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Rasjidi, 2007).
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke vagina.Kanker serviks merupakan kanker yang berasal dari leher rahim ataupun mulut rahim yang tumbuh dan berkembang dari serviks, dapat menembus keluar serviks sehingga tumbuh di luar serviks bahkan dapat terus tumbuh sampai dinding panggul (Rismalinda, dkk, 2010). Menurut Diananda (2010), kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina).
Penyebab Kanker Serviks
Menurut dr. Tobing, etiologi pasti kanker serviks belum diketahui, namun ada keadaan tertentu yang berhubungan erat dengan penyakit ini, dapat dikatakan yang menjadi faktor penyebab kanker serviks adalah Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 (Diananda, 2009).
HPV merupakan penyebab dari kanker serviks dimana Virus ini bersifat
eksklusif dan spesifik karena hanya bisa tumbuh dan menyerang sel-sel manusia, terutama pada sel epitel mulut rahim. HPV merupakan virus yang berukuran sangat kecil dan bisa menular saat bagian vagina mengalami perlukaan karena penularan terjadi saat melakukan hubungan seksual. Ada sekitar 20 tipe HPV yang berakhir dengan kanker serviks. Sekitar 70% kanker serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 25% nya disebabkan oleh HPV tipe 31 dan 45 (Riksana, 2016).
Infeksi oleh jenis HPV tertentu merupakan penyebab utama kanker serviks. Sementara itu, seseorang yang terkena infeksi ini memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat. Kanker serviks berkaitan dengan HPV tipe 16 dan 18 (Emilia, 2010).
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV. Lebih dari 90%
kanker mulut rahim ini adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker mulut rahim berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual (Rasjidi, 2007).
Faktor Risiko Kanker Serviks
Kanker serviks tidak hanya disebabkan oleh virus HPV, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor risiko. Faktor risiko disebut juga faktor predisposisi yaitu faktor atau kondisi yang bisa memicu terjadinya kanker serviks. Berikut ini faktor yang bisa memicu terjadinya kanker serviks meliputi:
1. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia dini
Wanita yang terlalu dini melakukan hubungan seksual, misalnya usia dibawah 20 tahun mempunyai risiko yang besar untuk mengalami kanker serviks. Hal ini dikaitkan dengan pembentukan sel epitel atau lapisan dinding vagina dan
serviks yang belum matang sempurna disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Kanker serviks lebih mudah menjangkiti perempuan yang sering berganti- ganti pasangan atau mempunyai pasangan seksual yang banyak atau sebaliknya, risiko datang dari suami yang sering berganti-ganti pasangan. Saat suami mempunyai mitra seksual yang banyak dan salah satu diantaranya menderita kanker serviks, maka saat suami berhubungan dengan istri secara langsung mentransfer infeksi kepada istri.
3. Riwayat terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS)
Wanita yang pernah terkena infeksi menular seksual memiliki risiko yang tinggi terkena kanker serviks. Hal ini karena HPV bisa ikut tertular bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan seksual.
4. Perempuan yang melahirkan banyak anak
Wanita yang sering melahirkan memiliki risiko lebih besar menderita kanker serviks. Selain itu, wanita yang melahirkan di usia muda juga memiliki risiko yang sama besar dengan wanita yang sering melahirkan.
5. Perempuan yang merokok
Perempuan yang merokok memiliki risiko lebih tinggi mempunyai resiko untuk menderita kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Satu batang rokok saja sudah bisa ditemukan banyak sekali zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya zat tembakau dalam lendir serviks wanita merokok. Tidak hanya itu, peneliti
juga menyakini bahwa rokok merusak DNA pada sel serviks dan berperan besar dalam proses perkembangan kanker serviks.
6. Wanita yang berasal dari golongan sosial ekonomi bawah
Risiko tinggi terjadi pada wanita yang berasal dari golongan dengan tingkatan ekonomi yang rendah. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan untuk mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan penting untuk menjaga serta meningkatkan daya tahan tubuh, terutama dalam menahan serangan infeksi virus dari luar. Selain itu, sosial ekonomi yang rendah juga menyebabkan wanita memiiki akses yang terbatas terhadap perkembangan dunia kesehatan, termasuk pentingnya melakukan skrining atau pendeteksian dini kanker serviks.
7. Wanita pengguna alat kontrasepsi oral (pil KB)
Hingga kini para ahli belum memiliki kesepahaman mengenai mekanisme penggunaan pil KB yang bisa meningkatkan risiko terjangkitnya kanker serviks. Guven et al (2009), menyimpulkan hipotesis bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan pil KB berperan dalam terjadinya kanker serviks. Hal ini karena kekentalan lendir bisa memperlama keberadaan agen karsinogenik penyebab kanker berada di serviks yang terbawa melalui hubungan seksual. Fakta juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang lama, setidaknya 5 tahun dengan peningkatan kejadian kanker serviks (Riksana, 2016).
Gejala Kanker Serviks
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis terjadinya kanker serviks adalah
sebagai berikut :
a. Keputihan, yang makin lama makin berbau busuk.
b. Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama kelamaan dapat terjadi pendarahan spontan (walaupun tidak melakukan hubungan seksual).
c. Berat badan yang terus menurun.
d. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
e. Pada fase invasi dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
f. Anemia (kurang darah) karena pendarahan yang sering timbul.
g. Rasa nyeri di sekitar genitalia.
h. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
i. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh (Diananda, 2010).
Deteksi Dini Kanker Serviks
Setiap wanita mempunyai resiko terkena kanker serviks walaupun kanker ini terbentuk dalam tempo waktu yang cukup lama, tetapi perlu diwaspadai.
Sebelum terjadi kanker stadium dini, kanker ini dimulai dengan serangan prakanker. Pada tahap prakanker wanita umumnya tidak menyadarinya, hal ini disebabkan karena sifat dari prakanker memang tidak diketahui gejalanya untuk menghidarinya wanita perlu melakukan deteksi dini kanker serviks, salah satunya
dengan melakukan skrining.
Skrining merupakan sebuah prosesuntuk mengidentifikasi suatu penyakit ataukelainan yang tidak dikenal, melalui tes yang dilakukan secara cepat pada lingkupyang luas. Pemeriksaan skrining kanker serviks dilakukan pada orang yang tampak sehat dan belum menunjukkan gejala penyakit namun merupakan kelompok yang berisiko terkena penyakit serviks. Kegiatan ini akan dapat membedakan dengan jelas orang yang sakit dan sehat. Hasil pemeriksaan skrining bila menunjukkan hasil positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan diagnosis sehingga mendapatkan penanganan dan pengobatan yang dibutuhkan.
Program pemeriksaan/skrining yang dianjurkan untuk kanker serviks menurut WHO yaitu sebagai berikut:
1. Skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.
2. Kalau fasilitas tersedia dilakukan setiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
3. Kalau fasilitas tersedia lebih,bisa lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.
4. Ideal atau optimal lakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun (Rasjidi, 2010).
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Pengertian IVA. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunkan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) (Permenkes, 2015). Tujuan pemeriksaan dengan Test IVA ini adalah mendeteksi secara dini penemuan prakanker. Test ini lazim dingunakan karena pelaksanaannya mudah, murah (ekonomis), dan cepat. Tidak perlu mengirim
preparet ke laboratorium. Pada pemeriksaan IVA, bila hasilnya negatif tetapi ada keluhan lain, seperti keputihan, harus dilakukan pengobatan yang sesuai dengan diagnosa. Bila hasil pemeriksaan positif ditemukannya bercak putih ( aceto white) maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atau melakukan rujukan ke puskesmas rujukan ataupun rumah sakit yang memiliki dokter SPOG (Pudiastuti, 2010).
Deteksi kanker serviks dengan metode IVA sangat cocok diterapkan di negara berkembang dengan berbagai alasan, yaitu mudah dilakukan,biaya pemeriksaan cukup terjangkau oleh seluruh kalangan terutama kalangan menegah ke bawah, efektif serta bisa dilakukan oleh bidan, perawat, dan dokter yang telah mendapatkan pelatihan mengenai pemeriksaan dengan metode IVA ini. Hasil pemeriksaanpun bisa segera diketahui dengan mempertimbangkan tingkat sensitivitas serta spesivitasnya yang cukup baik dan akurat (Riksana, 2016).
Sasaran pemeriksaan IVA. Kelompok sasaran penapisan kanker serviks adalah:
a. Perempuan berusia 30-50 tahun.
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah (bahkan jika di luar kelompok usia tersebut).
c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan yang sedang hamil dapat menjalani skrining dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena IVA belum dapat dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi puskemas, klinik IMS, dan klinik KB dianjurkan untuk skrining kanker leher rahim (Permenkes, 2015).
Namun metode IVA kurang efektif untuk menapis perempuan postmenopause karena adanya perubahan fisiologis sehingga lesi serviks lebih sulit untuk diamati.
Tahapan pemeriksaan IVA. Alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA yang dibutuhkan untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA dibutuhkan sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja atau tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.
4. Spekulum vagina.
5. Asam asetat (3-5%).
6. Swab-lidi berkapas.
7. Sarung tangan.
Prosedur IVA. langkah- langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pemeriksaa IVA meliputi:
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapatkan penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotom (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untu melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
6. Menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Reaksi pada leher rahim sudah dapat dilihat dalam waktu kurang lebih satu menit.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi berarti hasilnya negatif (Marmi, 2015).
Kategori pemeriksaan IVA. Kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif : menunjukan leher rahim normal
2. IVA radang: serviks dengan radang (servisitis)atau kelainan jinak lainnya (polip serviks)
3. IVA positif: ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker in situ)
4. IVA-kanker serviks: pada tahap inipun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini (stadium Ib-IIa)(Marmi, 2015).
Kelebihan pemeriksaan IVA. Menurut WHO (2006) dalam Wahidin (2015) beberapa - beberapa keuntungan penggunaan metode IVA antara lain;
1. Program IVA merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah, cepat, dan hasil dapat diketahui langsung.
2. Tidak memerlukan sarana laboratorium dan hasilnya segera dapat langsung didapatkan, dapat dilaksanakan di puskesmas bahkan mobil keliling yang dilakukan oleh dokter umum dan bidan.
3. Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama lima tahun akan menurunkan insidens kanker leher rahim secara signifikan, sensitifitas IVA sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas (antara 74-94%).
4. Skrining kanker leher rahim dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan kasus kanker leher rahin 83,6% .
Frekuensi pemeriksaan IVA. Seorang perempuan yang mendapatkan hasil tes IVA-negatif, harus menjalani skrining 3-5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai hasil test IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.
Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah seorang wanita yang berusia pada rentang usia 15-49 tahun (Kemenkes, 2011). Pada usia ini wanita harus lebih memperhatikan
kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi yang prima. Pada periode usia ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kanker, kegemukan, depresi dan penyakit serius tertentu salah satunya kanker serviks yang mengharuskan seorang wanita usia subur melakukan deteksi dini. Masa ini merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan berlangung kira-kira 33 tahun (Sibagariang, 2016).
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Definisi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi yang kompleks antara pengguna jasa pelayanan (konsumen) dan penyelenggara jasa pelayanan (Provider). Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat. Menurut Anderson dan Newman (1979) dalam Notoatmodjo (2010) tujuan model utilisasi pelayanan kesehatan bertujuan untuk menggambarkan hubungan kedua belah pihak antara faktor penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan, meringankan peramalan kebutuhan masa depan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah, menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel- variabel agar memberikan perubahan yang diinginkan, dan menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan/perawatan kesehatan yang baru.
Model pemanfaatan pelayanan kesehatan. Model utilisasi pelayanan kesehatan dalam kesehatan masyarakat ada beberapa jenis model menurut para ahli, antara lain:
Andersen. Andersen dalam Notoatmodjo (2012) mengelompokkan
perilaku orang yang ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga faktor meliputi :
1. Faktor predisposing yaitu kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, etnik, pekerjaan), sikap/kepercayaan yang muncul (terhadap pelayanan kesehatan, terhadap tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit).
2. Faktor pendukung yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh variabel sumber pendapatan keluarga (pendapatan dan tabungan keluarga, asuransi/sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan baik segi jarak maupun harga pelayanan), sumber daya yang ada di masyarakat yang tercermin dari ketersediaan kesehatan termasuk jenis dan rasio masing-masing pelayanan dan tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduk, kemudian harga pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka).
3. Faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan melakukan tindakan mencari pelayanan kesehatan. Penilaian seseorang terhadap suatu
penyakit merupakan bagian dari kebutuhan, penilaian terhadap kebutuhan dibagi menjadi dua kategori yaitu penilaian individu (perceived need) dan penilaian klinik (clinical diagnosis).
Green. Menurut Green (1980), perilaku dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan ditentukan oleh tiga faktoryaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposisi factors)
Faktor predisposisi adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dan lain sebagainya
2. Faktor- faktor pendukung (enabling factors)
Faktor pendukung adalah faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor pendorong adalah faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dever. Menurut Dever (1984), utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Sosiobudaya
Faktor sosiobudaya mencakup kemajuan teknologi dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
a) Teknologi
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan dapat mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kemajuan teknologi dapat menurunkan angka kesakitan atau kebutuhan untuk perawatan, seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan lain-lain.
b) Norma
Norma dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam perilaku utilisasi pelayanan kesehatan.
2) Faktor yang berhubungan dengan organisasi
Faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses yang memberi kebijakan kepada organisasi pelayanan kesehatan. Faktor ini meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan geografis, keterjangkauan sosial, dan karakteristik struktur pelayanan kesehatan.
3) Faktor yang berhubungan dengan konsumen
Faktor yang berkaitan dengan konsumen meliputi sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan etnis), sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan sosiopskilogi (persepsi terhadap penyakit).
4) Faktor yang berhubungan dengan provider
Faktor yang berkaitan dengan provider yaitu kemampuan pemberi pelayanan kesehatan dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui karakteristik pemberi pelayanan kesehatan tersebut.
Faktor – Faktor yang Diasumsikan Berhubungan dengan WUS Melakukan Pemanfaatan Pemeriksaan IVA
Pemanfaatan pelayanan IVA adalah penggunaan pelayanan IVA yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien tersebut. Pelayanan kesehatan juga harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan dan terjamin mutunya (Notoatmodjo, 2012).
Keputusan seseorang dalam melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku dari masing-masing individu. Faktor WUS dalam melakukan pemanfaatan pemeriksaan IVA mengacu pada model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Andersen dalam Notoatmodjo (2012) terbagi menjadi tiga meliputi faktor predisposing yaitu sikap dan pengetahuan.
Faktor pendukung yaitu dukungan suami dan informasi kesehatan. Faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan yang mencakup kebutuhan yang dirasakan.
Adapun faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi WUS melakukan pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dimana hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraanpada suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapatkan melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Ada enam tingkatan yang menjadi proses terjadinya perubahan pengetahuan meliputi:
1. Tahu (know)
Tahu didefinisikan sebagai mengingat suatu bahasan yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan yang termasuk dalam tingkat ini yaitu mengingat kembai (recall) sesuatu yang khusus dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini.
Oleh sebab itu, tahu termasuk tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami didefinisikan sebagai sebuah kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai objek yang diketahuidan bisa menginterpretasikan suatu materi tersebut dengan benar. Individu yang telah paham akan objek harus mampumenjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau keadaan sebenarnya. Disini aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ataupun suatu objek ke dalam komponen – komponen, namun masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih memiliki kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisis ini bisa diamati dari penggunaan kata kerja,dan dapat menggambarkan, memisahkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan dalam meletakkan atau menggabungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain, sintesis adalah kecakapan dalam menyusun suatu formulasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berhubungan dengan kemampuan dalammelakukan justifikasi atau penilaian pada suatu materi atau suatu objek. Kriteria penilaian dapat dibuat sendiri atau memakai yang sudah ada. Wawancara atau angket dapat dingunakan sebagai alat pengukur pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Adanya pengetahuan yang cukup pada WUS mengenai bahaya kanker serviks akan membantu dalam meningkatkan kesadaran WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA sehingga akan meminimalkan terkena dampak negatifnya.
Sikap. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang pada suatu stimulus atau objek. Bentuk dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
1. Menerima (receiving )
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Merespon berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
3. Menghargai (valueing)
Menghargai yaitu mengajak orang lain dalam mengerjakan ataupun mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi dimana segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang ada.
Komponen pokok sikap. Menurut Allport (1954) dalam Notoadmotjo (2012) sikap
memiliki tiga komponen pokok meliputi:
1. Kepercayaan/ keyakinan, ide, dan konsep pada suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi pada suatu objek 3. Kecenderungan dalam bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini akan sama-sama membentuk sikap yang utuh. Seorang WUS yang telah mendengar tentang penyakit kanker serviks (penyebabnya, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara penularan,dan pencegahannya) akan memiliki pengetahuan tentang kanker serviks sehingga dia akan berpikir dan berusaha supaya terhindar dari penyakit ini. Pada proses berpikir ini komponen emosi dan
keyakinan ikut bekerja sehingga WUS akan berniat melakukan pemeriksaan IVA.
Dukungan suami atau keluarga. Keluarga memiliki nilai strategis didalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah keluarga begitu pula sebaliknya. Keluarga berfungsi untuk melakukan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Menurut Friedman (2002) dalam Muslihin (2012) keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lainnya saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang berdekatan. Ada lima tugas kesehatan keluarga yaitu; mengenal masalah kesehatan dalam keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang benar, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang membahayakan bagi WUS, pemeriksaan IVA menjadi penting bagi WUS dan dukungan suami atau keluarga akan membantu WUS dalam mengambil keputusan baginya untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan karena suami/ keluarga merupakan orang-orang terdekat yang terikat secara emosi yang bisa mempengaruhi tindakan WUS.
Informasi kesehatan. Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang. Fungsi informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya
yang dapat dingunakan sebagai bahan pertimbangan dan mengurangi ketidakpastian sehingga menghindari keraguan saat mengambil keputusan.
Informasi dapat berasal dari pengamatan pribadi, percakapan dengan orang lain, dari majalah, media surat kabar atau laporan pemerintah (Sutanta, 2003).
Setiap individu berhak atas informasi dan edukasi yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk akses untuk mendapatkan informasi mengenai manfaat, risiko dan efektivitas dari suatu metode pemeriksaan kesehatan salah satunya pemeriksaan IVA sebagai salah satu metode supaya terhindar dari penyakit kanker serviks. Adanya ketersediaan informasi yang memadai mengenai pemeriksaan IVA akan mampu meningkatkan partisipasi dari masyarakat khususnya WUS sehingga mereka mau melakukan deteksi dini kanker dengan metode IVA.
Kebutuhan yang dirasakan. Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud dalam tindakan apabila hal itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Adanya kebutuhan akan pelayanan kesehatan akan diwujudkan dalam tindakan penggunaan pelayanan kesehatan. Keadaan status kesehatan seorang akan menimbulkan kebutuhan yang akan mendorongnya dalam mengambil keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak (Notoatmodjo, 2012). Seorang WUS akan menggunakan pelayanan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA jika WUS merasakan bahwa pemeriksaan ini merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan bagi kesehatannya.
Landasan Teori
Menurut Andersen dan Notoatmodjo (2012) mengelompokkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga faktor meliputi faktor predisposisi yaitu kecenderungan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, etnik, pekerjaan), sikap/ kepercayaan yang muncul (terhadap pelayanan kesehatan, terhadap tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit); faktor pendukung yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh pendapatan keluarga (pendapatan dan tabungan keluarga, ansuransi/ sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan sumber daya tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduknya, kemudian harga pelayanan kesehatannya yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka);
faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan.
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan penelitian dan teori maka kerangka konsep penelitian ini seperti bagan di atas. Kerangka pikir tersebut menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA meliputi pengetahuan, sikap, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti Tahun 2019.
Hipotesis
Berdasarkan uraian dan pembahasan teori yang dikemukan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat hubungan antara
Pemanfaatan pemeriksaan IVA
Pengetahuan
Dukungan Suami atau Keluarga
Informasi Kesehatan Sikap
Kebutuhan yang dirasakan
pengetahuan, sikap, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan terhadap pemanfaatan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti Tahun 2019”.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan menggunakan desain cross sectional dengan jenis explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan WUS dalam dalam memanfaatkan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Matiti. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Matiti. Alasan peneliti mengambil lokasi ini karena angka capaian pemanfaatan pemeriksaan IVA masih rendah dan belum mencapai target yang telah ditetapkan serta penelitian mengenai pemeriksaan IVA belum pernah dilakukan di lokasi ini.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai Bulan Februari sampai Agustus Tahun 2019.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur (WUS) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti yaitu sebanyak 5.780 orang yang tersebar di 18 desa dan satu kelurahan yaitu, Desa Bonanionan, Desa Hutabagasan, Desa Hutagurgur, Desa Hutaraja, Desa Janji, Desa Matiti I, Desa Matiti II, Desa Pasaribu, Desa Pariksinomba, Desa Sampean, Desa Sirisi-risi, Desa Silaga-laga, Desa Sihite I, Desa Sihite II, Desa Simangaronsang, Desa Sosor Gonting, Desa Sosor Tambok, Desa Sosor Tolong dan Kelurahan Pasar Doloksanggul.
Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari jumlah Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Matiti. Kriteria sampel penelitian ini adalah wanita usia subur yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Matiti, berstatus menikah dan bersedia menjadi responden. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumus Slovin (Umar, 2005) maka besar sampel adalah:
Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
E = Taraf kesalahan = 10 % Sehingga :
n = 98.29 atau n = 100 orang
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang Teknik pengambilan sampel dengan cara “Stratified Random Sampling”
menggunakan rumus :
Selanjutnya akan diambil kembali sampel dengan menggunakan “simple random sampling” Sehingga rincian sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Rincian Besar Sampel Setiap Desa
Nama Desa Jumlah WUS
(Orang)
Jumlah Sampel (Orang) Kelurahan Pasar Dolok Sanggul
Desa Bonanionan Desa Hutabagasan Desa Hutagurgur Desa Hutaraja Desa Janji Desa Matiti I Desa Matiti II Desa Pasaribu Desa Pariksinomba Desa Sampean Desa Sirisi-risi Desa Silaga-laga Desa Sihite I Desa Sihite II
Desa Simangarongsang Desa Sosor Gonting Desa Sosor Tambok Desa Sosor Tolong
1173 386 430 325 241 128 326 299 513 126 88 364 189 221 167 306 325 87 86
20 7 7 6 4 2 6 5 9 2 2 6 3 4 2 5 6 2 2
Jumlah 5780 100
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel. Variabel penelitian yang diteliti didalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan, sikap, dan kebutuhan yang dirasakan.
2. Variabel Terikat (Independent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan pemeriksaan IVA.
Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah pemahaman atau segala sesuatu yang diketahui oleh responden ditunjukkan dengan kemampuan untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang pengertian kanker serviks, gejala, faktor resiko, penyebab, cara pencegahan dan pengobatan kanker serviks serta pengertian IVA, waktu untuk melakukan pemeriksaan dan manfaat pelayanan IVA.
2. Sikap adalah reaksi atau respon dari responden terhadap pemanfaatan pelayanan pemeriksaan IVA.
3. Dukungan Suami atau keluarga adalah upaya atau dorongan yang diberikan oleh suami atau keluarga kepada responden untuk mengingatkan, membantu ataupun berpartisipasi terhadap pemanfaatan pelayanan pemeriksaan IVA sehingga responden memanfaatkan pelayanan pemeriksaan IVA.
4. Informasi kesehatan adalah data atau pemberitahuan tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA yang membantu meningkatkan pengetahuan responden dalam membuat suatu keputusan.
5. Kebutuhan yang dirasakan adalah adanya dorongan atau stimulus yang dirasakan sehingga responden melakukan tindakan penggunaan pelayanan pemeriksaan IVA.
6. Pemanfaatan pemeriksaan IVA adalah tindakan atau keputusan dari responden dalam menggunakan maupun tidak menggunakan pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker.
Metode Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai acuan pewawancara untuk melakukan wawancara kepada WUS. Peneliti juga menggunakan data pendukung yang diperoleh dari Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul yaitu data mengenai jumlah wanita usia subur serta dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel independen (bebas). Variabel independen yang akan diukur adalah pengetahuan, sikap, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan, dan kebutuhan yang dirasakan.
1. Pengetahuan
Variabel pengetahuan WUS terdiri dari 15 pertanyaan, dimana setiap jawaban yang benar akan diberi nilai 2, jawaban ragu- ragu (mendekati benar) diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Jumlah nilai jawaban dari pengetahuan WUS dihitung dengan rentang nilai 0–30. Selanjutnya kategori pengetahuan WUS dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2010):
a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya 23-30
b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya pada rentang 21-28 c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya ≤ 20
2. Sikap
Pengukuran variabel sikap dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu
Tabel 2
Pengukuran Variabel Sikap
Variabel Bobot Nilai 1 Variabel = 1 indikator
Bobot Nilai 1 Variabel = 10 indikator
Sikap
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4 3 2 1
40 30 20 10
Pengukuran variabel sikap WUS didasarkan atas jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diukur dengan skala Likert dimana bobot nilai dibagi menjadi 4, jika sangat setuju diberi nilai 4, jika setuju diberi nilai 3, jika kurang setuju diberi nilai 2, dan jika tidak setuju diberi nilai 1. Penilaian variabel sikap responden mengacu pada presentase berikut (Hidayat, 2010):
a. Sikap baik, apabila jawaban benar responden 34-40 (>85%) b. Sikap sedang, apabila jawaban benar responden 27-33 (65%-85%) c. Sikap kurang, apabila jawaban benar responden 20-26 (<65%) 3. Dukungan suami atau keluarga
Skala pengukuran variabel dukungan suami diukur melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dimana jawaban merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2018). Jawaban ya diberi nilai 1 sedangkan jawaban tidak diberi nilai 0. Kriteria jumlah jawaban dibagi menjadi 2 kriteria yaitu:
a. Mendukung jika total nilai 3-4 b. Kurang mendukung jika total nilai 0-2
4. Informasi kesehatan
Skala pengukuran variabel informasi kesehatan diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dimana jawaban merupakan jawaban tegas (Sugiyono,2018). Jawaban ya diberi nilai 1 sedangkan jawaban tidak diberi nilai 0. Kriteria jumlah jawaban dibagi menjadi 2 kriteria yaitu:
a. Pernah memperoleh informasi kesehatan jika total nilai 4-5 b. Kurang memperoleh informasi kesehatan jika total nilai 0-3 5. Kebutuhan yang dirasakan
Skala pengukuran variabel kebutuhan yang dirasakan diukur melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dimana jawaban merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2018). Jawaban ya diberi nilai 1 sedangkan jawaban tidak diberi nilai 0. Kriteria jumlah jawaban dibagi menjadi 2 kriteria yaitu:
a. Kebutuhan yang dirasakan jika total nilai 3-4
b. Kurang menjadi kebutuhan yang dirasakan jika total nilai 0-2 Metode pengukuran variabel dependen (terikat). Adapun variabel dependen yang akan diukur yaitu variabel pemanfaataan pemeriksaan IVA.
1. Pemanfaatan Pemeriksaan IVA
Skala pengukuran variabel pemeriksaan IVA diukur berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap pemanfaatan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan skala Guttman (Sugiyono, 2018).
Tindakan pemeriksaan IVA dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
a. Pernah memanfaatkan pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks.
b. Tidak pernah memanfaatkan pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks.
Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap, dukungan suami atau keluarga, informasi kesehatan dan kebutuhan yang dirasakan) dengan variabel dependen (pemanfaatan pemeriksaan IVA) dengan tingkat kepercayaan 95% (p< 0,05).