SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ALFI NURUL HIDAYATI
0813015009/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
Alfi Nur ul Hidayati
0813015009/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
(STUDI KASUS PADA UD KEYZA COLLECTION DI SURABAYA )
Yang diajukan
Alfi Nurul Hidayati 0813015009/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Tanggal : ...
NIP. 19650929 199203 2001
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Disusun Oleh :
Alfi Nurul Hidayati 0813015009/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Uta ma Ketua
Dr . Sr i Tr isnaningsih, SE, M.Si Dr . Sr i Tr isnaningsih, SE, M.Si Sekr etar is
Dr a. Ec. Siti Sundar i, M.Si Anggota
Dr s. Ec. Sja fii, MM, Ak
Mengetahui
Deka n Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembanguna n Nasional “Vetera n” J awa Timur Dekan Fa kulta s Ekonomi
Oleh :
Alfi Nur ul Hidayati
ABSTRAKSI
Perkembangan perekonomian di indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan ekonomi kerakyatan banyak di dapat dari sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil. Para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa akuntansi tidak terlalu penting untuk di terapkan, oleh karena itu, penelitian ini untuk mengungkapkan penerapan pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas obyek. Teknik pertama yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap para informan. Teknik kedua digunakan observasi terhadap tindakan dalam penerapan sistem akuntansi. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti – bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, di lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemilik UD.Keyza Collection masih kurang dalam penerapan pencatatan keuangan dan model pencatatanya masih sederhana hanya sebatas pada pencatatan yang diketahuinya.
KATA PENGANTAR
Assa la mu’a la ikum Wr . Wb
Dengan nama Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Tuhan. Rahmat dan Salam untuk Nabi Muhammad
SAW, beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat-Nya, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “PENERAPAN PENCATATAN
KEUANGAN DALAM USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
(UMKM);(STUDI KASUS PADA UD KEYZA COLLECTION DI
SURABAYA) ”. Dalam rangka melengkapi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangannya, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penulis, walaupun demikian
dengan adanya bimbingan serta petunjuk yang diterima dari berbagai pihak
Atas terwujudnya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak, selaku Ketua Progdi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah
membantu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang
banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi pengarahan dan
bimbingan dalam penyusun skripsi ini.
7. Para dosen yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan dan
suri tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswi di Universitas
8. Seluruh civitas akademika Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis selama proses penelitian ini.
9. Kedua Orang Tuaku, Bude, Pakde, Abang, Mas, Kakak, Mbak, adekku
dan Seluruh Keluarga Besarku yang selalu memberikan doa, dukungan,
perhatian dan pengorbanan yang begitu besar kepada Alfi. Terima kasih
atas segalanya. Aku cinta kalian semua.
10.Semua teman-teman dan kawan-kawan baik yang ada dikampus dan luar
kampus, di Jawa/Surabaya maupun luar Surabaya/ luar Pulau yang
selalu memberiku semangat, inspirasi, membantu dan mendukung
dengan do’a dalam penelitian ini, terima kasih untuk semuanya.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, tetapi penulis berharap semoga hasilnya dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Februari 2013
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... ... ... .. 1
1.2. Fokus Penelitian………..…... ... 7
1.3. Perumusan Masalah ….. ... 8
1.4. Tujuan Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ……….. . 9
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ….. ... 10
2.2. Landasan Teori ... 15
2.3. Sistem Informasi Akuntansi………. ... 21
2.3.1. Pengertian Sistem ... . 21
2.3.2. Pengertian Informasi……….. ... 22
2.3.3. Siklus Pengolahan data ... 23
2.3.4. Sifat Informasi ... 24
2.3.5. Akuntansi sebagai sistem informasi……….. .. 25
2.4. Laporan Keuangan ... ... 27
2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 27
2.4.2. Bentuk –Bentuk Laporan Keuangan... ... 30
2.4.3. Tujuan Laporan Keuangan ... ... 37
2.4.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 38
2.4.5. Pemakai Laporan Keuangan ………... ... 40
2.5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 42
2.5.1. Pengertian ... 42
2.6.1. Pengertian... ... 53
2.6.2. Karakteristk Sifat Wirausaha ………..……….. . 54
2.6.3. Langkah - Langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha….. ... 55
2.6.4. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan………. ... 55
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 59
3.2. Keterkaitan Penelitian………. ... 60
3.3. Lokasi Peneliti ... ... 62
3.4. Instrumen Penelitian... ... 63
3.5. Sumber Data ... … ... 63
3.6. Penentuan Informan……….. ... 64
3.7. Teknik Pengumpulan data ... .... 64
3.8. Analisis data... ... 67
3.9. Keabsahan Data……… ... 68
4.1.4. Struktur organisasi obyek penelitian……… 76
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
4.2.1. Bagaimana penerapan bentuk pencatatan keuangan UMKM ... 79
4.2.2. Bentuk atau pencatatan keuangan ... 80
4.2.3. Pengetahuan mengenai pencatatan keuangan ... 83
4.2.1.3. Penanggung jaawab pemrosesan pencatatan keuangan ... 85
4.2.1.4. Proses pencatatan keuangan ……… 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Lata r Belaka ng
Hakikat setiap usaha didirikan yaitu untuk mencapai tujuan tertentu, di
mana tujuan masing – masing usaha secara umum dapat di katakana sama,
hanya prioritasnya yang berbeda. Tujuan paling utama bagi seluruh usaha
adalah mendapatkan keuntungan seoptimal mungkin, begitu juga bagi para
pelaku usaha mikro kecil menengah ( UMKM ), mereka memiliki tujuan
tertentu selain mendapatkan keuntungan dari usahanya tersebut yaitu
mengurangi tingkat pengangguran di indonesia
Banyak perusahaan berpendapat bahwa, dalam era globalisasi pada saat
ini dimana persaingan bisnis semakin ketat, maka mereka sangat memerlukan
hal tersebut. Perusahaan yang memiliki keunggulan komparatif akan mampu
bertahan bahkan mampu mengembangkan usahanya. Keunggulan tersebut
diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola informasi akuntansi yang
dihasilkan dari suatu laporan keuangan sangat berguna dalam rangka menyusun
berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas dimasa yang akan
datang. Akuntansi juga seringkali dinyatakan sebagai bahasa perusahaan yang
berguna untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi ini adalah data yang disajikan oleh
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah. Informan akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat
menjadi modal dasar bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil, antara lain :
keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga, dan lain - lain dalam
hubungan dengan pemerintahan dan kreditur ( bank ). Penyediaan informasi
akuntansi juga di perlukan. Kewajiban penyelenggara pencatatan akuntansi
yang baik bagi usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam Undang – Undang
usaha kecil no. 9 tahun 1995 dan alam Undang – undang perpajakan ( Pinasti,
2007 : 322 ). Selain itu salah satu faktor penyebab kegagalan wirausaha dalam
menjalankan usahanya adalah kurangnya kemampuan dalam mengendalikan
keuangan perusahaan (Zimmerer, 1996 : 14-15 dalam Suryana, 2001). Padahal
pencatatan keuangan yang di lakukan dengan cermat, akan membantu
pengusaha dalam mengendalikan keuangan perusahaan, sehingga usaha yang
di jalankan dapat berhasil dengan baik.
Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai
keberhasilan suatu usaha, termasuk usaha kecil. Tetapi dalam kenyataanya,
kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan
menggunakan akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Setelah dilakukan
akuntansi sehingga mereka tidak mengetahui betapa pentingnya pencatatan dan
pembukuan bagi kelangsungan usaha mereka. Pengusaha kecil memandang
bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan dalam usahanya.
Pentingnya penerapan ilmu akuntansi dalam pengelolaan keuangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ) dinilai masih kurang dipahami oleh
para pengusaha. Masih banyak pengusaha kecil yang belum melakukan
pencatatan atas laporan keuangan usahanya dengan baik. Bahkan, ada juga
yang tidak melakukan pencatatan. Para pengusaha kecil dan menengah
biasanya hanya mengerjakan pembukuan sebatas pencatatan pendapatan dan
pengeluaran saja. Akibatnya, laba bersih perusahaan sulit diketahui sehingga
pengajuan kredit ke bank untuk modal usaha sulit diperoleh, dikarenakan
kebanyakan dari pelaku UMKM tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
baik.
Pada Penelitian di UD Keyza Collection di Surabaya pemilik UMKM
sudah memahami pencatatan keuangan, walaupun tanpa ada catatan kegiatan
usaha secara tertulis dengan rapi. Tetapi kenyataannya pemilik UMKM sudah
bisa menggunakan informasi keuangan tersebut dalam melakukan
perencanaan biaya dan pengambilan keputusan, Namun dalam pencatatannya
masih menggunakan sistem manual yang artinya bahwa kegiatan UMKM
Padahal apabila tidak adanya sebuah sistem akuntansi yang baik dan
benar, maka sebuah rencana tidak akan bisa di susun dengan sempurna, banyak
usaha yang di bangun tidak di dasari oleh suatu sistem pencatatan keuangan
yang baik dan benar menurut standar akuntansi. Umumnya mereka
membangun usaha manakalh ada kesempatan, di satu pihak hal ini tidak bisa di
persalahkan, tetapi di lain pihak, usaha yang tidak di rencanakan dengan cermat
tidak akan bertahan lama. Perusahaan tidak tahu seberapa besar kekuatan dan
kelemahan – kelemahan apa saja yang ada pada perusahaan, manakalah
perusahaan telah semakin berkembang maka laporan keuangan itu akan
semakin kompleks, manakalah perusahaan semakin mengembangkan usaha
maka mereka butuh yang namanya dana besar dan itu harus di lakukan
peminjaman dan kepada pihak bank, serigkali pinjaman itu di tolak hanya
karena perusahaan tersebut tidak menerapkan pencatatan keuangan dengan baik
dan benar, sangat di sayangkan apabila hal itu terjadi di kalangan sekitar.
Umumnya pemilik UMKM beranggapan bahwa perencanaan dan
pengembangan strategis bisnis adalah tidak perlu, teknologi seperti terlihat
sebagai suatu investasi uang dan waktu yang mahal dan terjangkau, tetepi
memilih alat yang tepat akan membuat bisnis menjaaaadi lebih mudah
daripada sebelumnya. Menyadari situasi dan kondisi tersebut di atas, maka di
sebagian dari mereka belum mengerti pencatatan akuntansi, menjadi mengerti
dan mudah menerapkannya.
Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong
kemajuan dalam teknologi, produk dan proses, serta terbentuknya masyarakat
informai, dalam dunia usaha di tuntut untuk tampil adaptif terhadap perubahan
yang terjadi dengan perbaiakan strategis dan operasi perusahaan agar dapat
bertahan dalam kompetisi dunia usaha yang semakin ketat.UMKM sukses
adalah kelompok UMKM yang mampu memanfaaatkan sumberdaya tersedia
terutama yang bernilai ekonomi rendah termasuk limbah menjadi barang –
barang yang bernilai ekonomi tinggi. Keberhasilan UMKM sukses ternyata
tidak hanya karena keahlian yang di miliki. Tetapi juga di pengaruhi oleh
banyak faktor antara lain : a) jiwa kewirausahaan dan kreatifitas individual
yang melahirkan inovasi, b) ketersediaan bahan baku, iklim usaha, dukungan
finansial, ketersediaan informasi baik pengetahuan dan teknologi, ketersediaan
informasi baik pengetahuan dan teknologi, ketersediaan pasar dan dukungan
infrastruktur ( Budiretnowati, 2007 : 2).
Begitu juaga halnya dengan aspek pemasaran untuk produk dan proses
dari UMKM tersebut di butuhkan sebuah inovasi – inovasi yang dapat
meningkatkan pendapatan bagi umkm tersebut dan agar tidak ”jalan di tempat“
Pada umunya pemilik UMKM beranggapan bahwa pencatatan
keuangan tidaklah perlu. Membutuhkan kecermatan, waktu dan juga biaya
dengan jumlah tertentu membuat beberapa pemilik UKM enggan untuk
mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan operasional perusahaan
menjadi pilihan yang menarik bagi kebanyakan pelaku UKM. Namun tentunya
tidak semua pelaku UKM memiliki anggapan tersebut. Masih ada pelaku UKM
yang melakukan pencatatan keuangan dalam menjalankan usahanya.
Di dalam konsep kesatuan usaha khusus (economic), perusahaan di
pandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
Atau dengan kata lain perusahaan di anggap sebagai’unit akuntansi’yang
terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain.Untuk tujuan
akntansi perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Dengan
anggapan seperti ini maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari
transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan
laporan di buat untuk perusahaan tadi ( Baridwan, 2004 : 8 )
Faktor accountability sangat di perlukan jika pemilik UKM
menginginkan usahanya lebih maju, karena untuk mengajukan pinjaman dana
kepada bank atau lembaga perkreditan lainnya yang memerlukan laporan
Dari permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap :
Penerapan Pencata ta n Keua ngan Dalam Usaha Mikr o Kecil
Menengah (UMKM); (Studi Kasus Pada UD. Keyza Collection di
Sur a baya)
1.2 Fokus Penelitian
Dari uraian yang di kemukakan di atas, banyak hal – hal yang
mempengaruhi kegiatan UMKM yang dapat menimbulkan permasalahan dalam
UMKM tersebut antara lain:
1. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada umumnya pemilik atau orang –orang yang bergelut di bidang
UMKM hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang UMKM, sehingga
banyak umkm yang tidak berkembang hingga menjadi Besar dan
berkembang.
2. Masalah Pemasaran
Pemasaran menjadi hal yang cukup penting di bidang UMKM,
karena pemasaran biasanya menjadi ”penolong” bagi suatu UMKM.
Dengan adanya pemasaran UMKM bisa di kenal oleh masyarakat luas,
3. Masalah Akuntabilitas
Faktor akuntabilitas menjadi hal yang sangat penting bagi UMKM,
karena faktor ini dapat dikatakan sebagai tolak ukur bagi umkm apakah
UMKM tersebut berkembang dengan baik atau mengalami kerugian
dalam perkembangannya. Tetapi terkadang faktor ini sering di abaikan
oleh pemilik atau orang – orang yang mengeluti bidang ini.
Dari uraian di atas maka yang menjadi fokus penelitian dalam hal
ini adalah seberapa jauh pelaku UMKM memahami pencatatan
keuangan. Dan seberapa penting pencatatan keuangan tersebut bagi
pelaku UMKM.
1.3 Per umusa n Ma salah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka berikut ini
di buat suatu perumusan masalah :
1)Bagaimana penerapan pencatatan keuangan pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas. Maka
tujuan dari penelitian berikut ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses penerapan pencatatan keuangan
2. Untuk mengetahui seberapa penting pencatatan keuangan bagi pelaku
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1.5 Ma nfa at Penelitian
1) Bagi UMKM
Hasil ini di harapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau hasil
ini di harapkan juga mampu memberikan bahan masukan untuk lebih
mengetahui pentingnya akuntabilitas usaha.
2) Bagi Universitas
Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas UMKM dan bahan
penelitian bagi mahasiswa di masa yang akan datang.
3) Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang
telah diperoleh dari sumber – sumber lain sehingga bermanfaat bagi pihak
yang memerlukan.
4) Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Dianita (2006)
Judul : STUDI PENERAPAN PENCATATAN
KEUANGAN PADA USAHA
MIKRO DAN KECIL (UMK) (Studi
Kasus pada Usaha Mikro dan Kecil
Pengrajin Sepatu dan Sandal Wanita
di Wilayah Sur abaya Utar a dan
Barat)
Permasalahan : 1. Bagaimana pemahaman pencatatan
keuangan pada Usaha Mikro dan Kecil ?
2. Bagaimana penerapan pencatatan
keuangan pada Usaha Mikro dan Kecil?
Kesimpulan :1. Pemiliik sudah memahami pencatatan
keuangan, walaupun tanpa ada catatan
kegiatan usaha secara tertulis dengan
2. Bentuk pencatatan keuangannya amat sangat
sederhana sekali, namun hal itu sudah
mampu memberikan informasi keuangan
yang sangat berguna bagi UMKM tersebut.
2. Adha ( 2006 )
Judul : STUDI TENTANG PENERAPAN
PENCATATAN KEUANGAN BAGI
PELAKU USAHA KECIL DAN
MENENGAH (Studi kasus Pada Ika dan
GA Tr ans Rent Car Sur abaya)
Permasalahan : 1.Bagaimana proses pencatatan laporan
keuangan dalam UKM?
2. Bagaimana proses penentuan tarif dasar
sewa mobil?
Kesimpulan : 1.Pencatatan yang di lakukan masih
menggunakan sistem manual dan catatan
setiap perunitnya sumua di jadikan satu
sangat tidak rapi sehingga susah di
mengerti oleh orang lain.
2. Untuk penentuan tarif sewa berdasarkan
mobil yang akan di sewa dan penentuan
tarif juga berdasarkan berapa lama sewa
mobil yang akan di pakai.
3. Choir iah ( 2006 )
Judul : PENERAPAN PE NCATATAN
KEUANGAN PADA INDUSTRI
KECIL RUMAHAN ( Studi Kasus
Pengusa ha Pada Pengusaha Pada
Counter P ulsa Bedjo Cell di Tuban )
Permasalahan :1. Bagaimana penerapan pencatatan
keuangan dalam industri kecil rumahan
pada counter pulsa?
Kesimpulan :1. Pencatatan yang di lakukan masih
sederhana dan sesuai dengan pengetahuan,
kemampuan, dan pemahaman pengusaha
4. Dar sono (2007)
Judul : STUDI TENTANG PENERAPAN
PENCATATAN KEUANGAN DALAM
USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
(UMKM); (Studi Kasus Pada Depot
Tr ifena di Kota Mojoker to)
Permasalahan : 1. Untuk mengetahui penerapan pencatatan
laporan keuangan pada pelaku UMKM.
2. Untuk mengetahui pemahaman proses
penerapan akuntansi pada UMKM.
3. Untuk mengetahui proses dari penentuan
harga menu makanan dan minuman di
Depot Trifena.
Kesimpulan :1. Dengan melihat berbagai fenomena
tersebut bahwa pemilik UMKM tersebut
sudah cukup memahami pentingnya
pencatatan keuangan dalam menjalankan
usahanya, meskipun pencatatan yang di
buat tidak begitu rapi dan lengkap, Namun
UMKM sudah bisa menggunakan
informasi keuangan tersebut dalam
melakukan perencanaan biaya, mengontrol
keuangan perusahaan dan pengambil
keputusan manajemen.
2. Bentuk Proses penerapan keuangannya
bermacam – macam, pada depot Trifena
langsung melalui komputerisasi Meskipun
sudah cukup maju karena menggunakan
komputer,namun kenyataannya para
pelaksana UMKM kurang mengerti
tentang siklus akuntansi yang
sesungguhnya.
3. Untuk penentuan harga makan dan minum
di tentukan dari biaya pengeluaran untuk
beli bahan dasar, Namun untuk penentuan
harga makanan dan minuman sangat
2.2. Landasa n Teor i
2.2.1. Penger tian Ak untansi
Akuntansi telah banyak di definasikan oleh beberapa lembaga terkait
dan beberapa para ahli, menurut Suwardjono ( 2006:9 ) definisi tersebut
antara lain :
1. Paul Grady dalam ARS No.7, AICPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi
yang secara sistematis, orisinil dan autentik, mencatat,
mengklasifikasikan, menganalisis, menginterprestasikan seluruh
transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam
operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang
berarti yang di butuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggung
jawaban atas kepercayaan yang di terimanya.
2. Accounting Principles Board (APB) dalam Statement APB No. 4 di
sebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa ( service activity ) fungsinya
adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
finansial, tentang entitas – entitas ekonomi yang di anggap berguna
Menurut suwaldiman ( 2005:12 ) produk akuntansi adalah informasi
keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan
dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produkseni sama
sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang di sajikan
secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut
lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik
beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan
keandalan informasi keuangan yang di hasilkannya.
Menurut Belkaoni ( 1987:7 ) akuntansi senantiasa di pandang sebagai
suatu sistem informasi. Akuntansi di anggap sebagai suatu proses yang
menjalin sumber informasi atau pemancar / transmiter (biasanya adalah
akuntan), saluran komunikasi, dan seperangkat penerima / receivers (
pemakai eksternal). Keunggulan citra akuntansi sebagai suatu sistem
informasi adalah sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi di nilai dalam
hal kemampuannnya untuk menghasilkan “laba yang sebenarnya” atau
keandalannya untuk menyajikan sejarah. Selama para pemakai yang berbeda
mendapatkan bahwa informasi itu berguna, maka kegunaan sistem itu dapat
di tentukan. Sedangkan Menurut Suwardjono ( 2010:10 ) akuntansi sebagai
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa
berupa informasi keuangan kuantitatif unit – unit organisasi dalam suatu
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi di
selenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi yang dihasilkan adalah
informasi tentang organisasi dan informasi akuntansi sangat penting bagi
kelangsungan usaha.
2.2.2. Asumsi dan Konsep Dasar.
2.2.2.1. Asumsi Dasar
Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi. Asumsi –
asumsi tersebut menurut Baridwan ( 2004:8 ) adalah :
1) Kesatuan Usaha Khusus.
Di dalam konsep ini, perusahaan di pandang sebagai suatu unit usaha
yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau dengan kata lain
perusahaan di anggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari
pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain.Dengan anggapan seperti
ini maka transaksi – transaksi perusahaan di pisahkan dari transaksi –
transaksi pemilik dan oleh karenanya maka sama semua pencatatan dan
2) Kontiunitas Usaha.
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup
terus, dalam arti di harapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang
akan dating. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa
akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan
usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian. Oleh karena itu di
buat berbagai meetode penelitian dan pengalokasian dalam akuntansi
yang di dasarkan pada konsep ini. Sebagai contoh adalah prosedur
amortisasi dan depresiasi, Jadi bila tidak terdapat bukti yang cukup jelas
bahwa suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan
usaha itu harus di pandang akan hidup terus.
3) Penggunaan unit moneter dalam pencatatan.
Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat di
catat dengan menggunakan ukuran fisik atau waktu, tetapi karena tidak
semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama,
sehingga akan menimbulkan kesulitan – kesulitan di dalam pencatatan
dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka
semua transaksi – transaksi yang terjadi akan dinyatakan di dalam
catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu.
perusahaan itu berdiri.
4) Periode waktu
IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian
tujuan leporine keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha.
Dasar akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan di
laporkan dalam laporan keuangan paada periode yang bersangkutan,
bakan pada saat kas diterima atau di keluarkan.
2.2.2.2. Konsep dasar
Konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusunan standar akuntansi
menurut Baridwan ( 2004:10 ) adalah:
1) Prinsip biaya historis
Prinsip ini menghendaki di gunakannya harga perolehan dalam
mencatat aktiva, utang, modal dan biaya.
2) Prinsip Pengakuan Pendapatan.
Pendapatan adalah aliran masuk harta – harta (aktiva) yang timbul
dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit
3) Prinsip mempertemukan.
Yang di maksud dengan prinsip mempertemukan adalah
mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya
tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya
penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus
dipertemukan dengan pendapatannya maka pembebanan biaya juga
akan ditunda sampai saat di akuinya pendapatan.
4) Prinsip Konsistensi
Agar laporan keuangan dapat di bandingkan dengan tahun – tahun
sebelumnya, maka metode dan prosedur – prosedur yang di gunakan
dalam proses akuntansi harus di terapkan secara konsisten dari tahun
ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam
dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan
selisih akibat penggunaan metode yang berbeda. tergantung dari
sikap dan perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip
tersebut.
5) Prinsip pengungkapan lengkap.
Yang di maksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full
disclousure) adalah menyajikan informasi yang di sajikan itu
juga saldo – saldo dari rekening- rekening tertentu, tidaklah mungkin
untuk memasukkan semua informasi – informasi yang ada ke dalam
laporan keuangan. Biasanya keterangan tambahan atas informasi
dalam laporan keuangan di buat bentuk (a) catatan kaki (footnotes),
(b) dalam laporan keuangan, biasanya di tuliskan dalam kurung bawah
elemen yang bersangkutan, atau dengan memakai rekening – rekening
tertentu dan (c) sebagai lampiran – lampiran.
2.3. Sistem Infor masi Akuntansi
2.3.1. Penger tian Sistem
Menurut Widjajanto ( 1989:1 ), “sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk
mencapai suatu tujuan.
Menurut Mulyadi ( 2001:5 ), Sistem adalah suatu jaringan prosedur
yang di buat untuk pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok
perusahaan.
Menurut Hall ( 2007:6 ), Sistem adalah sekelompok dua atau lebih
komponen – komponen yang saling berkaitan (Subsistem-subsistem yang
bersatu untuk mencapai tujuan yang sama).Sedangkan Menurut Wikipedia
berbahasa indonesia, Pengertian Sistem dalam pengertian yang paling
mereka. Kata sistem sendiri berasal dari bahasa Latin (systēma) dan
bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan
atau rangkaian komponen – komponen yang saling berhubungan dan
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah diterapkan oleh
perusahaan.
2.3.2. Penger tia n Infor masi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data, Menurut
Cushing ( 1989:11 ), ”data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang
diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan di simpan serta
di olah.Informasi diartikan sebagai output pengolah data yang di organisir
dan brguna bagi orang yang menerimanya”.
Sedangkan Menurut Wilkinson ( 1993:3 ) ”Data adalah fakta, angka,
bahkan symbol mentah, secara bersama – sama mereka merupakan
masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data
yang telah di transformasi dan di buat lebih bernilai melalui pemprosesan.
Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk
Peran informasi merupakan kumpulan dari data yang telah di olah
sehingga bagi penerimanya, biasanya data belum dapat di gunakan sebagai
dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen,
sehingga agar dapat berguna bagi pemakaianya, data harus diproses
sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.
2.3.3. Siklus Pengolahan data
Untuk mengubah data menjadi informasi, di lakukan proses
pengolahan data,dalam akuntansi proses ini di sebut sebagai siklus
akuntansi, maka dalam sistem informasi proses pengolahan data ini di
lakukan dengan berbagai tahap tertentu.Yaitu sistem informasi akuntansi
yang di proses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang proses
dengan komputer.
Siklus pengola han data secar a ma nua l
Ga mbar 1
Sumber : Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Informasi Akuntansi. BPPE,
Yogyakarta, Edisi Kedua.
Laporan Keuangan Buku Besar
Bukti
Transaksi Jurnal
Siklus pengolaha n data dengan computer
Input Pengelolaan Output
Gambar 2
Sumber : Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Informasi Akuntansi. BPPE,
Yogyakarta, Edisi Kedua.
2.3.4. Sifa t – Sifa t Infor masi
Menurut Wilkinson ( 1993:121 ), sifat – sifat informasi yang penting
meliputi hal – hal berikut :
1. Relevansi
Hubungan antara inforasi dan situasi keputusan, serta dengan
sasaran perusahaan.
Jurnal
Bukti
Transaksi
Laporan Keuangan & Laporan Lain Buku Besar
2. Kuantifiabilitas
Sejauh mana informasi dapat diakuntifikasikan (di nyatakan dalam
bentuk numerik)
3. Akurasi
Keandalan dan kepresisisan informasi
4. Kepadatan
Sejauh mana informasi di ringkaskan atau dipadatkan
5. Ketepatan waktu
Keyakinan Informasi
6. Cakupan
Rentang yang di cakup oleh informasi
2.3.5. Akuntansi sebaga i Sistem Infor masi
Sebagai sistem, akuntansi di perlukan oleh berbagai pihak, baik
dalam kalangan intern maupun kalangan intern dari luar organisasi yang
menyelenggarakan akuntansi tersebut.
Secara garis besar ( Weygant,dkk,2007:6 ) pihak – pihak tersebut adalah:
mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis
b. Pengguna eksternal, yaitu :
1. Investor ( pemilik )
menggunakan informai akuntansi guna membuat keputusan untuk
membeli, menahan, atau menjual sahamnya.
2. Kreditor,
seperti pemasok dan banker menggunakan informasi akuntansi guna
mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman.
3. Badan perpajakan
Amerika Serikat seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin
mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang – undang
perpajakan.
4. Pelanggan
akan tertarik dengan sebuah perusahaan tetap harus menghargai
jaminan dan dukungan produk atas lini – lini produknya.
5. Serikat pekerja
Ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar kenaikan upah
6.Perencanaan ekonomi
menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktifitas
perekonomian.
2.4. Laporan Keuangan
2.4.1. Penger tian Lapor an Keuangan
Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari
laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat
mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan
maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan
di dalam mengambil keputusan. Penilaian terhadap keberhasilan suatu
perusahaan dapat di lakukan melalui analisis terhadap laporan keuangan
yang di sajikan. Salah satu unsur penting dalam laporan keuangan yang
turut menentukan terhadap hasil penilaian tersebut adalah besarnya
jumlah perolehan laba yang di peroleh atau karena perolehan laba
merupakan gambaran kemempuan perusahaan dalam menjalankan
aktifitasnya. Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi laporan
keuangan :
Menurut Munawir ( 2004:2 ) Pengertian laporan keuangan adalah
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Menurut Sutrisno ( 2008:9 ) laporan keuangan merupakan hasil
akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni
Neraca dan laporan Rugi Laba.
Menurut Keown dkk ( 2008 : 139 ) Laporan keuangan pada
dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat di gunakan
sebagai alat untuk mlihat keterkaitan antar aktifitas perusahaan ,
laporankeuangan menyajikan data keuangan data keuangan bagi pihak –
pihak yang berkepentingan dengan data tersebut.
Menurut Myer, dalam Munawir ( 2004:5 ) yang dimaksud
dengan laporan keuangan adalah : “Dua daftar yang disusun oleh
akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
tersebut adalah daftar neraca atau posisi keuangan dan daftar pendapatan
atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar
ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba
yang ditahan)”.
proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang,
dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam
nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang, tidak
akan terlihat dalam laporan keuangan. Maka dari itu hal-hal yang
belum terjadi dan masih berupa potensi, tidak tercatat dalam laporan
keuangan.
Menurut (Asianbrain), Laporan keuangan merupakan laporan
mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta
informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi.
Adapun fungsi laporan keuangan antara lain:
• Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (aktiva,
kewajiban dan ekuitas.
• Menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi
akutansi dalam pengambilan keputusan. (http://www.anneahira.com)
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu periode
tertentu sesuai dengan prinsip - prinsip akuntansi yang dilaksanakan
laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk
menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen
perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam
perusahaan dan hasil-hasil yang dicapaiselama jangka waktu yang
diamati. Pada umumnya laporan keuangan itu sendiri dari neraca dan
perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca
menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pada rugi laba
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu. Dari beberapa pendapat ahli
ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menjelaskan atau
melaporkan kegiatan perusahaan sekaligus untuk mengevaluasi
keberhasilan strategi perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ingin
dicapai.
2.4.2 Bentuk-bentuk Lapor an Keuangan
Dalam menganalisa dan menafsirkan laporan keuangan, seorang
penganalisis harus mempunyai pengertian mengenai bentuk-bentuk
maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah
yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan
A. Neraca
Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu. Neraca menunjukkan aktiva, hutang dan modal sendiri suatu
perusahaan pada hari terakhir periode akuntansi. Aktiva
menunjukkan penggunaan dana, hutang dan modal menunjukkan
sumber dana yang diperoleh.
Menurut Warsono dkk ( 2003:27 ) menyatakan bahwa neraca
adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
organisasi pada suatu periode tertentu. Sedangkan Menurut Sutrisno
( 2008:9 ), neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu.
Menurut Munawir ( 1990:13 ), neraca adalah Laporan yang
sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan
pada suatu saat tertentu. Sedangkan Menurut Darsono ( 2005:18 )
komponen neraca terdiri atas :
1. Aktiva ( Asset)
Yaitu kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang di
peroleh atau di kendalikan oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari
transaksi – transaksi atau kejadian – kejadian yang lalu. Dengan
a. Aktiva lancar
Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan berdasarkan
urutan yang paling lancar. Aktiva lancar disini adalah yang
paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas.
b. Aktiva tetap
Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan,
kendaraan dan peralatan yang lain yang dilakukan oleh
perusahaan. Aktiva tetap disusun berdasarkan urutan yang
paling tidak likuid (lancar).
c. Aktiva lain-lain
Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain
yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain
adalah kekayaan atau investasi yang tidak dikelompokkan
dalam aktiva tetap dan aktiva lancar.
2. Kewajiban
Menurut Darsono ( 2005:19 ) berpendapat bahwa kewajiban
adalah hak dari pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan
perusahaan, sedangkan ekuitas adalah hak pemilik atas kekayaan
besar kecilnya kemungkinan hak tersebut akan dibayar. Semakin
besar kemungkinan hak atas perusahaan dibayar, semakin atas
urutannya dalam neraca. Pembagian dalam sisi kewajiban dan
ekuitas dalam neraca adalah :
a. Kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban kepada
kreditor yang akan dibayarkan dalam jangka waktu satu
tahun kedepan. Komponennya antara lain adalah hutang
dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank yang jatuh
tempo dalam satu tahun, dan hutang-hutang lain.
b. Kewajiban jangka panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan
dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi atau satu tahun. Komponennya adalah hutang bank,
hutang obligasi, hutang wesel dan hutang surat-surat berharga
lainnya.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak pemilik atas perusahaan. Hak pemilik
likuiditas akhir. Komponen dari ekuitas meliputi modal saham
baik biasa maupun preferen, cadangan, laba ditahan, dan laba
tahun berjalan.
B. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan
jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu
perusahaan pada periode tertentu sebagaimana halnya neraca, laporan
laba rugi juga disusun tiap akhir tahun.
Menurut Sutrisno ( 2008:10 ), laporan rugi laba adalah
laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Sedangkan Menurut Warsono dkk ( 2003:28 )
menyatakan bahwa laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang
menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode
tertentu.
Astuti ( 2004:17 ) mengemukakan bahwa laporan laba rugi
merupakan laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban
perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya
setiap kuartal atau setiap tahun. Sedangkan Darsono ( 2005:20 )
laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan
misalnya bulanan atau tahunan. Untuk melihat periode waktu tertentu
yang dilaporkan, maka pembaca laporan laba rugi perlu
memperhatikan kepala (heading) pada laporan tersebut.
Komponen laba rugi menurut Darsono ( 2005:21 ) adalah :
a. Pendapatan/Penjualan
hasil penjualan produk atau jasa utama yang di hasilkan
perusahaan kepada pelanggan.
b. Harga Pokok Penjualan
Merupakan biaya produksi sesungguhnya dari produk atau jasa
yang di jual pada periode tersebut.
c. Biaya Pemasaran.
Biaya yang dikeluarkan untuk memesarkan produk dan jasa yag di
hasilkan pada periode tersebut, misalnya biaya iklan, biaya
salesman, dan biaya promosi.
d. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya yang di keluarkan untuk keperluan administrasi dan umum
perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi, biaya
e. Pendapatan Luar Usaha
Pendapatan yang di peroleh bukan dari bisnis utama perusahaan
misaknya keuntungan penjualan aktifa tetap, bunga bank bagi
perusahaan non bank, dan lain – lain.
f. Biaya Luar Usaha
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
laporan laba rugi merupakan suatu daftar perusahaan dimana
didalamnya didasarkan atas semua pendapatan dan biaya-biaya
sedemikian rupa yang terjadi pada periode tertentu yang disusun
secara sistematis sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah suatu
perusahaan itu memperoleh laba atau rugi.
C. Laporan Arus Kas
Laporan ini menggambarkan tentang perputaran uang (kas dan
bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan dan tahunan.
Laporan arus kas terdiri dari kas untuk kegiatan operasional dan kas
untuk kegiatan pendanaan.
D. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik
negatif, dalam hal ini artinya masih belum di bagi.
E. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan megnungkapkan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijkan akuntansi yang dipilih dan diterpkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam penyusunan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba rugi,
Laporan Arus kas
2.4.3. Tujua n Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan
yang dikutip oleh Sawir ( 2005:2 ) adalah :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
d. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan saat ini.
e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
f. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan
netto dari kekayaan sebagai hasil dari aktivitas usaha.
2.4.4. Kar akter istik Lapora n Keua ngan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi
pemakai. Menurut standar akuntansi keuangan ada empat karakteristik
kualitatif yang dikutip oleh Munawir ( 2007:21 ), yaitu :
a. Dapat dipahami Kualitas
Penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang
wajar.
b. Relevan
Untuk memperoleh manfaat yang baik, informasi harus relevan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan
dengan menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi dimasa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian
yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang
seharusnya disajikan. Agar dapat diandalkan, informasi haruslah
menggambarkan atau menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Hasil analisis dan interprestasi akan
memberikan gambaran internal tentang kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Dengan mengetahui hal tersebut, pemimpin perusahaan
dapat menetapkan keputusan yang tepat, efektif dan efisien dalam
memanfaatkan peluang dan menanggulangi ancaman yang dihadapi
perusahaan dalam lingkungan usahanya.
2.4.5. Pemakai Lapor an Keuangan
Menurut Darsono (2005:7-12) dalam UU No. 1/1995 tentang
Perseroan Terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu
alat pertanggung jawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus
perusahaan (Direksi dan Komisaris). Sebagai alat pertanggung jawaban,
laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Namun dengan
adanya keterlibatan pihak lain, maka laporan keuangan menjadi bagian
penting informasi kepada pihak lain non – pemilik, seperti kreditur,
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan
ataupun perkembangan suatu perusahaan antara lain :
1. Pemilik modal : Untuk menilai sukses tidaknya manajemen dalam
mengelola suatu perusahaan.
2. Manajemen : Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
perusahaan yang dipimpinnya, agar dapat dibuat
atau disusun perencanaan untuk masa yang akan
datang.
3. Karyawan : Karyawan tertarik pada informasi mengenai
stabilitas dan profitabilitas perusahaan karena
mereka ingin menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa,
pensiun, dan kesempatan kerja.
4. Para Investor : Dari laporan keuangan yang disajikan, investor
akan memutuskan apakah mereka menanamkan
modal kepada perusahaan atau tidak.
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya
dapat dibayar pada saat jatuh tempo dan apakah
kredit yang diberikan cukup mendapat jaminan
perusahaan.
6. Pemerintah : Pemerintah berkepentingan terhadap laporan ke-
uangan perusahaan untuk menentukan besarnya
pajak yang harus ditanggung perusahaan.
2.5. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
2.5.1. Penger tia n Usaha Mikr o, Kecil dan Menenga h
Pengertian Usaha Kecil dan Menengah Di indonesia sedikitnya terdapat
tiga pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai berikut:
1. Menurut BPS, suatu usaha yang dijalankan oleh kurang dari 4 tenaga kerja
disebut industri rumah tangga, kemudian jika usaha dijalankan oleh 5-19
pekerja digolongkan kepada industri kecil dan jika usaha dijalankan oleh
20 - 99 pekerja digolongkan industri menengah.
2. Menurut kementrian industri dan perdagangan, usaha yng mempunyai nilai
aset (tidak termasuk tanah dan bangunan ) dengan aset kurang dari 200
juta rupiah disebut industri kecil, sedangkan suatu usaha yang memiliki
3. Menurut undang - undang industri kecil tahun 1995 kementrian usaha kecil
dan menengah serta bank indonesia, usaha berskala kecil adalah usaha
yang mempunyai modal kurang dari 200 juta rupiah (tidak termasuk
tanah dan bangunan) atau memiliki penjualan kurang dari 1 milyar rupiah
per tahun (pustaka unpad.c.id)symposium kebudayaan indonesia –
Malaysia , wawan setiwan : 2007)
4. Biro pusat statistik indonesia (BPS) 1988 mendefinisikan usaha kecil
dengan ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang termasuk
pekerja kasar yang dibayar pekerja pemilik dan pekerja keluarga. Perusahaan
industri yang memiliki tenaga kerja urang dari 5 orang diklasifikasikan
sebagai industri rumah tangga (home industri). Berbeda dengan klasifikasi
yang dikemukakakn oleh Stanley dan Morse, bahwa industri yang menyerap
tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga. Industri
kecil menyerap 10-49 orang , industri sedang menyerap 50-59 orang dan
industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih ( Suryana, 2001:84 ).
Sedangkan definisi usaha menengah menurut instruksi presiden nomor 10
tahun 1999 adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha lebih besar dari Rp 200 juta
sampai paling banyak Rp. 10 miliar ( Suhardjono, 2003:33 ). Batasan usaha
kecil dan menengah - industri dagang menurut keputusan yang telah
1. Menurut undang - undang No. 9 tahun 1995 : mengenai usaha kecil dan
menengah yang disebut usaha kecil dan menengah adalah suatu usaha
yang mempunyai kekayaan bersih maksimum 200 juta rupiah di luar tanah
dan bangunan atau mempunyai omset penjualan maksimal 1 milyar rupiah
per tahun.
2. Menurut undang - undang No. 10 tahun 1999 mengenai usaha kecil dan
menengah industri dagang yang disebut usaha menengah adalah usaha
yang mempunyai kekayaaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai
dengan maksimal 10 milyar rupiah. Usaha kecil dan menengah binaan
dirjen IKDK berdasarkan SK menteri perindustrian dan perdagangan No.
589 tahun 1999 adalah usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya
sampai dengan 1 milyar rupiah.
2.5.2. Kr iter ia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Dalam undang - undang N0.9 / 1995 pasal 5 tentang usaha kecil
disebutkan beberapa kriteria usaha kecil dan menengah antara lain:
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha : atau memiliki
hasi penjualan tahunan paling banyak Rp. 1000.000.000 ( satu milyar ),(
Suryana 2001:84 ).
ketentuan Undang - Undang Nomor 9 tahun 1995 dan surat edaran bank
indonesia No. 3/9/Bkr tahun 2001 adalah sebagai berikut :
1.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2.Memiliki hasil penjualan bersih tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar.
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbdan
hukum atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.
Menurut Komisi untuk perkembangan ekonomi (Community For
Econommic Development) C.E.D dalam suryana ( 2001:84 )
mengemukakan kriteria usaha kecil yaitu manajemen berdiri sendiri,
manajer adalah pemilik modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok
kecil, daerah operasi bersifat lokal; ukuran dalam keseluruhan relatif
kecil.
dalam subanar ( 2001:2 ), kriteria dari bank inonesia, maka yang
termasuk katagori usaha kecil adalah:
a. Usaha Perdagangan
Keagenan, pengecer, ekspor/impor dan lain - lain dengan modal aktif
perusahaan (MAP) tidak melebihi 150.000.000/tahun dan capital
turn over ( CTO ) atau perputanan modal tidak melebihi Rp.
600.000,-
b. Usaha Pertanian
Pertanian maupun perkebunan, perikanan darat / laut peternakan dan
usaha lain yang termasuk lingkup pengawasan departemen pertanian.
ketentuan MAP dan CTO seperti usaha perdagangan diatas.
c.Usaha industri
Industri logam/kimia , makanan/ minuman , pertambangan , bahan
galian serta aneka industri kecil lainnya dengan batas MAP = Rp
250.000.000,- serta batas CTO = Rp 1000.000.000,-
d. Usaha jasa
Menjual tenaga pelayanan bagi pihak ketiga, konsultan, perencana,
perbengkelan, transportasi serta restoran dan lainnya dengan batas
e. Usaha jasa kontruksi
Kontraktor bangunan , jalan kelistrikan, jembatan pengairan dan
usaha - usaha lain yang berkaitan dengan teknik konstruksi
bangunan, dengan batas MAP dan CTO seperti usaha industri. Dari
masing - masing jenis usaha diatas batas jumlah tenaga perusahaan
tidak lebih dari 300 orang oleh perorangan yang merangkap sebagai
pemilik sealigus pengelola perusahaan, serta memanafaatkan tenaga
kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua rendahnya akses
industri kecil terhadap lembaga - lembaga kredit formal sehingga
mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
modal sendiri atau sumber - sumber lain seperti keluarga, kerabat,
pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha
kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum.
Keempat dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir
sepertiga bagian dari industri kecil bergerak pada kelompok industri
makanan, minuman dan tembakau, diikuti oleh kelompok industri
barang galian bukan logam, perabotan rumah tangga, masing -
masing berkisar antara 21 persen hingga 22 persen dari seluruh
industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok
industri kertas dan kimia relatif masih sangat sedikit yaitu kurang
2.5.3. Kekuatan Dan Kelemaha n Usaha Kecil d an Menengah
Menurut Suryana ( 2001: 85-86 ) usaha kecil memiliki kekuatan dan
kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain:
1. Memiliki kebebasan untuk bretindak.
Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru
dan perubahan mesin baru usaha kecil bisa bertindak dengan cepat
untuk menyesuaikan dengan kedaan yang berubah tersebut. Sedangkan
pada perusahaan besar tindakan tersebut sudah dilakukan.
2. Feleksibel.
Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada
umumnya menggunakan sumber - sumber setempat yang bersifat lokal.
3. Tidak mudah goncang.
Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat
lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi bahan
baku impor.
Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan kedalam
1. Aspek Kelemahan Struktural
yaitu kelelemahan dalam strukturnya, misalnya kelemahan dalam
bidang manajemen dan organisasi kelemahan dalam pengendalian
mutu kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi,
kesulitan mencari permodalan tenaga kerja masih lokal dan
terbatasnya akses pasar.
2. Aspek Kelemahan Cultural
mengakibatkan kelemahan struktural, kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses
permodalan, pemasaran dan bahan baku, seperti:
a. informasi peluang dan cara memasarkan produk.
b. informasi untuk mendapatkan bahan baku murah dan mudah
didapat.
c. informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha
besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh
bantuan permodalan dan pemasaran.
d. informasi tentang tata cara pengembangan produk baik desain,
kualitas maupun kemasannya.
persyaratan yang terjangkau.
Sedangkan Menurut Subanar ( 2001:6-9 ) usaha kecil memiliki
keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan usaha kecil antara lain:
1. Pemilik merangkap manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan
memiliki gaya manajemen sendiri ( merangkap semua fungsi
manajerial seperti marketing, finance dan administrasi).
2. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi sumber daya
baru serta barang dan jasa- jasa baru.
3. Resiko usaha menjadi beban pemilik
4. Prosedur hukumnya sederhana
5. Merupakan tipe usaha yang paling cocok mengelola produk, jasa atau
proyek perintisan yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang
mencobanya sehingga memiliki sedikit pesaing.
Sedangkan kelemahan serta hambatan bagi pengelolaanya suatu
usaha kecil diantaranya faktor intern serta beberapa faktor ekstern seperti :
1. Kekurangan informasi bisnis hanya mengacu pada intuisi dana ambisi
pengelola, lemah dalam promosi
pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar jam kerja
standar
3. Resiko utang - utang pada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan
pribadi
4. Perkembangan usaha tergantung kepada pengusaha yang setiap waktu
dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.
5. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik
2.5.4. Kar akter istik - kar akter istik utama dar i UMI (Usaha Mikro), UK
(Usaha Kecil) dan UM (Usaha Menengah) di NSB (Negara Sedang
Berkembang) Selain itu menurut suatu laporan BPS (2006) ada perbedaaan
antara UMI, UK dan UM dalam latar belakang atau motivasi pengusaha
melakukan usaha perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya harus dilihat
sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM dan
UB, ataupun antar subkategori di dalam UMKM itu sendiri. Menurut
laporan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sebagian besar pengusaha mikro di indonesia mempunyai latar belakang
ekonomi yakni alasan utama melakukan kegiatan tersebut adalah ingin
memperoleh perbaikan penghasilan. Ini menunjukkan bahwa pengusaha