GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR
Oleh:
RINAL BAHARSYAH HRP 070100199
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
RINAL BAHARSYAH HRP 070100199
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor
Nama : RINAL BAHARSYAH HRP
Nim : 070100199
Pembimbing Penguji I
(dr. Zulkarnain Rangkuti, M.Si) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc) NIP : 19520917 198112 1 001 NIP : 19700109 199702 2 001
Penguji II
(dr. Sufitni, M. Kes) NIP : 19720404 200112 2 001
Medan, 13 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara-negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita dan mortalitas kanker serviks sebesar 40%. Namun, di Indonesia banyak penduduk wanita yang tidak melakukan pemeriksan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan
relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
proportional cluster random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara
merata. Pengumpulan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package
for Social Science) versi 17.0.
Dari 105 responden, kelompok terbesar responden berusia 39-47 tahun (40,0%) dan berpendidikan tinggi (41,9%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita yang berusia 21-65 tahun mengenai pemeriksaan Pap smear berada dalam kelompok sedang, yaitu sebesar 64,76%.
ABSTRACT
Pap Smear is one of the method for cervical cancer screening which is effective, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced from 45 case per 100.000 until 15 case per 100.000 women’s and the mortality has been decreased around 40%. But in Indonesian, many women population who haven’t do regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear.
This study aimed to know the women’s knowledge level about Pap Smear. This is a descriptive observationa study done throughl cross sectional design method. The amount of the subjects was 105 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and propotional cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaiers are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program versi 17.0.
From 105 respondents, most of them were 39-47 years old (40,0%) with high education level (41,9%).
Result of this study indicates that the knowledge level of women aged 21-65 years old on Pap smear is in medium category 64,76 %.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai suatu syarat kelulusan untuk memperoleh sarjana kedokteran di Universitas Sumatra Utara.
Saya menyadari penulisan karya tulis ini akan sulit terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD- KGEH;
2. dr. Zulkarnaen Rangkuti, M.Si, selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta pemikirannya dalam penyelesaian proposal serta hasil karya tulis ilmiah ini.
3. dr. Tetty Aman Nasution, M. Med, Sc. dan dr. Sufitni, M. Kes., selaku dosen penguji saya yang telah menyediakan waktu, dan tenaganya untuk penyelesaian hasil karya tulis ilmiah ini;
4. dr. Ramona Duma Sari Lubis,SpKK, sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen CRP dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan dr. Rina Amelia, M.Kes, yang selalu memberikan pengarahan kepada saya, serta seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran USU yang telah mendidik dan membimbing saya selama masa penyusunan proposal dan hasil penelitian.
5. Pihak Kelurahan Medan Johor yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas kepada peneliti ketika melakukan penelitian di tempat tersebut.
7. Terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada teman kelompok bimbingan karya tulis ilmiah yaitu Rabithah Irham, Riri Karina, Kurnia yang selalu bersama-sama memberikan pengertian, dorongan serta saling membantu dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada teman-teman baik saya Donny, Nesty, Fahmy, Noni, Dadan, Nanda, Aida, Mita, Iwan dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas saran dan kesediaannya membantu, bertukar pikiran dan selalu membuat saya menjadi semangat dalam penyelesaian karya tulis ini.
Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi ilmu kedokteran.
Medan, 22 November 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK………...……… ... ii
ABSTRACT………...……… iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR……… . x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Masalah Penelitian ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Pengetahuan ... 5
2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 5
2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 5
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.1.4. Tingkatan Pengetahuan ... 7
2.2 Kanker Serviks ... 9
2.2.1 Pengertian Kanker Serviks ... 9
2.2.2 Penyebab Kanker Serviks ... 10
2.2.3 Perkembangan Kanker Serviks... 11
2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks ... 12
2.3 Pemeriksaan Pap Smear ... 15
2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pap Smear ... 15
2.3.2 Manfaat Pemeriksaan Pap Smear ... 16
2.3.3 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear ... 16
2.3.4 Interpretasi Pemeriksaan Pap Smear... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 21
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2 Definisi Operasional ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1 Rancangan Penelitian ... 23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
4.3.1 Populasi ... 24
4.3.2 Sampel ... 24
4.4 Metode Pengumpulan Data... 25
4.4.1 Data Primer... 25
4.4.2 Data Sekunder ... 26
4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data... 27
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28
5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 28
5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... 29
5.3.1 Hasil Analisa Data ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
6.1 Kesimpulan ... 35
6.2 Saran ... 35
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner 27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteriktik Responden
Berdasarkan Usia 29
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan 29
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
mengenai Pap Smear 30
Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden mengenai Pemeriksaan
Pap Smear 30
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengetahuan Berdasarkan
Kelompok Usia 31
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep Penelitian “ Gambaran Tingkat 21 Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
DAFTAR SINGKATAN
AGUS Atypical Glandular Undetermined Significance ASGUS Atypical Squamous Cells Undetermined Significance CIN Cervical Intraepithel Neoplasm
Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DNA Deoxyribonucleic Acid
HGSIL High Grade Squamos Intraephitelial Lesions
HPV Human Pavilomavirus
IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
LGSIL Low Grade Squamos Intraephitelial Lesions
Pap Papanicolaou
ABSTRAK
Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara-negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita dan mortalitas kanker serviks sebesar 40%. Namun, di Indonesia banyak penduduk wanita yang tidak melakukan pemeriksan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan
relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
proportional cluster random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara
merata. Pengumpulan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package
for Social Science) versi 17.0.
Dari 105 responden, kelompok terbesar responden berusia 39-47 tahun (40,0%) dan berpendidikan tinggi (41,9%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita yang berusia 21-65 tahun mengenai pemeriksaan Pap smear berada dalam kelompok sedang, yaitu sebesar 64,76%.
ABSTRACT
Pap Smear is one of the method for cervical cancer screening which is effective, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced from 45 case per 100.000 until 15 case per 100.000 women’s and the mortality has been decreased around 40%. But in Indonesian, many women population who haven’t do regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear.
This study aimed to know the women’s knowledge level about Pap Smear. This is a descriptive observationa study done throughl cross sectional design method. The amount of the subjects was 105 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and propotional cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaiers are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program versi 17.0.
From 105 respondents, most of them were 39-47 years old (40,0%) with high education level (41,9%).
Result of this study indicates that the knowledge level of women aged 21-65 years old on Pap smear is in medium category 64,76 %.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker atau dalam bahasa medisnya biasa disebut Karsinoma adalah
sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
yang tidak terkontrol dan tidak normal (Price & Wilson, 2005). Kanker dapat
dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya
proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat
berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau,
sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon,
dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society,
2008).
Pada wanita kanker juga dapat menyerang berbagai organ reproduksi.
Salah satunya yaitu kanker serviks. Kanker reproduktif wanita ini diperkirakan
membunuh lebih dari 26.400 wanita di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari
kanker ini, sekitar 15.800 adalah kasus baru kanker serviks invasif yang dapat
menyebabkan 4800 kematian. Kanker serviks merupakan kanker reproduktif
wanita ketiga yang paling umum dan merupakan bentuk neoplasma yang
menduduki salah satu tempat teratas dalam daftar sebab kematian akibat tumor
ganas pada wanita (Brunner & Suddarth, 2001).
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti kanker serviks. Kanker
serviks paling sering terjadi pada usia 30 sampai 45 tahun tetapi dapat terjadi di
usia dini yaitu 18 tahun. Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kanker
serviks seperti hubungan seksual bebas, kehamilan dini, riwayat partus dini dan
multi partus, pemajanan infeksi, personal hygine yang buruk dan gaya hidup yang
yang spesifik pada stadium lanjut, sehingga sangat kecil kemungkinan harapan
hidup penderita. Akan tetapi meski beberapa kanker sulit untuk dideteksi, maka
lain halnya dengan kanker serviks yang dapat dilakukan pendeteksian dini dengan
uji pulasan Papanicolaou (Pap) (Depkes RI, 2008).
Pap Smear Test adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada di sel-sel
leher rahim. Prosedur Pap Smear dapat menurunkan kejadian kanker serviks dari
45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Penelitian
menganjurkan untuk melakukan deteksi dini selain juga untuk pengobatan yang
lebih efektif. Di Amerika, uji Pap Smear telah menurunkan angka kematian akibat
kanker serviks secara signifikan yaitu angka kematian menurun 70 % dari tahun
1950-1970 dan 40 % dari tahun 1970-1995 (Price & Wilson, 2005).
Rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricians and
Gynecologist dan the American Cancer Society adalah untuk melakukan
pemeriksaan pelvis dan penapisan pulasan Pap Smear setiap tahun bagi semua
perempuan yang telah aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun.
Setelah tiga kali atau lebih secara berturut-turut hasil pemeriksaan tahunan
ternyata normal, uji Pap Smear dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih
jarang atas kebijaksanaan dokter (Brunner & Suddarth, 2001).
Berbeda dengan di Indonesia, Pap Smear yang telah dikenal sejak tahun
70-an belum mampu menjawab permasalahan kanker serviks. Di Indonesia setiap
tahun terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal karena
penyakit tersebut (Depkes RI, 2008). Di samping itu, laporan dari Pusat Patologi
di Indonesia juga menunjukkan bahwa kanker serviks masih merupakan kanker
dengan frekuensi tertinggi yaitu 36 % dari seluruh kanker yang diderita oleh
seluruh wanita di Indonesia (Aziz, 2002). Di negara berkembang, walaupun
dapat dilakukan dengan menggunakan uji pulasan Pap Smear, akan tetapi banyak
perempuan yang tidak melakukannya. Diperkirakan sekitar sepertiga perempuan
yang memenuhi syarat tidak melakukan pulasan Pap Smear. Tujuh puluh persen
perempuan dengan kanker serviks invasif yang baru didiagnosis, tidak melakukan
pulasan Pap Smear selama 5 tahun terakhir (Price & Wilson, 2005).
Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran
wanita akan pentingnya pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap
Smear (Soepardiman, 2002). Berdasarkan realitas ini jika lebih banyak wanita
memahami bahwa pemeriksaan Pap Smear dapat sebagai pendeteksian dini kanker
serviks, maka dapat menyelamatkan banyak jiwa dan menurunkan angka kejadian
kanker serviks pada wanita.
1. 2. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana gambaran tingkat
pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap
Smear di Kelurahan Gedung Johor.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap
Smear di Kelurahan Gedung Johor
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita mengenai
2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita mengenai
pemeriksaan Pap Smear berdasarkan tingkat pendidikan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah tingkat pengetahuan masyarakat
tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear;
2. Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini
kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung
Johor sehingga dapat direncanakan suatu strategi pelayanan kesehatan
untuk menindaklanjutinya, baik berupa advokasi, sosialisasi maupun
edukasi;
3. Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian kedokteran
mengenai gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini
kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear sehingga dapat
memberikan ide selanjutnya bagi penelitian kedokteran untuk meneliti
cara-cara yang efektif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan wanita
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan yang siap pakai membantu seseorang untuk berpikir cepat
dan tepat (Notoadmojo, 2003). Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia,
pengetahuan (knowledge) didefenisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui;
kepandaian. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang (Depdiknas, 2005).
2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Berbagai macam cara yang telah digunakan sepanjang sejarah manusia
untuk memperoleh pengetahuan maka dapat dikelompokkan menjadi dua yakni
cara tradisional (non ilmiah) melalui cara coba salah (trial and error), kekuasaan
atau otoritas, pengalaman pribadi, jalan pikiran dan dengan modern (cara ilmiah)
(Notoadmojo, 2005).
Cara tradisional yang pertama yakni cara coba-salah dipakai orang
sebelum mengenal kebudayaan bahkan mungkin peradaban. Cara coba-salah ini
digunakan dalam pemecahan masalah dan apabila tidak berhasil kemungkinan
pemecahan yang lain, begitu seterusnya. Cara tradisional lain yakni kekuasaan
atau otoritas adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kehidupan
dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini selalu diwariskan
turun-temurun ke generasi berikutnya. Berdasarkan pengalaman pribadi adalah
pengetahuan tersebut diperoleh setelah terjadi pada seseorang dan diulangi lagi
keadaan tersebut untuk memecahkan masalah seperti yang lalu (Notoadmojo,
2005).
Sumber pengetahuan dapat didefinisikan dari beberapa aspek, diantaranya
kepercayaan berdasarkan tradisi, kesaksian orang lain, panca indera, rasionalisme
dan intuisi (Suhartono, 2005). Kepercayaan berdasarkan tradisi, merupakan
pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan yang menunjukkan bahwa
pengetahuan itu diperoleh melalui cara mewarisi apa saja yang ada di dalam suatu
kehidupan masyarakat, adat istiadat, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan
kehidupan dalam beragama atau dengan kata lain pengetahuan itu diperoleh
berdasarkan pemahaman atas situasi baru dengan berpegang pada kepercayaan
yang telah dibenarkan. Kesaksian orang lain, termasuk pengetahuan yang masih
tetap ada dalam susunan kehidupan yang terdahulu pada orang-orang tertentu
yang dapat dipercaya, karena sudah dianggap memiliki pengetahuan yang benar,
lalu menjadi panutan yang handal bagi orang lain pada umumnya dalam hal-hal
bagaimana memandang, bersikap dan cara hidup serta bagaimana bertingkah laku
(Suhartono, 2005).
Panca indera bagi manusia merupakan alat vital dalam kehidupan
sehari-hari, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh persoalan hidup sehari-hari bisa
diatasi dengan menggunakan alat panca indera. Rasionalisme merupakan sumber
satu-satunya dari pengetahuan manusia berdasarkan akal budi. Rasio mampu
mengetahui melalui observasi. Sedangkan intuisi merupakan pengetahuan yang
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, yang bertujuan untuk mencerdaskan manusia. Melalui
pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi
tingkat pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan
berpikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya.
b. Media
Media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam
memperoleh pengetahuan. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.
c. Paparan Informasi
Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan
sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
(Meliono, 2007).
2.1.4. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yaitu:
a. Tahu (know)
sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa digunakan antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang sudah paham suatu materi atau objek harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Misalnya
penggunaan rumus, hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Biasanya menggunakan kata kerja
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri ataupun yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Kanker Serviks
2.2.1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi
(pertumbuhan) sel-sel baru (neoplastic cells) yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali (Mills, 2002). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada daerah
serviks, yaitu terjadinya perubahan sel-sel menjadi abnormal pada organ genitalia
wanita yaitu serviks. Karsinoma serviks atau yang biasa disebut kanker serviks
adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan bertanggung
jawab untuk 6 % dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat (Price &
Wilson, 2005). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel
skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Tipe lain yang jarang
adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang, melanoma maligna,
sarcoma dan limfoma maligna (Price & Wilson, 2005).
Puncak insiden karsinoma in situ adalah usia 20 hingga 30 tahun pada
perempuan keturunan Afrika-Amerika maupun Kaukasian. Perempuan yang lebih
hingga 50 % kematian terjadi akibat karsinoma servikal (Price &Wilson, 2005).
2.2.2. Penyebab Kanker Serviks
Sampai saat ini, kejadian kanker serviks belum diketahui penyebabnya
secara pasti. Namun kejadian kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi
di seluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam
perkembangan kanker serviks (Bosch, 1995). Lebih dari 20 tipe HPV yang
berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal. Penelitian
memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV-16, 18 dan 31 mempunyai angka
neoplasia intraepithelial servikal (CIN) yang lebih tinggi (Cancer Net, 2001).
Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV strain 18
memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk
(Schwartz, 2001).
Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari displasia.
Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang terletak di antara
perbatasan sel-sel squamouscolumnar serviks yang asli dengan sel-sel yang baru
terbentuk akibat metaplasia sel columnar menjadi sel squamous (Azis, 2002). Hal
ini berhubungan dengan riwayat seksual. Faktor risiko lain untuk perkembangan
kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status sosioekonomi yang rendah dan merokok
(Cancer Net, 2001). Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan
ditularkan secara seksual. Kanker serviks invasif telah teridentifikasi sebagai
suatu kondisi penentu HIV. Kemudian faktor risiko, selain usia dini saat
banyak pasangan seksual, termasuk pemajanan terhadap human papilomavirus
(HPV), infeksi HIV, merokok, dan pemajanan terhadap dietilstilbestrol (DES) in
utero (Brunner & Suddarth, 2001).
2.2.3. Perkembangan Kanker Serviks
Perjalanan penyakit kanker serviks dimulai dari stadium 0 pada serviks
merupakan karsinoma in situ dengan 100 % harapan hidup 5 tahun, kemudian
stadium I terbatas pada uterus dengan 85% harapan hidup 5 tahun, lalu stadium II
menyerang luar uterus tapi pelvis tidak dengan 60% harapan hidup 5 tahun,
selanjutnya stadium III meluas ke dinding pelvis dan atau sebenarnya sepertiga
bawah vagina atau hidronefrosis dengan 33% harapan hidup 5 tahun, dan akhirnya
stadium IV menyerang mukosa kandung kemih atau rectum atau meluas keluar
pelvis sebenarnya dengan 7% harapan hidup 5 tahun (Price & Wilson, 2005).
Perkembangan kanker serviks yaitu:
a. Didahului oleh lesi prekanker yang disebut displasia (Cervical Intraepithel
Neoplasm). Displasia ditandai dengan adanya perubahan morfologi berupa
gambaran sel-sel imatur, inti sel yang atipik, perubahan rasio inti/ sitoplasma
dan kehilangan polaritas yang normal. Displasia bukan merupakan suatu
bentuk kanker tetapi akan mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi
(Hacker, 2005).
Displasia dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan perkembangan luas
perubahan morfologi yang terjadi pada epitel leher rahim. yaitu:
1. Displasia ringan (CIN I), pada displasia ringan sel-sel yang mengalami
perubahan morfologi hanya sebatas 1/3 bagian atas dari lapisan epithelium
2. Displasia sedang (CIN II), pada displasia sedang ditandai dengan perubahan
morfologi sel yang telah mencapai 2/3 bagian dari lapisan atas epithelium
serviks;
3. Displasia berat (CIN III), pada displasia berat ditandai dengan lebih
banyaknya variasi dari sel dan ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, dan
hiperkromasi yang telah melebihi 2/3 lapisan atas epithelium serviks, namun
belum menginvasi jaringan stroma di bawahnya.
b. Perkembangan terakhir adalah bila perubahan displasia berlanjut hingga
menginvasi jaringan stroma di bawahnya, maka perubahan ini disebut
karsinoma in situ atau kanker (Aziz, 2002).
2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Tidak ada tanda atau gejala spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma
servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat
menyebabkan secret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah
gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat-saaat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering mendesak, hematuria, atau
perdarahan rectum (Price & Wilson, 2005).
Kanker serviks dapat dideteksi ketika pasien mengeluh adanya rabas,
perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah melakukan hubungan seksual,
tetapi penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Rabas vagina pada kanker
serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi encer dan akhirnya
yang terjadi pada interval yang tidak teratur, antara periode menstruasi
(metoragia), atau setelah menopause, mungkin hanya sedikit bercak darah (hanya
cukup tampak pada celana dalam) dan biasanya terjadi setelah trauma ringan
(seperti hubungan seksual, irigasi, atau defekasi). Sejalan dengan berlanjutnya
penyakit, perdarahan dapat menetap dan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).
Dengan berkembangnya kanker, jaringan di luar serviks dapat terkena,
termasuk kelenjar limfe anterior ke sacrum. Pada sepertiga pasien dengan kanker
serviks invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri. Saraf-saraf pada region
ini dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam pada punggung dan tungkai
yang hilang hanya dengan analgesic opioid dosis besar. Tahap akhir bila penyakit
tidak diobati, menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai
dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami
ulserasi dan pembentukan fistula (Brunner & Suddarth, 2001).
Interval waktu antara timbulnya lesi prekanker dan terjadinya kanker leher
rahim membutuhkan waktu yang cukup panjang. Menurut Robbins dan Kumar
(1995), diperkirakan 80 % dari displasia akan menjadi karsinoma in situ dalam
waktu 10-15 tahun. Selama interval waktu yang panjang tersebut dapat dilakukan
berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian terapi secara dini
(Husain & Hoskin, 2002).
2.2.5. Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks
Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan
primer, sekunder dan tersier (Sukardja, 2000).
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan
kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses
menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah
infeksi dan penyakit terkait HPV (Sukardja, 2000).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker
serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan
sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear, kolposkopi,
servikografi, Pap net (dengan komputerisasi), dan inspeksi visual dengan asam
asetat (IVA) (Sukardja, 2000). Pap Smear merupakan standar emas program
skrining karena pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta
dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Selain itu, Pap Smear juga
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear
mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO,
2005).
Pendeteksian dini dapat menggunakan pulasan Pap Smear sebagai uji
penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Deteksi dini dapat dilakukan
dengan uji Pap Smear dan diketahui kanker serviks bila hasil Pap Smear disertai
adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten, yang diikuti dengan hasil biopsi
yang mengidentifikasi adanya neoplasia intra-epitel (CIN) atau lesi intra epitel
skuamosa tingkat tinggi (HGSIL). Istilah ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi
servikal premalignant (Brunner & Suddarth, 2001). Pulasan yang abnormal
ditindaklanjuti dengan biopsi untuk mendapatkan jaringan yang digunakan untuk
pemeriksaan sitologis. Karena serviks mempunyai tampilan normal, kolposkopi
digunakan untuk menentukan daerah yang abnormal atau daerah untuk
pengambilan contoh jaringan. Dilakukan biopsi tusuk pada daerah yang terpisah
atau biopsi kerucut (pengambilan bagian jaringan dengan bentuk kerucut dari
serviks yang hampir semuanya termasuk dalam daerah perpindahan) seluruh
prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi
kerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut
yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah
pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan
inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia (fungsi hati dan ginjal), foto toraks,
sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan CT scan (Price & Wilson, 2005).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh
pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah,
terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut (Price &
Wilson, 2005).
2.3. Pemeriksaan Pap Smear
2.3.1. Pengertian Pemeriksaan Pap Smear
Pap Smear adalah suatu test yang aman dan murah yang telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada di sel-sel
leher rahim. Test ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicoloau sehingga
dinamakan Pap Smear Test. Pap Smear Test adalah suatu metode pemeriksaan
sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop
untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel-sel tersebut.
Perubahan-perubahan yang terdeteksi secara dini akan menurunkan kejadian kanker serviks.
Pap Smear dapat mendeteksi dini kanker serviks dengan melihat penemuan
2.3.2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini
sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih
mudah dan murah (Price & Wilson, 2005).
Manfaat Pap Smear dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
mendapatkan kemoterapi dan radiasi.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau
tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri atau jamur (Manuaba, 2005).
2.3.3. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan Pap Smear Test dimulai dengan tindakan pasien
dibaringkan telentang kemudian diatur dalam posisi lithotomic, lalu masukkan alat
spekulum ke dalam liang senggama yaitu alat yang menyerupai moncong bebek
yang bertujuan untuk membuka liang senggama sehingga dapat terlihat jelas
dinding leher rahim dan alat ini bertujuan untuk menahan vagina agar tetap
dengan spatula yaitu suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, kemudian
dioleskan apusan leher rahim tersebut pada object glass, dan kemudian dikirim ke
bagian laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan teliti yaitu dengan
dipulas dengan Papanicoloau dan diperiksa adanya sel kanker atau tidak (Price &
Wilson, 2005).
Prosedur pemeriksaan Pap Smear (Soepardiman, 2002 dan Manuaba,
2005) yaitu:
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi formulir konsultasi
sitologi, speculum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek (object
glass) yang telah diberi label pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan
alkohol 95 %;
b. Persiapkan pasien untuk berbaring dengan posisi ginekologi;
c. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak dengan jelas
vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri dan kanalis servikalis;
d. Memeriksa serviks apakah normal atau tidak;
e. Spatula Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum jam;
f. Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi
tanda dengan membentu sudut 450 satu kali usapan;
g. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95 % selama 10
menit;
h. Sediaan diletakkan pada wadah kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi.
Prosedur pemeriksaan ini akan memberikan rasa tidak nyaman tetapi tidak
akan menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan ini dilakukan 1 tahun sekali dan secara
teratur. Pap Smear Test sebaiknya dilakukan seminggu atau dua minggu setelah
berakhirnya masa menstruasi. Bagi wanita yang sudah menopause maka dapat
selesai pada pasien dengan peradangan berat. Pap Smear tidak dilakukan lagi bagi
wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim (histerektomi) dengan
riwayat penyakit jinak dan bukan merupakan lesi prekanker. Selain itu Pap Smear
juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun dengan
syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir (Azis, 2002).
Pap Smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun
menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun (Husain
& Hoskins, 2002). Pap Smear sebaiknya tidak dilakuan pada wanita yang baru
menikah atau aktif secara seksual kurang dari 3 tahun karena dapat menimbulkan
pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel abnormal yang bersifat
sementara. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual 2-3 hari
sebelum pemeriksaan, kemudian dianjurkan untuk tidak menggunakan
pengobatan melalui vagina atau mencuci vagina dengan cairan seperti spermicidal
foams, creams dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan Pap Smear. Setelah pemeriksaan Pap Smear, pasien dapat
langsung kembali mengerjakan aktivitas-aktivitasnya sehari-hari (Schoendstadt,
2006).
Menurut rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricans and
Gynecologist dan The American Cancer Society, pemeriksaan Pap Smear
dianjurkan untuk diulang setahun sekali secara teratur seumur hidup. Bila
pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan
selanjutnya dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter
(Hillegas, 2005).
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda abnormal maka
dilakukan pengobatan lanjutan dengan pemanasan sinar laser, atau dengan cone
biopsy . Dan apabila terjadi prekanker maka tindakan yang dilakukan adalah
2.3.4. Interpretasi Pap Smear
Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap Smear, yaitu
sistem Papanicolau, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm, dan sistem Bethesda
(Garcia, 2007).
Klasifikasi Papanicolaou adalah sistem yang pertama kali ditemukan oleh
Papanicolaou. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Manuaba,
2005), yaitu:
a. Kelas I : Tidak ada sel atipik atau sel abnormal;
b. Kelas II : Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan; c. Kelas III : Gambaran sitologi dicurigai keganasan;
d. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit; e. Kelas V : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.
Perkembangan sitologi di bidang diagnostik ahli menganjurkan untuk
mengganti klasifikasi Papanicolaou karena sistem ini dianggap tidak mencerminan pengertian neoplasia serviks/vagina, tidak mempunyai padanan dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan tidak menunjukkan suatu pernyataan diagnosis.
Sistem displasia/ Cervical Intraepithel Neoplasm dipublikasikan pertama kali oleh Richart RM (1973) di Amerika Serikat. Sistem CIN menegaskan kembali bahwa lesi precursor kanker serviks ini membentuk rangkaian berkelanjutan menuju karsinoma, sehingga semua derajat CIN yaitu CIN I, II, dan III wajib diobati (Tierner & Whooley, 2002).
Sistem Bethesda pertama sekali diperkenalkan oleh Bethesda pada tahun 1988, dan disempurnakan oleh National Cancer Institute USA. Klasifikasi sistem Bethesda adalah sebagai berikut:
Untuk sel squamous dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS);
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSGIL), yang meliputi CIN II dan CIN III;
d. Squamous Cells Carcinoma. (Rosevear, 2002).
Untuk sel glandular, sistem Bethesda dibagi menjadi: a. Sel endometrial (pada wanita menopause);
b. Atypical Glandular Undetermined Significance (AGUS); c. Lesi intraepitel glandular;
d. Adenokarsinoma endoserviks; e. Adenokarsinoma endometrium; f. Adenokarsinoma ekstrauterin;
g. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (Rosevear, 2002).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan
wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear”
3.2. Definisi Operasional
Pengetahuan merupakan apa yang diketahui responden mengenai
pengertian, manfaat, prosedur, dan interpretasi pemeriksaan Pap Smear dalam
pendeteksian dini penyakit kanker serviks. Pengukuran tingkat pengetahuan
reponden tentang pendeteksian kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear
berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden pada kuesioner,
dengan menggunakan sistem scoring dan skala pengukuran ordinal (Arikunto,
2007). Penilaian terhadap tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear
yang dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan scoring 1
untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, dikategorikan sebagai
berikut:
a. Skor 8-11 : baik
b. Skor 4-7 : sedang
c. Skor 0-3 : kurang
Tingkat Pengetahuan
Responden dalam penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 21-65
tahun yang sudah memiliki riwayat menikah dan usia pernikahan lebih dari 3
tahun. Hal ini berkaitan dengan prosedur Pap Smear yaitu Pap Smear mulai dapat
dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual,
tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun (Husain & Hoskins, 2002). Selain itu Pap
Smear juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun
dengan syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir (Azis, 2002).
Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang
didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang terakhir dijalani. Tingkat
pendidikan dikategorikan menjadi :
Rendah : apabila responden tidak sekolah atau tamat SD sederajat
Sedang : apabila responden tamat SMP atau SMA sederajat
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan
pendekatan “Cross Sectional” (studi potong lintang), yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker
serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Johor dari bulan
Juni 2010 sampai Agustus 2010. Alasan pemilihan lokasi adalah karena
Kelurahan Gedung Johor berada dalam kawasan Kotamadya Medan, sehingga
dengan gambaran bahwa kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di
Indonesia diharapkan dapat menjadi gambaran dari hasil penelitian. Selain itu
Kelurahan Gedung Johor dalam fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat hanya
memiliki satu puskesmas pembantu sedangkan puskesmas berada di kecamatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fasilitas kesehatan merupakan titik awal dari
usaha untuk memberikan pengetahuan dan peningkatan kesehatan bagi
masyarakat. Selain itu alasan pemilihan lokasi adalah karena penelitian tentang
gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks ini
belum pernah diteliti sebelumnya di daerah ini padahal bila dilihat dari survey
penduduk Kelurahan Gedung Johor memiliki jumlah rumah tangga yang banyak
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi penelitian ini adalah para wanita
yang merupakan penduduk di Kelurahan Gedung Johor pada perhitungan tahun
2009. Dari hasil peninjauan lokasi awal Kelurahan Gedung Johor diketahui
memiliki 13 Lingkungan dengan 1 Lurah dan 13 Kepala Lingkungan dengan
jumlah 2900 kepala rumah tangga.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah bahagian dari populasi yang berada di
lingkungan Kelurahan Gedung Johor selama penelitian berlangsung. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
proportional cluster random sampling yang dilakukan dengan cara memilih 20 %
dari populasi, yaitu 3 dari 13 lingkungan di Kelurahan Gedung Johor secara acak
(Notoatmodjo, 2005). Jumlah subjek dari masing-masing lingkungan disesuaikan
dengan jumlah rumah tangga dari lingkungan tersebut. Pada perhitungan tahun
2009, hasil peninjauan lokasi awal Kelurahan Gedung Johor diketahui memiliki
13 Lingkungan dengan 1 Lurah dan 13 Kepala Lingkungan dengan jumlah 2900
kepala rumah tangga.
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan
populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:
n =
2
) ( 1 N d
N
+
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini
n = 2
) 1 , 0 ( 2900 1
2900
+ = 96
Jumlah sampel penelitian ini adalah jumlah sampel minimal ditambah
dengan substitusi 10% dari jumlah sampel minimal. Substitusi adalah jumlah
subjek dalam persen yang mungkin drop out.
n2 = n1 + (10 % x n1)
= 96 + (10 % x 96 )
= 105
Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 105 subjek.
Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:
• Wanita berusia 21-65 tahun
• Sudah menikah
• Usia pernikahan lebih dari 3 tahun
• Warga kelurahan Gedung Johor
• Bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria ekslusi sampel penelitian ini adalah:
• Wanita berusia di bawah 21 tahun dan lebih dari 65 tahun
• Belum pernah menikah
• Bukan warga kelurahan Gedung Johor
• Tidak bersedia menjadi responden
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pemerintah di Kelurahan
Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan.
4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas
Instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner yang akan dipergunakan dalam penelitian ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner tingkat pengetahuan wanita dalam pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear pernah dilakukan untuk penelitian sebelumnya tentang gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang Pap Smear di Kelurahan Medan Petisah dengan hasil 0,790. Suatu instrumen dikatakan reliable jika hasil reliabilitasnya lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Sedangkan uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner sikap wanita dalam pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear akan dilakukan sebelum penelitian ini terhadap seluruh responden.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Variabel No. Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status Pengetahuan 1 0.718 Valid 0, 765 Reliabel
2 0.711 Valid Reliabel
3 0.633 Valid Reliabel
4 0.530 Valid Reliabel
5 0.692 Valid Reliabel
6 0.758 Valid Reliabel
7 0.576 Valid Reliabel
8 0.718 Valid Reliabel
9 0.625 Valid Reliabel
10 0.846 Valid Reliabel
11 0.858 Valid Reliablel
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Setelah kuesioner valid dan mendapat izin penelitian lalu peneliti akan
mulai membagikan kuesioner pada responden di lokasi penelitian pada waktu yang ditetapkan. Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kemudian menjelaskan tujuan, manfaat penelitian dan proses pengisian kuesioner kepada responden sebelum membrikan kuesioner. Lalu peneliti meminta responden untuk mengisi lembar informed consent. Setelah kuesioner diisi akan dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila jumlah responden telah mencapai jumlah sampel minimal maka proses pencarian responden dapat dihentikan. Kemudian setelah data terkumpul semua dilanjutkan dengan proses pengolahan data.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Gedung Johor. Kelurahan Gedung Johor merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan luas geografinya, Kelurahan Gedung Johor memiliki luas wilayah sebesar 315 ha yang terbagi menjadi 13 lingkungan dengan letak sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli Kecamatan Medan Amplas; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Namo Rambe Kecamatan Deli Tua
Kabupaten Deli Serdang;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Babura Kecamatan Medan Tuntungan.
Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan bulan Desember 2008, jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor adalah 101.889 jiwa, dan kepadatan penduduk 6.988,2 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Gedung Johor adalah 26.216 jiwa dengan penyebaran penduduk berjenis kelamin wanita sebanyak 15.303 orang. Sementara laki-laki berjumlah 10.913 orang.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Terdapat sebanyak 105 respoden yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi usia dan tingkat pendidikan.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteriktik Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Usia f %
21 – 29 18 17,1
30 – 38 29 27,6
39 – 47 42 40,0
48 – 56 6 5.7
57 – 65 10 9,5
Total 105 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar berada pada rentang usia 39 – 47 tahun, yaitu sebanyak 42 orang (40,0%) dan terendah pada usia 57 – 65 tahun, yaitu sebanyak 6 orang (5,7%).
Sedangkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan f %
Rendah 26 24,8
Sedang 35 33,3
Tinggi 44 41,9
Total 105 100
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 44 orang (41,9%) dan yang paling sedikit berasal dari kelompok yang rendah yaitu sebanyak 26 orang (24,8%), sedangkan sisanya berada pada kelompok dengan tingkat pendidikan yang sedang, yaitu sebanyak 35 orang (33,3%).
5.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan 5.3.1. Hasil Analisa Data
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Pap Smear
Variabel Kategori f %
Pengetahuan Kurang 24 22,86
Sedang 68 64,76
Baik 13 12,38
Total 105 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiiki persentase paling besar yaitu sebanyak 68 orang (64,76%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 24 orang (22,86%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 13 orang (12,38%).
Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai Pap Smear dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemeriksaan Pap Smear
No Pertanyaan
Tahu Tidak
Tahu
f % f %
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pengertian pemeriksaan Pap Smear 87 82,9 18 17,1
Tujuan pemeriksaan Pap Smear 90 85,7 15 14,3
Tempat pemeriksaan Pap Smear 38 36,2 67 63,8
Tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear
6 5,7 99 94,3
Usia untuk melakukan Pap Smear 53 50,5 52 49,5
Pemeriksaan dini kanker leher rahim dilakukan pada wanita dengan riwayat hubungan seksual lebih dari 3 tahun
43 41 62 59
Pap smear sebaiknya diulang 1 tahun sekali 68 64,8 37 35,2 Pada saat melakukan Pap Smear, sebaiknya
wanita dalam keadaan tidak haid (menstruasi)
70 66,7 35 33,3
Tidak boleh mencuci bagian kewanitaan sebelum melakukan Pap Smear
11 10,5 94 89,5
Tidak boleh melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum melakukan Pap smear
56 53,3 49 46,7
Setelah melakukan pemeriksaan Pap Smear maka pasien dapat beraktivitas seperti semula tanpa ada halangan
[image:46.595.124.520.393.752.2]Dari tabel 5.4 terlihat bahwa 82,9 % responden mengetahui pengertian Pap Smear dan 85,7 % mengetahui tujuannya. Namun, hanya 36,2% responden yang mengetahui tempat pemeriksaan Pap Smear dan hanya 5,7% responden yang mengetahui tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear. Sebanyak 50,5% responden mengetahui usia yang terbaik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear dan 64,8% responden mengetahui bahwa Pap Smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun sekali. Dalam persiapan pasien sebelum melakukan Pap Smear, hanya 10,5% responden yang mengetahui bahwa pasien tidak boleh mencuci bagian kewanitaannya sebelum melakukan Pap Smear dan sebanyak 53,3% responden mengetahui bahwa 1 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual.
[image:47.595.113.511.447.646.2]Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik Sedang Kurang
f % f % f %
21 – 29 0 0 9 13,2 9 37,5 18
30 – 38 2 15,4 25 36,8 2 8,3 29
39 – 47 7 53,8 28 41,2 7 29,2 42
48 – 56 2 15,4 4 5,9 0 0 6
57 – 65 2 15,4 2 2,9 6 25 10
Total 13 100 68 100 24 100 105
sebesar 41,2%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebagian besar berasal dari kelompok usia 21 – 29 tahun, yaitu sebesar 37,5%.
[image:48.595.108.513.278.429.2]Distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik Sedang Kurang
f % f % f %
Rendah 1 7,7 17 25,0 8 33,3 26
Sedang 3 23,1 21 30,9 11 45,8 35
Tinggi 9 69,2 30 44,1 5 20,8 44
Total 13 100 68 100 24 100 105
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang tingkat pengetahuannya baik mengenai pemeriksaan Pap Smear memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak sebesar 69,2%. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang juga berasal dari tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 44,1%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan yang sedang, yakni sebesar 45,8%.
5.3.2. Pembahasan
Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di poliklinik RSUP-CM Jakarta, didapatkan hanya 2,9 % responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai pemeriksaan Pap Smear, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebesar 21,6 % dan yang berpengetahuan kurang sebesar 75,5 %. Akan tetapi dari hasil penelitian Wismer, (1998) yang dilakukan di Amerika Serikat pada warga Negara Amerika keturunan Korea pada bulan April 1998, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,1 % responden memiliki pengetahuan baik mengenai Pap Smear.
Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut dapat disebabkan perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan Pap Smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dini.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Sehingga dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear perlu dilakukan sosialisasi mengenai Pap Smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader atau petugas kesehatan dalam masyarakat yang merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas.
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar wanita yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 53,8% berusia 39 – 47 tahun. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika (2006) di rumah susun Klender Jakarta juga memperlihatkan hasil yang hampir sama, dimana 42,9 % wanita yang memiliki pengetahuan baik memiliki rentang usia 45-54 tahun.
sehingga informasi yang mereka cari dan peroleh mengenai pencegahan kanker serviks, termasuk pemeriksaan Pap Smear menjadi lebih baik.
Akan tetapi, berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klug (2005) di Jerman yang memperlihatkan bahwa 42,7 % wanita yang berusia 20-29 tahun memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap Smear. Perbedaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin dibandingkan dengan wanita-wanita di negara Jerman.
Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan diperoleh bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan Pap Smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 69,2%. Responden yang berpengetahuan sedang mayoritas juga berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 44,1%. Sedangkan, responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan sedang, yakni sebesar 45,8%.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear
dikategorikan:
• Baik sebanyak 13 orang (12,38%);
• Cukup sebanyak 68 orang (64,76%);
• Kurang sebanyak 24 orang (22,86%).
2. Berdasarkan karakteristik usia, tingkat pengetahuan wanita tentang Pap Smear dikategorikan:
• Baik sebanyak 7 orang (53,8%) dengan usia 39 – 47 tahun;
• Sedang sebanyak 28 orang (41,2%) dengan usia 39 – 47 tahun juga;
• Kurang sebanyak 9 orang (37,5%) dengan usia 21 – 29 tahun.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan wanita mengenai Pap Smear dikategorikan:
• Memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 9 orang (69,2%);
• Memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan tingkat pendidikan yang tinggi sebanyak 30 orang (44,1%).
• Memiliki pengetahuan yang kurang dengan tingkat pendidikan sedang sebanyak 11 orang (45,8%).
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, media elektronik, maupun penyuluhan-penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society., 2001. Cervical Cancer. Available from:
[Accessed 28 Maret 2010.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis. Edisi Revisi
VI. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli. H.M. et
al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 97-110.
Azwar, S., 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Bosch, et.al., 2001. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H., et
al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1294-1296.
Brunner & Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim. Available from: February 2010].
Departemen Pendidikan Nasional., 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Garcia, A.A., 2007. Cervical cancer, University of Southern California. Available
from:
[Accessed 28 February 2010].
Hacker, N.F., 2005. Cervical Cancer. In: Weinberg, R. ed Practical Gynecologist
Oncolog. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 337-342
Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H.,
et al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Husain, A. & Hoskins, W.J., 2002. Screening for Cervical Cancer. In: Aziz, K. &
Wu, G.Y., eds. Cancer Screening: A Practical Guide for Physicians.
Totowa: Humana Press Inc.,27-4.
Kayika, I. P.G., et. al. 2007. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perempuan yang
sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Majalah
Kedokteran Indonesia, 57 (7): 57-64.
Klug, J. S., et al. 2005. Screening for Breast and Cervical Cancer in Large
German City: Knowledge, Participation, and Motivation. Europe Public
Health, 15 (1): 70-75.
Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L., eds.
Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.
Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FE UI, 33-35.
Mills, K., 2002. Molecular Analysis of cancer. In: Boultwood, J. & Fidler, C.,
eds. Methods in Molecular Medicine, vol 68. Totowa: Humana Press, 1-4
Moegni, E. M.2006. Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pasien
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo tentang Pap Smear. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 213 (8).
Notoadmojo, Soekidjo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Kineka Cipta.
Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Polit, D.F. & Hunger, B.P., 1995. Nursing Research: Principles and Methods (