• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA

OLEH

MUTYARA SARY HASUGIAN 160501097

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA Pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data indeks pembangunan manusia Provinsi Sumatera Utara dan secara nasional, kesejahteraan masyarakat Provinsi Sumatera Utara belum dapat melampaui kesejahteraan masyarakat secara nasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah dengan indikator indeks pembangnan manusia Provinsi Sumatera Utara. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel terikat dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan dana perimbangan sebagai variabel bebas.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series runtun waktu tahun 2001-2018. Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan tidak signifikan antara produk domestik regional bruto terhadap pembangunan ekonomi daerah sedangkan pendapatan asli daerah dan dana perimbangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan ekonomi daerah.

Kata Kunci: Pembangunan ekonomi daerah, IPM, PDRB, PAD, dana perimbangan.

(6)

Based on the development index data for the development of North Sumatra Province and nationally, the welfare of the people of North Sumatra Province has not been able to achieve the welfare of the people nationally. The purpose of this research is to determine the factors that influence regional economic development with the human development index indicator of North Sumatra Province. The variable usee in this research are the Human Development Index (HDI) of North Sumatra Province as the dependent variable and Gross Domestic Regional Product (GDRP), local own-source revenue, and fiscal balance transfers from the central government to regions as independent variables.

Type of research data is time series from 2001-2018. Research data obtained from the central bureau of Statistic of North Sumatra Province. The analysis model used in this research is multiple linear regression analysis.

The results show that the variable of GDRP are positively and insignificant affecting in to the regional economic development variable, while the variables of local own-source revenue and fiscal balance transfers from the central government to regions are positively and significantly affecting in to regional economic development.

Keywords: Regional economic development, HDI, GDRP, local own-source, balance fund.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya yang telah memampukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli,SE,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier HSB, MP selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan FEB USU dan juga Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, Ma sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan arahan yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Irsad, SE., M.Soc. Sc., Ph.D selaku dosen penguji I dan Bapak Drs.

Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku dosen penguji II saya yang telah

(8)

Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

5. Keluarga peneliti yang terkasih Ayah R. Hasugian dan Ibu R. Nababan , yang telah berjuang, berdoa dan mengupayakan banyak hal untuk saya.

Kakak saya Kak Gusti, Kak Juwyta, Kak Memori yang sangat mendukung baik doa, dana dan waktu yang kalian berikan, serta keenam adik saya yang menjadi salah satu motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih sudah membentukku menjadi seperti ini. Terimakasih atas segala kasih sayang melalui doa, perhatian, dukungan yang selama ini diberikan.

6. Teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) yaitu: Jessika, Hartati, Kristin, Artati, Ermy, Sischa dan kakak PKK Merlianajasri yang bersama-sama telah menguatkan, bertumbuh bersama di dalam Tuhan mulai saya menjadi mahasiswa. Adik-adik kelompokku yang terkasih yaitu Desta, Desy, Sherly, Melania, Mecu, Terangina dan Gadis atas doa dan dukungan yang selama ini diberikan.

7. Pengurus Campus Concern (CC FEB USU) tahun 2017,2018. Timreg CC 2019. Koordinasi FEB 2019. Tim Hut UKM KMK USU 2020 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

8. Teman-teman satu angkatan EP 2016 terkhusus EP b.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu

(9)

peneliti berharap ada kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala sukacita peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Terima kasih.

Medan, September 2020 Penulis

Mutyara Sary Hasugian

160501097

(10)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 12

2.1.1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ... 16

2.1.1.1. Teori Ekonomi Neo klasik ... 16

2.1.1.2. Teori Basis ekonomi ... 16

2.1.1.3. Teori Lokasi ... 17

2.1.1.4. Teori Tempat Sentral... 18

2.1.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern ... 18

2.1.1.6. Teori Basic Needs ... 19

2.1.1.7. Teori People Contered ... 19

2.1.1.8. Teori Harrod Domar ... 19

2.1.1.9. Teori Otonomi Daerah ... 20

2.1.1.10. Teori Modal Manusia ... 22

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi... 22

2.1.4. Alat ukur Pembangunan Ekonomi Daerah ... 24

2.2. Indeks Pembangunan Manusia ... 29

2.2.1. Indikator IPM ... 32

2.2.2. Metode Perhitungan IPM ... 33

2.3. PDRB ... 35

2.3.1. Metode Perhitungan PDRB ... 36

2.3.1.1. Metode Produksi ... 36

2.3.1.2. Metode Pendapatan ... 37

2.3.1.3. Metode Pengeluaran ... 37

2.3.1.4. Analisis Keynesian ... 38

2.3.2. Manfaat Perhitungan PDRB ... 40

2.4. PAD ... 40

2.4.1.Sumber PAD ... 42

2.5. Dana Perimbangan ... 44

(11)

2.6. Penelitian Terdahulu ... 48

2.7. Kerangka Konseptual ... 50

2.7.1. Hubungan PDRB terhadap Pembangunan Daerah. . 51

2.7.2. Hubungan PAD terhadap Pembangunan Daerah .... 52

2.7.3. Hubungan Daper terhadap Pembangunan Daerah 53

2.8. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Jenis Penelitian ... 56

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 56

3.3. Jenis Variabel Penelitian ... 56

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5. Defenisi Operasional ... 57

3.6. Analisis Data ... 57

3.6.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 58

3.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 58

3.6.2.1. Uji Normalitas ... 59

3.6.2.2. Uji Multikoleniaritas ... 59

3.6.2.3. Uji Auto Korelaasi ... 60

3.6.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 60

3.6.3. Uji Hipotesis... 61

3.6.3.1. Uji Koefisisen Determinasi (R2) ... 61

3.6.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 61

3.6.3.3. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Gambaran umum variabel penelitian ... 63

4.1.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 63

4.1.2. PDRB ... 64

4.1.3. Pendapatan Asli Daerah ... 64

4.1.4. Dana Perimbangan ... 65

4.2. Analisis Penelitian ... 66

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 66

4.2.1.1. Uji Normalitas ... 66

4.2.1.2. Uji Autokorelasi ... 67

4.2.1.3. Uji Multikoleniaritas ... 68

4.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 70

4.4. Uji Hipotesis ... 72

4.4.1. Uji Koefisisen Determinasi (R2) ... 72

4.4.2. Uji Simultan (Uji F) ... 72

4.4.3. Uji Parsial (Uji t) ... 73

4.5. Interpretasi Model dan Pembahasan Penelitian ... 75

4.5.1. Variabel PDRB... 76

4.5.2. Variabel PAD ... 76

4.5.3. Variabel Dana Perimbangan ... 77

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 IPM Provinsi Sumatera Utara ... 4

1.2 IPM Nasional ... 5

1.3 PDRB Sumatera Utara ADHB dan ADHK ... 7

1.4 Relisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ... 9

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 48

4.1 IPM Provinsi Sumatera Utara ... 63

4.2 PDRB Provinsi Sumatera Utara ADHK ... 64

4.3 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 65

4.4 Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara ... 66

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 67

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 68

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70

4.9 Hasil Analisis Regresi ... 71

4.10 Hasil Uji Kofisien determinasi (R2) ... 72

4.11 Hasil Uji Simultan (F) ... 73

4.12 Hasil Uji Parsial (t) ... 74

(14)

2.1 Bagan Teori Harrod Domar ... 20 2.2 Kerangka Konseptual ... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul

1 Data Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2018

2 Data Produk Domesti Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2018

3 Data Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2018

4 Data Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001- 2018

5 Data Hasil Penelitian menggunakan SPSS 6 Tabel titik persentase distribusi t

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Kartasamita (1996) mengatakan pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka. Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri.

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area atau wilayah pembangunan di mana terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah, dapat dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah atau daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus

(17)

2

memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap berpegang pada azas prioritas.

Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru selain itu juga merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 dalam Santoso, 2013). Dalam pelaksanaannya pembangunan daerah di Indonesia banyak mengalami hambatan, apalagi bila sistem pembangunan ekonomi masih bersifat sentralistik. Untuk mengatasi hambatan tersebut, pemerintah menetapkan otonomi daerah mulai tahun 2001 sampai saat ini. Salah satu tujuan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pemerintah daerah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka dari pada pemerintah pusat. Dengan otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat menyelesaikan permasalahannya dalam mengelola daerahnya, sehingga berada dalam posisi lebih baik, untuk memobilisasi sumber daya secara mandiri serta untuk mencapai tujuan pembangunan daerah.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksankan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,

(18)

pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki oleh daerah.

Indikator pengukuran keberhasilan pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah.

Sebaliknya, di Negara-negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005). Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga- lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan

(19)

4

hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Pembangunan ekonomi daerah di Sumatera Utara dari tahun 2014 hingga tahun 2018 terus mengalami kemajuan, dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang selalu meningkat. Berikut data pembangunan daerah di Sumatera Utara yang ditunjukkan oleh data Indeks Pembangunan Manusia.

Tabel 1.1.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018

Tahun Sumatera Utara Keterangan

2014 2015 2016 2017 2018

68,87 69,51 70,00 70,57 71,18

Metode baru Metode baru Metode baru Metode baru Metode baru Sumber: BPS Sumatera Utara

Dari Tabel 1.1. dapat kita lihat bahwa Pembangunan manusia di Sumatera Utara terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2014, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara mencapai 68,87. Tahun 2015, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara mencapai 69,51. Angka ini meningkat sebesar 0,70 poin dibandingkan tahun 2014. Tahun 2016, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara mencapai 70,00. Angka ini meningkat sebesar 0,49 poin dibandingkan tahun 2015. Tahun 2017, Indeks

(20)

Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara mencapai 70,57. Angka ini meningkat sebesar 0,57 poin dibandingkan tahun 2016. Tahun 2018, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara mencapai 71,18. Angka ini meningkat sebesar 0,61 poin atau tumbuh sebesar 0,86 persen dibandingkan tahun 2017. Bayi yang lahir di Sumatera Utara pada tahun 2018 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 68,61 tahun, lebih lama 0,24 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak yang pada tahun 2018 berusia 7 tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 13,14 tahun, lebih lama 0,04 tahun dibandingkan dengan tahun 2017. Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 9,34 tahun, lebih lama 0,09 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, masyarakat Sumatera Utara memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar 10,39 juta rupiah per tahun, meningkat 355 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara dari tahun 2014 hingga tahun 2015, belum mampu melampaui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara nasional.

Tabel 1.2.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Secara Nasional Tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018

Tahun Indonesia Keterangan

2014 2015 2016 2017 2018

68,90 69,55 70,18 70,81 71,39

Metode baru Metode baru Metode baru Metode baru Metode baru Sumber: BPS Sumatera Utara

(21)

6

Pada era otonomi ini Pemerintahan Pusat telah memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai prakarsa sendiri dan berdasarkan aspirasi masyarakat. Hal ini tercermin pada penyelenggaraan tugas- tugas pemerintahan dan pembangunan daerah yang lebih mengedepankan pelaksanaan azas desentralisasi dari pada azas dekonsentrasi dan azas tugas pembantuan. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah menghadapi kendala kelangkaan, oleh karena itu semua program pembangunan pemerintah daerah harus dilaksanakan berdasrkan prinsip value of money yaitu : dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif (3E). Ekonomis berarti bahwa semua input yang dibutuhkan oleh sebuah renacana aksi harus dibeli dengan harga terendah. Efisien berarti bahwa segala input dialokasikan sedemikian rupa, hingga output dapat diproduksi dengan biaya termurah (least cost combination). Efektif berarti bahwa output yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan tujuan yang diharakan (desired outcomes) (Adisasmita, 2014).

Ada tiga fungsi yang diemban oleh pemerintah yakni fungsi alokasi, meliputi antara lain sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa, serta pelayanan masyarakat. Fungsi distribusi, meliputi pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan. Fungsi stabilitas, meliputi pertahanan keamanan, ekonomi dan moneter. Ketiga fungsi ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian ketiganya menjadi landasan penting dalam penentu dasar-dasar perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

(22)

Pembangunan hanya bisa dilaksanakan apabila didukung dengan pembiayaan atau dikenal dengan anggaran. Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia menganut sistem perencanaan dan penganggaran. Perencanaan pembangunan dilakukan bersamaan dengan pengangaran dalam bentuk APBN-APBD.

Ketergantungan daerah terhadap pusat sangat kuat. Hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah, atau dalam arti yang sempit sering disebut sebagai perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu bentuk dari sekian bentuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Karena masalah perimbangan keuangan ini menjadi tuntutan reformasi maka pemerintah telah menetapkan Undang-undang 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa PAD relative kecil sehingga APBD pada umumnya didominasi oleh sumbangan pemerintah pusat dan sumbangan lainnya yang diatur dengan perundang- undangan.

Tabel 1.3.

PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010, 2014-2018 (miliar rupiah)

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

(1) (2) (3)

2014 521 954,95 419 573,31

2015 571 722,01 440 955,85

2016 626 062,91 463 775,46

2017* 684 275,44 487 531,23

2018** 741 192,69 512 765,63

*Angka sementara

**Angka sangat sementara Sumber: BPS Sumatera Utara

Selama lima tahun terakhir, Produk Domestik Regional Bruto (PBRB) Sumatera Utara atas dasar harga berlaku dan harga konstan menunjukkan

(23)

8

pertumbuhan yang positif, meskipun pada tahun 2014, 2015, dan 2017 menunjukkan pertumbuhan yang melambat, namun pada tahun 2016 dan 2018 pertumbuhannya mengalami akselerasi.

Pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Utara mengalami perubahan pola pertumbuhan yang hampir sama dengan Nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang melambat sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 dan akselerasi pada tahun 2016 dan 2018. Sepanjang tahun 2014 sampai 2018, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara selalu berada di atas pertumbuhan Nasional. Tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 5,18 persen, sedangkan Nasional tumbuh sebesar 5,17 persen.

Faktor keuangan menjadi masalah salah satu faktor yang merupakan sumber daya kapital bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintah daerah.

Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat kelembagaan dan kebijakan penyelenggaraan yang meliputi Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, disebutkan dengan jelas bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Dalam hubungan dengan keuangan daerah ini, dalam

(24)

UU Nomor 34 Tahun 2004 yang termasuk dalam sumber-sumber penerimaan daerah adalah PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah (Pasal 3).

Tabel 1.4.

Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Penerimaan (ribu rupiah) Tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018

Tahun PAD Dana Perimbangan

2014 4.416.811.865 1.812.638.981

2015 4.883.880.619 1.521.253.168

2016 4.954.833.101 5.219.273.756

2017 5.287.469.402 6.928.134.940

2018 5.732.425.486 7.295.580.090

Sumber : BPS Sumatera Utara

Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan Sumatera Utara yang merupakan faktor pendukung pembangunan daerah mengalami peningkatan selama periode tahun 2014-2018. Namun peningkatan pendapatan tersebut belum mampu meningkatkan pembangunan daerah di Sumatera Utara yang dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sumatera Utara yang masih dibawah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nasional.

Disadari bahwa keadaan tersebut perlu untuk dikaji dan berangkat dari hal tersebut maka studi ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Seberapa besar pengaruh variable Produk Domestik Regional Bruto (PBRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta Bantuan pemerintah yang berupa Dana Perimbangan terhadap pembangunan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu penulis

(25)

10

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara ?

2. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara ?

3. Bagaimana pengaruh dana perimbangan terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara ?

4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan secara simultan terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara.

(26)

4. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan secara simultan terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai pengaruh PDRB, PAD dan dana perimbangan terhadap pembangunan ekonomi daerah.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang berdaya guna dalam peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan yang mempengaruhi kemampuan daerah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah.

3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya sekaligus sebagai sumber informasi bagi peneliti yang lain yang berminat pada masalah yang sama.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Ekonomi Daerah

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan. Setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya, untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan yang direncanakan merupakan suatu usaha yang lebih rasional dan terarah serta terstruktur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang.

Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu pembangunan menurut Rogers adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Selanjutnya menurut W.W Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju.

Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara setiap tahunnya. (Rochajat,et al: 2011:3)

Dalam bidang sosial, usaha-usaha pembangunan pada umumnya diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap dalam masyarakat yang lebih kondusif bagi pembaharuan, pembangunan dan pembinaan bangsa. Dalam hal ini

(28)

termasuk pengembangan motivasi kegairahan usaha yang bersifat produktif. Dan yang lebih penting adalah dapat dikembangkan suatu proses pendewasaan masyarakat melalui pembinaan dan dorongan serta adanya energi. Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok; pertama, masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut.

Pembangunan nasional merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang di amanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu

“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial Negara”.

Kecenderungan konsep pembangunan yang dikembangkan di Indonesia (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mengemukakan adanya tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Strategi pertumbuhan 2. Pertumbuhan dan distribusi 3. Teknologi tepat guna 4. Kebutuhan dasar

(29)

14

5. Pembangunan berkelanjutan dan 6. Pemberdayaan

Menurut Rostow trasnformasi dari negara yang terbelakang menjadi negara maju dapat dijelaskan melalui suatu urutan tingkatan atau tahap pembagunan yang dilalui oleh semua neagara. Rostow mengemukakan lima tahap yang dilalui oleh suatu negara dalam proses pembangunannya yaitu;

1. Masyarakat teradisional adalah masyarakat yang belom mengetahui teknologi modren, tetapi masih mengandalkan tenaga fisik. Sektor utamanya masih berbasis pertanian, perikanan, kehutanan dan perternakan.

2. Persiapan menuju tingkat landas merupakan masyarakat yang mulai banyak menggunakan ilmu dan teknologi modren untuk menuju negara industri.

3. Tinggal landas merupakan pertumbuhan ekonomi meningkat dalam prioritas pembangunan disektor industri.

4. Masyarakat dewasa merupakan masyarakat menggunakan teknologi modern untuk melakukan semua aktivitas ekonominya.

5. Masa tingginya komsumsi masyarakat merupakan masyarakat memiliki tingkat komsumsi yang tinggi untuk produksi barang dan jasa.

keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area (wilayah) pembangunan di mana terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah, dapat dinyatakan bahwa

(30)

perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah atau daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap berpegang pada azas prioritas.

Secara umum tujuan pembangunan adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera lahir batin, sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil makmur. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, maka titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan seirama dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait, dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.

Kalau analisis pembangunan nasional dibandingkan dengan analisis pembangunan daerah, maka akan tampak bahwa analisis pembangunan ekonomi daerah sangat ketinggalan, baik ditinjau dari cakupan analisis maupun kedalamannya. Di samping itu, analisis regional yang ada bertitiktolak dari analisis permasalahan dan kebijaksanaan pembangunan daerah di negara maju, padahal struktur perekonomian negara-negara maju sangat berbeda dengan struktur perekonomian negara sedang berkembang, demikian juga dengan struktur perekonomian daerahnya. Perbedaan struktur ini mengakibatkan perlunya analisis dan cara pendekatan yang berbeda pula. Jika kita buat suatu ringkasan, teori-teori tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

(31)

16

Pembangunan Daerah = f (sumber daya alam, tenaga kerja, investasi, entrepreneurship, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi, luas daerah, pasar ekspor situasi ekonomi internasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah pusat, dan bantuan-bantuan pembangunan).

2.1.1. Teori Pembangunan Daerah 2.1.1.1. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah.

2.1.1.2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah, Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/ batasan terhadap perusahaan

(32)

perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global.

Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.

2.1.1.3. Teori Lokasi

Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi! Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah dan tanggungjawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut.

Oleh karena itu, sering kali masyarakat berusahan untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan industri.

(33)

18

komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.

2.1.1.4. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku).

Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah- daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.

2.1.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Menurut teori pertumbuhan ekonomi modern, pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah faktor-faktor produksi berupa tenaga kerja (L) dan modal fisik (K) saja, tetai juga dari produktivitas dari tenaga kerja yang berkaitan erat dengan sejauh mana peningkatan mutu modal manusia.

Teori ini menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang akan ditentukan oleh modal fisik (K), tenaga kerja (L) dan modal manusia (HC).

Sehingga pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat dinotasikan dalam persamaan fungsi sebagai berikut : Y = F (K, L, Hc, Z) dimana K adalah modal fisik ; L adalah tenaga kerja; Hc adalah mutu modal manusia; dan Z adalah

(34)

variabel lain yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi, seperti pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan mutu modal manusia dalam bentuk belanja pendidikan dan kesehatan.

2.1.1.6. Basic needs (model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan) Tokoh teori ini adalah Gunnar Myrdall yang mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar masyarakat khususnya masyarakat miskin, misal dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dan lain-lain. Untuk itu, maka pemerintah dapat melakukan subsidi atau bantuan pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat.

2.1.1.7. People centered (model pembangunan yang berpusat pada manusia) Fokus sentral proses pembangunan adalah peningkatan perkembangan manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau pengadaan pelayanan sosial. Contoh dari model ini, adalah empowering/ pemberdayaan. Pada proses ini pemerintah berperan sebagai fasilitator. Peranan pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan manusia untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial yang mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia secara lebih besar.

2.1.1.8. Teori Harrod Domar

Teori Harrod Domar tentang tabungan dan investasi menekankan bahwa pembangunan masyarakat hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi pembangunan tidak lain adalah investasi/invest/ penanaman modal.

(35)

20

Gambar 2.1

Bagan Teori Harrod Domar Sumber : Modul Konsep Dan Teori Pembangunan

Pembangunan membutuhkan investasi sebagai pendorong produksi. Dari produktivitas ini maka akan menyerap tenaga kerja yang membentuk regulasi ketenagakerjaan sekaligus menyumbang negara dalam bentuk pajak. Persoalan kegagalan teori ini berlangsung karena kejadian capital flight, yakni larinya modal ke luar negeri. Capital flight ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal yaitu, tuntutan buruh yang dianggap menghambat produktivitas dan surplus value investor, perizinan, pungutan liar.

Dengan demikian, untuk memecahkan persoalan keterbelakangan pada negara-negara dunia ketiga adalah dengan mencari tambahan modal dari dalam maupun luar melalui penanaman modal atau utang luar negeri.

2.1.1.9. Teori Otonomi Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dikenal dengan Undang-Undang Otonomi Daerah, merupakan pijakan hukum atas implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia. Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, maka akan terjadi perluasan wewenang

(36)

pemerintah daerah. Sedangkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 akan tercipta peningkatan kemampuan keuangan daerah. Oleh karena itu, otonomi daerah diharapkan bisa menjadi jembatan bagi pemerintah daerah untuk mendorong efisiensi ekonomi, efisiensi pelayanan publik sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal.

Desentralisasi fiskal adalah konsekuensi logis dari otonomi daerah.Bowman dan Hawton (1983) menyatakan bahwa tidak satupun pemerintah dari suatu negara dengan wilayah yang luas dapat menentukan secara efektif ataupun dapat melaksanakan kebijaksanaan dan program-programnya secara efisien melalui sistem sentralisasi. Oleh karena itu perlu ada distribusi atau pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah dan pihak lain yang berkepentingan atau biasa disebut dengan sistem desentralisasi. Dengan sistem ini, daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal sehingga kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu dan berdampak pada kemampuan daerah dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan semakin kuat.

Perangkat yang digunakan untuk mendukung berjalannya desentralisasi lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisiensi, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good governance benar-benar tercapai (Mardiasmo, 2004 : 3). Good Governance tersebut akan mencerminkan kinerja pemerintah daerah yang lebih maksimal, sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan pembangunan daerah. Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi (Halim, 2001:167) adalah sebagai berikut:

(37)

22

1. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya.

2. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar.

Dengan demikian, peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

2.1.1.10. Teori Modal Manusia (Teori Schultz)

Teori Modal Manusia pertama kali diperkenalkan oleh Theodore W.Schultz (1961). Dalam teori ini dikatakan bahwa baik pengetahuan dan keterampilan adalah bentuk modal yang dapat digunakan sebagai investasi.

Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal atau kapital sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya, seperti mesin, teknologi, tanah, uang, dan materia. Manusia sebagai human capital tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan atau ide, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.

Teori Schultz mengemukakan bahwa investasi pada bidang pendidikan dan kesehatan dapat mempengaruhi produktivitas yang nantinya dapat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi di masa yang akan datang.

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Pembangunan Daerah

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik

(38)

secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersarna-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah oleh karena itu. pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangunan perekonomian daerah.

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu:

1. Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya.

2. Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami

(39)

24

pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah.

Terdapat dua perspektif pembangunan perekonomian yang pertama responsif terhadap kebutuhan eksternal dan kedua responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal (Blakely, 1989:81). Responsif terhadap kebutuhan eksternal merupakan praktek perencanaan yang banyak dianut. Responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal merupakan pendekatan baru yang baru naik daun. Kedua jenis perspektif pembangunan tersebut bermuara pada tahapan tipologi empat orientasi perencanaan yang berbeda, yaitu : dua model yang udah umum diterapkan (recruitment planning dan impact planning) dan dua model yang baru naik daun (perencnaan kontinjensi dan perencanaan strategik) bagi perekonomian daerah.

Dua pendekatan terakhir lebih responsif terhadap semua dimensi kondisi erekonomian daerah dan nasional.

2.1.4. Alat Ukur Pembangunan Daerah

Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah.

Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).

Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur

(40)

perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap indikator tersebut :

1. Pendapatan perkapita

Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor makroekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga.

Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

2. Struktur ekonomi

Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas

(41)

26

sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.

3. Urbanisasi

Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.

4. Angka Tabungan

Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul

(42)

oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.

5. Indeks Kualitas Hidup

IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung berasosiasi dengan kesejahteraan keluarga.

Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

(43)

28

6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu indikator penting dalam melihat sisi lain pembangunan. Menurut BPS 2014, manfaat penting IPM antara lain sebagai berikut:

1. IPM merupakan indikator penting untuk mengkur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

2. IPM dapat menentukan peningkat atau level pembangunan suatu negra.

Bagi Indonesia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan bagian dari Dana perimbangan (Daper) yang diberikan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.

The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat

indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia.

Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.

(44)

Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir,

(2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU

(3) pendapatan perkapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.

Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude, skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

BPS mengelompokkan suatu pembangunan manusia berdasarkan IPM menjadi empat kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

1. Sangat tinggi : IPM ≥ 80 2. Tinggi : 70 ≤ IPM < 80 3. Sedang : 60 ≤ IPM < 70 4. Rendah : IPM < 60

2.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan stadart hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklaifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara

(45)

30

ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, seta dibantu oleh Gustav Ranis daru Universitas Yale dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini digunakan oleh program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan tanggapan UNDP (United Nation Development Programme) terhadap tuntutan perlunya indikator yang mampu menggambarkan sejauh mana suatu negara (wilayah) telah menggunakan sumber daya penduduknya untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia negara atau wilayah tersebut. Isu yang kemudian berkembang adalah bahwa keberhasilan meningkatkan prestasi ekonomi suatu negara atau wilayah ke tingkat yang lebih tinggi tidak selalu diikuti oleh meningkatnya mutu kehidupan warga masyarakatnya.

United Nation Development Programme (UNDP) mendefenisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Produktivitas Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

(46)

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social.

Semua hambata yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memliki tiga dimensi yang digunakan sebagai dasar perhitungan : (1) Umur panang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan hidup saat kelahiran, (2) Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka rata-rata lama sekolah, dan (3) Standart hidup layak yang dihitung dari Produk Domestik Bruto atau PDB (Keseimbangan kemampuan berbelanja) per kapita.

Pembangunan manusia mencakup konsep yang relatif luas. Salah satu pelopor pendekatan pembangunan manusia dalam Ilmu Ekonomi Pembangunan adalah Amartya sen melalui konsep human capabilities approach. Pendekatan ini

(47)

32

menekankan pada gagasan kemampuan (capabilities) manusia sebagai tema sentral pembangunan.

2.2.1 Indikator Indeks Pembanguan Manusia

1. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)

Usia harapan hidup mencerminkan usia maksimum yang diharapkan seseorang untuk dapat bertahan hidup. Indikator harapan hidup ini meliputi : a. Angka kematian bayi

b. Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai usia 40 tahun c. Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan

d. Persentase pnduduk yang sakit “morbiditas”

e. Rata-rata lama sakit

f. Persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri g. Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis h. Persentase balita kekurangan gizi

i. Persentase rumah tangga yang mempunyai akses ke sumber air minum bersih

j. Persentase rumah tanga yan menguni rumah berlantai tanah

k. Persentase penduduk yang tanpa akses terhadap fasilitas kesehatan l. Persentase rumah tangga tanpa akses terhadap sanitasi.

2. Pengetahuan (Knowledge)

Prestasi pembangunan masyarakat akan diukur dengan melihat seberapa jauh masyarakat di kawasan tersebut telah memanfaatkan sumber dayanya untuk memberikan fasilitas kepeda warganya agar menjadi cerdas. Hidup sehat dan cedas diyakii akan meningkatkan kemampuan produktivitas seseorang, sedang

(48)

hidup yang panjang dalam keadaan tetap sehat dan cerdas juga akan memperpanang masa produktif tersebut sehingga pada gilirannya akan meningkatkan mutu peran warga tersebut sebagai pelaku (agent) pembangunan.

Indikator pengetahuan atau pendidikan ini meliputi:

a. Angka melek huruf b. Rata-rata lama sekolah c. Angka partisipasi sekolah

d. Angka putus sekolah “Drop out” dan lain-lain 3. Standart Hidup Layak (Decent standard of living)

Unsur dasar pembangunan manusia yang ketiga ialah standart hidup layak, Indikator standart hidup layak bisa dilihat dari daya beli masyarakat yang meliputi:

a. Jumlah yang bekerja

b. Jumlah pengangguran terbuka

c. Jumlah data persentase penduduk miskin d. PDRB rill per kapita

2.2.2 Metode Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

Adapun metode perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dengan metode baru:

a) Dimensi kesehatan Ikesehatan =

1. Angka Harapan Hiup saat lahir (AHH) didefenisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir

(49)

34

2. Angka Harapan Hidup (AHH) mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat.

b) Dimensi Pendidikan IHLS =

IRLS =

Ipendidikan =

1. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefenisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal

2. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun

3. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas

4. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir

5. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standart internasional yang digunakan oleh UNDP

6. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefenisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

7. HLS digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang

(50)

c) Dimensi Pengeluaran

IPengeluaran = ( ) ( ) ( ) ( )

1. Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli

2. Rata-rata pengeluaran per kapita dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota.

3.

Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas. Metose penghitungannya menggunakan metode Rao.

d) Menghitung IPM

IPM = √ x 100

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran.

Sumber: BPS Sumatera Utara

2.3. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDB maupun PDRB digunakan dua pendekatan yaitu lapangan usaha dan pengeluaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada prinsipnya PDRB adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi atas jumlah nilai tambah yang dihasilkan

(51)

36

oleh seluruh unit ekonomi dalam kurun waktu tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai barang dan jasa akhir yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Data tersebut digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai barang dan jasa akhir dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

2.3.1. Metode Perhitungan PDRB

2.3.1.1. Metode Produksi (Output Approach)

Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi tersebut awalnya dikelompokkan kedalam sembilan kelompok lapangan usaha namun saat ini sudah diklasifikasikan menjadi 17 lapangan usaha. Berdasarkan publikasi BPS Sumatera Utara, PDB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;

Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas;

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi;

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan;

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan social dan Jasa lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

PERILAKU ASERTlF UNTUK KELUAR DARI SITUASI KEKERASAN PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DITINJAU DART PERAN GENDER FEMININ, MASKULIN, DAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat dapat diketahui bahwa Faktor Kebutuhan akan kekuasaan yang

Kegiatan produksi adalah usaha manusia untuk menghasilkan atau mengubah barang atau jasa yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Produksi juga dapat diartikan sebagai kegiatan manusia

Belajar bermufakat : dalam permainan tradisional samba lakon anak anak lebih dahulu melakukan mufakat untuk menetapkan permainan apa yang akan dimainkan bersama sama,

[r]

Karenanya, luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di wilayah Kota Singkawang masih bisa mendekati 70% dari luas wilayah kota atau sekitar 40.000 Ha

Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.. Legal Medicine Pathology

Both the text of the specification and the schema, wfs.xsd, do not seem to correctly define the Native element. The current definition does not allow content within the native