17 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artificial Intelligence atau yang biasa disingkat AI merupakan teknologi yang sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama dan seiring perkembangannya sudah mempengaruhi manusia di segala aspek kehidupan. Menurut Russel dan Norvig “Kecerdasan Buatan adalah Suatu program komputasi yang dapat membuat mesin bekerja layaknya kecerdasan manusia; seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan melakukan prediksi.1 Karena AI memiliki kemampuan yang hampir sama dengan manusia, maka AI disebut juga Kecerdasan Eksternal atau External Intelligence.2
Awal pengembangan AI dilakukan oleh Amerika Serikat dengan perusahaan IBM dan dilanjutkan oleh Microsoft selama lebih dari 25 tahun.3 Amerika Serikat mengembangkan teknologi pertahanan dan keamanan melalui DARPA atau Defense Advanced Research Projects Agency yang telah beroperasi selama lebih dari 60 tahun.4 Amerika Serikat menggunakan teknologi AI pada perang Teluk tahun 1991
1Hakim Agung Ramadhan, Big Data, Kecerdasan Buatan, Blockchain, dan Teknologi Finansial di Indonesia, CIPG (Centrefor Innovation Policy and Governance), Working Paper, Juli 2018, hal. 1- 49
2Ibid
3 Haris, Memahami kecerdasan buatan, diakses
melaluihttps://www.indotelko.com/read/1518661315/memahami-kecerdasan-buatanpada tanggal 14 Maret 2020 pukul 10:07 WIB
4DARPA, AboutDARPA, diakses melalui https://www.darpa.mil/about-us/about-darpa pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 12:40 WIB
18
dengan nama DART atau Dynamic Analysis and Replainning Tool sebagai alat untuk perencanaan logistik barang dan juga transportasi yang diinisiasi oleh DARPA.5 Tiongkok sebagai negara yang terus mengimbangi Amerika Serikat sebagai negara adidaya, terus melakukan pengembangan dengan ikut mengimplikasikan teknologi AI dalam ranah militer. Tiongkok menginvestasikan lebih dari 150. 8 Miliar USD untuk perkembangan teknologi AI dan pada masa yang akan datang Tiongkok akan memperjualbelikan teknologi AI yang telah dikembangkannya.6 Pengembangan AI oleh tiongkok telah ditunjukkan pada kegiatan Beijing Civil-Military Integration Expo Mei 2019 lalu dimana pada pameran itu banyak drone – drone yang memiliki kegunaan sebagai pengangkut orang maupun barang dan juga sudah dilengkapi oleh AI sehingga bisa beroperasi sesuai program dan tanpa pengoperasian oleh manusia 7 Tiongkok selain memamerkan drone – drone yang mereka miliki, mereka juga menerima produksi drone sesuai permintaan jika ada negara yang ingin membelinya.8
Uni Eropa sebagai salah satu kekuatan besar di dunia ini juga mulai ikut mengembangkan teknologi berbasis AI yang dimulai pada 2015 dimana Uni Eropa mengeluarkan Digital Market System pada bidang ekonomi oleh beberapa ahli teknologi di Uni Eropa. Bidang lain di Uni Eropa yang mulai menggunakan AI adalah bidang kesehatan dimana teknologi AI sangat membantu dalam mendeteksi
5Stuart Russel, Peter Norvig, Artificial Intelligence, A Modern Approach (Harlow: Pearson Education Limit, 2014), hal.
6Millicent Abadicio, Artificial Intelligence in the Chinese Military – Current Initiatives, diakses melalui https://emerj.com/ai-sector-overviews/artificial-intelligence-china-military/ pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 14:46 WIB
7 Aadil Brar, Analysis: How China is applying AI to its military, diakses melalui https://monitoring.bbc.co.uk/product/c200tsqy pada tanggal 13 Maret 2020 pukul 14:40 WIB
8ibid
19
penyakit serta mempersingkat waktu diagnosis yang mulai diterapkan di beberapa rumah sakit.9 Dalam bidang yang lain, AI digunakan oleh Uni Eropa dalam bidang transportasi, dimana Uni Eropa sedang mengembangkan mobil pribadi otomatis yang bergerak menggunakan sensor (GPS, kamera, radar) dan mobil pribadi ini sedang dikembangkan untuk diperjualbelikan.10 Tahun 2015 menjadi tahun yang penting bagi perkembangan AI di Uni Eropa, karena pada tahun itu parlemen Uni Eropa mengesahkan undang - undang mengenai penggunaan AI dalam bidang keamanan bisnis. Tidak hanya berfokus pada sistem market saja, tetapi juga bagaimana cara meningkatkan keamanan data pembeli saat melakukan pembayaran.11 Beberapa tahun belakangan ini Uni Eropa mulai menyadari betapa pentingnya penggunaan teknologi AI khususnya di bidang keamanan, terbukti dengan investasi Uni Eropa dalam melakukan Research and Development atau R&D.12 Menyadari betapa pentingnya R&D pada AI, Parlemen Uni Eropa mengadakan voting untuk investasi teknologi AI dan mendapatkan dana sebesar 4.6 Miliar USD untuk perkembangan AI dan juga riset mengenai pertahanan militer.13 Pada tahun 2019, teknologi AI Militer di Uni Eropa baru mengalami puncak berkembangnya.
9HIMSS Analytics, AI Use In European Healthcare, EHEALTH TRENDBAROMETER, Results, May 2018, hal. 13.
10Maria Niestadt, Ariane Debyser, et. al. Artificial intelligence in transport Current and future developments, opportunities and challenges, EPRS (European Parliamentary Research Service), Working Paper, March 2019, hal 3-11.
11Gonçalo Carriço, The EU and artificial intelligence: A human-centred perspective, SAGE, Vol.
17(1), 2018, hal. 29-36.
12Elizabeth Gibney, Europe’s controversial plans to expand defence research, Nature, Vol. 569, May 2019, hal. 476-477.
13Ibid.
20
Uni Eropa menggunakan beberapa pendekatan dalam menerapkan teknologi AI yang berkembang begitu pesat. Pendekatan yang pertama adalah menjadikan Uni Eropa sebagai yang terdepan dalam pengembangan AI dalam sektor privat dan juga publik. Pendekatan yang kedua adalah dengan mempersiapkan perubahan pada bidang sosial-ekonomi yang akan dibawa oleh datangnya AI ke berbagai sektor di Uni Eropa. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan mengenai penerapan AI yang memiliki landasan – landasan dan juga etika agar tidak membahayakan kehidupan di bumi.14
Uni Eropa telah menciptakan regulasi terkait penerapan teknologi AI yang menjadi landasan bagi negara anggotanya. Regulasi yang dikeluarkan berisikan mengenai etika yang harus diperhatikan saat menggunakan teknologi AI.
Implementasi AI harus memperhatikan bagaimana resiko – resiko yang ditimbulkan oleh teknologi AI seperti membahayakan HAM dan membahayakan proses demokrasi yang ada. Negara – negara yang menerapkan teknologi AI juga harus memberikan mekanisme pencegahan atau mematikan paksa sistemnya jika terjadi suatu hal yang dapat membahayakan kehidupan manusia seperti adanya peretasan sistem. Regulasi lain yang diberikan oleh Uni Eropa adalah dengan mengedepankan tranparansi dalam sistem teknologi AI yang dimulai dari data yang diberikan, tujuan dibuat, sehingga teknologi AI yang digunakan bisa lebih terkontrol dan negara yang menerapkan bisa bertanggung jawab atas teknologinya. Uni Eropa juga memberikan regulasi yang ketat bahwa AI tidak boleh merepresentasikan diri
14Artificial Intelligence and Digital Industry (Directorate A), “Artificial Intelligence” diakses melalui https://ec.europa.eu/digital-single-market/en/artificial-intelligence pada tanggal 7 Maret 2021 pukul 08:41 WIB
21
sebagai manusia, aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh AI haruslah transparan dimana orang yang sedang berkomunikasi tahu bahwa ia sedang berkomunikasi dengan AI.15
Penggunaan AI pada militer Uni Eropa telah disetujui oleh Dewan Uni Eropa, dengan memperhatikan tujuan awal penggunaannya yaitu untuk kemanusiaan dan juga kepentingan bersama. R&D yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam bidang militer menerapkan berbagai macam regulasi yang ada seperti dengan melarang adanya Lethal Autonomus Weapon System (LAWS) atau senjata pembunuh yang bisa bekerja secara otomatis. Persenjataan yang menggunakan teknologi AI harus berada dibawah kendali manusia secara penuh sesuai dengan hukum dan etika yang berlaku. Penerapan teknologi AI juga harus menjamin adanya keamanan data yang diberikan oleh penggunanya. Penggunaan teknologi AI dalam perkembangannya juga harus memperhatikan adanya berbagai resiko penyebaran informasi palsu yang dapat membahayakan negara dan juga dapat mempengaruhi hasil pemilu.
Fenomena perkembangan teknologi AI ini harus diimbangi dengan regulasi – regulasi agar tidak dipersalah gunakan dan menjadi diluar kontrol, Uni Eropa memiliki ide untukhal itu sehingga penelitian ini menjadi penting untuk dikaji lebih dalam. Keunikan dalam penelitian ini adalah Uni Eropa sebagai sebuah organisasi regional yang besar mengalami keterlambatan dalam perkembangan AI sehingga
15Nathalie Smuha, ETHICS GUIDELINES FOR TRUSTWORTHY AI, European Commission, 8 April 2019, pp. 14-35
22
membuat keamanan Uni Eropa mulai melakukan investasi dan perkembangan teknologi AI.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana Uni Eropa sebagai sebuah regional mengimplementasikan teknologi AI di bidang keamanan-nya. Oleh karena itu, penelitian ini penulis beri judul “IMPLEMENTASI TEKNOLOGI ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM SISTEM KEAMANAN UNI EROPA”.
1.2 Rumusan Masalah
Melalui penjabaran latar belakang diatas, maka penelitian ini mencoba untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Uni Eropa menerapkan teknologi Artificial Intelligence dalam pengembangan sistem keamanannya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk dapat mengetahui bagaimana penerapan teknologi AI dalam pengembangan sistem keamanan Uni Eropa.
b. Untuk dapat mengetahui bagaimana usaha – usaha pengembangan AI di bidang keamanan yang dilakukan oleh Uni Eropa.
c. Untuk dapat mengetahui hasil dari pengembangan teknologi AI oleh Uni Eropa
23 1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan studi ilmu Hubungan Internasional dalam bidang studi keamanan, khususnya dalam ilmu Artificial Intelligence.
Manfaat Praktis :
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam hal pengembangan AI dalam bidang keamanan yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Bagi prodi hubungan internasional Universitas Muhammadiyah Malang, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan menambah referensi dalam bidang ilmu hubungan internasional khususnya studi keamanan.
1.4 Penelitian Terdahulu
Di dalam sebuah penelitian pastilah terdapat beberapa acuan dalam melakukan penelitian yang berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Pemelitian – penlitian terdahulu memiliki topik utama yang sama namun memiliki fokus pembahasan yang berbeda – beda dan menjadi keunikan dari sebuah penelitian. Adanya penelitian-penelitian tersebut digunakan untuk membedakan penelitian yang akan diteliti oleh penulis dan betapa pentingnya penelitian ini.
Penelitian pertama adalah jurnal yang berjudul Artificial Intelligence Application In The Military The Case of United States and China yang ditulis oleh
24
Gloria Skhurti Özdemir. 16 Penelitian ini membahas mengenai bagaimana perkembangan AI sampai 2019 dan bagaimana AI akan merubah jalannya perang.
Penelitian ini menggunakan teori Balance Of Power dimana negara – negara saling meningkatkan kekuatannya karena merasa terancam jika ada kekuatan yang lebih besar dari negaranya. Penelitian ini memiliki fokus dalam bidang penelitian pengembangan militer dengan teknologi AI dan mengambil studi kasus perkembangan teknologi AI di militer Tiongkok dan juga Amerika Serikat.
Sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian kedua adalah jurnal yang berjudul Regulating Artificial Intelligence Systems: Risks, Challanges, Comptencies, AndStrategies oleh Matthew U. Scherer.17Penelitian ini membahas mengenai pengaruh AI terhadap kehidupan manusia dan khususnya di bidang bisnis atau start-up. Dalam penelitian ini dijelaskan besarnya potensi AI pada masa yang akan datang khususnya pada revolusi industri 4.0. namun perkembangan AI tidak lepas dari besarnya resiko yang diberikan seperti perkataan Bill Gates, Elon Musk, dan Steve Wozniak. Berangkat dari argumen bahaya yang diberikan oleh teknologi AI, penelitian ini membahas mengenai pemberian regulasi atau peraturan – peraturan dalam pemanfaatan teknologi AI. Hasil dari penelitian ini adalah diberikannya sertifikasi AI agar pemanfaatan AI khususnya dalam dunia bisnis dan teknologi menjadi lebih aman
16Gloria Skhurti Özdemir, Artificial Intelligence Application In The Military The Case of United States and China, SETA, No. 51, June 2019, hal. 9-22
17Matthew U. Scherer, Regulating Artificial Intelligence Systems: Risks, Challanges, Comptencies, And Strategies,Harvard Journal of Law & Technology, Vol. 29 No. 2, Spring 2016, hal 358-398.
25
dan terpecaya, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian ketiga adalah research paperoleh M. L. Cummings yang berjudul Artificial Intelligence and the Future of Warfare.18Penelitian ini membahas mengenai bagaimana munculnya drone atau UAV (Unmanned Aerial Vehicles) yang mulai diimplementasikandengan teknologi AI sehingga tidak memerlukan remote pengendali. Pengimplementasian ini ditakutkan akan menciptakan robot – robot atau drone pembunuh. Selain itu, drone – dronepembunuh ini mulai diperjualbelikan dalam pasar internasional. Banyak negara yang mengecam dan melarang produksi drone – drone pembunuh serta pengimplementasian AI yang berbahaya ke dalam drone sehingga dibutuhkan kebijakan yang tegas dari pemerintah. Permasalahan lain yang muncul adalah tidak seimbangnya teknologi yang dimiliki oleh negara – negara sehingga bisa memunculkan perang baru di era modern yang difokuskan dalam jurnal ini, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian keempat adalah jurnal yang ditulis oleh Gonçalo Carriço yang berjudul The EU and artificial intelligence: A human-centred perspective.19 Jurnal ini membahas mengenai kelebihan dan ancaman yang terdapat pada AI. Selain itu, penelitian ini juga membahas mengenai posisi Uni Eropa terhadap AI dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam hal penempatan Uni Eropa dalam
18M. L. Cummings, Artificial Intelligence and the Future of Warfare,International Security Department and US and the Americas Programme, Research Paper,January 2017, Chatam House hal. 1-13.
19Gonçalo Carriço, loc cit.
26
pengembangan AI. Hasil yang didapatkan melalui penelitian ini adalah apapun langkah-langkah yang kita lakukan harus berdasarkan perspektif yang berpusat pada manusia. Manusia tidak bisa digantikan dengan robot AI, karena manusia memiliki kreativitas yang meliputi niat, emosi, estetika, nilai, dan moral. Perbedaan jurnal ini dengan jurnal yang ditulis oleh penulis terletak pada fokus penelitiannya.
Jurnal ini berfokus untuk membahas kelemahan dan kelebihan AI, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian kelima adalah jurnal yang berjudul Possibilities and Challenges for Artificial Intelligence in Military Applications yang ditulis oleh Dr. Peter Svenmarck, Dr. Linus Luotsinen, Dr. Mattias Nilsson, dan Dr. Johan Schubert.20 Jurnal ini membahas mengenai kemungkinan tantangan utama dalam pengaplikasian AI dalam bidang militer. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa AI dalam militer dapat digunakan sebagai fungsi pengawasan, perang ranjau di bawah laut, keamanan siber, dan pengintaian dengan menggunakan sebagian kendaraan otonom dan sensor. Walaupun begitu, penggunaan AI dalam militer harus mempertimbangkan mengenai transparansi dalam memastikan kinerja model yang konsisten dengan persyaratan militer, kerentanan yang secara drastis dapat mengurangi kinerja sistem, dan data pelatihan untuk militer yang tidak memadai.
Fokus penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh penulis. Jurnal ini berfokus untuk membahas kemungkinan tantangan utama dalam pengaplikasian AI
20Dr. Peter Svenmarck, Dr. Linus Luotsinen, Dr. Mattias Nilsson, dan Dr. Johan Schubert, Possibilities and Challenges for Artificial Intelligence in Military Applications, S&T Organizations, hal. 1-16.
27
dalam bidang militer, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian keenam adalah jurnal yang ditulis oleh Ulrike Esther Franke yang berjudul Not Smart Enough: The Poverty of European Military Thinking on Artificial Intelligence.21 Jurnal ini membahas mengenai upaya dalam memperkuat pertahanan Eropadan untuk mengembangkan kedaulatan teknologi Eropa. Jurnal ini banyak menunjukkan kemungkinan penggunaan AI dalam bidang militer dan arah keamanan, namun hanya mendapat sedikit perhatian dari publik karena perdebatan mengenai robot pembunuh. Perancis memandang AI sebagai arena kompetisi geopolitik dan elemen penting dalam strategi negara. Jerman lebih tidak berminat untuk menggunakan AI dalam peperangan dan hanya menaruh perhatian pada hal pengendalian senjata. Sebenarnya, negara-negara Eropa dapat bekerja sama dalam pengembangan AI dan peningkatan kemampuan militer Eropa serta mendapat keuntungan dari hal tersebut. Jurnal ini lebih membahas mengenai upaya Uni Eropa dalam mengembangkan AI, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian ketujuh adalah penelitian yang berjudul Tinjauan Artificial Intelligence untuk Smart Government yang ditulis oleh Saluky.22 Dalam melakukan penelitian , penulis menggunakan lima konsep yaitu, Konsep Artificial Intelligence, Konsep Smart Ciy, Konsep Smart Government, Konsep Internet of Things, dan Konsep Big Data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
21Ulrike Esther Franke, Not Smart Enough: The Poverty of European Military Thinking on Artificial Intelligence, European Council On Foreign Relations, Desember 2019, hal. 1-21.
22Saluky, Tinjauan Artificial Intelligence untuk Smart Government, ITEJ (Information Technology Engineering Journals),Vol. 3 No. 1, 2018, hal. 1-9.
28
keperpustakaan. Jurnal ini membahas mengenai kecerdasan buatan yang diterapkan dalam pemerintahan. Hasil dari penelitian ini adalah kecerdasan buatan yang digunakan dalam pemerintahan mengintegrasikan aplikasi berbasis chatbot yang dihasilkan untuk keperluan konsumen. Di dalam smart government terdapat integrasi smart system platform yang mengintegrasikan seluruh data dalam sebuah platform. Perbedaan fokus penelitian ini dengan fokus peneliti yaitu jurnal ini membahas mengenai AI dalam bidang pemerintahan, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitan kedelapan adalah tesis yang ditulis oleh Gede Indrawan yang berjudul Perancangan dan Implementasi Kecerdasan-Buatan Robot Pencari Jalur Bebasis Mikrokontroler Basic Stamp.23 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang mengacu pada System Development Life Cycle (SDLC).
Hasil dari penelitian ini adalah kecerdasan buatan untuk robot pencari jalur diimplementasikan pada lingkungan terkontrol. Kecerdasan buatan ini menggunakan bahasa pemrograman PBASIC dengan target mikrokontroler BASIC Stamp. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis pembuatan AI sebagai robot pencari jalur, sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
23Gede Indrawan, Tesis: Perancangan dan Implementasi Kecerdasan-Buatan Robot Pencari Jalur Bebasis Mikrokontroler Basic Stamp” (Jakarta: UI, 2008).
29
Penelitian kesembilan adalah jurnal yang berjudul Implementasi Artificial Intelligence pada Game Defender of Metal City dengan Menggunakan Finite State Machine yang ditulis oleh Billy, Imam Kuswardayan, dan Wijayanti Nurul Khotimah.24Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Artificial Intelligence, Tower Defense, Finite State Machine, dan Unity. Melalui jurnal ini dapat diketahui bahwa penggunaan Finite State Machine dalam game berjenis tower defense yang dikombinasikan dengan strategi untuk menang dan aturan game dapat membentuk AI yang kuat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada fokus penelitiannya. Penelitian ini berfokus untuk membedah bentuk AI yang terdapat pada Game Defender of Metal City, edangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Penelitian kesepuluh adalah jurnal yang berjudul Cyber-Security dan Tantangan Pengembangannya di Indonesia yang ditulis oleh Handrini Ardiyanti.25 Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tentang kebijakan cyber-security di Indonesia serta untuk memetakan prospek pengembangan cyber-security di Indonesia. Kerangka pemikiran yang digunakan untuk melihat tujuan penelitian tersebut adalah Manajemen Teknologi Informasi, Cyber-security, dan Pertahanan Negara. Melalui penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa kebijakan cyber- security telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2007 dengan dibentuknya
24Billy, Imam Kuswardayan, dan Wijayanti Nurul Khotimah, Implementasi Artificial Intelligence pada Game Defender of Metal City dengan Menggunakan Finite State Machine, Jurnal Teknik Pomits, Vol. 6 No. 2, 2017.
25Handrini Ardiyanti, Cyber-Security dan Tantangan Pengembangannya di Indonesia, Politica, Vol.
5 No. 1, Juni 2014, hal. 95-110.
30
Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure. Tugas dari badan tersebut adalah untuk melakukan prmantauan, pendeteksian dini, dan peringatan dini terhadap ancaman dan gangguan pada jaringan, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri dalam menjalankan tugas pengamanan jaringan. Penulis juga memberikan saran bahwa pengembangan cyber- security kedepan hendaknya memperhatikan lima aspek yaitu kepastian hukum, teknis dan tindakan prosedural, struktur organisasi, capacity building dan pendidikan pengguna, serta kerjasama internasional. Fokus penelitian ini berbeda dengan penulis, jika penelitian ini berfokus untuk melihat kebijakan cyber-security di Indonesia, penelitian penulis berfokus untuk melihat bagaimana penerapan AI pada sistem keamanan di Uni Eropa.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa penelitian yang akan diteliti oleh penulis memiliki kebaharuan, karena belum pernah di teliti sebelumnya. Selain itu, penelitian yang akan diteliti oleh penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitiannya terletak pada fokus penelitiannya.
Penelitian pertama berfokus untuk melihat perkembangan AI sampai 2019 dan bagaimana AI akan merubah jalannya perang. Penelitian kedua berfokus untuk melihat pengaruh AI terhadap kehidupan manusia dan khususnya di bidang bisnis atau start-up. Penelitian ketiga berfokus untuk melihat bagaimana munculnya drone atau UAV (Unmanned Aerial Vehicles) yang mulai diimplementasikan dengan teknologi AI. Penelitian keempat berfokus untuk melihat kelebihan dan ancaman yang terdapat pada AI.
31
Penelitian kelima berfokus untuk melihat kemungkinan tantangan utama dalam pengaplikasian AI dalam bidang militer. Penelitian keenam berfokus untuk melihat upaya dalam memperkuat pertahanan Eropa dan untuk mengembangkan kedaulatan teknologi Eropa. Penelitian ketujuh berfokus untuk membahas mengenai AI dalam bidang pemerintahan. Penelitian kedelapan merupakan penelitian yang berbasis pembuatan AI sebagai robot pencari jalur. Penelitian kesembilan bertujuan untuk untuk membedah bentuk AI yang terdapat pada Game Defender of Metal City. Penelitian kesepuluh berfokus untuk melihat gambaran tentang kebijakan cyber-security di Indonesia serta untuk memetakan prospek pengembangan cyber-security di Indonesia. Sedangkan penelitian penulis berfokus untuk melihat alasan penerapan teknologi AI dalam sistem keamanan Uni Eropa.
Tabel 1. Posisi Penelitian
No .
Judul dan Nama Peneliti
Jenis Penelitian (Metode/Teori/Konsep)
Hasil
1. Judul: Artificial Intelligence Application In The Military The Case of United States and China yang ditulis
Teori Balance of Power Penelitian ini memiliki fokus dalam bidang penelitian pengembangan militer dengan teknologi AI dan mengambil studi kasus perkembangan teknologi AI di militer
32 Penulis: Gloria
Skhurti Özdemir
Tiongkok dan juga Amerika Serikat.
2. Judul: Regulating Artificial
Intelligence Systems: Risks, Challanges, Comptencies, AndStrategies Penulis: Matthew U. Scherer.
Dalam penelitian ini dijelaskan besarnya potensi AI pada masa yang akan datang khususnya pada revolusi industri 4.0. namun perkembangan AI tidak lepas dari besarnya resiko yang diberikan seperti perkataan Bill Gates, Elon Musk, dan Steve Wozniak. Berangkat dari argument bahaya yang diberikan oleh teknologi AI, penelitian ini membahas mengenai pemberian regulasi atau peraturan – peraturan dalam pemanfaatan teknologi AI. Hasil dari penelitian ini adalah
33
diberikannya sertifikasi AI agar pemanfaatan AI khususnya dalam dunia bisnis dan teknologi menjadi lebih aman dan terpecaya.
3. Judul: Artificial Intelligence and the Future of Warfare.
Penulis: M. L.
Cummings
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana munculnya drone atau UAV (Unmanned Aerial Vehicles) yang mulai diimplementasikandenga n teknologi AI sehingga tidak memerlukan remote pengendali.
Pengimplementasian ini ditakutkan akan menciptakan robot – robot atau drone pembunuh.
Selain itu, drone – drone pembunuh ini mulai diperjualbelikan dalam pasar internasional.
34
Banyak negara yang mengecam dan melarang produksi drone – drone
pembunuh serta
pengimplementasian AI yang berbahaya ke dalam
drone sehingga
dibutuhkan kebijakan yang tegas dari pemerintah.
Permasalahan lain yang muncul adalah tidak seimbangnya teknologi yang dimiliki oleh negara – negara sehingga bisa memunculkan perang baru di era modern.
4. Judul: The EU and artificial
intelligence: A human-centred perspective.
Hasil yang didapatkan melalui penelitian ini adalah apapun langkah- langkah yang kita lakukan harus berdasarkan perspektif yang berpusat
35 Penulis: Gonçalo
Carriço
pada manusia. Manusia tidak bisa digantikan dengan robot AI, karena manusia memiliki kreativitas yang meliputi iat, emosi, estetika, nilai, dan moral. Perbedaan jurnal ini dengan jurnal yang ditulis oleh penulis terletak pada fokus penelitiannya.
5. Judul:
Possibilities and Challenges for Artificial
Intelligence in Military
Applications Penulis: Dr. Peter Svenmarck, Dr.
Linus Luotsinen, Dr. Mattias
Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa AI dalam militer apat digunakan sebagai fungsi pengawasan, perang ranjau di bawah laut, keamanan siber, dan pengintaian dengan menggunakan sebagian kendaraan otonom dan sensor. Walaupun begitu, penggunaan AI dalam
36 Nilsson, dan Dr.
Johan Schubert
militer harus
mempertimbangkan mengenai transparansi dalam memastikan kinerja model yang konsisten dengan persyaratan militer, kerentanan yang secara drastis dapat mengurangi kinerja sistem, dan data pelatihan untuk militer yang tidak memadai.
6. Judul: Not Smart Enough: The Poverty of European
Military Thinking on Artificial Intelligence.
Penulis: Ulrike Esther Franke
Jurnal ini banyak menunjukkan
kemungkinan
penggunaan AI dalam bidang militer dan arah keamanan, namun hanya mendapat sedikit perhatian dari publik karena perdebatan
mengenai robot
pembunuh. Perancis
37
memandang AI sebagai arena kompetisi geopolitik dan elemen penting dalam strategi negara. Jerman lebih tidak
berminat untuk
menggunakan AI dalam peperangan dan hanya menaruh perhatian pada hal pengendalian senjata.
Sebenarnya, negara- negara Eropa dapat bekerja sama dalam pengembangan AI dan peningkatan kemampuan militer Eropa serta mendapat keuntungan dari hal tersebut.
7. Judul: Tinjauan Artificial
Intelligence untuk Smart
Government
Konsep Artificial Intelligence
Konsep Smart Ciy
Konsep Smart
Government
Jurnal ini membahas mengenai kecerdasan buatan yang diterapkan dalam pemerintahan.
Hasil dari penelitian ini
38
Penulis: Saluky Konsep Internet of Things
Konsep Big Data
Metode Studi
Kepustakaan
adalah kecerdasan buatan yang digunakan dalam pemerintahan
mengintegrasikan aplikasi berbasis chatbot yang dihasilkan untuk keperluan konsumen. Di dalam smart government terdapat integrasi smart system platform yang mengintegrasikan seluruh data dalam sebuah platform.
8. Judul:
Perancangan dan Implementasi Kecerdasan- Buatan Robot Pencari Jalur Bebasis
Mikrokontroler Basic Stamp
Metode yang mengacu
pada System
Development Life Cycle (SDLC)
Hasil dari penelitian ini adalah kecerdasan buatan untuk robot pencari jalur diimplementasikan pada lingkungan terkontrol.
Kecerdasan buatan ini menggunakan bahasa pemrograman PBASIC
dengan target
39 Penulis:Gede
Indrawan
mikrokontroler BASIC Stamp.
9. Judul:
Implementasi Artificial
Intelligence pada Game Defender of Metal City dengan Menggunakan Finite State Machine
Penulis: Billy, Imam
Kuswardayan, dan Wijayanti Nurul Khotimah
Artificial Intelligence, Tower Defense, Finite State Machine, dan Unity.
Melalui jurnal ini dapat diketahui bahwa penggunaan Finite State Machine dalam game berjenis tower defense yang dikombinasikan dengan strategi untuk menang dan aturan game dapat membentuk AI yang kuat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada fokus penelitiannya.
10. Judul: Cyber- Security dan Tantangan
Pengembanganny a di Indonesia Penulis: Handrini Ardiyanti
Manajemen Teknologi Informasi, Cyber- security, dan Pertahanan Negara.
Melalui penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa kebijakan cyber- security telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2007 dengan dibentuknya Indonesia Security
40
Incident Response Team on Internet Infrastructure.
Tugas dari badan tersebut adalah untuk melakukan prmantauan, pendeteksian dini, dan peringatan dini terhadap ancaman dan gangguan pada jaringan, serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri dalam menjalankan tugas pengamanan jaringan.
Penulis juga memberikan
saran bahwa
pengembangan cyber- security kedepan hendaknya
memperhatikan lima aspek yaitu kepastian hukum, teknis dan tindakan prosedural,
41
struktur organisasi, capacity building dan pendidikan pengguna, serta kerjasama internasional.
11. Judul:
Implementasi Teknologi Artificial Intelligence Dalam Sistem Keamanan Uni Eropa.
Penulis:
Mahendra Lantang Pamungkas
Konsep Artificial Intelligence
Konsep Revolution in Military Affairs (RMA)
Uni Eropa melakukan implentasi teknologi Artificial Intelligence dalam mengembangkan sistem keamanannya disebabkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat dan juga di dorong oleh faktor politik.
1.5 Kerangka Teori/Konsep
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa konsep untuk membantu penulis dalam menjabarkan implementasi teknologi AI yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam bidang keamanan. Penulis akan menggunakan Konsep
42
Revolutionary in Military Affairs (RMA) dan juga Adaptive Model of Foreign Policy untuk menjabarkan hasil dari penelitian.
1.5.1. Revolution in Military Affairs (RMA)
Revolution in Military Affairs atau RMA pada awalnya merupakan sebuah gagasan yang dikemukakan oleh Uni Soviet yang dinamakan dengan Military- Technical Revolution atau MTR dengan fokus untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam perang dan juga memfokuskan bagaimana upaya Uni Soviet mengatasi inovasi – inovasi doktrin yang diberikan oleh Amerika Serikat.26 Amerika Serikat menganggap RMT yang dikeluarkan oleh Uni Soviet terlalu menitik beratkan pada teknologi, dalam kenyataannya peperangan tidak hanya dikendalikan oleh teknologi, tetapi juga mengenai pembaharuan doktrin serta organisasi militer itu sendiri, sehingga RMT diubah namanya menjadi RMA.
RMA dijelaskan oleh William S. Cohen sebagai suatu hal yang terjadi ketika sebuah negara mendapatkan peluang untuk mentransformasikan strategi, doktrin militer, pelatihan, pendidikan, organisasi, peralatan, operasi, dan taktik untuk mencapai tujuan militer yang maksimal dengan cara – cara yang fundamental.27 RMA disebut juga sebagai digitalisasi perang atau perang di era modern dimana RMA bisa menampilkan perang yang terjadi secara real-time
26Budi Wanan Salaka, Apa yang dimaksud dengan revolution in military affairs?, diakses melalui https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-revolution-in-military-affairs/6302 pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 10:16 WIB
27 Alex Firmansyah Rahman; Syaiful Anwar; Arwin DatumayaWahyudiSumari, ANALISIS MINIMUM ESSENTIAL FORCE (MEF) DALAM RANGKA PEMBANGUNANCYBER-DEFENSE, Jurnal Pertahanan, Vol. 5, No. 3, 2015, hal. 63-85
43
dimana setiap orang dengan mudah dapat mengakses bagaimana situasi perang yang terjadi di mana saja, kapan saja, sampai dengan hal terkecil yang ada di medan perang. RMA memberikan pilihan baru bagi setiap elit militer untuk memanfaatkan teknologi dalam membangun kepentingan militernya. 28 Karakteristik utama dari RMA ini adalah adanya penggunaan komunikasi dan teknologi informasi untuk meningkatkan efektivitas pertempuran. 29 Keefektifitasan pertempuran melalui RMA dapat diperoleh dengan melakukan perubahan terhadap beberapa elemen militer seperti senjata, organisasi, dan doktrin melalui penerapan sebuah sistem yang disebut ‘system of systems’.30
RMA tidak hanya mengubah teknologi persenjataan yang ada dalam perang, melainkan RMA juga mengakibatkan pergeseran konsep perang dimana perang yang awalnya dilakukan secara konvensional, sekarang berubah menjadi kontemporer yang juga membuat adanya strategi perang baru dengan mempertimbangkan upaya untuk mengelola, memperdayakan, serta mengoptimalkan sumber daya pertahanan yang dimiliki oleh suatu negara.31 RMA memiliki beberapa komponen dasar berupa peningkatan informasi, intelejen, komando dan pengendalian, teknologi canggih, serta beberapa konsep
28Redaksi, REVOLUTIONIN MILITARY AFFAIRS DAN IMPLIKASINYA BAGI TNI, diakses melalui https://www.fkpmar.org/revolution-in-military-affairs-dan-implikasinya-bagi-tni/ pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 09:48 WIB
29 Tony Herdijanto, Mulyadi, dan A. K. Susilo, Development Strategy of Revolution in Military Affair Concept by Indonesia Armed Forces (TNI) in the South China Sea, Journal of Defense Resources Management, Vol. 10 No. 2, 2019, hal. 40-61.
30 Ibid.
31Puspen, Perkembangan Iptek Memicu Revolution In Military Affairs (RMA), diakses melalui https://tni.mil.id/view-36545-perkembangan-iptek-memicu-revolution-in-military-affairs-rma.html pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 10:03 WIB
44
operasi modern.32 Carlo Alberto Cuoco dalam paper-nya dengan judul The Revolution in Military Affairs: Theoretical Utility and Historical Evidence menyebutkan bahwa terdapat tiga kerangka teori pada RMA yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang berbeda.33 Tiga kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Revolutionary Waves: kerangka teori ini dikemukakan oleh Alvin dan Heidi Toffler, yang berasumsi bahwa perubahan dalam aktivitas produksi dan penciptaan kekayaan adalah faktor yang memicu gelombang revolusi yang membentuk gaya perang yang berbeda dalam setiap periode. Secara singkatnya, Toffler menyatakan bahwa revolusi militer dipengaruhi oleh perubahan teknologi, pengetahuan, revolusi industry, bahkan inovasi pertanian dan ekonomi;
2. RMAs and Military Revolution: kerangka teori ini disampaikan oleh Williamson Murray, yang memiliki asumsi bahwa revolusi militer dapat dipengaruhi oleh perubahan politik, sosial, strategi, dan inovasi teknologi.
Menurut Murray, walaupun revolusi militer terjadi, sifat dasar perang tidak akan berubah;
3. RMAs and Realm Strategy: kerangka teori ini dicetuskan oleh Eliot H.
Cohen dan Colin S. Gray, dengan asumsi bahwa revolusi militer terjadi tidak hanya didorong oleh perkembangan teknologi, namun juga
32 Lestari, Skripsi: ”KEBIJAKAN KEAMANAN KOREA SELATAN DALAM PERSPEKTIF RMA (REVOLUTION IN MILITARY AFFAIRS)” (Malang: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG, 2015), hal. 16-19.
33 Carlo Alberto Cuoco, The Revolution in Military Affairs: Theoretical Utility and Historical Evidence, Research Institute for European and American Studies, No. 142, 2010, hal. 43-45.
45
penyesuaian instrument militer untuk tujuan politik. Dalam kerangka teori ini, politik merupakan faktor utama mengapa akhirnya sebuah negara melakukan revolusi dalam militernya.34
Konsep RMA ini kemudian akan penulis gunakan untuk menjelaskan alasan penerapan teknologi AI dalam pengembangan sistem keamanan di Uni Eropa.
Adanya kesadaran Uni Eropa terhadap pentingnya teknologi AI yang dikembangkan dalam bidang keamanan membuat Uni Eropa mulai berinovasi dan melakukan pengembangan. Berdasarkan tiga kerangka teori RMA yang telah disebutkan diatas, dalam penelitian ini penulis akan lebih berfokus pada RMAs and Realm Strategy yang dikemukakan oleh Cohen dan Gray. Hal ini dikarenakan kerangka teori RMAs and Realm Strategy lebih mampu untuk memberikan penjelasan terhadap alasan penerapan teknologi AI dalam pengembangan sistem keamana Uni Eropa.
Uni Eropa mulai mengembangkan sistem keamanan menggunakan AI dalam berbagai ranah keamanan mulai dari di darat dengan mengembangkan robot – robot darat yang menggunakan sistem navigasi dan juga sensor otomatis.
Bidang keamanan laut Uni Eropa juga ditingkatkan dengan AI dalam bidang perkapalan yang dilengkapi dengan sonar dan radar kapalnya dimana persenjataan dan semua fasilitasnya diintegrasikan dengan AI, serta kapal untuk persiapan perangnya juga dilengkapi AI dalam hal manuver dan pengambilan
34 Ibid, hal. 43-59.
46
keputusan atau auto-pilot.35 Bidang keamanan udara Uni Eropa juga mulai ditingkatkan dengan adanya AI seperti satelit yang dilengkapi AI untuk mengidentifikasi objek, ancaman, dan bantuan dengan lebih akurat serta adanya virtual assistant di dalam pesawat untuk membantu menganalisa keadaan serta memberikan pilihan solusi jika terjadi suatu hal yang diluar kendali dan sulit untuk melihat keadaan sekitar. Dapat dilihat bahwa Uni Eropa sudah mulai sadar akan pentingnya penerapan RMA, hal ini juga diperkuatdengan banyaknya R&D serta wacana dan pembuatan White Paper yang diperbaharui setiap tahunnya untuk membahas mengenai AI di bidang keamanannya.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis untuk melihat bagaimana Uni Eropa dalam mengimplementasikan teknologi AI di bidang keamanannya adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia, yang dapat berbentuk aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena satu dengan fenomena lainnya. 36 Dalam penelitian ini penulis akan
35 Florence Parly, ARTIFICIAL INTELLIGENCEIN SUPPORT OF DEFENCE, La ministre des Armées, 2019, hal. 18-19
36Mega Linarwati, Azis Fathini, dan Maria M. Minarsih, Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega Cabang Kudus, Journal of Management, Vol. 2 No. 2, Maret 2016, hal. 1-8.
47
menggunakan metode deskriptif untuk menjabarkan berbagai implementasi teknologi AI dalam bidang keamanan di Uni Eropa.
1.6.2 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif merupakan salah satu cara dalam mendapatkan data dengan analisa ketika mengumpulkan data yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri.37 Sehingga penyimpulan data, reduksi data, verifikasi data harus dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang baik dan valid.
1.6.3 Tingkat Analisa
Tingkat analisa yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah tingkat analisa kelompok negara-bangsa atau sistem regional. Tingkat analisa kelompok negara-bangsa atau sistem regional digunakan penulis untuk melihat bagaimana Uni Eropa dalam mengembangkan sistem keamanannya dengan menggunakan AI. Melalui tingkat analisa ini penulis dapat melihat pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Uni Eropa sebagai institusi regional. Selain itu, analisa dalam penelitian ini menggunakan analisa korelasionis, dimana kedua variabel dalam penelitian ini menggunakan tingkat analisa yang sama yaitu negara bangsa atau sistem regional.
1.6.4 Variabel Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang kemudian akan dijelaskan dalam penelitian ini. Kedua variabel tersebut terdiri dari unit analisis
37Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Aldhaharah, Vol 17. No. 33, 2018, Banjarmasin:
UIN Antasari Banjarmasin, hal. 81-95
48
yang kemudian akan disebut sebagai variabel X dan unit eksplanasi yang kemudian akan disebut sebagai variabel Y. Variabel X atau unit analisis dalam penelitian ini adalah penerapan artificial intelligence dalam sistem keamanan Uni Eropa. Sedangkan variabel Y atau unit eksplanasinya adalah latar belakang yang mendorong Uni Eropa untuk menerapkan AI dalam pengembangan sistem keamanan wilayahnya. Sehingga hubungan antara kedua variabel tersebut adalah penerapan Artificial Intelligence dalam sistem keamanan Uni Eropa dilator belakangi karena adanya hal-hal yang mendorong Uni Eropa untuk menerapkan AI dalam sistem keamanannya.
1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.5.1 Batasan Materi
Batasan materi digunakan agar sebuah penelitian terfokus pada topik yang dibahas dan tidak melebar. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk melihat alasan Uni Eropa dalam menerapkan teknologi AI dalam pengembangan sistem keamanan Uni Eropa.
1.6.5.2 Batasan Waktu
Batasan waktu dari penelitian ini berfokus pada tahun 2012 sampai dengan 2018 dikarenakan Amerika Serikat sudah terlebih dahulu menggunakan teknologi AI berupa drone di bidang militer. Sedangkan Batasan waktu tahun 2018 penulis pilih karena Uni Eropa mulai menggunaka nteknologi AI di bidang militer pada tahun 2018.
1.6.6 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan juga internet based research. Dalam hal ini penulis
49
menggunakan sumber-sumber yang berasal dari buku, jurnal, working paper, proceeding, dan lain sebagainya untuk studi pustaka. Sedangkan, untuk internet based research penulis menggunakan sumber – sumber serperti laman situs yang valid untuk mendapatkan data.
1.7 Argumen Dasar
Penelitian ini berfokus untuk menjabarkan perkembangan implementasi Artificial Intelligent dalam bidang keamanan di Uni Eropa. Dalam hal ini, penulis menggunakan konsep dan teori untuk membantu penulis dalam menjabarkan implementasi AI dalam bidang militer di Uni Eropa. Konsep yang digunakan adalah konsep Revolution in Military Affairs (RMA) untuk membantu penulis dalam menjabarkan teknologi AI yang diterapkan oleh Uni Eropa dalam bidang militer.
Pada dasarnya teknologi AI digunakan pertama kali dalam bidang militer oleh Amerika Serikat melalui Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Kemudian, penerapan teknologi AI dalam bidang militer diikuti oleh Tiongkok dengan menciptakan drone-drone yang dilengkapi dengan persenjataan.
Sedangkan Uni Eropa baru memulai penerapan teknologi AI pada tahun 2015. Hal ini tentu membuat Uni Eropa menjadi terlihat sangat terlambat sadar akan pentingnya penggunaan teknologi AI di masa depan. Di tahun 2015 tersebut, Uni Eropa baru mengimplementasikan teknologi AI pada bidang ekonomi, lalu merambah ke bidang kesehatan. Selanjutnya, Uni Eropa juga mulai menerapkan teknologi AI dalam bidang transportasi melalui kamera, GPS, dan radar. Beberapa tahun belakangan, Uni Eropa baru menyadari pentingnya penerapan teknologi AI dalam bidang militer. Tahun 2019, menjadi puncak perkembangan AI dalam bidang
50
militer di Uni Eropa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya investasi yang dikeluarkan untuk Research & Development dalam teknologi AI di bidang militer.
Walaupun telah memulai perkembangan AI di bidang keamanan tahun 2019, Uni Eropa baru saja akan memulai perundingan untuk membuat Undang-Undang penggunaan teknologi AI dalam bidang militer pada tahun 2021 ini. Namun begitu, Uni Eropa telah memulai upaya untuk mengembangkan teknologi AI dalam bidang keamanannya. Penelitian ini kemudian akan berfokus untuk menjelaskan pengembangan maupun penerapan teknologi AI dalam bidang keamanan Uni Eropa.
Implementasi AI militer dalam bentuk teknologi militer di darat, laut, dan udara, serta dengan mulai dikembangkannya PESCO memberikan bukti bahwa Uni Eropa sudah mulai sadar akan keamanan kawasan mereka sendiri. Dalam hal ini Uni Eropa sudah menerapkan beberapa konsep dari RMA dengan ditingkatkannya teknologi serta adanya pemikiran untuk keamanan yang jauh kedepan mengikuti perkembangan zaman yang terus terjadi. Implementasi AI yang dilakukan oleh Uni Eropa memiliki tujuan utama sebagai alat pertahanan utama dan sebagai langkah awal untuk meningkatkan sistem keamanan di Uni Eropa.
1.8 Sistematika Penulisan
Bab 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
51
1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Kerangka Teori/Konsep
1.5.1 Revolution in Military Affairs
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian 1.6.2 Metode Analisis 1.6.3 Tingkat Analisa 1.6.4 Variabel Penelitian
1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.5.1 Batasan Materi
1.6.5.2 Batasan Waktu
1.6.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1.7 Argumen Dasar
1.8 Sistematika Penulisan
Bab 2 PERKEMBANGAN ISU KEAMANAN DAN
ARTIFICIAL INTELLIGENCE DI UNI EROPA
2.1 Perkembangan Sistem Keamanan di Uni Eropa 2.2 Research and Development AI di Uni Eropa 2.3 Regulasi Artificial Intelligence di Uni Eropa
Bab 3 ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM BIDANG KEAMANAN DI UNI EROPA
52
3.1 Perkembangan Implementasi Teknologi AI di Uni Eropa
3.2 Implementasi AI Pada Sistem Keamanan Uni Eropa
Bab 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran