• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap)(Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada Beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap)(Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada Beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Biodata Kebun a. Kebun Karet I

Lokasi : Desa Aek Teluk Kiri, Kecamatan Teluk Dalam (Sesudah Pemekaran 2015) Kecamatan Air Batu (Sebelum Pemekaran), Kabupaten Asahan

Koordinat GPS : 2o87,209’LU, 99o67,009’BT Ketinggian Tempat : ± 30 m

Pemilik : Anwar

Luas : ± 30 rante (1.2 Ha)

Waktu Pengambilan Sampel : Rabu, 5 Agustus 2015

Pemupukan : pupuk ZA

Penyemprotan : tidak ada Pengendaliaaan : Kultur Teknis

Jenis Tanah : Aluvial

Klon Karet : -

Jumlah Pohon Karet : ± 300 pohon Jarak Tanam Karet : 5 x 3 m

Umur Karet : ± 37 tahun

Periode Panen : disadap setiap hari, dikutip per minggu Total Produksi/panen : ± 12 kg

Kondisi Sekitar Kebun : Terdapat pohon lain di sela-sela pohon karet (sawit dan aren)

b. Kebun Karet II

Lokasi : Desa Kampung Baru, Kecamatan Simpang

(2)

Ketinggian Tempat : ± 24 m dpl

Pemilik : Galingging

Luas : ± 125 rante (5 Ha)

Waktu Pengambilan Sampel : Kamis, 6 Agustus 2015 Pemupukan : Urea (4 bulan sekali)

Penyemprotan : Semprot liringan dengan Herbisida

Jenis Tanah : Aluvial

Pengendaliaaan : Disiram dengan Emberiton

Klon Karet : RRIC

Jumlah Pohon Karet : ± 2000 pohon Jarak Tanam Karet : 7 x 3 m

Umur Karet : ± 13 tahun

Periode Panen : disadap per hari, dikutip per minggu Total Produksi/panen : ± 160 kg

Kondisi Sekitar Kebun : kondisi kebun masih bersih dari pohon lain c. Kebun Karet III

Lokasi : Desa Silomlom, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Asahan

Koordinat GPS : 2o87,130’LU, 99o70,864’BT Ketinggian Tempat : ± 34 m

Pemilik : Harsono

Luas : ± 50 rante (2 Ha)

(3)

Jenis Tanah : Aluvial Pengendaliaaan : Kultur Teknis

Klon Karet : RRIC

Jumlah Pohon Karet : ± 800 pohon Jarak Tanam Karet : 5 x 3 m

Umur Karet : ± 3,5 tahun

Periode Panen : -

Total Produksi/panen : - (TBM)

Kondisi Sekitar Kebun : Kondisi kebun bersih, tidak terdapat pohon lain di sekitar kebun

d. Kebun Karet IV

Lokasi : Desa Sei Pulo Pale, Kecamatan Air Batu,

Kabupaten Asahan

Koordinat GPS : 2o91,055’LU, 99o68,304’BT Ketinggian Tempat : ± 37 m

Pemilik : Suhardi

Luas : ± 12.5 rante ( 1

2 Ha )

Waktu Pengambilan Sampel : Sabtu, 8 Agustus 2015

Pemupukan : Pupuk dasar NPK

Penyemprotan : Tidak dilakukan Pengendaliaaan : Kultur Teknis

Jenis Tanah : Aluvial

Klon Karet : RRIC

(4)

Umur Karet : ± 18 tahun

Periode Panen : Disadap perhari, dikutip per minggu Total Produksi/panen : ± 30 kg

Kondisi Sekitar Kebun : Terdapat tanaman sawit di pinggiran kebun karet e. Kebun Karet V

Lokasi : Desa Sei Alim Ulu, Kecamatan Air Batu,

Kabupaten Asahan

Koordinat GPS : 2o83,168’LU,99o61,997’BT Ketnggian Tempat : ± 51 m

Pemilik : Darwin

Luas : ± 10 rante

Waktu Pengambilan Sampel : Sabtu, 8 Agustus 2015

Pemupukan : Pupuk Dasar

Penyemprotan : Tidak ada penyemprotan Pengendaliaaan : Kultur Teknis

Klon Karet : -

Jumlah Pohon Karet : ± 100 pohon Jarak Tanam Karet : 5 x 3,5 m

Umur Karet : ± 30 tahun

Periode Panen : setiap hari sadap per minggu dikutip Total Produksi/panen : ± 20 kg

(5)

Lampiran 2. Perhitungan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit

Skala Kerusakan Ket

(6)

Total pohon yang diamati (N) : 30 Total pohon yang terserang (n) : 20

Skala 0 : 10

Skala 1 : 7

Skala 2 : 2

Skala 3 : 5

Skala 4 : 6

1. Kejadian penyakit KjP = n

N x 100% KjP = 20

30 x 100% Kjp = 0.667 x 100% KjP = 66.7 % 2. Keparahan penyakit

KpP = Ʃ(nxV)

NxZ x 100%

KpP = Ʃ(10x0)+(7x1)+(2x2)+(5x3)+(6x4)

30x4 x 100%

KpP = 0+7+4+15+24

120 x 100%

KpP = 50

120 x 100%

KpP = 41,66%

26 - 1 - - -

27 - - - 1 -

28 - 1 - - -

29 - - - - 1

30 - - 1 - -

(7)

b. Kebun II

Tabel 7. Skoring JAP Kebun II Sampel

pohon ke

Skala Kerusakan Ket.

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

188 - 1 - - -

189 - 1 - - -

190 1 - - - -

191 1 - - - -

192 - 1 - - -

193 1 - - - -

194 - - - 1 -

195 - - 1 - -

196 - 1 - - -

197 - 1 - - -

198 1 - - - -

199 - 1 - - -

200 - 1 - - -

Total 76 90 12 8 14

Total pohon yang diamati (N) : 200 Total pohon yang terserang (n) : 124

Skala 0 : 76

Skala 1 : 90

Skala 2 : 12

Skala 3 : 8

Skala 4 : 14

1. Kejadian penyakit KjP = n

N x 100% KjP = 124

200x 100% Kjp = 0,62 x 100% KjP = 62 %

(14)

KpP = Ʃ(nxV)

Tabel 8. Skoring JAP Kebun III Sampel

pohon ke

Skala Kerusakan Ket.

(15)
(16)
(17)

Total pohon yang terserang (n) : 4

1. Kejadian penyakit KjP = n

2. Keparahan penyakit KpP = Ʃ(nxV)

Tabel 9. Skoring JAP Kebun IV Sampel

pohon ke

Skala Kerusakan Ket.

(18)

3 1 - - - -

1. Kejadian penyakit KjP = n

N x 100% KjP = 12

(19)

Kjp = 0,6 x 100% KjP = 60%

2. Keparahan penyakit KpP = Ʃ(nxV)

Tabel 10. Skoring JAP Kebun V Sampel

pohon ke

Skala Kerusakan Ket.

(20)

Skala 3 : 4

Skala 4 : 0

1. Kejadian penyakit KjP = n

N x 100% KjP = 10

10 x 100% Kjp = 1 x 100% KjP = 100%

2. Keparahan penyakit KpP = Ʃ(nxV)

NxZ x 100%

KpP = Ʃ(4x0)+(3x1)+(3x2)+(4x3)+(0x4)

10x4 x 100%

KpP = 0+3+6+12+0

40 x 100%

KpP = 21

40 x 100%

(21)

Lampiran 3. Data Lingkungan Beberapa Lahan Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Lampiran 4. Data Kejadian Penyakit serta Keparahan Penyakit Beberapa Kebun Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

Tabel 12. Data Kejadian Penyakit serta Keparahan Penyakit Beberapa Kebun Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

Kode Parameter

Kejadian Penyakit (%) Keparahan Penyakit (%)

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

SPP20 60.00 35.00

SAU1 100.00 52.50

SAU2 100.00 52.50

SAU3 100.00 52.50

SAU4 100.00 52.50

SAU5 100.00 52.50

SAU6 100.00 52.50

SAU7 100.00 52.50

SAU8 100.00 52.50

SAU9 100.00 52.50

(37)

Lampiran 5. Uji Normalitas Data dan Analsis Korelasi

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Suhu 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

RH 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

pH 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

KjP 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

KpP 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Ketinggian Tempat 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kebun .136 5 .200* .987 5 .967

Suhu .136 5 .200* .987 5 .967

RH .136 5 .200* .987 5 .967

pH .136 5 .200* .987 5 .967

KjP .136 5 .200* .987 5 .967

KpP .136 5 .200* .987 5 .967

Ketinggian Tempat .136 5 .200* .987 5 .967

(38)
(39)

Lampran 6. Pengamatan penyakit R. microporus di Lapangan Gambar 7. Pengamatan penyakit R. microporus di Lapangan

(40)

Akar yang terserang JAP, Rhizomorf berada pada permukaan akar

(41)

Pengukuran suhu,

kelembaban di kebun karet.

(42)

Kondisi kebun Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat yang bersih dari pohon lain

(43)

Kondisi kebun Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu yang dijumpai pohon sawit di pinggir kebun karet

(44)

Lampiran 7. Pengamatan R. microporus di Laboratorium

Gambar 8. Pengamatan R. microporus di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universtas Sumatera Utara

Sampel akar dan badan buah R.microporus

Pengamatan mikroskopis R.microporus

(45)

Biakan R. microporus di cawan petri yang diperoleh dari sampel akar yang diambil dari lapangan

Mikroskopis Jamur R.microporus dengan perbesaran 10 x 10

Basidiospora

Basidium

(46)

Lampiran 8. Pengamatan sampel pH tanah

Gambar 9. Pengukuran sampel pH tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Sampel tanah yang akan dianalisis

Pengukuran pH tanah

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abbott. 1925. In Uenterstenhofer, G. 1976. The Basic Principles of Crop Protection Field Trials. Pflanzenschutz-Nachrichten Bayer AG, Leverskusen.

Afriza, T.O. 2010. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Lama

Penyimpanan Pada Kertas Koran. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alexopoulus, C.J., C. W. Mims and M. Blackwell, 1996. Introduction Micology 4 Edition John Wiley and Sons, New York.869 p.

Anwar, C. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.

Aripin, K. L. Lubis dan Zulnayati. 2003. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Serangan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartzt : Fr) Van Ov) pada Tanaman Karet. Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Badan Pusat Statistik, 2013. Sumatera Utara dalam Angka 2013. Medan.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. 2014. Laporan Serangan OPT Penting Perkebunan. Medan.

Barus, B. 1999. Pemetaan Bahaya Longsoran Berdasarkan Klasifikasi Statistik Peubah Tunggal Berdasarkan Klasifikasi Statistik Peubah Tunggal Menggunakan SIG : Studi Kasus Derah Ciawi – Puncak – Pacet, Jawa – Barat. Ilmu Tanah dan Lingkungan 2(1):7-18. ISSN 14-10-7333.

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Hal : 5- 7.

Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View Gis. ANDI, Yogyakarta. Hal : 3.

. 2007. Avenue untuk Pengembangan Sistem Informasi Geografis. ANDI, Yogyakarta. Hal : 2.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2014. Daftar Luas Areal dan Produksi Tanaman Karet Kabupaten Asahan, Asahan.

Fatansyah, 2002. Basis Data. Informatika. Bandung.

(52)

Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hutagaol, J.A dan A. Melin. 2000. Pengendalian Jamur Akar Putih (Jap) Pada Tanaman Karet Rakyat Menggunakan Trichoderma Coningii OUD. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Jambi.

Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, 2013. Potensi Karet di Sumatera Utara, Jakarta.

Manurung, L. L. Lubis, Marheni dan C.I. Dalimunthe, 2014. Pengujian Berbagai Jenis Bahan Aktif terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.)) di Areal Tanpa Olah Tanah (TOT). Agroekoteknologi 3(1) ; 168 – 178. ISSN No. 2337- 6597.

Mangatur I. 2010. Sistem Informasi dan Geografis dan Penerapannya dalam Bidang HPT. Informatika. Jakarta.

Muklasin dan C. O. Matondang, 2010. Trend Perkembangan Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Karet Di Provinsi Sumatera Utara. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Medan.

Omorusi, V.A., 2012. Effects of White Root Rot Disease on Hevea brasiliensis (Muell. Arg.) – Challenges and Control Approach. Plant protect Division, Rubber Research Institute of Nigeria, PMB, Iyanomo, Benin City, Nigeria. Prahasta E. 2002. Konsep-Konsep Dasar SIG. Informatika. Bandung.

Pulungan, M.H., L. Lubis, F. Zahara dan Z. Fairuzah, 2013. Uji Efektifitas Trichoderma harzianum dengan Formulasi Granular Ragi untuk

Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov) pada Tanaman Karet di

Pembibitan. Agroekoteknologi 2(2):497 – 512. ISSN No. 2337- 6597. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2014. Regional Investment.

Rahayu, S., Sujatno dan S. Pawirosoemardjo, 2006. Manajemen Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet. Bali Penelitian Karet, Sungei Putih, hal : 259 – 262.

Resti, Z. U. Khairul, Dan Y. Yanti. 2010. Pemetaan Penyakit Hawar Daun Bakteri : Penyakit Baru Pada Tanaman Bawang Merah Di Indonesia. Manggaro, Vol.11 No.2:40-45.

(53)

Propinsi Jawa Barat). Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Siagian, N, 2005. Klon-Klon Anjuran Tanaman Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih. Tanjung Morawa.

Sinulingga, W., dan Eddy, S., 1989, Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih. Hal: 8-13. Supriadi dan Z. Nasution, 2007. Sistem Informasi Geografis. USU-press, Medan.

hal : 1 – 2.

Triwahyu EP & P Suryaminarsih. 2009. Peta Sebaran Penyakit Tanaman Perdu (Tanaman Hias) di Ruang Terbuka Hijau (rth) Kota Surabaya. Dalam Seminar Nasional ‘Akselerasi Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Mendukung Revitalisasi Pertanian’ Surabaya, 2 Desember 2009 Diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian & lppm Upn “Veteran” Jawa Timur.

Wattanasilakorn, S. S. Sdoedee, C. Nualsri, dan S. Chuenchit. 2012. Screening or rubber (Hevea brasilliensis Muell. Arg.) riitstocks for the white root disese resstance. Agricultural technology. 8(7) : 2385 – 2395. ISSN 1686 – 9114.

Widanengsih, E. 2013. Tulisan Ilmiah

Badan Karantina Pertanian Kelas II. Tanjung Balai Karimun.

Widayanti, I., 2013. Uji Korelasi Statistik Pendidikan. Diakses melaluli

(54)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian dilakukan di kebun karet rakyat di Desa Aek Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam, Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat, Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat, Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu, dan Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dengan letak geografis 2°83.167'54.5" - 2°91.055'23.4" LU dan 99°61.997'34.7" - 99°73.535'64.9" BT serta di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat sekitar ± 25 m dpl dimulai dari bulan Juli 2015 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman karet rakyat, peta lokasi penelitian, kantong plastik, methyl blue, pipet tetes, selotip, tali plastik, aquadest, sampel tanah, sampel akar yang bergejala JAP dan bahan lain yang mendukung.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah GPS, kalkulator, alat tulis, buku data, kamera, thermometer-hygromter, mikroskop compound, pH meter, kaca preparat, cawan petri, timbangan analitik, meteran, cangkul, dan alat lain yang mendukung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survei. Pengambilan data dilakukan secara sampling acak (random) dengan menetapkan lima kebun yaitu Kebun karet rakyat Desa Aek Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam, Kebun karet rakyat Desa Kampung Baru Dusun IV Kecamatan Simpang

(55)

Empat, Kebun karet rakyat Desa Silomlom Dusun IB Kecamatan Simpang Empat, Kebun karet rakyat Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu dan Kebun karet rakyat di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu. Menetapkan sampel yang diambil secara sampling acak (random) sebesar 10%. Mengamati secara langsung

skala kerusakan tanaman karet yang terserang penyakit jamur akar putih (R. microporus). Menghitung perhitungan kejadian penyakit dan keparahan

penyakit jamur akar putih pada setiap kebun karet. Mengambil sampel akar tanaman yang terserang penyakit JAP dan sampel tanah di setiap kebun karet untuk diamati di Laboratorium.

Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan Kebun

Pemilihan kebun dipilih secara acak yang berbeda luasan dan umur tanaman dari desa yang berbeda. Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan lapang. Pelaksanaan pengambilan data dengan menggunakan GPS dengan berpedoman pada peta dasar.

2. Penetapan Sampel Tanaman

(56)

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer yaitu kejadian penyakit dan keparahan penyakit. Serta data sekunder berupa kuisioner kepada pemilik kebun.

4. Pengamatan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit

Pengamatan kejadian penyakit dan keparahan penyakit dilakukan dilakukan di lokasi peneltian secara langsung dengan pengamatan tingkat kerusakan, penentuan skala kerusakan disesuakan dengan tabel skala yang telah ada

5. Pengolahan Data

.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi sederhana menggunakan SPSS 21. Untuk melihat hubungan kejadian dan keparahan penyakit dengan faktor pendukungnya, dengan menggunakan persamaan :

sumber : (Widayanti, 2013).

6. Pembuatan Peta

Pembuatan peta digital diolah melalui program GIS menggunakan softwere ArcView Gis 3.2a dengan tata cara sebagai berikut:

(57)

c. Dibuat layer control untuk masing-masing atribut peta seperti titik sampel, sungai, topografi, batas wilayah dan jalan dari new table.

d. Untuk menggambarkan objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas daerah studi, dapat menggunakan digitasi garis, polyline dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat dengan mengaktifkan masing-masing layer dengan membuat status layer menjadi editable.

e. Pembuatan layout yang meliputi: 1. Pembuatan legenda peta

2. Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakan peta 3. Pembuatan orientasi peta

4. Mencetak layout peta ke printer

Parameter Pengamatan

1. Peta Serangan Penyakit

Pembuatan peta diolah melalui program GIS menggunakan softwere ArcView Gis 3.2a dengan tata cara sebagai berikut:

a. Dipilih lembar peta rupa bumi dengan daerah yang akan dibuat peta digitalnya. b. Klik register untuk mengisi koordinat geografis peta tersebut.

c. Dibuat layer control untuk masing-masing atribut peta seperti titik sampel, sungai, topografi, batas wilayah dan jalan dari new table.

d. Untuk menggambarkan objek yang terdapat pada peta seperti jalan, batas daerah studi, dapat menggunakan digitasi garis, polyline dan polygon. Penggambaran objek sebaiknya dibuat dengan mengaktifkan masing-masing layer dengan membuat status layer menjadi edit table.

(58)

1. Pembuatan legenda peta

2. Pengaturan kertas dan margin untuk pencetakan peta 3. Pembuatan orientasi peta

4. Mencetak layout peta ke printer

2. Kejadian Penyakit

Persentase serangan penyakit dengan melihat kejadian penyakit JAP dengan rumus berikut :

KjP = n

N x 100%

Keterangan :

K : Kejadian penyakit JAP

n : Jumlah tanaman yang terserang N : Total tanaman yang diamati Sumber : (Abbott, 1925).

3. Keparahan Penyakit

Cara menghitung tingkat keparahan penyakit (KpP) jamur akar putih adalah memberi skoring pada akar yang diamati, dengan menggunakan nilai skala sebagai berikut :

Tabel 1. Skoring keparahan penyakit jamur akar putih pada karet

Nilai Skala (V) Kriteria

0 Tanaman sehat dan daun masih hijau

1 Dedaunan mulai menguning dan rhizomorf

menempel pada leher akar

2 Dedaunan mulai layu dan kulit akar sebagian kecil membusuk

3 Defoliasi daun atau daun berguguran, kulit dan kayu akar sebagian telah membusuk

4 Tumbuh badan buah, kematian tanaman, semua kulit dan kayu akar membusuk.

(59)

Gambar 5. Stadium serangan JAP pada akar (A) Stadia 1, (B) Stadia 2, (C) Stadia 3 dan (D) Stadia 4.

Sumber : (Rahayu, dkk. 2006).

Untuk menghitung tingkat keparahannya, maka hasil pengamatan nilai skala disubtitusi ke dalam rumus :

KpP =Ʃ(nxV)

NxZ × 100%

Keterangan :

KpP = Keparahan Penyakit

n = Jumlah akar untuk setiap kategori serangan V = Nilai skala dari setiap kategori serangan Z = Kategori tertinggi (4)

(60)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Peta Serangan R. microporus pada Lima Perkebunan Karet Rakyat

Berdasarkan data koordinat yang telah diperoleh dari lima perkebunan karet rakyat dengan menggunakan GPS, maka diperoleh peta sebagai berikut :

Gambar 6. Peta serangan penyakit R. microporus

(61)

2. Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit

Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan, maka diperoleh data kejadian dan keparahan penyakit serta faktor yang mempengaruhinya terlihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kejadian dan Keparahan Penyakit dengan faktor yang mendukungnya.

Kebun Ketinggian Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat 24 29.25 85.00 5.29 62.00 24.25 Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat 34 30.57 59.00 5.87 5.00 3.10

Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu 37 28.72 57.00 7.78 60.00 35.00 Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu 51 27.75 56.00 6.89 100.00 52.50

Dari tabel 2, diketahui bahwa persentase kejadian penyakit tertinggi dan keparahan tertinggi di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dengan persentase kejadian mencapai 100% dan keparahan 41.66%, dengan faktor yang mempengaruhi antara lain suhu yaitu 27.75oC dengan kelembaban relatif 56.00%, pH tanah yang telah dianalisis yaitu 6.89 dan ketinggian tempat mencapai 51 mdpl yan merupakan ketinggian tertinggi dari lima kebun penelitian. Terendah terdapat pada Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat dengan persentase kejadian penyakit hanya 5% dan keparahan penyakit 3.10%, suhu yang diperoleh 29.25o

3. Uji Normalitas dan Korelasi Data

C dengan kelembaban relatif 56.00% dan pH tanah 5.29, dan ketinggian tempat hanya 30 mdpl, tidak merupakan ketinggian terendah dari lima kebun penelitian. Dari data diatas menunjukkan bahwa ketinggian tempat tidak berpengaruh dengan tingkat keparahan serangan penyakit.

(62)

Tabel 3.Uji Normalitas

Berdasarkan tabel 3, bahwa data yang telah diuji dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh signifikan suhu, kelembaban, pH tanah, kejadan penyakit, keparahan serta ketinggian tempat yaitu 0.2. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diuji normal dengan taraf normal apabila lebih dari 0.05.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, maka data di uji korelasi dengan menggunakan SPSS 21, yang terlihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Korelasi

Korelasi Suhu RH pH KjP KpP K.Tempat Kriteria nilai korelasi : 0.00 – 0.199 = sangat rendah

0.20 – 0.399 = rendah 0.40 – 0.599 = cukup 0.60 – 0.799 = kuat 0.80 – 1.00 = sangat kuat

* : korelasi signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01 (Widayanti, 2013).

(63)

4. Data Rataan Kuisioner yang diperoleh dari para Petani

Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan, dengan memberikan kuisioner kepada para petani yang meliputi teknik budidaya yang mereka lakukan, terlihat pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Rekapitulasi kuisioner para petani di lima kebun karet rakyat Nama

Petani

Riwayat Tanaman Sebelumnya

Kondisi Kebun Pemeliharaan Pengendalian Produksi yang dihasilkan Anwar Kebun sebelumnya

merupakan areal

Galingging Kebun sebelumnya merupakan kebun pupuk selama 4 bulan sekali dan disemprot

Suhardi Kebun sebelumnya telah ditanami

(64)

Pembahasan

Dari hasil survei lapangan yang dilakukan pada peta serangan penyakit gambar 6, bahwa serangan penyakit tersebut dipetakan dengan menggunakan titik koordinat dari GPS dan di aplikasikan pada softwere Arc View Gis 3.2a. Hal tersebut dikarenakan untuk dapat memperoleh informasi letak geografis yang diterapkan pada peta rupa bumi dengan menggunakan program Geografic Information System (GIS). Hal ini sesuai dengan pernyataan Budiyanto (2007) bahwa Menurut penelitian terdahulu pemetaan penyakit tanaman di suatu wilayah lokasi survey penggunaan soft ware pemetaan ArcView GIS memiliki kemampuan grafis yang baik dan kemampuan teknis dalam pengolahan data spesial tersebut memberikan kekuatan secara nyata pada ArcView. Kekuatan analisis inilah yang pada akhirnya menjadikan ArcView banyak diterapkan.

(65)

Dengan hasil perhitungan kejadian dan keparahan penyakit yang dilakukan dilapangan dan faktor pendukung lainnya, dari tabel 2 bahwa nilai kejadian dan keparahan penyakit tertinggi pada suhu terendah, kelembaban terendah, tetapi tidak pada pH tanah dan ketinggian tempat. Pada pH tanah merupakan pH netral bagi pertumbuhan pathogen R. microporus. Hal ini dikarenakan berdasarkan (Lampiran 1: Biodata Kebun) bahwa kebun di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu merupakan kebun dengan umur tanaman yang tua dan kondisi kebun karet diselingi oleh tanaman sawit, hal ni menyebabkan banyaknya sumber inokulum bagi pathogen. Hal ini didukung oleh penelitian dari Aripin, dkk (2003) bahwa intensitas dari serangan penyakit jamur akar putih dipengaruhi oleh jenis tanah. serangan jamur akar putih dperoleh bahwa intensitas serangan tertinggi terlihat pada jenis tanah sawit, hal ini dikarenakan tanah sawit merupakan tanah yang sesuai untuk perkembang biakan dari jamur akar putih.

Kejadian dan keparahan penyakit terendah pada Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat dengan suhu tertinggi dan pH tanah terendah. Suhu dan pH tanah di desa tersebut bukan merupakan suhu yang optimum bagi pertumbuhan pathogen R. Microporus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinulingga dan Eddy (1989) yang menyatakan bahwa disamping sumber infeksi faktor perkembangan penyakit JAP juga dipengaruhi pH tanah. JAP dapat tumbuh pada suhu 10oC – 35oC spora dapat berkecambah dengan baik pada suhu optimum antara 25oC – 30o

Dengan analisis korelasi yang telah dilakukan bahwa ada hubungan antara kejadian dan keparahan penyakit dengan suhu, kelembaban, pH tanah serta

(66)

ketinggian tempat perpengaruh nyata dengan nilai korelasi yang sangat kuat. Hal ini karena suhu, kelembaban, pH tanah merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi tingkat serangan dari penyakit jamur akar putih. Hal ini sesuai dengan liteatur Sinulingga dan Eddy (1989), bahwa selan sumber infeksi, suhu serta pH tanah juga berpengaruh untuk perkembangan penyakit.

Dari data curah hujan observatorium Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan bulan Juli dan Agustus 2015, diketahui bahwa rataan curah hujan pada bulan Juli yaitu 146 mm dengan hari hujan rata-rata 6HH dan bulan Agustus 188 mm dan 8HH. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara peningkatan curah hujan dengan tingkat serangan jamur akar putih terhadap jumlah curah hujan akibat kelerangan kabupaten asahan. Ini sesuai dengan literatur Fauzi (2008) keadaan kelerengan sangat menentukan untuk menduga potensi kebanjiran/genangan di suatu wilayah. Wilayah belereng aliran air akan terjadi lebih cepat dibandingkan wilayah datar, dengan demikian kemungkinan terjadinya banjir/genangan di wilayah datar lebih besar dibandingkan wilayah belereng. Sehingga berpotensi meningkatkan intensitas serangan penyakit pada tanaman karet.

(67)

teknik dari awal budidaya kebun karet para petani rakyat rata-rata tidak dilakukan dengan benar seperti sebelum penanaman harus menggunakan olah tanah yang baik dan benar, tetapi mereka hanya melakukan penebangan dan langsung tanam. Hal ini sesua dengan pernyataan dari Manurung, dkk (2014) bahwa jamur akar putih bila tidak dikendalikan semakin lama serangannya akan meningkat sehingga perlu dilakukan pengendalian baik secara preventif maupun kuratif. Pada areal TOT ini keberadaan tunggul-tunggul atau sisa-sisa akar yang melapuk merupakan sumber inokulum JAP dan keberadaannnya tidak merata di setiap lubang tanam karet sehingga menyebabkan intensitas serangan R. microporus meningkat.

(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Peta serangan penyakit jamur akar putih pada beberapa kebun karet rakyat d Kabupaten Asahan terletak pada titik koordinat 2°83.167'54.5" - 2°91.055'23.4" LU dan 99°61.997'34.7" - 99°73.535'64.9" BT.

2. Kejadian penyakit dan keparahan penyakit teritinggi di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dengan persentase serangan 100% dan 52.50% dan terendah pada Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat yaitu 5.00% dan 3.10%.

3. Suhu, kelembaban udara, curah hujan, pH tanah merupakan faktor lingkungan yang penting bagi penyebaran dan infeksi jamur R. microporus pada tanaman karet.

4. Nilai korelasi kejadian dan keparahan penyakit terhadap faktor lingkungan berpengaruh nyata dengan koefisien korelasi sangat kuat.

Saran

(69)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Budiman (2012) tanaman karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Havea

Spesies : Havea brasilliensies Muell. Arg

Pada tanaman karet tinggi batang dapat mencapai 30 – 40 m. Sistem perakarannya kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1 – 2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan dan sedikit bergabus (Afriza, 2010).

Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5 – 30 cm, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 – 3,5 cm dan lebar 2,5 – 12,5 cm (Budiman, 2012).

(70)

Pada ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga umumnya terdapat 3 – 15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0 – 30, umumnya 4 – 6 bunga betina terbentuk di ujung-ujung sumbu malai. Jumlah bunga betina dalam satu pohon bervariasi (Siagian, 2005).

Buah beruang 3, jarang yang beruang 4 hingga 6. Diameter buah 3 – 5 cm dan terpisah 3, 4, atau 6 cocci berkatup 2, perikarp berbalok dan endokarp berkayu. Biji besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat muda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2 – 3,5 cm dan lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 1,5 – 2,5 cm (Afriza, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman karet tumbuh dengan baik pada daerah tropis. Daerah yang sesuai untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15oLS dan 15o

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25

LU. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lambat (Budiman, 2012).

o

C sampai 35o

Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman, kondisi iklim dan tanah, maupun secara tidak langsung melalui pengaruh terhadap kelembaban udara dan

(71)

tanah serta radiasi matahari tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun dan kelas kesesuaian lahan S1 dan S2. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Fauzi, 2008).

Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanami penahan angin di sekitar kebun (Budiman, 2012).

Tanah

Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Fauzi, 2008).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0 (Anwar, 2001).

(72)

cadas (2) Aerase dan drainase cukup (3) Tekstur tanah remah, porous dan dapat menahan air (4) Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir (5) Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm (6) Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro (7) Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5 (8) Kemiringan tanah < 16% dan (9) Permukaan air tanah < 100 cm (Fauzi, 2008).

Patogen Penyebab Penyakit

Biologi Penyakit

Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) menurut Alexopoulus and Mins (1979) diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Mycetaceae Sub Divisio : Amestigomycots Kelas : Basidiomycetes Ordo : Homobasidiomycetes Famili : Polyperales

Genus : Rigidoporus

Spesies : Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.) Van overeem

(73)

Gambar 1. Badan buah jamur R. microporus

Sumber : (Wattanasilakorn et al. 2012).

Basidiospora bulat, tidak bewarna, dengan garis tengah 2,8 – 5,0 µm, banyak di bentuk pada tubuh buah yang masih muda. Basidium pendek (buntak), lebih kurang 16 x 4,5 – 5,0 µm, tidak berwarna, mempunyai empat sterigma (tangkai basidiospora). Di antara basidium-basidium terdapat banyak sistidium yang berbentuk gada, berdinding tipis dan tidak berwarna. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur bewarna kuning jingga, tebalnya 2,8 – 4,5 µm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal (Semangun, 2008).

Gambar 2 : Bentuk mikroskopis A. R. lignosus (R. microporus), B. basidium (a) dengan basidiospora (bs) dan sistidium (s).

Sumber : (Semangun, 2008).

Daur Hidup Patogen JAP

(74)

dasarnya ada 3 tahap, yaitu penetrasi kolonisasi dan degradasi. JAP dapat menular dengan perantaraan rizomorf. Patogen dapat menembus sistem akar dan akan menyerang seluruh jariangan. Miselium patogen lama kelamaan akan menyelimuti sel inang. Akar akan busuk dan R. lignosus akan berpenetrasi dan kolonisasi pada sel inang (Omorusi, 2012).

Setelah mencapai akar tanaman yang sehat rizomorf lebih dahulu tumbuh secara epifitik pada permukaan akar sampai agak jauh sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar. Kemajuan infeksi di dalam akar ditentukan oleh kemajuan rizomorf pada permukaan akar bersangkutan. Seterusnya jamur masuk ke dalam kayu melalui jari-jari empulur. Tanaman mengadakan reaksi terhadap infeksi dengan membentuk kambium gabus atau barier luka, tetapi pertahanan ini pada umumnya dapat ditembus oleh jamur. Pertumbuhan dan penetrasi jamur pada akar ke arah pangkal berlangsung lebih kurang dua kali lebih cepat dari pada ke arah ujung (Semangun, 2008).

Gambar 3. Rhizomorph pada akar Sumber : (Foto Langsung)

Gejala Serangan

(75)

Gejala serangan JAP pada tanaman karet dengan adanya perubahan warna pada daun. Daun bewarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal, ada kalanya tanaman membentuk bunga / buah lebih awal. Tanaman yang terserang JAP terkadang percabangannya mengering sebelum tanaman mati (Rahayu, dkk. 2006).

Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang - benang jamur berwarna putih dan agak tebal (Manurung, dkk. 2014).

Untuk memastikan gejala tersebut penyebarannya adalah JAP beberapa pohon karet yang dicurigai sebaiknya diperiksa dengan membuka leher akar. Apabila tanaman tersebut terserang JAP maka akan terlihat adanya rizomorf jamur bewarna putih menyelimuti permukaan akar. Terkadang bagian akar yang diserang sudah bewarna coklat dan membusuk sehingga tanaman terserang mudah tumbang (Rahayu, dkk. 2006).

(76)

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Perkembangan penyakit JAP terutama dipengaruhi oleh banyaknya sumber infeksi di dalam kebun. Kebun karet yang dibangun pada bekas hutan atau kebun karet tua yang pengolahan tanahnya (land clearing) tidak dapat dilakukan dengan baik, tanaman akan banyak menderita serangan JAP. Pada kebun bertunggul yang berasal dari kebun karet tua atau hutan primer menunjukkan bahwa laju perkembangan kematian tanaman sangat cepat (Rahayu, dkk. 2006).

Sampai sekarang antara berbagai klon karet tidak terlihat adanya perbedaan dalam kerentanannya terhadap jamur akar putih. Jamur akar putih menyerang pada bermacam-macam umur. Umumnya penyakit akar putih muncul di kebun-kebun muda. Pada umumnya gejala mulai tampak pada tahun ke-2. Sesudah tahun ke-5 atau ke-6 infeksi-infeksi baru mulai berkurang, meskipun dalam kebun-kebun tua pun penyakit dapat berkembang terus (Semangun, 2008).

Disamping sumber infeksi faktor perkembangan penyakit JAP juga dipengaruhi pH tanah. JAP dapat tumbuh pada suhu 10oC – 35oC spora dapat berkecambah dengan baik pada suhu optimum antara 25oC – 30o

Perkembangan penyakit JAP juga dipengaruhi oleh kemasaman (pH) tanah dan struktur tanah. JAP lebih menyukai tanah yang berpori dan bereaksi netral (pH 6 – 7,5). Oleh sebab itu JAP banyak dijumpai pada tanah liparit yang terdapat luas di Sumatera Utara dan Pegunungan Kidul Jawa Timur. Pada tanah datar,

C. JAP juga menyukai kondisi tanah yang berpori dan lembab serta menyukai pH antara 3 – 9, optimum antara 7 – 8 yaitu pH tanah yang netral dengan struktur tanah yang

(77)

kelembaban tanah dapat dipertahankan lebih lama sehingga penyakit JAP sering terjadi pada kondisi kebun dengan topografi datar (Rahayu, dkk. 2006).

Keadaan kelerengan sangat menentukan untuk menduga potensi kebanjiran/genangan di suatu wilayah. Wilayah belereng aliran air akan terjadi lebih cepat dibandingkan wilayah datar, dengan demikian kemungkinan terjadinya banjir/genangan di wilayah datar lebih besar dibandingkan wilayah belereng. Sehingga berpotensi meningkatkan intensitas serangan penyakit pada tanaman karet (Fauzi, 2008).

Di Sumatera Utara kebun-kebun yang terletak di tanah podsolik merah – kuning kurang menderita kerugian dari penyakit akar putih dari pada yang terletak di tanah alluvial. Ini disebabkan karena tanah tersebut pertama kali lebih masam, sehingga Rigidoporus tidak dapat berkembang dengan baik. Selain itu di tanah yang lebih masam jamur Trichoderma kaningii Oud. yang menjadi anatgonis dari Rigidoporus, dapat berkembang lebih baik (Semangun, 2008).

Intensitas dari serangan penyakit jamur akar putih dipengaruhi oleh jenis tanah. serangan jamur akar putih dperoleh bahwa intensitas serangan tertinggi terlihat pada jenis tanah sawit, hal ini dikarenakan tanah sawit memiliki pH netral yaitu 6,9 dimana tanah tersebut merupakan pH optimum untuk pertumbuhan

tanaman sawit dan juga untuk perkembang biakan dari jamur akar putih (Aripin, dkk. 2003).

Pengendalian Penyakit

(78)

serta tingkat serangan. Monitoring dilakukan secara periodik. Monitoring perkembangan penyakit JAP yang umum dilakukan oleh praktisi pekebun adalah pembukaan leher akar dan memeriksa ada atau tidak gejala serangan JAP pada akar tanaman (Rahayu, dkk. 2006).

Mendeteksi sumber infeksi untuk mengetahui apakah di dalam tanah masih terdapat sumber infeksi, dahulu dianjurkan penanaman tanaman indikator yang sangat rentan terhadap R. lignosus, misalanya Crotalaria anagyroides. Dewasa ini tanaman karet segera ditanam, dan tanaman karet muda itu sendiri dipakai sebagai tanaman indikator. Jika ada tanaman yang bergejala, berarti di situ terdapat sumber infeksi yang harus diburu (dikejar) dan dibinasakan, meskipun

sering sekali tanaman yang bergejala tadi tidak dapat dipotong lagi (Semangun, 2008).

Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet. Satu meter di sekitar pertanaman karet harus bersih dari sisa – sisa akar dan tunggul tanaman lainnya. Sisa akar tunggul harus dibongkar dan dibakar supaya tidak menjadi sumber penyakit. Sebelum penanaman lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per lubang tanam (Yulfahri, dkk. 2012).

(79)

dioles dengan fungisida yang direkomendasikan. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah (Widanengsih, 2013).

Pengendalian JAP pada tanaman karet muda / TBM, dilakukan dengan menggunakan Trichoderma. Sebelum melaksanakan aplikasi Trichoderma, dilakukan pengorekan tanah 5 – 10 cm dari pangkal batang, dengan kedalaman 10 – 15 cm sehingga nampak jelas pangkal akar karet. Kemudian dilakukan aplikasi Trichoderma dengan cara menaburkan bahan secara merata di sekeliling pangkal batang, kemudian ditutup tanah kembali. Dosis anjuran yang dilakukan adalah 100 gr bahan Trichoderma yang siap diaplikasikan per pohon. Dengan demikian kebutuhan 1 ha tanaman karet berkisar 40 – 50 kg untuk satu kali aplikasi. Pengamatan kembali dilakukan tiga bulan setelah aplikasi dan

dibandingkan dengan intensitas serangan JAP sebelum aplikasi (Hutagaol dan Melin, 2000).

(80)

Jamur akar putih bila tidak dikendalikan semakin lama serangannya akan meningkat sehingga perlu dilakukan pengendalian baik secara preventif maupun kuratif. Pada areal TOT ini keberadaan tunggul-tunggul atau sisa-sisa akar yang melapuk merupakan sumber inokulum JAP dan keberadaannnya tidak merata di

setiap lubang tanam karet sehingga menyebabkan intensitas serangan R. microporus meningkat (Manurung, dkk. 2014).

Dalam upaya pengendalian penyakit secara terpadu (PHT) penggunaan bahan kimia fungisida hendaknya dilakukan secara tepat dan merupakan tindakan kuratif. Fungsida yang efektif adalah fungisida collar protectant yang mengandung bahan aktif Penta Chloro Nitro Benzene (PCNB) dan fungisida bahan aktif tridemorf (Rahayu, dkk. 2006).

Pengendalian Jamur Akar Putih secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia Bayfidan 250 EC. Pengobatan pada tanaman yang terserang dilakukan dengan cara penyiraman (drencing) 10 ml/2 liter air (Budiman, 2012).

(81)

GIS (Geographic Information System)

Salah satu aplikasi teknologi sistem informasi adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama dalam bidang bisnis yang telah terbukti sangat membantu dalam mengambil keputusan karena SIG ini merupakan bidang teknologi sistem informasi yang paling luas penerapannya, sehingga dalam industri pertanian pun dapat dikembangkan dalam membantu orang-orang yang bercocok tanam (Prahasta, 2002).

Analisa SIG yang dimaksud adalah suatu analisa dengan metode manajemen database dengan menggunakan piranti lunak komputerisasi untuk mengakses data, analisa data, pengkajian serta pengambilan keputusan dalam lingkup referensi geografis. Dalam analisa dengan menggunakan SIG meliputi beberapa unsur yaitu : (1) Database ; (2) Referensi geografis ; (3) Data input ; (4) Formula yang akan digunakan (Saptadi, 2004).

Kelebihan SIG terutama berkaitan dengan kemampuannya dalam menggabungkan berbagai data yang berbeda struktur, format dan tingkat ketepatan, sehingga memungkinkan integrasi berbagai disiplin keilmuan yang sangat diperlukan dalam pemahaman fenomena penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan lebih cepat (Barus, 1999).

(82)

lahan atau bersifat keruangan sebaiknya melibatkan penggunaan SIG. (Prahasta, 2002).

SIG dapat digunakan dalam menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen. Misalnya SIG membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi (Mangatur, 2010).

Kini prediksi serangan organisme pengganggu tanaman dapat diakses melalui Internet. Organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti gulma, hama, dan mikroorganisme patogenik merupakan musuh bebuyutan para petani. Organisme-organisme itu dapat menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit dan menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena itu, untuk menghasilkan tanaman berkualitas, diperlukan upaya pengendalian OPT yang menyeluruh. Menurut Edi Suwardiwijaya, fungsional pengendali OPT dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BB-POPT) Departemen Pertanian, berbagai upaya pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mencegah serangan OPT terus dikembangkan hingga saat ini. Secara operasional, penerapan PHT mencakup upaya preemtif dan responsif (Prahasta, 2002).

(83)

jarak tanam, dan penyiangan. Tujuan upaya preventif ialah membudidayakan tanaman sehat. Di samping upaya preventif, dilakukan pula upaya responsif, yaitu pengendalian berdasarkan informasi status OPT dan faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya musim saat itu (Fatansyah, 2002).

Mengingat sumber data sebagian besar berasal dari dan penginderaan jauh baik satelit maupun terrestrial, terdigitasi maka teknologi sistim informasi geografis (SIG) erat kaitannya dengan teknologi pengnderaan jauh. Namun demikian penginderaan jauh buknlah satu–satunya ilmu pendukung bagi sistem ini (Budiyanto, 2002).

Menurut penelitian terdahulu pemetaan penyakit tanaman di suatu wilayah lokasi survey menggunakan soft ware pemetaan ArcView GIS. Memiliki kemampuan grafis yang baik dan kemampuan teknis dalam pengolahan data spesial tersebut memberikan kekuatan secara nyata pada ArcView. Kekuatan analisis inilah yang pada akhirnya menjadikan ArcView banyak diterapkan (Budiyanto, 2007).

(84)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta kepala keluarga (KK), komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet. Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di pulau Sumatera dan juga di pulau lain yang diusahakan baik oleh perkebunan negara, swasta maupun rakyat (Budiman, 2012). Areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 3,4 juta

hektar. Dari total perkebunan karet tersebut luasan perkebunan dibagi seluas 2,9 juta hektar atau 85% merupakan Perkebunan Rakyat (PR) dan selebihnya

Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) (Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, 2013).

Sumatera Utara memiliki luas lahan perkebunan karet sebesar 419.097 hektar dengan total produksi 387.366,04 ton. Terdapat 25 kabupaten di Sumatera Utara yang membudidayakan tanaman karet. Dari daerah-daerah tersebut ada beberapa kabupaten yang menjadi daerah budidaya terluas diantaranya adalah : Mandailing Natal, Langkat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Padang Lawas Utara, Asahan, Serdang Berdagai, Labuhan Batu dan Simalungun (Badan Pusat Statistik, 2013).

(85)

tahun 2011 menjadi 5.073,79 ton pada tahun 2014. Rata-rata produksi karet di Asahan pada tahun 2014 yaitu 5.073,79 ton dengan luas lahan 5.252,21 ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2015).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan menyatakan bahwa produktivitas tanaman karet masih rendah salah satunya disebabkan oleh adanya serangan penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus. Penyakit JAP merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman karet, karena penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dalam intensitas yang tinggi terutama pada tanaman yang berumur 2 sampai 6 tahun. Kehilangan hasil akibat JAP mencapai 3 – 5% pada perkebunan besar dan 5 – 15% pada perkebunan rakyat. Selain mengakibatkan kehilangan produksi karena kerusakan tanaman, akibat lain dari infeksi patogen ini adalah secara

ekonomis, yaitu memerlukan biaya yang tinggi dalam pengendaliannya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2014).

Berdasarkan data Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan pada tahun 2014 luas serangan per ha JAP di Kabupaten Asahan mencapai 361,17 ha dengan taksasi kehilangan hasil per tiga bulan adalah 216,7 ha. Kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp. 1.159.671.750 dengan persentase kerugian mencapai 8.53%.

(86)

dan 5% pada perkebunan karet rakyat di Indonesia dengan taksiran nilai kerugian mencapai 300 miliar rupiah setiap tahunnya (Pulungan, dkk. 2013).

Tanaman yang terserang hama dan penyakit dapat menyebabkan berkurangnya hasil pertanian sehingga merugikan petani. Maka untuk itu diperlukan sebuah solusi yang dapat membantu industri pertanian dalam menanggulangi masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterapkan pada bidang teknologi sistem informasi untuk memecahkan permasalahan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan menampilkan data-data yang disertai dengan informasi geografisnya secara lebih akurat dan lebih spesifik lagi (Prahasta, 2002).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah bahagian dari pada sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat database untuk analisis dan pemetaan sesuatu yang terdapat di bumi. Pada umumnya penelitian-penelitian bidang Botani, Meteorologi dan Transportasi. SIG merupakan suatu rancangan informasi untuk mengerjakan data berunsur ruang atau koordinat geografis (Supriadi dan Nasution, 2007).

Mengingat bahayanya serangan penyakit Jamur Akar Putih pada karet maka sangat diperlukan langkah-langkah antisipatif yang aktif agar penyakit ini tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar pada petani karet di kemudian hari,

(87)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya serangan penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.)) pada beberapa perkebunan karet rakyat di Kabupaten Asahan yang ditampilkan pada peta.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai dasar pengembangan informasi tanaman karet dari segi pengendalian penyakit di Kabupaten Asahan.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(88)

ABSTRACK

Maya Sari Rahayu “Mapping the Distribution Early Attacks of White

Root Fungus Desease (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) at several smallholder’s rubber plantation in Asahan”. Guided by Ir. Lahmuddin Lubis MP. and Ir. Syahrial Oemry MS. The study aims to determine the severity of the White Root Fungus desease (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) in several smallholder’s rubber plantation in Asahan. This study was conducted in five smallholder’s rubber plantation in Asahan, which is smallholder’s rubber plantation at Aek Teluk Kiri village, Teluk Dalam district, smallholder’s rubber plantation at Kampung Baru village, Simpang Empat district, smallholder’s rubber plantation at Silomlom village, Simpang Empat district, smallholder’s rubber plantation at Pulo Pale village, Air Batu district, smallholder’s rubber plantation at Sei Alim Ulu village, Air Batu district and at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara with altitude ± 25 m asl.The method of research is survey with random sampling. Output Data were analyzed using correlation analysis and cartography using Geographic Information System (GIS).

Results showed that highest disease on the coordinates 2°83.167'54.5" LU and 99°61.997'34.7" BT at Sei Alim Ulu village, Air Batu district which severity 41.66% and lowest disease on the coordinates 2°87'06" - 2°87'23" LU dan 99°70'09" - 99°70'65" BT Silomlom village, Simpang Empat district which severity 5 %.

(89)

ABSTRAK

Maya Sari Rahayu, “Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan”. Di bawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis MP. dan Ir. Syahrial Oemry MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peta serangan penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa perkebunan karet rakyat di Kabupaten Asahan. Penelitian ini di laksanakan di lima perkebunan karet rakyat di Kabupaten Asahan, yaitu kebun karet rakyat di Desa Aek Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam, kebun karet rakyat di Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat, kebun karet rakyat di Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat, kebun karet rakyat di Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu, kebun karet rakyat di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dan di Labratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian menggunakan metode Survei dengan random sampling (acak). Output data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan pembuatan peta dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Hasil penelitian menunjukkan adanya serangan penyakit tertinggi pada titik koordinat 2°83'54" LU dan 99°61'34" BT di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dengan keprahan penyakit 41.66% serta terendah pada titik koordinat 2°87'06"LU dan 99°70'09"BT di Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat dengan keparahan penyakit 5 %.

(90)

DISTRIBUSI PETA AWAL SERANGAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) PADA BEBERAPA PERKEBUNAN

KARET RAKYAT DI KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh :

MAYA SARI RAHAYU 110301192

AET – HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(91)

DISTRIBUSI PETA AWAL SERANGAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) PADA BEBERAPA PERKEBUNAN

KARET RAKYAT DI KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh :

MAYA SARI RAHAYU 110301192

AET – HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(92)

Judul Skripsi : Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada Beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan

Nama : Maya Sari Rahayu NIM : 110301192

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat Studi : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.) (Ir. Syahrial Oemry, MS.

Ketua Anggota

)

Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(93)

ABSTRACK

Maya Sari Rahayu “Mapping the Distribution Early Attacks of White

Root Fungus Desease (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) at several smallholder’s rubber plantation in Asahan”. Guided by Ir. Lahmuddin Lubis MP. and Ir. Syahrial Oemry MS. The study aims to determine the severity of the White Root Fungus desease (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) in several smallholder’s rubber plantation in Asahan. This study was conducted in five smallholder’s rubber plantation in Asahan, which is smallholder’s rubber plantation at Aek Teluk Kiri village, Teluk Dalam district, smallholder’s rubber plantation at Kampung Baru village, Simpang Empat district, smallholder’s rubber plantation at Silomlom village, Simpang Empat district, smallholder’s rubber plantation at Pulo Pale village, Air Batu district, smallholder’s rubber plantation at Sei Alim Ulu village, Air Batu district and at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara with altitude ± 25 m asl.The method of research is survey with random sampling. Output Data were analyzed using correlation analysis and cartography using Geographic Information System (GIS).

Results showed that highest disease on the coordinates 2°83.167'54.5" LU and 99°61.997'34.7" BT at Sei Alim Ulu village, Air Batu district which severity 41.66% and lowest disease on the coordinates 2°87'06" - 2°87'23" LU dan 99°70'09" - 99°70'65" BT Silomlom village, Simpang Empat district which severity 5 %.

(94)

ABSTRAK

Maya Sari Rahayu, “Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan”. Di bawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis MP. dan Ir. Syahrial Oemry MS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peta serangan penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa perkebunan karet rakyat di Kabupaten Asahan. Penelitian ini di laksanakan di lima perkebunan karet rakyat di Kabupaten Asahan, yaitu kebun karet rakyat di Desa Aek Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam, kebun karet rakyat di Desa Kampung Baru Kecamatan Simpang Empat, kebun karet rakyat di Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat, kebun karet rakyat di Desa Sei Pulo Pale Kecamatan Air Batu, kebun karet rakyat di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dan di Labratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian menggunakan metode Survei dengan random sampling (acak). Output data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan pembuatan peta dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Hasil penelitian menunjukkan adanya serangan penyakit tertinggi pada titik koordinat 2°83'54" LU dan 99°61'34" BT di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu dengan keprahan penyakit 41.66% serta terendah pada titik koordinat 2°87'06"LU dan 99°70'09"BT di Desa Silomlom Kecamatan Simpang Empat dengan keparahan penyakit 5 %.

(95)

RIWAYAT HIDUP

Maya Sari Rahayu lahir pada 30 Mei 1993 di Kisaran, Sumatera Utara. Merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Ayahanda Erwandi dan Ibunda Suwartini.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Lulus dari SD Negeri No. 018452 Kisaran pada tahun 2005

- Lulus dari SMP Negeri 1 Kisaran pada tahun 2008 - Lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2011

- Tahun 2011 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur UMB-reguler pilihan keempat.

(96)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Distribusi Peta Awal Serangan Penyakit Jamur Akar Putih (Jap) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) pada beberapa Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Asahan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda Erwandi dan Ibunda Suwartini yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada komisi pembimbing Ir. Lahmuddin Lubis MP., selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Syahrial Oemry MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan kritik, dukungan dan saran berbagai masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta seluruh teman-teman Agroekoteknologi 2011.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2016

(97)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Patogen Penyebab Penyakit ... 8

Biologi Penyakit ... 8

Daur Hidup Penyakit ... 9

Gejala Serangan... 10

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ... 12

Pengendalian Penyakit ... 13

GIS (Geographic Information System) ... 17

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitan ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaaan Penelitian ... 21

Pemilhan Kebun ... 21

Penetapan Sampel Tanaman... 21

Pengumpulan Data ... 22

Pengamatan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit ... 22

Pengolahan Data ... 22

(98)

Parameter Pengamatan... 23

Peta Serangan Penyakit ... 23

Kejadian Penyakit ... 24

Keparahan Penyakit... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26

Peta Serangan Penyakit ... 26

Kejadian dan Keparahan Penyakit ... 27

Analisis Korelasi ... 27

Tabel Kuisioner ... 29

Pembahasan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

(99)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm

1 Skoring keparahan penyakit jamur akar putih pada karet 24 2 Kejadian dan Keparahan Penyakit dengan faktor yang mendukungnya 27

3 Uji Normalitas 28

4 Uji Korelasi 28

5 Rekapitulasi kuisioner para petani di lima kebun karet rakyat 29

6 Skoring JAP Kebun I 42

7 Skoring JAP Kebun II 44

8 Skoring JAP Kebun III 51

9 Skoring JAP Kebun IV 54

10 Skoring JAP Kebun V 56

11 Data Lingkungan Beberapa Lahan Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

58 12 Data Kejadian Penyakit serta Keparahan Penyakit Beberapa

Kebun Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

(100)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm

1 Badan buah jamur R. microporus 9

2 Bentuk mikroskopis JAP 9

3 Rhizomorph pada akar 10

4 Gejala serangan JAP 11

5 Stadia JAP pada akar 24

6 Peta serangan penyakit R. microporus 26 7 Pengamatan penyakit R. microporus di Lapangan 76 8 Pengamatan R. microporus di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universtas Sumatera Utara

81 9 Pengukuran sampel pH tanah di Laboratorium Riset dan

Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(101)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm

1 Biodata kebun karet

a. Kebun karet Desa Aek Teluk Kiri b. Kebun karet Desa Kampung Baru c. Kebun karet Desa Silomlom d. Kebun karet Desa Sei Pulo Pale 2 Perhitungan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit

a. Kebun karet Desa Aek Teluk Kiri b. Kebun karet Desa Kampung Baru c. Kebun karet Desa Silomlom d. Kebun karet Desa Sei Pulo Pale 3 Data Lingkungan Beberapa Lahan Karet di Kecamatan Kabupaten

Asahan

58 4 Data Kejadian Penyakit serta Keparahan Penyakit Beberapa

Kebun Karet di Kecamatan Kabupaten Asahan

66

5 Uji Normalitas Data dan Analsis Korelasi 74

6 Pengamatan penyakit R. microporus di Lapangan 76 7 Pengamatan R. microporus di Laboratorium 81

8 Pengamatan sampel pH tanah 83

Gambar

Tabel 6 . Skoring JAP Kebun I
Tabel 7. Skoring JAP Kebun II
Tabel 8. Skoring JAP Kebun III
Tabel 9. Skoring JAP Kebun IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Subsidi Ongkos Angkut Penumpang Udara Rute Nunukan - Long Baw an ( PP) , maka dengan ini Saudara kami undang untuk mengikuti acara Pembuktian Kualifikasi yang akan

6 Saya merasa pemimpin selalu berusaha untuk mendisiplinkan karyawan agar dapat mematuhi atau menyenangi peraturan, prosedur dan kebijakan perusahaan. Kuesioner

diharapkan adalah anak dapat menceritakan kembali isi cerita yang.. sudah diceritakan guru secara sederhana dengan bahasanya sendiri. Tindakan. Pelaksanaan proses

Selain itu, dapat dilihat juga bahwa SR2 tidak menuliskan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal tersebut, hal itu menunjukkan bahwa tidak ada perencanaan

This means that if examined from the real empirical facts through the perception of students to the state of service majors related to functional value (want

[r]

Strengthen cooperation between ASEAN and India on cyber-security capacity building and policy coordination, including through supporting the implementation of the

Bahan Hukum Primer, 47 yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya adalah Al-Qur’an dan