2009-2011)
SKRIPSI
Oleh :
ROBI SUPRAYOGI 0913010111/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
(Studi Empir is pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi
Oleh :
ROBI SUPRAYOGI 0913010111/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
ROBI SUPRAYOGI 0913010111/FE/AK
Telah diper tahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogra m Studi Akuntansi Fakulta s Ekonomi
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 13 J uni 2013
Pembimbing : Pembimbing Utama
Dra . Ec. Sar i Andayani M,Aks
Tim Penguji : K etua
Dr. Indra wa ti Y. Ak, MM Sekreta ris
Dra . Ec. Sar i Andayani M, Aks Anggota
R ina Mustika SE. MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi dalam jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur dengan judul
“DAMPAK UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN
LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG J AWAB
SOSIAL (Studi Empir is pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2011)”.
Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Icshanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Dra Sari Andayani. M,Aks selaku dosen pembimbing yang membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah.
8. Adam nugraha, Moch Anas Fauzi, Prima Pieter Prasetyo dan Rizkie Ainur Rahman yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang selalu aku cintai Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang selalu memberikan do’a dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah mendukung Penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, untuk itu Penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal itu sangat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surabaya, 22 April 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1LatarBelakang ... 1
1.2RumusanMasalah ... 9
1.3TujuanPenelitian ... 9
1.4ManfaatPenelitian ... 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori ... 15
2.2.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial ... 15
2.2.2. Tanggung Jawab Sosial ... 20
2.2.3. Pengertian Pengungkapan Perusahaan ... 23
2.2.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR ... 27
2.2.5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR ... 28
3.2.1. Populasi ... 38
3.2.2. Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.3.1 Jenis Data ... 42
3.3.2. Sumber Data ... 42
3.3.3.Metode Pengambilan Data ... 42
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 43
3.4.1. Teknik Analisis ... 43
3.4.1.1. Uji Normalitas ... 44
3.4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 44
3.4.2. Uji Hipotesis ... 47
3.4.1.1. Uji F ... 47
3.4.1.1. Uji t ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50
4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia ... 50
4.1.2 Penentuan Jumlah Sampel... 52
4.2. GambaranUmum Perusahaan Sampel ... 54
4.2.1. PT. Adaro Energy Tbk ………...………... 54
4.2.7. PT. Energi Media Persada Tbk ... 60
4.2.8. PT. International Nickel Indonesia Tbk ... 61
4.2.9. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk ... 62
4.2.10. PT. Bukit Asam Tbk ... 63
4.2.11. PT. Sugih Energi Tbk ... 64
4.2.12. PT. Perdan Karya Perkasa Tbk ... 65
4.2.13. PT Elnusa Tbk ... 65
4.2.14. PT Indo Tambangraya Megah Tbk ... 66
4.2.15. PT Indika Energy Tbk ... 67
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68
4.3.1. Ukuran Perusahaan (X1) ... 68
4.3.2. Profitabilitas (X2) ... 70
4.3.3. Leverage (X3) ... 72
4.2.4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Y) ... 74
4.4. Uji Kualitas Data ... 76
4.3.1. UjiNormalitas ... 76
4.5. Uji Asumsi Klasik ... 77
4.4.1. Uji Autokorelasi ... 78
4.6.3 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t ... 85
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86
4.7.1. Ukuran Perusahaan ... 87
4.7.2. Profitabilitas (ROA) ... 87
4.7.3. Leverage (DER) ... 88
4.8. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 89
4.9. Keterbatasan Penelitian ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1. Kesimpulan ... 91
5.2. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
Oleh : Robi Supr ayogi
Abstr ak
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab sosial dan lingkungan (Corporate Social Responsibility/CSR) dipandang sebagai bentuk kontribusi perusahaan kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait atas tanggung jawab sosial dan kelangsungan perusahaan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran konvensional untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal. Untuk mengkomunikasikan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilaksanakan, maka aktivitas tanggung jawab sosial dan hal-hal terkait dilaporkan dalam laporan tahunan sebagai bentuk corporate social and environmental responsibilitiy reporting. Dengan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan ini diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi atas peran sosial dan kepedulian lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut, sehingga perusahaan akan memperoleh dukungan dari masyarakat, dan kelangsungan hidup perusahaan dapat diperoleh.
Variabel dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage (X3) dan pengungkapan tanggung jawab sosial (Y). Sampel peneltian ini adalah 22 data laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2011. Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab social.
1.1 Latar Belakang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya
(Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 point
3). Pengertian ini mengandung arti bahwa perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap komunitas setempat
dan lingkungan masyarakat umumnya. Implementasi atas peran tanggung jawab
tersebut diatur dalam Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007, dan pelaksanaannya
harus dilaporkan dalam laporan Tahunan perusahaan (pasal 66 ayat 2c).
Tanggung jawab sosial dan lingkungan juga diatur dalam UU Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal terkait dengan perusahaan yang terdaftar
di pasar modal. Regulasi tersebut menjelaskan kewajiban bagi setiap penanam
masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan (Corporate Social
Responsibility/CSR) dipandang sebagai bentuk kontribusi perusahaan kepada
masyarakat dan pihak-pihak terkait atas tanggung jawab sosial dan kelangsungan
perusahaan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran
konvensional untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal. Gray
et al (1995) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan
tanggung jawab dunia bisnis untuk menjadi akuntabel terhadap seluruh
stakeholder, bukan hanya kepada stockholder saja.
Perusahaan akan mengungkapkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan agar bentuk kontribusi yang telah dilakukan perusahaan tersebut dapat
diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk mengkomunikasikan
tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilaksanakan, maka aktivitas
tanggung jawab sosial dan hal-hal terkait dilaporkan dalam laporan tahunan
sebagai bentuk corporate social and environmental responsibilitiy reporting.
Dengan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam
laporan tahunan perusahaan ini diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi
tersebut, sehingga perusahaan akan memperoleh dukungan dari masyarakat, dan
kelangsungan hidup perusahaan dapat diperoleh (Gray et al., 1995).
Dari sisi lain, pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam
laporan tahunan ini dapat digunakan oleh manajer sebagai alat untuk
mengamankan kedudukannya, dan digunakan untuk mengalihkan perhatian
stakeholder dari monitoring aktivitas manajemen laba (Prior et al.,2008). Hal ini
dimungkinkan karena manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dari
pada pihak berkepentingan lainnya sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan.
Secara keseluruhan, tingkat tanggung jawab sosial yang diterima oleh
perusahaan memerlukan keputusan yang aktif. Manajemen harus memutuskan
seberapa banyak polusi yang akan dihasilkan dan seberapa banyak yang akan
dibersihkan, siapa yang akan direkrut, seberapa baik kondisi kerja akan
ditingkatkan, dan seberapa banyak sumbangan yang akan diberikan pada kegiatan
sosial. Jika manajemen menerima tanggung jawab sosial semata – mata demi laba
jangka pendek maka tidak mungkin suatuperusahaan akan melakukan lebih dari
apa yang diharuskan oleh undang – undang.
Menyadari hal tersebut, perusahaan di Indonesia tidak hanya berdiam diri.
Perusahaan berupaya untuk memperbaiki hubungan perusahaan dengan
lingkungan sosialnya melalui berbagai media baik media eksternal maupun media
perusahaan dapat mengkomunikasikan aktivitas sosialnya serta memperoleh
legitimasi dari para stakeholdersnya. Dalam hal ini akuntansi sebagai suatu alat
pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap aktivitas
suatu unit usaha.
Dalam standar akuntansi keuangan Indonesia sendiri belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, akibatnya yang terjadi di
dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Secara
implisit Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf 9 menyarankan untuk
mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut :
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting.”
Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1
Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang menjalankan kegiatan
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan
bahwa ”setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”.
Pentingnya pengungkapan CSR telah membuat banyak peneliti untuk
melakukan penelitian dan diskusi mengenai praktik dan motivasi perusahaan
untuk melakukan CSR. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun
di luar negeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Raldy
Yap dan Agnes Utari Widyaningdyah (2009), Andi Kartika (2010), dan T. Romi
Marnelly (2012) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan CSR. Diantara faktor-faktor yang menjadi variabel dalam
penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage.
Ukuran perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan
besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan
informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, oleh karena
itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada
perusahaan kecil. Akan tetapi tidak semua penilitian mendukung hubungan antara
berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Florence Devina,
L. Suryanto dan Zulaikha (2004), dan Fitriany, Irman dan Wahyu (1999).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi CSR adalah profitabilitas.
Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi,
salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki
tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu
melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan
perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para
pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di
perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
Scott (2000) menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi
leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap
kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang
leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan
laba sekarang yang lebih tinggi.
Peristiwa yang terjadi belakangan ini juga ikut menyadarkan akan arti penting
penerapan CSR. Sebagai contoh yang masih sangat segar adalah kasus lumpur
panas di ladang migas PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Pada kasus tersebut
mengakibatkan perusahaan mengeluarkan anggaran yang tidak kecil bahkan
terhenti operasionalnya akibat adanya komplain masyarakat
(www.sinarharapan.co.id).
Masalah isu pencemaran lingkungan yang lain adalah pencemaran yang
dilakukan perusahan tambang PT Newmont Minahasa Raya yang beroperasi di
wilayah Teluk Buyat, Kabupaten Bolaang Mongondouw Sulawesi Utara tahun
2004. Limbah tailing (sisa buangan tambang) yang dihasilkan perusahaan
tambang emas itu disebut-sebut mengakibatkan lebih dari 100 warga di Teluk
Buyat terkena penyakit Minamata. Penyakit Minamata yang selama ini
menyerang syaraf dikenal sebagai penyakit yang muncul akibat terkontaminasi
logam berat seperti arsenik dan merkuri. Sejumlah LSM seperti Walhi dan Jatam
menyampaikan bahwa penyakit yang diderita masyarakat di sekitar Teluk Buyat
karena bertambahnya kadar arsen dan merkuri di laut di tempat PT Newmont
Terdapat fenomena lain di tahun 2009 yang menggambarkan bahwa
perusahaan tambang merupakan perusahaan yang sangat sensitif pada dampak
pencemaran lingkungan. Fenomena lain itu adalah Gencarnya isu dari LSM
lingkungan yang kerap mengidentikkan pertambangan dengan kehancuran
lingkungan dinilai tidak tepat. Kalaupun isu itu gencar terjadi di Indonesia, karena
tidak adanya rencana reklamasi dari perusahaan pertambangan. Kebanyakan
perusahaan pertambangan di Indonesia hanya melakukan replantasi, padahal
mereka seharusnya bukan hanya melakukan replantasi namun juga melakukan
reklamasi. Kedua hal itu adalah hal yang berbeda, reklamasi adalah perencanaan
peruntukan daerah pertambangan setelah dieksploitasi, sedangkan replantasi
adalah penanaman kembali daerah tambang pasca dieksploitasi. Reklamasi itu
sendiri juga merupakan salah satu kegiatan CSR. (www.detikbandung.com)
Dari fenomena diatas dapat dikatakan peranan tanggung jawab sosial oleh
perusahaan kurang mendapat perhatian yang serius. Maka, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul: DAMPAK UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN
TANGGUNG J AWAB SOSIAL (Studi Empir is pada Per usahaan
1.2Per umusa n Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak
diteliti dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan, yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan?
2. Apakah tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan?
3. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian tentang
pengungkapan informasi sosial suatu perusahaan. Oleh karena itu tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap hal-hal
tersebut diatas, antara lain :
1. Menganalisis pengaruh tingkat ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
2. Menganalisis pengaruh tingkat profitabilitas perusahaan terhadap
3. Menganalisis pengaruh tingkat leverage terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
1.4 Ma nfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiaan ini, manfaat yang
diharapkan adalah :
1. Bagi Investor di Bursa Efek, membantu investor mengetahui tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan untuk melakukan investasi.
2. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengembangan wawasan di bidang pengungkapan laporan keuangan
perusahaan serta sebagai ajang ilmiah yang menerapkan berbagai teori
yang diperoleh selama perkuliahan dan membandingkannya dengan
kenyataan yang ada.
3. Bagi Pembaca, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca
dalam rangka pemenuhan informasi dan referensi atau bahan kajian dalam
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang karakteristik
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Ter dahulu
Tinjauan umum dari beberapa literatur yang relevan mengindikasikan
bahwa telah terdapat penelitian-penelitian mengenai pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan secara komprehensif (Sembiring, 2005; Raldy Yap
dan Agnes Utari Widyaningdyah, 2009; Andi Kartika, 2010; T. Romi
Marnelly, 2012; )
Sembir ing (2005) meneliti “Karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang
tercatat di bursa efek Jakarta” dengan sampel 78 perusahaan yang terdaftar
dibursa efek Jakarta tahun 2002 sebagai sampel perusahaan. Dari penelitian
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Andi Kar tika (2010) meneliti “Karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI” dengan sampel 145 perusahaan yang
Dari penelitian disimpulkan bahwa Ukuran perusahaan dan tipe industri
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan
sosial sedangkan profitabilitas dan basis perusahaan tidak mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan sosial.
Raldy Yap dan Agnes Utar i Widyaningdyah (2009) meneliti
“Pengungkapan pertanggung jawaban sosial pada laporan tahunan perusahaan
yang go public di bursa efek indonesia” dengan sampel 347 perusahaan yang
terdaftar dibursa efek Jakarta tahun 2008 sebagai sampel perusahaan. Dari
penelitian disimpulkan bahwa Pengungkapan ada yang bersifat wajib
(mandatory) yaitu pengungkapan informasi yang wajib dilakukan oleh
perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada
yang bersifat sukarela (voluntary), yaitu pengungkapan yang dilakukan
perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan
badan pengawas (Suwardjono, 2005 : 190, 575, 577).
T. Romi Mar nelly (2012) meneliti “Corporate social responbility
(CSR): tinjauan teori dan praktek di indonesia” dengan sampel 78 perusahaan
yang terdaftar dibursa efek Jakarta tahun 2002 sebagai sampel perusahaan.
Dari penelitian disimpulkan bahwa: Pertama, suatu peran yang sifatnya
sukarela dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah social dan
lingkungan. Kedua, CSR sebagai bentuk kewajiban perusahaan untuk peduli
terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus
Tr y Yaser ly Rizky (2012) meneliti “Karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan
Transportasi dan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI” dengan sampel 12
perusahaan yang terdaftar dibursa efek Jakarta tahun 2008-2010 sebagai
sampel perusahaan. Dari penelitian disimpulkan bahwa profitabilitas dan
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penggungkapan tanggung jawab sosial sedangkan ukuran perusahaan dan
leverage tidak berpengaruh positif terhadap penggungkapan tanggung jawab
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Mengenai Kelengkapan Pengungkapan
NO NAMA PENEL ITI
J UDUL PENEL ITIAN VAR IABEL
1 Sembiring (2005)
Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang
tercatat di bursa efek Jakarta
1. Ukuran Perusahaan (X1) 2. Profitabilitas (X2) 3. Profile (X3)
4. Ukuran Dewan Komisaris (X4)
5. Pengungkapan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Y)
2 Andi Kartika
(2010)
Karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
1. Ukuran Perusahaan (X1)
2. Profitabilitas (X2) 3. Basis Perusahaan (X3) 4. Tipe Perusahaan (X4) 5. Likuiditas (X5)
6. Pengungkapan Tanggung jawab Sosial (Y) 3 Raldy Yap dan
Agnes Utari Widyaningdyah
(2009)
Pengungkapan pertanggung jawaban
sosial pada laporan tahunan perusahaan yang go public di bursa efek indonesia
1. Perusahaan High Profile (X1) 2. Perusahaan Low Profile (X2)
3. Indeks Pengungkapan Sosial Semua
Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun (2006) (Y)
4 T. Romi
Marnelly
(2012))
Corporate social responbility (CSR): tinjauan teori dan praktek di Indonesia
1. Pihak Internal Perusahaan (X1) 2. Pihak Eksternal Perusahaan (X2)
3. Pemahaman CSR Bagi Perusahaan (Y)
5 Try Yaserly Rizki (2012)
Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan transportasi dan telekomunikasi yang terdaftar di BEI
1. Ukuran Perusahaan 2. Profitabilitas 3. Leverage
2.2 Landasan Teor i
2.2.1. Penger tian Tanggung jawab Sosial Per usahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah merupakan konsep baru
dalam masyarakat, tetapi semakin meluas bersamaan dengan konsep-konsep
lain. Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan
memberi perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi
akibat kegiatan operasional perusahaan. Lebih lanjut lagi menurut Moir
(2001) menyatakan “selain menghasilkan keuntungan, perusahaan harus
membantu memecahkan masalah-masalah sosial terkait atau tidak perusahaan
ikut menciptakan masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada
potensi keuntungan jangka pendek atau jangka panjang.
Tanggung jawab sosial atau yang disebut juga sebagai Corporate
Social Responsibility, secara teoritis masih mengalami kontradiksi. Salah satu
definisi CSR yang terkenal adalah yang diungkapkan oleh Carroll (1991).
Carroll (1991) mendefinisikan CSR kedalam 4 bagian yaitu : tanggung jawab
ekonomi (economic responsibilities), tanggung jawab hukum (legal
responsibilities), tanggung jawab etis (ethical responsibilities), tanggung
jawab filantropis (philanthropic responsibilities). Carroll menggambarkan
keempat bagian CSR itu kedalam sebuah piramid. Piramida CSR dimulai
dengan tanggung jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab yang
karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas perilaku
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Selanjutnya perusahaan
harus bertanggung jawab secara etis. Dan yang terakhir, perusahaan
diharapkan untuk menjadi warga perusahaan yang baik (good corporate
citizen).
Mirza dan Imbuh (1997) dalam Indira (2005) mendefinisikan
Corporate Social Responsibility sebagai kewajiban organisasi yang tidak
hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga
mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga
memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana
mereka berada.
Commission of t he European Communit ies (2001) mendefinisikan CSR sebagai berikut :
“A concept whereby companies integrate social and
environmental concerns in their business operations and in their
interaction with their stakeholders on a voluntary basis.”
Dari pengertian diatas konsep CSR adalah perusahaan seharusnya
mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela.
Sementara menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable
“…CSR is the continuing commitment by business to behave
ethically and contribute to economic development while improving
the quality of life of the workforce and their families as well as of
the local community and society at large.”
Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas.
Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih lanjut
dalam penelitian Andi Kartika (2010) meneliti komponen yang terdapat dalam
definisi-definisi CSR yang telah ada sebelumnya. Andi Kartika menemukan
bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut
juga sebagai corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)
dalam (Devina Suryanto dan Zulaikha, 2004) merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Pergeseran filosofis pengelolaan organisasi
entitas bisnis yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory) adalah
tanggung jawab perusahaan yang hanya berorientasi kepada pengelola (agen)
dan pemilik (principles) mengalami perubahan kepada pandangan manajemen
modern yang didasarkan pada teori stakeholder, yaitu terdapatnya perluasan
tanggung jawab perusahaan dengan dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan
dimana perusahaan berada (Azizul, 2001) dalam Ivana (2006) dan Arfan
Ikhsan Lubis (2007). Seiring dengan perkembangan isu tersebut, para akuntan
juga membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial
perusahaan dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi (Azhar, 2001)
dalam Ivanna (2006). Perusahaan berusaha memenuhi tuntutan dari berbagai
pihak mengenai pengungkapan aktivitas – aktivitas sosial ekonominya. Salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Hal tersebut didukung oleh Gray. et al., (1994) dalam Chariri dan
Ghozali (2007) yang menyatakan bahwa, “kelangsungan hidup perusahaan
tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari
sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.
pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan
dengan stakeholdernya.”
Listyorini dan Greg Anggana (1998) dalam Indira (2005) menyatakan
bahwa pada dasarnya kemauan untuk melaksanakan Corporate Social
Responsibility (social responsibility) tergantung pada tingkat kepekaan sosial
(social sensiveness) manajemen perusahaan, dimana tingkat kepekaan
pengelola perusahaan adalah merupakan akumulasi dari tingkat kepekaan
masing-masing individu yang menduduki berbagai tingkatan jabatan
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan
bahwa tanggung jawab perusahaan (CSR) dapat dibagi menjadi tiga level
sebagai berikut :
1. Basic responsibility (BR) Pada level pertama, menghubungkan
tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan yang muncul karena
keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar
pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan
pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi
akan menimbulkan dampak yang sangat serius.
2. Organization responsibility (OR) Pada level kedua ini menunjukan
tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan
stakeholder seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di
sekitarnya.
3. Sociental responses (SR) Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika
interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang
demikian kuat
sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya
2.2.2. Tangung J awab Sosial Per usahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility dapat didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangkapenjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi
pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya (Jauhari,
2010). Kerangkatanggung jawab sosial ini dirancang untuk memberikan nilai
yang berkelanjutanbagi masyarakat pada umumnya (Said, et al., 2009).
Elkington (1997) dalam Agoes dan Ardana (2009) mengemukakan
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mencakup tiga dimensi, yang lebih
popular dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan (profit) bagi
perusahaan, memberdayakan masyarakat (people), dan memelihara
kelestarian alam/bumi(planet).
Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu
mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis
menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan tanggung jawabnya,
masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk membatasi
otonomi bisnis (Jauhari, 2010).
Menurut Jauhari (2010), beberapa alasan sebuah perusahaan
memutuskan untuk menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
a. Moralitas: Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak
yang berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan
keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat
tanpa mengharapkan balas jasa.
b. Pemurnian Kepentingan Sendiri: Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan
kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan
tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Teori Investasi: Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder karena tindakan yang dilakukan akan mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan.
d. Mempertahankan otonomi: Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap stakeholder untuk menghindari campur tangan
kelompok-kelompok yang ada di dalam lingkungan kerja dalam pengambilan
keputusan manajemen.
Menurut Jauhari (2010), ada beberapa manfaat tanggung jawab sosial
perusahaan, yaitu:
1. Manfaat bagi Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi hubungan masyarakat
dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution.
3. Manfaat bagi Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan
misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.
Lawrence, et al. (2005) dalam Agoes dan Ardana (2009) melukiskan
tingkat kesadaran para pelaku bisnis dan para pemangku kepentingan terkait
lainnya, dalam bentuk tingkat keterlibatan bisnis dengan para pemangku
kepentingan dalam beberapa tingkatan hubungan, yaitu inactive, reactive,
proactive, dan interactive. Perusahaan yang inactive sama sekali mengabaikan
apa yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Perusahaan yang
reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan
akan mengganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu.
Perusahaan yang proactive akan selalu mengantisipasi apa saja yang menjadi
kepedulian para pemangku kepentingan, sedangkan perusahaan yang
interactive selalu membuka diri dan mengajak para pemangku kepentingan
untuk berdialog setiap saat atas dasar saling menghormati, saling memercayai,
dan saling menguntungkan.
Berdasarkan tingkat/lingkup keterlibatan ini, Lawrence, et al. (2005)
dalam Agoes dan Ardana (2009) membedakan dua prinsip tanggung jawab
pelayanan (stewardship principles). Definisi prinsip amal (charity principles)
yaitu bisnis seharusnya memberikan bantuan sukarela kepada orang atau
kelompok yang memerlukan; misalnya mendirikan yayasan amal, berinisiatif
untuk menanggulangi masalah sosial, bekerja sama dengan kelompok
masyarakat yang memerlukan. Tipe aktivitas prinsip amal (charity principles)
yaitu filantropi korporasi dan tindakan sukarela untuk menunjang citra
perusahaan. Sebaliknya, prinsip pelayanan (stewardship principles) yaitu
sebagai agen publik, tindakan bisnis seharusnya mempertimbangkan semua
kelompok pemangku kepentingan yang dipengaruhi oleh keputusan dan
kebijakan perusahaan; misalnya pribadi yang tercerahkan, memenuhi
ketentuan hukum, menggunakan pendekatan stakeholders dalam perencanaan
strategis perusahaan. Tipe aktivitas prinsip pelayanan (stewardship principles)
yaitu mengakui adanya saling ketergantungan perusahaan dengan masyarakat
dan menyeimbangkan kepentingan dan kebutuhan semua ragam kelompok di
masyarakat.
2.2.3. Penger tian Pengungkapan (disclosure) Per usahaan
Pengungkapan (disclosure) kaitannya dalam laporan keuangan,
mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan
penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan
demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas, serta mampu
berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha (Ghozali dan Chariri, 2007).
Pengungkapan (disclosure) dalam Hendriksen dan Breda (2002) didefinisikan
sebagai penyediaan atau penyampaian informasi keuangan tentang suatu
perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya berupa laporan tahunan.
Sedangkan mengenai informasi apakah yang harus diungkapkan dalam suatu
laporan keuangan, tercantum dalam SFAC No.1 (Chariri dan Ghozali, 2001):
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan, tetapi juga
media pelaporan informasi lainnya yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan informasi yang disediakan oleh akuntansi, yaitu mengenai
sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodik, dan sebagainya.
Jika suatu transaksi atau peristiwa tertentu tidak dapat dimasukkan
sebagai bagian dari laporan keuangan utama, maka transaksi atau peristiwa
tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain dan informasi lain.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi yang wajib
diberitahukan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bapepam. Sedangkan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan informasi
diluar pengungkapan wajib yang diberikan dengan sukarela oleh perusahaan
pengungkapan sukarela yang di laporkan dalam laporan tahunan ini terdapat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pertimbangan aspek sosial ke dalam akuntansi telah dilakukan oleh
Trueblood Committee. Trueblood Committee dalam Zeff (1999) menyatakan
bahwa tujuan social perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi.
Trueblood Committee Report menyatakan
“An objective of financial statements is to report on those activities of
the enterprise affecting society which can be determined and
described or measured and which are important to the role of the
enterprise in its social environment.”
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) adalah bagian dari tujuan laporan keuangan. Gray et al.
(1994) mendefinisikan Social and environmental accounting sebagai:
“…the process of communicating the social and environmental effects
of organizations’ economic actions to particular interest groups within
society and to society at large…”
Dari definisi diatas akuntansi pertanggung jawaban sosial merupakan
suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan
masyarakat secara keseluruhan.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari
yang dilakukan oleh Ernst dan Ernst,1998 (dalam Chariri dan Ghozali, 2007)
menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan
lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat
dikategorikan ke dalam kelompok berikut ini :
1. Lingkungan
2. Energi
3. Praktik bisnis yang wajar (fair)
4. Sumber daya manusia
5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan
7. Pengungkapan lainnya
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi
sosial dan lingkungan. Deegan (2002) dalam penelitiannya merangkum
beberapa alasan yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan
informasi sosial dan lingkungan sebagai berikut :
1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.
5. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan yang sesuai dengan "komunitas lisensi untuk beroperasi".
2.2.4. Pengar uh Ukur an Per usahaan Ter hadap Pengungkapan CSR
Salah satu variabel penduga yang paling menjelaskan variasi kuantitas
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan adalah ukuran perusahaan.
Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan mereka. Perusahaan yang berukuran lebih besar
merupakan emiten yang banyak disoroti dan cenderung memiliki keinginan
masyarakat akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang berukuran kecil. Hal ini berarti bahwa perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada
perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis
yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar
tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggung jawaban sosial. Dengan adanya pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud Corporate Social
Responsibility perusahaan (Hasibuan, 2001).
Terkait dengan teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar
memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil
informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan
tersebut. Sedangkan alasan lainnya bila dihubungkan dengan teori stakeholder
bahwa perusahaan besar mempunyai jumlah stakeholder yang banyak
sehingga akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mendapatkan
dukungan dari para stakeholder.
Ukuran perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki
perusahaan, diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate
Social Responsibility dalam laporan tahunan perusahaan. Alasan yang
mendasari pengharapan ini adalah umumya perusahaan memiliki biaya
competitif disadvantage lebih rendah dari perusahaan kecil, skill karyawan
yang lebih baik dan biaya pengungkapan yang rendah, sehingga
memungkinkan dalam melakukan pengungkapan lebih luas. Variabel
merupakan variabel yang paling konsisten dalam penelitian sebelumnya
(Wallace, 1994, Suripto, 1999, Yuniati Gunawan, 2000 dalam Nor Hadi dan
Sabeni, 2002). Secara umum, menurut Gray et. al., (2001) dalam Sembiring
(2002), kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara
ukuranperusahaan dengan Corporate Social Responsibility perusahaan.
2.2.5. Pengar uh Pr ofitabilitas Ter hadap Pengungkapan CSR
Heinze (1976) dalam Heckston dan Milne, (1996) menyatakan bahwa
profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang
dilakukan oleh perusahan.
Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan
telah dipostulasikan untuk merefleksikan pandangan bahwa kepekaan sosial
membutuhkan gaya managerial yang sama sebagaimana yang diperlukan
untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan (profitable) Bowman dan
Haire (1976) dalam Heckstondan Milne (1996). Pengungkapan CSR
merupakan cerminan suatu pendekatan manajemen dalam menghadapi
lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk
mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive
dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen et al., 1987 dalam Heckston
dan Milne, 1996). Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978) dalam
Anggraini (2006) mendukung hubungan profitabilitas dan pengungkapan
Corporate Social Responsibility.
2.2.6. Pengar uh Leverage Ter hadap Pengungkapan CSR
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata
ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Perjanjian terbatas seperti
membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan
antar pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen dan Meckling, 1976;
Smith dan Warner, 1979 dalam Belkaoul dan Karpik, 1989).
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen
dan Meckling, 1976 dalam Anggraini, 2006). Menurut Belkaoui dan Karpik
(1989) dalam Sembiring (2002) keputusan untuk mengungkapkan informasi
sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang
menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi
perngungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi
soratan debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Menurut Schipper (1981) dan Meek et. al., (1995) dalam Anggraini
(2006) menyebutkan bahwa tambahan informasi diperlukan untuk
menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak
mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
2.3. Diagram Ker angka Pemikiran
Dari uraian ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial dapat disusun suatu kerangka pikir
sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Pengungkapan Laporan Tanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh
perusahaan dimana Y adalah Variabel terikat
X1 = Ukuran Perusahaan yang dilakukan dalam pengungkapan tanggung
jawab sosial oleh perusahaan dimana X2 adalah variabel bebas Ukuran perusahaan
(X1)
profit abilitas (X2)
Uji St at ist ik Regresi Linier Berganda
Pengungkapan Laporan Tanggung Jawab Sosial
(Y)
Leverage
X2 = Profitabilitas yang dilakukan dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial oleh perusahaan dimana X2 adalah variabel bebas
X3 = Leverage yang dilakukan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial
oleh perusahaan dimana X2 adalah variabel bebas
Dalam alur kerangka fikir tersebut terdapat satu variabel terikat yaitu
Y dan tiga variabel bebas yaitu X1, X2, dan X3 untuk mencari ada tidaknya
pengaruh antara X1 dengan Y, X2 dengan Y, dan X3 dengan Y. dengan
menggunakan uji statistik yaitu regresi linier berganda.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori
maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan
kelengkapan laporan tanggung jawab sosial
H2 : Terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan
kelengkapan laporan tanggung jawab sosial
H3 : Terdapat pengaruh antara leverage dengan kelengkapan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel
3.1.1 Definisi Oper asional
Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut ( Nazir 2005: 126 ).
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Var iabel Bebas ( Independent Var iabel )
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini antara
lain:
1. Ukur an Per usa haan (X1)
Definisi dari ukuranperusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan, dapat dinyatakan dalam total
berwujud dan aktiva lain-lain. Skala pengukuran untuk ukuran
perusahaan dengan logaritma natural. Ukuran perusahaan diukur dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan
dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain
dikarenakan total aktiva perusahaan nilainya relative besar dibandingkan
variabel-variabel lain dalam penelitian ini.
2. Pr ofitabilitas (X2)
Profitabilitas merupakan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Skala pengukuran untuk
profitabilitas perusahaan adalah rasio. Adapun pengukuran dalam
penelitian ini dengan menggunakan rumus: (Andi Kartika, 2010)
=
Berdasarkan rumus diatas, maka penelitian ini diukur dengan
menggunakan return on assets. Return on asset (ROA) merupakan
ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA juga merupakan
pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi
3. Leverage (X3)
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya,
dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat resiko
keuangan perusahaan, Sembiring (2005). Skala pengukuran untuk
leverage perusahaan adalah rasio. Dalam penelitian ini, indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity
Ratio (DER). Adapun pengukuruan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus: (Sembiring, 2005)
=
b. Var iabel Ter ikat ( Dependent Var iabel )
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat dari varibel bebas. Variabel terikat ( Y ) dalam penelitian
1. Pengungkapan Tanggung jawa b Sosial (CSR) (Y)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah data
yang diungkapkan perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang
dilakukan perusahaan (Hackston dan Milne, 1996). Sedangkan
menurut Sembiring, 2006 pengungkapan Corporate Social
Responsibility adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok
khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan.
Indikator dalam mengukur pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan dengan menggunakan check list. Yang kemudian
disusun dalam sebuah daftar item pengungkapan. Kategori instrumen
yang digunakan dan dibuat didasarkan pada penelitian terdahulu oleh
Sembiring (2002) yang mencakup dari tema lingkungan, energi,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja,
produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Dari daftar ini akan
didapat total item yang diharapkan diungkapkan, yang digunakan
Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks
pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui
pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan
perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan
perusahaan. Perhitungan indeks pengungkapan ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia seperti yang telah
dilakukan oleh Sembiring (2003), yang dapat dinotasikan dalam rumus
sebagai berikut:
=
Keterangan :
CSD = Indeks Pengungkapan Perusahaan
V = Jumlah yang sesungguhnya diungkapkan oleh perusahaan
3.2 Teknik Penentuan sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sumarsono ( 2004: 44 ) Populasi merupakan kelompok
subyek/ obyek yang memiliki ciri – ciri karakteristik – karakteristik tertentu
yang berbeda dengan kelompok subyek/ obyek yang lain dan kelompok
tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah data laporan
keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Indonesia pada periode 2009 – 2011 sebanyak 22 perusahaan. Berikut ini
Tabel 3.1
Daftar Populasi Per usahaan di BEI Tahun 2009-2010
NO KODE
PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1 ANTM PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 2 ADRO PT. Adaro Energy Tbk
3 ATPK PT. ATPK Resources, Tbk 4 SQMI PT. Allbond Makmur Perkasa, Tbk 5 BUMI PT. Bumi Resources, Tbk
6 BYAN PT. Bayan Resources, Tbk
7 BIPI PT. Bekanat Petrouleum Energy, Tbk 8 CNKO PT. Exploitasi Energy Indonesia, Tbk 9 CTTH PT. Citatah Industri Marmer, Tbk 10 DOID PT. Delta Dunia Makmur, Tbk 11 ENRG PT. Energi Media Persada, Tbk 12 GTBO PT. garda Tujuh Buana, Tbk
13 INCO PT. International nickel Indonesia, Tbk
14 MEDC PT. Medco International Energi, Tbk 15 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
16 PTBA PT. Bukit Asam, Tbk
17 SUGI PT. Sugih Energi, Tbk 18 TINS PT. Timah Persero, Tbk 19 PKPK PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk
20 ELSA PT. Elnusa, Tbk
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi ( Sumarsono, 2004: 44 ).
Dalam penelitian ini, teknik sampel yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel non - probabilitas yang menyeleksi
responden – responden berdasarkan ciri – ciri atau sifat khusus yang dimiliki
oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi
(Sumarsono 2004: 52). Kriteria – kriteria perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini antara lain:
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebelum tahun 2009.
1. Mengeluarkan laporan keuangan pada setiap tahun pengamatan.
2. Perusahaan yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009- 2011.
3. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan kriteria di atas maka sampel dalam penelitian ini
terdapat 15 perusahaan pertambangan, antara lain:
1. PT. Adaro Energy Tbk
2. PT. ATPK Resources, Tbk
3. PT. Bumi Resources, Tbk
4. PT. Bayan Resources, Tbk
5. PT. Bekanat Petrouleum Energy, Tbk
6. PT. Citatah Industri Marmer, Tbk
7. PT. Energi Media Persada, Tbk
8. PT. International nickel Indonesia, Tbk
9. PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk
10.PT. Bukit Asam, Tbk
11.PT. Sugih Energi, Tbk
12.PT. Perdana Karya Perkasa, Tbk
13.PT. Elnusa, Tbk
14.PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk
15.PT. Indika Energy, Tbk
3.3 Teknik pengumpulan Data
3.3.1 J enis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data berupa
laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun perusahaan yang telah diaudit
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2009 sampai tahun 2011.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bursa Efek Indonesia ( BEI)
yang berupa data laporan keuangan perusahaan.
3.3.3 Metode Pengumpulam Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:
1. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
membuat salinan atau menggandakan data yang ada.
2. Penelitian kepustakaan, yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang berhubungan langsung dengan penelitian. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara mempelajari literature dan hal-hal lain yang
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
Berdasarkan variabel – variabel yang telah diuraikan dimuka, maka
model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y= α + β1X1 + β2X2 +β3X3+e
Keterangan:
Y = Pengungkapan Tanggung jawab Sosial
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Profitabilitas
X3 = Leverage
α = Konstanta
β1, β2 ,β3 = Koefisien regresi
3.4.1.1Uji Nor malitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode di
antaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah:
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%
maka distribusinya adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%
maka distribusinya adalah normal.
3.4.1.2Uji Asumsi Klasik
Pengujian dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
multikolinieritas, dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi. Tujuan utama
menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang
terbaik, linier, dan tidak bias (BLUE: Best Linier Unbiassed Estimator).
Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut sebagai
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dengan cara uji Durbin – Watson (DW test )
(Ghozali 2006: 99- 100).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat ditunjukkan
sebagai berikut ini : Sumber (Gozali, 2009: 2010)
Tabel 3.2
Dur bin – Watson ( DW Test)
Hipotesis nol Keputusan Jika
2. Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2006: 95), uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol.
Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedatisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas ( Ghozali 2006:125 ).
Deteksi adanya heterokedastisitas adalah:
1) Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
2) Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
3.4.2 Uji Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat dapat digunakan metode
analisis seebagai berikut:
3.4.2.1Pengujian Menyelur uh atau Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji simultan pengaruh X1
(ukuran perusahaan), X2 (profitabilitas) dan X3 (leverage) terhadap Y
(pengungkapan tanggung jawab sosial). Prosedur uji F adalah sebagai
berikut:
Hipotesis
H0 = 0 (tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel X1 ,X2 dan
X3 terhadap Y)
H1 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara simultan antara variabel X 1,X2 dan
Tingkat signifikan ( β0 ) = 0,05
Dengan F hitung:
Fhit =
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
I = Jumlah kuadrat sisa
k = banyaknya Variabel
n = banyaknya pengamatan
Kriteria Penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :
1) Jika tingkat signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Jika tingkat signifikansi ≥ 0,05, maka H 0 diterima dan H1 ditolak.
3.4.2.2Pengujjian Individual atau par sial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
masing – masing variabel bebas X1 (ukuran perusahaan), X2 (profitabilitas)
dan X3 (leverage) terhadap variabel terikat Y (pengungkapan tanggung
Hipotesis
H01: β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel X1, X2 dan X3
secara parsial terhadap Y)
Ha1 : β1 = β2 = β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh antara variabel X 1, X2 dan X3
secara parsial terhadap Y)
Tingkat Signifikan ( β0) = 0,05
Dengan t hitung:
t hit =
Keterangan:
Bj = Koefisien regresi
Se = Standart
Kriteria Pengujian:
1) Jika tingkat signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha1 diterima.
4.1 Deskr ipsi Objek Penelitian
4.1.1 PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan
mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru
setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912,
dengan bantuan kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan
di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta
saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuku lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah
colonial juga mengkeuangankan bursa pararel di Surabaya dan di Semarang.
Namun kegiatan bursa saham saat ini dihentikan lagi ketika terjadi
pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan
saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda
sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika