“PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN METODE JOB ORDER COSTING (Studi Kasus UKM Sepatu CV SURYA
CITRA ABADI di Mojokerto)”
Oleh : Eka Junia Kurniawan
Dosen Pembimbing : Dr. Achmad Helmy Djawahir, SE.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan penghitungan harga pokok produksi dengan Job Order Costing Method pada Usaha Kecil dan Menengah Sepatu Cv. Surya Citra Abadi Mojokerto untuk produk sepatu casual dan sepatu pantofel.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Sedangkan metode Analisis yang digunakan dalam penghitungan harga pokok produksi adalah metode Job Order Costing untuk mengihitung biaya setiap pesanan produksinya, Full Costing Method untuk penghitungan keseluruhan biaya yang dibebankan pada produksinya dan Historical Costing untuk penghitungan biaya produksi yang sebenarnya terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk melakukan penghitungan harga pokok produksi di Cv. Surya Citra Abadi tidak cukup hanya dengan membebani biaya bahan baku saja namun juga harus memperhitungakan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan metode Job Order Costing dan metode FullCosting, maka jumlah harga pokok produksi untuk pesanan Sepatu Casual sebesar Rp50.566.500,00 dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp50.567,00 dan harga pokok produksi untuk pesanan Sepatu pantofel sebesar Rp59.858.500,00 dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp59.859,00 untuk pesanan 1000 pasang produksi sepatu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh komponen biaya produksi dapat diperhitungkan dan menunjukkan dasar penghitungan harga pokok produksi yang lebih akurat, sehingga perusahaan dapat menggunakan penghitungan harga pokok produksi ini sebagai dasar menentukan harga pokok penjualan dan laba yang lebih akurat.
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing Method,Full Costing Method, Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel.
PENDAHULUAN
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu industri yang turut bersaing dalam
memajukan perekonomian Indonesia. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah selalu digambarkan
sebagai sektor yang memiliki peranan penting karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern.
Menurut Data Pusat Statistik dari Departemen Koperasi dan UKM, jumlah Usaha Kecil dan Menengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013 meningkat sebesar 1.361.129 unit atau meningkat sebesar 2,41%.
Tidak hanya jumlah unit Usaha Kecil dan Menengah yang bertambah, kinerjanya pun mengalami peningkatan. Produk Dosmetik Bruto yang dihasilkan Usaha Kecil dan Menengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013 meningkat sebesar Rp 570.439,8 milyar atau meningkat sebesar
11,71%. Bertambahnya jumlah unit usaha dan juga diikuti dengan meningkatnya kinerja akan semakin memperkuat perkiraan peningkatan jumlah Usaha Kecil dan Menengah di tahun 2015 dan di tahun-tahun berikutnya. Pelaku bisnis harus mempunyai strategi bersaing diantaranya yaitu keunggulan mutu produk yang tinggi serta harga yang bersaing dan mampu berinovasi juga berkreasi untuk dapat membuat bisnis yang mereka jalani dapat bertahan atau bahkan mampu meraih keuunggulan kompetitif.
Biaya produksi pada perusahaan manufaktur terdiri dari 3 elemen biaya yaitu bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
Penghitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menganalisis proses produksi dan komponen biaya-biaya produksi serta mengelompokkannya berdasarkan pada metode akumulasi biaya, metode pengukuran biaya, metode pembebanan biaya overhead, dan perlakuan biaya overhead tetap. Harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlah nilai persediaan barang
dalam proses awal dengan biaya produksi kemudian dikurangi dengan nilai persediaan barang dalam proses akhir. Berdasarkan fenomena yang terjadi UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto yang belum melakukan penghitungan harga pokok produksi, maka diperlukan penelitian yang dapat membantu merumuskan penghitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan
UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto dengan judul “ Penghitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Job
Order Costing (Studi Kasus UKM Sepatu CV. Surya Citra Abadi Mojokerto)
Penelitian Terdahulu
Telah dilakukan penelitian terdahulu sebelumnya terkait dengan penghitungan biaya produksi.
Widiyastuti (2007) meneliti dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus UKM Lifera Hand BagCollection). Menyimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan masih sangat sederhana dimana biaya overhead pabrik tidak dialokasikan kemasing- masing produk secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC menghasilkan harga pokok produksi yang lebih besar daripada metode yang digunakan perusahaan, yaitu sebesar 32,47 % untuk model 876 A dan 2,5 % untuk model858. Margin dari penetapan harga jual yang diperoleh perusahaan berdasarkan
metode perusahaan lebih besar dari pada dengan metode ABC, yaitusebesar 56,52 % untuk model 876 A dan 34,85 % untuk model 858.
Indah Fitri (2012) dalam skripsinya meneliti tentang penerapan metode Full Costing dalam menetapkan harga produksi pada peternakan ayam UD. Family Poultry Shop di Kabupaten Blitar.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa perhitungan harga pokok produksi perusahaan tidak memasukkan semua komponen biaya produksi sehingga laba yang diterima perusahaan setiap periode belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti menghitung kembali harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing dan ditemukan perbedaan yang signifikan antara perhitungan yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan Full Costing. Harga pokok produksi yang selama ini dibebankan oleh
perusahaan ternyata lebih rendah daripada perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing. Analisis perhitungan harga pokok jual dilakukan dengan menggunakan metode return on asset dan margin laba 15%. Hasilnya mengungkapkan bahwa harga jual yang menggunakan metode return on asset.
Rully Kusmawadewi (2013) meneliti tentang perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing (studi kasus pada UMKM CV. TRISTAR Alumunium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan tapi terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif tenaga kerja langsung serta pembebanan biaya overhead.
Rica Marthasri (2013) meneliti tentang perhitungan biaya produksi dengan metode Full Costing (studi kasus ayam bakar kaki lima jalan dr.
Mansyur III Padang Bulan Medan).
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa metode tradisional dalam perhitungan biaya produksinya telah diketahui bahwa
jika menggunakan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 643.433 adalah biaya produksi ayam bakar hariannya Rp.
472.535 adalah biaya produksi per satuan atau biaya prodiksi per paket ayam bakar adalah Rp. 11.117
sedangkan perhitungan
menggunakan metode full costing telah diketahui bahwa jika menggunkan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 965.244 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 19.567. Jika menggunakan bahan baku produksi sendiri total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 795.046 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 16.573. Keuntungannya yang ditargetkan Ayam Bakar Kaki Lima sebesar 20%.
Ollin Thia (2014), meneliti dengan judul “Perhitungan Biaya Produksi dengan menggunakan Metode Job Order Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual (Studi Kasus Pada Harry Handmade Shoes Malang). Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
biaya produksi project order Bali pada Harrymade Shoes. Hasil penelitian menujukkan bahwa pada penghitungan biaya produksi yang
dilakukan perusahaan terdapat biaya- biaya yang belum diperhitungkan seperti biaya overhead pabrik.
Landasan Teori UMKM
Di Indonesia terdapat beberapa definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan suatu usaha yang termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan jumlah tenaga kerjanya tanpa mempertimbangkan penggunaan mesin dan besar modal untuk menjalankan usaha tersebut.
Biaya Produksi
Menurut Hansen dan Mowen (2013, p. 57) terdapat tiga elemen biaya yang dapat dibebankan pada produk yaitu, bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Elemen-elemen biaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini:
1. Bahan baku langsung
Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang
diproduksi. Total bahan baku yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus:
Total BBB = Jumlah (Kuantitas BB) x Harga Satuan BB Sumber: Hansen dan Mowen (2012)
Keterangan:
BBB = Biaya bahan baku BB = Bahan baku
2. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat
ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang
diproduksi Total biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung
dengan rumus:
Rumus:
Total BTKL = Jumlah Karyawan x Upah per hari x Lama produksi Sumber: Hansen dan Mowen (2012)
Keterangan:
BTKL = Biaya tenaga kerja langsung 3. Overhead pabrik
Overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikelompokan dalam satu kategori. Pada
perusahaan manufaktur, overhead juga dikenal sebagai beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur (Manufacturing overhead).
Harga Pokok Produksi
Mengetahui harga pokok produksi dalam perusahaan sangat penting, dimana harga pokok produksi dapat digunakan dalam beberapa pengambilan keputusan oleh perusahaan. Harga pokok produksi (cost of good manufactured) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan (Hansen dan
Mowen, 2009, p. 60). Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Perincian dari pembebanan biaya ini diuraikan dalam daftar pendukung yang disebut laporan harga pokok produksi.
Pengumpulan dan Sistem Pengukuran Harga Pokok Produksi
Terdapat dua metode pengumpulan harga pokok produksi umum yang digunakan yaitu Metode Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Metode Biaya Berdasarkan Proses.
Menurut Blocher,et al. (2007:147), metode akumulasi biaya untuk
menghitung harga pokok produksi antara lain : 1. Metode Biaya Berdasarkan
Pesanan / Job Order Costing
Sistem biaya berdasarkan pesanan menjadikan pesanan atau satu batch produk atau jasa sebagai objek biaya. Hal ini berarti tujuan penentuan biaya produk berdasarkan pada pembebanan semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk ke pesanan.
Sistem ini biasa digunakan oleh perusahaan yang mempunyai banyak jenis produk yang perusahaan dimana biaya dapat diidentifikasikan dengan jelas pada produk, batch, kontrak, atau proyek tertentu.
2. Metode Biaya Berdasakan Proses/ Proses Costing Sistem proses menjadikan proses produksi atau departemen menjadi objek biaya. Contohnya, divisi pabrikasi logam dan divisi perakitan mungkin saja merupakan pusat biaya.
Sistem berdasarkan proses biasa digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk yang homogen yang memproduksi satu atau beberapa jenis produk secara masa
Metode Job Order Costing
Sistem perhitungan berdasarkan pesanan (Job bbOrder Costing) digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk yang cukup berbeda antara yang satu dengan yang lain selama periode tertentu. Produk
khusus atau produk yang dibuat menurut pesanan termasuk dalam kategori ini, begitu juga pesanan yang menyediakan jasa yang berbeda kepada pelanggan.
Perusahaan yang umumnya menggunakan sistem berdasarkan
pesanan adalah percetakan, kontruksi pembuat perabot, perbaikan mobil, perusahaan pakaian yang menerima order desain pakaian, tas, sepatu dan perusahaan jasa seperti rumah sakit,
kantor konsultan hukum, studio film, kantor konsultan hukum, studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko reparasi, (Garisson, et all., 2008: 123 dan Hansen dan Mowen, 2009 : 290) Menurut Blocher, et all (2007
:158-164), sistem biaya pesanan dilakukan dengan mengikuti alur berikut ini :
a. Biaya Bahan Baku Job Order Costing menggunakan formulir permintaan bahan untuk mendokumentasi dan mengendalikan bahan yang digunakan.oleh supervisor departemen produksi untuk meminta bahan yang diperlukan untuk produksi ke gudang. Formulir permintaan bahan menunjukkan departemen, pesenan, dan proyek yang
dibebani bahan yang digunakan.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan dengan menggunakan kartu waktu (time ticket) yang disiapkan setiap hari untuk setiap pesanan, tarif, gaji, dan biaya total yang dibebankan pada setiap pesanan. Biaya tenaga kerja langsung didebit ke rekening produk dalam proses dan dikredit pada utang gaji pada saat biaya dikeluarkan.
c. Biaya Overhead Pabrik Pembebanan atau alokasi overhead merupakan proses membebankan proses membebankan biaya overhead untuk pesanan yang sesuai. Alokasi diperlukan karena biaya overhead tidak dapat
ditelusuri ke pesenan individual. Ada tiga
pendekatan dalam
membebankan biaya overhead pabrik ke berbagai pesanan actual costing, normal costing, dan standar costing.
d. Tarif Overhead
Menurut Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99) overhead pabrik harus dimasukkan bersama-sama dengan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung kedalam kartu biaya kerena overhead pabrik juga termasuk biaya produk.
Meskipun demikian, pembebanan overhead pabrik untuk setiap unit dapat menjadi tugas yang sulit. Ada tiga alasan untuk hal tersebut, yaitu:
1) Overhead pabrik adalah biaya tidak langsung.
Hal ini berati tidak mungkin atau sangat sulit untuk menelusuri
biaya ini ke produk atau pekerjaan tertentu.
2) Overhead pabrik terdiri atas berbagai jenis biaya mulai dari pelumas mesin hingga gaji tahunan manajer pabrik.
3) Meskipun jumlah output produksi sangat fluktuatif, tetapi biaya overhead pabrik relatif tetap karena adanya
biaya tetap.
Konsekuensinya, biaya rata-rata per unit akan bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya.
Basis alokasi yang umumnya digunakan dalam perusahaan manufaktur adalah jam kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Selain itu, jam mesin ataupun unit produk ( untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk) biasanya
juga dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead. Overhead pabrik bisa dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif overhead ditentukan dimuka (predetermined overhead rate) dengan cara sebagai berikut:
Rumus:
Tarif overhead ditentukan dimuka = Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99)
Tarif overhead ditentukan dimuka sebelum periode berlangsung (awal periode) dengan menggunakan empat tahapan proses. Tahapan pertama adalah mengestimasi jumlah basis alokasi (penyebutnya) yang akan dibutuhkan diperiode mendatang menurut jumlah estimasi produksi. Tahap kedua
adalah mengestimasi biaya tetap overhead pabrik untuk tahun mendatang dan biaya variabel overhead pabrik per unit dari basis alokasi. Tahap ketiga adalah menggunakan rumus biaya yang ditunjukkan di bawah ini guna mengestimasi total overhead pabrik (pembilang) untuk periode mendatang.
Rumus:
Y = a + bX
Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99) Keterangan:
Y = estimasi total biaya overhead pabrik a = estimasi total biaya tetap overhead pabrik
b = estimasi biaya variabel overhead pabrik per unit dari basis alokasi X = estimasi jumlah basis alokasi
Tarif overhead ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead kesebuah pesanan selama periode tersebut. Proses menentukan biaya overhead kedalam pesanan disebut
pembebanan overhead (overhead application). Rumus untuk menentukan jumlah biaya overhead yang dibebankan ke suatu pesanan adalah
: Rumus:
overhead yang dibebankan Tarif overhead jumlah basis alokasi yang Ke suatu pesanan = ditentukan dimuka × terjadi untuk suatu pesanan
Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 99)
Ketika basis alokasi jam kerja langsung maka rumusnya menjadi:
Rumus:
Sumber: Garrison, Norren dan Brewer (2013, p. 100)
Basis alokasi biaya yang digunakan bertindak sebagai pemicu biaya (cost drive) dari biaya overhead. Pemicu biaya (cost drive) adalah suatu faktor, seperti jam mesin, waktu penggunaan komputer,
ataupun jam penerbangan yang mengakibatkan munculnya biaya overhebcccad. Jika basis yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung tarif
overhead bukanlah
pemicu biaya, maka akan berakibat pada tidak akuratnya
tarif overhead dan biaya produk akan terdistorsi.
Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing tersebut dilaporkan dalam skedul pokok harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Pelaporan harga
pokok tersebut ditampilkan pada Selanjutnya skedul harga pokok tersebut masuk ke dalam bagian laporan laba rugi seperti ditampilan pada gambar 2.2.
Gambar 2.1 Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan overhead yang dibebankan Tarif overhead jam kerja langsung aktual Ke suatu pesanan = ditentukan dimuka × yang dibebankan ke pesanan
Gambar 2.2 Laporan Laba Bersih
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Terdapat dua metode atau dua
bentuk perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap untuk menghitung biaya produksi dan harga pokok produksi yaitu metode full costing dan metode variable costimg yang keduamya merupakan sistem penghitungan tradisional.
Metode Full Costing dan Variable Costing adalah termasuk metode penentuan harga pokok produksi
secara konvensional. Namun, keduanya memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda. Metode penentuan kos produk adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam kos produksi.
1. Full Costing
Sugiri dan Sulastiningsih (2004:46) berpendapat bahwa full costing atau absorption costing produk meliputi seluruh komponen biaya untuk membuat
produk dimana cost produk meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung , dan biaya overhead baik variabel maupun tetap.
2. Variable Costing
Menurut Garrison dan Noreen (2000:256) variable costing hanya menggunakan biaya produksi yang berubah- ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable
costing merupakan metode penetuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksinya.
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan
biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Data kuantitatif, yaitu berupa laporan mengenai biaya-biaya yang digunakan untuk penetapan harga
pokok perusahaan. Penelitian deskriptif menurut Sekaran Uma (2006:158) adalah dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik
variable yang diteliti dalam suatu situasi.
Objek penelitian yang diambil adalah UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto yaitu salah satu usaha kecil menengah di Kota Mojokerto yang bergerak di bidang konveksi pengerajin sepatu. UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto beralamatkan di Jl. Surodinawan No.
2, Kota Mojokerto, Jawa Timur.
Lingkup penelitian terbatas pada harga pokok produksi sepatu yang terjadi selama bulan Mei 2016.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa laporan mengenai biaya-biaya yang digunakan untuk penetapan harga pokok produksi perusahaan. Dan data deskriptif, yaitu gambaran tentang realita pada objek yang diteliti secara obyektif dengan mengumpulkan informasi mengenai
data biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi pada UKM CV. Surya Citra Abadi Mojokerto, sehingga dari informasi biaya-biaya tersebut dapat dilakukan perhitungan mengenai Harga Pokok Produksi (HPP) dengan metode Job Order Costing atau secara pesanan.
Sumber data menurut Indriantoro dan Supomo (2009:147) dibagi menjadi dua, yaibbtu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa sumber data terkait profil perusahaan dan proses produksi pesanan secara langsung dari CV. Surya Citra Abadi. Sedangkan sumber data sekunder berupa data terkait biaya- biaya produksi yang telah disajikan oleh pemilik CV. Surya Citra Abadi Mojokerto.
Dalam melakukan studi lapangan, penulis menggunakan teknik perolehan data sebagai berikut:
a) Observasi, yakni dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti.
b) Wawancara atau interview, yaitu dengan berdialog atau berkomunikasi langsung dengan
pihak yang berhubungan dengan data penelitian yang bdiperlukan.
c) Dokumentasi, yaitu meneliti dan mempelajari dokumen–
dokumen yang terdapat di perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
PEMBAHASAN
Penghitungan Harga Pokok Produksi Perusahaan
Tabel 4.7 Harga Pokok Produksi
1000 Pasang Pesanan Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel
NO Deskripsi Sepatu Casual Total (Rp) Deskripsi Sepatu Pantofel Total (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 40.000.000 Biaya Bahan Baku 47.020.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 3.350.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 5.122.000 3 Total Biaya OverHead Pabrik 5.500.000 Total Biaya OverHead Pabrik 5.500.000 Total Harga Pokok Produksi 48.850.000 Total Harga Pokok Produksi 57.642.000 Jumlah Pesanan
1000
Pasang Jumlah Pesanan
1000 Pasang HPP Per Pasang Sepatu 48.850 HPP Per Pasang Sepatu 57.642 Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa harga pokok produksi untuk memproduksi 1000 pasang sepatu casual dan sepatu pantofel pada bulan Mei 2016 adalah sebesar Rp48.850.000. Sehingga, dapat diketahui bahwa harga pokok produksi per paasang sepatu casual sebesar Rp48.850 dan untuk sepatu
pantofel harga pokok produksi sebesar Rp57.642.000 dengan harga per pasang sepatu pantofel sebesar Rp57.642. Dimana biaya yang dibebankan meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Penghitungan Harga Pokok Produksi Metode Job Order Costing
Tabel 4.16 Harga Pokok Produksi
Untuk Memproduksi 1000 Pasang Sepatu Casual dan Sepatu Pantofel Bulan Mei 2016
Metode Job Order Costing
NO Deskripsi Sepatu Casual Total (Rp) Deskripsi Sepatu Pantofel Total (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 37.000.000 Biaya Bahan Baku 44.520.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 3.350.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 5.122.000
3 Total Biaya OverHead Pabrik 10.216.500 Total Biaya OverHead Pabrik 10.216.500
Total Harga Pokok Produksi 50.566.500 Total Harga Pokok Produksi 59.858.500
Jumlah Pesanan 1000 Pasang Jumlah Pesanan 1000 Pasang
HPP Per Pasang Sepatu 50.567 HPP Per Pasang Sepatu 59.859
Sumber: Data diolah, 2017
Tabel 4,15 berdasarkan tabel 4.16 diperoleh informasi bahwa hasil penghitungan harga pokok produksi sepatu casual dan sepatu pantofel berdasarkan metode job order costing harga pokok produksi sepatu casual sebesar Rp50.566.500 dengan
asumsi bahwa harga pokok produksi per pasang sepatu sebesar Rp50.567.
Sedangkan harga pokok produksi sepatu pantofel sebesar Rp59.858.500 dengan asumsi bahwa harga pokok produksi per pasang sepatu pantofel sebesar Rp59.859.
Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan Job Order Costing
Tabel 4.17
Perbandingan Perhitungan
Harga Pokok Produksi 1000 Pasang Sepatu Casual Bulan Mei 2016
Unsur Hpp
Menurut Perusahaan
Menurut Job Order
Costing Selisih
Per
Pasang Seluruh Per
Pasang Seluruh Pesanan
Per
Pasang Seluruh Pesanan
Sepatu Pesanan Sepatu Sepatu
BBB 40.000 40.000.000 37.000 37.000.000 3.000 3.000.000
BTKL 3.350 3.350.000 3.350 3.350.000 - -
BOP 5.500 5.500.000 10.217 10.216.500 4.717 4.716.500,00 HPP 48.850 48.850.000 50.567 50.566.500 1.717 1.716.500,00
Tabel 4.18
Perbandingan Perhitungan
Harga Pokok Produksi 1000 Pasang Sepatu Pantofel Bulan Mei 2016
Unsur
Hpp Menurut Perusahaan Menurut Job Order
Costing Selisih
Per
Pasang Seluruh Per Pasang Seluruh Pesanan
Per
Pasang Seluruh Pesanan
Sepatu Pesanan Sepatu Sepatu
BBB 47.020 47.020.000 44.520 44.520.000 2.500 2.500.000
BTKL 5.122 5.122.000 5.122 5.122.000 - -
BOP 5.500 5.500.000 10.217 10.216.500 4.717 4.716.500,00 HPP 57.642 57.642.000 59.859 59.858.500 2.217 2.216.500,00 Sumber: Data diolah,2017
Kesimpulan
Dengan dilakukan
penghitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order Costing dan metode Full Costing, maka jumlah harga pokok produksi adalah pesanan Sepatu Casual sebesar Rp50.566.500,00 dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp50.567 dan harga pokok produksi untuk pesanan Sepatu pantofel sebesar Rp59.858.500,00 dengan biaya per pasang sepatu sebesar Rp59.858
untuk pesanan 1000 pasang produksi sepatu. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa seluruh komponen biaya produksi dapat diperhitungkan dan menunjukkan dasar penghitungan harga pokok produksi yang lebih akurat sehingga perusahaan dapat menggunakan penghitungan harga pokok produksi ini sebagai dasar menentukan harga pokok penjualan dan laba yang lebih akurat.
Saran
Bagi pemilik UKM Sepatu CV.
Surya Citra Abadi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi pada UKM
dengan menggunakan perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing pada UKM.
Penghitungan tersebut dapat
digunakan untuk menentukan anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi selanjutnya dan menentukan harga pokok
produksi yang lebih akurat terutama dalam menghadapi persaingan antar UKM.
Daftar Pustaka
Blocher, Edward J., Chen, Kung H., Cokins, Gary., Lin Thomas W., 2007, Manajemen Biaya,Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat.
Carter, Wiliam K dan Milton F.
Usry, 2006, Akuntansi Biaya Buku I, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat,Jakarta.
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C., 2008, Akuntansi Manajerial. Edisi Sebelas. Jakarta : Salemba Empat.
Hansen, Don. R dan Maryanne M.
Mowen, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 8, Terjemahan oleh Deny Arnos Kwary, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Horngren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, Georger. 2008.
Akuntansi Biaya: dengan Penekanan Manajerial, Edisi
Keduabelas, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Indah Fitri Rusmala, 2012, Pentingnya Penerapan Metode Full Costing dalam rangka menetapakan harga pokok produksi pada peternak Ayam UD. Family Poultry Shop di Kabupaten Blitar, Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.
Indriantioro, Nur., Bambang Supomo, 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Kementrian koperasi Republik Indonesia, 2016, Data Usaha Mikro, kecil, dan
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2012- 2013, (Online)
Available at:
http://www.depkop.go.id/pdfvie wer/?p=uploads/tx_rtgfiles/
sandingan_data_umkm_2002- 2003.pdf. (Diakses 25 Mei 2017).
Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Mas’ud Machfoedz dan Mahmud
Machfoedz, 2011,
Kewirausahaan : Metode Manajemen dan Implementasi, Edisi 1, Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi, 2005, Akuntansi biaya, Edisi 5, Yogyakarta: Aditya Media
Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat
Ollin Thia Priscilla Cristie, 2014, Perhitungan Biaya Produksi dengan Menggunakan Metode Job Order Costing Sebagai
Dasar Penetapan Harga Jual (Studi Kasus Pada Harry Handmade Shoes Malang), Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.
Rully Kusumawardani, 2013, Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus UMKM CV.
Tristar Alumunium), Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.
Rica Marthasari. 2013. Perhitungan Biaya Produksi Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Ayam Bakar Kaki Lima Jalan DR Mansyur III Padang Bulan Medan). Universitas Sumatera Utara.