• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS KOMPOS SAMPAH KOTA DENGAN PENGKAYA UREA DAN LIMBAH SISA PANEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS KOMPOS SAMPAH KOTA DENGAN PENGKAYA UREA DAN LIMBAH SISA PANEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1410-1939

31

PENINGKATAN KUALITAS KOMPOS SAMPAH KOTA

DENGAN PENGKAYA UREA DAN LIMBAH SISA PANEN

Ardiyaningsih Puji Lestari, Elly Indraswari, Yudi Achnova

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat – Jambi 36361 Telp./Fax: 0741-583051

Abstrak

Suatu Penelitian mengenai KUALITAS KOMPOS SAMPAH KOTA DENGAN PENGKAYA UREA DAN LIMBAH SISA PANEN telah dilakukan. Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan. Perlakuan bahan pengkaya kompos yang terdiri dari (p1) : Urea, (p2): limbah kacang tanah, (p3): limbah jagung hibrida, (p4) : limbah ubi kayu dan (p5) : Tanpa bahan pengkaya. Kualitas kompos akan diketahui setelah melakukan pengamatan terhadap Kadar N-Total C-Organik, C/N, P- Tersedia, C/P, C;N;P dan Karakteristik Kompos Sampah Kota dengan Bahan Pengkaya yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Limbah ubi kayu mempunyai kandungan N-total tertinggi dan berpotensi sebagai bahan pengkaya yang dapat menggantikan urea, (2) Kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah perlu penambahan bahan pengkaya berupa P dan N, sedangkan kompos dengan pengkaya limbah ubi kayu dan jagung perlu penambahan bahan pengkaya N, dan (3E Kompos sampah kota tanpa bahan pengkaya maupun yang diperkaya dengan limbah sisa panen mempunyai pH yang netral, namun pada sampah kota yang diperkaya dengan urea menunjukkan nilai pH yang agak alkalis, untuk itu membutuhkan bahan pengkaya yang dapat menurunkan pH, sehingga ketersediaan unsur hara N, P dan K relatif lebih baik.

Kata kunci : kompos sampah kota, bahan pengkaya

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan suatu kota, maka berbagai permasalahan akan berkembang pula, satu diantara masalah lingkungan hidup yang cukup terasa di kota-kota besar ialah timbulnya pencemaran oleh sampah yang merupakan limbah domestic masyarakat. Kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan tingkat hidup masyarakat, yaitu jumlah penduduk, keadaan social ekonomi dan kemajuan teknologi. Menurut Azwar (1990) Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan industry, tetapi yang bukan biologis, karena kotoran manusia tidak termasuk ke dalamnya dan umumnya bersifat padat. Sampah kota adalah sampah yang berasal dari perkebunan, sampah rumah tangga, pasar dan industri.

Salah satu masalah yang sekarang dihadapi oleh Pemerintah Kota Jambi adalah masalah penanganan sampah kota. Permasalahan sampah kota tidak hanya teknis, tetapi juga sosial, ekonomi dan budaya. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Talang Gulo di Kota Jambi daya tampungnya tersisa 15 – 20%, atau diperkirakan akan penuh

dalam 2 tahun ke depan. Produksi sampah yang meningkat dan sempitnya area TPA merupakan ancaman kota akan tertimbun sampah. Untuk itu diperlukan upaya penanggulangannya melalui pemanfaatan sampai menjadi bahan yang bernilai guna. Dengan demikian akan mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir.

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce, reuse dan recycle, sedangkan 4-R ditambah replace mulai dari sumbernya dan prinsip 5-R adalah dengan menambah replant. Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah ( KLH, 2005).

Produksi hasil sampingan sampah sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya pupuk organik. Pupuk organik bisa menggantikan pupuk kimia yang harganya tinggi dan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak. Pada umumnya, kompos yang dibuat secara alami mempunyai kandungan hara untuk setiap satuan berat sangat rendah dibanding pupuk kimia/sintetis, dari hasil analisis

(2)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009

32

laboratorium yang dilakukan terhadap kompos sampah kota Jambi di dapat bahwa hara yang dikandungnya adalah 0,19% N, 0,25% P dan 1,41% K. Disamping kelemahan yang dimilikinya, kompos sampah kota seperti halnya pupuk organik lainnya, memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pupuk kimia, yaitu peranannya dalam memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah yang secara langsung juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

Apabila bahan organik yang digunakan untuk bahan dasar kompos mengandung nitrogen rendah, maka dapat diperkaya dengan menambah limbah organik yang kaya nitrogen atau ditambah pupuk urea dengan dosis 1%N. Penambahan urea tidak boleh berlebihan, karena urea yang terlalu banyak akan mengakibatkan terjadinya volatilisasi dan denitrifikasi ( Sutanto, 2006 ).

Di samping urea, perlu hendaknya dicari alternatif yang bersifat alami dan tidak mahal untuk memperkaya kandungan hara kompos. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan limbah sisa panen di luar akar yang memiliki kandungan unsur hara nitrogen yang tinggi, yaitu Kacang tanah (70%), Jagung hibrida (45%) dan ubi kayu (61%) (Agus dan Widianto, 2004). Dengan meningkatnya kandungan hara kompos sampah kota maka kualitas kompos juga akan semakin baik dan perannya dalam memperbaiki sifat kimia tanah disamping sifat fisik dan biologi tanah akan dapat berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana kualitas kompos sampah kota yang ditambahkan dengan beberapa macam bahan pengkaya.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Kampus Pinang Masak Unja Mendalo. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan percobaan ini adalah 3 bulan.

Susunan perlakuan menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) yang diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut :

P1 = Urea

p2 = Limbah panen kacang tanah p3 = Limbah panen jagung hibrida p4 = Limbah panen ubi kayu p5 = Tanpa bahan pengkaya

Pelaksanaan Percobaan

-Penyiapan tempat/lokasi pengomposan

-Pengumpulan limbah sisa tanaman kacang tanah, jagung dan ubi kayu

-Pencacahan bahan kompos -Pengenceran biodekomposer

-Penambahan biodekomposer pada bahan yang sudah dicacah

-Pengadukan campuran hingga merata, dan pastikan bahwa semua bahan kompos sudah basah namun tidak sampai menghasilkan genangan air

-Masukkan hasil campuran di ruang/lantai pengomposan yang sudah disiapkan

-Tutup rapat kompos dengan plastik terpal. Suhu bahan akan meningkat akibat fermentasi hingga 55 – 600C, lalu menurun. Bila suhu sudah stabil, berarti proses pengomposan sudah selesai -Pembalikan, dilakukan untuk membuang panas

yang berlebihan dan memasukkan udara segar ke tumpukan bahan

-Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering yang ditandai dengan tidak keluarnya air pada waktu bahan diperas

-Pematangan

-Sambil menungggu pengomposan bahan pengkaya, dilakukan Pengambilan/pengumpulan sampah kota di TPA

-Dilakukan pemisahan sampah dari bahan-bahan anorganik seperti besi, plastik, kaca dan lain-lain -Dilakukan analisis kimia untuk masing-masing

kompos bahan pengkaya

-Campurkan sampah kota dengan kompos bahan pengkaya masing-masing limbah dengan jumlah N yang sama untuk setiap kompos bahan pengkaya

-Inkubasi selama 20 hari

-Analisis fisik dan kimia kompos sampah kota yang sudah diberi bahan pengkaya sesuai perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan

Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bahan pengkaya kompos sampah kota yang berbeda yang dalam hal ini adalah Urea, limbah kacang tanah, limbah jagung dan limbah ubi kayu akan mempengaruhi secara nyata kualitas kompos sampah kota yang meliputi kadar C-organik, N-Total dan rasio C/ N.

Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf 1% disajikan pada tabel 2 berikut

(3)

Ardiyaningsih Puji Lestari, Elly Indraswari, Yudi Achnova :Peningkatan Kualitas Kompos Sampah Kota dengan Pengkaya Urea dan Limbah Sisa Panen

33 Tabel 2 : C-organik, N-Total, dan C/N kompos sampah kota dengan bahan pengkaya yang berbeda

Bahan Pengkaya Kompos C-organik ( % ) N-Total ( % ) C/N Urea Kacang tanah Jagung Ubi Kayu Tanpa pengkaya 3,273 d 9,698 b 12,723 a 9,520 b 7,746 c 0,693 a 0,463 b 0,333 c 0,365 c 0,19 d 9,13 c 21,06 b 38,42 a 26,1 b 40,77 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 1%

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kompos sampah kota yang tidak ditambahkan bahan pengkaya memiliki kadar N yang sangat rendah bila dibandingkan dengan kompos sampah kota yang telah ditambahkan bahan pengkaya. Dengan demikian penambahan bahan pengkaya baik itu yang bersifat anorganik maupun organik dapat meningkatkan kualitas kompos sampah kota.

Penambahan bahan pengkaya Urea mampu memberikan peningkatan kadar N yang tertinggi, sedangkan limbah jagung dan ubi kayu memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan kadar N pada kompos. Penambahan limbah kacang tanah sebagai pengkaya kompos sampah kota akan meningkatkan kadar N total yang lebih tinggi bila dibanding dengan limbah jagung dan ubi kayu.

Tabel 3: P-tersedia, C/P dan C;N;P kompos sampah kota dengan bahan pengkaya yang berbeda

Bahan Pengkaya Kompos P-Tersedia( % ) C/P C ; N ; P

Urea Kacang tanah Jagung Ubi Kayu Tanpa pengkaya 0,452 0,018 0,149 0,133 0,07 21,965 65,087 85,386 63,896 110,66 7 ; 2 ;1 539 ; 26 ; 1 85 ; 2 ; 1 72 ; 3 ; 1 111 ; 2 ; 1

Tabel 4 : Karakteristik Kompos Sampah Kota dengan Bahan Pengkaya yang Berbeda Bahan Pengkaya Kompos pH P-Tersedia ( ppm ) K-tersedia (me/100 g) KTK ( me/100 g ) Urea Kacang tanah Jagung Ubi Kayu Tanpa pengkaya 8,48 ( AA) 7,30 (N) 7,54 (N) 7,23 (N) 7,09 (N) 45,18 (ST) 1,78 (SR) 14,98 (R) 13,31 (R) 6,96 (SR) 0,34 (SR) 1,09 (SR) 2,70 (SR) 1,70 (SR) 0,3 (SR) 25,05 (T) 21,77 (S) 16,84 (S) 19,65 (S) 18,44 (S) Keterangan : Kriteria PPT (1983) : N=Netral, AA=Agak alkalis, SR=Sangat rendah, R=Rendah, S=Sedang, T=Tinggi dan ST=Sangat tinggi

Dari hasil pengamatan terhadap pH kompos sampah kota, ternyata kompos sampah kota yang tidak ditambahkan bahan pengkaya maupun yang ditambahkan dengan bahan pengkaya limbah sisa panen memiliki pH yang netral. Keadaan ini akan berbeda apabila bahan pengkaya yang digunakan adalah urea, dimana penambahan urea pada kompos sampah kota akan meningkatkan pH menjadi agak alkalis.

Hal yang sama juga terjadi untuk KTK kompos sampah kota, dimana penambahan bahan pengkaya limbah panen tidak mampu merubah KTK kompos sampah kota dari kategori sedang, sedangkan bila menggunakan bahan pengkaya urea akan mengakibatkan KTK kompos sampah kota

menjadi tinggi. Kompos sampah kota yang tidak ditambahkan bahan pengkaya maupun yang ditambahkan dengan urea dan limbah panen memiliki kada K-tersedia yang sama, yaitu pada kisaran sangat rendah.

Untuk kadar P-Tersedia, kompos sampah kota yang tidak menggunakan bahan pengkaya memiliki kadar P yang terendah sama dengan yang dimiliki oleh kompos yang diperkaya dengan kacang tanah. Kadar P kompos akan meningkat bila pada bahan kompos sampah kota ditambahkan bahan pengkaya berupa limbah jagung dan ubi kayu. Kadar P akan jauh meningkat dan akan menjadi sangat tinggi bila bahan pengkaya yang

(4)
(5)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009

34

Pembahasan

Karbon organik merupakan senyawa sederhana maupun kompleks yang terdapat pada tanaman sebagai hasil fotosintesis tanaman. Jenis tanaman yang berbeda juga mempunyai kemampuan menyimpan karbon yang berbeda. Unsur karbon yang diambil tanaman selama proses fotosintesis ini akan kembali terlepas ke udara bila sisa tanaman atau limbah organik terdekomposisi. Proses dekomposisi secara aerobik akan membebaskan karbon dalam bentuk CO2,

sedangkan dalam kondisi anaerobik karbon akan dilepaskan dalam bentuk gas metan (CH4).

Sampah kota sebagai produk buangan domestik mengandung berbagai macam limbah organik, seperti sisa sayuran, tanaman dan sisa makanan yang mengandung carbon (C) berupa senyawa sederhana maupun kompleks. Kompos sampah kota yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar C-Organik sebesar 7,750% atau bahan organik sebesar 13,36%, sisanya sebesar 86,63% merupakan bahan mineral. Ini mengindikasikan bahwa kompos sampah kota yang diambil dari tempat pembuangan akhir (TPA) yang dipergunakan sebagian besar kandungannya berupa tanah mineral.

Hasil pengamatan terhadap kadar C-Organik didapat bahwa kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah jagung mempunyai C-Organik yang lebih tinggi (12,7235) bila dibanding dengan kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah (9,698%) dan limbah ubi kayu ( 9,520%), dan selanjutnnya pengkayaan kompos sampah kota dengan menggunakan urea mampu menurunkan kandungan C-Organik kompos (3,273%) sehingga paling rendah bila dibanding perlakuan lainnya.

Bila dibandingkan dengan C-Organik sampah kota yang hanya sebesar 7,746% dan C-Organik bahan pengkaya berupa kompos jagung, kacang tanah dan ubi kayu berturut-turut sebesar 46,667%; 39,222%; 47,323% dapat dinyatakan bahwa penambahan bahan pengkaya menyebabkan meningkatnya kandungan C-organik kompos yang diperkaya. Lebih tingginya kandungan C-Organik dengan pengkaya limbah jagung bila dibanding dengan perlakuan lainnya diduga karena proses pengomposan pada limbah jagung berjalan lebih lambat dibanding dengan limbah lainnya. Hal ini terlihat dari kompos jagung yang jauh lebih basah dan berserat dibandingkan dengan kompos yang diperkaya dengan limbah kacang.tanah maupun ubi kayu. Kandungan C-Organik pada kompos sampah kota yang diperkaya dengan urea dapat disebabkan oleh meningkatnya aktivitas

mikroorganisme yang disebabkan karena adanya tambahan N dari Urea.

Hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dalam proses pengomposan akan menghasilkan sejumlah unsur nitrogen yang penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman dan merupakan salah satu parameter dalam standar kualitas pupuk organik. Hasil analisis kandungan unsur hara N kompos sampah kota yang diperkaya dengan urea sesuai dosis anjuran untuk tanaman pangan, mempunyai kandungan N total tertinggi (0,693%). Kadar N yang dimiliki kompos ini lebih tinggi bila dibanding dengan kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah panen kacang tanah, ubi kayu maupun jagung yang berturut-turut adalah 0,463%; 0,365% dan 0,333%. Namun bila dibanding dalam kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah panen, maka kompos sampah kota dengan pengkaya limbah kacang tanah memiliki kadar N yang lebih tinggi dibanding dengan pengkaya limbah jagung dan ubi kayu. Kadar N terendah didapat pada kompos sampah kota yang tidak menggunakan bahan pengkaya (0,19%)

Secara umum seluruh kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah pertanian mempunyai N-total yang sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan N-total kompos sampah kota tanpa bahan pengkaya. Penambahan bahan pengkaya menyebabkan N-Total kompos menjadi jauh meningkat. Hal ini disebabkan karena bahan pengkaya yang dijadikan kompos juga mengandung N-Total, yaitu berturut-turut 1,484%; 2,161% dan 0,458%.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos sampah kota yang ditambah bahan pengkaya dengan kadar N-total tertinggi (kompos ubi kayu), setelah dikombinasikan dengan kompos sampah kota belum tentu menghasilkan N-Total tertinggi. Hal ini diduga karena kompos ubi kayu lebih mudah terdekomposisi dan lebih mudah melepaskan N ke udara. Ketidakteraturan ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat kematangan kompos bahan pengkaya yang relatif tidak sama.

Nilai C/N menunjukkan tingkat kematangan kompos. Nilai C/N lebih dari 30 menurut Sutanto (2006) menunjukkan proses pengomposan yang belum selesai. Pengamatan yang telah dilakukan menghasilkan nilai C/N kompos sampah kota yang diperkaya oleh limbah ubi kayu dan kacang tanah tidak berbeda, yaitu 26,10% dan 26,01%. C/N akan meningkat bila bahan pengkaya yang digunakan adalah limbah jagung (38,42%). C/N terendah akan didapat bila menggunakan bahan pengkaya berupa urea. (9,03%). Tinggi rendahnya

(6)

Ardiyaningsih Puji Lestari, Elly Indraswari, Yudi Achnova :Peningkatan Kualitas Kompos Sampah Kota dengan Pengkaya Urea dan Limbah Sisa Panen

35 nilai C/N ini sangat dipengaruhi oleh C/N bahan

asal kompos dan bahan asal pengkaya serta proses dekomposisi selama proses pengomposan itu sendiri.

Menurut Stevenson (1994), jasad mikro dapat memineralisasi bahan organik bila C/N sama dengan 20 – 25. Bila C/N di bawah 20, maka kelebihan N akan dibebaskan ke dalam tanah (bila kompos diaplikasikan ke tanah) dalam bentuk NH4 atau NO3- dan tersedia bagi tanaman. Sebaliknya

bila C/N lebih besar dari 25, maka besarnya dekomposisi ditentukan oleh berapa banyak N anorganik yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk memenuhi kebutuhannya. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein mikroba itu sendiri. Berdasarkan hal ini, maka kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah jagung atau ubi kayu akan mengalami proses dekomposisi yang terhambat, karena jumlah N anorganik yang dapat digunakan untuk sintesis protein yang tersedia lebih sedikit bila dibanding dengan jumlah bahan organik yang akan dirombak, sehingga N menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Namun pada kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah akan terus mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik, karena N anorganik yang dibutuhkan oleh jasad mikro relatif tersedia selama proses dekomposisi. Pada perlakuan kompos sampah kota yang diperkaya dengan urea, terlihat bahwa C-organik, hal ini dapat disebabkan karena jasad mikro memperoleh cukup N-anorganik yang berasal dari urea untuk merombak bahan organik yang ada, akibatnya jumlah C-organik jauh lebih rendah dan N banyak tersedia.

Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap C-organik, N-total dan C/N, maka dapat disimpulkan bahwa limbah ubi kayu mempunyai kandungan N-total tertinggi dan berpotensi sebagai bahan pengkaya dan subtitutor urea, namun masih harus diturunkan nilai C/N rasionya hingga di bawah 20 melalui penambahan bahan pengkaya N yang murah dan mudah didapat, sehingga N relatif lebih tersedia bagi tanaman. Bahan pengkaya berupa limbah kacang tanah dan jagung membutuhkan bahan pengkaya N yang relatif lebih banyak, karena C/N rasio bahan ini jauh lebih tinggi.

Unsur P pada bahan organik sebagian besar dalam bentuk P-organik (dapat mencapai 75%), dan hanya sebagian kecil dalam bentuk P-anorganik (Driessen, 1974). Proses immobilisasi (penggunaan oleh jasad mikro) maupun proses mineralisasi (Pengubahan organik menjadi P-anorganik oleh jasad mikro sehingga tersedia bagi

tanaman) tergantung dari C/P rasio dan C;N;P. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kandungan P kompos umumnya kurang dari 0,57% (standar PUSRI kandungan P2O5 adalah 1,3% atau lebih

besar, setara dengan 0,57% P). Hal ini disebabkan bahan kompos sampah kota maupun bahan pengkayanya sedikit mengandung P, kondisi ini menyebabkan proses mineralisasi P-organik oleh jasad mikro akan dibatasi oleh kekurangan energi yang tersedia, karena P merupakan salah satu sumber unsur yang dibutuhkan dalam metabolisme jasad mikro untuk merombak bahan organik.

Stevenson (1994) menyatakan bahwa P-organik akan diimmobilisasi oleh jasad mikro bila C/P mencapai 300%. Pada C/P mencapai 200% mineralisasi akan berjalan lebih cepat dari immobilisasi, sehingga P akan lebih tersedia bagi tanaman. Proses mineralisasi akan konstan pada C;N;P bernilai 100 ; 10 ; 1. Berdasarkan ini, dapat dinilai bahwa pada perlakuan kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah dengan nilai C/P sebesar 539 dan C;N;P sebesar 539 ; 26 ; 1, menyebabkan P dan N yang ada akan diimobisasi oleh jasad mikro, namun jumlah P dan N ini tidaklah cukup untuk memineralisasi seluruh bahan organik (C-organik) yang ada, sehingga aktivitas jasad mikro akan menurun. Pada perlakuan kompos sampah kota tanpa bahan pengkaya dan yang diberi pengkaya limbah jagung atau ubi kayu, nila C/P jauh lebih rendah dari 200 dan nilai C;N;P jauh lebih rendah dari 100;10;1. Hal ini menunjukkan bahwa proses mineralisasi bahan organik masih dapat berjalan, namun dibatasi oleh kurangnya N-anorganik dan P-anorganik yang merupakan unsur yang juga dibutuhkan oleh jasad mikro dalam merombak bahan organik. Kompos yang diperkaya dengan urea memiliki C/P yang sangat rendah, demikian pula dengan C;N;P. Hal ini diduga akibat dari penambahan N yang berasal dari urea, jasad mikro memperoleh cukup N bahkan berlebih dari yang dibutuhkan jasad mikro, namun tidak dimbangi dengan ketersediaan unsur P, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas aktivitas jasad mikro dalam merombak bahan organik.

Berdasarkan pembahasan di atas maka kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah perlu penambahan bahan pengkaya berupa P dan N sehingga nilai C/P dapat mendekati 200 dan nilai C;N;P dapat mendekati 100;10;1. Dengan demikian mineralisasi akan berjalan lebih cepat dari immobisasi dengan konstan, dan P maupun N hasil proses dekomposisi akan lebih tersedia bagi tanaman. Lain halnya dengan kompos yang diperkaya

(7)

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009

36

dengan ubi kayu dan jagung yang mempunyai nilai C-organik mendekati angka ideal, namun nilai N masih terlalu kecil dan menjadi faktor pembatas utama bagi jasad mikro dalam merombak bahan organik. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya penambahan bahan pengkaya N yang murah dan mudah didapat.

Salah satu faktor penting bagi aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik adalah tingkat kemasaman (pH). Pada awal pengomposan akan terjadi reaksi perombakan bahan-bahan oganik menjadi asam organik sederhana, sehingga akan mengakibatkan suasana cenderung agak masam. Namun akan mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH sekitar netral. Kondisi pH ini juga akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro, salah satunya adalah K yang juga penting bagi jasad mikro selama proses pengomposan sekain unsur N dan P. Di samping itu pH juga mempengaruhi Kapasitas Tukar kation kompos, karena sumber KTK kompos hampir seluruhnya bersumber dari gugus-gugus fungsional yang terbentuk selama proses dekomposisi bahan organik. Menurut Driessen dan Soepraptohardjo (1974) bahwa sebagian besar berupa gugus karboksil, dan sedikit dari gugus fenol dan enol. Kemampuan gugus-gugus fungsional ini dalam melepaskan dan menahan kation akan meningkat dengan semakin tingginya KTK dan sebaliknya.

Pemberian urea pada bahan pengkaya mengakibatkan kompos sampah kota menjadi agak alkalis, sedangkan kompos yang tidak ditambahkan bahan pengkaya maupun yang ditambah dengan limbah panen memiliki pH yang netral serta sesuai dengan standar kualitas pupuk organik menurut Departemen Pertanian. (pH standar untuk pupuk organik 4 – 8). Nilai standar untuk K-tersedia tidak ada, namun nilai K-tersedia berkisar dari 0,3 – 2,7 me/100 g bahan kompos. Nilai KTK untuk kompos sampah kota tanpa pengkaya, pengkaya limbah jagung, ubi kayu dan kacang tanah berturut-turut adalah 18,4 ; 16,8, 19,7 dan 21,8 me/100 g bahan kompos dan termasuk dalam kriteria sedang. Hanya kompos sampah kota yang diperkaya urea yang mempunyai KTK tertinggi, yaitu sebesar 25,1 me/100 g bahan kompos dan termasuk dalam kriteria tinggi

KESIMPULAN

1. Kompos sampah kota tanpa bahan pengkaya maupun yang diperkaya dengan limbah sisa panen mempunyai pH yang netral, namun pada sampah kota yang diperkaya dengan urea menunjukkan nilai pH yang agak alkalis, untuk itu membutuhkan bahan pengkaya yang dapat menurunkan pH, sehingga ketersediaan unsur hara N, P dan K relatif lebih baik.

2. Limbah ubi kayu mempunyai kandungan N-total tertinggi dan berpotensi sebagai bahan pengkaya dan subtitutor urea, namun harus ada harus ada usaha untuk menurunkan C/N rasio hingga di bawah 20 melalui penambahan bahan pengkaya N yang murah dan mudah didapat, sehingga N relatif lebih tersedia dan jasad mikro juga lebih aktif serta N hasil perombakan menjadi tersedia bagi tanaman. Demikian juga dengan bahan pengkaya berupa limbah kacang tanah dan jagung.

3. Kompos sampah kota yang diperkaya dengan limbah kacang tanah perlu penambahan bahan pengkaya berupa P dan N, sehingga nilai C/P dapat mendekati 200 dan nilai C;N;P dapat mendekati 100 ; 10 ; 1, sehingga mineralisasi akan berjalan lebih cepat dari immobilisasi dan konstan, dan P akan lebih tersedia bagi tanaman. Sedangkan kompos dengan pengakaya limbah ubi kayu dan jagung perlu penambahan bahan pengkaya N.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. Dan Widianto. 2004. Petunjuk praktis konservasi tanah lahan kering. World Agroforestry Center. ICRAF. South east Asia

Azwar. A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara JakartaDriessen.P.M and Soepraptohardjo. 1974. Soil for Agriculture Expansion in Indonesia. Soil Research Institute. Bogor

KLH. 2005. Buku Panduan Mengelola Sampah Rumah Tangga dengan Prinsip 4R. KLH Kantor Wilayah Sumatera. Pekanbaru

Stevenson, F.J. 1994. Humus chemistry ; Genesis, Composition, Reactions 2th ed. John Wiley & sons, Inc. New York

Sudrajat, 2006. Mengelola sampah kota. Penebar Swadaya. Depok. Jawa Barat

Sutanto. R.,2006. Penerapan pertanian organik. Kanisius. Jogjakarta

Gambar

Tabel 3: P-tersedia, C/P dan C;N;P  kompos sampah kota dengan bahan pengkaya yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Output dari usulan Fasilitas Alat Produksi Film dan Pendokumentasian Seni Budaya untuk peningkatan kapasitas alat sarana dan prasarana Sinematografi Sejarah &

Kondisi penyebaran alam dari saprofit Trichoderma mengartikan bahwa jamur ini umumnya terdapat pada lapisan tanah atas (F dan H) dimana kerapatan yang tinggi dari miselium

Dengan demikian, aplikasi dan panduan Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah telah memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli sehingga

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul : “ANALISIS

Besarnya pengaruh secara simultan antara variabel suhu, kelembaban, jenis kontainer, keberadaan kontainer, perilaku alamiah tata kelola tempat penampungan air dan

Pertimbangan kami untuk pabrik sodium nitrat yang akan beroperasi pada tahun 2020 mendatang mengacu pada hasil perkiraan kebutuhan sodium nitrat pada tahun 2020 yaitu

Berdasarkan analisis hasil tidak terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk NPK terhadap semua sifat agronomis meliputi variabel pertumbuhan, hasil

Hal tersebut menginterpretasikan bahwa hasil penelitian secara tidak langsung mendukung penelitian serupa milik Henle dan Blanchard (2008) yang menyatakan jika