• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD 27 PUNDINGIN KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD 27 PUNDINGIN KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD 27

PUNDINGIN KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

SYAMSUL BAHRI NIM 105401100717

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

ii

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SYAMSUL BAHRI

NIM : 105401100717

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendekatan Whole Language Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciplakan atau dibuatkan orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Desember 2021 Yang Membuat Pernyataan,

Syamsul Bahri 105401100717

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

iii

SURAT PERJANJIAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syamsul Bahri NIM : 105401100717

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendekatan Whole Language Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai pada penyusunan skripsi ini, saya menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu konsultasi pada pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar seperti pada poin 1, 2 dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Desember 2021 Yang Membuat Pernyataan,

Muh. Nashran Mubin Rahman 105401100717

(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki)’ (Q.S Ar Ra’ad : 39)

Kuperuntukkan karya terżstżmewa żnż kepada kedua orang tuaku tercżnta dan saudara-saudaraku yang senantżasa mengarahkan, membżmbżng, memberż

kasżh sayang dan perhatżan yang tulus… Serta kepada Allah SWT yang selalu memberżkan petunjuk sehżngga

semuanya dżmudahkan dan dżlancarkan...

(8)

v ABSTRAK

SYAMSUL BAHRI 2021. Pengaruh Pendekatan Whole language Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dibimbing oleh Andi Adam dan Syekh Adi Wijaya.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif atau eksperiment (pre- eksperimental design) dengan desain one-grup pretest-posttest design. Sampel dan populasi adalah murid kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yang berjumlah 16 murid. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan membaca pemahaman.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis satistik desktiptif diketahui nilai rata-rata (mean) pretest adalah 70,62 sedangkan rata- rata (mean) posttest adalah 82,18, nilai rata-rata pada posttest lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pretest dan analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t, diketahui t Hitung yang diperoleh adalah 8,47 dengan frekuensi df = 16- 1=15, pada taraf signifikan= 0,05 atau 5% diperoleh t tabel adalah 2.131. Jadi tHitung >

tTabel atau 8,47 > 2,131 hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan pendekatan whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Kata Kunci: Pendekatan whole language, keterampilan membaca pemahaman

(9)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah swt dengan segala berkat limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa segala hal dalam proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberikan masukan, nasihat serta motivasi yang tiada hentinya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku, Ayahanda tercinta Bakri dan Ibunda Hasna yang telah memberikan segalanya dan mendoakan apapun itu demi kebaikan anak-anaknya.

Kepada Andi Adam, S.Pd., M.Pd, dan Syekh Adi Wijaya, S.Pd., M.Pd., pembimbing I dan pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan saran-saran yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada; Prof. Dr, H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar., Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar., dan Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Guru

(10)

vii

Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Demikian pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman PH 17 serta pondok susu terkhusus warga panti asuhan amanah selaku sahabat yang selalu memberi motivasi dan menemaniku dengan candanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun, karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah- mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, 14 Desember 2021

Penulis,

(11)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……… i

KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI…………..………. ii

SURAT PERNYATAAN ………. iii

SURAT PERJANJIAN ……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….... iv

ABSTRAK……….. v

KATA PENGANTAR ... …….. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

DAFTAR TABEL ……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN... ……….1

A. Latar Belakang ... ……….1

B. Rumusan Masalah ... ……...4

C. Tujuan Penelitian ... ………4

D. Manfaat Penelitian ... ………5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS .. ………7

A. Penelitian Yang Relevan ... ………7

B. Landasan Teori ………..10

1.Pengertian Pendekatan Whole language ... ……..10

2. Komponen-Komponen Whole language ... ……..12

3. Ciri-ciri Kelas Whole language ... ……...19

4. Keterampilan Membaca Pemahaman... ……...23

C. Kerangka Pikir ... ……...27

D. Hipotesis Penelitian ... ……..30

BAB III METODE PENELITIAN ... ……..31

(12)

ix

A. Jenis Penelitian ... ……...31

B. Desain Penelitian ... ……...31

C. Populasi dan Sampel ... ……...32

D. Variabel Penelitian ... ……...34

E. Definisi Operasional Variabel ... ……...34

F. Instrumen Penelitian ... ……...34

G. Teknik Pengumpulan Data ... ……. 36

H. Teknik Analisis Data ... ……...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...42

A. Hasil penlitian………42

1. Hasil Statistik Deskriptif………42

2. Hasil Statistik Inferensial………...50

B. Pembahasan………53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..57

A. Simpulan………57

B. Saran………...58

DAFTAR PUSTAKA ... ……...60 LAMPIRAN LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah salah satu kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya pendidikan dapat membantu anak – anak menentukan kepribadian yang lebih baik. Adanya pendidikan dan lembaga pendidikan, seseorang dapat memahami atau mengimplementasikan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menumbuhkan ide – ide dan karya kreatifnya sesuai dengan keinginan dan kemampuanya. Hal ini berhubungan dengan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bab 1 yang mengatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan, spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Dalam kurikulum Sekolah Dasar, salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia. Dengan adanya Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik dan memiliki karya sastra yang menarik. Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia, materi yang akan diajarkan kepada peserta didik harus disesuaikan dengan tema yang sudah ditetapkan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013. Inti dalam pembelajaran

(14)
(15)

2

Bahasa Indonesia mencakup empat ketrampilan, yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Pembelajaran Bahasa Indonesia ini bersifat terpadu. Artinya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia keempat ketrampilan tersebut tersebut disampaikan secara bersamaan atau saling keterhubungan. Proses komunikasi lisan: menyimak dan berbicara dengan kemampuan tulis: membaca dan menulis dilakukan secara terpadu atau secara bersamaan. Dengan konsep seperti ini, pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi kunci utama pembelajaran mata pelajaran yang lainya. karena, dalam pembelajaran yang lain sangat membutuhkan empat ketarmpilan tersebut. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik.

Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan, baik berupa pengetahuan atau pembelajaran.

Edelsky, Froses, Goodman dan Weaver menyatakan bahwa whole langauge adalah pendekatan pembelajaran yang disajikan dalam pengajaran bahasa secara utuh dan tidak terpisah – pisah . Maksudnya. Pembelajaran bahasa indonesia disajikan secara bersamaan antara ketrampilan menyimak, mendengar, membaca, dan menulis.

Menurut Sudarso (2001) keterampilan membaca sebagai salah satu aktivitas yang sangat komplek. Tidak hanya melibatkan kemampuan membaca, tetapi juga melibatkan kemampuan kognitif, kemampuan untuk mengamati dan atau kemampuan berkomunikasi. Tidak hanya itu, kemampuan motorik juga menentukan keterampilan membaca.

(16)
(17)

3

Pendekatan Whole language merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan aspek – aspek bahasa dan ketrampilan berbahasa, yang merupakan cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran. pembelajaran bahasa yang diajarkan secara terpisah menyebabkan kesulitan anak dalam proses pembelajaran. untuk mengatasinya, pendidik harus mampu menerapkan pembelajaran yang mampu membuat peserta didik merasa mudah dan menjadikan pembelajaran yang menyenangkan. Bahasa bersifat fungsional, maksudnya penggunaan bahasa tidak dapat dipisahkan dari suatu konteks, karena penggunaan bahasa yang digunakan mencerminkan ide, nilai dan sikap yang dimiliki oleh pengguna. Proses pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan hasil yang baik bagi peserta didik. Hasil yang baik didapat melalui proses pembelajaran yang baik pula.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif,dan psikomotorik.

Kemampuan kognitif merupakan pengetahuan yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran, kemampuan afektif merupakan bagaimana perubahan sikap individu setelah proses pembelajaran, sedangkan psikomotorik merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang individu. Keberhasilan dalam belajar tak luput dari peran seorang guru, guru yang sebagai fasilitator memiliki peran aktif dalam dunia pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dengan kemajuan teknologi memerlukan seorang pendidik yang profesional serta menggunakan sarana pra sarana yang memadai sehingga dapat memacu peningkatan hasil belajar siswa dengan kondisi yang relevan dengan kehidupan sehari – hari. Berdasarkan analisis penyelidikan literatur

(18)
(19)

4

menganjurkan bahwa dalam pembelajaran, siswa harus lebih banyak bekerja dari pada mendengarkan. Hal ini, sesuai dengan karakteristik peserta didik usia SD, yakni mereka tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan tetapi selalu aktif dalam berbagai hal. Dalam hal ini, guru wajib menggunakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung. Guru harus mampu menggunakan variasi dalam proses pembelajaran, baik berupa strategi, model, maupun pendekatan sehingga peserta didik tidak mudah merasa bosan serta belajar dengan rasa senang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, penulis dapat menarik permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh antara pendekatan Whole language terhadap keterampillan membaca pemahaman siswa dikelas V SD 27 Pundingin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penlitian yaitu, untuk mengetahui pengaruh pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 27 Pundingin

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam

(20)
(21)

5

pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada pembelajaran jarak jauh utamanya penggunaan pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca mata pelajaran bahasa indonesia.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh, sebagai berikut:

a. Bagi murid, menumbuhkan kreativitas serta motivasi siswa secara optimal dalam dalam proses pembelajaran sehingga akan lebih bermakna.

b. Bagi guru, sebagai refrensi dalam kegiatan belajar mengajar terhadap ketepatan dan keefektifan dalam memilih pendekatan yang digunakan.

c. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung dan pengetahuan tentang pembelajaran dengan pendekatan Whole language sekaligus sebagai modal yang bagus untuk dilaksanakan dan dikembangkan kelak.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yang fungsinya adalah mengemukakan uraian sistematis tentang hasil penelitian terdahulu dan hubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun peneltian yang relevan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari Heni, dkk (2015). Menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan Whole language dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi. Hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 87% pada hasil test kemampuan membaca pemahaman siswa. Dengan menggunakan pendekatan whole language, ketika memahami bacaan siswa tidak hanya sekedar membaca saja namun juga dipadukan dengan keterampilan keterampilan bahasa yang lain seperti keterampilan menyimak, menulis dan keterampilan berbicara. Pendekatan Whole language menciptakan suasana pembelajaran bahasa dan melibatkan peran aktif siswa. Hal tersebut membuat siswa dapat memahami teks secara mendalam baik secara literal, interpretative, kritis dan kreatif. Untuk itu, pendekatan Whole language sangat tepat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V.

(23)
(24)

Alfulaila Noor (2014). Penelitian menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan terkait dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bahasa Indonesia SD kelas IV, yaitu: 1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman antara siswa kelompok eksperimen yang diajar melalui pendekatan Whole language dengan siswa kelompok kontrol yang diajar melalui pendekatan Konvensional; 2) terdapat perbedaan hasil belajar membaca pemahaman antara siswa yang bermotivasi tinggi dan rendah yang diajar melalui pendekatan Whole language maupun konvensional; 3) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar membaca pemahaman.

Arifatun Elya N (2019). Menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang Pengaruh pendekatan Whole language Terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik Kelas IV MIN 4 Tulungagung. Penelitian mendapat kesimpulan sebagai berikut: Ada pengaruh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai uji t-test, berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hitung dengan tabel. Hasil analisis dengan uji t-test diperoleh nilai thitung yaitu 5.115 dan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan db = N-2 = 36-2 = 34, t tabel =1, 690.

sehingga thitung > ttabel atau (5.115 > 1,690) dan Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0.05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. hasil belajar memiliki tingkat signifikansi 0,000 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai uji hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Lebih lanjut dari tabel Descriptive Statistics diperoleh

(25)
(26)

Mean nilai uji hasil belajar untuk kelas eksperimen sebesar 84.278 dan Mean untuk kelas kontrol 75.056. Hal ini menunjukkan bahwa nilai uji hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada nilai post test pada kelas kontrol. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh pendekatan Whole language terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia pada kelas IV MIN 4 Tulungagung. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh pendekatan Whole language terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia pada kelas IV MIN 4 Tulungagung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan whole 68 language dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV MIN 4 Tulungagung tahun ajaran 2017/2018.

Aisyah Siti, dkk (2020). Menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat terlihat adanya peningkatan pada kemampuan membaca permulaan tema berbagai kegiatanku, subtema kegiatan pagi hari melalui pendekatan Whole language pada siswa kelas I yang dilaksanakan di SDN Guntur 03 Pagi, Setiabudi, Jakarta Selatan. Hal ini dapat terlihat dari refleksi tes kemampuan membaca permulaan pada siklus I dan siklus II.

Maulidia Rizki Citra, dkk. Menyimpulkan bahwa Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup besar antara pendekatan Whole language terhadap kemampuan membaca permulaan anak kelompok B TK Mawar Khatulistiwa Pontianak.

Dari uraian tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan whole language merupakan sebuah pendekatan di mana kompetensi-kompetensi

(27)
(28)

berbahasa saling dihubungan disaat pembelajaran berlangsung sehingga di dalam pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam proses belajar mengajar di sekolah secara optimal.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pendekatan Whole language

Whole language pertama kali ditemukan oleh para pendidik Amerika Serikat yang peduli terhadap pengajaran bahasa baik membaca maupun menulis pada tahun 1980 – an. Ricard dan Rodgers menyatakan bahwa pendekatan Whole language menekankan pada pembelajaran membaca dengan fokus pada komunikasi nyata.

Mereka juga beranggapan bahwa anak dapat membentuk sendiri pengetahuanya melalui peran aktifnya dalam belajar yang dilakukan secara utuh. Pendekatan Whole language dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada usia tingkat sekolah dasar secara maksimal. Para ahli bahasa memandang bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat terpisah pisahkan. Menurut Richards, dan Platt pendekatan Whole language merupakan pendekatan pembelajaran bahasa pertama dan bahasa kedua yang dilakukan untuk menunjukan prinsip prinsip pemerolehan B1 dan B2.

Pendekatan Whole language salah satu pendekatan untuk mengembangkan pengajaran bahasa anak yang dilakukan secara menyeluruh, aspek keterampilan bahasa mempunyai hubungan yang saling terkait satu sama lain. Multimedia, lingkungan, dan

(29)
(30)

pengalaman belajar anak sangat penting dalam pendekatan ini. Pendekatan Whole language dapat dikatakan gabungan dari beberapa aspek aspek kebahasaan. Hal tersebut sesuai dengan Eliason yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang interaktif antara membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan anak dalam berbicara, membaca, menyimak dan menulis dapat dikembangkan secara menyeluruh melalui pendekatan pembelajaran whole language. Menurut Brenner Whole language merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan pra membaca, membaca dan mendengarkan cerita, mengarang cerita dan bermain drama.

Pendekatan Whole language juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

kelebihan yang dimilliki pendekatan Whole language ini yakni melibatkan lingkungan, penyampaianya disampaikan secara utuh dan menyeluruh, siswa berperan aktif di dalam kelas, Whole language dapat digabungkan dengan beberapa disiplin ilmu lainya.

Adapun kelemahanya, yakni perubahan dari kelas lama ke kelas Whole language memerlukan waktu yang lama, guru harus dapat memahami konsep dan komponen apasaja yang ada pada whole language. Konsep pembelajaran Whole language ini dapat terlihat dalam tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, peran siswa dan guru, serta teknik penilainya.

2. Komponen-Komponen Dalam Whole language

Menurut Teuku Alamsyah (2007: 14-17) menjelaskan bahwa ada delapan komponen whole language, yaitu :

(31)
(32)

a). Reading Aloud (membaca bersuara)

Reading Aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas rendah. Di sisi lain, dengan pembelajaran reading aloud, guru dapat memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya. Pada kelas yang pembelajarannya menerapkan whole language, Reading Aloud dapat dilakukan setiap hari saat memulai pembelajaran. Guru hanya menggunakan beberapa menit saja (10 menit) untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu guru untuk memotivasi siswa memasuki suasana belajar.

b). Journal Writting

Journal writing atau menulis jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitanya, mengutarakan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.

Pada dasarnya anak-anak dari berbagai macam latar belakang memiliki banyak cerita. Namun, umumnya mereka tidak sadar bahwa mereka mempunyai cerita yang menarik untuk diungkapkan. Tugas guru adalah mendorong siswa agar mau mengungkapkan cerita yang dimilikinya. Menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai, tetapi guru berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan

(33)
(34)

memberikan komentar atau respon terhadap cerita tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.

c). SSR (Sustained Silent Reading)

Sustained Silent Reading (SSR). SSR adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Guru dapat memberikan contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1) membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan 2) membaca dapat dilakukan oleh siapapun

3) membaca berarti berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut

4) siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama

5) guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca

6) siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir.

(35)
(36)

d). Shared Reading

Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, di mana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa cara melakukan hal ini. Cara-cara yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)

2) Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku

3) Siswa membaca bergiliran. Ketika membahas suatu topik, guru meminta siswa membuka buku paket yang membahas topik tersebut, kemudian siswa diminta membaca keras secara bergantian. Dalam hal ini guru telah melakukan shared reading. Sebaiknya guru meneruskan kegiatan ini dengan melibatkan keterampilan lain seperti berbicara dan menulis agar kegiatannya menjadi kegiatan yang utuh dan riil.

e). Guided Reading

Guided Reading tidak seperti pada shared reading, guru lebih berperan sebagai model dalam membaca. Dalam Guided Reading atau disebut juga membaca terbimbing guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, melainkan lebih pada

(37)
(38)

membaca pemahaman. Dalam Guided Reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekadar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas.

f). Guided writting

Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti dalam membaca terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.

Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses menulis dalam memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.

g). Independent Reading

Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Dalam Independent Reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respon. Jika menerapkan independent reading, Guru sebaiknya menyiapkan bacaan yang diperlukan untuk siswanya. Bacaan tersebut dapat berupa fiksi atau nonfiksi. Pada awal percakapan independent reading, guru dapat membantu siswa memilih buku

(39)
(40)

yang akan dibacanya dengan memperkenalkan buku-buku tersebut, misalnya guru membacakan sinopsis atau ringkasan buku yang terdapat pada halaman sampul. Jika guru pernah membaca buku tersebut,guru dapat menceritakannya sedikit tentang isi buku. Dengan mengetahui sekelumit tentang cerita, siswa akan termotovasi untuk memilih buku dan membacanya sendiri. Demikian juga ketika guru mempunyai buku baru, sebaiknya buku tersebut diperkenalkan agar siswa dapat mempertimbangkan untuk membaca atau tidak. Dalam memperkenalkan buku, guru sebaiknya juga membahas masalah pengarang dan ilustrator yang biasanya tertulis di halaman akhir.

Jika tidak ada keterangan tertulis tentang pengarang atau illustrator, guru paling tidak menyebutkan nama-nama mereka atau menambahkan sedikit informasi yang diketahuinya. Hal ini penting dilakukan agar siswa sadar bahwa sesungguhnya buku itu ditulis oleh manusia bukan mesin. Buku yang dibaca siswa untuk Independent Reading tidak selalu harus didapat dari perpustakaan sekolah, kelas, atau dipersiapkan oleh guru. Siswa boleh saja memperoleh buku dari berbagai sumber seperti perpustakaan kota/kabupaten, buku-buku yang ada di rumah, di toko buku, meminjam kepada teman, atau dari sumber lain. Inti dari Independent Reading adalah membantu siswa meningkatkan pemahamannya, mengembangkan kosakata, melancarkan membaca, dan secara keseluruhan memfasilitasi membaca.

h). Independent writing

Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan

(41)
(42)

kemampuan berpikir kritis dalam menulis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada interfensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam Independent writing antara lain menulis jurnal, dan menulis respon. Jika akan menerapkan pendekatan ini, Anda mulailah perlahan-lahan. Jangan mencoba menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa. Cobalah dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa menggunakan komponen tersebut, baru kemudian dicoba diterapkan komponen yang lain.

3. Ciri-ciri kelas Whole language

Teuku Alamsyah (2007) memaparkan ada tujuh ciri-ciri yang menandakan kelas whole language yaitu sebagai berikut:

1. Pertama, kelas yang menerapkan Whole language penuh dengan barang cetakan.

Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan kecil yang dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus, buku pentunjuk dan berbagai barang cetak lainnya. Semua ini disusun dengan rapi berdasarkan pengarang atau jenisnya sehingga memudahkan siswa memilih dan mengambil buku. Walaupun hanya satu sudut yang dijadikan perpustakaan, tetapi buku tersedia di seluruh ruang kelas.

(43)
(44)

2. Kedua, di kelas Whole language siswa belajar melalui model atau contoh: Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over head projector (OHP) dan transparasi digunakan untuk untuk memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape recorder untuk mendapatkan contoh membaca yang benar.

3. Ketiga, di kelas Whole language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkemampuannya. Agar siswa mampu untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya, di kelas harus tersedia buku dan materi yang menunjang.

Buku disusun berdasarkan tingkat kemampuan membaca siswa sehingga siswa dapat memilih buku yang sesuai untuknya. Di kelas juga tersedia meja besar yang dapat digunakan siswa untuk menulis, melakukan editing dengan temannya, atau membuat cover untuk buku yang ditulisnya. Langkah-langkah proses menulis tertempel di dinding sehingga siswa dapat melihatnya setiap saat.

4. Keempat, di kelas Whole language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas Whole language hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru. Siswa membuat kumpulan/kamus kata (word bank), melakukan, dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart, dan ditempel di seluruh ruangan. Siswa menjaga kebersihan dan kerapian kelas. Buku perpustakaan dipinjam dan dikembalikan oleh siswa tanpa bantuan guru. Buku bacaan atau

(45)
(46)

majalah dibawa oleh siswa dari rumah. Pada salah satu bulletin board terpampang pembagian tugas untuk setiap siswa. Siswa bekerja dan bergerak bebas di kelas.

5. Kelima, di kelas Whole language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung dengan guru. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau kegiatan individual. Ada kelompok yang membuat pelajaran sejarah. Siswa lain secara individual menulis respon terhadap buku yang dibacanya, membuat buku, menuliskan kembali cerita rakyat, atau mengedit draft final. Guru terlibat dalam konferensi dengan siswa atau berkeliling ruangan mengamati siswa, berinteraksi dengan siswa atau membuat catatan tentang kegiatan siswa.

6. Keenam, di kelas Whole language siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru di kelas Whole language menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai kemampuan sehingga semua siswa mampu untuk berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputar ruang kelas. Siswa dipacu untuk melakukan yang terbaik.

Namun, guru tidak mengharapkan kesempurnaan. Yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.

7. Ketujuh, di kelas Whole language mendapat umpan balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya. Ciri utama kelas Whole language adalah

(47)
(48)

pemberian feed back dengan segera. Meja ditata di berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan konferensi.

Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya.

Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.

4. Keterampilan Membaca Pemahaman

Secara khusus keterampilan dalam belajar adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapat, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan serta merupakan cara untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan, keterampilan menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut Gordon, keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat.

b. Menurut Nadler , keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari keterampilan.

c. Menurut Dunnette, keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk memelaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.

Jadi, keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu perbuatan.

Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari pengetahuan yang teoretis, yang dimiliki oleh seserorang contohnya seperti kegiatan bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi bagi tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan

(49)
(50)

lain-lain. Dengan keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien. Jenis-jenis membaca dilihat dari aspek kegiatannya yaitu:

a). Membaca Teknik

Membaca keras merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada ketepatan bunyi, irama, kelancaran, perhatian terhadap tanda baca. Kegiatan membaca seperti ini disebut juga sebagai kegiatan “membaca teknis”.

b). Membaca Dalam Hati

Membaca dalam Hati merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Secara fisik membaca dalam hati harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca, menggunakan telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.

c). Membaca Cepat

Yaitu membaca yang tidak menekankan pada pemahaman rincian-rincian isi bacaan, akan tetapi memahami pokok-pokoknya saja. Membaca ini dapat dilakukan dengan menggerkkan mata dengan pola-pola tertentu.

d). Membaca Rekreatif

Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk membina minat dan kecintaan membaca; biasanya bahan bacaab diambil dari cerpen dan novel.

e). Membaca Analitik

(51)
(52)

Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari informasi dari bahan tertulis;

menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang lain, menarik kesimpulan yang tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.

Jenis-jenis membaca dilihat dari bentuknya:

a). Membaca Intensif

Bertujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.

b). Membaca Ekstensif

Yaitu membaca yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan.

Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan membaca yang bertujuan untuk mengetahui ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian menurut Bukhari (2010). Sebelum memahami suatu makna utuh dari teks, dengan menentukan ide pokok pembaca akan lebih mudah untuk memahami bacaan. Dari ide- ide pokok inilah makna dari teks dapat dipahami secara utuh. Tidak hanya memahami pesan yang dimaksud penulis, seorang pembaca juga bertugas untuk memahami detail- detail penting dan seluruh pengertian yang ada pada teks. Membaca pemahaman adalah proses membuat makna dari teks. Karena itu, tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang apa yang dideskripsikan dalam teks daripada untuk mendapatkan makna dari kata atau kalimat yang terisolasi menurut Woolley (2011).

Dalam membaca pemahaman tujuan utamanya adalah pemahaman makna teks secara keseluruhan. Apabila siswa hanya dapat memahami makna setiap kata atau kalimat saja

(53)
(54)

dapat dikatakan siswa tersebut belum membaca pemahaman secara sempurna karena seharusnya dapat memahami makna teks secara utuh.

Menurut Dalman (2013) membaca pemahaman memiliki beberapa tingkatan yang harus dikuasai siswa. Kemampuan membaca dapat di kelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu: (1) pemahaman literal, (2) pemahaman interpretatif, (3) pemahaman kritis, (4) pemahaman kreatif. Tingkatan yang pertama yaitu pemahaman literal. Pemahaman literal artinya pembaca hanya memahami sebuah teks apa adanya.

Dalam pemahaman literal tujuan utamanya adalah ketika pembaca dapat menyebutkan fakta-fakta yang hanya terdapat dalam teks. Pembaca harus dapat menyebutkan isi bacaan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pembaca juga harus memahami urutan peristiwa yang sesuai dengan teks. Tingkatan membaca pemahaman yang kedua yaitu pemahaman interpretatif. Pemahaman interpretatif artinya pemahaman siswa terhadap bacaan sudah melibatkan pemikiran pembaca. Ketika membaca siswa dapat menggunakan daya pikirnya secara luas untuk memahami teks yang dibacanya. Hal ini meliputi kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok dalam paragraf, menjelaskan sebab akibat, mendapatkan pesan yang ada dalam bacaan serta membuat kesimpulan berdasarkan isi teks. Tingkatan membaca pemahaman yang ketiga adalah pemahaman kritis. Pemahaman kritis artinya pembaca tidak hanya memahami teks saja namun dapat menganalisis isi teks secara mendalam. Pembaca harus mengetahui jenis teks yang dibacanya dan dapat memberikan tanggapan dan penilaian terhadap teks. Tingkat membaca pemahaman yang paling tinggi yaitu

(55)
(56)

pemahaman kreatif. Pemahaman kreatif artinya pembaca sudah dapat membuat dan melakukan sesuatu setelah memahami sebuah teks. Pada tingkatan ini pembaca mampu melanjutkan isi bacaan

C. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran diperlukan inovasi model pembelajaran dengan situasi kondisi saat ini, dimana murid tidak hanya memiliki kemampuan pada rana kognitif saja melainkan murid juga memiliki kemampuan pada rasa afektif dan psikomotorik. Pembelajaran yang di lakukan selama ini masih banyak yang menggunakan metode – metode pembelajaran seperti ceramah (konvensional), diskusi, demonstrasi, pemecahan masalah (problem based learning) namun mengakibatkan kebosanan pada murid dalam mengikuti proses pembelajaran dan pemahaman materi yang kurang pada murid. Untuk itu peneliti membuat suatu rancangan penelitian berupa pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman untuk meningkatkan hasil belajar murid.

Peneliti memiliki unsur dan variabel – variabel yang dibuat sebagai alat ukur untuk mencapai keefektifan hasil belajar murid. Sedangkan dalam prosesnya tidak hanya menerapkan pembelajaran seperti biasa, namun menerapkan media pembelajaran untuk mendukung tujuan penelitian.Suatu penelitian memerlukan sebuah kerangka pikir untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam sebuah pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Whole language .

(57)
(58)

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum 2013

Pendekatan Whole Language

Pre-test

Keterampilan Membaca Pemahaman

Post-test

Analisis

Temuan/Hasil

(59)
(60)

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis penelitian dapat dirumuskan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman, sebagai berikut:

H0: Tidak ada pengaruh pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 27 Pundingin

H1: Ada pengaruh pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 27 Pundingin.

(61)
(62)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2019: 72) penelitian eksperimen diartikan “sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Desings B. Desain Penelitian

Desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (treatment). Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan desain One-Group Pretest-Posttest Design (Sumber : Sugiyono, 2019: 10/9)

Keterangan :

O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan).

X = perlakuan (tratment).

O1 X O2

(63)
(64)

O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2019: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD 27 Pundingin

Tabel 3.2 Tabel Populasi

Kelas

Jumlah

Jumlah Keseluruhan Laki-laki Perempuan

I 10 11 21

II 9 11 20

III 11 10 21

IV 7 15 22

V 6 10 16

VI 10 16 26

JUMLAH 126

(Sumber : Data SD 27 Pundingin)

(65)
(66)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2019: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2019: 82) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang telah diuraikan tersebut maka peneliti menggunakan semua populasi sebagai sampel yaitu sebanyak 16 siswa.

Tabel 3.3 Sampel Siswa Kelas V SD 27 Pundingin.

Kelas

Jumlah

Jumlah Keseluruhan Laki-laki Perempuan

V 6 10 16

(Sumber : Absen Kelas V SD 27 Pundingin)

(67)
(68)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas pada penelitian ini adalah Teknik Whole language 2. Variabel Terikat pada penelitian ini adalah Hasil Belajar.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas ( Teknik Whole language)

Teknik Whole language adalah pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah pisah.

2. Variabel Terikat ( Hasil Belajar )

Hasil belajar adalah bentuk perubahan setelah melalui serangkaian kegiatan belajar maupun pengalaman. Hasil belajar tersebut dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi dan penilaian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dengan jenis pretest dan posttest. Pretest dilaksanakan sebelum pendekatan Teknik Whole language diterapkan, sedangkan posttest dilaksanakan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan Teknik Whole language.

(69)
(70)

Tabel 3.4

Instumen Penilaian Pengetahuan Kompetensi dasar Indicator Jenis

soal

Nomor soal

Bobot soal 1. Menguraikan

pendapat pribadi tentang isi buku sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya)

1. Menyebutkan pendapat pribadi tentang isi buku sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya)

Uraian 1, 2, 5 10x3=30

2. Menjelaskan pendapat pribadi tentang isi buku sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya)

Uraian 3, 5 10x2=20

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Teknik Whole language

(71)
(72)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan terlibat langsung dalam mengumpulkan data, mengelola dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :

1. Tes

Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur pengetahuan siswa setelah diberikan treatment atau perlakuan berupa penerapan Teknik Whole language. Teknik tes dalam penelitian ini yaitu melakukan tes hasil belajar sebanyak dua kali, yaitu (pretest) sebelum diberikan perlakuan atau treatment dan (posttest) setelah diberikan perlakuan. Tes yang diberikan pada pretest dan posttest merupakan tes yang sama, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya pengaruh perbedaan kualitas instrument dan perubahan pemahaman ataupun pengetahuan siswa.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Teknik Whole language. Tes ini juga bertujuan untuk mengetahui hasil belajar membaca pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah diberikan treatment atau perlakuan.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kunjungan langsung pada lokasi maupun tempat penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan, jumlah populasi dan sampel penelitian. Lembar observasi

(73)
(74)

digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Teknik Whole language Lembar observasi merupakan gambaran keseluruhan aspek yang berhubungan dengan kurikulum yang menjadi pedoman dalam proses pembelajaran.Lembar observasi ini berisi item-item yang akan diamati pada saat proses pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk menganalisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai posttest. Pengujian nilai hanya dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test).

Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model pre- eksperimental One Group Pretest Posttest Design yaitu sebagai berikut :

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2019: 147) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini yaitu sebagai berikut :

(75)
(76)

a. Rata –rata (Mean)

𝑥̅ = ∑𝑛𝑖=1𝑥𝑖 𝑛

b. Presentase (%) nilai rata-rata 𝑃 = 𝑓

𝑁 × 100%

Keterangan :

P = Angka presentase

F = frekuensi yang dicari presentasenya N = Banyaknya sampel responden

Hasil belajar murid dianalisa dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar membaca pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh murid mendapatkan gambaran jelas tentang hasil belajar membaca murid yang dikelompokkan ke dalam 5 kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar membaca adalah menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006).

Tabel 3.5 Kategori Standar Hasil Belajar

No Interval Nilai Kategori

1 0 – 54 Sangat rendah

2 55 – 64 Rendah

3 65 – 79 Sedang

(77)
(78)

4 80 – 89 Tinggi

5 90 – 100 Sangat Tinggi

(sumber: Depdiknas, 2006)

Data hasil belajar siswa dianalisa berdasarkan kriteria ketentuan hasil belajar murid yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan di SD 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Tabel 3.6 Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar Membaca

Nilai Keterangan

70-100 Tuntas

0-69 Tidak Tuntas

(Sumber : nilai KKM SD 27 Pundingin)

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Menurut Sugiyono (2019: 148) statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t).

Dengan tahapan sebagai berikut :

(79)
(80)

a. Menentukan tHitung menggunakan rumus :

𝑡 = 𝑀𝑑

√ ∑ 𝑋2𝑑 𝑁(𝑁 − 1) Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest X1 = Hasil belajar sebelum diberikan perlakuan (pretest) X2 = Hasil belajar setelah diberikan perlakuan (posttest)

d = Definisi masing-masing subjek

∑ 𝑋2𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel

b. Mencari harga “Md” dengan rumus : Md = ∑ 𝑑

𝑁

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest

∑ 𝑑 = Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Subjek dari sampel

c. Mencari harga " ∑ 𝑋2𝑑" dengan menggunakan rumus :

∑ 𝑋2𝑑 = ∑ 𝑑 − (∑ 𝑑)2 𝑁

(81)
(82)

Keterangan :

∑ 𝑋2𝑑= Jumlah Kuadrat deviasi

∑ 𝑑= Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Subjek dari sampel

d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan kaidah pengujian:

Jika tHitung > tTabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti penerapan pendekatan Teknik Whole Linguage berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman peserta didik siswa kelas V SD 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Jika tHitung < tTabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti penerapan pendekatan Teknik Whole Linguage tidak berpengaruh terhadap hasil belajar membaca pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Menentukan harga tTabel,

Mencari tTabeldengan menggunakan table distribusi t dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan 𝑑𝑘 = 𝑁 − 1

e. Membuat kesimpulan apakah pendekatan Teknik Whole Linguage berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

(83)
(84)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 27 Pundingin Kabupaten Bantaeng yang terletak di desa Bonto Cinde. Penelitian dilakukan dengan pokok bahasan tentang keterampilan membaca pemahaman pada murid kelas V SDN 27 Pundingin Kabupaten Bantaeng. Peneliti telah mengumpulkan data dengan menggunakan instrument pretest dan posttest dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan Whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kabupaten Bantaeng.

Adapun hasil statistik deskriptif dan hasil statistik inferensial penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Hasil Statistis Deskriptif

a. Hasil Pretest Kemampuan Menentukan Pesan Moral Dalam Cerita Dongeng Sebelum Menggunakan Pendekatan Whole language

Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan dan dideskripsikan secara rinci hasil penelitian tentang penggunaan pendekatan whole language terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes tertulis pretest sehingga dapat diketahui hasil kemampuan menentukan pesan moral dalam cerita dongeng siswa kelas VSDN 27

(85)
(86)

Pundingin Kabupaten Bantaeng. Data hasil belajar siswa kelas V SDN 27 Pundingin dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil nilai pretest sebelum menggunakan pendekatan Whole language

No. Nama Siswa Nilai

1. Abd. Rahman 50

2. Subair Muhawan 55

3. Ridwansya 70

4. Rendi Pangalila 60

5. Irsan. Hl 85

6. Achmad Al-Fatah 65

7. Afriliah 70

8. Annisa Nurfasira 65

9. Ayatul Husna 80

10. Pilsa 75

11. Reski Auliah 60

12. Riani 70

13. Rosnia 85

14. Sakila Assahra 65

15. Sahratul Nadira 80

16. Nur Ainun 75

Berdsarkan tabel hasil nilai pretest tersebut, untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest dari murid kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

(87)
(88)

Tabel 4.2

Perhitungan untuk mean (rata-rata) nilai pretest

X F f.x

50 1 50

55 1 55

60 1 60

65 3 195

70 3 210

75 2 140

80 2 160

85 2 170

90 1 90

Jumlah 16 1.130

Keterangan :

X : Nilai Pretest f : Frekuensi

f.X : Jumlah nilai pretest

Dari data tersebut dapat diketahui nilai ∑fX = 1.130, sedangkan nilai dari N adalah 16. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai mean (rata-rata) sebagai berikut :

𝑥̅ = 𝑥𝑖

𝑛 𝑖=1

𝑛

X = 1.130

16

X = 70,62

Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh nilai mean (rata- rata) dari hasil keterampilan membaca pemahaman sebelum menggunakan pendekatan

(89)
(90)

Whole language adalah 70,62. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen Pendidikan dan kebudayaan, maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Tingkat Penguasaan Materi Pretest

A. No Interval Frekuensi Persentase(%) Kategori Hasil Belajar

1 0 – 54 1 6,25 Sangat Rendah

2 55 – 64 2 12,5 Rendah

3 65 - 79 8 50 Sedang

4 80 – 89 4 25 Tinggi

5 90 - 100 1 6,25 Sangat Tinggi

Dari data yang dilihat pada tabel tersebut, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan menggunakan instrument tes yang diberikan untuk siswa dikategorikan sangat rendah yaitu 6,25%, rendah 12,5%, sedang 50%, Tinggi 25%, dan sangat tinggi berada pada presentase 6,25%. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan murid dalam memahami serta penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menggunakan pendekata whole language tergolong rendah.

(91)
(92)

B. Hasil Posttest Menentukan Pesan Moral Cerita Dongeng Setelah Menggunakan Pendekatan Whole language

Data hasil menentukan pesal moral cerita dongeng siswa kelas V SDN 27 Pundingin kabupaten Bantaeng setelah menggunakan pendekatan whole language (posttest) dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Nilai Posttest Setelah Menggunakan Pendekatan Whole language

No. Nama Siswa Nilai

1. Abd. Rahman 65

2. Subair Muhawan 70

3. Ridwansya 80

4. Rendi Pangalila 75

5. Irsan. Hl 90

6. Achmad Al-Fatah 75

7. Afriliah 85

8. Annisa Nurfasira 85

9. Ayatul Husna 90

10. Pilsa 80

11. Reski Auliah 95

12. Riani 80

13. Rosnia 90

14. Sakila Assahra 75

15. Sahratul Nadira 95

16. Nur Ainun 85

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest murid kelas V SDN 27 Pundingin

(93)
(94)

Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Tabel 4.5 Perhitungan Untuk Mean (Rata-Rata) Nilai Posttest

X F f.x

65 1 65

70 1 70

75 3 225

80 3 240

85 3 255

90 3 270

95 2 190

Jumlah 16 1.315

Keterangan :

X : Nilai Posttest f : Frekuensi

f.X : Jumlah nilai pretest

Dari data tersebut dapat diketahui nilai ∑f.X = 1.315, sedangkan nilai dari N adalah 16. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai mean (rata-rata) sebagai berikut :

𝑥̅ = ∑𝑛𝑖=1𝑥𝑖 𝑛 X = 1.315

16

X = 82,18

Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh nilai mean (rata- rata) dari hasil keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng setelah treatment (perlakuan) dengan

(95)
(96)

menggunakan pendekatan whole language adalah 82,18.

Nilai statistik deskriptif pretest dan posttest murid yang diajarkan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan menggunakan pendekatan whole language.

Data hasil keterampilan membaca pemahaman yang dilaksanakan sebanyak 16 siswa kelas V SDN 27 Pundingin Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel rekapitulasi nilai keterampilan membaca pemahaman. Adapun dikategorikan dalam pedoman departemen pendidikan dan kebudayaaan. Maka keterangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Tingkat Pengesuaian Materi Posttest

A. No Interval Frekuensi Persentase(%) Kategori Hasil Belajar

1 0 – 54 0 0,00 Sangat Rendah

2 55 – 64 0 0,00 Rendah

3 65 – 79 5 31,25 Sedang

4 80 – 89 6 37,5 Tinggi

5 90 – 100 5 31,25 Sangat Tinggi

Jumlah 16 100

Berdasarkan dari tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada tahap posttest, dengan menggunakan instrumen tes yang di berikan untuk siswa dikategorikan sangat tinggi 31,25%, Tinggi 37,5, Sedang 31,25%, Rendah 0,00% dan sangat rendah berada pada 0,00%. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat

(97)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam mengarang deskripsi, dapat dilakukan dengan penelitian tindakan kelas melalui penerapan pendekatan whole language dengan

menunjukkan bahwa ada beda pengaruh penerapan pendekatan Whole Language tipe Journal Writing dan metode ceramah terhadap keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas

Tesis yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Pendekatan SQ3R Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali”, diajukan untuk

Pada penelitian ini penerapan pendekatan whole language meliputi sepuluh langkah, yaitu (1) persiapan media dan lokasi mengajar, guru dibantu siswa menyiapkan lokasi

Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi melalui penggunaan pendekatan whole language pada siswa kelas IIC SD Djama’atul Ichwan

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan pendekatan whole language berbantuan audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa, keterampilan guru dalam

Tesis yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Pendekatan SQ3R Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali”, diajukan untuk

SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan penelitian tindakan tentang Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi melalui Pendekatan whole language pada siklus pertama dan kedua dihasilkan