• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA DI PUSKESMAS MULYOREJO KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA DI PUSKESMAS MULYOREJO KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA DI PUSKESMAS

MULYOREJO KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

MAWADDAH WARAHMAH NIM. 141000076

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA DI PUSKESMAS

MULYOREJO KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAWADDAH WARAHMAH NIM. 141000076

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2019

Mawaddah Warahmah

(5)

Abstrak

Pusat Data dan Informasi Kanker Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 melaporkan bahwa estimasi jumlah kanker serviks di Indonesia pada Tahun 2013 adalah 98.692 orang dan di Sumatera Utara sebanyak 4.693orang dan di Kabupaten Deli Serdang memiliki 293.351 wanita yang berusia 30-50 tahun namun hanya 9.056 orang atau sebesar 2,75% wanita yang melakukan pemeriksaan dini kanker serviks dengan metode IVA, Di Puskesmas Mulyorejo pada Tahun 2016 yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 265 orang atau 1.15% dan pada Tahun 2017 sebanyak 159 orang atau 0.66%.

Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3 -5%). Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Derdang Tahun 2018. Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan mendalam tentang implemenrasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat petugas IVA yang belum mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan dan kader juga belum mendapat pelatihan dari petugas yang bertanggungjawab tentang program IVA sehingga kader belum memiliki pengetahuan tentang metode IVA.

Sarana dan prasarana yang ada di puskesmas sudah memadai dan lengkap, metode yang digunakan dengan metode pasif dan aktif yang melakukan kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung. Penyuluhan juga sudah dilaksanakan namun belum maksimal karena masih terdapat masyarakat dan kader yang belum mempunyai keinginan dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini dengan metode IVA.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Mulyorejo agar mengadakan pelatihan untuk petugas IVA, meningkatkan pengetahuan dan pendekatan ke masyarakat agar mau melakukan deteksi dini kanker serviks.

Kata kunci : Implementasi, kanker serviks, metode IVA

(6)

Abstract

The 2015 Cancer Data and Information Center of the Republic of Indonesia Ministry of Health reported that the estimated number of cervical cancers in Indonesia in 2013 was 98,692 people and in North Sumatra 4,693 people and in Deli Serdang District had 293,351 women aged 30-50 years but only 9,056 people or as much as 2.75% of women who carry out an early examination of cervical cancer with the IVA method, in the Mulyorejo Community Health Center in 2016 which conducted 265 IVA examinations or 1.15% and in 2017 as many as 159 people or 0.66%. Examination of cervical cancer early detection with IVA is the examination of the cervix visually using vinegar means looking at the cervix with the naked eye to detect abnormalities after applying acetic acid or vinegar (3- 5%). The aim of the study was to describe the implementation of the cervical cancer early detection program with the Mulyorejo Puskesmas Deli Derdang District in 2018. This type of research used a qualitative approach with in-depth interviews with informants to make it clear and in-depth about the implementation of the cervical cancer early detection program using IVA method at the Mulyorejo Health Center. The results of this study indicate that the implementation of the cervical cancer early detection program with the IVA method has been well implemented, but there are still IVA officers who have not received training from the Health Office and cadres have not received training from officers responsible for the IVA program so that cadres have no knowledge of IVA method. The facilities and infrastructure in the puskesmas are adequate and complete, the methods used are passive and active methods that carry out activities inside the building and outside the building. Counseling has also been carried out but has not been maximized because there are still people and cadres who do not have the desire and awareness to carry out early detection using the IVA method. Based on the results of the study, it is expected that the Deli Serdang District Health Office and the Mulyorejo Health Center should hold training for IVA officers, increase their knowledge and approach to the community so they want to carry out early detection of cervical cancer.

Keywords: Implementation, cervical cancer, IVA method

(7)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul berjudul “Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tersayang, Ayahanda tercinta Darmansyah dan Ibunda tercinta, Alang Saudah yang senantiasa selalu memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Kepada abangnda tercinta, Taufik Hidayat yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan doa serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan arahan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

5. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan arahan dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

6. Drs. Edi Syahrial, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU terutama Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

8. Kepala Puskesmas dan seluruh pegawai Puskesmas Mulyorejo yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani penelitian skripsi di Puskesmas Mulyorejo.

9. Semua pihak yang telah membantu dan setia menemani penulis serta selalu memberikan dukungan, saran, motivasi perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

Penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penyususnan dan materinya dalam penelitian skripsi ini. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang mendukung untuk kesempurnaan skripsi. Akhir kata, penulis

(9)

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermanfaat bagi pembaca terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2019

Mawaddah Warahmah

(10)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv Abstract v Kata Pengantar vi Daftar Isi ix Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Lampiran xiii Daftar Istilah xiv Riwayat Hidup xv Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 9 Tujuan umum 9 Tujuan khusus 9 Manfaat Penelitian 9 Tinjauan Pustaka 11

Kanker Serviks 11

Pengertian kanker serviks 11

Penyebab kanker serviks 11

Perjalanan penyakit kanker serviks 12

Gejala-gejala kanker serviks 13

Faktor risiko 13

Pencegahan kanker serviks 14

Stadium Kanker Serviks 16

Deteksi dini kanker serviks 19

Metode Inspeksi Visual Asam Asetat 19

Kategori pemeriksaan IVA 20

Tahapan pemeriksaan metode IVA 20

Program Pemeriksaan Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA 22

Pendekatan pemeriksaan dini kanker serviks 22

Sasaran dan frekuensi deteksi dini kanker serviks 22

Frekuensi skrining 23

Pemberian pelayanan SVA 23

Bentuk pelaksanaan kegiatan 24

(11)

Pembiayaan penyelenggaraan deteksi dini kanker serviks 30

Puskesmas 31

Fungsi puskesmas 31

Puskesmas sebagai upaya kesehatan perseorangan 32

Hasil Penelitian yang Relevan 33

Landasan Teori 33

Kerangka Berpikir 34

Metode Penelitian 36

Jenis Penelitian 36

Lokasi dan Waktu Penelitian 36

Subjek Penelitian 36

Definisi Konsep 37

Metode Pengumpulan Data 38

Metode Analisis Data 40

Hasil dan Pembahasan 41

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41

Geografi 41

Demografi 41

Tenaga kesehatan 42

Sarana pelayanan kesehatan 42

Karakteristik Informan 43

Analisis Komponen Input 44

Masukan (input) 44

Analisis Komponen Proses 52

Proses (process) 52

Analisis Komponen Keluaran (output) 59

Keterbatasan Penelitian 63

Kesimpulan dan Saran 64

Kesimpulan 64

Saran 66

Daftar Pustaka 67

Lampiran 70

(12)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Perbandingan IVA dengan Tes Penapisan Lain 20

2 Sumber Pembiayaan

30

3 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo

Tahun 2018 41

4 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Mulyorejo Tahun 2018 42 5 Data Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Mulyorejo Tahun 2018 42

6 Karateristik Informan 43

(13)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Perjalanan penyakit kanker 12

2 Stadium kanker serviks 18

3 Bagan alur pemeriksaan kanker serviks 29

4 Kerangka berpikir 34

(14)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 70

2 Lembar Observasi 82

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 83

4 Surat Permohonan Izin Penelitian Dinas Kesehatan 84

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 85

6 Matriks Pernyataan Informan 86

7 Dokumentasi Penelitian 95

(15)

Daftar Istilah

APBN Anggaran Pendapatdan Belanja Negara BAK Buang Air Kecil

BKKBN Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CFR Case Fatality Rate

CSR Corporate Social Responsibility

DSOG Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FIGO International Federation of Gynecology and Obstetrics FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

HPV Human Pappiloma Virus

IARC International Agency for Research on Cancer IMS Infeksi Menular Seksual

ISR Infeksi Saluran Reproduksi IVA Inspesksi Visual Asam Asetat JKN Jaminan Kesehatan Masyarakat KB Keluarga Berencana

Kemenkes Kementerian Kesehatan

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat SDM Sumber Daya Manusia

SSK Sambungan Skuamo Kolumnar TOT Training Of Trainers

(16)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Mawaddah Warahmah berusia 22 tahun, dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 9 April 1996. Penulis beragama Islam, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Darmansyah dan Ibu Alang Saudah.

Pendidikan formal dimulai di pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 101857 Gunung Rintih Tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di MTs Ikhwanuts Tsalist Tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di MAN 3 Medan Tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2019

Mawaddah Warahmah

(17)

Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia saat ini di hadapkan pada beban ganda dalam bidang pembangunan kesehatan, di satu sisi penyakit menular masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus yang belum tertangani dengan cepat, di sisi lain telah terjadi peningkatan kasus yang cukup pesat pada penyakit tidak menular (Bustan, 2007).

Menurut WHO (2013), dari 6 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2012, sebanyak 3 juta (68%) disebabkan oleh penyakit tidak menular.

Kematian akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara dengan perekonomian rendah dan menengah. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 di prediksi akan ada 52 juta jiwa kematian peritahun karena penyakit tidak menular, naik 14 juta jiwa dari 38 juta pada jiwa saat ini. (WHO, 2013).

Kanker serviks adalah sejenis kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri adalah bagian dari organ vital wanita yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Jenis kanker ini dipicu oleh human papilloma virus (HPV) yang masuk ke dalam tubuh akibat hubungan seksual tanpa pengaman. HPV adalah sekumpulan virus yang menyebabkan kutil di bagian-bagian tubuh manusia. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar

(18)

mengganggu sel-sel. Penyakit kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia berdasarkan kardiovaskuler. Setiap tahun 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7.6 juta diantaranya meninggal dunia. (Kemenkes RI, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO, 2014), ditemukan 528.000 kasus baru kanker serviks di diagnosis di seluruh dunia sekitar 85% terjadi di daerah yang kurang berkembang. Pada tahun yang sama 266.000 wanita di dunia meninggal akibat kanker serviks, diantaranya 9 dari 10 kasus mengalami kematian atau 231.000 jumlah wanita yang meninggal berasal dari negara dengan pendapatan yang rendah, disamping itu 35.000 atau 1 dari 10 wanita berasal dari negara dengan berpendapatan yang tinggi. Alasan utama penyebab perbedaan tersebut adalah kurangnya pengetahuan atas pencegahan dan mendeteksi dini sertai perawatan dan sulit mengakses program. Tanpa hal tersebut kanker serviks biasanya hanya dapat dideteksi ketika dalam resiko tinggi (WHO, 2014).

Di Afrika berdasarkan data WHO jumlah kasus kanker serviks adalah 99.038 jiwa atau 18,5 per 100.000 penduduk dan jumlah kematian diantaranya 60.098 jiwa meninggal dunia akibat kanker serviks (CFR 60,6%). Di Amerika kasus kanker serviks berjumlah 83,195 jiwa, bersamaan dengan itu jumlah kematian diantaranya adalah 35.673 jiwa (CFR 42,8%). Di Asia yang merupakan negara dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi yaitu sebanyak 284.823 jiwa dan angka kematian diantaranya sebanyak 144.434 jiwa (CFR 50,7%). Sedangkan di Eropa jumlah kasus kanker serviks 58.373 jiwa dan jumlah kematian diantaranya adalah 24.404 jiwa (CFR 41,8%). Alasan utama penyebab perbedaan

(19)

tingkat keparahan kasus kematian kanker serviks tersebut adalah kurangnya pengetahuan atas pencegahan dan mendeteksi dini serta perawatan dan sulit mengakses program, tanpa hal tersebut kanker serviks biasanya hanya akan terdeteksi ketika dalam keadaan yang lebih parah (WHO, 2015).

Berdasarkan data GLOBOCAN, Internationai Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan.

Angkai ini meningkat dari tahun 2002 dengan insiden kanker payudara 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 16 per 100.000 perempuan. Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumahi sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul kanker rahim (12,8%). Tahun 2013 kanker serviks menempati tahun tertinggi dari semua jenis kanker merupakan pembunuh nomor satu penyebab kematian akibat kanker pada perempuan yaitu 98,692 kasus (0,8%) disusul kanker payudara sebanyak 61.682 kasus (0,5%) (Kemenkes RI, 2015).

Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10% wanita di dunia sudah terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV). Mayoritas perempuan yang didiagnosis kanker serviks biasanya tidak melakukan screening test atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal. Tidak melakukan screening test secara regular merupakan faktor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks pada seseorang (Kemenkes RI, 2013).

(20)

Program deteksi dini tatalaksana kanker serviks sudah dimulai sejak tahun 2007 dan dicanangkan sebagai program nasional oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono padai 21 April 2008. Target program adalah 50% wanita berusia 30-50 tahun yang dicapai dalam 5 tahun sampai dengan tahun 2014 program telah berjalan pada 1.986 puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia.

Cakupan hasil kegiatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah di lakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), cakupan skrining kanker leher rahim tersebut masih sedikit, sehingga kegiatan deteksi dini perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan dan diperluas ke daerah lain yang belum mengembangkan program tesebut (Kemenkes RI, 2015).

Saat ini sudah lebih dari 3.700 Puskesmas seluruh Indonesia telah dilatih dalam pelayanan deteksi dini penyakit kanker payudara dan leher rahim, sedangkan untuk pengobatan segera dilakukan di rumah sakit kabupaten/kota secara berjenjang untuk rujukan kasusikanker (Kemenkes RI, 2017). Pusat Data dani Informasi Kanker Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 melaporkan bahwa estimasi jumlah kanker di Indonesia pada tahun 2013 adalah 347.792 orang dan di Sumatera Utara adalah 13.391 orang. Adapun estimasi jumlah kanker serviks di Indonesia sebanyak 98.692 orang dan di Sumatera Utara sebanyak 4.693 orang (Kemenkes RI, 2015).

Kabupaten Deli Serdang memiliki 34 Puskesmas yang telah melaksanakan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Pada tahun 2016

(21)

Kabupaten Deli Serdang memiliki 293,351 wanita yang berusia 30-50 tahun, namun hanya 9056 orang atau sebesar 2,75 % wanita yang telah melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA dan tidak ada yang dinyatakan positif IVA (Dinas Kesehatan Kabupuaten Deli Serdang, 2017).

Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker (Kemenkes RI, 2014).

Pemeriksaan IVA dilakukan pada wanita yang berusia 30-50 tahun dan yang sudah melakukan hubungan seksual dan juga perempuan tersebut dalam keadaaan tidak hamil (Kemenkes RI, 2013).

Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh Bidan, perawat, dokter umum dan dokter spesialis yang sudah terlatih (Arum, 2015). Metode IVA merupakan metode yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya yang sederhana seperti puskesmas (Kemenke RI, 2014). Metode IVA mempunyai keunggulan selain tidak memakan biaya yang mahal metode ini juga dapat memberikan hasil dengan cepat sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya.

Puskesmas Mulyorejo merupakan puskesmas rawat inap yang memiliki tempat strategis sehingga masyaraka mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah. Puskesmas mulyorejo baru mulai membuka program deteksi dini kanker

(22)

serviks dengan metode IVA pada tahun 2016 sampai sekarang. Dari 34 Puskesmas yang ada di Deli Serdang pada tahun 2016 Puskesmas Mulyorejo merupakan yang paling terendah untuk tahap pemeriksaan metode IV yaitu 1.15%. Yang bertanggung jawab di program ini berjumlah 3 orang, 2 orang bidan dan 1 orang perawat, di puskesmas ini belum memiliki dokter umum untuk penanganan kasus kanker serviks karena dokter umum yang wanita hanya 1 orang dan dia juga sebagai kepala Puskesmas dan ketua akreditasi sehingga tidak ada waktu untuk menjadi penanggung jawab program kanker serviks ini sedangkan dokter umum lain nya laki-laki. Dari Puskesmas Mulyorejo belum pernah ada yang mengikuti pelatihan langsung untuk program deteksi dini kanker serviks dari kegiatan yang dilakukan pihak dinas kesehatan, tetapi mereka mengikuti pelatihan tersebut dari Puskesmas yang sudah pernah mengikuti pelatihan sebelumnya.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa keberhasilan kegiatan penapisan untuk mencegah kanker akan terjadi bila penapisan dapat mencapai minimal 80%

dari populasi yang berisiko, yang berarti 80% dari populasi perempuan berusia 30-50 tahun (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Deli Serdang tentang program IVA tahun 2016 Jumlah sasaran perempuan usia 30-50 tahun Puskesmas Mulyorejo adalah 80% dari 22.975 yaitu berjumlah 18.380 orang yang harus dicapai selama lima tahun dan target selama setahun berjumlah 3676 orang, pada dua tahun terakhir dari tahun 2016–2017 puskesmas Mulyorejo belum mencapai target, pada tahun 2016 yang melakukan pemeriksaan IVA di

(23)

Puskesmas Mulyorejo yaitu 265 orang atau 1.15% dan pada tahun 2017 hanya 159 orang atau 0.66% dari jumlah sasaran usia subur yang berusia 30 –50 tahun.

Berdasarkan survei pendahuluan di dapatkan bahwa pelaksanaan deteksi dini dengan metode IVA belum berjalan dengan baik untuk keberhasilan kegiatan penapisan pencegahan kanker serviks Puskesmas membuat target sesuai dengan target Nasional yaitu 80% dari populasi perempuan yang berusia 30-50 tahun, tetapi target di Puskesmas Mulyorejo setiap tahunnya menurun dan tidak sesuai dengan target yang telah di tentukan. Puskesmas Mulyorejo memiliki klinik khusus pemeriksaan kanker serviks yang di buka setiap hari kamis, tetapi petugas mengatakan walaupun klinik di buka setiap hari kamis tidak semua ibu-ibu memeriksakannya di hari yang sudah ditentukan, ada yang datang di hari senin dan di hari lainnya, mereka datang memeriksakannya jika sudah mengalami gejala-gejalanya seperti gatal di bagian vagina, keputihan yang berlebihan dan lain–lain.

Pada awal kegiatan sosialisasi yang dibuat oleh petugas dilakukan pada saat pertemuan-pertemuan di desa seperti rapat desa, arisan ibu-ibu PKK, kegiatan ibu-ibu di gereja maupun di perwiritan kegiatan berkelanjutan hingga ke desa pada kegiatan kelapangan seperti posyandu dan pengobatan di luar gedung, petugas juga membagikan brosur, leaflet dan lainnya kepada ibu-ibu yang hadir di kegiatan tersebut guna untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim.Tetapi setelah di buat sosialisasi tersebut masih banyak sekali ibu-ibu yang masih belum rutin untuk memeriksakannya ke puskesmas. Selain itu mereka tidak merasa ada keluhan

(24)

sakit yang mengharuskan mereka untuk pergi memeriksakan diri, masyarakat lebih mementingkan penyakit yang memang sudah di derita seperti rematik, diabetes dan lain-lain. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pemegang program tersebut hambatan yang dirasakan yaitu masih ada masyarakat yang belum memahami pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan juga masih ada wanita yang malu dan merasa tidak perlu untuk memeriksakan dirinya untuk deteksi dini, sehingga capaian targetnya menjadi rendah dan menurun.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2013) menyatakan bahwa komunikasi, karateristik dukungan puskesmas dan sikap penanggung jawab berpengaruh secara langsung terhadap implementasi program IVA di Puskesmas. Selain itu menurut hasil penelitian Kamaliah (2012) mengatakan bahwa pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi wanita suburi berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan pap smear. variabel sikap memberikan pengaruh paling besar terhadap pemeriksaan pap smear. Oleh karena itu pengetahuan berperan penting dalam membentuk sikap dan prilaku wanita untuk memeriksakan dirinya.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini meliputi:

(25)

1. Bagaimana input implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

2. Bagaimana procces implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

3. Bagaimana output implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Untuk menganalisis komponen input yaitu sumber daya manusia (bidan, dan dokter terlatih), sarana dan prasarana (tempat, alat dan bahan) dan metode (pasif dan aktif) dalam implementasi program deteksi dini kankeri serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

2. Untuk menganalisis komponen process yaitu penyuluhan dan pemeriksaan dengan metode IVA dalam implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

3. Untuk menganalisis komponen output yaitu cakupan ibu yang melakukan pemeriksaan metode IVA dalam implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

(26)

1. Bagi peneliti bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan peneliti mengenai implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

2. Bagi instansi sebagai bahan masukan untuk Puskesmas dalam melihat implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

3. Bagi dinas kesehatan Deli Serdang, dapat menjadi referensi dan evaluasi dalam melakukan implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

(27)

Tinjauan Pustaka

Kanker Serviks

Pengertian kanker serviks. Kanker serviks adalah sejenis kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri adalah bagian dari organ vital wanita yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Jenis kanker ini dipicu oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang masuk ke dalam tubuh akibat hubungan seksual tanpa pengaman. HPV adalah sekumpulan virus yang menyebabkan kutil di bagian-bagian tubuh manusia. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus yang tidak berbahaya. Tapi ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel rahim untuk bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks. (Kemenkes RI, 2014).

Penyebab kanker serviks. Kanker leher rahim disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). HPV adalah singkatan dari Human Papiloma Virus, dan merupakan kelompok virus yang terdiri dari sekitar 100 jenis virus.

Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Virus HPV menunjukkan bahwa infeksi HPV ini menimbulkan lesi atau bercak yang identik dengan lesi prakanker.

Tipe resiko rendah disebut dengan tipe non-orgenik. Jika terinfeksi maka akan menimbulkan lesi jinak seperti kutil dan jengger ayam, tetap pada resiko yang tinggi jika terinfeksi dan tidak diketahui atau di obat maka akan menjadi

(28)

yaitu hingga mencapai 99%. Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital (Setiati, 2009).

Perjalanan penyakit kanker serviks. Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat hubungan dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah peranga se secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Sel yang mengalam mutasi disebut sel diplastik dan kelainan epitelnya disebut diplasia (Neoplasia Intrapitei Serviks/NIS). Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi displasia dikenali sebagai lesi prakanker. Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi kanker invasive (Kemenkes RI ,2013).

Gambar 1. Perjalanan kanker serviks

(29)

Gejala-gejala kanker serviks. Perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut melakukan pemeriksaan dini. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut :

1. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause

2. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).

3. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:

a. Nafsu makan berkurang, penurunan berati badan, kelelahan.

b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai.

c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja.

d. Patah tulang (fraktur) (Diananda, 2009).

Faktor risiko. Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV adalah:

1. Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun).

2. Berganti-ganti pasangan seksual.

3. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.

4. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.

5. Perempuan yang melahirkan banyak anak.

(30)

6. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita kanker leher rahim dibanding dengan yang tidak merokok.

(Kemenkes RI, 2013).

Pencegahan kanker serviks. Pencegahan kanker serviks dimulai dari penyampaian informasi tentang factor risiko deteksi dini untuk mendapatkan lesii prakanker leher rahim dan melakukan pengobatan segera, apabila ditemukan kelainan pada kegiatan penapisan (screening), segera dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Pencegahan kanker leher rahim meliputi tiga tingkatan pencegahan yaitu: primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan primer. Dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor resiko kanker, termasuk mengurang kerentanan individu terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor risiko, ada faktor protektif yang akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker pendekatan pencegahan ini memberikan peluang paling besar dan sangat cost- effective dalam pengendalian kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama.

Pencegahan sekunder. Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan

(screening test) dan edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis):

1. Penapisan atau skrining

Penapisan adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat. Upaya penapisan dikatakan adekuat bila tes mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran.

(31)

2. Penemuan dini (early diagnosis)

Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala. Oleh karena itu edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker diantara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya.

Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat, terjangkau aman dan mampu laksana, serta mencakup 80% populasi perempuan yang berisiko

Pencegahan tersier. Pencegahan tersier terdiri dari:

1. Diagnosis dan terapi

Diagnosis kanker leher rahim membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

2. Pelayanan paliatif

Hampir diseluruh dunia, pasien kanker yang terdiagnosis stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. (Kemenkes RI, 2013).

(32)

Stadium Kanker Serviks

FIGO (International Federation of Gynaecology and Obstetrics) adalah salah satu lembaga atau badan yang telah mengeluarkan pembagian stadium kanker serviks sehingga inilah yang umumnya digunakan dalam pembagian kanker serviks. Pada stadium ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker.

Stadiumi 0. Stadium 0 ini disebut juga dengan sebutan carcinoma in-situ,

karena pada stadium ini sel-sel kanker belum menyebar ke jaringan lain. Kanker masih kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks. Selain itu, kanker hanya ditemukan di lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapis serviks. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun 100%.

Stadium I. Karsinoma yang hanya menyerang serviks, meskipun

pertumbuhan kanker hanya terbatas pada serviks, namun infeksinya sudah mulai menyerang serviks dibagian bawah lapisan atas dari sel-sel serviks dan ini ditemukan hanya dileher rahim. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 85%. Ada dua bagian dari stadium I yaitu IA dan IB.

1. Stadium IA: Karsinoma invasif yang hanya didiagnosis melalui pemeriksaan mikroskopis.

a. Stadium IA1: Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≥ 7 mm.

meskipun perkembangannya sudah mulai meluas, namun tidak dapat terlihat sel kanker ini tanpa bantuan mikroskop.

b. Stadium IA2: Invasi stroma sedalam 3 mm dan seluas < 7 mm.

(33)

2. Stadium IB: Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri ataui kanker preklinis yang lebih besar daripada stadium IA.

a. Stadium IB1: Lesi yang nampak ≤ 4 cm. Pada stadium ini, sudah mulai dapat melihat kanker dengan mata telanjang karena ukuran sel kanker kian membesar.

b. Stadium IB2: Lesi yang nampak > 4 cm. Pada stadium ini juga bisa dapat dilihat dengan mata telanjang.

Stadiumi II. Lokasi kanker pada stadium ini meliputi serviks dan uterus,

namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina dan tidak mencapai dinding panggul. Kanker menyebar melewat leher rahim menyerang jaringan-jaringan disekitarnya. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 50-60%.

1. Stadium IIA: Kondisi dimana kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar lebih dalam dari vagina. Kanker tidak menginvasi ke parametrium (jaringan penyambung), namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina. Pada IIA 1, lesi yang nampak ≤ 4 cm sedangkan IIA2, lesi yang nampak > 4 cm.

2. Stadium IIB: Kondisi dimana mulai nampak invasi ke parametrium namun melibatkan dinding samping panggul.

Stadiumi III. Tumor meluas ke dinding pelvis dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosii atau merusak ginjal.

Selain itu, kanker mungkin juga telah menyebar ke simpul-simpul getah bening

(34)

yang berdekatan. Angka harapan hidup pada stadium ini dalam lima tahun adalah 30%.

1. Stadium IIIA: kanker telah melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding pelvis. Dalam stadium ini, kanker telah meluas sampai ke dinding samping panggul.

2. Stadium IIIB, sel kanker telah meluas sampa dinding samping vagina. Hal ini, akan menghambat proses berkemih, sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal. Stadium ini telah mulai merusak ginjal.

Stadiumi IV. Stadium ini merupakan stadium akhir kanker dimana kondisi

kanker sudah sangat parah. Karsinoma telah meluas ke pelvis sejati atau telah melibatkani mukosa kandung kemih atau rectum dan meluas melampaui panggul.

Angka harapan hidup penderitan kanker stadium ini dalam lima tahun sangatlah kecil, yaitu 5%.

1. Stadium IVA: Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya.

2. Stadium IVB: Kondisi dimana sel kanker menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru, hati dan tulang (Rasjidi, 2010)

(35)

Deteksi dini kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakuakan dengan melakukan skrining. Skrining adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit atau kelainan yang tidak dikenal, melalui tes yang dilakukan secara cepat pada lingkup yang luas. Melalui skrining, orang orang yang sehat dan sakit dapat dibedakan dengan jelas. Kegiatan skrining bukan dibatas pada diagnosis saja melainkan diikuti dengan tindak lanjut dan perawatan (Rasjidi, 2010).

Rasjidi (2010) menyebutkan program pemeriksaan atau skrining yang dianjurkan (WHO, 2002) untuk kanker serviks yaitu sebagai berikut:

1. Skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun.

2. Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.

3. Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.

4. Ideal atau optimal lakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.

Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Pengertian. Metode IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%).

Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.(Kemenkes RI, 2013).

IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan lain karena:

1. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan.

(36)

2. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakani untuk penapisan kanker leher rahim.

3. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan) (Kemenkes RI 2013).

Tabel 1

Perbandingan IVA dengan Tes Penapisan Lain

Jenis Tes Aman Praktis Terjangkau Efektif Mudah Tersedia

IVA Ya Ya Ya Ya Ya

Pap Smear Ya Tidak Tidak Ya Tidak

HPV/DNA Test Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Cervicography Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Kategori pemeriksaan IVA. Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah :

1. IVA negarif: serviks normal

2. IVA radang: serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).

3. IVA positif: ditemukan bercak putih acetowhite.

4. IVA kanker serviks: Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker leher rahim bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA) (Laila, 2001).

Tahapan pemeriksaan metode IVA. Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang sudah diencerkan, berarti

(37)

melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. (Kemenkes RI, 2015).

1. Peralatan dan bahan.

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang biasa tersedia di klinik atau poli KIA berikut:

a. Meja periksa ginekologis

b. Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina.

c. Spekulum graves bivalved (cocor bebek).

d. Nampan atau wadah alat.

2. Konseling kelompok dan perorangan sebelum menjalani IVA.

Sebelum menjalani test IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat presentasi dalam edukasi kelompok selama 10 sampai 15 menit, topik-topik yang harus dibahas adalah sebagai berikut:

a. Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan krioterapi.

b. Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit. Faktor-faktor resiko terkena penyakit tersebut:

a. Pentingnya penapisan dan pengobatan dini b. Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan.

c. Peran pasangan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani pengobatan.

d. Arti dari tes IVA positif atau negatif. (Kemenkes RI, 2013).

(38)

Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA

Pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA berpedoman pada Permenkes RI Nomor 34 tahun 2015 tentang pedoman teknisi pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Pedoman tersebut berisi mengenai:

Pendekatan deteksi dini kanker serviks. Pendekatan ”komprehensif”

atau dengan istilah ”dilihat dan diobati /see and treat” untuk pencegahan kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA yang dilanjutkan dengan pengobatan krioterapi, pelaksanaan skrining dengan cara melihat dan mengobati klien, dapat dilakukan pada saat kunjungan yang sama.

Pendekatan ini bertujuan untuk menghindari kunjungan berulang dari ibu/klien dan mengurangi kemungkinan ketidakhadiran kembalii ibu/klien pada kunjungan berikutnya. Walaupun pada keadaan tertentu, seorang perempuan/klien harus memintakan persetujuan suami untuk dilakukan krioterapi sehingga memungkinkan pelaksanaan krioterapi bukan pada hari yang sama dengan pemeriksaan IVA (Kemenkes RI, 2015).

Sasaran dan frekuensi deteksi dini kanker serviks. Melihat dari perjalanan penyakit kanker leher rahim, kelompok sasaran skrining kanker leher rahim adalah:

1. Perempuan berusia 30-50 tahun

2. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah (bahkan jika di luar kelompok usia tersebut).

(39)

3. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan yangi sedang hamil dapat menjalani skrining dengan aman, tetapi tidak boleh menjalan pengobatan dengan krioterapi).

4. Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB dianjurkan untuk skrining kanker leher rahim. (Kemenkes RI, 2015) Frekuensi skrining. Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA- negatif, harus menjalani skrining 3-5 tahun sekali. Mereka yang mempunya hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian. (Kemenkes RI, 2015).

Pemberi pelayanan SVA. Pemberi pelayanan pemeriksaan IVA, meliputi:

1. Petugas Kesehatan a. Bidan terlatih

b. Dokter umum terlatih

c. Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (DSOG) 2. Tempat Pelayanan

a. Puskesmas dan jaringannya b. Klinik

c. Dokter praktek mandiri 3. Pelatihan Petugas Kesehatan

Petugas yang akan melakukan IVA dan krioterapi dipilih sesuai kebutuhan program dengan kriteria berikut:

a. Berpengalaman dalam memberikan pelayanan KB.

b. Berpengalaman dalam memberi konseling dan edukasi kelompok.

(40)

c. Berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan panggul.

d. Berpenglihatan baik untuk memeriksa leher rahim secara visual.

(Kemenkes RI, 2015)

Bentuk pelaksanaan kegiatan. Bentuk pelaksanaan menggunakan dua metode yaitu pasif dan aktif. Metode pasif dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang telah memiliki tenaga kesehatan terlatih. Pada metode pasif, tenaga kesehatan menunggu pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan.

Sedangkan metode aktif yaitu deteksi dini dilaksanakan pada acara tertentu dengan berkoordinasi dan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor seperti peringatan hari besar, percepatan deteksi dini dan tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas kesehatan namun bisa di kantor, pusat keramainan yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan dibawah koordinasi dengan puskesmas setempat.

Pasif. Deteksi dini kanker leher rahim dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti puskesmas, klinik swasta integrasi dengan program lain yaitu infeksi saluran reproduksi/infeksi menular seksual (ISR/IMS), KB (BKKBN). Langkah-langkah dalam deteksi dini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan tempat, bahan, peralatan SDM dan penentuan waktu pelaksanaan.

2. Penetapan jumlah target perhari dan wilayahnya.

3. Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan dan perangkat desa.

(41)

Penetapan teknis pelaksanaan. Penetapan teknis pelaksanaan yaitu:

1) Pendaftaran dengan pembagian nomor urut 2) Pembuatan kartu nama

3) Pemanggilan klien dan suaminya.

4) Pemberian konseling dan informed consent (meminta kesediaan kepada klien dan suaminya untuk dilakukan tindakan).

5) Pelaksanaan IVA oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas.

6) Pelaksanaan krioterapi oleh dokter/bidan di puskesmas untuk IVA positif.

7) Penjelasan rencana tindak lanjut baik pada kasus positif maupun negatif.

8) Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia.

9) Pemulangan klien.

Penetapan target. Target adalah persentase dari jumlah populas perempuan yang seharusnya menerima pelayanan skrining dalam kurun waktu yang ditentukan. Populasi sasaran yang akan ditapis adalah perempuan berusia 30-50 tahun. Sehingga jumlah target cakupan dihitung berdasarkan data demografi jumlah perempuan yang berusia 30-50 tahun di wilayah kerjanya.

Karena program menetapkan minimal melakukan pemeriksaan setiap 5 tahun sekali maka jumlah target dapat dibagi dalam 5 tahun, untuk menetapkan target pertahun. Lalu target pertahun dibagi dengan 12 untuk target setiap bulannya.

Seperti contoh berikut: Misalkan Puskesmas A jumlah perempuan usia 30-50

(42)

tahun = 6.000 orang. Target 6.000 orang harus dilakukan pemeriksaan IVA minimal sekali dalam 5 tahun, sehingga tiap tahun harus mencapai 1.000 orang.

Dan untuk 1 bulan minimal harus melakukan pemeriksaan 800 orang.

Persiapan tempat, bahan dan peralatan. Persiapan tempat, bahan dan peralatan antara lain:

1. Tempat

Untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dengan metoda IVA dan papsmear membutuhkan ruangan khusus yang bisa bergabung dengan ruang KIA, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Ruangan tertutup dengan ukuran 9 meter persegi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup

b. Terdapat 1 meja konsultasi dan 1 buah meja periksa standar c. Tidak berlantai tanah.

2. Bahan dan peralatan a. Lampu sorot

b. Spekulum berukuran S,M,L

c. Wadah plastik 3 buah untuk larutan asam cukai 3-5%, air DTT, dan larutan klorin

d. Wadah untuk meletakkan spekulum

e. Ember ukuran sedang 3 buah untuk dekontaminasi klorin, larutan deterjen dan larutan air DTT

f. Bahan habis pakai: kapas lidi, spatula kayu, cuka (asam asetat 3-5%), klorin, jeli spekulum, pelicin untuk pemeriksaan payudara, sarung tangan,

(43)

kain untuk membersihkan lampu halogen dan tempat tidur/meja pemeriksaan. Perhitungan bahan habis pakai:

1) Kebutuhan asam asetat: 100 ml asam asetat 3–5% dapat digunakan untuk memeriksa lebih kurang 200 perempuan.

2) Kebutuhan kapas lidi untuk mengaplikasikan asamasetat: satu klien membutuhkan kapas lidi sekitar 4–5 batang.

3) Kebutuhan sarung tangan: satu klien membutuhkan 2–4 buah sarung tangan.

g. Untuk tatalaksana IVA positif dengan krioterapi dibutuhkan peralatan sebagai berikut:

1) Kondom sebaga pelindung dinding vagina 2) Peralatan krioterap

3) Tabung gas berisi gas N20 atau CO2

Kebutuhan SDM untuk melakukan pemeriksaan. Untuk melakukan pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh bidan kompeten ataupun dokter. Jumlah yang diharapkan ada 2 orang bidan dan 1 orang dokter dalam tiap puskesmas.

Untuk tatalaksana IVA positif dapat dilakukan pengobatan dengan krioterapi yang dilakukan oleh dokter yang kompeten.

Penentuan waktu pelaksanaan. Penentuan hari pemeriksaan sebaiknya disesuaikan dengan target pemeriksaan, makin banyak target yang akan diperiksa sebaiknya waktu dan hari buka pelayanan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim semakin banyak dalam satu minggu (bisa 2-3 kali dalam seminggu).

(44)

Pelaksanaan deteksi dini. Untuk kelancaran pelaksanaan deteksi dini perlu disiapkan:

1. Kartu pasien dan status pasien (terlampir) 2. Lembar balik

3. Form rujukan

Aktif. Deteksi dini dilaksanakani pada acara-acara tertentu dengan

berkoordinas dan bekerja sama dengani lintas program dan lintas sektor seperti peringatan hari besar, percepatan deteksi dini dan tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas kesehatan namun bisa di kantor, pusat keramaian yang memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan IVA dibawah koordinasi FKTP setempat.

1. Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini

a. Pentingnya deteksi dini untuk pencegahan kanker.

b. Manfaat melakukan deteksi dini kanker.

c. Kerugian akibat kanker yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya baik secara moril dan materil

d. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut melalui pola hidup sehat bebas dari kanker

e. Menyampaikan informasi fasilitas kesehatan yang dapat melakukan pelayanan deteksi dini.

2. Mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini a. Identifikasi sasaran yang akan dilakukan deteksi dini.

b. Mengedukasi sasaran untuk bersedia melakukan deteksi dini (Kemenkes RI, 2015)

(45)

Alur program deteksi dini kanker serviks. Panduan alur kerja puskesmas dalam melaksanakan program deteksi dini kanker serviks sesuai dengan Permenkes no 34 tahun 2015 penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim.

Gambar 3. Bagan alur pemeriksaan kanker serviks

Pembiayaan penyelenggaraan deteksi dini kanker serviks. Pembiayaan penyelenggaraan deteksi dini kanker leher rahim dapat berasal dari pemerintah misalnya dalam bentuk APBN mapupun APBD. Pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim dengan pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh klien maupun masyarakat pada unit FKTP yang menyediakan pemeriksaan tersebut dengan

(46)

menggunakan dana mandiri dengan kualitas pelayanan yang tidak berbeda dengan peserta JKN.

1. Bantuan tidak mengikat lainnya 2. Asuransi kesehatan nasional (BPJS)

Peserta JKN yang mendapatkan layanan IVA pembiayaannya ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap tahun berturut-turut selama 3 tahun. Jika hasil pemeriksaan negatif selama 3 kali pemeriksaan, maka pemeriksaan berikutnya dilakukan dengan interval menjadi tiap 5 tahun.

Tabel 3

Sumber Pembiayaan

Sumber Pembiayaan Keterangan

APBN Norma Standar Prosedur Kriteria

TOT Advokasi Sosialisasi

Stimulan sarana dan prasarana Bimbingan Teknis

Monitoring dan evaluasi Jejaring

Surveilans

BPJS Kesehatan Pembiayaan upaya kesehatan masyarakat Pembiayaan upaya kesehatan perorangan

(bersambung) Tabel 3

Sumber Pembiayaan

Sumber Pembiayaan Keterangan

APBD Peningkatan kapasitas SDM

Sosialisasi

Meyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana Bimbingan teknis

(47)

Jejaring Surveilans Sumber: Permenkes RI 2015

Puskesmas

Pengertian. Pusat kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;

3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes no 75, 2014).

Fungsi puskesmas. Fungsi puskesmas antara lain:

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas

selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri

(48)

dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, sertai ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggungjawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. (Permenkes No 75, 2014).

Puskesmas sebagai upaya kesehatan perorangan. Puskesmas sebagai upaya kesehatan terdepan memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dalam rangka pelaksanaan fungsi upaya kesehatan maka penyelenggaraan pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dalam bentuk kegiatan pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Upaya promotif. Upaya promosi kesehatan dipuskesmas dilakukan agar

masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), upaya promosi kesehatan dilakukan melalui sosialisasi, penyuluhan, komunikasi, diseminas- informasi dan edukasi.

Upaya penapisan dan deteksi dini. Deteksi dini perlu dilakukan agar

penyakit tidak menular tidak berlanjut menjadi fase akhir terjadinya penyakit tersebut yang akan memberikan beban biaya keseehatan yang sangat mahal.

Upaya penapisan dani deteksi dini dapat dilakukan di masyarakat secara massal, di luar gedung maupun di dalam gedung puskesmas yang dapati dilaksanakan secara terintergras.

Hasil Penelitian yang Relevan

(49)

Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh Bidan, perawat, dokter umum dan dokter spesialis yang sudah terlatih (Arum, 2015). Metode IVA merupakan metode yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya yang sederhana seperti puskesmas (Kemenke RI, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2013) menyatakan bahwa komunikasi, karateristik dukungan puskesmas dan sikap penanggung jawab berpengaruh secara langsung terhadap implementasi program IVA di Puskesmas..

Landasan Teori

Kanker serviks adalah sejenis kanker yang muncul pada leher rahim wanita. . Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat hubungan dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah peranga se secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Sel yang mengalam mutasi disebut sel diplastik dan kelainan epitelnya disebut diplasia (Neoplasia Intrapitei Serviks/NIS). Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Lesi displasia dikenali sebagai lesi prakanker. Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi kanker invasive (Kemenkes RI ,2013).

Pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA berpedoman pada Permenkes RI Nomor 34 tahun 2015 tentang pedoman teknisi

(50)

pengendalian kanker payudara dan kanker serviks. Pencegahan kanker serviks dimulai dari penyampaian informasi tentang factor risiko deteksi dini untuk mendapatkan lesii prakanker leher rahim dan melakukan pengobatan segera, apabila ditemukan kelainan pada kegiatan penapisan (screening), segera dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan rumah sakit.

Kerangka Berpikir

Gambari 4. Kerangka berpikir penelitian

Berdasarkan gambar di atas definisi dari kerangka pikir tersebut adalah sebagai berikut :

1. Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program pencegahan kanker serviks dengan metode IVA, seperti : SDM, sarana dan prasarana dan metode

2. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan program deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA di Puskesmas Mulyorejo, yaitu dengan cara:

Input 1. SDM

(bidan dan dokter terlatih) 2. Sarana dan

prasarana (tempat, alat dan bahan) 3. Metode

(Pasif dan Aktif)

Proces

1. Penyuluhan 2. Pemeriksaan

dengan metode IVA

Output Cakupan Ibu yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA

(51)

a. Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau melakukan deteksi dini dengan metode IVA.

b. Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker leher rahim dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah mengoles leher rahim dengan larutan asam asetat 3 -5%

1. Output adalah hasil dari pelaksanaan program yaitu Cakupan Ibu yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA

(52)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk menganalisis implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA di Puskesmas Mulyorejo Kabupaten Deli Serdang tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mulyorejo Kecamatan sunggal.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena kunjungan dalam deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Mulyorejo rendah, pada tahun 2016 yaitu (1.15%) dan pada tahun 2017 (0.66%), sedangkan jumlah sasaran yang harus di capai harus 80%

dari jumlah wanita yang berusia 30-50 tahun, wanita yang menikah di usia dini dan wanita yang melakukan hubungan seks.

Waktu penelitian akan dilaksanakan dimulai dengan survey pendahuluan sampai penelitian yang dimulai bulan Agustus 2018 sampai dengan tanggal 22 Desember 2018.

Subjek Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 13 orang yaitu 1 orang petugas dinas kesehatan, kepala Puskesmas, 2 orang bidan, 1 orang perawat, 1 orang kader kesehatan, 2 orang pasien dan 5 orang yang non pasien.

Adapun kriteria pasien dan non pasien yaitu wanita yang berusia 30-50 tahun, wanita yang menikah di usia dini dan wanita yang melakukan hubungan seks.

(53)

sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

Definisi Konsep

Definisi konsep penelitian ini merupakan :

1. Input ialah sesuatu yang dibutuhkan untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan:

a. Ketersediaan SDM adalah Tenaga Kesehatan dikegiatan pemeriksaan dini cancer serviks dengan cara inspeksi visual asam asetat di Puskesmas Mulyorejo.

b. Tersedianya sarana dan prasarana ke semua alat, bahan, dan ruangan yang digunakan pemeriksaan dini cancer serviks dengan cara inspeksi visual asam asetat di Puskesmas Mulyorejo.

c. Metode dalam melakukan kegiatan pemeriksaan dini cancer serviksdengan cara inspeksi visual asam asetat untuk mencapai tujuan, mempunyai tujuan dalam kegiatan adalah:

1) Metode pasif: dilakukan pada fasilitas kesehatan yang sudah mempunyai petugas kesehatan sudah diberi pelatihan. Disini petugas hanya menunggu pasien yang datang untuk yang melaksanakan pemeriksaan.

2) Metode aktif: dilakukan ke acara-acara yang tertentu dan membuat kerja sama dengan aparat setempat dan dengan lintas sector seperti

(54)

memperingati hari-hari besar, dan lain lain, kegiatan ini tidak hanya dilakukan di puskesmas saja tetapi bisa dilakukan di tempat yang sudah di sediakan yang sudah memenuhi syarat .

2. Proses ialah langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dikegiatan pemeriksaan dini cancer serviks dengan cara inspeksi visual asam asetat di Puskesmas Mulyorejo, yaitu dengan cara:

a. Penyuluhan adalah upaya kegiatan yang di buat untuk memeberikan informasi, menyimpan kepercayaan ke masyarakat bahwa meraka tak saja sadar, tahu dan mengerti, juga mau melaksanakan deteksi dini dengan metode IVA.

b. Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan yang dibuat guna menyelidiki kanker serviks dengan menengok langsung leher rahim itu setelah peletakan cairan asam cuka sebanyak tiga sampai lima persen.

3. Output adalah hasil dari proses keluaran suatu kegiatan pemeriksaan kanker serviks yaitu ikut serta masyarakat dan sikap dalam pengunjungan penduduk dalam mengikuti kegiatan guna menghasilkan hasil yang optimal.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui: dokumentasi pengamatan, dan wawancara (Basrowi dan Suwandi, 2008). Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

Gambar

Gambar 1. Perjalanan kanker serviks
Gambar 3. Bagan alur pemeriksaan kanker serviks
Gambar 1. Dokumentasi bersama Kepala Puskesmas Mulyorejo
Gambar 3. Dokumentasi dengan pasien

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa , agar mengadakan pelatihan untuk petugas IVA,

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa , agar mengadakan pelatihan untuk petugas IVA,

Kegiatan pengabdian pada masyarakat “Pemeriksaan IVA Test Gratis Dengan Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Masa Pandemi” berjalan lancar dan diikuti dengan antusias oleh

Pengetahuan dan pendidikan ibu tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu untuk melakukan deteksi dini kanker serviks seperti Pap smear dan Tes IVA yang dapat dilakukan di

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA

Berdasarkan data dalam diagram 5.5 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai deteksi dini kanker serviks di puskesmas bogor tengah tahun 2018, bahwa lebih

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan dapat meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks dengan tes IVA, terutama di dalam acara-acara

pada tugas akhir ini akan dibuat suatu sistem Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Berbasis Pengolahan Citra Digital yang akan mampu mendeteksi dini kanker serviks dengan