• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov)."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov).

Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur yang lazimnya disebut jamur akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah R. lignosus (Klotzsch) Imazeki atau R. microporus (Swartz: Fr.)van ov., Poliporus lignosus Klotzsch, meskipun sampai sekarang jamur ini sering dikenal dengan nama Fomes lignosus (Klotzsch) Bres (Semangun, 2000).

Biologi Penyebab Penyakit

Jamur R. microporus dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Fungy Filum : Basidiomycota Klas : Basidiomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Polyporacceae Genus : Rigidoporus

Species : Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov. (Alexopoulos , 1996)

Jamur akar putih disebabkan R. microporus (Swartz:fr.)van Ov. Jamur ini membentuk badan buah mirip topi pada akar, pangkal batang, atau tunggul-tunggul tanaman. Badan buah berwarna jingga kekuning-kuningan. Permukaan bawah badan buah terdapat lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang tua akan mengering dan berwarna coklat (Tim Penulis PS, 1999).

(2)

JAP membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal. (Gambar 1). Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepihnya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat dan permukaan bawahnya cokelat kemerahan (Semangun, 2000).

Gambar 1. Tubuh buah jamur Rigidoporus microporus Sumber : http://nad.litbang.deptan.go.id

Menurut Steinmann (1925) dalam Semangun (2000) lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda terdiri atas benang-benang jamur yang terjalin rapat. Dibawahnya terdapat lapisan pori kemerahan atau kecokelatan dengan garis tengah 45-80 μm , panjang berbeda-beda umumnya 0,7-1,0 μm.

(3)

Rigidoporus microporus jamur yang bersifat parasit fakultatif, artinya

dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Jamur R. microporus tidak dapat bertahan hidup apabila tidak ada sumber makanan. Bila belum ada inang jamur ini bertahan di sisa-sisa tunggul (Liyanage, 1976).

Gejala Serangan

Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan pada warna daun. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal. Setelah itu daun- daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa gugurnya daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon mempunyai mahkota yang jarang. Ada kalanya tanaman membentuk bunga/ buah lebih awal (Rahayu, dkk., 2006).

Pada tanaman muda gejalanya mirip dengan tanaman yang mengalami kekeringan. Daun-daun berwarna hijau kusam dan lebih tebal dari yang normal. Daun tersebut akhirnya menjadi cokelat dan mengering. Pohon akhirnya tumbang dengan daun yang masih menggantung. Ada kalanya pohon tiba-tiba tumbang tanpa menimbulkan gejala kematian tajuk, karena akar tanaman telah busuk dan mati. Apabilah leher akar tanaman yang terserang dibuka, akan tampak rizomorf jamur berwarna putih, baik diakar tunggang ataupun di akar lateral. Akar- akar tersebut akan busuk dan tanaman akan mati (Sinulingga, 1989).

Pada permukaan akar yang sakit terdapat benang-benang miselium jamur (Rizomorf) berwarna putih menjalar di sepanjang akar. Di sini benang-benang meluas atau bercabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas seperti bulu, benang-benang melekat erat pada permukaan akar (Gambar 2). Kadang-kadang

(4)

berwarna kekuningan, dalam tanah merah tanahnya dapat kemerahan atau kecokelatan, kulit yang sakit akan busuk dan warnanya cokelat. Kayu dari akar yang baru saja mati tetap keras, berwarna cokelat, kadang-kadang agak kekelabuan. Pada pembusukan yang lebih jauh, kayu berwarna putih atau krem, tetapi padat dan kering, meskipun di tanah basah kayu yang terserang dapat busuk dan hancur (Basuki dan Wisma, 1995).

Gambar 2. Rizomorf pada permukaan akar karet yang terserang

R. microporus

Serangan lebih lanjut JAP akan membentuk badan buah, berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi kuning mudah atau keputihan. Badan buah berisi spora-spora jamur yang akan berkembang dan keluar dari tubuh buah. Spora tersebut akan berpencar dan menyerang tanaman karet yang masih sehat (Fairuzah, dkk., 2008).

(5)

Penularan

Penularan jamur akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul atau pohon yang sakit. Selain persinggungan, penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang membawa spora jamur ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan tumbuh dan membentuk koloni. Kemudian jamur akan merambat ke akar cabang tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui pertautan akar. Stum atau bahan tanaman sebagai bibit juga dapat menjadi sebab tersebarnya pnyakit di areal kebun karet (Tim Penulis PS, 1999).

Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit, maka rizomorf JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi pada tanaman jirannya, sehingga perkembangan penyakit semakin lama semakin meluas (Sujatno, dkk., 2007).

Faktor yang Mempengaruhi Jamur Akar Putih

Jamur akar putih (JAP) dapat menyerang tanaman karet pada bermacam-macam umur. Penyakit akar putih terutama timbul pada kebun-kebun muda. Pada umumnya gejala mulai tampak pada tahun-tahun ke-2. Sesudah tahun ke-5 atau ke-6 infeksi-infeksi baru mulai berkurang, meskipun dalam kebun-kebun tua penyakit dapat berkembang terus (Semangun, 2000). JAP dapat mematikan tanaman karet yang berumur 3 tahun dalam waktu 6 bulan dan tanaman karet umur 6 tahun dalam waktu 12 bulan (Yusuf, dkk 1992).

(6)

Setelah patogen menginfeksi tanaman, perkembangan selanjutnya bergantung pada pH, kandungan bahan-bahan organik, kelembapan dan aerase tanah. R. micropous dapat tumbuh baik pada kelembapan diatas 90%, kandungan bahan organik tinggi serta aerase yang baik. Apabila kondisi ini sesuai, patogen dapat menjalar sejauh 30 cm dalam waktu 2 minggu (Sinulingga dan Eddy, 1989).

Pada umumnya intensitas JAP memuncak pada umur tanaman 3-4 tahun pada saat ini terjadi pertautan akar antar gawangan, faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit, tanah yang gembur/ berpori, dan yang beraksi netral (pH 6-7), dengan suhu lebih dari 20o C sangat baik bagi perkembangan penyakit. Penyakit berkembang cepat pada awal musim hujan. Tunggul yang terbukamerupakan medium penularan JAP dan akar-akar yang terinfeksi merupakan sumber penularan lebih lanjut (Soepena, 1984).

Di Sumatera Utara kebun-kebun yang terletak di tanah podsolik merah kuning kurang menderita kerugian dari jamur akar putih, daripada yang terdapat di tanah aluvial. Ini disebabkan karena tanah tersebut lebih masam, sehingga

Rigidoporus tidak dapat berkembang dengan baik. Selain itu di tanah yang lebih

masam terdapat jamur Trichoderma spp., yang menjadi antagonis bagi

Rigidoporus dapat berkembang dengan baik (Semangun, 2000).

Pengendalian Penyakit R. microporus

Menurut Semangun (2000) pengendalian dapat dibagi menjadi dua kelompok kegiatan, yaitu: membersihkan sumber infeksi, sebelum dan sesudah penanaman karet dan mencegah meluasnya penyakit dalam kebun.

(7)

Sumber infeksi berasal dari pohon-pohon hutan yang sakit, atau tunggul-tunggul pohon hutan yang terinfeksi, sedang pada peremajaan berasal dari pohon karet tua yang sakit atau tunggul-tunggul tua pohon yang sakit. Tunggul-tunggul yang terdapat di kebun harus dibongkar. Jika pembongkaran tunggul tidak dapat dilakukan, untuk mempercepat pembusukan akar dilakukan peracunan tunggul (stump poisoning) dan peracunan pohon. Agar tunggul yang baru tidak dapat diinfeksi oleh spora R. microporus, sehabis penebangan bidang potongan harus segera ditutup dengan obat penutup luka (Semangun, 2000).

2. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun

Pembuatan selokan isolasi (parit isolasi) disekitar tanaman yang terserang yang bertujuan untuk mematahkan hubungan antara bagian jala-jala akar yang sakit dengan yang sehat. Jeluk (dalamnya) parit isolasi berpariasi antara 60 cm dan 90 cm dengan lebar lebih kurang 30 cm. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan monitoring JAP di lapangan. Monitoring ini dapat dilakukan seperti pembukaan leher akar. Pembukaan leher akar ini bertujuan agar pangkal dari akar tunggang dan akar-akar samping tidak tertutup tanah, karena jamur R. microporus tidak dapat berkembang dengan baik pada akar-akar yang berada di luar tanah (Semangun, 2000).

Trichoderma harzianum Rifai.

Trichoderma harzianum merupakan salah satu jenis cendawan yang mampu berperan sebagai pengendali hayati karena mempunyai aktivitas antagonistik yang tinggi terhadap cendawan patogen tular tanah. Cendawan ini termasuk jenis cendawan tanah, sehingga sangat mudah didapatkan di berbagai

(8)

macam tanah, di permukaan akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat diisolasi dari kayu busuk atau serasah (Suwahyono dan Wahyudi, 2001).

Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk

pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan benih maupun melalui kompos. Selain itu Trichoderma spp. sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam waktu lama dan dapat diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau granular /butiran (Arwiyanto, 2003).

Sifat antagonis jamur Trichoderma sp. telah diteliti sejak lama. Inokulasi

Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang

menyerang di persemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan jamur ini yang dapat diisolasi dari biakan yang ditumbuhkan di dalam petri. Spesies lain dari jamur ini telah diketahui bersifat antagonistik atau parasitik terhadap jamur patogen tular tanah yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman pertanian (Khairul, 2001).

Biologi T. harzianum Rifai.

Dalam Agrios (1996), jamur ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Sub divisio : Deuteromycotina

(9)

Ordo : Moniliales Famili : Moniliaceae Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma harzianum Rifai

Konidium (fialospora) jorong, bersel 1, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru. Pada umumnya bersifat saprofit dalam tanah, dan banyak jenisnya yang mempunyai daya antagonistik terhadap jamur-jamur parasit (Semangun, 1998). Koloni jamur pada media agar menyebar, mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi hijau (Gambar 3). Hifa vegetatif hialin (Gilman, 1971).

Gambar 3. Isolat T. harzianum pada media PDA Sumber: http://harshbio.tripod.com/trichoderma1

Koloni pada medium OA (Oat Agar) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Sebaliknya koloni tidak berwarna. Konidiofor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang berulang

(10)

ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi bertambah pendek (Gambar 4.a). Fialid tampak langsing dan panjang terutama pada aspeks dari cabang, dan berukuran 18 x 2,5 μm (Gambar 4.b). Konidia berbentuk semi bulat hingga oval pendek (Gambar 4.c), berukuran (2,8 - 3,2) x (2 ,5-2,8) m, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar dan kadang-kadang terminal, umumnya berbentuk bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Gandjar dkk, 1999).

Gambar 4. Konidia T. harzianum (a. Konidiofor ,b. Phialid, c. Konidia) Sumber: a). http://www.mycology.adelaide.edu.au/

b). Foto langsung

Ekologi Trichoderma harzianum Rifai.

Spesies Trichoderma adalah jamur tanah kosmopolitan (Waksman, 1952). Mereka berkoloni dalam kisaran yang luas dalam nisia tanah dari suhu dingin sampai iklim tropis pada tanah pertanian, tanah kebun buah, tanah hutan, tanah padang rumput dan tanah padang pasir (Domsch dkk., 1980).

a b

c

(11)

Kondisi penyebaran alam dari saprofit Trichoderma mengartikan bahwa jamur ini umumnya terdapat pada lapisan tanah atas (F dan H) dimana kerapatan yang tinggi dari miselium dapat dijumpai khususnya dalam serasah lembab hutan pohon berdaun jarum (Danielson dan Davey, 1973).

Jamur antagonis ini sering diisolasi dari tanah hutan, misalnya dibawah pohon pinus atau berdaun jarum, acacia, nothofagus, pohon berdaun lebar lainnya, pada pembibitan tanaman hutan, tanah hutan yang subur dibawah tetumbuhan pioner dalam komunitas tanaman hutan, sangat sering diisolasi dari tanah pertanian, tanah padang rumput, perkebunan jeruk, tanah kebun, kebun anggur, tanah lapang gambut, tanah rawa, tanah bergaram, tanah berpasir, tanah coklat, podsolik, gua, dan disemua jenis tanah di dunia. Jamur ini sering dijumpai di lapisan permukaan tanah, tetapi juga pada kedalaman tanah 120 cm, dan umumnya pada habitat yang agak asam. Jamur juga sering dijumpai pada tanah yang diperlakukan dengan alil alkohol atau beragam fungisida (Soesanto, 2008).

Konidium T. harzianum berkecambah pada kelembapan tanah antara -100 sampai -70 bar dan optimum pada kelembapan 30% di tanah. Perkecambahan jamur memerlukan sumber nutrisi luar dan CO2 pada kondisi miskin nutrisi. Bahkan pada kondisi asam, presentase perkecambahannya lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi netral. Suhu optimum untuk pertumbuhannya pada kisaran 15 - 35 ºC, dengan rerata suhu yang terbaik pada 30-36 ºC. Jamur mempunyai daya hambat tertinggi pada pH 5 - 6,4, sedangkan pH optimumnya antara 3,7 - 4,7 pada tekanan CO2 normal. Jamur antagonis ini mampu menguraikan pati dan selulosa serta herbisida dialat di dalam tanah meskipun lambat (Soesanto, 2008).

(12)

Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan Trichoderma adalah kelembaban, sedangkan kandungan garam tidak terlalu memengaruhi

Trichoderma. Penambahan HCO - dapat menghambat mekanisme kerja Trichoderma. Melalui uji biokimia diketahui bahwa dibandingkan sukrosa,

glukosa merupakan sumber karbon utama bagi Trichoderma, sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya berasal dari ekstrak khamir dan tripton (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, 2011).

Trichoderma harzianum mempunyai kemampuan untuk menjadi parasit bagi jamur lain, dimungkinkan karena T. harzianum mampu menghasilkan enzim-enzim yang mampu melisiskan dinding sel jamur lain, seperti enzim-enzim kitinase dan β-glukanase (Panji, 1998).

Rifai (1969) dalam Salma dan Gunarto (1999) yang menyatakan bahwa jamur antagonis Trichoderma spp dapat diisolasi dari tanah lokal, termasuk jamur selulolitik sejati karena mampu menghasilkan komponen selulase secara lengkap. Djatmiko dan Rohadi (1997) menyatakan Trichoderma spp. mempunyai kemampuan berkompetisi dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan Nitrogen dan Karbon.

Fisiologi Trichoderma harzianum Rifai.

Trichoderma spp. adalah jamur yang terdapat pada hampir semua tanah

dan habitat beragam. Dalam tanah, Trichoderma spp. adalah jamur yang paling lazim sering ditemukan. Mereka disukai oleh kehadiran tingkat tinggi akar tanaman, dimana Trichoderma spp. mudah menginfeksi . Beberapa strain rizosfer sangat kompeten, yaitu mampu menginfeksi dan tumbuh di akar sebagaimana

(13)

yang Trichoderma spp. lakukan. Strain rizosfer yang paling kuat kompeten dapat ditambahkan ke tanah atau bibit dengan metode apapun. Setelah Trichoderma spp. masuk dan kontak dengan akar, Trichoderma spp. menginfeksi permukaan akar atau korteks, tergantung pada strain. Dengan demikian, jika ditambahkan sebagai perlakuan benih, strain terbaik akan menginfeksi permukaan akar bahkan ketika akar satu meter atau lebih di bawah permukaan tanah dan mereka bisa bertahan di angka berguna hingga 18 bulan setelah aplikasi. Namun, sebagian besar strain kurang memiliki kemampuan dalam hal ini (Harman, 2000).

Mekanisme pengendalian jamur fitopatogenik dilakukan melalui interaksi hifa langsung. Setelah konidia Trichoderma harzianum di introduksikan ketanah, akan tumbuh kecambah konidianya di sekitar perakaran tanaman. Mekanisme pengendalian jamur fitopatogen meliputi:

- Mikoparasitik.

Mikoparasitik adalah kemampuan menjadi parasit bagi jamur patogen, memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga cendawan akan mati (Gambar 5).

- Antibiosis

Antibiosis adalah kemampuan menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin, yang dapat menghancurkan sel jamur melalui pengrusakan terhadap permebilitas memban sel, dan enzim chitinase, lamiarinase, yang dapat menyebabkan lisis dinding sel.

- Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan

(14)

Gambar 5.Mikoparasitisme Trichoderma terhadap jamur patogen Sumber: http://http://agropedia.iitk.ac.in/trichoderma.

- Menghancurkan dinding sel jamur patogen, dengan menghasilkan enzim, seperti enzim kitinase dan b-1-3- glukanase. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak protoplasmanya dan jamur akan mati (Harman, 2000).

Komponen Formulasi Biofungisida Granular Trichoderma

Deskripsi Biofungisida adalah suatu pestisida hayati yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman khususnya yang disebabkan oleh jamur (fungi). Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pertanian. Biofungisida Trichoderma merupakan salah satu produk biofungisida yang berbahan aktif sel dan spora Trichoderma harzianum (isolat asli Indonesia) yang merupakan jenis jamur parasit bagi jamur patogen tanaman. Biofungisida Trichoderma harzianum diproduksi dan diformulasikan dalam bentuk granular. Di samping kemampuan sebagai agen biokontrol, jamur Trichoderma harzianum memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan tanaman, dan hasil produksi tanaman. Sifat ini

Cendawan phatogen Trichoderma

(15)

menandakan bahwa Trichoderma harzianum juga berperan sebagai Plant Growth

Enhancer (Sito, 2012).

Berikut adalah komponen-komponen granular T. harzianum :

Tepung Beras

Beras merupakan salah satu protein yang penting di wilayah Asia, dan menyumbang sekitar 30 - 80% dari kebutuhan akan protein. Dilihat dari fraksi kelarutannya, protein beras terdiri dari 5% albumin (protein larut air), 10% globulin (protein larut garam), kurang dari 5% prolamin (protein larut alkohol) dan lebih dari 8% glutelin (protein larut dalam basa). Selain itu beras kaya akan vitamin B, sedikit lemak dan mineral (Inglett, 1980).

Komposisi kimia Tepung beras dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1.Komposisi Kimia Tepung Beras per 100 g Bahan

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, R.I.,(2000).

Ragi

Ragi adalah suatu macam tumbuh - tumbuhan bersel satu yang tergolong kedalam keluarga cendawan. Ragi berkembang biak dengan suatu proses yang dikenal dengan istilah pertunasan, yang menyebabkan terjadinya peragian.

Komposisi Tepung Beras

Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Fosfor (mg) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1(mg) Kalori (Kal) 11.89 5.95 1.42 80.13 140.00 5.00 0.80 0.12 364.00

(16)

Peragian adalah istilah umum yang mencangkup perubahan gelembung udara dan yang bukan gelembung udara ( aerobic dan anaerobic ) yang disebabkan oleh mikroorganisme. Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis Saccharomyces Cerevisiae. Ragi merupakan bahan pengembang adonan dengan produksi gas karbondioksida (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Menurut US. Wheat Assosiates, (1983), ragi terdiri dari sejumlah kecil enzym, termasuk protease, lipase, invertase, maltase dan zymase. Enzym yang penting dalam ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Enzym invertase dalam ragi bertanggung jawab terhadap awal aktivitas fermentasi. Enzym ini mengubah gula ( sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi gula sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa. Gula sederhana kemudian dipecah menjadi karbondioksida dan alkohol. Enzym amilase yang terdapat dalam tepung mampu memproduksi maltosa yang dapat dikonsumsi oleh ragi sehingga fermentasi terus berlangsung. Proses pengembangan adonan dapat terjadi apabila ragi dicampur dengan bahan- bahan lain dalam pembuatan roti, maka ragi akan menghasilkan CO2. Gas inilah yang menjadikan adonan roti menjadi mengembang. Proses pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi ditunjang oleh penggunaan bahan lain yaitu gula sebagai sumber energi.

Starter yang digunakan untuk produksi tape disebut ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 – 6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi. Tepung beras yang bersih dicampur dengan air untuk membentuk pasta dan dibentuk pipih dengan tangan, kemudian diletakkan di atas nyiru yang dilambari merang dan

(17)

ditutup dengan kain saring. Organisme akan tumbuh secara alami pada pasta ini pada suhu ruang dalam waktu 2 – 5 hari. Beberapa pengusaha menambahkan rempah-rempah atau bumbu untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diharapkan. Penambahan sari tebu juga dilakukan untuk menambah gula (Hidayat, 2009).

Aspergillus oryzae digunakan dalam pembuatan tape di indonesia dan sake

dijepang. Monilla sitophila yaitu jamur oncom. Rizopus oryzae merupakan ragi untuk membuat tempe. Contoh khamir yaitu Saccharomyces cerevisae jamur ini terkenal sebagai ragi yang diperlukan dalam pembuatan minuman, tape, dan bermacam-macam roti, khamir merupakan jamur uniseluler berbentuk bulat atau lonjong (http://www.mikrobiologigizi.com, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Barnett dkk, (2000), dan Gandjar, (2003), disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang

Aspergillus oryzae, Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizhopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii,

Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis ; serta bakteri Pediococcus sp. Dan Bacillus sp.

Kapang tanah yang mempunyai aktivitas antimikroba adalah genus

Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces, dan Trichoderma. Aspergillus merupakan

fungi tanah yang sudah banyak dimanfaatkan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman. Aspergillus menghasilkan senyawa antimikroba mevionin dan aspersilin (Gandjar, 2006). Foto mikroskopis cendawan dalam ragi tempe (Rhizopus oryzae), ragi roti (Saccharomyces cerivisae), dan ragi tape (Aspergillus oryzae) dapat dilihat pada gambar 6.

(18)

Gambar 6.Foto mikroskopis cendawan dalam ragi Rhizopus oryzae (Perbesaran a.10x, b.40x, c.100x), Saccharomyces cerivisae (d.10x, e.40x, f.100x) Aspergillus

oryzae (g. berbagai mikroba ragi tape, h. perbesaran 40x, i.100x)

Sumber: Fotolangsung

Menurut Dwijoseputro (1978), Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Aspergillus memiliki fungsi penting bagi tanaman, Aspergillus dapat berperan dalam menambat N bebas dari udara dan melarutkan fosfat di dalam tanah yang dapat dijadikan sebagai nutrisi organik oleh tanaman.

Gula (Sukrosa)

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau tebu.

a b c

d e f

(19)

Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air (aw) dan mengikat air (Hidayat dan Ikariztiana, 2004).

Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk kedalam golongan karbohidrat. Sukrosa adalah disakarida yang apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa. Sukrosa memiliki peranan penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam.sukrosa dengan kemurniaan yang tinggi dan kadar abu yang rendah baik untuk hard candy (Suhaidi dan Ismed, 2010).

Bekatul

Bekatul adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat proses penggilingan padi. Menurut FAO dalam Houston (1972), bekatul adalah hasil samping dari penggilingan padi yang sebenarnya merupakan selaput inti biji padi. Bekatul terdiri atas lapisan pericarp, seed coat, nucellus, dan aleurone. Proses penggilingan padi menjadi beras menghasilkan beras sebanyak 60-65%.

Karbohidrat yang terdapat pada bekatul berupa selulosa, hemiselulosa dan pati. Kandungan pati yang terdapat pada bekatul diperoleh dari bagian endosperma yang terbawa pada proses penyosohan (Hargrove 1994). Kandungan pati tersebut akan meningkat dengan semakin banyaknya tahap penyosohan yang dilakukan.

Hasil penelitian Djatmiko dan Rohadi (1997) menunjukkan pelet T.

harzianum yang diperbanyak dalam sekam padi dan bekatul mempunyai

(20)

gada, baik pada tanah andosol maupun latosol. Pelet T. harzianum 61 g/pot, merupakan perlakuan paling baik dalam memperkecil diameter akar gada, bobot akar gada dan intensitas penyakit akar gada.

Jagung

Biji jagung terdiri dari kulit ari, lembaga, tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat pada endosperma. Pati terdiri dari fraksi amilopektin (73 %) dan amilosa (27 %). Serat kasar terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar adalah hemiselulosa (41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan endosperma (15 %). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma (http://www.iptek.net.id/ind, 2005).

Kapur Tanah

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Safuan, 2005).

(21)

Sulfur

Sebagian besar sulfur di dalam tanah berasal dari bahan organik yang telah mengalami dekomposisi dan sulfur elemental ( bubuk/ batu belerang ) dari aktivitas vulkanis. Sulfur yang larut dalam air akan segera diserap tanaman, karena unsur ini sangat dibutuhkan tanaman terutama pada tanaman-tanaman muda. Adapun fungsi umum sulfur sbb :

1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau. 2. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen.

3. Meningakatkan jumlah anakan yang menghasilkan (pada tanaman padi). 4. berperan penting pada proses pembulatan zat gula.

5. Memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus pada tembakau omprongan).

6. Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan, memperbesar umbi bawang merah dan bawang putih.

Gambar

Gambar 1. Tubuh buah jamur Rigidoporus microporus  Sumber : http://nad.litbang.deptan.go.id
Gambar 2. Rizomorf pada permukaan akar karet yang terserang  R. microporus
Gambar 3. Isolat T. harzianum pada media PDA  Sumber: http://harshbio.tripod.com/trichoderma1
Gambar 6. Foto mikroskopis cendawan dalam ragi Rhizopus oryzae (Perbesaran   a.10x, b.40x, c.100x), Saccharomyces cerivisae (d.10x, e.40x, f.100x) Aspergillus

Referensi

Dokumen terkait

harzianum formulasi granular dengan berbagai campuran media dalam mengendalikan penyakit Jamur akar putih ( Rigidoporus microporus ) pada tanaman karet.. Penelitian ini dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap) ( Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan Karet

Penelitian bertujuan untuk melakukan pemetaan serangan penyakit dan mengetahui keparahan penyakit jamur akar putih pada beberapa perkebunan karet rakyat di Kabupaten

Foto pertumbuhan miselium JAP pada media campuran ekstrak akar kering metanol..

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan Karet

Kondisi kebun Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat yang bersih dari pohon lain. Kondisi kebun Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat yang tdak dijumpai

Menurut Steinmann (1925) dalam Semangun (2000) lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda terdiri atas benang-benang jamur yang terjalin rapat. Dibawahnya terdapat lapisan