• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR DAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI DESA TANJUNG ANOM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR DAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI DESA TANJUNG ANOM SKRIPSI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR DAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI

KANKER SERVIKS DI DESA TANJUNG ANOM

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

PETRINA ROMANA GINTING 180100108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR DAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI

KANKER SERVIKS DI DESA TANJUNG ANOM

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

PETRINA ROMANA GINTING 180100108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Than Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pap Smear dan Tes IVA Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks di Desa Tanjung Anom” dengan baik dan tepat waktu, sebagai salah satu syarat dalam meyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

2. dr. Riza Rivany, Sp.OG(K)-Onk, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis, memberikan nasihat, ilmu dan motivasi dengan baik dan sabar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

3. dr. Teuku Bob Haykal, M.Ked (Cardio), Sp.JP(K), selaku ketua penguji dan dr. Dudy Aldiansyah, M.Ked (OG), Sp.OG(K) selaku anggota penguji yang telah meluangkan waktu, memberi nasihat, saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik dan benar.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018 yang telah meluangkan waktu dan membantu proses penyelesaian skrips ini.

6. Kedua orang tua Nasipta Ginting dan Suriani Manurung, serta saudara kandung penulis Yosefh Tamado Ginting dan Vanessa Olivia Ginting, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Anna Delinda Hutapea, Kindri Manik, Maydline Tiofanny, Meirin Yustisya Sinulingga, dan sahabat terbaik lainnya yang tidak bisa disebut satu per satu, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

(5)

ii

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi yang diberikan maupun cara penulisan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama dalam bidang pendidikan kedokteran.

Medan, November 2021 Penulis,

Petrina Romana Ginting 180100108

(6)

iii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan………... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ………. iv

Daftar Gambar………. viii

Daftar Tabel ……… ix

Daftar Lampiran……….. x

Daftar Singkatan... xi

Abstrak ………... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah……… 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.3.1 Tujuan Umum………... 3

1.3.2 Tujuan Khusus……….. 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 4

1.4.1 Manfaat untuk Masyarakat………... 4

1.4.2 Manfaat untuk Institusi Pendidikan……….. 4

1.4.3 Manfaat untuk Mahasiswa ………... 4

1.4.4 Manfaat untuk Peneliti……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1 Pengetahuan ……… 5

2.1.1 Pengertian ……… 5

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ……… 5

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan … 6 2.1.4 Pengukuran Pengetahuan ………. 7

2.2 Sikap ……… 7

2.2.1 Komponen Sikap ……….. 8

2.2.2 Tingkatan Sikap ………... 8

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ………... 9

2.2.4 Pengukuran Sikap ……… 9

(7)

iv

2.3 Kanker Serviks ……… 10

2.3.1 Pengertian ……… 10

2.3.2 Etiologi ……… 11

2.3.3 Faktor Risiko Kanker Serviks ………. 12

2.3.4 Gejala Klinis ……… 14

2.3.5 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks ………... 15

2.4 Deteksi Dini……… 17

2.4.1 Pengertian ……… 17

2.4.2 Tujuan ……….. 17

2.4.3 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks ………….. 17

2.5 Pap Smear ……… 18

2.5.1 Pengertian ……… 18

2.5.2 Tujuan Pap Smear ………... 19

2.5.3 Manfaat Pap Smear ………. 19

2.5.4 Indikasi Pap Smear ……….. 19

2.5.5 Persiapan Sebelum Pap Smear ……… 20

2.5.6 Prosedur Pap Smear ……… 20

2.5.7 Interpretasi Hasil Pap Smear ……… 21

2.6 IVA ……….. 23

2.6.1 Pengertian ……… 23

2.6.2 Tujuan IVA ………. 24

2.6.3 Indikasi IVA ……… 24

2.6.4 Kontraindikasi IVA ………. 24

2.6.5 Syarat IVA ……….. 25

2.6.6 Teknik Pelaksanaan IVA ………. 25

2.6.7 Interpretasi IVA ………. 25

2.6.8 Keuntungan IVA ………. 26

2.6.9 Jadwal IVA ……….. 26

2.7 Kerangka Teori ………... 27

2.8 Kerangka Konsep ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 29

3.1 Rancangan Penelitian ……….. 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 29

(8)

v

3.2.1 Lokasi Penelitian ……… 29

3.2.2 Waktu Penelitian ………. 29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 29

3.3.1 Populasi ………... 29

3.3.2 Sampel………... 30

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ………. 31

3.4.1 Kriteria Inklusi ……… 31

3.4.2 Kriteria Ekslusi ………... 31

3.5 Metode Pengumpulan Data……….. 31

3.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data………. 32

3.6.1 Metode Pengolahan Data………. 32

3.6.2 Analisa Data………... 32

3.7 Definisi Operasional………. 32

3.7.1 Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) ……….. 32

3.7.2 Pengetahuan Terhadap Pap Smear ……….. 32

3.7.3 Sikap Terhadap Pap Smear ………. 33

3.7.4 Pengetahuan Terhadap Tes IVA ………. 34

3.7.5 Sikap Terhadap Tes IVA ……… 35

3.7.6 Usia……… 35

3.7.7 Pendidikan ………. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 37

4.1 Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian……….. 37

4.2 Karakteristik Responden ………. 37

4.3 Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pap Smear….. 38

4.3.1 Pengetahuan Ibu Tentang Pemeriksaan Pap Smear Di Desa Tanjung Anom………. 38 4.3.2 Sikap Ibu Tentang Pemeriksaan Pap Smear Di Desa Tanjung Anom……….. 41 4.4. Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap IVA ………… 44

4.4.1 Pengetahuan Ibu Tentang Pemeriksaan IVA Di Desa Tanjung Anom……… 44 4.4.2 Sikap Ibu Tentang Pemeriksaan IVA Di Desa Tanjung Anom……… 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 49

5.1 Kesimpulan………... 49

(9)

vi

5.2 Saran ……… 50

DAFTAR PUSTAKA……… 52

LAMPIRAN………... 58

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi serviks 11

2.2 Stadium kanker serviks 16

2.3 Pemeriksaan Pap Smear 21

2.4 Metode tes IVA 24

2.5 Kerangka Teori 27

2.6 Kerangka Konsep 28

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi stadium kanker serviks menurut FIGO 15 2018

2.2 Klasifikasi sistem Bethesda 23

4.1 Distribusi frekuensi karakteristik reposnden 38

di Desa Tanjung Anom

4.2 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 39 responden tentang Pap smear

4.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden 39 tentang Pap smear berdasarkan usia

4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden 40 tentang Pap smear berdasarkan pendidikan

4.5 Distribusi sikap responden tentang Pap smear 41 4.6 Distribusi sikap responden tentang Pap semar 42

berdasarkan usia

4.7 Distribusi sikap responden tentang Pap 43 berdarkan pendidikan

4.8 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden 44 tentang tes IVA

4.9 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden 45 tentang tes IVA berdasarkan usia

4.10 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden 45 tentang tes IVA berdasarkan pendidikan

4.11 Distribusi sikap responden tentang tes IVA 46 4.12 Distribusi sikap responden tentang tes IVA 47

berdasarkan usia

4.13 Distribusi sikap responden tentang tes IVA 48 berdasarkan pendidikan

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

A Lembar Informasi Penelitian 58

B Lembar Biodata Penulis 60

C Pernyataan Orisinilitas 62

D Lembar Persetujuan Responden 63

E Kuesioner Penelitian 64

F Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner 68

G Ethical Clearance 73

H Surat Izin Penelitian 74

(13)

x DAFTAR SINGKATAN

AGUS : Atypical Glandular Undetermined Significance ASCUS : Atypical Squamous Cells Undetermined Significance CIN : Cervical Intraepithel Neoplasm

DNA : Deoxyrybo Nucleic Acid

FIGO : International Federation of Gynecology and Obstetric FK : Fakultas Kedokteran

HGSIL : High Grade Squamous Intraepithelial Lesions HIV : Human Immunodeficiency Virus

HPV : Human Papilloma Virus IUD : Intra Uterine Device

IVA : Inspeksi Visual Asam asetat KB : Keluarga Berencana

LBC : Liquid Base Cytology

LGSIL : Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPSS : Statistical Package for the Social Science USU : Universitas Sumatera Utara

WHO : World Health Organization

(14)

xi ABSTRAK

Latar Belakang. Kanker serviks merupakan keganasan dari serviks dan menjadi penyebab

kematian terbesar kedua setelah penyakit kardiovaskular di seluruh dunia,berdasarkan data WHO pada tahun 2018 angka kejadian kanker serviks mencapai 9.6 juta kasus. Di Indonesia berdasarkan data Kemenkes 2019 insidensi kanker serviks mencapai 23.4 per 100.000 penduduk, tinggiya kasus kanker serviks di Indonesia membutuhkan penanganan khusus terutama di bidang pencegahan dan deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear dan tes IVA. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan bagaimana sikap ibu mengenai Pap smear dan tes IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di Desa Tanjung Anom. Metode. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dan pengumpulan data menggunakan kuesioner serta pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Hasil. Tingkat pengetahuan ibu PUS mengenai Pap smear dari 68 responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik, yaitu 46 responden (67.65%), 21 responden (30.88%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 responden (1.47%) responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Tingkat pengetahuan responden mengenai IVA sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup, yaitu 36 responden (52.94%), 22 responden (32.35%) memiliki pengetahuan baik dan 10 responden (14.71%) memiliki pengetahuan yang kurang. Sikap responden mengenai Pap smear sebagian besar memiliki sikap yang sangat positif, yaitu 41 responden (60.29%), 25 responden (36.76%) memiliki sikap positif dan 2 responden (2.94%) memiliki sikap negatif. Sikap responden mengenai IVA sebagian besar memiliki sikap yang positif, yaitu 42 responden (61.76%), 17 respoden (25%) memiliki sikap yang sangat positif dan 9 (13.24%) responden memiliki sikap negatif

Kesimpulan. penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang Pap smear

adalah baik, tentang IVA adalah cukup dan sikap ibu tentang Pap smear adalah sangat positif, tentang IVA adalah positif.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pap Smear, Tes IVA

(15)

xii ABSTRACT

Background. Cervical cancer is a malignancy of the cervix and is the second largest cause of death after cardiovascular disease worldwide, based on WHO data in 2018 the incidence of cervical cancer reached 9.6 million cases. In Indonesia, based on 2019 Ministry of Health data, the incidence of cervical cancer reaches 23.4 per 100,000 population, the high number of cervical cancer cases in Indonesia requires special handling, especially in the field of prevention and early detection. Early detection can be done with Pap Smear and IVA tests. Purpose. The purpose of this study was to determine the level of knowledge and attitudes of mothers regarding Pap smears and IVA tests as early detection of cervical cancer in Tanjung Anom Village. Method. The research method used is descriptive research withdesign cross sectional and data collection using a questionnaire and sampling using simple random sampling technique. Results. The level of knowledge of respondents about Pap smears from 68 respondents mostly had good knowledge, namely 46 respondents (67.65%), 21 respondents (30.88%), had sufficient knowledge and 1 respondent (1.47%) respondents had less knowledge. The level of knowledge of respondents about VIA mostly have sufficient knowledge, namely 36 respondents (52.94%), 22 respondents (32.35%) have good knowledge and 10 respondents (14.71%) have less knowledge. Most of the respondents' attitudes about Pap smears had very positive attitudes, namely 41 respondents (60.29%), 25 respondents (36.76%) had positive attitudes and 2 respondents (2.94%) had negative attitudes.

Most of the respondents' attitudes about VIA have a positive attitude, namely 42 respondents (61.76%), 17 respondents (25%) have a very positive attitude and 9 (13.24%) respondents have a negative attitude. Conclusion. In this study it can be concluded that the mother's level of knowledge about Pap smears is good, about VIA is sufficient and mother's attitude about Pap smears is very positive, about VIA is positive.

Keywords : Knowledge, Attitude, Pap Smear, IVA Test

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit kanker menjadi penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit kardiovaskular di seluruh dunia dan pada tahun 2018 angka kejadiannya mencapai 9,6 juta kasus. Bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi 18.1 juta kasus kanker dalam 2 dekade berikutnya, kanker serviks berada di urutan ke empat yang menjadi penyebab terbanyak kematian pada wanita setelah kanker payudara , kanker kolorektal dan kanker paru (Bray et al., 2018).

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa dan terjadi pada serviks atau leher rahim, yang letaknya antara Rahim dan liang senggama (vagina). Setiap tahun 470.000 wanita diseluruh dunia didiagnosis menderita kanker serviks, 230.000 wanita harus meninggal akibat kanker serviks dan lebih dari 190.000 wanita di anataranya berasal dari negara berkembang (Samadi, 2011).

Hasil data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2018 bahwa presentase kejadian kanker serviks sebesar 6.6% dan presentase kematian akibat kanker serviks sebesar 7.5% dengan perkiraan 570.000 kasus dan 311.000 kematian di seluruh dunia pada tahun 2018.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kemenkes pada tanggal 31 januari 2019, terdapat kasus kanker serviks sebesar 23.4 per 100.000 penduduk, sedangkan menurut Riskesdas tahun 2013, estimasi kanker serviks di sumatera utara adalah 4.694 kasus. Setiap tahun jumlah penderita kanker serviks terus meningkat (Yuliani, 2020).

Kanker serviks mempunyai hubungan erat dengan adanya infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang menyerang leher Rahim. Sehingga HPV

(17)

sering menjadi penyebab utama kanker serviks. Kebanyakan dari penyakit ini tidak menimbulkan gejala, oleh sebab itu sebagian besar kasus kanker serviks sering terdiagnosa sudah ditahap stadium lanjut dan sudah menyebar ke bagian organ organ tubuh lain, hal ini menyebabkan pengobatan untuk kanker serviks semakin sulit. Selain itu tingginya kasus ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang kurang peka dalam menjaga kesehatan reproduksi (Savitri, 2015), serta minat masyarakat akan deteksi dini yang kurang (Sholihah dan Sulityorini, 2015).

Deteksi dini kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan, atau prosedur yang dapat di gunakan secara cepat. Dengan adanya deteksi dini pada kanker serviks adalah faktor utama dalam mengurangi kejadian kanker serviks dan kematian akibat kanker serviks.

Beberapa metode dalam upaya deteksi dini kanker serviks yang digunakan ialah Pap smear, Pap net, Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), Servikografi, Kolposkopi, Thin Prep Liquid Base Cytology, Tes Human Papilloma Virus, Test Liquid Cytology (LBC), biopsi, dan konisasi (Savitri, 2015).

Pap smear dan Tes IVA merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Skrining dengan Pap smear mempunyai sensitifitas 84.2% dan spesifisitas 62.1%, sementara pada pemeriksaan Tes IVA mempunyai sensitifitas yang sama dengan Pap smear yaitu 84.2% dan spesifisitas 55.2% yang lebih rendah dibandingkan dengan Pap smear. Program deteksi dini kanker serviks ini sampai pada tahun 2014 telah berjalan pada 1.986 puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Target program ini yakni 80%

perempuan berusia 30-50 tahun. (Kemenkes, 2010b).

Pengetahuan dan pendidikan wanita tentang kanker serviks akan menimbulkan sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker serviks.

Hal ini merupakan faktor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker

(18)

serviks seperti Pap smear dan Tes IVA. Pengetahuan dan pendidikan ibu tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu untuk melakukan deteksi dini kanker serviks seperti Pap smear dan Tes IVA yang dapat dilakukan di puskesmas terdekat (Martini, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan prevalensi kanker serviks di Indonesia yang tinggi akibat kurangnya program skrining, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap smear dan Tes IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Tanjung Anom”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap smear dan Tes IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Tanjung Anom?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang Pap smear dan Tes IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Tanjung Anom.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

a) Untuk melihat pengetahuan ibu tentang Pap smear dan Tes IVA

b) Untuk melihat sikap ibu tentang Pap smear dan Tes IVA c) Untuk melihat perbandingan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

di Desa Tanjung Anom berdasarkan umur

d) Untuk melihat perbandingan tingkat pengetahuan dan sikap ibu di Desa Tanjung Anom berdasarkan tingkat pendidikan

(19)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi guna menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Pap Smear dan Tes IVA sebagai upaya deteksi dini kaker serviks.

1.4.2 Manfaat Untuk Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan bahan perbandingan dalam penelitian yang lebih lanjut.

1.4.3 Manfaat Untuk Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang pemeriksaan Pap smear dan Tes IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks, dan dapat memotivasi mahasiswa untuk dapat lebih aktif memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya Pap smear dan Tes IVA.

1.4.4 Manfaat Untuk Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan penulis dan dapat menjadi motivasi untuk melakukan penelitian penelitian selanjutnya.

(20)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGETAHUAN

2.1.1 PENGERTIAN

Pengetahuan adalah hasil tahu atau hasil dari pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan meliputi lima pancaindra manusia, yakni indra pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2014).

2.1.2 TINGKAT PENGETAHUAN

Menurut Notoatmodjo 2014, terdapat 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mempelajari suatu memori. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dan pada tingkatan ini pengetahuan yang dimiliki ialah menguraikan, menyebutkan dan mendefinisikan materi dengan benar.

2. Memahami (comprehension)

Tidak hanya sekedar tahu namun mampu untuk menjelaskan, menyimpulkan serta menginterpretasikan secara benar sesuai fakta.

3. Aplikasi (application)

Kemampuan untuk mengaplikasikan atau mempraktekan materi yang sudah dipahami pada kondisi nyata atau sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan atau menjelaskan materi ke dalam

komponen-komponen yang masih ada kaitannya satu sama lain. Di tingkat ini pengetahuan yan dimiliki adalah membedakan, membandingkan, memisahkan, dan mengelompokkan materi yang telah dipahami.

(21)

5. Sintesis (synthesis)

Suatu kemampuan untuk menghubungkan dan menciptakan pola baru dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi terhadap materi atau objek tertentu.

2.1.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a) Usia

Mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap seseorang. Semakin bertambahnya usia pola pikir dan daya tangkap seseorang akan semakin berkembang sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin membaik. Pandangan masyarakat bahwa seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang – orang yang belum tinggi tingkat kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa ( Budiman, 2013).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan di masa lalu (Notoatmodjo, 2010).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat intelegensinya dan semakin mudah informasi yang diterima sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Budiman, 2013).

(22)

d) Lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungan akan membentuk watak atau perilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2014).

e) Intelegensi

Kemampuan seseorang untuk berpikir dan menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah, intelegensi merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah informasi sehingga mampu untuk menguasai kondisi lingkungannya (Notoatmodjo, 2014).

f) Pekerjaan

Pengalaman akan lebih banyak dimiliki oleh orang yang memiliki pekerjaan dibandingkan orang yang tidak memiliki pekerjaan (Notoatmodjo, 2014).

2.1.4 PENGUKURAN PENGETAHUAN

Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

a. Pengetahuan baik jika responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

b. Pengetahuan cukup jika responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

c. Pengetahuan kurang jika responden dapat menjawab <56% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

2.2 SIKAP

Menurut Secord & backman (1964) dalam Azwar (2013) menyebutkan bahwa sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

(23)

Allport (1924) dalam Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi.

2.2.1 KOMPONEN SIKAP

Menurut Azwar (2016), sikap memiliki 3 komponen yang saling bertautan, yaitu :

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif terdiri dari persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

Komponen kognitif seringkali disamakan dengan suatu opini, terutama apabila menyangkut suatu masalah atau isu.

b) Komponen afektif

Kompnen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang.

c) Komponen konatif.

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen konasi menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku.

2.2.2 TINGKATAN SIKAP

Menurut Notoatmodjo (2014) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu : 1) Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

(24)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan atau mengerjakan suatu masalah merupakan indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tiggi.

2.2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh dari kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional individu (Azwar, 2013).

2.2.4 PENGUKURAN SIKAP

Pengukuran sikap dapat dilakukan dalam beberapa cara. Menurut Sunaryo (2013) pengukuran sikap dibedakan menjadi 2, yaitu :

A. Pengukuran secara langsung

Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara mengamati bagaimana sikap subjek terhadap suatu masalah secara langsung. Pengukuran sikap secara langsung terdiri dari :

1. Cara pengukuran langsung berstruktur

mengukur sikap dengan menyusun pertanyaan sedemikian rupa dalam suatu instrument yang telah ditentukan dan diberikan kepada subjek yang diteliti. Instrumen pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pada penggunaan skala Likert dikenal teknik

“Summated rating “ . kategori jawaban pada skala Likert terbagi atas 4 kategori jawaban, yaitu sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2),

(25)

tidak setuju (1). Nilai 4 merupakan hal yang Favorable (menyenangkan) dan nilai 1 merupakan hal yang unfavorable (tidak menyenangkan).

2. Cara pengukuran langsung tidak berstruktur

Merupakan pengukuran sikap yang bersifat sederhana dan tidak memerlukan persiapan yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara bebas atau free interview dan pengamatan langsung (survey).

B. Pengukuran secara tidak langsung

Pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E. Osgood.

2.3 KANKER SERVIKS 2.3.1 PENGERTIAN

Serviks merupakan bagian bawah uterus yang menonjol ke dalam liang vagina sekitar 2 cm sebagai porsio vaginalis dan menghubungkan serviks ke vagina melalui kanal servikalis, dibagi atas porsio yang menonjol ke dalam vagina (porsio vaginalis) dan diatas vagina (porsio suprvaginalis). Orifisium internum adalah kanalis servikalis yang bermuara ke dalam uterus dan orifisium eksternum adalah kanalis servikalis yang bermuara ke dalam vagina (Cunningharm, 2013).

(26)

Gambar 2.1 : Anatomi Serviks (Gray’s anatomy, 2010).

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan sel – sel yang mengalami pertumbuhan dan penyebaran secara abnormal dan tidak terkendali, sel-sel kanker dapat tumbuh di bagian tubuh manapun. Tipe dari suatu sel kanker dinamakan berdasarkan tempat awal pertumbuhannya. Jika kanker tersebut berasal dari leher Rahim (serviks), maka kanker itu disebut kanker serviks (University of Miami, 2018).

Maka dapat disimpulkan kanker serviks merupakan pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak terkendali yang berasal dari leher Rahim (serviks) dan dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.

2.3.2 ETIOLOGI

Kanker serviks disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus). HPV menular terutama melalui hubungan seksual dan dapat bertahan dalam jaringan vulva, vagina, dan serviks wanita. Virus HPV mempunyai lebih dari 150 jenis, HPV tipe 16 dan 18 menjadi penyebab kanker serviks dan mempunyai peranan penting dalam replikasi virus melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengkode pembetukan protein-proteinyang penting (Runge dan Greganti, 2010).

HPV terbagi dalam 3 grup, yaitu tipe high risk oncogenic (tipe 16, 18, 45, 56), tipe intermediate risk oncogenic (tipe 31, 33, 35, 51, 52 54) dan tipe

(27)

low risk onconegic (tipe 6, 11, 42, 43, 44). Tipe high risk oncogenic merupakan tipe yang lebih berperan dalam terbentuknya lesi prakanker dan kanker serviks (Doebritz, et al., 1991).

Karsinogenesis dimulai ketika DNA HPV tipe high risk oncogenic berintegrasi dengan genom sel serviks dan menyebabkan kemungkinan terjadinya mutasi. Bila mutasi terjadi pada gen p53 yang berfungsi untuk menekan proses pertumbuhan neoplasma, maka fungsi gen p53 akan terganggu dan menyebabkan terbentuknya neoplasma (Tiro et al., 2007).

2.3.3 FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)

Besar kemungkinan kanker serviks disebabkan karena adanya infeksi virus (HPV). Virus ini dapat menginfeksi sel di permukaan serviks, genital, tenggorokan dan mulut, serta menyebabkan metaplasia sel secara tidak terkendali yang pada akhirnya akan menjadi kanker. Perilaku seks bebas dan berganti ganti pasangan menjadi salah satu faktor resiko seorang wanita terinfeksi virus ini. Human Papilloma Virus tipe low risk oncogenic contohnya tipe HPV 6 dan HPV 11 dapat menyebabkan kutil di bagian genital pria dan wanita sementara Human Papilloma Virus tipe high risk oncogenic contonhnya tipe HPV 16 dan HPV 18 merupakan penyebab terbanyak kanker serviks (American Cancer Society, 2016).

b. Perilaku seksual

Perilaku seksual dengan bergonta ganti pasangan seksual dapat menyebabkan kejadian kanker serviks skuamosa. Bila saat berhubungan seks pertama kali ber usia dibawah 15 tahun dan memiliki partner seksual yang banyak (6 atau lebih) memiliki resiko lebih 10 kali lebih besar.

Risiko akan lebih meningkat jika berhubungan seks dengan pria yang mempunyai risiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum. Pria yang berisiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum ialah pria yang sering melakukan hubungan seksual dengan banyak wanita

(28)

c. Merokok

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengatakan bahawa wanita yang merokok dapat beresiko dua kali lebih besar untuk mengalami kanker serviks. Bahan-bahan kimia yeng terdapat dalam rokok akan diserap oleh paru dan menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Para peneliti sebelumnya mengatakan bahwa pada wanita perokok dijumpai bahan karsinogenik tembakau pada mukosa serviks, zat kimia ini akan merangsang pertumbuhan kanker di serviks dan merusak sel – sel DNA pada permukaan serviks. Akibat dari perilaku merokok maka kekebalan sistem imun tubuh akan menurun dan tidak dapat melawan infeksi virus HPV (Fitrisia et al., 2020).

d. Immunosupresi

Sistem imun tubuh sangat berperan penting dalam melawan berbagai jenis infeksi. Wanita yang terinfeksi dengan virus seperi Human Immunodeficiency Virus (HIV) akan lebih mudah terinfeksi oleh HPV, hal ini dikarenakan HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan menurun sehingga tubuh akan lebih mudah terinfeksi oleh virus – virus yang lain seperti Human Papilloma Virus yang menyebabkan kanker serviks.

Menurunnya system imun juga dapat menyebabkan sel – sel di serviks berkembang dengan cepat. Penggunaan obat penyakit autoimun yang dapat menurunkan ssstem imun juga merupakan salah satu fakor risiko terinfeksi HPV (Torre, 2015).

e. Infeksi Chlamydia

Chlamydia merupakan suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual. Beberapa penelitian mengatakan bahwa wanita yang terinfeksi chlamydia lebih berisiko terkena kanker serviks. Pada penelitian yang melibatkan 150 penderita kanker serviks menunjukkan bahwa 27%

dari mereka mempunyai antibody Chlamydia Trachomatis (Silva, 2013).

(29)

f. Umur

Umur > 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks, semakin dewasa umur seseorang maka risiko untuk terjadinya kanker serviks semakin meningkat (Fitrisia et al., 2020).

g. Paritas

Menurut beberapa literatur, seorang wanita yang sering melahirkan (memiliki banyak anak) termasuk risiko tinggi menderita kanker serviks.

h. Pemakaian kontrasepsi

Memakai alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5 – 2,5 kali. Hal ini dikarenakan salah satu sasaran alat kontrasepsi oral adalah jaringan serviks, meskipun demikian hubungan penggunaan alat kontrasepsi oral dengan peningkatan risiko kejadian kanker serviks masih kontroversional (Yuviska and Amirus, 2015).

2.3.4 GEJALA KLINIS

Pasien yang berada di tahap prakanker sering tidak menimbulkan gejala apapun. Gejala pada tahap prakanker biasanya berupa keputihan dan perdarahan sedikit yang dapat hilang. Di tahap kanker gejala yang timbul dapat berupa keputihan yang disertai dengan vagina yang berbau dan terjadinya perdarahan hebat yang diluar dari siklus haid (Hoffmann, 2012).

(30)

2.3.5 KLASIFIKASI STADIUM KANKER SERVIKS

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2018

Stadium Deskripsi

I Karsinoma masih terbatas di serviks dan belum menyerang kelenjar getah bening disekitarnya

IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial dimasukkan ke dalam stadium IB

IA1 invasi kanker ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar kurang dari 7 mm

IA2 invasi kanker ke stroma lebih dari 3 mm tetapi tidak lenih dari 5 mm dengan lebar 7 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2

IB1 Invasi stroma dengan kedalaman lebih atau sama dengan 5 mm dan dimensi terbesar kurang dari 2 cm.

IB2 Invasi stroma dengan kedalaman lebih atau sama dengan 2 cm dan dimensi terbesar kurang dari 4 cm.

IB3 Invasi stroma dimensi terbesar lebih atau sama dengan 4 cm.

II Kanker telah menyebar keluar leher Rahim (serviks) tetapi belum sampai ke bagian dinding panggul dan sepertiga bagian bawah vagina.

IIA1 Kanker dengan dimensi terbesar kurang dari 4 cm.

IIA2 Kanker dengan dimensi terbesar lebih atau sama dengan 4 cm.

IIB Kanker sudah menginvasi daerah perimetrium tetapi belum mencapai bagian dinding panggul

(31)

III Kanker telah menginvasi sepertiga bagian bawah vagina dan telah terjadi penyebaran ke bagian dinding panggul dan/atau dapat menyebabkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

IIIA Kanker menginvasi sepertiga bawah vagina dan parametrium tetapi belum mencapai bagian dinding panggul

IIIB Terjadi perluasan invasi kanker ke bagian dinding panggul dan adanya hidronefrosis atau afungsi ginjal

IIIC Keterlibatan kelenjar getah bening panggul dan / atau paraaorta IIIC1 Metastasis ke kelenjar getah bening panggul.

IIIC2 Metastasis ke kelenjar getah bening paraaorta.

IV Penyebaran tidak hanya pada serviks, tetapi sudah ke kelenjar getah bening dan organ di sekitarnya

IVA Sel kanker menyebar ke kandung kemih dan rektum.

IVB Sel kanker telah metastasis jauh ke bagian tubuh seperti hati, paru, tulang, dan mediastinal (Bhatla et al., 2018).

Gambar 2.2 Stadium kanker serviks.

(Sumber: Longo, D. L., 2017, Harrisons’s Hematology and Oncology, 3rd edn, McGraw- Hill Education, p. 613.)

(32)

2.4 DETEKSI DINI KANKER SERVIKS 2.4.1 PENGERTIAN

Deteksi dini merupakan suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan tanpa menunggu adanya keluhan. Dengan melakukan deteksi dini maka akan semakin cepat suatu kanker teridentifikasi sehingga angka harapan hidup juga akan semakin tinggi (Anggraini et al., 2016).

Deteksi dini kanker serviks adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur yang dapat digunakan secara cepat (Savitri, 2015).

2.4.2 TUJUAN

Tujuan deteksi dini kanker serviks adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap gejala kanker serviks. Deteksi dini juga sebagai bentuk preventif sejak awal terhadap indikasi-indikasi akan terjadinya gangguan (Saraswati, 2017).

2.4.3 METODE DETEKSI DINI KANKER SERVIKS a. Pap smear

Merupakan pemeriksaan sitologi yang dilakukan dengan cara mengamati sel-sel epitel yang dieksfoliasi dari leher rahim (serviks) (Purwoto &

Nuranna, 2002).

b. Tes IVA :

Merupakan teknik pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% ke kapas lidi kemudian diusapkan ke daerah serviks. Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium dan dinyatakan IVA postif (Sari, 2019).

c. Pap net

Merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk mengidentiifkasi sel yang abnormal dibantu menggunakan komputerisasi (Pantanowitz, 2020).

(33)

d. Servikografi

Merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk membuat foto pembesaran porsio dipulas dengn menggunakan asam asetat 3-5%

(Harahap, 2019).

e. Kolposkopi

Merupakan alat deteksi kanker serviks dan lebih sering digunakan sebagai pemeriksaan lanjuta dari hasil tes pap smear yang abnormal. Namun, kolposkopi jarang digunakan karena memerlukan biaya yang mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsy (Phiadelvira, 2021).

f. Tes DNA Human Papilloma Virus

Merupakan suatu metode skrining dengan menggunakan alat khusus untuk mengambil spesimen cairan di sekitar ostium serviks. Indikasi pemeriksaan ini ialah kelompok resiko tinggi paparan terhadap infeksi HPV (Rebolj et al, 2015).

2.5 PAP SMEAR

2.5.1 PENGERTIAN

Pap (Papanicolau) smear merupakan pemeriksaan sitologi yang dilakukan dengan cara mengamati sel-sel epitel yang dieksfoliasi dari leher rahim (serviks). Pap smear pertama sekali dikemukakan oleh Dr.

George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel pada tahun 1928 (Purwoto &

Nuranna, 2002). Sel-sel epitel serviks yang telah dieksfoliasi kemudian diwarnai secara khusus dan diamati dibawah mikroskop apakah sel epitel serviks dalam keadaan normal atau sudah menunjukkan tanda-tanda sel abnormal bahkan kanker.

(34)

2.5.2 TUJUAN PAP SMEAR Tujuan tes Pap smear adalah :

1. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serviks.

2. Sebagai Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher Rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker.

3. Untuk mengetahui kelaina-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher Rahim.

4. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks (Mastutik et al., 2015).

2.5.3. MANFAAT PAP SMEAR

Manfaat pemeriksaan pap smear menurut (Handayani, 2018), yaitu : 1. Untuk dapat mendiagnosis kelainan pra ganas atau keganasan

portio atau serviks, dan yang paling utama untuk penemuan dini kanker serviks.

2. Membantu mendiagnosis adanya proses peradangan beserta penyebab terjadinya peradangan.

3. Mengetahui fungsi hormonal akibat pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel selaput lender vagina.

2.5.4 INDIKASI PAP SMEAR

Pap smear seharusnya mutlak dilakukan oleh setiap wanita yang sudah menikah atau yang sudah pernah melakukan hubungan seksual aktif. Pap smear hendak dilakukan jika memiliki faktor-faktor resiko seperti yang dikemukakan oleh (Azmi, 2017), yaitu :

1. Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual pada usia dibawah 20 tahun.

2. Wanita yang memiliki pasangan seksual yang banyak (Multiple).

(35)

3. Wanita yang memiliki riwayat penyakit menular seksual.

4. Wanita yang mengalami perdarahan setiap berhubungan seksual.

5. Wanita yang mengalami keputihan atau adanya rasa gatal pada vagina.

6. Wanita yang sudah mengalami menopause dan mengeluarkan darah pervaginam.

7. Wanita yang aktif merokok.

8. Wanita yang memakai alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama memakai IUD dan pil KB.

2.5.5 PERSIAPAN SEBELUM PAP SMEAR

Persiapan sebelum melakukan Pap smear (Julisar, 2009), yaitu :

1. Datang untuk melakukan pemeriksaan Pap smear dua minggu setelah haid.

2. Pada saat pengambilan spesimen lendir diusahakan agar otot-otot vagina dalam keadaan rileks.

3. Tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum pengambilan spesimen lendir pada serviks.

4. Tidak menggunakan pembasuh antiseptic atau sabun antiseptik pada daerah sekitar vagina selama 72 jam sebelum pemeriksaan pap smear.

2.5.6 PROSEDUR PAP SMEAR

Prosedur pemeriksaan Pap smear menurut (Manuaba, 2007), yaitu : 1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum

bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.

2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.

3. Pasang spekulum hingga bagian vagina atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis tampak jelas.

(36)

4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.

5. Spatula dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360o searah jarum jam.

6. Sediaan yang telah didapat lalu dioleskan di atas objek kaca pada sisi yang telah diberi tanda sebelumnya dengan membentuk sudut 45o satu kali usapan.

Gambar 2.3 pemeriksaan Pap smear

(Sumber : https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/pap-smear/about/pac-20394841)

7. Mencelupkan kaca objek kedalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.

8. Kemudian sediaan dimasukkan kedalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

2.5.7. INTERPRETASI HASIL PAP SMEAR

Pada interpretasi hasil pap smear dikenal beberapa sistem, yaitu sistem Papanicolaou, sistem Cervica Intraepithel Neoplasm (CIN), dan sistem Bethesda.

(37)

Sistem Papaniolaou dikemukakan oleh Dr. George Papanicolaou, sistem papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Manuaba, 2007), yaitu:

 Kelas I : Tidak ada sel atipik atau sel abnormal.

 Kelas II : Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan.

 Kelas III : Gambaran sitologi dicurigai keganasan.

 Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit.

 Kelas V : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.

Berkembangnya sitologi di bidang diagnostik, para ahli menganjurkan mengganti sistem Papanicolaou, karena sistem Papanicolaou tidak mencerminkan pengertian neoplasia serviks/vagina, tidak mempunyai padanan dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan tidak menunjukkan suatu pernyataan diagnosis.

Sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN) pertama sekali dikemukakan oleh Richart RM pada tahun 1973 di Amerika Serikat.

Klasifikasi CIN terdiri dari CIN grade I sesuai dengan displasia ringan, CIN grade II sesuai dengan displasia sedang, dan CIN grade III sesuai dengan displasia berat dan karsinoma in situ. Sistem CIN menyatakan bahwa lesi prekursor kanker serviks akan membentuk rangkaian berkelanjutan menuju karsinoma, oleh karena itu semua derajat CIN wajib diobati (Tierner &

Whooley, 2002).

Sistem Bethesda pertama sekali dikemukakan oleh Bethesda pada tahun 1988, menurut Rosevear (2002) klasifikasi sistem Bethesda ialah sebagai berikut :

(38)

Tabel 2.2 Klasifikasi Sistem Bethesda

Klasifikasi Sistem Bethesda

Sel Squamous

1. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS).

2. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions (LGSIL), meliputi displasia ringan (CIN I), koilositosis, dan flat condyloma.

3. High Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSGIL), meliputi (CIN II) dan (CIN III).

4. Squamous Cells Carcinoma

Sel Glandular

1. Sel endometrial (pada wanita menopause).

2. Atypical Glandular Undetermined Significance (AGUS).

3. Lesi intraepitel glandular 4. Adenokarsinoma endoserviks 5. Adenokarsinoma endometrium 6. Adenokarsinoma ekstrauterin

7. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya

Sistem Bethesda lebih sering digunakan karena lebih mampu memfasilitasi komunikasi antara laboratorium dengan klinikus, sistem Bethesda juga mampu menjelaskan derajat abnormalitas sel yang tidak jelas.

2.6 IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) 2.6.1 PENGERTIAN

IVA adalah kepanjangan dari Inspeksi Visual Asam Asetat. Tes IVA merupakan teknik pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% ke kapas lidi kemudian diusapkan ke daerah

(39)

serviks. Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium dan dinyatakan IVA postif (Sari, 2019).

Gambar 2.4 metode Iva test

Sumber :https://www.smarterhealth.id/diagnosis/skrining-kanker-serviks/

2.6.2 TUJUAN IVA

Tujuan IVA menurut Rasjidi (2010), yaitu :

a. Untuk mengetahui adanya sel yang mengalami displasi sebagai salah satu penapisan kanker serviks.

b. Dapat segera diterapi.

c. Mengurangi morbiditas penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus- kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim.

2.6.3 INDIKASI IVA

Skrining kanker mulut rahim.

2.6.4 KONTRAINDIKASI IVA

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, hal ini dikarenakan daerah zona transisional sering terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2008).

(40)

2.6.5 SYARAT IVA

a. Sudah melakukan hubungan seksual.

b. Tidak sedang dating bulan.

c. Tidak sedang hamil.

d. 24 jam sebeliumnya tidak melakukan hubungan seksual (Maesaroh, 2016) 2.6.6 TEKNIK PELAKSANAAN IVA

1) Memasang spekulum yang sudah dibasuh dengan air hangat sebelumnya dan dimasukkan ke dalam vagina untuk melihat rahim.

2) Menyesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks atau leher rahim.

3) Membersihkan darah, mucus, dan kotoran lain pada serviks dengan menggunakan lidi kapas.

4) Mengidentifikasi daerah sambungan skuamo-columnar (zona perforasi).

5) Mengoleskan larutam asam cuka 3% atau 5% dan menunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan warna pada serviks.

6) Melihat dengan cermat dan meyakinkan daerah skuamocolumnar (zona perforasi), mencatat bila serviks berdarah dan melihat adanya plaque warna putih dan tebal atau epitel acetowhite bila menggunakan asam asetat atau warna kekuningan bila menggunakan larutan lugol.

7) Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas.

8) Lalu lepaskan speculum dengan hati-hati.

9) Catat hasil pengamatan (Juanda and Kesuma, 2015).

2.6.7 INTERPRETASI IVA

a. IVA negatif maka menunjukan leher rahim normal.

b. IVA positif adalah ditemukannya bercak putih yang disebut Aceto white epithelium yang diartikan sebagai gejala pra kanker (Mastutik et al., 2015).

(41)

2.6.8 KEUNTUNGAN IVA

1) Mudah dan praktis untuk dilaksanakan.

2) Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tidak terbatas hanya oleh dokter ginekologi bahkan dapat dilakukan oleh bidan praktik swasta pada daerah terpencil.

3) Alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi dasar.

4) Biaya murah, sangat sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.

5) Hasilnya dapat langsung diketahui sehingga dapat mengambil keputusan penatalaksanaanya, tidak memakan waktu berminggu-minggu.

6) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih.

7) Tidak memerlukan teknisi lab untuk dapat membaca hasil tes.

8) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi dari pada pap smear test (sekitar 75%), meskipun dari segi kepastian lebih rendah (sekitar 85%) (Mamuroh and Nurhakim, 2020)

2.6.9 JADWAL IVA

Program skrining yang direkomendasikan WHO, yaitu :

a. Skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-50 tahun, jika fasilitas memungkinkan dilakukan setiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Kemenkesri, 2021).

b. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap tiga tahun pada usia 25-60 tahun.

c. Seorang wanita yang mendapat hasil tes IVA negatif, harus menjalani penapisan minimal 5 tahun sekali, dan jika mendapat hasil tes IVA positif maka harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian dan diberi pengobatan.

(42)

2.7 KERANGKA TEORI

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Faktor risiko : 1. Infeksi HPV 2. Perilaku seksual 3. Merokok 4. Immunosupresi 5. Infeksi chlamydia 6. Umur

7. Paritas 8. Pemakaian

kontrasepsi

Terinfeksi HPV

Kanker serviks klasifikasi

stadium Gejala klnis

Tindakan pencegahan deteksi dini

Pap smear

Tes IVA

(43)

2.8 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap

Pap smear

Tes IVA Tes IVA

Pap smear

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian in berupa penilitian deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap ibu di Desa Tanjung Anom terhadap Pap smear dan IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan dan serentak dalam satu waktu.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Anom dengan luas wilayah 850 hektar dan 10.037 penduduk. Penenlitian dilakukan melalui pengisian kuesioner secara online atau daring dikarenakan pandemic Covid-19 yang sedang terjadi selama penelitian berlangsung.

3.2.2 WAKTU PENELITIAN

Secara umum, penelitian berlangsung dari bulan Maret hingga Desember 2021. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli hingga data yang dibutuhkan telah mencukupi.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dari pasangan usia subur (PUS) yang tinggal di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 884 orang.

(45)

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel dalam penelitian adalah ibu dari pasangan usia subur (PUS) yang tinggal di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan jumlah sample dengan rumus besar sampling (rumus lemeshow), yaitu :

𝑛 = 𝑁𝑍2𝑝𝑞

𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍2𝑝𝑞

Keterangan :

n : besarnya sampel N : populasi

d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%) Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)

p : perkiraan populasi yang diteliti (0,05) q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p) (Notoatmodjo, 2012).

𝑛 = 884 𝑥 1.962 𝑥 0.05 𝑥 0.95 (0.052 𝑥 883) + (1.962 𝑥 0.05 𝑥 0.95)

𝑛 = 884 𝑥 3.84 𝑥 0.05 𝑥 0.95 (0.0025 𝑥 883) + (3.84 𝑥 0.05 𝑥 0.95)

𝑛 = 161.2416 2.3899 𝑛 = 67.468

(46)

Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 68 orang ibu dari pasangan usia subur (PUS). Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling.

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

3.4.1 KRITERIA INKLUSI

1. Ibu dari pasangan usia subur (PUS) yang berdomisili di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

2. Mempunyai nomor Whattsapp yang aktif.

3. Bersedia menjadi sampel penelitian dan mengisi informed consent.

4. Mengisi kuesioner dengan lengkap.

4.4.2 KRITERIA EKSKLUSI

1. Ibu dari pasangan usia subur (PUS) yang berdomisili di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang yang tidak mengumpulkan kuesioner sampai akhir Desember.

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dalam bentuk Google Form dan disebarkan secara virtual melalui aplikasi media sosial seperti Whattsapp atau Line kepada setiap responden yang menjadi sampel yang datanya diperoleh dari Puskesmas wilayah kerja Tanjung Anom. Kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk data sekunder informasi didapatkan melalui Puskesmas Desa Tanjung Anom untuk mengetahui jumlah ibu PUS yang berdomisili di Desa Tanjung Anom.

(47)

3.6 METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 3.6.1 METODE PENGOLAHAN DATA

Pengolahan dan analisis data dapat dilakukan dalam beberapa tahap (Sastroasmoro & Ismael, 2011), yaitu :

1. Editing ialah data yang diperoleh hendaknya dilakukan penyuntungan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komputer.

2. Coding ialah data yeng berupa jumlah sampel yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi, lalu diberi kode secara manual.

3. Entry ialah pemasukan data yang sudah diberi kode ke dalam komputer.

4. Cleaning data ialah mengoreksi kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam computer guna menghindari kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving ialah penyimpanan data ke dalam computer sebelum dilakukan analisa.

6. Analisis data 3.6.2 ANALISA DATA

Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah statistic deskriptif, yang merupakan penyajian data presentase hasil penelitian dalam bentuk table distribusi frekuensi maupun diagram.

3.7 DEFINISI OPERASIONAL

3.7.1 IBU PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

Ibu dari pasangan usia subur (PUS) berumur 15-49 tahun yang berdomisili di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

(48)

3.7.2 PENGETAHUAN TERHADAP PAP SMEAR

Definisi operasional : Segala sesuatu yang reponden ketahui mengenai Pap smear

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan Alat ukur : Kuesioner

Kriteria penilaian : skor 1 untuk jawaban yang benar Skor 0 untuk jawaban yang salah Hasil ukur : Baik = presentase : ≥ 75% (skor > 8)

Cukup = presentase : 60-75 % (skor 6-8) Kurang = presentase : ≤ 60 % (skor < 6) Skala pengukuran : Ordinal

3.7.3 SIKAP TERHADAP PAP SMEAR

Definisi operasional : Tanggapan responden dalam melakukan pemeriksaan Pap smear.

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan.

Alat ukur : Kuesioner.

Kriteria penilaian : Peryataan Favorable sebanyak 5 soal dengan skor:

Sangat setuju = 5 ; Setuju = 4 ; Ragu-ragu = 3 ; Tidak setuju = 2 ; Sangat tidak setuju = 1

(49)

Peryataan Unfavorable sebanyak 5 soal dengan skor: Sangat setuju = 5 ; Setuju = 4 ; Ragu-ragu = 3 ;Tidak setuju = 2 ; Sangat tidak setuju = 1 Hasil ukur : Sangat positif = presentase > 80% (skor 40-50)

Positif = presentase 60-80% (skor 30-39) Negatif = presentase 40-60% (skor 20-29) Sangat negatif = presentase < 40% (skor 10-19) Skala pengukuran : Ordinal.

3.7.4 PENGETAHUAN TERHADAP TES IVA

Definisi operasional : Segala sesuatu yang responden ketahui mengenai tes IVA.

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan.

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria penilaian : skor 1 untuk jawaban yang benar Skor 0 untuk jawaban yang salah Hasil ukur : Baik = presentase : ≥ 75% (skor > 8)

Cukup = presentase : 60-75 % (skor 6-8) Kurang = presentase : ≤ 60 % (skor < 6) Skala pengukuran : Ordinal

(50)

3.7.5 SIKAP TERHADAP TES IVA

Definisi operasional : Tanggapan responden dalam melakukan pemeriksaan tes IVA.

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan.

Alat ukur : Kuesioner.

Kriteria penilaian : Peryataan Favorable sebanyak 5 soal dengan skor:

Sangat setuju = 5 ; Setuju = 4 ; Ragu-ragu = 3 ; Tidak setuju = 2 ; Sangat tidak setuju = 1

Peryataan Unfavorable sebanyak 5 soal dengan skor: Sangat setuju = 5 ; Setuju = 4 ; Ragu-ragu = 3 ;Tidak setuju = 2 ; Sangat tidak setuju = 1 Hasil ukur : Sangat positif = presentase > 80% (skor 40-50)

Positif = presentase 60-80% (skor 30-39) Negatif = presentase 40-60% (skor 20-29) Sangat negatif = presentase < 40% (skor 10-19) Skala pengukuran : Ordinal.

3.7.6 USIA

Definisi operasional : Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun.

Indikator : Usia reproduktif sehat atau tidak berisiko (BKKBN).

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan.

(51)

Alat ukur : Kuesioner.

Hasil ukur : 1. 20-35 Tahun

2. >35 Tahun

Skala pengukuran : Ordinal 3.7.7 PENDIDIKAN

Definisi operasional : Pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh responden pada institusi atau lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah.

Cara ukur : Responden mengisi kuesioner yang diberikan.

Alat ukur : Kuesioner.

Hasil ukur : Dasar : (SD)

Menengah : (SMP, SMA) Tinggi : (S1, S2, S3) Skala pengukuran : Ordinal

(52)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada bulan Agustus – Oktober 2021.

Penelitian dilakukan pada ibu dari Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Tanjung Anom yang berjumlah 68 ibu.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara online dengan menggunakan kuesioener dalam bentuk Google Form. Hal ini dilakukan karena physical distancing untuk mencegah penularan COVID-19. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Software analisa statistik. Penelitian ini dilaksanakan sesudah mendapatkan Ethical Clearance dan surat izin penelitian.

4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus Lemeshow, didapati sebanyak 68 orang ibu yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang dipilih secara random dengan menggunakan simple random sampling.

Karakteristik penelitian ini dibagi berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

(53)

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di Desa Tanjung Anom

Karakteristik Jumlah

n %

Umur

20-35 tahun 40 58.82

>35 tahun 28 41.18

Pendidikan

Dasar 13 19.12

Menengah 21 30.88

Tinggi 34 50

Setelah analisis data dilakukan, didapatkan karakteristik responden terbanyak (58.82%) pada umur 20-35 tahun, 50% pendidikan tinggi dan dijumpai 19.12% pendidikan dasar.

4.3 TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PAP SMEAR 4.3.1 Pengetahuan Ibu Tentang Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Tanjung

Anom

Pengetahuan ibu tentang pemeriksaan Pap smear ialah kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan pemeriksaan Pap smear. Pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner tingkat pengetahuan wanita dalam pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear pernah dilakukan untuk

terhadap sikap WPS-TL di hotspot X kecamatan Lima Puluh Pekanbaru tentang Pap smear dan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks Berdasarkan hasil penelitian di

Pap smear dan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks Berdasarkan hasil penelitian di hotspot Z kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru bahwa hubungan antara sikap dan

Untuk mengetahui secara dini kanker serviks adalah melalui pemeriksaan deteksi dini IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat ) dan Pap Smear, Penelitian ini merupakan penelitian

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap guru wanita terhadap pemeriksaan Pap smear sebagai deteksi dini

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap guru wanita yang sudah menikah di Yayasan Pendidikan Katolik Mariana mengenai Pap smear sebagai deteksi dini

sistem Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Berbasis Pengolahan Citra Digital yang akan mampu mendeteksi dini kanker serviks dengan memanfaatkan citra rekaman hasil

pada tugas akhir ini akan dibuat suatu sistem Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Berbasis Pengolahan Citra Digital yang akan mampu mendeteksi dini kanker serviks dengan